BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Hartono Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 190 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama ditemukan pola dasar fitur-fitur suprasegmental yang terdiri atas, enam baris pada bait kawitan pendek, delapan baris pada bait kawitan pendek, delapan baris pada bait pemawak, dan sepuluh baris pada bait penawa. Masing-masing bait memiliki ritme, tekanan, intonasi, dan durasi yang berbeda. Ritme kawitan pendek terdiri atas suara ringan dan suara berat. Selain itu, kawitan pendek juga ditembangkan dengan suara rendah, suara menengah, dan suara tinggi. Pada awal masing-masing baris dimulai dengan suara tinggi tetapi ada juga yang dimulai dengan suara rendah, sedangkan pada akhir tiap-tiap baris ditembangkan dengan suara rendah atau suara tinggi. Tekanan kawitan pendek tersebar secara acak baik pada posisi awal, tengah, ataupun diakhir tiap-tiap baris. Tiap-tiap baris kawitan pendek dimulai dengan intonasi datar, sedangkan penembangan tiap-tiap baris dapat diakhiri dengan intonasi datar, intonasi naik, maupun intonasi turun. Terakhir, kawitan pendek juga didominasi oleh penembangan yang diperpanjang dari durasi tuturan biasa. Kawitan panjang yang terdiri atas delapan baris memiliki perbedaan formula dasar dengan kawitan pendek. Ritme kawitan panjang terdiri atas, suara rendah, suara menengah, dan suara tinggi. Pada silabel awal masing-masing baris ditembangkan dengan suara menengah, sedangkan penembangannya diakhiri oleh suara rendah atau suara tinggi. Selain itu, ritme kawitan panjang terdapat juga suara ringan dan suara berat. Tekanan kawitan panjang muncul secara acak pada masing-masing baris tetapi pada kawitan panjang tidak muncul tekanan di akhir 190
2 191 baris. Intonasi yang terjadi pada kawitan panjang, yaitu intonasi datar, intonasi naik, dan intonasi turun. Intonasi datar lebih banyak terjadi saat bait ini ditembangkan. Intonasi datar selalu muncul di awal penembangan bait ini, sedangkan di akhir baris ditembangkan dengan intonasi datar atau intonasi turun. Secara umum, durasi yang diperlukan menembangkan bait ini diperpanjang dari tuturan biasa, meskipun demikian terjadi juga pemendekan pada beberapa silabel yang menyusun bait ini seperti silabel [wi]. Pemawak memiliki ritme yang tersusun atas, suara rendah, suara menengah, dan suara tinggi. Pada awal penembangannya, masing-masing baris penyusun baik pemawak ditembangkan dengan kombinasi suara rendah, menengah, atau suara tinggi, sedangkan penembangan pada akhir tiap-tiap baris dinyanyikan dengan dominasi suara rendah dan ada dua baris yang ditembangkan dengan suara menengah. Tekanan pemawak terjadi secara acak. Tekanan ini muncul di awal baris, di tengah baris, maupun di akhir baris. Intonasi pemawak cukup unik karena pada awal baris ditembangkan dengan intonasi datar tetapi di akhir baris ditembangkan dengan dominasi intonasi datar kemudian turun lalu naik dan kembali datar. Selain itu, intonasi akhir pada dua baris juga ditembangkan dengan intonasi datar atau turun. Lamanya penembangan tiap-tiap silabel pada bait ini didominasi oleh pemanjangan suara. Meskipun banyak terdapat pemanjangan suara, pada bait ini juga terdapat pemendekan suara akibat adanya pengaruh dari fitur lemah [h] dan [s]. Pada bait penawa ritmenya juga tersusun atas suara rendah, suara menengah, dan suara tinggi. Kemunculan tiap-tiap tingkat suara ini dapat terjadi di awal, tengah, maupun akhir penembangan. Tekanan penawa sama seperti
3 192 tekanan-tekanan yang muncul pada tiga bait sebelumnya, yaitu terjadi secara acak. Penawa memiliki intonasi yang unik dibandingkan dengan intonasi ketiga bait di atas, yaitu setiap baris diakhiri dengan intonasi yang lebih rumit, beberapa baris diakhiri dengan intonasi datar kemudian naik lalu turun, beberapa baris diakhiri dengan intonasi datar lalu turun, beberapa baris diakhiri dengan intonasi datar kemudian naik lalu turun dan kembali datar, dan satu baris diakhiri dengan intonasi naik lalu datar. Durasi yang diperlukan untuk menembangkan rata-rata lebih lama dari tuturan biasa. Meskipun terjadi pemanjangan di setiap barisnya, pemendekan juga terjadi pada beberapa silabel penyusun bait ini. Kecenderungan pemanjangan durasi pada tiap-tiap silabel dapat terjadi apabila terdiri dari satu fitur yaitu fitur [+silabis], silabel terbuka, silabel terbuka dengan fitur luncuran, dan silabel tertutup dengan koda yang memiliki fitur [- lateral], [+malar], dan [+sonoran]. Kedua pada bagian variasi fitur-fitur suprasegmental, variasi yang terjadi dapat dibagi menjadi empat, yaitu variasi pada tekanan, variasi pada intonasi, variasi durasi, dan variasi pada jeda. Variasi pada tekanan terjadi secara acak dan tidak ada aturan yang pasti di mana saja terjadi tekanan. Di pihak lain, variasi pada intonasi dapat terjadi pada silabel yang memiliki kontur datar-naik-turun, kontur datar, kontur datar, dan kontur turun. Hal ini dapat dilakukan selama tidak melenceng dari nada pokok serta memiliki kemampuan untuk mengolah vokal yang baik. Perubahan pada kontur datar menjadi kontur naik ataupun kontur pada sebuah silabel memengaruhi kontur pada silabel setelahnya. Pengaruh yang diberikan, yaitu perubahan terjadi juga pada silabel tersebut, baik itu menjadi kontur naik maupun kontur turun, tergantung pada perubahan pada silabel
4 193 sebelumnya. Variasi durasi terjadi pemanjangan durasi yang diperlukan untuk melakukan satu kali penembangan pada sebuah silabel. Pemanjangan dapat terjadi dua kali atau tiga kali dari durasi dasar penembangan masing-masing silabel pada tembang kembangannya. Variasi jeda dapat memisahkan antara dua buah kata yang berdekatan pada sebuah baris. Variasi yang muncul tidak serta merta terjadi begitu saja. Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab VI, diketahui bahwa variasi dapat terjadi karena faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor linguistik antara lain karena pengaruh fitur yang melekat pada setiap silabel. Kecenderungan terjadi pada silabel yang memiliki fitur [ŋ], [r], [k], dan [ j ]. Selain karena faktor fitur yang terdapat pada tiap-tiap silabel terdapat juga faktor dialek dan makna yang memengaruhinya. Kedua hal ini berdampak pada adanya variasi pada beberapa ciri khas dialek penembang dan tingkat suara yang mampu digunakan saat menembangkan sebuah bait kidung. Faktor nonlinguistik juga memengaruhi sebuah penembangan kidung, yaitu adanya interpretasi dan persepsi terhadap fitur-fitur suprasegmental dasar dari sebuah kidung. Adanya kemampuan untuk mengingat semua fitur yang melekat akan memberikan interpretasi untuk melakukan beberapa variasi yang diinginkan selama nada yang digunakan tetap pada pokok. Selain itu, kemampuan olah vokal seseorang juga menjadi faktor penting untuk melakukan improvisasi pada saat menembangkan kidung. Adanya kemampuan olah vokal yang baik akan dapat melakukan improvisasi yang semakin rumit, sedangkan kemampuan olah vokal yang kurang baik maka improvisasi yang dilakukan tidak terlalu rumit. Kerumitan yang dimaksud, yaitu
5 194 adanya improvisasi intonasi lebih banyak disertai dengan durasi yang lebih panjang. 7.2 Saran Berdasarkan simpulan yang didapatkan di atas, secara keseluruhan telah ditemukan formula dasar mengenai fitur-fitur suprasegmental dasar pada KTN. Oleh karena itu, tantangan untuk menganalisis fitur-fitur suprasegmental pada jenis kidung lainnya semakin terbuka lebar. Ini dapat membantu para linguis yang menekuni bidang fonetik akustik agar dapat menemukan formula bukan hanya pada tuturan langsung, melainkan juga pada sebuah sajak yang ditembangkan. Kerumitan-kerumitan baitnya serta terikat dengan berbagai fitur dapat juga memudahkan peneliti lain untuk mengembangkan hasil karyanya.
BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA
176 BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA Setiap nyanyian (termasuk kidung) memiliki unsur estetis yang mengindahkan setiap aturan. Aturan pokok
Lebih terperinciBAB V VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA
135 BAB V VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA Variasi selalu dikaitkan dengan kebebasan oleh penembang dalam berekspresi dan melakukan improvisasi. Tidak selalu demikian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi
1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk
Lebih terperinciBAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM
BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah membuktikan bahwa adanya persamaan dan
Lebih terperinciANIS SILVIA
ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang
Lebih terperinciCIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA
TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Informan dan Lokasi Dalam penelitian ini, pengambilan struktur melodik dan struktur temporal bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur asli bahasa Korea dan penutur asli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanda bahasa tingkat kedua (bahasa sekunder). Kidung dikatakan demikian karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kidung adalah karya cipta rasa karsa manusia yang menggunakan sistem tanda bahasa tingkat kedua (bahasa sekunder). Kidung dikatakan demikian karena sastra menggunakan
Lebih terperinci1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal
1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal
Lebih terperinciPROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA
PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA Siti Rumaiyah Prodi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya ayum1_galz@yahoo.com Agusniar Dian Savitri Agusniar_dian@yahoo.com
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK FONOLOGI
Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT 2.0 Pengantar Penelitian mengenai prosodi khususnya intonasi kalimat bahasa Indonesia ini adalah bukan merupakan penelitian yang baru. Telah ada sebelumnya beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharma gita atau seni suara adalah suatu pernyataan atau gambaran dari jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau dicetak maupun yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal
Lebih terperinciNama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi
Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.
Lebih terperinciGLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu.
GLOSSARIUM Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu. Alliteration, yaitu teknik pengulangan bunyi awal yang sama secara berturutturut. Ambitus (range ),
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl
Lebih terperinciGLOSSARIUM. Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord.
GLOSSARIUM Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord. Appoggiatura, not hiasan yang ditambahkan sebelum not utama Augmentasi adalah salah satu tekstur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi antarmanusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa tidak dapat dipisahkan dari orang yang menuturkannya. Walaupun perwujudan pertuturan itu adalah hasil kegiatan seseorang sebagai individu, tetapi bahasa tidak
Lebih terperinciFAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU
FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my
Lebih terperinciLAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )
LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman
Lebih terperinciNama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI
Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Sebagian besar mengambil bentuk lisan/ tertulis, dan verbal/ ucapan. Tanpa bahasa, manusia akan
Lebih terperinciDisusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.
Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan lafal manusia agar dapat dilakukan oleh sebuah mesin telah menjadi fokus dari berbagai riset selama lebih dari empat dekade. Ide dasar yang sederhana
Lebih terperinciPengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa
Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH
Lebih terperinciIII.PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif murni atau sur-vei. Penelitian
III.PROSEDUR PENELITIAN.1 Metode Penelitian Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif murni atau sur-vei. Penelitian deskriptif murni atau survei merupakan penelitian yang benar-benar
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
0 BAB METODOLOGI PENELITIAN. Ancangan Penelitian Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan IPO (Instituut voor Perceptie Onderzoek). Ancangan IPO (dalam t Hart et. al. 0:, periksa Rahyono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sintesis suara percakapan adalah pembangkitan suara percakapan dari tulisan atau teks yang dilakukan dengan program komputer. Saat ini sedang diusahakan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Mandarin merupakan bahasa resmi Republik Rakyat Tiongkok. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi bahasa Internasional
Lebih terperinciBAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti
Lebih terperinciFonologi Dan Morfologi
Fonologi Dan Morfologi 4. 2 Fonologi Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASARN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASARN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang
Lebih terperinciFONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra
FONOLOGI Pengantar Linguistik Umum 13 November 2013 Nadya Inda Syartanti PENGANTAR 1 2 Aspek Fisiologis Bahasa Bagaimana bunyi ujaran terjadi; Darimana udara diperoleh; Bagaimana udara digerakkan; Bagaimana
Lebih terperinciPengertian Universal dalam Bahasa
Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap bahasa yang digunakan di masing-masing negara memiliki bunyi yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan masyarakat. digunakan oleh penduduk di muka bumi ini (Hwat, 2007: 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan masyarakat Tionghoa untuk berkomunikasi. Bahasa ini muncul sebagai bahasa paling banyak penuturnya saat ini. Bahasa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan dan memberikan gejala-gejala,
Lebih terperinciBAB IV FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA
39 BAB IV FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA KTN sebagai kidung yang menggunakan metrum demung sawit memiliki dua jenis bait, yaitu kawitan dan pengawak (penawa dan pemawak).
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciFILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN
FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.
Lebih terperinciSILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA.
Halaman : Page 1 of 5 SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002 Ardhana Reswari, MA. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 1 Halaman
Lebih terperinciKETENTUAN LOMBA VOKAL GRUP PEKAN SENI MAHASISWA DAERAH JAWA TENGAH TAHUN 2016
KETENTUAN LOMBA VOKAL GRUP PEKAN SENI MAHASISWA DAERAH JAWA TENGAH TAHUN 2016 A. Peserta 1. Peserta (penyanyi) merupakan mahasiswa yang masih aktif Program Diploma dan Sarjana di PTN atau PTS yang dibuktikan
Lebih terperinciPublic Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.
Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku
Lebih terperinciFAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU
FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 001 NO. KAD PENGNEALAN : 750630-12 - 5717 NO. TELEFON : 0138576005 E-MEL : pang5tausug@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-17 John Selden, seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris, menyatakan: "Syllables govern the world" Selden (1819). Pada zaman itu, pernyataan tersebut
Lebih terperinciFONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 145-158 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret FONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA Lodia Amelia Banik Universitas Warmadewa
Lebih terperinciINSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)
INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) KODE BUKU KOMPONEN A. FUNGSI MENUNJANG PEMBELAJAR AN 1. Menunjang pencapaian kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma
Lebih terperinciHartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY
Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Dari Kolonel sampai Prajurit Seorang kolonel kepada Perwira Pelaksana Besok malam kira-kira pukul delapan malam Komet Halley akan kelihatan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek
188 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek masuk ke dalam bentuk folklor lisan yaitu nyanyian rakyat. Tetapi, teks dari lagu ini sendiri
Lebih terperinciStruktur Tabuh Lelambatan I Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan - Pangawit Pangawit berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang
Struktur Tabuh Lelambatan I Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan - Pangawit Pangawit berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang mempunyai pengertian mulai (Anandakusuma, 1978:84). Pengawit
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciBahasa Indonesia (Pertemuan
Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan fokus penelitian ini, penutur Indonesia memerlukan ketrampilan
38 BAB III METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan ketrampilan pragmatik dalam bahasa kedua, penutur Indonesia memerlukan pemahaman lebih dalam mengenai struktur bahasa dan pola penggunaan bahasa kedua dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sebagai unsur kebudayaan, bahasa berfungsi sebagai sarana terpenting
Lebih terperinciKEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL
52 KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL THE SKILL OF KOREAN SPEAKERS IN INDONESIAN LANGUAGE: PROSODY STUDY USING AN EXPERIMENTAL PHONETICS
Lebih terperinciBAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB III ANALISIS KOMPOSISI
BAB III ANALISIS KOMPOSISI Dalam Bab III ini penulis akan menjelaskan tentang struktur dari semua komposisi. Penulis akan memaparkan secara struktural komposisi, Indahnya Bersama yang terdiri dari lima
Lebih terperinciBab 3 TULISAN BAHASA CINA, JEPANG, DAN KOREA
TULISAN BAHASA CINA, JEPANG, DAN KOREA 25 Bab 3 TULISAN BAHASA CINA, JEPANG, DAN KOREA 3.1 Cina 1) Sistem tulisan untuk bahasa Cina timbul di bagian tengah-utara Tiongkok sekitar pertengahan abad 16 (k.l.
Lebih terperinciANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang
Susi Herti Afriani Analisis Uji Persepsi: Intonasi 149 ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang Oleh: Oleh Susi Herti Afriani Program Studi Bahasa dan
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia
Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia
Lebih terperinciPROSODI PANTUN MELAYU (DALAM ACARA PERKAWINAN ADAT MELAYU DELI) TESIS. Oleh HENILIA /LNG
PROSODI PANTUN MELAYU (DALAM ACARA PERKAWINAN ADAT MELAYU DELI) TESIS Oleh HENILIA 067009007/LNG S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PROSODI
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciBAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi
Lebih terperinciFONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI. Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati ( ) 1/A
FONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati (1512011041) Anak Agung Ngurah Bagus Janitra Dewanta (1512011034) 1/A JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas
Lebih terperinciPenggunaan Bahasa Pada Syair Lagu Tetep Mekenyem Karya Leeyonk Sinatra
Penggunaan Bahasa Pada Syair Lagu Tetep Mekenyem Karya Leeyonk Sinatra Oleh Fardian Mahaiswa Program Pascasarjana (S2) Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Dalam bentuk musikal seperti lagu, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu dari unsur kebudayaan yang juga sebagai alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh masyarakat, dan juga
Lebih terperinciANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467
ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change
Lebih terperinciTHE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR
1 THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR Siti Andriana 1, Mangatur Sinaga 2, Hj. Hasnah Faizah 3. Sitiandriana94@gmail.com.
Lebih terperinciFONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.
FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap
Lebih terperinciMENDENGARKAN DAN KOMUNIKASI NONVERBAL DI TEMPAT KERJA
MENDENGARKAN DAN KOMUNIKASI NONVERBAL DI TEMPAT KERJA A. Mendengarkan di Tempat Kerja Keterampilan mendengarkan adalah penting bagi kesuksesan karier, efektivitas organisasi dan kepuasan karyawan. Sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbeda, akan tetapi kesemuanya itu memiliki kesamaan fungsi yaitu
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa memiliki kedudukan penting dalam sejarah kehidupan manusia. Disamping sebagai simbol komunikasi, juga sebagai bahasa pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii ix x xii BAB I
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan normanorma yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, manusia berinteraksi dan berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupannya, manusia berinteraksi dan berkomunikasi antarsesama manusia dan bahkan dengan makhluk lain. Komunikasi yang dilakukan antarmanusia menggunakan
Lebih terperinciBAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
201 BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Pada bab 6 ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumny serta saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun pembagiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami
Lebih terperinciSILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN
SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : FONOLOGI BAHASA INDONESIA : IN 101 Drs. ENCEP KUSUMAH, M.Pd. SRI WIYANTI, S.S., M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 TujuanPembelajaranKhusus
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur BAB V SIMPULAN DAN SARAN Strutur teks PSTT terdiri atas 35 bait dan 142 larik. Puisi sawér ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks puisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. strategi, domain, dan teknik yang dipakai untuk mengembangkan teori (induksi)
44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam melaksanakan penelitian, para peneliti dapat memilih bermacammacam metodologi. Metodologi merupakan kombinasi tertentu yang meliputi strategi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,
Lebih terperinci