BAB 2 LANDASAN TEORI. Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian o Perancangan : Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia III:815) Proses, cara, perbuatan merancang (Departemen Pendidikan Nasional 927) Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada halhal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1994:108) o Kawasan Daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu, seperti kawasan industri, kawasan perdagangan, dan kawasan rekreasi. Wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.(undang- Undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007) o Permukiman Permukiman memiliki dua arti, antara lain: (De Van Der Zee Tahun 1979) - Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. - Hasil atau akibat dari proses tersebut. Permukiman merupakan suatu kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang 11

2 12 mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan. (Soedarsono dalam Ridho, 2001:19) Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, pasal 1(5)). Permukiman yang dimaksudkan dalam undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna. (Kumurur, 206) o Sustainable Urban Drainage Systems (SUDS) Filosofi yang digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi aliran air berlebih berupa penyebaran ke daerah-daerah yang tidak diinginkan. Tujuan utama dari filosofi SUDS adalah untuk membuat limpasan air, untuk membersihkan air dari setiap polutan dan untuk mendorong keterlibatan masyarakat. Ketika anggota masyarakat setempat berpartisipasi dalam melaksanakan dan mengelola solusi pengairan, meningkatkan kemungkinan bahwa anggota masyarakat akan mengurus sistem pengelolaan air tersebut, membuat solusi lebih sukses dalam jangka panjang (SUDS: Background, 2005)

3 13 SUDS, atau Sustainable Urban Drainage Systems adalah urutan praktek pengelolaan air (mengurangi penyebab polusi, pengurangan kegiatan pencemaran, pengurangan bahan pencemar, dan sebagainya) dan fasilitas (filter air, parit infiltrasi, terasering buatan, penyimpanan bawah tanah, taman basah, dan kolam) yang dirancang untuk mengalirkan air permukaan dengan cara memberikan pendekatan yang lebih berkelanjutan daripada apa yang telah menjadi praktik konvensional melalui pipa ke anak sungai. (Scottish Environmental Protection Agency Sistem, biasanya pada drainase perkotaan, untuk menghindari banjir setempat maupun kawasan, degradasi maupun polusi lingkungan, meminimalisir penggunaan sumber daya, dan untuk beradaptasi terhadap permasalahan di masa depan yang belum diketahui. (Butler and Parkinson, Water Science and Technology 35) o Srengseng Kelurahan Srengseng, Kembangan memiliki kode pos Kelurahan ini terletak di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar jiwa dan luas 492 km 2. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Meruya Utara di sebelah utara, Kelurahan Joglo & Kelurahan Meruya Selatan di sebelah barat, Kelurahan Kelapa Dua di sebelah timur dan Kelurahan Ulujami di sebelah selatan. ( o Jakarta Barat Salah satu dari 5 kota administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Barat secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan dan 56 kelurahan.

4 14 ( Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka judul tugas akhir Perancangan Kawasan Permukiman Melalui Pendekatan Sustainable Urban Drainage Systems di Srengseng Jakarta Barat adalah sebagai berikut: Perancangan daerah permukiman dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mencapai keberlanjutan dengan pendekatan dari segi sistem drainase di Srengseng, Jakarta Barat. 2.2 Landasan Umum Dalam penyusunan Laporan Penelitian ini akan ada beberapa landasan tinjauan umum. Di bawah ini adalah pemaparan landasan-landasan teori tersebut Urban atau Perkotaan Urban (kawasan perkotaan) memiliki artinya sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Menurut Jane Jacobs (1961), kawasan perkotaan hendaknya memiliki beberapa prinsip arsitektural dalam skala makro. Jika tidak maka akan timbul masalah yang cenderung buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab jika ukuran sebuah kota dan wilayahnya tidak disusun dengan menciptakan ruangruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu, maka kualitas identitas masyarakat perkotaan terhadap tempat dan lingkungannya akan menurun. ( Jacobs, Jane. Death and Life of Great American Cities. New York. 1961)

5 15 Berdasarkan uraian Gordon Cullen dalam buku The Concise Townscape, disimpulkan tiga hal, yaitu: 1. Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas manusia tersebut. 2. Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment perlu ditekankan dalam urban design. 3. Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu. (Cullen, Gordon The Concise Townscape. London: Architectural Press) Permukiman Permukiman memiliki dua arti, antara lain: (De Van Der Zee dalam Ritohardoyo, 2006:6) - Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. - Hasil atau akibat dari proses tersebut. Menurut Soedarsono dalam Ridho (2001:19) permukiman merupakan suatu kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana

6 16 umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undangundang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, pasal 1(5)). Permukiman yang dimaksudkan dalam undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna. (Kumurur, 206) Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968:21-35), ada lima elemen dasar permukiman, yaitu: 1. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan difungsikan semaksimal mungkin 2. Man (manusia) baik individu maupun kelompok 3. Society (masyarakat) bukan hanya kehidupan individu yang ada, tapi juga hubungan sosial masyarakat 4. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan fungsinya masing-masing 5. Networks (jaringan atau sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia, seperti jalan lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase, dan lain-lain.

7 17 Adapun kriteria untuk mencapai suatu permukiman ideal (Nasrullah A., Perencanaan Prasarana Dasar Permukiman, 2012:9), yaitu: 1. Lokasi yang sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya 2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain 3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun 4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah 5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal 6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman 7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu 8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon. Pemukiman Kumuh Definisi permukiman kumuh menurut UU no. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak laya huni antara lain karena beradaa pada lahan yang

8 18 tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Pemukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas (Masrun, 2009) dimana permukiman kumuh tersebut dapat dijabarkan sebagai lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi, maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa penghuninya benar-benar dalam lingkungan yang sangat membahayakan kehidupannya. Penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh menurut Khomarudin (1997) ialah sebagai berikut: 1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, 2. Sulit mencari pekerjaan 3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah 4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan 1. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah 2. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah. Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5) penyebab adanya permukiman kumuh adalah:

9 19 1. Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat 2. Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka hijau) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga, kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak terencana dengan baik. Ciri-ciri kampung atau permukiman kumuh menurut Sinulingga (2005) terdiri dari: 1. Penduduk sangat padat antara jiwa/ha. Pendapat para ahli perkotaan menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit 2. Jalan-jalan sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain 3. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalanjalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan tergenang oleh air 4. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah. 5. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan. 6. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umunya tidak permanen dan malahan banyak sangat darurat.

10 20 7. Pemilikan hak atas lahan sering legal, artinya status tanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa. Menurut Johan Silas, adapun karakteristik permukiman kumuh ialah sebagai berikut: 1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, ratarata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya. 2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi. Hampir setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat residu seperti residivis, WTS dan lain-lain. Permukiman kumuh dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan proses terjadinya (Sutanto, 1995), yakni: 1. Kumuh bangunan (created): daerah hunian masyarakat ekonomi rendah dengan ciri fisik seperti bangunan mudah dipindah, dibangun dengan bahan seadanya, sebagian besar dibangun sendiri oleh penghuni (kumuh sejak awal) 2. Kumuh turunan (generated): memiliki ciri fisik seperti rumah-rumah yang semula dibangun dengan ijin pada bagian kota yang lama kondisinya

11 21 semakin memburuk, desa lama yang terkepung oleh pemekaran kota yang cepat, bangunan dan prasarana merosot oleh kurangnya pemeliharaan 3. Kumuh dalam proyek perumahan (in project housing): memiliki ciri sebagai berikut: kelompok proyek perumahan yang disediakan oleh badan pemerintah bagi masyarakat ekonomi rendah, rumah-rumah diperluas sendiri oleh penghuni dengan pemeliharaan sangat jelek yang mengakibatkan kemerosotan jasa prasarana. Perkembangan dan pertumbuhan permukiman kumuh ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menurut Constantinos A. Doxiadis (1968) sebagai berikut: 1. Growth of density (pertambahan penduduk) Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman. 2. Urbanization (Urbanisasi) Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

12 Landasan Khusus Pada sub-bab landasan khusus akan membahas tentang variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini seperti dijabarkan di bawah ini Sustainable Urban Neighborhood Sustainable Urban Neighborhood adalah skala kecil kawasan perkotaan (kelurahan atau kecamatan) yang terdiri dari sosial, ekonomi dan lingkungan berkelanjutan. Istilah "SUN" adalah berkelanjutan yang berkaitan dengan umur yang panjang (untuk generasi yang akan datang) dan mengurangi dampak lingkungan, perkotaan yang berkaitan dengan lokasi dan karakter fisik, dan lingkungan merupakan kesejahteraan sosial dan ekonomi daerah. Sebuah lingkungan yang berkelanjutan adalah daerah digunakan dicampur dengan perasaan masyarakat. Ini adalah tempat di mana orang ingin hidup dan bekerja, sekarang dan di masa depan. Lingkungan yang berkelanjutan memenuhi beragam kebutuhan penduduk yang ada dan masa depan, peka terhadap lingkungan mereka, dan memberikan kontribusi kepada kualitas hidup yang tinggi. Mereka aman dan inklusif, terencana, dibangun dan dikelola, dan kesetaraan kesempatan dan menawarkan pelayanan yang baik untuk semua. (Bristol Accord, 6-7 Desember 2005). Perencanaan kawasan berkelanjutan bertujuan untuk mencapai jangka panjang secara sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat layak dengan berfokus pada:

13 23 Gambar 2.1 Diagram Sustainable Urban Neighborhoods Sumber: diakses pada 25 Maret 2013 o Governance: Baik dikelola dengan lingkungan yang efektif dan inklusif, representasi partisipasi dan kepemimpinan o Transport and mobility: Terhubung dengan baik masyarakat dengan layanan transportasi yang baik dan komunikasi yang menghubungkan warga ke tempat kerja mereka dan pelayanan (kesehatan, pendidikan, rekreasi, komersial area dll) o Environment: Memberikan kesempatan bagi orang untuk hidup dengan cara yang ramah lingkungan (konsumsi energi rendah atau bangunan pasif, limbah diminimalkan, daur ulang, penggunaan bahan yang ramah alam dan lingkungan, dll meminimalkan konsumsi air) dan menikmati lingkungan yang bersih dan aman o Economy: Sebuah ekonomi lokal berkembang dan hidup. o Services: Ketersediaan sarana dan prasarana publik, masyarakat swasta, dan layanan sukarela yang dapat diakses oleh semua warga. o Equity: Adil bagi penduduk masing-masing dan untuk generasi sekarang dan mendatang baik (rumah yang layak dengan harga yang orang mampu,

14 24 layanan terjangkau untuk semua, ruang terbuka publik yang dapat diakses oleh semua) o Diversity: Menciptakan komunitas sosial kohesif dan beragam melalui gabungan kategori sosial (campuran jenis perumahan dan kesempatan kerja, kegiatan masyarakat bersama oleh semua) dan campuran generasi. o Mixed used: Sebagai perbedaan penting ke daerah-daerah pinggiran kota yang ada yang sering dikategorikan (menjaga daerah pemukiman terpisah dari tempat industri dan komersial), lingkungan yang berkelanjutan menawarkan campuran fungsi (hidup, bekerja, memanfaatkan area rekreasi dan komersial) o Identity: Aktif, inklusif dan aman dengan budaya lokal yang kuat dan kegiatan masyarakat bersama, memberikan rasa masyarakat dan milik warga banyak yang mencari. Oleh karena itu, setiap kawasan membutuhkan pusat yang jelas (tempat di mana warga dapat menemukan toko-toko, sosial dan budaya dll kegiatan) o Citizens and residents participation, cooperation and involvement: Partisipasi warga negara dan penduduk, kerjasama dan keterlibatan Warga perlu berinteraksi dan terlibat dalam penciptaan lingkungan mereka dan mereka harus memiliki suara dalam perjalanan komunitas mereka dikelola. Melakukan lebih, mereka membentuk dukungan untuk kegiatan yang lebih luas, menyediakan banyak layanan sosial yang menghubungkan orang satu sama lain, sehingga menimbulkan rasa komunitas Sustainable Urban Drainage System Istilah sistem drainase berkelanjutan belum memiliki istilah umum yang disepakati bersama. Di Inggris sistem ini dikenal dengan nama sustainable

15 25 urban drainage system (SUDS), sementara pendekatan pengelolaan air hujan ini di Amerika dikenal dan dikategorikan dalam low impact development (LID) atau best management practise (BMP). Di Australia dikenal dengan water sensitive urban design (WUDS) dan beberapa negara maju lain menamakannya integrated catchment planning dan ecological stormwater management. (Andah dan Iwugo, 2002; Stahre 2005; Spillett dan rekan, 2005; DTI Global Watch Mission, 2006) Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000) Pada sistem drainase konvensional, fungsi drainase ialah sebagai media pembuangan air di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai. Metode ini menimbulkan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus dengan metode alami. Sedangkan pada SUDS, sistem drainase mneyerupai siklus alami. Sistem drainase konvensional dengan sistem drainase yang berkelanjutan memiliki perbedaan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.3 dn 2.4

16 26 Tabel 2.1 Drainase Konvensional dan Sustainable Urban Drainage Systems Konsep Pembuangan air di permukaan tanah secepatnya ke sungai atau drainase Konsep Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi lain Drainase Konvensional Hasil Luapan volume air yang melebihi kemampuan tampung sungai Berkurangnya kemungkinan air untuk meresap ke dalam tanah Penurunan ketinggian tanah Sustainable Urban Drainage System Hasil Sungai tidak meluap sehingga tidak menimbulkan banjir Persediaan air tanah terus ada dan kualitas air yang baik Dapat disesuaikan dengan kebutuhan komunitas lokal dan menghemat biaya Ekosistem dapat tetap seimbang Sumber: Maryono dan Ciria C522 Gambar 2.2 Sistem Drainase Konvensional Sumber : Maximising The Potential For People And Wildlife Sustainable Drainage Systems

17 27 Gambar 2.3 Sustainable Urban Drainage Systems Sumber : Maximising The Potential For People And Wildlife Sustainable Drainage Systems Adapun beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan suatu drainase yang berkelanjutan yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Tahapan Pelaksanaan SUDS Pencegahan Penataan tapak dengan penghilangkan tanah dan permukaan keras lainnya untuk mengurangi menurunnya kualitas air. Penggunaan desain untuk mencegah air terpolusi memasuki sistem. Skala: bangunan individual. Pengelolaan Sumber Pengelolaan air limpasan di atau mendekati sumber dengan menggunakan permukaan berpori, green roof rain garden, dan filtrasi. Menggabungkan fitur rain-harvesting dengan bak penanampungan. Skala: bangunan individual Pengelolaan Tapak Pengelolaan jalur limpasan dari sumber menggunakan kolam penampungan, terasering maupun permukaan berpori. Skala: area permukiman kecil atau pengembangan komersil Pengelolaan Regional Mengelola dan menyimpan air terbersih yang didapat dari limpasa. Skala: permukiman besar, beberapa tapak yang dapat digabungkan sebagai skala masyarakat. Merupakan tahap akhir dari pengelolaan dan setiap air yang dikeluarkan tidak terkena polusi dan dialirkan melalui sungai maupun drainase lainnya. Idealnya, air yang dikeluarkan harus meningkatkan kualitas air sungai. Fitur Mobilitas Merupakan media pengaliran air kesetiap tahapan pengelolaan. Media tersebut terletak diatas permukaan tanah, seperti selokan dan saluran untuk memaksimalkan keuntungan ekosistem. Sumber : Andy Graham, John Day, Bob Bray and Sally Mackenzie

18 28 Adapun manfaat dari penerapan SUDS ke dalam kawasan perkotaan sebagai berikut: 1. Kualitas air: Memberikan kontribusi terhadap resapan air tanah melalui infiltrasi, meningkatkan kualitas air permukaan, melindungi kualitas limpasan sungai dan danau dari pencemaran 2. Memenuhi persyaratan air bersih: Sumber kontrol mengurangi limpasan tercampur polutan memasuki badan air 3. Pengendalian banjir: Mengurangi frekuensi & keparahan banjir, mengurangi volume aliran puncak & kecepatan 4. Perlindungan habitat: Melindungi habitat sungai, melindungi pohon daerah & vegetasi, mengurangi beban sedimen terkikis mengalir ke sungai & danau 5. Nilai masyarakat: Meningkatkan estetika dan kesempatan rekreasi, meningkatkan nilai tanah dengan memiliki lingkungan yang bersih 6. Nilai ekonomi: Mengurangi biaya pembuatan infrastruktur drainase, meningkatkan nilai jual tanah, mengurangi waktu dan biaya penerapan program konservasi lingkungan. Gambar 2.4 Hubungan Ruang Terbuka dengan Resapan Tanah Sumber : In Stream Corridor Restoration: Principles, Processes, and Practices (1998:10)

19 29 Penerapan sustainable urban drainage systems memerlukan beberapa media yang harus diterapkan ke dalam perancangan, sebagai berikut: 1. Terasering buatan Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan. 2. Saluran filtrasi Gambar 2.5 Model Terasering Buatan Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruang-ruang kosong di bawah permukaannya. Gambar 2.6 Model Saluran Filtrasi Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual 3. Permukaan berdaya serap Media ini mengalirkan air langsung ke dalam bawah tanah dan tidak memperbolehkan adanya air di permukaan tanah kecuali dalam keadaan hujan deras.

20 30 Gambar 2.7 Potongan Permukaan Berdaya Serap Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual 4. Kolam dan lahan basah Merupakan kolam buatan sebagai tempat penampungan air sementara untuk mengontrol kuantitas dan kualitas air buangan dan air untuk resapan tanah, serta bermanfaat sebagai habitat akuatik. Gambar 2.8 Kontruksi Kolam dan Lahan Basah untuk SUDS Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual Water Conservation Water Efficiency

21 31 Menurut Sitanala Arsyad (2006), konservasi air adalah penggunaan air hujan seefisien mungkin untuk pertanian, menjaga aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak dan terdapat cukup air pada waktu kemarau. Sedangkan efisiensi air merupakan suatu upaya menggunakan air berlebihan dengan cara melakukan pengukuran kebutuhan air yang diperlukan untuk suatu kegiatan secara spesifik. Konservasi dan efisiensi air saling terkait dalam penciptaan kawasan yang berkelanjutan. Tujuan konservasi air menurut Hemle (2005), ialah: 1. Keseimbangan: menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya 2. Penghematan energy: pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah mengkonsumsi energi besar. 3. Konservasi habitat: penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama). Metode konservasi air yakni sebagai berikut: (Arsyad, 2006) 1. Metode vegetatif: pengelolaan lahan miring menggunakan tanaman untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah 2. Metode mekanik: pengelolaan lahan dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi 3. Metode kimia: pemanfaatan soil conditioner dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tetap resistensi terhadap erosi.

22 32 Adapun beberapa teknologi untuk konservasi air sesuai dengan jurnal Teknologi Konservasi Lahan Kering yang ditulis oleh Subagyono, et al yaitu: 1. Water harvesting: tindakan untuk menampung air hujan dan aliran permukaan untuk disalurkan ke tempat penampungan sementara dan atau permanen yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mengairi tanaman yang diusahakan pada saat diperlukan 2. Saluran peresapan: berfungsi untuk menampung air aliran permukaan dan meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Kelebihan dari teknologi ini adalah dapat memberikan peluang air untuk meresap lebih dalam ke dalam tanah. 3. Rorak: lubang atau penampungan yang dibuat memotong lereng, berukuran kecil sampai sedang, dibuat di bidang olah atau di saluran peresapan untuk: a. menampung dan meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah b. memperlambat laju aliran permukaan c. pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke tanah d. jika dibangun pada saluran peresapan akan meningkatkan efektivitas saluran peresapan tersebut. Umumnya rorak dibuat berukuran 1-2m x m x m dengan jarak antar rorak dalam satu garis kontur sekitar 2-3m. 4. Mulsa vertikal (slot mulch): bangunan yang merupai rorak yang dibuat memotong lereng dengan ukuran yang lebih panjang dari rorak. Ukuran mulsa vertikal sekitar m x m dengan jarak sekitar 3-5m.

23 33 5. Embung: bangunan yang sengaja dibangun dan berfungsi sebagai tempat resapan yang akan mempertinggi kandungan air tanah. Tujuannya ialah untuk menyediakan air di musim kemarau. Water Efficiency Efisiensi air merupakan suatu upaya menggunakan air berlebihan dengan cara melakukan pengukuran kebutuhan air yang diperlukan untuk suatu kegiatan secara spesifik. 2.4 Studi Banding Pada sub-bab ini akan membahas mengenai proyek-proyek sustainable urban drainage systems yang telah berhasil diterapkan di berbagai negara. Di Belanda, kota Leidsche Rijn, SUDS diterapkan pada suatu kawasan permukiman yang dahulunya merupakan area agrikultural yang telah mengalami penurunan kualitas dan kuantitas air tanah. Konsep dari Stormwater management system tersebut berupa pengaliran air limpasan ke kanal yang kemudian dialirkan ke danau sebagai resapan air tanah, sarana rekreasi dan habitat akuatik menggunakan sistem drainase tertutup agar tidak terkontaminasi polutan. Tingkat keberhasilannya yaitu siklus air dilakukan terus menerus dari area rendah ke atas sehingga dapat mencegah timbulnya sumber penyakit, bau, dan tercampur polusi, serta menjadi sumber air yang dapat dimanfaatkan kembali. Di Singapura, SUDS ini memanfaatkan 2/3 dari keseluruhan permukaan sebagai media penangkapan air hujan yang bertujuan untuk melindungi sumber daya air, pengolahan air minum yang aman dengan cara hemat biaya,

24 34 meminimalkan pemborosan dalam penyediaan air bersih, konservasi air, dan menutup lingkaran air untuk mencegah terkontaminasi bakteri dan polusi. Di kota Stuttgart, Jerman, pada kawasan campuran Prismanürnberg penggunaan stormwater management untuk meningkatkan kualitas dalam ruang, kehidupan dan area bekerja di kawasan padat penduduk. Hasilnya ialah Ppda musim panas, tanaman dan penghawaan alami menurunkan suhu udara lebih rendah 3 o c. Ventilasi-ventilasi yang dibuka pada malam hari mendinginkan kawasan baik luar maupun dalam ruangan. Di Hoyt Apartments, Protland, USA, Penggunaan stormwater management sebagai fitur desain tapak dan kemudahan aksesibilitas tapak berhasil meningkatkan citra kawasan dengan menghadirkan sesuatu yang berbeda. Selain itu, dengan SUDS tersebut berhasil mengurangi air limpasan hujan, area solid dan polusi udara yang memberikan dampak positif pada permasalahan kota Portland yaitu drainase yang telah berlebih dan menyebabkan genangan air pada saat hujan. Kesimpulan yang didapatkan ialah seiring dengan perkembangan jaman, teknologi untuk meningkatkan sistem perairan dan kualitas air telah berkembang. Teknologi-teknologi tersebut sangat penting karena perubahan siklus air adalah dampak dari pertumbuhan perkotaan dimana penerapan teknologi tersebut harus dipertimbangkan secara skala lokal, perkotaan, dan regional. Tabel 2.3 menunjukkan rangkuman dari hasil studi banding yang telah dilakukan seperti dibawah ini.

25 35

26 36

27 37

28 Hipotesa Berdasarkan dari uraian pada latar belakang, tinjauan pustaka, dan teoriteori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

29 39 JUDUL TUGAS AKHIR PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS `DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LATAR BELAKANG MASALAH Menurunnya kualitas kehidupan dapat ditandai dengan menurunnya kualitas air karena air merupakan salah satu fungsi utama kehidupan manusia. Berbagai sektor kehidupan lain seperti pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan ekonomi bergantung kepada kualitas air yang dipergunakan. PERMASALAHAN 1. Bagaimana caranya memperbaiki kondisi pemukiman kumuh dan bantaran kali Pesanggrahan di Srengseng sehingga perancangan kawasan dapat berperan dengan baik, bersih, dan sehat terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar? 2. Bagaimana penerapan konsep sustainable urban neighborhood dan sustainable urban drainage systems sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut? 3. Apa wujud pengaplikasian konsep dan metode tersebut ke dalam perancangan lingkungan dengan keterkaitannya terhadap bangunan? F E E D B A C K TUJUAN Mengetahui dan merancang fungsi bangunan beserta lingkungannya yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman serta me menuhi persyaratan suatu sustainable urban neighborhood. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Studi literatur Landasan teori KONSEP PERANCANGAN Pembahasan dan hasil dari pendekatan pemecahan permasalahan SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN Gambar 2.9 Kerangka Pikir Penelitian Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013 TINJAUAN UMUM Urban Permukiman Permukiman Kumuh TINJAUAN KHUSUS SUN SUDS Water Conservation Efficiency STUDI BANDING Studi Lapangan Studi Pustaka

30 40 Terhadap gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka alur pikir yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, terlebih dahulu meneliti permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian yang kemudian dibuat menjadi formulasi masalah. Langkah selanjutnya yang akan diteliti yaitu menetapkan tujuan dari penelitian. Setelah itu, mengumpulkan data-data yang kemudian akan digunakan sebagai pendekatan pemecahan permasalahan. Selanjutnya, dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka, dan gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka dalam penelitian ini akan didapatkan suatu hipotesa sebagai berikut: Pendekatan melalui sustainable urban drainage systems dapat dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki permukiman kumuh di Srengseng, Jakarta Barat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat dengan jumlah 10.187.595 jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan pada laporan ini merupakan hasil keseluruhan terhadap tahap perencanaan dan perancangan, dari hasil analisa pada bab 4 bahwa daerah Tanjung Sanyang ini merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT Carolina, Noegroho, Yanita Mila Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota yang memiliki jumlah penduduk yang sangat padat. Pertambahan populasi dilatarbelakangi oleh berbagai alasan seperti kelahiran, migrasi, maupun

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI

PENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI PENATAAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI BUKIT DURI Ardy Wisanata, Michael Isnaeni Djimantoro, R.D. Sumintardja Binus University, ardy789@gmail.com ABSTRACT Bukit

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang `BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

Tujuan Penyediaan Prasarana

Tujuan Penyediaan Prasarana PERTEMUAN III Karakteristik Komponen yang memberi input kepada penduduk meliputi prasarana air minum dan listrik Komponen yang mengambil output dari penduduk meliputi prasarana drainase/ pengendalian banjir,

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MI 3205 Pengetahuan Lingkungan 2013 D3 Metrologi ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

4/12/2009. Water Related Problems?

4/12/2009. Water Related Problems? DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

menyebabkan kekeringan di musim kemarau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara

Lebih terperinci

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No. 21 - Bogor GAMBARAN UMUM P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan Kota Hijau secara inklusif dan komprehensif yang difokuskan pada 3

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Air adalah kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan

Lebih terperinci

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI SISTEM SANITASI DAN DRAINASI Pendahuluan O Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah O Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN OLEH: KELOMPOK V 1. HARLAN TAUFIK (1010942009) 2. HELZA RAHMANIA (1110941001) 3. UTARI AMALINA GHASSANI (1110942006) 4. MEGA WAHYUNI (1110942016) 5. ZOLID ZEFIVO

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut

Lebih terperinci

Drainase P e r kotaa n

Drainase P e r kotaa n Drainase P e r kotaa n Latar belakang penggunaan drainase. Sejarah drainase Kegunaan drainase Pengertian drainase. Jenis drainase, pola jaringan drainase. Penampang saluran Gambaran Permasalahan Drainase

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN Oleh: Rachmat Mulyana P 062030031 E-mail : rachmatm2003@yahoo.com Abstrak Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak

Lebih terperinci

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI PENGERTIAN Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987) suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peremajaan Kota 2.1.1 Pengertian Menurut Djoko Sujarto (Sujarto, 1985:2), peremajaan kota dapat dilihat dalam tiga lingkup, yaitu : 1. Peremajaan kota sebagai suatu proses 2. Peremajaan

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KONDISI SANITASI DI KAWASAN KUMUH Permukiman Kumuh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kawasan perumahan pada hakekatnya tidak akan pernah dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Terlebih pada kenyataannya lingkungan yang baik akan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan teknologi berkembang secara pesat, sehingga permasalahan urbanisasi meningkat per tahunnya. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

BANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH

BANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH BANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH Oleh : Siswoko Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Pendahuluan Tulisan ini disusun untuk keperluan pendidikan kedinasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

Drainase Perkotaan. Pendahuluan

Drainase Perkotaan. Pendahuluan Drainase Perkotaan Pendahuluan Banjir (flood) Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi. Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci