PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM"

Transkripsi

1 PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM Kode Mata Kuliah : WHI 7269 Tim Pengajar: Prof.Dr. I Dewa Gede Atmadja,SH.,MS. Prof.Dr. I Made Subawa,SH,MS. Prof.Dr. R.A. Retno Murni,SH,MH. Prof. Dr. I Wayan Suandi, Drs.,SH.,M.Hum. I Gusti Ayu Putri Kartika,SH,MH. I Wayan Novy Purwanto, SH.,M.Kn FAKULTAS HUKUM UNOVERSITAS UDAYANA BALI INDONESIA

2 1. Identifikasi Mata Kuliah WHI 7269 Tim Pengajar : PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM : Prof.Dr. I Dewa Gede Atmadja,SH.,MS. Prof.Dr. I Made Subawa,SH,MS. Prof.Dr. R.A. Retno Murni,SH,MH. Prof. Dr. I Wayan Suandi, Drs.,SH.,M.Hum. I Gusti Ayu Putri Kartika,SH,MH. I Wayan Novy Purwanto, SH.,M.Kn Status Mata Kuliah : Wajib Institusional (Fakultas) SKS : 2 2. Diskripsi Mata Kuliah Substansi mata kuliah Penalaran dan Argumentasi Hukum mencakup pengertian ilmu hukum, logika, bahasa, penafsiran hukum (interpretasi), konstruksi hukum dan kesesatan. Dalam pengertian ilmu hukum akan diuraikan secara gramatikanya yaitu meliputi pengertian dari kata ilmu dan kata hukum termasuk karakter ilmu hukum itu sendiri. Kemudian logika menjelaskan tentang cara berpikir lurus untuk mencapai suatu kebenaran dalam hukum. Bahasa yang digunakan disini yaitu bahasa hukum dan/atau bahasa undang undang. Dalam penafsiran hukum dapat dibagi menjadi beberapa macam penasiran antara lain penafsiran gramatika, penafsiran autentik, penafsiran sosiologis dan lain lain. Penafsiran ini dilakukan apabila oleh hakim pengadilan dalam menangani suatu perkara ditemukan adanya norma kabur, sedangkan dalam konflik norma hukum, hakim dapat menggunakan salah satu dari beberapa asas yaitu asas lex specialis derogat legi generali, asas lex superior derogat legi priori dan lex posterior derogat legi inferiori. Kemudian apabila terjadi kekosongan norma maka hakim dapat melakukan konstruksi hukum, hakim 1

3 pengadilan dapat menempuh beberapa metode untuk menemukan hukum yaitu dengan argumentum a contrario, argumentum per analogiam dan penghalusan hukum dan jika terjadi kesesatan dilakukan dengan beberapa metode. Pengkajian dalam penalaran hukum ini selain mengacu pada ketentuan peraturan perundang undangan juga mengacu pada hukum yang tidak tertulis. Hakim dalam menangani suatu perkara apabila hukumnya tidak ada maka hakim dapat menggali nilai nilai yang hidup dalam masyarakat. 3. Tujuan Mata Kuliah Adapun tujuan dari mata kuliah ini yaitu mahasiswa diharapkan memahami karakter ilmu hukum, logika hukum, bahasa hukum, penafsiran hukum (interpretasi), konstruksi hukum dan kesesatan dalam hukum. Kemudian setelah memahami hal tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengkajian terhadap hukum yang berlaku melalui kasus kasus dan fenomena hukum dalam masyarakat dengan menggunakan metode metode tersebut. 4. Metode dan Strategi Proses Pembelajaran Metode perkuliahan adalah Problem Base Learning (PBL) pusat pembelajaran ada pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah belajar (learning) bukan mengajar (teaching). Strategi pembelajaran : Kombinasi perkuliahan 50% (6 kali pertemuan perkuliahan) dan tutorial 50% (6 kali pertemuan tutorial). Satu kali pertemuan untuk ujian tengah semester dan satu kali pertemuan untuk ujian akhir semester. Jadi jumlah seluruh pertemuan sebanyak 14 kali. 2

4 Pelaksanaan Perkuliahan dan Tutorial. Dalam mata kuliah Penalaran dan Argumentasi Hukum direncanakan : Perkuliahan berlangsung selama 6 (enam) kali pertemuan yaitu pertemuan ke 1, ke 3, ke 5, ke 7, ke 9 dan ke 11. Tutorial enam kali pertemuan yaitu pertemuan ke 2, ke 4, ke 6, ke 8, ke 10, dan ke 12. Strategi Perkuliahan, Perkuliahan tentang sub sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat bantu media, seperti white board, power point, dan sebagainya serta penyiapan bahanbahan bacaan yang dipandang sulit untuk diperoleh atau diakses oleh majasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah mempersiapkan diri mencari bahan/materi, membaca dan memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan dalam block book. Teknik perkuliahan : Pemaparan materi, tanya jawab dan diskusi (proses pembelajaran dua arah). Strategi Tutorial. Mahasiswa mengerjakan tugas tugas (discussion task, study task, dan problem task). Sebagai bagian dari self study (20 jam per minggu) untuk kemudian berdiskusi di kelas tutorial presentasi power point. Dalam 6 (enam) kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan : a. Menyetorkan karya tulis berupa paper sesuai dengan topik tutorial. b. Mempresentasikan tugas tutorial. 3

5 5. Ujian dan Penilaian a. Ujian. Ujian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). b. Penilaian. Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan rumus nilai akhir sesuai dengan buku pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2009 yaitu : (UTS + TT) + (2 x UAS) NA= 2 3 NA : Nilai Akhir UTS : Ujian Tengah Semester UAS : Ujian Akhir Semester Skala Nilai Keterangan Dengan Skala Nilai Huruf Angka A 4 8,0 10, B+ 3,5 7,0 7, B 3 6,5 6, C+ 2,5 6,0 6, C 2 5,5 5, D+ 1,5 5,0 5, D 1 4,0 4, E 0 0,0 3,

6 6. Materi Perkuliahan 1. Pendahuluan. Karakter normatif dari hukum. 2. Kekhasan bahasa hukum. 3. Macam kaidah hukum. 4. Logika. a. Peristilahan logika. b. Prinsip dasar logika. c. Manfaat logika dalam penalaran hukum. d. Logika dalam penalaran hukum. 5. Penalaran. a. Pengertian konsep. b. Pengertian proposisi. c. Hubungan antara konsep, proposisi dan penalaran. 6. Analisis terhadap konsep konsep hukum. 7. Tujuan penalaran hukum. a. Menemukan kebenaran; dan b. Menemukan keadilan. 8. Penalaran induksi dan deduksi. a. Pengertian induksi dan deduksi. b. Penalaran induksi dalam hukum. 5

7 9. Penalaran deduksi dalam hukum. 10. Penyelesaian terhadap inharmonis hukum. a. Asas preferensi. b. Penyelesaian berkaitan dengan asas preferensi hukum. 11. Penemuan hukum dan Penafsiran hukum. 12. Kesesatan dalam penalaran hukum. 7. Bacaan. Atmadja,I Dewa Gede, 1992, Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu Hukum : Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : 58 Tahun XVIII, Maret., 1993, Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : Tahun XIX Maret Juni., Penafsiran Konstitusialam Rangka Sosialisasi Hukum, Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, 10 April 1996., 2006, Penalaran Hukum (Legal Reasoning), Pengertian, Jenis, Dan Penerapannya, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar. Gie, The Liang, 979, Teori teori Keadilan, Super, Yogyakarta. Hadjon, Philipus M, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor 6 Tahun IX, November Desember 1994., dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005., 2009, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum, Bali Age, Denpasar, h Loudoe, John Z., 1985, Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta. 6

8 Marzuki, Peter Mahmud, 2001, Penelitian Hukum, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1, Maret April. Mertokusumo, Sudikno, 1993, Bab bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti. Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto, 1979, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung. Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, 2006, h Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2008, h , Pengantar Logika, Refika Aditama, Bandung, Simorangkir, J.C.T., et al., 1980, Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta. Sumaryono, 1999, Dasar dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta. Sutiyoso, Bambang, 2006, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta. 8. Persiapan Proses Perkuliahan Mahasiswa diwajibkan untuk memiliki block book mata kuliah Penalaran dan Argumentasi Hukum sebelum perkuliahan dimulai dan sudah mempersiapkan materi sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya. Pertemuan I : Pendahuluan. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli dalam memasukkan ilmu hukum ke dalam suatu kelompok bidang ilmu. Demikian pula adanya keragu raguan yang disebabkan oleh sifat normatif dari ilmu hukum tersebut bukanlah ilmu empiris. 7

9 Disamping hukum mempunyai sifat yang normatif hukum juga memiliki fungsi yang normatif pula. Task 1 : Ilmu hukum dikatakan bersifat preskriptif dengan karakter sui generis, apakah anda setuju atau tidak? 1. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli dalam memasukkan ilmu hukum ke dalam suatu kelompok bidang ilmu. 2. Adanya keraguan yang disebabkan oleh sifat normatif dari ilmu hukum tersebut Bacaan : bukanlah ilmu empiris. Atmadja,I Dewa Gede, 1992, Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu Hukum : Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : 58 Tahun XVIII, Maret, h , 1993, Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : Tahun XIX Maret Juni, h , Penafsiran Konstitusialam Rangka Sosialisasi Hukum, Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, 10 April 1996, h , 2006, Penalaran Hukum (Legal Reasoning), Pengertian, Jenis, Dan Penerapannya, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, 2006, h Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2008, h Pertemuan II : Kekhasan Bahasa Hukum. Dengan memperhatikan konsep hukum yang khas dengan sendirinya juga bahasa dalam hukum mempunyai kekhasan. Kekhasan bahasa dalam hukum terletak dalam 8

10 fungsinya yang normatif. Dalam bahasan normatif dirumuskan norma norma yang berisi : perintah, larangan, izin, dan dispensasi. Perintah (gebod) adalah kewajiban umum untuk melakukan sesuatu. Larangan (verbod) adalah kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu. Dispensasi (pembebasan, vrijstelling) adalah pembolehan (verlof) khusus untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum diharuskan. Izin (toestemming, permisi) adalah pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang secara umum dilarang. Task 2 : Study Task. Antara keempat perintah perilaku ini terdapat berbagai hubungan yang juga dapat memperlihatkan hubungan logikal tertentu. 1. Sebutkan keempat konsep tersebut! 2. Berikan contohnya masing masing! Bacaan : Atmadja,I Dewa Gede, 2006, Penalaran Hukum (Legal Reasoning), Pengertian, Jenis, Dan Penerapannya, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h , 2009, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum, Bali Age, Denpasar, h Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, 2006, h Instruksi Tutor : 1. Membentuk kelompok diskusi 2. Menentukan atau menunjuk pemimpin diskusi dalam kelompok. 3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan mengangkat mahasiswa yang pasif. 9

11 4. Membahas masalah tersebut dengan mengacu pada learning goal yaitu : a. Memahami kekhasan bahasa hukum. b. Memahami perintah. c. Memahami larangan. d. Memahami izin, dan e. Memahami dispensasi. 5. Masing masing learning goal dijelaskan dalam waktu 15 menit 6. Terakhir sisakan 25 menit untuk presentasi dari salah satu kelompok melalui ketua kelompok. 7. Menyuruh ketua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. 8. Mengumpulkan laporan hasil diskusi. Pertemuan III : Macam Kaidah Hukum. Jika ditinjau dari sudut isinya, maka dapatlah dikenal adanya tiga macam kaidah hukum yaitu : 1. Kaidah kaidah hukum yang berisikan suruhan (gebod); 2. Kaidah kaidah hukum yang berisikan larangan (verbod); 3. Kaidah kaidah hukum yang berisikan kebolehan (mogen). Mengenai sifat kaidah hukum dapatlah dibedakan antara : a. Kaidah kaidah hukum yang bersifat imperatif. b. Kaidah kaidah hukum yang bersifat fakultatif. Task 3 : Study Task. 1. Apakah yang dimaksud dengan kaidah hukum yang berisikan suruhan, larangan, dan kebolehan? 2. Berikan masing masing contoh kaidah kaidah hukum tersebut dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang undangan! 10

12 Bacaan : Hadjon, Philipus M, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor 6 Tahun IX, November Desember 1994., dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2008, h Peter Mahmud Marzuki, 2001, Penelitian Hukum, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1, Maret April. Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto, 1979, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, h Pertemuan IV : Logika. Logika adalah bahasa Latin berasal dari kata logos yang berarti perkataan atau sabda. Dalam bahasa sehari hari kita sering mendengar ungkapan serupa alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah tidak masuk akal. Prof Thaib Thair A.Mu in membatasi logika sebagai Ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran. Sedangkan Irving M.Copi menyatakan bahwa Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dengan penalaran yang salah. Demikian juga dalam buku Logic and Language of Education dari George F.Kneller (New York, 1966). Logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar dasar dan metode metode berpikir benar sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berfikir. Dengan demikian, dapatlah 11

13 dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika berkaitan dengan aktivitas berpikir dan Psikologi juga berkaitan dengan aktivitas berpikir. Oleh karena itu, kita hendaknya berhati hati melihat persimpangannya dari kedua konsep ini. Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar salah. Sebaliknya urusan benar salah menjadi masalah pokok dalam logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pikiran yang diungkapkan sebagai harapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar dan bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Task 4 : Study Task. 1. Logika mempelajari tentang kebenaran, apakah yang dimaksud dengan arti benar? 2. Apakah manfaat dari logika? Bacaan : Hadjon, Philipus M, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor 6 Tahun IX, November Desember Peter Mahmud Marzuki, 2001, Penelitian Hukum, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1, Maret April. Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, cet. pertama, Mandar Maju, Bandung, 1999., Pengantar Logika, Refika Aditama, Bandung, 2008, h

14 Simorangkir, J.C.T., et al., 1980, Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta. Sumaryono, 1999, Dasar dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta, h Pertemuan V : Penalaran. Dalam hidup ini diliputi oleh berbagai masalah yang merupakan hambatan atau tantangan yang mewajibkan seseorang untuk memecahkannya. Kemampuan untuk memecahkan masalah ini, banyak ditunjang oleh kemampuan menggunakan penalaran, kemampuan dalam hubungan kausal. Penalaran (reasoning) adalah suatu bentuk pemikiran. Selain penalaran, bentuk pemikiran yang lebih sederhana adalah pengertian atau konsep dan proposisi atau pernyataan. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Task 5 : Discussion Task. 1. Buatlah pengertian tentang konsep, proposisi dan penalaran. 2. Berikan contohnya masing masing. Instruksi Tutor : 1. Membentuk kelompok diskusi 2. Menentukan atau menunjuk pemimpin diskusi dalam kelompok. 3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan mengangkat mahasiswa yang pasif. 4. Membahas masalah tersebut dengan mengacu pada learning goal yaitu : 13

15 a. Memahami tentang konsep. b. Memahami proposisi. c. Memahami penalaran dalam hukum. d. Mampu memberikan contoh contohnya. 5. Masing masing learning goal dijelaskan dalam waktu 20 menit 6. Terakhir sisakan 20 menit untuk presentasi dari salah satu kelompok melalui ketua kelompok. 7. Menyuruh ketua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. 8. Mengumpulkan laporan hasil diskusi. Pertemuan VI : Analisis terhadap konsep konsep hukum. Tujuan dilakukannya suatu penalaran adalah untuk mencapai kebenaran. Demikian pula dengan hukum, tujuan diadakannya penalaran hukum yakni disesuaikan dengan tujuan hukum itu sendiri. Tujuan hukum mengacu pada sasaran yang ingin dicapai oleh fungsi hukum. Tujuan hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan akhir dari hidup bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari nilai nilai dan falsafah hidup yang menjadi dasar hidup masyarakat itu yang akhirnya bermuara pada keadilan. Dalam melakukan penalaran, pengertian dan proposisi mempunyai peranan penting karena tanpa adanya pengertian tidak mungkin disusun proposisi dan tanpa adanya proposisi tidak mungkin dilakukan penalaran. 14

16 Task 6 : Problem Task Diskusikan dengan teman teman anda mengenai pengertian, proposisi dan penalaran. Pengertian sebagai langkah awal dari penalaran harus dilakukan secara benar karena jika pengertian salah maka hasil dari penalaran juga menjadi salah. Kasus : Bedakan pengertian pencurian dengan pengelapan! Bedakan pengertian penyalahgunaan wewenang dengan perbuatan sewenang wenang. Pengertian atau konsep juga sifatnya dinamis. Misalnya dalam perkara Josopandojo, putusan Mahkamah Agung Nomor 838K/Sip/1972. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1816 K/Pdt/1989 tentang itikad baik yang dilakukan dengan ceroboh. Bacaan : Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, 2006, h The Liang Gie, 1979, Teori teori Keadilan, Super, Yogyakarta, h Pertemuan VII : UJIAN TENGAH SEMESTER 15

17 Pertemuan VIII : Induksi Dalam Hukum. Penalaran adalah sebuah proses mental di mana kita (melalui akal budi) bergerak dari apa yang telah kita ketahui menuju ke pengetahuan yang baru (hal yang belum kita ketahui). Atau kita bergerak dari pengetahuan yang kita miliki menuju ke pengetahuan yang baru yang berhubungan dengan pengetahuan yang telah kita miliki tersebut. Semua bentuk penalaran selalu bertolak dari sesuatu yang sudah ada atau sudah kita ketahui. Kita tidak mungkin menalar bertolak dari ketidaktahuan. Selalu ada sesuatu yang tersedia yang kita pergunakan sebagai titik tolak untuk menalar. Titik tolak tersebut kita namakan yang telah diketahui yaitu sesuatu yang dapat dijadikan sebagai premis, evidensi, bukti, dasar bahkan alasan alasan dari mana hal hal yang belum diketahui dapat disimpulkan. Kesimpulan itu disebut konklusi. Inilah kiranya yang merupakan alasan mengapa penalaran dapat juga didefinisikan sebagai berpikir konklusif atau berpikir untuk menarik kesimpulan. Penyimpulan ini dilakukan dengan cara induksi dan deduksi. Induksi dalam hukum dimulai dengan mengumpulkan fakta fakta empiris. Kasus : pada setiap putusan pengadilan negeri (maksudnya putusan mana saja dapat dipakai sebagai bahan analisis). Task 7 : Problem Task. Diskusikan dengan teman teman anda tentang metode penalaran induksi dalam hukum? Cobalah dicari dalam putusan Pengadilan Negeri! 16

18 Bacaan : Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h Atmadja, I Dewa Gede, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum (Legal Reasoning And Legal Argumentation An Introduction), Bali Aga, Agustus 2009, h Pertemuan IX : Deduksi dalam Hukum. Dalam penanganan perkara atau sengketa hukum langkah awal adalah langkah induksi untuk mengumpulkan fakta. setelah fakta dirumuskan diikuti dengan penerapan hukum. Langkah penerapan hukum adalah langkah deduksi. Langkah penerapan hukum diawali dengan identifikasi aturan hukum dan seringkali dijumpai keadaan aturan hukum seperti : antinomi (konflik norma hukum), kekosongan hukum (leemten in het recht), dan norma yang kabur (vage normen). Task 8 : Discussion Task. Diskusikan dengan teman teman tentang konflik norma hukum, kekosongan norma, dan norma kabur. Instruksi Tutor : 1. Membentuk kelompok diskusi 2. Menentukan atau menunjuk pemimpin diskusi dalam kelompok. 3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan mengangkat mahasiswa yang pasif. 4. Membahas masalah tersebut dengan mengacu pada learning goal yaitu : 17

19 a. Memahami tentang antinomi (konflik norma hukum). b. Memahami kekosongan hukum. c. Memahami norma kabur. d. Mampu menunjukkan contoh contohnya. 5. Masing masing learning goal dijelaskan dalam waktu 20 menit 6. Terakhir sisakan 20 menit untuk presentasi dari salah satu kelompok melalui ketua kelompok. 7. Menyuruh ketua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. 8. Mengumpulkan laporan hasil diskusi. Bacaan : Atmadja, I Dewa Gede, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum (Legal Reasoning And Legal Argumentation An Introduction), Bali Aga, Agustus 2009, h. 55. Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h. 24. Pertemuan X : Penemuan Hukum Menurut Paul Scholten, penemuan hukum oleh hakim merupakan sesuatu yang lain daripada hanya penerapan peraturan peraturan pada peristiwanya, kadang kadang dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturannya harus ditemukan, baik dengan jalan interpretasi maupun dengan jalan analogi ataupun rechtsvervijning (pengkonkretan hukum). Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo, penemuan hukum 18

20 adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas petugas hukum lainnya yang diberi tugas menerapkan hukum terhadap peristiwa peristiwa hukum yang konkret. Dengan kata lain, merupakan proses konkretisasi atau individualisasi peraturan hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan mengingat akan peristiwa konkret (das sein) tertentu. Yang penting dalam penemuan hukum adalah bagaimana mencarikan atau menemukan hukum untuk peristiwa konkret. Task 9 : Problem Task Kasus : Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2691 K/Pdt/1996 Tanggal 18 september 1998 tentang jual beli secara lisan belum mempunyai akibat hukum. Putusan Mahkamah Agung Nomor : 3045 K/Pdt/1991 tanggal 30 Mei 1996 tentang Jual beli harus dilakukan di hadapan PPAT. Bacaan : Mertokusumo, Sudikno, 1993, Bab bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, h Sutiyoso, Bambang, 2006, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta, h

21 Pertemuan XI : Penafsiran Hukum Pada hakikatnya tidak ada perundang undangan yang sempurna, pasti didalamnya ada kekurangan dan keterbatasannya. Tidak ada perundang undangan yang lengkap selengkap lengkapnya atau jelas sejelas jelasnya dalam mengatur seluruh kegiatan manusia. Dengan demikian diperlukanlah penafsiran hukum seperti penafsiran gramatika, penafsiran sejarah undang undang, penafsiran sejarah hukum, penafsiran sistematis dan penafsiran sosiologis. Task 8 : Problem Task Diskusikan dan pahami konsep penafsiran hukum. Buatlah contoh dari masing masing bentuk penafsiran hukum. Kasus : Putusan Mahkamah Agung No. 395 K/Pid/1995 tanggal 29 September 1995 tentang Kasus Dr. Mochtar Pakpahan,SH.,MA. Bacaan : Loudoe, John Z., 1985, Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta, h ,, Atmadja,I Dewa Gede,Penafsiran Konstitusialam Rangka Sosialisasi Hukum, Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, 10 April 1996, h

22 Pertemuan XII : Kesesatan (Fallacy). Kesesatan dalam penalaran bisa terjadi karena yang sesat itu karena sesuatu hal, kelihatan tidak masuk akal. Dalam penalaran dapat terjadi kesesatan karena tidak terdapat hubungan logis antara premis dengan kesimpulan. Ada lima model kesesatan dalam penalaran hukum : 1. Argumentum ad ignorantium. 2. Argumentum ad verecundiam. 3. Argumentum ad hominem. 4. Argumentum ad misericordiam. 5. Argumentum ad baculum. Task 9 : Discussion Task. Diskusikan tentang kesesatan. Cari contoh masing masing model kesesatan tersebut. Instruksi Tutor : 1. Membentuk kelompok diskusi 2. Menentukan atau menunjuk pemimpin diskusi dalam kelompok. 3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan mengangkat mahasiswa yang pasif. 4. Membahas masalah tersebut dengan mengacu pada learning goal yaitu : a. Memahami tentang kesesatan. 21

23 b. Memahami model model kesesatan. c. Mampu menunjukkan contoh contohnya. 5. Masing masing learning goal dijelaskan dalam waktu 20 menit 6. Terakhir sisakan 40 menit untuk presentasi dari dua kelompok melalui masingmasing ketua kelompoknya. 7. Menyuruh masing masing ketua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. 8. Mengumpulkan laporan hasil diskusi. Bacaan : Atmadja, I Dewa Gede, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum (Legal Reasoning And Legal Argumentation An Introduction), Bali Aga, Agustus 2009, h Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, h Pertemuan XIV : UJIAN AKHIR SEMESTER 22

24 DAFTAR PUSTAKA Atmadja,I Dewa Gede, Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu Hukum : Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : 58 Tahun XVIII, Maret, 1992., Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : Tahun XIX Maret Juni, 1993., Penafsiran Konstitusialam Rangka Sosialisasi Hukum, Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, 10 April 1996., Penalaran Hukum (Legal Reasoning), Pengertian, Jenis, Dan Penerapannya, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar Gie, The Liang, Teori teori Keadilan, Super, Yogyakarta Hadjon, Philipus M, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), dalam Yuridika, Nomor 6 Tahun IX, November Desember 1994., dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005., Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum, Bali Age, Denpasar, Loudoe, John Z., Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1, Maret April Mertokusumo, Sudikno, Bab bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung,

25 , Pengantar Logika, Refika Aditama, Bandung, Simorangkir, J.C.T., et al., Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta Sumaryono, Dasar dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah Bobot SKS Tim Penyusun : Logika dan Penalaran Hukum : 2 SKS : 1. Dr. Abdul Rachmad Budiono, SH. MH. 2. Abdul Madjid, SH. MH 3. Dhia Al U yun, SH. MH

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219

Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219 Block Book Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219 Planning Group: 1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.Ph.D 2. Dr. I Wayan Wiryawan,SH.MH 3. AA Dharma Kusuma,SH.MH Bagian Hukum Perdata

Lebih terperinci

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website : KONRAK PERKULIAHAN

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website :  KONRAK PERKULIAHAN KONRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah Fakultas/Program Studi Dosen Pengampu Bobot SKS Semester : Teori : Magister Kenotariatan : Prof. Dr. Afdol, S.H., M.S. Dr. Woro Winandi, S.H., M.Hum. Rusdianto Sesung, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Lebih terperinci

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS Program Studi ILMU KOMUNIKASI/ ADMINISTRASI BISNIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Dasar-Dasar Logika Kode Mata Kuliah : Semester : 5/6 SKS : 2 SKS Prasyarat

Lebih terperinci

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH BLOCK BOOK HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH KODE MATA KULIAH : WCI 3222 STATUS MATA KULIAH : PROGRAM KEHKUSUSAN HUKUM PEMERINTAHAN (PK.III) SKS : 2 (DUA) SEMESTER : III (TIGA) PLANNING GROUP : PROF.DR. IBRAHIM,

Lebih terperinci

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH.

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH. BLOCK BOOK Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 GFGTT PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, 2009 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan manusia. Salah satu unsur yang menyebabkan adanya perubahan dan perkembangan hukum adalah adanya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal (doctrinal research).

Lebih terperinci

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG SILABUS Mata Kuliah : Logika Kode Mata Kuliah : HKIn 2032 SKS : 2 Dosen : 1. Dr. Sigit Irianto, S.H., M.Hum 2. Rr. Widyorini I W, S.H., M.Hum 3. M. Samsudin, S.H., M.Hum 4. Nunung Nugroho, S.H., M.Si 5.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil uraian dan analisa yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu : 1. Pengaturan Pengecualian Larangan Pemilikan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Sebelum membahas Sumber-sumber hukum, ada baiknya perlu memahami bahwa ada tiga dasar kekuatan berlakunya hukum (peraturan

Lebih terperinci

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan empat badan Peradilan yang ada di Indonesia. Masing-masing badan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANUAL MAHASISWA)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANUAL MAHASISWA) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANUAL MAHASISWA) Bobot sks Kode Mata Kuliah Penyusun : 2 (dua) sks : HKK4003 : Dr. Indah Dwi Qurbani, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM 1 HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM Dedy Triyanto Ari Rahmad I Gusti Ngurah Wairocana Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Abstrak Hubungan antara norma hukum dengan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) 14 Mata Kuliah : Dasar-DAsar Logika Kode/ SKS : 1310013 /3 SKS Waktu Pertemuan : 3 x 50 menit Pertemuan ke : 1 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) A. Standar Kompetensi: Setelah selesai mengikuti mata kuliah

Lebih terperinci

Konflik Hukum / Konflik Norma? 1

Konflik Hukum / Konflik Norma? 1 Konflik Hukum / Konflik Norma? 1 Hukum / Norma? Asas prefrensi, orang hukum mana yang tidak mengetahui asas ini. Asas hukum yang kerap kali digunakan bagi para yuris dalam menyelesaikan suatu konflik antara

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi  Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI. FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI PENGERTIAN LOGIKA Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkuliahan ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif (normative legal research) 79 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS REGULASI JKN DAN REGULASI TERKAIT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA OLEH: RIMAWATI

ANALISIS REGULASI JKN DAN REGULASI TERKAIT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA OLEH: RIMAWATI ANALISIS REGULASI JKN DAN REGULASI TERKAIT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA OLEH: RIMAWATI FAKULTAS HUKUM - UGM TUJUAN KEGIATAN 1. Memberikan gambaran analisis regulasi JKN dan regulasi terkait di

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR LOGIKA I

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR LOGIKA I BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR LOGIKA I 1. Nama Mata Kuliah : LOGIKA I 2. Kode/SKS : FIF.230 /2 SKS 3. Prasarat : - 4. Status Mata KuIiah : WAJIB 5. Deskripsi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Katakan Maksud Anda (1) Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-Dasar Logika Katakan Maksud Anda (1) 1. Memahami Kesesatan

Lebih terperinci

TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book

TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book Planning Group: Edward T.L. Hadjon, S.H., LL.M. (Koordinator) e mail: www.hadjon.edward@gmail.com I Gede Yusa S.H., M.H. Bagian Hukum Tata Negara FH UNUD.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. disebabkan oleh banyaknya hal-hal atau aspek-aspek kehidupan yang masih

Bab I. Pendahuluan. disebabkan oleh banyaknya hal-hal atau aspek-aspek kehidupan yang masih Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan pada hakikatnya timbul didasarkan pada adanya hasrat keingintahuan dalam diri manusia. Hasrat tersebut timbul antara lain disebabkan oleh banyaknya

Lebih terperinci

KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK. Planing Group :

KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK. Planing Group : KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK Planing Group : Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H., M.S. Gde Made Swardhana, S.H., M.H. Sagung Putri S.E. Purwani, S.H.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adami,Chazawi,Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Grafindo

DAFTAR PUSTAKA. Adami,Chazawi,Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Grafindo DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adami,Chazawi,Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 Adjie, Habib,Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Hukum mempunyai banyak aspek yang meliputi banyak hal sehingga pengertian hukum juga bermacam-macam. Tidak ada kesatuan pendapat para ahli tentang pengertian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA FR-JUR-01A-16 STIA MANDALA INDONESIA JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA, NEGARA, FISKAL PROGRAM SARJANA SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA Nama Mata Kuliah : DASAR-DASAR LOGIKA Deskripsi Mata

Lebih terperinci

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM ANAK AGUNG GEDE ROMI ANTIKA 1416051179 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017 1. Logika Secara Umum Logika adalah hasil pertimbangan

Lebih terperinci

SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258

SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 BLOCK BOOK Planning group : I Ketut Keneng, SH,MH ( Kordinator) Bagian Hukum Acaraa FH UNUD, Telp. 431876, e mail: re_keneng@yahoo.com I Wayan Tangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta

Lebih terperinci

Kewajiban umum KAIDAH-KAIDAH HUKUM. Kaidah primer (S) hukum publik 1pembentukan UU 2kehakiman 3. pemerintahan

Kewajiban umum KAIDAH-KAIDAH HUKUM. Kaidah primer (S) hukum publik 1pembentukan UU 2kehakiman 3. pemerintahan KAIDAH-KAIDAH HUKUM Kaidah perilaku Kaidah primer (H) Meta kaidah Kaidah sekunder (H) (berkenaan dg kaidah perilaku) Kaidah primer (S) Kewajiban umum Kaidah sekunder (S) (kaidah sanksi) Kebolehan khusus

Lebih terperinci

I. KONDISI HAKIM PENGADILAN AGAMA

I. KONDISI HAKIM PENGADILAN AGAMA MENCARI HAKIM PENGADILAN AGAMA YANG IDEAL Oleh : Prof. Dr. H. ABDUL MANAN, SH.,SIP.,M.Hum. 1 Oleh :Prof. Dr. H. ABDUL MANAN, SH.,SIP.,M.Hum. I. KONDISI HAKIM PENGADILAN AGAMA 1. Rendah diri 2. Terikat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I OLEH : Dr. Hj. FUTUM HUBAIB, S.Sos, M.M FRENDLY ALBERTUS, S.Sos, M.A PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah hingga penulisan laporan akhir penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 59 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif berfokus pada hukum positif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG

PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG PANDANGAN HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN MAQÂSHID AL-SYARÎ AH DALAM UPAYA RECHTVINDING DI PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG A. Pendahuluan Sebuah aturan hukum tidaklah mungkin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 145 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan anak dan pengakuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan anak dan pengakuan anak. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan salah satu instansi pemerintah yang bertugas melayani masyarakat dalam hal pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan,

Lebih terperinci

Menjawab: Ilmu pada umumnya bertujuan: Untuk memecahkan masalah (problem solving) apa bagaimana mengapa

Menjawab: Ilmu pada umumnya bertujuan: Untuk memecahkan masalah (problem solving) apa bagaimana mengapa Ilmu pada umumnya bertujuan: Untuk memecahkan masalah (problem solving) Menjawab: apa bagaimana mengapa Sarjana Hukum mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah hukum (the power of solving legal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Program Studi : Pendidikan Agama Kristen

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Program Studi : Pendidikan Agama Kristen RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN No. Dokumen Berlaku Sejak No. Revisi Tanggal Revisi Halaman Program Studi : Pendidikan Agama Kristen Mata Kuliah (MK) : Filsafat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat bermacam-macam definisi Hukum, menurut P.Moedikdo arti Hukum dapat ditunjukkan pada cara-cara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS HASANUDDIN

UNIVERSITAS HASANUDDIN Nama Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS HASANUDDIN Nama Fakultas : HUKUM Nama Departemen : ILMU HUKUM Nama Prodi : S1 ILMU HUKUM RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH KODE MK SKS Status Bagian SM

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berfikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah aturan hukum tidaklah mungkin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak jelas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian penegakan hukum. Mengenai pengertian dari penegakan hukum menunjuk pada batasan pengertian dari para sarjana. Identifikasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) GANJIL 2016

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) GANJIL 2016 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) GANJIL 2016 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA FAKULTAS PROGRAM STUDI : : Ilmu RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH (MK) KODE RUMPUN MK BOBOT SKS PENGANTAR

Lebih terperinci

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan terhadap pegawai negeri sipil yang diduga terlibat tindak pidana korupsi berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 (studi kasus dugaan tindak

Lebih terperinci

2/24/2011

2/24/2011 1. Penalaran 2. Metode Penalaran 3. Kekeliruan penalaran hukum 4. Pemecahan masalah hukum ETIMOLOGIS Dari kata NALAR yang berarti: 1. Pertimbangan ttg baik, buruk, dsb: akal budi; misal: setiap keputusan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 21 PENEMUAN HUKUM (BAGIAN 3)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 21 PENEMUAN HUKUM (BAGIAN 3) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 21 PENEMUAN HUKUM (BAGIAN 3) B. Metode Argumentasi/Metode Konstruksi Hukum Interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA. Abstrak

PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA. Abstrak  PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA Abstrak Hukum Harus dilaksanakan dan ditegakkan, karena hukum berfungsi sebagai pelindung kepentingan manusia. Penegakan hukum harus memperhatikan unsur kepastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma. 68 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis dalam BAB II, maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adjie, Habib, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung. _, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. _, 2011,

Lebih terperinci

BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM. Kode Mata Kuliah : WHM 5207

BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM. Kode Mata Kuliah : WHM 5207 BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : WHM 5207 Tim Penyusun Pengajar : : 1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS 2. Ketut Rai Setiabudi, SH, MH. 3. Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, SH,MH.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Pembangunan Daerah dengan fungsinya meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah, sebagai perantara pihakpihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan

Lebih terperinci

K U L I A H L O G I K A Program Studi PAK

K U L I A H L O G I K A Program Studi PAK tuhoni.telaumbanua@gmail.com K U L I A H L O G I K A Program Studi PAK Apa komentarmu dengan gambar di sebelah ini? Pengertian Sesat pikir / Falasi Falasi, disebut juga sesat pikir Sesat Pikir adalah argumen-argumen

Lebih terperinci

Fakultas Hukum UNTAG Semarang

Fakultas Hukum UNTAG Semarang Mata Kuliah SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Kode Mata Kuliah : HKIn 4006 S K S : 2 Dosen : Bahasa Indonesia Hukum : Drs. Trismanto FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 1 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Asikin Zainal, H, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Asikin Zainal, H, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. 172 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Amiruddin dan Asikin Zainal, H, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Asshiddiqie, Jimly, Perihal Undang-undang di Indonesia, Mahkamah

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM HAL TRANSAKSI JUAL BELI

KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM HAL TRANSAKSI JUAL BELI KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM HAL TRANSAKSI JUAL BELI (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA) SKRIPSI OLEH : GEDE OKKY ANDIKA DANANJAYA

Lebih terperinci

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 1 Keberadaan Sosiologi Hukum Dalam Konteks Ilmu Hukum Kecenderungan Ilmu hukum dititik beratkan pada sifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Lebih terperinci

PENELITIAN HUKUM Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum Prasetyo Hadi Purwandoko, SH, MS

PENELITIAN HUKUM Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum Prasetyo Hadi Purwandoko, SH, MS PENELITIAN HUKUM Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum Prasetyo Hadi Purwandoko, SH, MS www.jamalwiwoho.com MPH II 1 Penelitian Hukum Penelitian hk adalah suatu proses utk menemukan aturan hk, prinsip2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung. Adrian Sutedi, 2003, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung. Adrian Sutedi, 2003, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA A. Buku- Buku Abdul Kadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung. Adam Smith, 1937, An Inquiry into the Nature an Cause of the Wealth of Nations (edited by Edwin Canan), Random

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak swasta maupun pihak pemerintah yang biasa disebut dengan Badan Usaha.

BAB I PENDAHULUAN. pihak swasta maupun pihak pemerintah yang biasa disebut dengan Badan Usaha. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan udara merupakan salah satu alternatif sebagai sarana transportasi yang cepat, efisien, dan ekonomis bagi pengangkutan antar pulau dan antar daerah terutama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki beragam hak sejak ia dilahirkan hidup. Hak yang melekat pada manusia sejak kelahirannya ini disebut

Lebih terperinci

Pedoman Perkuliahan Agronomi Lanjut. Roedhy Poerwanto Ade Wachyar Iskandar Lubis Harjadi

Pedoman Perkuliahan Agronomi Lanjut. Roedhy Poerwanto Ade Wachyar Iskandar Lubis Harjadi Pedoman Perkuliahan Agronomi Lanjut Roedhy Poerwanto Ade Wachyar Iskandar Lubis Harjadi Satuan Kredit Semester kegiatan tatap muka terjadwal dengan dosen selama 50 menit, kegiatan akademik terstruktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perbuatan dan Sifat melawan Hukum I. Pengertian perbuatan Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap gerak otot yang dikehendaki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hidup bermasyarakat manusia dapat melangsungkan hidupnya. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan hidup bermasyarakat manusia dapat melangsungkan hidupnya. Untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan modus survival bagi makhluk manusia artinya hanya dengan hidup bermasyarakat manusia dapat melangsungkan hidupnya. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

KahfiSalim R

KahfiSalim R EPISTEMOLOGI ILMU HUKUM : STUDI TENTANG MODEL PENALARAN DALAM PENYUSUNAN TESIS DI PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM UMS NASKAH PUBLIKASI KahfiSalim R.100 060 017 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pembahasan masalah pada bab sebelumnya,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pembahasan masalah pada bab sebelumnya, 90 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan masalah pada bab sebelumnya, kesimpulan dalam skripsi ini dapat diuraikan menjadi 2 hal sebagai berikut: 1. Pengaturan jangka waktu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu Negara adalah kesehatan perbankan. 1 Di Indonesia, industri perbankan sudah mulai bangkit dan berkembang terutama setelah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU : Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008. Achmad Rivai, Penemuan Hukum oleh Hakim : dalam

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. terhadap pokok persoalan yang dikaji dalam karya ini, yaitu: 1. Pertimbangan hukum penerimaan dan pengabulan permohonan

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. terhadap pokok persoalan yang dikaji dalam karya ini, yaitu: 1. Pertimbangan hukum penerimaan dan pengabulan permohonan BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan diskusi yang telah dikupas pada bagian sebelumnya dalam skripsi ini, maka dapat ditarik dua kesimpulan sebagai jawaban terhadap pokok persoalan yang

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2014

KONTRAK KULIAH PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2014 KONTRAK KULIAH Mata Kuliah : Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah Kode Mata Kuliah : MKL-17 SKS : 2 Dosen : Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH.,M.Hum PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS

Lebih terperinci