UNSUR SUPRASEGMENTAL DALAM FONOLOGI BAHASA RUSIA
|
|
- Sonny Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNSUR SUPRASEGMENTAL DALAM FONOLOGI BAHASA RUSIA Makalah Dipresentasikan di Program Pascasarjana BKU Linguistik November 2006 Oleh Tri Yulianty K. NIP FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2006
2 Abstrak Unsur suprasegmental yang paling menonjol dalam bahasa Rusia adalah tekanan dan intonasi. Selain suku kata (vokal) yang mendapat tekanan diucapkan lebih keras, pemberian tekanan ini berpengaruh pada lingkungan kata secara fonetis dan fonemis. Tekanan pada suatu kata terjadi pula dalam frasa dan kalimat sebagai pusat/tujuan ujaran. Tekanan ini tidak lepas dari unsur intonasi yang berkaitan pula dengan nada sebagai cara dasar untuk memunculkannya. Intonasi bersifat fonemis sehingga dapat membentuk tipe-tipe kalimat seperti deklaratif, interogatif, dan imperatif.
3 UNSUR SUPRASEGMENTAL DALAM FONOLOGI BAHASA RUSIA A. PENDAHULUAN Dalam ujaran selain terdapat unsur yang dapat disegmentasikan terdapat pula unsur luar yang tidak disegmentasikan yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi (Chaer, 2003:120). Unsur ini merupakan unsur prosodi yang berada di atas segmen dan suku kata bahkan di atas kata dan kalimat (Yusuf, 1998: 55). Unsur demikian disebut unsur suprasegmental. Verhaar (2004: 87) membagi unsur suprasegmental ini atas intonasi, nada, aksen, dan tekanan, sedangkan Chaer (2003: ) membagi unsur ini atas tekanan atau stress, nada atau pitch, dan jeda. Verhaar membicarakan jeda dalam pembahasan mengenai intonasi, sementara aksen oleh ahli linguistik tertentu disebut tekanan. Setiap bahasa memiliki unsur suprasegmental yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh sifat unik setiap bahasa, misalnya pada bahasa-bahasa nada (Cina, Thailand) tinggi-rendahnya suara dapat membedakan arti. Berdasarkan jenis-jenis unsur suprasegmental tersebut di atas, unsur suprasegmental yang banyak dibicarakan dalam fonologi bahasa Rusia adalah tekanan dan intonasi. Nada dan jeda (pause) disinggung dalam pembahasan baik mengenai tekanan maupun intonasi karena, walaupun tidak mutlak, tekanan sering diikuti oleh nada yang tinggi. Nada pun merupakan bagian intonasi yang berurutan dalam suatu kalimat. Dalam tulisan jeda dilambangkan dengan koma, jeda merupakan segmen untuk penghentian sementara (dalam kalimat) yang diucapkan dengan intonasi tertentu kemudian disusul segmen lain dengan intonasi tertentu pula.
4 B. TEKANAN Kata terdiri dari suku kata. Kata yang terdiri dari dua atau lebih suku kata pada salah satu suku katanya mendapat tekanan sebagai pemisah. Cara pemisahan melalui tekanan ini berbeda pada beberapa bahasa. Pada bahasa Rusia tekanan jatuh pada huruf vokal dan vokal ini diucapkan lebih keras daripada vokal yang tidak mendapat tekanan. Perhatikan contoh-contoh berikut: 1. пилá /pilá/ gergaji 2. водá /vodá/ air 3. сукнó /suknó/ laken Pada contoh 1-3 vokal yang mendapat tekanan (á, á, ó) diucapkan lebih keras. Pengucapan yang lebih keras ini pun tak lepas dari nada yang lebih tinggi. Oleh karena itu, unsur prosodi ini berkaitan juga dengan unsur prosodi nada. Dalam bahasa Rusia tekanan dapat jatuh pada sembarang suku kata atau morfem, yaitu pada prefiks, akar kata, sufiks, atau akhiran. Perhatikan contoh-contoh berikut: 4. выйти /výjti/ berjalan (keluar) 5. дóмик /dómik/ rumah kecil 6. говорить /govorit / berkata 7. делá /delá/ urusan Pada contoh 4 tekanan jatuh pada suku kata yang berupa prefiks вы- /vý-/, pada contoh 5 tekanan jatuh pada suku kata yang merupakan akar kata tersebut (дóм /dóm/), pada contoh 6 tekanan jatuh pada sufiks -ить /-it /, sedangkan pada contoh 7 tekanan jatuh di suku kata terakhir pada akhiran kata tersebut (-лá /-lá/). Penempatan tekanan pada suatu suku kata dapat berpengaruh secara fonetis dan fonemis. Berubahnya pengucapan suatu bunyi vokal (misalnya o ) yang tidak mendapat tekanan pada suatu kata akibat penempatan tekanan pada vokal lain merupakan pengaruh fonetis.
5 Contoh: 8. ногá [нλгá] /nogá/ kaki 9. гóрод [гóръt] /górod/ kota 10. молокó [мълλкó] /molokó/ susu Pada contoh 8 10 tampak bahwa posisi tekanan yang berbeda pada suku kata (vokal) mengakibatkan berubahnya pengucapan vokal o yang berada di depan atau di belakang suku kata yang mendapat tekanan. Pemberian tekanan pada suatu suku kata (vokal) dapat menjadi pembeda makna leksikal dan/atau gramatikal, seperti terlihat pada contoh-contoh berikut ini: 11. мýка /muka/ siksaan, penderitaan - мукá /muká/ tepung 12. зáмок /zámok/ istana, benteng - замóк /zamók/ kunci 13. ноги /nogi/ kaki (N, f, t, gen.) - нóги /nógi/ kaki (N, j, nom.) 14. вóлос /vólos/ rambut (N, m, t, nom.) - волóс /volós/ rambut (N, j, gen.) Kedua pasangan kata pada contoh 11 dan 12 memiliki tekanan pada suku kata (vokal) yang berbeda dan pasangan kata tersebut memiliki makna leksikal yang berbeda pula. Kedua pasangan kata pada contoh 13 dan 14 memiliki makna yang sama (tetap), tetapi perbedaan tekanan pada suku katanya membedakan makna gramatikal kata tersebut. Dalam pembentukan forma gramatikal tekanan dapat berpindah tempat atau tetap. Menurut Lekant (1999: 98) dalam bahasa Rusia sebagian besar kata (±96%) memiliki tekanan yang tidak berubah pada pembentukan forma baru. Perhatikan contoh-contoh berikut: 15. книга /kniga/ buku (N, f, t, nom.) - книги /knigi/ (N, f, t, gen.) - книге /knige/ (N, f, t, dat.) - книгу /knigu/ (N, f, t, ak.) - книгой /knigoj/ (N, f, t, ins.) о книге /o knigje/ (N, f, t, prep.) 16. дéлать /delat / melakukan (V, inf.) дéлаю /delaju/ (V, p1, t) - дéлаешь /delaješ / (V, p2, t) - дéлает /delajet/ (V, p3, t) - дéлаем /delajem/ (V, p1, j) - дéлаете /delajetje/ (V, p2, j) - дéлают /delajut/ (V, p3, j)
6 17. дéрево /dérevo/ pohon (N, n, t, nom.) дерéвья /derév ja/ (N, j, nom.) 18. кóлос /kólos/ bulir (N, m, t, nom.) - колóсья /kolós ja/ (N, j, nom.) Pada contoh 15 semua forma nomina feminin tunggal (kniga) yang merupakan hasil deklinasi memiliki tekanan yang sama, yaitu pada suku kata (vokal) pertama. Begitu pula dengan contoh 16, verba infinitif (delat ) memiliki tekanan pada suku kata (vokal) pertama dan hasil konjugasi dari verba infinitif tersebut pun memiliki tekanan yang sama. Namun, pada pembentukan forma nomina tunggal menjadi jamak pada contoh 17 dan 18 terjadi perpindahan tekanan kata, yaitu dari suku kata (vokal) pertama ke suku kata (vokal) ke dua. Hal yang sama terjadi pada pembentukan kata baru, yaitu tekanan dapat berpindah tempat atau tidak. Contoh: 19. богáтый /bogátyji/ (Adj) yang kaya богáч /bogác/ (N) orang kaya 20. голосовáть /golosovát / (V) memberikan suara голосовáние /golosovánije/ (N) pemberian suara 21. глухóй /gluhóji/ (Adj) yang tuli глухость /glúhost / (N) hal tuli 22. избáвить /izbávit / (V) menyelamatkan избавлéние /izbavljénije/ (N) penyelamatan Pada pembentukan kata baru contoh-contoh tersebut, yaitu dari adjektiva menjadi nomina (19 dan 21) dan dari verba menjadi nomina (20 dan 22), pada contoh 19 dan 20 tidak terjadi perpindahan tekanan, sedangkan pada contoh 21 dan 22 terjadi perpindahan tekanan. Pada bunyi ujaran yang terdiri dari dua kata atau lebih (frasa, klausa, kalimat) terjadi juga tekanan. Beberapa kata memiliki tekanan yang lemah yang diberi tanda (`) sebagai pembeda dari tekanan yang keras ( ). Kata yang memiliki tekanan lemah ini antara lain: preposisi dan konjungsi bersuku kata dua dan tiga, numeralia yang digabungkan dengan nomina, beberapa
7 pronomina, dan kopula seperti pada contoh-contoh berikut secara berurutan: 23. òколо дόма /okolo doma/ dekat rumah 24. письмό, котòрое прислáли /pis mo, kotoroje prislali/ surat, yang telah dikirim 25. двà часá /dva časa/ dua jam 26. òн приéхал /on prijehal/ dia telah datang 27. ýтро было морόзное /utro bylo moroznoje/ pagi dingin Dalam frasa atau kalimat, kata yang diujarkan dengan tekanan yang lebih keras merupakan pusat atau titik tujuan yang dimaksud ujaran tersebut, seperti pada contoh-contoh berikut: 28. глубόкие размышления /glubokije razmyšljenija/ renungan-renungan yang mendalam 29. a. Я пойду в кино. /Ja nojdu v kino/ Saya akan pergi ke bioskop. b. Я пойду в кино. /Ja nojdu v kino/ Saya akan pergi ke bioskop. c. Я пойду в кино. /Ja nojdu v kino/ Saya akan pergi ke bioskop. Contoh 28. merupakan frasa dengan pusat tekanan jatuh pada e (dibubuhi tanda ) pada kata kedua. Contoh 29. (a, b, c) merupakan kalimat yang sama dengan tekanan yang jatuh pada kata yang berbeda. Pada 29a. kata /ja/ saya mendapatkan tekanan dengan maksud bahwa dalam kalimat itu sayalah yang melakukan kegiatan tersebut, bukan orang lain. Dalam 29b. tekanan jatuh pada kata /pojdu/ akan pergi, artinya - tidak melakukan kegiatan lain, sedangkan dalam 29c. tekanan jatuh pada kata /v kino/ ke bioskop, berarti - tidak pergi ke tempat lain. Tekanan dalam hal ini sangat berkaitan dengan intonasi yang akan dibahas pada subjudul berikut. C. INTONASI Intonasi merupakan ritme ujaran yang dalam kalimat digunakan untuk menyatakan makna sintaktis dan mengekspresikan emosi. Intonasi pun dapat menandai jenis-jenis kalimat (deklaratif, interogatif, imperatif) yang merupakan sifat fonemis dari intonasi. Cara dasar
8 memunculkan intonasi adalah dengan tonasi (tone nada ), yaitu nada rendah, sedang, dan tinggi. Dalam bahasa Rusia terdapat lima tipe konstruksi dasar intonasi, yaitu sebagai berikut: 1. Intonasi tipe-1 untuk menyatakan keselesaian dalam kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut: 30. а). Э т о м а м а. b). Э т о д о м. E t o m a m a E t o d o m Itu mama. Itu rumah. Pada kedua contoh tersebut bagian depan diucapkan dengan nada sedang, pusat intonasi yang berada di akhir kalimat merupakan bagian yang mendapatkan tekanan sehingga diucapkan dengan nada agak naik, sedangkan bagian belakang lebih rendah daripada nada sedang. 2. Intonasi tipe-2 untuk menyatakan kalimat interogatif yang menggunakan kata tanya. Contoh: 31. a). К т о п о е т? b). К у д а и д е т м а м а? /K t o p o je t?/ /K u d a i d je t m a m a?/ Siapa yang bernyanyi? Kemana mama pergi? Pada contoh 31. kata tanya mendapatkan tekanan sehingga merupakan pusat intonasi yang diucapkan dengan nada yang lebih tinggi dan kuat, pada akhir kata nada merendah. 3. Intonasi tipe-3 untuk kalimat interogatif tanpa kata tanya. Contoh: 32. М а м а д о м а? (Д а, д о м а) /M a m a d o m a? (Da, d o m a)/ Mama (ada) di rumah? (Ya, di rumah)
9 Pusat intonasi pada kalimat 32 berada pada kata terakhir dengan suku kata pertama yang mendapat tekanan. Bagian sebelum pusat diucapkan dengan nada sedang, sedangkan bagian pusat diucapkan agak naik kemudian menurun pada akhir suku kata. Pada konstruksi ini dapat terjadi perpindahan nada disesuaikan dengan pusat intonasi yang menjadi maksud ujaran dalam kalimat interogatif. Perhatikan contoh berikut: 33. М а м а д о м а? (Д а, м а м а) /M a m a d o m a? (D a, m a m a)/ Mama (ada) di rumah? (Ya, mama) Pada contoh 33., yang menjadi pusat intonasi adalah kata mama dengan tekanan jatuh pada suku kata pertama sehingga diucapkan dengan nada lebih tinggi kemudian menurun hingga akhir. mama menjadi pusat karena dalam kalimat interogatif ini si penanya menuntut jawaban dari lawan bicaranya mengenai siapa yang ada di rumah sehingga jawabannya yaitu mama, bukan orang lain (berbeda dengan contoh 32. yang menekankan pada kata di rumah, bukan di tempat lain sebagai jawaban yang dituntut). Hal yang sama, sebagai perbandingan, juga dapat kita perhatikan pada kedua contoh berikut: 34. О н а п о е т? Д а, п о е т. /O n a p o je t? D a, p o je t/ Dia (pr.) bernyanyi? Ya, bernyanyi. 35. О н а п о е т? Д а, о н а. /O n a p o je t? D a, o n a/ Dia (pr.) bernyanyi? Ya, dia. 4. Intonasi tipe-4 untuk menyatakan pertanyaan dalam kalimat interogatif tak lengkap berkonjungsi komparatif-konstratif a. Contoh:
10 36. а). А в ы? /A vy?/ b). А э т о? /A eto?/ Tapi (dan) Anda? Tapi (dan) itu? Pada kedua contoh tersebut bagian depan bernada sedang, sedangkan pusat intonasi diucapkan dengan nada yang naik. Untuk memperjelas, sebagai ilustrasi, perhatikan contoh dalam bentuk dialog pendek berikut ini: 37. Н и н а д о м а? /Nina doma?/ Nina (ada) di rumah? - Н е т. /Njet/ Tidak. - А М а к с и м? /A Maksim?/ Dan Maksim? - И е г о н е т. /I ego njet/ Dia juga tidak di rumah. 5. Intonasi tipe-5 digunakan untuk menyatakan ucapan, salam, terima kasih, panggilan, permintaan, perintah, harapan, dan sebagainya dalam kalimat imperatif. Contoh: 38. a). Доброе утро! /dobroe utro!/ Selamat pagi b). Спасибо. /Spasibo/ Terima kasih. c). Нина, извините. /Nina, izvinite/ Nina, maafkanlah. e). До свидания! /Do svidanija/ Sampai jumpa lagi! Pada contoh-contoh 38. tersebut, naiknya nada pada bagian yang bertekanan diucapkan lebih keras daripada tipe-2. Pada akhir suku kata nada mulai menurun.
11 Kelima tipe dasar intonasi ini dijadikan acuan dalam pengungkapan kalimat-kalimat yang lebih kompleks dengan berbagai variasi seperti pada contoh-contoh berikut: Мама дома / или нет? /Mama doma ili net?/ Mama (ada) di rumah atau tidak? Его сын / геолог. /Ego syn geolog Saudaranya ahli geologi. Pada contoh 39., bagian pertama diucapkan seperti tipe-3, bagian kedua diucapkan seperti tipe-2. Di akhir bagian pertama (sebelum konjungsi /ili/ atau ) dibubuhkan tanda / sebagai jeda. Pada contoh kalimat deklaratif 40., bagian pertama diucapkan seperti tipe-3, tanda / sebagai jeda, kemudian disusul bagian kedua diucapkan seperti tipe-1 dengan nada menurun di akhir kalimat. D. PENUTUP Dari kajian tersebut dapat disarikan bahwa dalam fonologi bahasa Rusia unsur suprasegmental yang banyak dibicarakan adalah tekanan dan intonasi. Unsur lain seperti nada disinggung di dalam pembahasan mengenai intonasi karena nada merupakan cara dasar untuk memunculkan intonasi, sedangkan jeda digunakan dalam frasa atau kalimat sebagai pemisah bagian yang satu dengan yang lain. Dalam bahasa Rusia tekanan dapat jatuh pada sembarang suku kata (morfem). Suku kata (vokal) yang mendapat tekanan diucapkan lebih keras daripada suku kata (vokal) yang tidak mendapat tekanan. Unsur suprasegmental tekanan ini dapat bersifat fonetis, antara lain berpengaruh terhadap bunyi lain yang tidak mendapatkan tekanan. Sifat fonemis dari tekanan ini antara lain sebagai pembeda makna (leksikal dan gramatikal). Dalam pembentukan forma baru dan kata baru tekanan dapat berpindah tempat atau tidak. Tekanan ditemui pula pada frasa dan kalimat. Dalam hal
12 ini tekanan jatuh pada pusat, yaitu kata yang menjadi tujuan ujaran. Tekanan ini tidak lepas dari unsur intonasi karena suku kata yang mendapat tekanan diucapkan pula dengan nada tinggi. Sifat fonemis intonasi antara lain dapat menentukan jenis kalimat. Dalam bahasa Rusia terdapat lima tipe dasar intonasi, yaitu intonasi untuk kalimat deklaratif, intonasi untuk kalimat interogatif tanpa kata tanya, intonasi untuk kalimat interogatif dengan kata tanya, intonasi untuk kalimat interogatif dengan konjungsi komparatif-kontrastif, dan kalimat yang digunakan untuk menyampaikan ucapan, salam, perintah, permohonan, panggilan, dan sebagainya. Kelima tipe dasar intonasi tersebut dapat berkombinasi satu sama lain sesuai dengan tujuan ujaran.
13 Daftar Pustaka Bashilova, O.P. dkk Russkiji Jazyk dlja Vseh Bahasa Rusia untuk Semua. Moskwa: Russkiji Jazyk. Chaer, Abdul, Drs Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Gorodilova, G.G. dkk Speaking Russian. Moscow: Russky Yazyk. Lekant, P.A Sovremennyji Russkiji Literaturnyji Jazyk Bahasa Literatur Rusia Modern. Moskwa: Vysshaja Shkola. Trubetskoj, N.S Osnovy Fonologija Dasar-dasar Fonologi. Moskwa: Aspekt Press. Val gina, N.S Sovremennyji Russkiji Jazyk Bahasa Rusia Modern. Moskwa: Vysshaja Shkola. Verhaar, J.W.M Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yusuf, Suhendra, M.A, Drs Fonetik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA
TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Univesitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan kegiatannya sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciPREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA
PREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA MAKALAH Dipresentasikan di Program Pascasarjana BKU Linguistik Maret 2007 Oleh Tri Yulianty K. NIP 132310586 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat
Lebih terperinciА, Б, В, Г, Д, Е, Ё, Ж, З, И, Й, К, Л, М, Н, О, П, Р, С, Т, У, Ф, Х, Ц, Ч, Ш, Щ, Ъ, Ы, Ь, Э, Ю, Я
Mengenal Abjad / Tulisan di Bahasa Rusia Quote: Mengenal Abjad Rusia / Cyrillic Belajar bahasa Rusia dimulai dari mengenal abjad Cyrillic Rusia. Mengapa demikian? karena tanpa mengenal abjad Rusia terlebih
Lebih terperinciFONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI. Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati ( ) 1/A
FONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati (1512011041) Anak Agung Ngurah Bagus Janitra Dewanta (1512011034) 1/A JURUSAN
Lebih terperinciANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467
ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciCIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN
CIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM
BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciPROSES FONOLOGIS BAHASA JAWA : KAJIAN TEORI OPTIMALITAS. Oleh Drs. Agus Subiyanto, M.A Fakultas Sastra Universitas Diponegoro
MAKALAH RINGKAS PROSES FONOLOGIS BAHASA JAWA : KAJIAN TEORI OPTIMALITAS Oleh Drs. Agus Subiyanto, M.A Fakultas Sastra Universitas Diponegoro 1. Pendahuluan Proses fonologis dalam bahasa Jawa dapat terjadi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciFonologi Dan Morfologi
Fonologi Dan Morfologi 4. 2 Fonologi Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah
BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS
ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan
BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS
Kode/Nama Rumpun Ilmu** :741/ Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciPENULISAN PARTIKEL НЕ PADA ADJEKTIVA DALAM BAHASA RUSIA
PENULISAN PARTIKEL НЕ PADA ADJEKTIVA DALAM BAHASA RUSIA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Skripsi Pada Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran MUHAMMAD RIDWAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciINSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)
INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) KODE BUKU KOMPONEN A. FUNGSI MENUNJANG PEMBELAJAR AN 1. Menunjang pencapaian kompetensi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN SARAN
190 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama ditemukan pola dasar fitur-fitur suprasegmental yang terdiri atas, enam baris pada bait
Lebih terperinciANIS SILVIA
ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang
Lebih terperinciBAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar
Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari
6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih
Lebih terperinciDisusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.
Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK FONOLOGI
Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud
Lebih terperinciPengertian Universal dalam Bahasa
Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.
Lebih terperinciBab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1
Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1 1.1 Tujuan Dalam Tahap 1 Kurikulum Internasional Pendidikan Bahasa Mandarin (KIPBM), siswa diharapkan dapat memahami materi bahasa tingkat dasar yang berkaitan dengan perorangan
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd
PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd Deskripsi Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian kata, kalimat, rangkaian kalimat yang segalanya serba tertata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,
Lebih terperinciANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND
ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciI. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam
I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciPenggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS IDENTITAS MATA KULIAH 1. Nama Mata Kuliah : Kebahasaan 2. Kode Mata Kuliah : GD 306 3. Jumlah SKS : 3
Lebih terperinciKALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN)
KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) Oleh: Rezia Delfiza Febriani 1, Ngusman 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:
Lebih terperinciPENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai
Lebih terperinciKATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA
KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan
Lebih terperinciFRASA ADVERBIAL DALAM BAHASA RUSIA (Tinjauan Sintaksis) Oleh: INTAN NIRMALASARI
FRASA ADVERBIAL DALAM BAHASA RUSIA (Tinjauan Sintaksis) Oleh: INTAN NIRMALASARI 180710080008 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA BANDUNG AGUSTUS,2012 FRASA ADVERBIAL
Lebih terperinciThema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP
Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional Oleh: Tatang Suparman NIP 132206488 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Thema-
Lebih terperinciPenggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad
Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur
Lebih terperinciPenggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:
Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai
Lebih terperinciPROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1
PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : I (Satu) / 1 (satu) Standar Kompetensi
Lebih terperinciIHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI)
IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI) Pada beberapa bahasa aspek, temporalitas, dan modalitas merupakan subbahasan semantik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami halhal lain
Lebih terperinciNama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi
Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona
Lebih terperinciAMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA
AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA Trismanto 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jl. Seteran Dalam 9 Semarang, Jawa Tengah 50134 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik dalam Syair Kesenian Cowong di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap.
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik dalam Syair Kesenian Cowong di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Kajian yang pertama
Lebih terperinci