KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM HAL TRANSAKSI JUAL BELI
|
|
- Susanto Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN DALAM HAL TRANSAKSI JUAL BELI (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SINGARAJA) SKRIPSI OLEH : GEDE OKKY ANDIKA DANANJAYA NPM : PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANJI SAKTI SINGARAJA i 1 / 53
2 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i DAFTAR ISI..ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah 4 BAB II METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Sifat Penelitian / 53
3 2.3 Lokasi Penelitian Sumber dan Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data...7 BAB III HASIL PENELITIAN. 8 BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran-saran.14 DAFTAR PUSTAKA / 53
4 ii 1 4 / 53
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 5 / 53
6 Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu masyarakat maka kedudukan tanah akan semakin menjadi topik dalam hal kebutuhan akan tempat tinggal dan sebagai tanah garapan. Apalagi terhadap suatu daerah yang penduduknya begitu padat. Yang terpenting sekali adalah kedudukan hak-hak atas tanah itu. Demikian pula dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara 1960 Nomor 104) yang dikenal sebagai UUPA, telah ditentukan bahwa tanah-tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia harus diinventariskan. Untuk melakukan inventarisasi tanah, perlu dilakukan pendaftaran hak atas tanah Seseorang perlu mengidentifikasikan tanahnya, agar dapat memberikan kepastian hukum terhadap pemilikan hak milik atas tanah tersebut, sehingga semua peralihan hak atas tanah harus dibawah pengawasan pemerintah, karena bisa saja tanah yang kurang jelas identitasnya 6 / 53
7 itu dapat menimbulkan suatu permasalahan dikemudian hari. Penyebab terjadinya hal tersebut dikarenakan adanya kecerobohan seseorang mengenai jual beli tanah yang sudah jelas peralihan hak atas tanah itu hanya dilakukan atas dasar kepercayaan, yang sering terjadi di pedesaan yang pada umumnya masih kurang paham mengenai segala peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. 2 7 / 53
8 Sertifikat hak milik atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah, berisi data fisik mengenai keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, dan bangunan yang dianggap perlu, serta data yuridis mengenai keterangan tentang status tanah terdaftar, pemegang hak milik atas tanah, dan hak-hak lain, serta beban-beban lain yang berada di atasnya. Dengan sertifikat hak milik atas tanah, maka kepastian berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subjek hak, dan objek haknya menjadi nyata. Oleh karena itu, dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya, sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat. Artinya, harus dianggap benar sampai dibuktikan sebaliknya di pengadilan dengan bukti yang lain. Pada dasarnya hubungan antara kepastian hukum hak milik atas tanah dan perlindungan hukum dapat disinergikan bahwa kepastian hukum itu adalah sarana untuk memperoleh perlindungan hukum. Kepastian hukum yang meliputi kepastian objek, kepastian hak dan 8 / 53
9 kepastian subjek merupakan sasaran untuk mendapatkan perlindungan hukum atas pemilikan tanah yang sudah bersertifikat. Dengan demikian, hak milik atas tanah yang sudah bersertifikat, mendapat perlindungan hukum terhadap tindakan sewenang-wenang. Perlindungan hukum itu sendiri merupakan upaya berdasarkan hukum, baik bersifat preventif maupun represif, agar sertifikat sebagai tanda bukti hak yang kuat dapat memperoleh perlindungan hukum. Kenyataan yang terjadi bahwa sertifikat hak milik atas tanah yang diterbitkan, mengandung kelemahan terhadap kepastian haknya, karena masih dapat dipersoalkan oleh masyarakat di lembaga peradilan. Oleh karena itu, sertifikat hak milik atas tanah memiliki kekuatan hukum pasti setelah memperoleh putusan hakim. 9 / 53
10 3 Adapun kultur hukum dalam masyarakat yang meliputi kesadaran hukum masyarakat dan realitas sosial berpengaruh dalam proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah dan proses pengujian kepastian hukum di Lembaga Pengadilan. Proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah, kultur hukum masyarakat berperan dalam memberikan keterangan kebenaran data fisik dan data yuridis tanah. Kultur hukum masyarakat juga berperan dalam proses peradilan yang merupakan lembaga tempat mencari keadilan. 10 / 53
11 Masalah yang sering dijumpai dalam masyarakat terkait dengan transaksi jual beli hak atas tanah yang belum sampai kepada pembuatan akta, sebagaimana bunyi dari Pasal 37 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang menyebutkan bahwa : Pemberian hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam pengusahaan (impreng) dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1. Transaksi jual beli hak atas tanah hanya dibuktikan oleh adanya kwitansi pembayaran yang disaksikan oleh kepala desa yang belum sampai kepada pembuatan akta, salah satu diantaranya, karena dengan alasan pada saat terjadinya transaksi jual beli tanah tersebut, uang pembeli belum mencukupi untuk membuat akta, sehingga pembuatan akta jual 11 / 53
12 beli tersebut ditangguhkan. Setelah pembeli memiliki cukup uang untuk membuat akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disebut dengan PPAT, maka diajaklah penjual untuk menyelesaikan akta tersebut. Akan tetapi penjual tersebut menolak untuk menandatangani akta dengan bermacam-macam alasan, sehingga pembeli mengalami kesulitan dalam pembuatan akta yang dibuat atas nama pembeli oleh PPAT serta penyelesaian penerbitan sertifikat tanah / 53
13 Sehingga salah satu jalan yang harus ditempuh oleh pembeli untuk mengatasi kesulitan dalam pembuatan akta tersebut, tidak lain dengan jalan membuat surat gugatan yang diajukan kepada ketua pengadilan negeri. Dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai hukum tetap, maka putusan pengadilan tersebut dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan untuk memperoleh sertifikat hak milik atas tanah. Dengan demikian, putusan pengadilan tersebut mempunyai pengaruh dan fungsi yang sama dengan akta jual beli yang dibuat oleh PPAT. 1.2 Rumusan Masalah 13 / 53
14 BAB II METODE PENELITIAN 5 14 / 53
15 Penelitian dalam ilmu hukum ada 2 (dua) jenis. Yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dititikberatkan pada substansi hukum, yaitu apakah dalam suatu aturan hukum terjadi konflik norma, norma kabur atau norma kosong. Penelitian hukum empiris adalah penelitian untuk melihat dan menganalisa norma atau aturan hukum yang ada kemudian disesuaikan dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Ciri-ciri dari suatu penelitian hukum empiris adalah sebagai berikut: 1. Adanya kesenjangan antara das sollen dengan das sein yaitu kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan, kesenjangan antara keadaan teoritis dengan fakta hukum, dan/atau adanya situasi ketidaktahuan yang dikaji untuk pemenuhan kepuasan akademik; 2. Umumnya menggunakan hipotesis; 3. Menggunakan landasan teoritis dan kerangka berpikir; 15 / 53
16 4. Menggunakan data primer dan data skunder, dimana data skunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier. 5. Data primer dan data skunder kontribusinya sama pentingnya dalam penelitian yang sedang dikerjakan. Dalam hal ini tidak ada data yang satu lebih unggul dari data yang lain atau berkedudukan sebagai data utama sedangkan data yang lain / 53
17 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian ilmu hukum empiris secara yuridis dan pendekatan sosiologis, yaitu berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada di masyarakat dan dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 17 / 53
18 2.2 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang saya gunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif (menggambarkan) yang bertujuan untuk menggambarkan/melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat 2.3 Lokasi Penelitian 18 / 53
19 Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Singaraja dan Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, jadi berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, yang terutama adalah untuk memudahkan proses pencarian dan konfirmasi data mengenai permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini. 2.4 Sumber dan Jenis Data Sesuai dengan pendekatan masalah yang dipergunakan, untuk mendukung penelitian 19 / 53
20 ini maka penulis mempergunakan data yang berasal dari : 1. Sumber Data Primer Yaitu keterangan atau fakta yang diperoleh dengan jalan membaca buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dan karangan ilmiah dari para sarjana khususnya di bidang hukum perdata yang relevan dengan permasalahan ini / 53
21 Sumber Data Sekunder Yaitu dilakukan dengan jalan mengumpulkan data yang ada di Pengadilan Negeri Singaraja dan Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng khususnya yang menyangkut masalah yang ada hubungannya dengan tulisan ini. 21 / 53
22 2.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data di lapangan, dilakukan dengan tehnik studi dokumenter yaitu dalam hal ini putusan-putusan pengadilan dan dengan wawancara atau interview dengan Hakim Pengadilan Negeri Singaraja yaitu Bapak Amin Immanuel Bureni di Pengadilan Negeri Singaraja dan Kepala Bidang Sengketa Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng yaitu Bapak I Gede Sujana di Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng, khususnya mengenai masalah jual beli tanah yang belum mempunyai akta jual beli. 2.6 Pengolahan dan Analisis Data 22 / 53
23 Dari data yang telah terkumpul, maka selanjutnya akan diadakan suatu analisis yang merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan. Penganalisaan ini dilakukan secara kualitatif dan penyajiannya secara deskriptif analitis. Bahan yang dikumpulkan, dideskripsikan dan dijelaskan secara sistematis, logis dan rasionalis yang kemudian akan di pelajari sebagai sesuatu yang utuh 8 23 / 53
24 BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Pengaruh Putusan Pengadilan Tentang Transaksi Jual Beli Atas Tanah Terkait dengan Permohonan Serifikat Hak Milik 24 / 53
25 Apabila timbul sengketa antara pihak, maka yang termuat dalam akta otentik merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat pembuktian lainnya, dimana dalam praktek hukum memudahkan pembuktian dan memberikan kepastian hukum yang lebih kuat. Berbeda dengan akta di bawah tangan yang masih dapat disangkal dan baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna apabila diakui oleh kedua belah pihak, atau dikuatkan lagi dengan alat bukti lainnya. Oleh karenanya, dikatakan bahwa akta di bawah tangan merupakan permulaan bukti tertulis. Akta jual beli merupakan dokumen yang membuktikan adanya peralihan hak atas tanah dari pemilik sebagai penjual kepada pembeli sebagai pemilik baru. Pada prinsipnya jual beli 25 / 53
26 tanah bersifat terang dan tunai, yaitu dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan harganya telah dibayar lunas. Hal yang dilakukan PPAT sebelum transaksi dilakukan adalah pemeriksaan sertifikat hak atas tanah yang bertujuan agar memastikan bahwa tanah tersebut tidak sedang terlibat sengketa hukum, tidak sedang dijaminkan, atau tidak sedang dalam penyitaan pihak berwenang. Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan satu pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh 26 / 53
27 penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Alasan yang sebenarnya menjadi tujuan akhir dari sengketa adalah ada pihak yang lebih berhak dari yang lain (prioritas) atas tanah yang disengketakan, oleh karena itu penyelesaian sengketa hukum terhadap sengketa tersebut tergantung dari sifat permasalahan yang diajukan dan prosesnya akan memerlukan beberapa tahap tertentu sebelum diperoleh suatu keputusan. Mengenai tata cara dan prosedur penyelesaian sengketa hukum atas tanah belum diatur secara konkrit, seperti mekanisme pemohonan hak atas tanah (Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1999), oleh karena itu penyelesaian kasus tidak dilakukan dengan pola penyelesaian yang seragam tetapi dari beberapa pengalaman 9 27 / 53
28 Apabila terjadinya suatu transaksi jual beli tanah hingga menimbulkan suatu perkara sampai ke Pengadilan maka sebelum akan menjatuhkan putusannya, hakim harus melakukan tiga tindakan secara bertahap yaitu mengkonstatir, mengkualifisir, dan kemudian mengkonstituir agar putusan yang diberikan oleh hakim dapat memberikan pertimbangan tentang benar tidaknya suatu peristiwa atau menentukan hukumnya. Mengkonstatir artinya melihat, mengakui atau membenarkan bahwa telah terjadi peristiwa yang diajukan kepadanya. Untuk sampai kepada konstatir, hakim harus mempunyai 28 / 53
29 kepastian sehingga konstateringnya itu tidak hanya sekedar dugaan atau gegabah tentang adanya peristiwa yang bersangkutan, untuk itu hakim harus melakukan pembuktian dengan alat-alat bukti yang tersedia untuk mendapatkan kepastian tentang peristiwa yang diajukan kepadanya. 10 Setelah hakim mengkonstatir peristiwanya maka tindakan yang harus dilakukan 29 / 53
30 kemudian ialah mengkualifisir peristiwanya itu. Mengkualifisir berarti menilai peristiwa yang benar-benar telah dianggap terjadi, termasuk ke dalam hubungan hukum yang mana. Dengan kata lain menemukan hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstatir. Dalam tahap akhir sesudah mengkonstatir dan mengkualifisir peristiwa, maka hakim harus mengkonstituir atau memberi konstitusinya. Ini berarti hakim akan menetapkan hukumnya kepada yang bersangkutan dan memberi keadilan. Terhadap perkara transaksi jual beli tanah yang belum mempunyai akta jual beli dalam rangka memperoleh sertifikat tanah, maka perkara tersebut akan diselesaikan sesuai dengan tugasnya berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini, pengadilan tidak boleh menciptakan hukum melainkan hanya mencari dan menyatakan adanya peraturan hukum. 30 / 53
31 Putusan hakim dalam hubungannya dengan pembuatan sertifikat tanah adalah untuk dapat dipakai sebagai dasar dalam memohon sertifikat hak atas tanah, tetapi hal ini tergantung dari isi putusan. Apabila isi putusan itu mengesahkan suatu jual beli, maka putusan pengadilan tersebut dapat dipakai dasar untuk memohon sertifikat tanah. Fungsi dari putusan pengadilan yaitu mengesahkan suatu proses jual beli tanah yang sama fungsinya dengan akta jual beli yang dibuat oleh PPAT. Oleh karena baik dari akta PPAT maupun putusan pengadilan adalah sama-sama merupakan alat bukti otentik tentang terjadinya transaksi jual beli tanah / 53
32 11 Kekuatan Hukum Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Yang Dibuat Berdasarkan Putusan Pengadilan Dalam Hal Transaksi Jual Beli Usaha yang menuju kearah kepastian hukum atas tanah tercantum dalam ketentuan-ketentuan 32 / 53
33 dari pasal-pasal yang mengatur tentang pendaftaran tanah, dalam Pasal 19 UUPA disebutkan untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah, UUPA mengharuskan pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum, dengan di selenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status hukum daripada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang memiliki dan beban-beban apa yang melekat di atas tanah tersebut. Menurut ketentuan Pasal 19 UUPA tersebut, sudah dinyatakan bahwa pemerintah akan memberikan jaminan perlindungan hukum dan kepastian hak atas tanah yang didaftar dengan memberikan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Makna kuat dalam konteks ini harus disandingkan dengan makna mutlak atau tidak dapat 33 / 53
34 diganggu gugat. Makna kuat artinya tidaklah mutlak atau masih dapat diganggu gugat. Makna kuat ini lah yang selalu dijadikan persoalan hukum bagi pihak-pihak yang kepentingannya dirugikan. Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah yang dibuat berdasarkan akta otentik adalah jika tidak dapat dibuktikan sebaliknya perbuatan hukum (akta otentik) yang menjadi dasar dikeluarkannya sertifikat hak atas tanah itu. Pada saat lahirnya sertifikat hak milik berdasarkan putusan pengadilan, pada saat itu juga akta otentik lain yang isinya bertentangan dengan putusan pengadilan yang menyangkut obyek yang sama menjadi gugur. Kepala kantor Pertanahan akan mencatat putusan pengadilan tersebut dalam daftar buku tanah dan dalam sertifikat yaitu tentang pemilik sesungguhnya dari tanah yang telah ada sertifikat hak milik sebelumnya. 34 / 53
35 12 Kasus jual beli tanah yang belum sampai pembuatan akta jual beli, jika didasarkan oleh bukti-bukti yang dimiliki oleh pembeli tanah tersebut, pembuatan sertifikat hak milik atas tanahnya dapat terlaksana dengan didasarkan atas putusan pengadilan tersebut. Jadi kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan putusan pengadilan adalah sama dengan kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan akta jual beli yang dibuat oleh PPAT. 35 / 53
36 13 BAB IV PENUTUP 36 / 53
37 4.1 Simpulan Berdasarkan latar belakang dan kajian yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengaruh putusan pengadilan tentang transaksi jual beli atas tanah terkait dengan permohonan serifikat hak milik adalah dapat dijadikan dasar untuk menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah oleh Kantor Pertanahan, bilamana putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian putusan pengadilan tersebut memiliki kekuatan hukum yang 37 / 53
38 sama dengan akta jual beli tanah yang dibuat dihadapan PPAT. 2. Kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan putusan pengadilan dalam hal transaksi jual beli yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah sama dengan kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan akta yang dibuat dihadapan PPAT / 53
39 4.2 Saran-saran Mengingat pentingnya sertifikat hak atas tanah, khususnya yang menyangkut hak milik, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, sebagai gambaran dalam perolehan sertifikat hak milik atas tanah sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat, bilamana melakukan transaksi jual beli hak milik atas tanah maka sedapat mungkin dilakukan dihadapan PPAT, hal ini untuk menghindari adanya permasalahan dikemudian hari di antara para pihak. 2. Bagi pemerintah, hendaknya dapat meningkatkan upaya sosialisasi tentang proses transaksi jual beli hak atas tanah dan proses penerbitan sertifikatnya, demi terjaminnya 39 / 53
40 kepastian hukum. 15 DAFTAR PUSTAKA 40 / 53
41 Ateng Afandi Tentang Melaksanakan Putusan Hakim Perdata. Bandung. Alumni bandung. Bachtiar Effendie.S.H Pendaftaran Tanah Di Indonesia Dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta. Jilid Pertama Bagian Kedua. Penerbit Alumni Bandung. Boedi Harsono Sejarah Penyusunan Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta. Penerbit Djambatan. 41 / 53
42 1994. (Edisi Revisi), Hukum Agraria Indonesia. Jakarta.Penerbit Djambatan Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pemmbentukan Undang-Undang Pokok Agraria isi dan pelaksanaannya. Jakarta. Djembatan. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH Hukum Acara Perdata Indonesia. Jogjakarta. Penerbit Liberty. 42 / 53
43 Fakultas Hukum Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Singaraja. Fakultas Hukum Universitas Panji Sakti H.A. Mukti Arto Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta. Cet. I Rineka Cipta. Irawan Soerodjo Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Surabaya: Penerbit Arkola. 43 / 53
44 Iqbal Hasan, M Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia. Kartini.J.Soedjendro Perjanjian Hak Atas Tanah Yang Berpotensi Konflik. Semarang : Penerbit Kanisius. K.Wantjik Saleh, 1977, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia. 44 / 53
45 Mariam Darus Badrulzaman Perjanjian Kredit Bank. Bandung. Alumni Bandung. Moleong Metode Penelitian Hukum. Bandung. PT. Remaja Kodakarya. Muchtar Wahid Memaknai Kepastian Hukum Hak Atas Tanah. Jakarta : Penerbit Republika. 45 / 53
46 16 Muhammad Abdulkadir Hukum Acara Perdata Indonesia. Cet III. Bandung : Penerbit Alumni Bandung. 46 / 53
47 Murad Rusmadi Penyelesaian Sengketa Hukum Hak Atas Tanah. Bandung. Mandar Maju. Retnowulan Sutantio Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. Bandung. Cet V bandung. R. Soeprapto Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek. Jakarta. Penerbit Liberty. 47 / 53
48 R. Subekti Hukum Pembuktian. Jakarta. Cetakan III Pradnya. R. Supomo Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita. Sri Sudewi Sofwan Hak Jaminan Atas Tanah. Yogyakarta. Cet IV Penerbit Liberty 48 / 53
49 Sunggono, Bambang Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada. Sunindhia dan Widiyanti Pembaharuan Hukum Agraria. Jakarta. Bina Aksara. Sunaryati Hartono Beberapa Pemikiran ke Arah Pembaharuan Hukum Tanah. Bandung. Alumni. Syamsul Bahri, Hukum Agraria Indonesia Dulu dan Kini. Padang. Penerbit Fakultas 49 / 53
50 Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Andalas. Usman Rachmadi Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan. Bandung. Citra Aditya Bakti Sumber Internet : M.Yahya Harahap, SH Kewenangan Pengadilan Untuk Mengadili. Diakses dari 50 / 53
51 ses.com/kewenangan-mengadili/, pada tanggal 21 April Pukul Sri Winarsi. Wewenang Pertanahan Pada Era Otonomi Daerah. Diakses dari pada tanggal 21 April Pukul / 53
52 Peraturan Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria. (UUPA) 52 / 53
53 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 53 / 53
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal didirikannya Republik Indonesia, yang menjadi tujuan utama pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara geografis tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas tanah merupakan hak
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017
TUGAS DAN KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA 1 Oleh : Suci Ananda Badu 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia, karena manusia pasti membutuhkan tanah.tanah yang dapat memberikan kehidupan bagi manusia, baik untuk tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi
Lebih terperinciPROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH
1 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri dan Kantor Pertanahan Surakarta) A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan
KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3082 K/Pdt/2011) JURNAL PENELITIAN Diajukan Guna Memenuhi
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :
PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh : DAYA AGENG PURBAYA ABSTRAKSI Masyarakat awam kurang mengetahui
Lebih terperinciPROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sebagai tempat pembangunan dan juga tempat mata pencaharian masyarakat. Tanah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani proses kehidupan senantiasa berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam berusaha dan bekerja tersebut saseorang pasti mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup, berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Setiap orang memerlukan tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan
Lebih terperinci: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
Judul : AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA SERTIFIKAT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : GALUH LISTYORINI NPM : 11102115 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017
JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Mardalin Gomes 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan tanah diselenggarakan atas dasar peraturan perundangundangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :
123 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses Pendaftaran Peralihan dari Pemisahan Hak Guna Bangunan Induk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa,
DAFTAR PUSTAKA A. Pittlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Terjemahan M. Isa Arif, PT Intermasa, A.P. Parlindungan, 1973, Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, Alumni, Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan
Lebih terperinciTujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti
TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HAMBATAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Anwar Sulaiman Nasution 1.
TINJAUAN TENTANG HAMBATAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Oleh: Anwar Sulaiman Nasution 1 Abstrak Tulisan ini merupakan suatu hasil penelitian dengan pokok permasalahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah. bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016
PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH AKIBAT HIBAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA 1 Oleh : Cry Tendean 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdoel Djamali, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Abdoel Djamali, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Abdulkadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Achmad Iksan, 1969, Hukum Perdata IB, Pembimbing
Lebih terperinciPERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I
PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur
Lebih terperinciKEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH
MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh
ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.
112 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Indonesia, Bandung : PT. Citra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan adanya alat bukti tertulis dalam suatu pembuktian di Pengadilan mengakibatkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat yang menyangkut
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Pelaksanaan peralihan hak milik atas tanah karena (hibah) di
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan peralihan hak milik atas tanah karena (hibah) di Kabupaten Sleman sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Buku-buku Abdurrahman, 1984, Kedudukan Hukum Adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia, Cetakan I, Jakarta, Akademika Pressindo
135 DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Abdurrahman, 1984, Kedudukan Hukum Adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia, Cetakan I, Jakarta, Akademika Pressindo Afandi, Ali, 1997, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017
PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Suyadi Bill Graham Ambuliling 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan manusia sebagai tempat untuk bermukim maupun sebagai sumber mata pencaharian. Tanah tersebut mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga peradilan sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi setiap warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan otonom,salah satu unsur penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jual beli tanah..., Ni Wayan Nagining Sidianthi, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang penting, sebab sebagian besar dari kehidupan manusia tergantung pada tanah. Tanah berfungsi sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alenia IV dijelaskan tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Lebih terperinciANDHIKA SURYA PRATAMA NIM
KAJIAN TENTANG GUGATAN TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 822 K/Pdt/2015) JURNAL PENELITIAN Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Ashafa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta Badrulzaman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan
Lebih terperinciBAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.
80 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang
Lebih terperinciRINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B
PERALIHAN PENGUASAAN TANAH NEGARA SECARA DI BAWAH TANGAN DAN PROSES PEROLEHAN HAKNYA DI KANTOR PERTANAHAN JAKARTA UTARA (Studi Kasus di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja Jakarta Utara) RINGKASAN TESIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubunganya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk matipun manusia masih
Lebih terperinciDewi Hasmawaty Simanjuntak
PENYELESAIAN SENGKETA PERBEDAAN DATA FISIK DALAM SERTIPIKAT DENGAN HASIL UKUR TERHADAP GANTI RUGI KEPADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PADANGSARI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG (Dalam Rangka Pengadaan Tanah
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017
ASPEK YURIDIS PERALIHAN HAK ATAS TANAH MELALUI TUKAR-MENUKAR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1996 1 Oleh: Natalia Maria Liju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.
Lebih terperinci3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339
KEWENANGAN MENJUAL SENDIRI (PARATE EXECUTIE) ATAS JAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN 1 Oleh: Chintia Budiman 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari
Lebih terperinciUpik Hamidah. Abstrak
Pembaharuan Standar Prosedure Operasi Pengaturan (SOP) Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Wasiat Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak Upik Hamidah Dosen Bagian Hukum Administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konsep hukum tanah nasional, tanah di wilayah Republik Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan
Lebih terperinciPendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok dalam istilah lainnya disebut kebutuhan primer. Kebutuhan primer terdiri dari sandang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan
Lebih terperinciBAB IV. mengusai suatu tanah, di masa lalu haruslah membuka hutan terlebih dahulu,
BAB IV KEKUATAN HUKUM SURAT KETERANGAN TANAH KEPALA DESA DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH Pada prakteknya apabila seseorang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017
TATA CARA PERPANJANGAN DAN PEMBAHARUAN HAK GUNA BANGUNAN BERDASARKAN PP. NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Sitti Rachmi Nadya Mo o 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia akan terus
1 BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia akan terus meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Hal ini menyebabkan tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat kepentingan terdiri dari kebutuhan
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah atau sebidang tanah dalam bahasa latin disebut ager. Agrarius berarti perladangan, persawahan, pertanian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agraria berarti
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia
BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang
Lebih terperinciJAMINAN. Oleh : C
NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan Pengertian peranan menurut Margono Slamet adalah mencakup tindakan atas perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi dalam masyarakat (Margono Slamet,
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2
PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 1 Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana Pendaftaran Pemberian
Lebih terperinciEKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya hukum yang dilakukan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Cik Ditiro Yogyakarta dalam menangani debitur yang wanprestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu tim hakim yang berbentuk majelis. Majelis hakim tersebut paling sedikit terdiri dari tiga orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur oleh undang - undang termasuk dalam hal pengikatan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana diatur oleh undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia bahkan sampai meninggalpun manusia masih membutuhkan tanah. Kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi paling luar berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan mengatur tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah merupakan modal bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya tanah bagi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting, hal ini menjadikan kebutuhan akan tanah semakin besar. Oleh karena itu untuk memperoleh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
Lebih terperinci