KAJIAN DIALEKTOLOGIS DAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SEBAGAI SARANA MEMETAKAN BAHASA DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN DIALEKTOLOGIS DAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SEBAGAI SARANA MEMETAKAN BAHASA DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 KAJIAN DIALEKTOLOGIS DAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SEBAGAI SARANA MEMETAKAN BAHASA DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR Awaludin Rusiandi Balai Bahasa Jawa Timur Gambaran umum penelitian kebahasaan di lingkungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada era 90-an Salah satu tupoksi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa adalah terwujudnya lembaga keilmiahan yang unggul di bidang kebahasaan dan kesastraan. Sebagai sebuah lembaga ilmiah, sudah seyogyanya lembaga tersebut memiliki kegiatan penelitian kebahasaan dan kesastraan. Mengutip penelusuran yang dilakukan oleh Lauder pada tahun 1995 (Lauder, 1999), jenis penelitian kebahasaan yang dirancang oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa gambarannya adalah sebagai berikut: penelitian Struktur Bahasa 67,65%; Sosiolinguistik 3,67%; Dialektologi 9,12%; Sastra 16,46%; dan Pengajaran 3,10%. Dari data yang diperoleh oleh Lauder tersebut kita bisa melihat bahwa yang menempati persentase tertinggi adalah jenis penelitian struktur bahasa, sebanyak 67,65%. Berbeda halnya dengan penelitian yang bersifat struktural kebahasaan, jumlah penelitian yang berfokus pada variasi bahasa cenderung masih sedikit dilaksanakan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Penelitian yang berusaha mengkaji aspek variasi bahasa dari sudut pandang Dialektologi dan Linguistik Historis Komparatif (LHK) masih sangat jarang dilakukan dan jika dibandingkan dengan penelitian struktur bahasa, kisaran persentasenya kurang dari 10%. Selain menelusuri jenis-jenis penelitian kebahasaan di lingkungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Lauder juga mengidentifikasi cakupan wilayah penelitian yang dilakukan oleh badan tersebut beserta balai dan kantor bahasa yang tersebar di penjuru Indonesia. Berdasarkan wilayah penelitian, 1

2 gambarannya adalah sebagai berikut: wilayah Sumatra 31,87%; Jawa Madura 24,76%; Bali - Nusa Tenggara, 8,76%; Kalimantan 11,26%; Sulawesi 18%; Maluku 4,74%; Papua 0,61%. Tidak hanya jenis penelitian saja yang mengalami ketimpangan secara statistik, penggarapan wilayah penelitian kebahasaan juga tidak merata. Area Indonesia bagian barat mendapatkan porsi lebih banyak dibandingkan dengan Indonesia bagian timur. Seperti terlihat berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Lauder di atas, Sumatra, Jawa, dan Madura merupakan dua wilayah yang paling banyak dikaji aspek kebahasaannya. Di sisi lain, Maluku dan Papua adalah daerah yang paling sedikit dijadikan sebagai lahan penelitian kebahasaan. Gambaran kegiatan penelitian kebahasaan di atas adalah data yang dikumpulkan oleh Lauder di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa --yang dulu masih bernama Pusat Bahasa-- pada era tahun 90-an. Gagasan Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-bahasa Daerah di Indonesia Pada era tahun 90-an Pusat Bahasa menanggapi proposal para linguis yang menekuni bidang Dialektologi dan LHK tentang sebuah penelitian kekerabatan dan pemetaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Pusat Bahasa beranggapan upaya tersebut merupakan sebuah usaha berskala nasional untuk menggali informasi dasar mengenai eksistensi bahasa daerah. Selain itu, data kebahasaan dari berbagai bahasa daerah di Indonesia tidak hanya bisa digunakan untuk pengembangan bidang Dialektologi dan LHK semata, namun dapat juga dimanfaatkan oleh bidang linguistik lainnya. Tidak menampik kemungkinan cabang ilmu selain Linguistik juga dapat memanfaatkan data kebahasaan tersebut, misalnya saja penelusuran peta persebaran penyakit berdasarkan penutur bahasa tertentu. Upaya awal untuk menindaklanjuti terlaksananya penelitian tersebut adalah menyepakati metode dan kriteria yang sama dan seragam untuk diterapkan di seluruh Indonesia. Selanjutnya, tim peneliti yang terdiri atas linguis 2

3 bidang Dialektologi dan LHK dari berbagai daerah di Indonesia merancang sebuah kuesioner nasional. Kuesioner tersebut nantinya digunakan untuk menjaring data kebahasaan di seluruh Indonesia sebagai bahan analisis penelitian Dialektologi dan atau LHK. Setelah pembuatan kuesioner nasional selesai, penelitian direncanakan akan selesai dalam jangka waktu selama kurang lebih lima belas tahun, dimulai dari tahun 1992 hingga tahun Selama kurun waktu 1992 hingga 1999 kegiatan yang dicanangkan adalah pelatihan bagi peneliti dan penjaring data, pengumpulan data, serta pengolahan data. Selanjutnya, pada kurun waktu 2000 sampai 2006 kegiatan yang dilakukan adalah analisis data, penulisan laporan penelitian, dan penerbitan hasil penelitian. Hingga tahun 1997, wilayah di Indonesia yang telah diambil data kebahasaannya meliputi Timtim, NTT, Sulut, Sulsel, Sulteng, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar, Sumbar, Bengkulu, Riau, Jambi, Aceh, Sumut, Sulsel, Lampung, Sultra, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, dan NTB. Kegiatan pengambilan data terpaksa dihentikan pada tahun 1997 akibat terjadinya krisis moneter di Indonesia sehingga mengakibatkan keadaan negara tidak stabil. Dua wilayah yang belum terjaring datanya, Maluku dan Papua, berhasil diambil data kebahasaannya pada tahun 2005 dan Pada era sebelum tahun 2000, Pusat Bahasa bekerja sama dengan Kanwil Dikdasmen Depdikbud menyeleksi guru SMA di seluruh Indonesia yang kemudian dijadikan sebagai pengambil data di lapangan. Kriteria pengambil data adalah penduduk setempat, pria atau wanita dengan usia di bawah empat puluh tahun, berprofesi sebagai guru SMA di tingkat kecamatan atau kabupaten, berpendidikan S1 linguistik, dan bersedia mengambil data di lapangan selama kurang lebih satu bulan. Sebelum dikirim ke daerah pengamatan untuk mengambil data, mereka terlebih dahulu diberi pelatihan secara intensif dengan tujuan sebagai berikut: Memahami tujuan penelitian. Memahami konsep dasar Dialektologi dan LHK. 3

4 Memahami kuesioner dan teknik wawancara. Menguasai aksara fonetis. Melakukan latihan mandiri, latihan berpasangan, dan latihan lapangan. Melaksanakan tes untuk menentukan apakah mereka dianggap mampu menjaring data dengan baik. Menentukan titik pengamatan & pembagian tugas bagi mereka yang lulus tes. Kendala pelaksanaan penelitian kekerabatan dan pemetaan bahasa-bahasa daerah di Provinsi Jawa Timur Setelah Pusat Bahasa memiliki tenaga, berupa guru SMA dari seluruh Indonesia, untuk menjaring data di daerah pengamatan, penelitian kekerabatan dan pemetaan tidak dapat serta merta langsung dilaksanakan karena beberapa kendala. Kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri atas banyak pulau sangat menyulitkan pengambilan data. Data kebahasaan yang terdapat di pulau-pulau terpencil dan dituturkan oleh suku terasing sangat susah dijaring. Untuk mengambil data di pulau-pulau tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit dan waktu yang tidak singkat. Selain itu, kebanyakan para penjaring data enggan mengunjungi lokasi yang sangat susah dijangkau dan terisolasi. Kendala selanjutnya yang muncul adalah validitas dan kualitas data yang berhasil diambil oleh tenaga yang berasal dari guru SMA. Tidak semua penjaring data berhasil mengumpulkan data dengan tingkat validitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Kemampuan fonetik yang sangat bagus seharusnya dimiliki oleh pengambil data penelitian Dialektologi dan LHK karena transkripsi fonetis adalah sumber utama penelitian tersebut. Apabila pada saat pengambilan data tidak dapat menghasilkan transkripsi fonetis yang benarbenar akurat, maka dapat dipastikan hasil penelitian tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. 4

5 Di Provinsi Jawa Timur, kendala yang dihadapi adalah belum didapatnya data bahasa Madura di daerah kepulauan. Bahasa Madura yang dituturkan oleh masyarakat penghuni pulau Bawean dan pulau-pulau di sekitar Madura masih belum terjaring. Pengambil data enggan diberangkatkan ke pulau-pulau tersebut dan lebih memilih untuk ditugaskan mengambil data di pulau Jawa dan Madura. Akibatnya, analisis awal penelitian tidak mencakupi seluruh wilayah di Provinsi Jawa Timur. Masalah lain yang juga terdapat di Jawa Timur adalah kualitas sumber daya manusia para guru SMA selaku pengambil data. Kemampuan mereka yang tidak setara di bidang fonetik mengakibatkan banyak data yang diragukan kesahihannya. Perbedaan pemahaman tentang pentranskripsian bunyi segmental membuat analisis penelitian Dialektologi dan LHK menjadi sulit dilakukan. Selain itu, mereka juga tidak memahami konsep dalam kuesioner sehingga ketika informan kurang mengerti daftar tanyaan mereka tidak dapat menjelaskan. Pemahaman penjaring data yang tidak memadai membuat informan memproduksi berian yang tidak sesuai dan mengakibatkan data yang dijaring menjadi tidak sahih. Interpretasi masing-masing penjaring data juga bervariasi sehingga pada saat mereka menjelaskan daftar tanyaan pada informan hasilnya tidak sama. Kemampuan penjaring data untuk memancing informan memproduksi berian yang sahih tidak begitu memadai. Mereka cenderung menggiring informan untuk memproduksi berian sesuai atau mirip dengan bahasa yang dikuasai atau dituturkan oleh pengambil data. Akibatnya, ketika dilakukan tahap analisis data, hasil yang didapatkan cenderung memiliki banyak kemiripan persentase antardaerah pengamatan. Prosedur analisis penelitian kekerabatan dan pemetaan di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2005 akhirnya kegiatan penelitian yang sebelumnya terbengkalai berusaha dirampungkan oleh Pusat Bahasa. Tenaga yang dimiliki oleh lembaga 5

6 tersebut tidak sesedikit sebelumnya sehingga kendala penjaring data dapat teratasi. Pegawai teknis di lingkungan balai dan kantor yang terseleksi atau memiliki minat pada bidang Dialektologi dan LHK se-indonesia dibekali pelatihan di Pusat Bahasa. Tenaga-tenaga baru ini tidak hanya berfungsi sebagai pengambil data melainkan juga sebagai peneliti di balai dan kantor bahasa masing-masing. Oleh sebab itu, pemahaman analisis Dialektologi dan LHK yang sama dan seragam diperlukan karena nantinya analisis dari masing-masing balai dan kantor bahasa akan disatukan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam analisis data, yaitu bahan yang akan dianalisis serta wujud dari analisis itu sendiri. Untuk jelasnya, berikut ini dipaparkan secara sepintas kedua hal tersebut. 1. Bahan yang dianalisis Bahan yang dianalisis mencakupi: a. Kosa kata dasar Swadesh 200 b. Kosa kata budaya dasar, yang mencakupi: - Bagian Tubuh 52 - Sistem Kekerabatan 25 - Gerak dan Kerja 98 - Kata Tugas 25 Jumlah 200 Total yang Dianalisis Wujud analisis Analisis yang bersifat sinkronis berwujud tabulasi data dalam bentuk tabulasi tahap I dan II, serta analisis penentuan status isolek sebagai bahasa atau dialek. Analisis sinkronis diawali dengan membuat tabulasi tahap I dan tahap II, selanjutnya diikuti dengan analisis penentuan status isolek sebagai bahasa atau dialek. a. Tabulasi tahap pertama (I) 6

7 Berisi data yang akan dianalisis berupa keseluruhan data pada daftar tanyaan, yaitu berikut ini. Tabulasi Data Tahap I Identifikasi Varian dan Daerah Sebarannya TABULASI TAHAP I MADURA No Kode Glos Bentuk Realisasi Daerah Pengamatan I. KOSA KATA DASAR SWADESH 1 I.1 a:bu 59 'abu' a:buh 7 abuh 5 abuh 21 abu tomag 1, 2, 13-16,63 abuh tomag 4, 11, 12 bu tomag 3 karb] u? 58 arb] u? 65 2 I.2 ~a~eg 1, 4 'air' ~aeg 3 a:eg 7 aeg 2, 5, 11-16, 21, 58, 59,63,65 3 1,3 rama? 21 'akar' ramo? 3, 4, 7, 58 ramo? 1, 2, 5, 59,63,65 ramok ramu? 11, 12 4 I.4 ag] ili 1, 5, 11-16,63 'alir' (me) ag] ili: 2-4 ag] ilih 7 agili 21 g] ili 14, 16 GalElE 59 GelEr 58,65 5 I.5 ana? 1-5, 7, 11, 12, 21,58, 63,65 'anak' Annak 59 7

8 Anak 13, 14, 16 Buduk 13, 14 budu? 21 bu.duk 15 potra 5 b. Tabulasi tahap kedua (II) Tabulasi tahap kedua berisi deskripsi perbedaan unsur bahasa yang mencakup perbedaan fonologi dan perbedaan leksikon untuk semua glos yang dianalisis. Hasil dari tabulasi tahap kedua yang berupa perbedaan fonologi dan leksikon tersebut dapat disebut sebagai peta verbal karena sudah mencerminkan distribusi geografis dari setiap unsur yang berbeda. Oleh karena itu, setiap glos dalam tabulasi tahap kedua harus memuat semua bentuk yang menjadi realisasi dari makna (glos) dan memuat semua alternatif pemetaan yang mungkin dibuat untuk setiap glosnya. Tabulasi Data Tahap II Deskripsi Perbedaan Unsur Bahasa TABULASI TAHAP II MADURA No Kode Glos Bentuk Realisasi Daerah Pengamatan I. KOSA KATA DASAR SWADESH 1 I.1 a:bu 59 'abu' a:buh 7 abuh 5 abuh 21 abu tomag 1, 2, abuh tomag 4, 11, 12 bu tomag 3 karb] u? 58 1.a kar ~ a: ~ a ~ Ø / # karb] u? 58 a:bu(h) 7, 59 ab(uh,uh,u) 1, 2, 4, 5, , 21 bu 3 8

9 2.a b] ~ b / # v - karb] u? 58 a:bu(h),ab(uh,uh,u)bu ab(uh Uh u) 1--4, 5, 7,11--16, 21, 59 bu 3.a u ~ U / k # karb] u?, a:bu(h), ab(uh,u), bu 1--4, 5, 7,11--16, 58, 59 abuh 21 4.a h ~? ~ Ø / # (a:a)buh,abuh 4, 5, 7, 11, 12, 21 karb] u? 58 (a:,a,ø)bu 1, 2, 3, , 59 2 I.2 ~a~eg 1, 4 'air' ~aeg 3 a:eg 7 aeg 2, 5, 11-16, 21, 58, 59 1.a ~a ~ a: ~ a / # ~a(e,~e)g 1, 3, 4 a:eg 7 aeg 2, 5, 11-16, 21, 58, 59 2.a ~E ~ E / # V ~a~eg 1, 4 (~a,a:,a)eg 2, 3, 5, 7, 11-16, 21, 58, ,3 rama? 21 'akar' ramo? 3,4,7,58 ramo? 1,2,5,59 ramok ramu? a a~o~o~u/-k# rama? 21 9

10 ramo? 3,4,7,58 ram(o?,ok) 1, 2, 5,13--16, 59 ramu? a?~k/-# ram(a,o,o,u?) 1--5, 7, 11, 12, 21, 58, 59 ramok I.4 ag] ili 1, 5, 'alir' (me) ag] ili: 04-Feb ag] ilih 7 agili 21 g] ili 14, 16 GalElE 59 GelEr 58 1.a g] ~g/#- ag] il(i,i:,ih), g] ili 1--5, 7, agili 21 b al~ø/#k- GalElE 59 GelEr 58 2.a i:~i/-k# ag] ili: 2--4 (ag], g], ag)ili, ag] ilih 1, 5, 7, 11-16, 21 b r~ø/#- GalElE 59 GelEr 58 3.a h~ø/#- ag] ilih 7 (ag], g], ag)ili, ag] ili: 1--5, 11-16, 21 b r~ø/#- 10

11 GalElE 59 GelEr 58 5 I.5 ana? 1-5, 7, 11, 12, 58, 21 'anak' annak 59 anak 13, 14, 16 buduk 13, 14 budu? 21 bu.duk 15 potra 5 1.a n~nn/#v- an(a?,ak) 1-5, 7, , 16, 21, 58 annak 59 b d~.d/v-v bud(uk,u?) 13, 14, 21 bu.duk 15 c potra 5 2.a?~k/-# ana? 1-5, 7, 11, 12, 58, 21 a(nn,n)ak 13, 14, 16, 59 b?~k/-# budu? 21 bu(d,.d)uk c potra 5 3. Penentuan status isolek sebagai bahasa atau dialek Dalam penentuan status bahasa, dialek, subdialek akan digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif difokuskan pada penggunaan metode dialektometri. Namun, perlu diingat bahwa sebelum penggunaan metode dialektometri tahap yang harus 11

12 dilakukan pertama-tama adalah memilih salah satu dari sejumlah kemungkinan pemetaan yang dapat dilakukan dalam setiap glos. Mengingat bahwa, suatu glos tertentu, memiliki alternatif pemetaan lebih dari satu, sedangkan untuk keperluan analisis data selanjutnya hanya diperlukan satu peta untuk setiap glosnya, maka diperlukan suatu pegangan dalam memilih salah satu dari alternatif pemetaan yang terdapat dalam setiap glosnya. Adapun pegangan dalam memilih salah satu dari keseluruhan alternatif pemetaan itu adalah berikut ini. a. Dari sudut pandang perbedaan fonologis, alternatif peta yang kaidahnya sama dengan kaidah dalam alternatif pemetaan pada glos lainnya diutamakan untuk dipilih. Pengertian sama di sini tidak hanya sama kaidahnya, tetapi sama atau relatif sama daerah yang disatukan oleh kaidah tersebut. Hal ini bermanfaat untuk mengidentifikasi peta yang berupa korespondensi. b. Setelah dilakukan identifikasi seperti langkah (a) di atas, dan ternyata tidak ditemukan alternatif peta yang sama kaidahnya dari semua glos itu, maka langkah selanjutnya, memilih alternatif peta pada glo-glos itu yang secara bersama-sama mempersatukan daerah pengamatan yang sama atau relatif sama. c. Setelah langkah (a) dan (b) dilakukan, maka glos sisanya yang belum ditentukan alternatif pemetaannya ditentukan dengan tetap mempertimbangkan akan adanya dukungan bagi penetapan daerah pengamatan atau kelompok daerah pengamatan tertentu sebagai daerah pakai isolek yang berbeda dengan lainnya. Apabila langkah ini tidak memungkinkan, alternatif pemilihan pemetaan secara mana suka bisa dilakukan. Patut diingatkan bahwa, langkah-langkah analisis di atas harus dilakukan secara hirarkis, artinya langkah (a) lebih dahulu, setelah itu diikuti langkah (b) dan (c). Selain itu, penerapan metode kuantitatif atau kualitatif baik untuk penentuan status bahasa, dalek, dan sebdialek harus bersumber pada data pemetaan yang dipilih sebagai peta di atas. 12

13 Setelah tahap-tahap di atas dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah penerapan metode dialektometri dengan rumus sebagai berikut ini. (S x 100) = d% n Keterangan : S = jumlah beda dengan daerah pengamatan lain n = jumlah peta yang diperbandingkan d = jarak kosa kata dalam prosentase Hasil yang diperoleh adalah persentase jarak unsur-unsur kebahasaan di antara daerah-daerah pengamatan itu. Selanjutnya penentuan hubungan antardaerah pengamatan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut. 81% ke atas : dianggap perbedaan bahasa 51-80% : dianggap perbedaan dialek 31-50% : dianggap perbedaan subdialek 21-30% : diangggap perbedaan wicara di bawah 20% : dianggap tidak ada perbedaan Alasan tidak membedakan antara kategori persentase fonologi dengan persentase leksikon seperti yang diperlihatkan Guiter di atas, karena pembedaan semacam itu tidak cocok dengan realita perubahan bahasa. Penutup Prosedur analisis di atas digunakan sebagai bahan acuan setiap penelitian Dialektogi dan pemetaan bahasa di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Penelitian bersifat linguistik terapan dengan menggunakan teori linguistik bandingan secara dialektologis masih tetap dilaksanakan hingga sekarang di balai bahasa. Setiap tahun penelitian tersebut selalu dilaksanakan dengan tujuan pembuatan peta bahasa-bahasa daerah di Jawa Timur. Pada tahun 2008, saat Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta, telah diluncurkan sebuah peta bahasa secara nasional. 13

14 Akan tetapi, pembaruan data harus tetap dilakukan agar kondisi kebahasaan di Jawa Timur tetap terpantau. Jawa Timur merupakan daerah dengan variasi bahasa terbanyak di pulau Jawa karena sekurang-kurangnya terdapat tiga bahasa yang masih aktif dituturkan. Bahasa Jawa dituturkan di pulau Jawa yang terletak di Provinsi Jawa Timur secara hampir keseluruhan, kemudian bahasa Madura dituturkan di pulau Madura dan pulau-pulau di sekitarnya. Bahasa tersebut juga menjadi bahasa utama di pulau Bawean serta daerah tapal kuda di pulau Jawa. Selain itu, berdasarkan pengambilan data pada tahun 2007 terdapat penutur aktif bahasa Bajo yang tinggal di pulau Sapeken, Madura. Beberapa pulau-pulau di sekitar pulau Madura, seperti pulau Kangean, Sapudi, Sapeken, Raas, dll. telah diambil data kebahasaannya dengan tujuan untuk membuat peta bahasa Madura di Provinsi Jawa Timur. Bahasa Madura dipilih sebagai prioritas penelitian Dialektologi karena bahasa tersebut mayoritas penuturnya terdapat di wilayah Jawa Timur. Selain itu, bahasa itu juga berasal dari pulau Madura yang masuk ke dalam wilayah geografis Provinsi Jawa Timur. Daftar Pustaka Comrie, Bernard dkk The Atlas of Languages: The Orgin and Development of Languages Throughout the World. Singapore: Star Standard. Crystal, David Language Death. Great Britain: Cambridge University Press. Lauder, Multamia RMT Derap Perkembangan Linguistik, dalam Telaah Bahasa & Sastra yang disunting oleh Hasan Alwi dan Dendy Sugono. Jakarta: Pusat Bahasa. Halaman Lauder, Multamia RMT Optimalisasi Bahasa Indonesia Bebasis Korpus Linguistik. Makalah disajikan pada Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra 14

15 Indonesia XXVI, di Universitas Muhammadiyah, Purwokerto 4 5 Oktober Mahsun Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mahsun Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Grafindo. Mahsun Genolinguistik: Kolaborasi Linguistik dengan Genetika dalam Pengelompokan Bahasa dan Populasi Penuturnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar BIODATA PEMAKALAH Nama : Awaludin Rusiandi TTL : Surabaya, 21 Juli 1979 Alamat : Jalan Sidotopo Lor 16, Surabaya Pendidikan : - S1 Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (spesialisasi fonologi bahasa Inggris) - S2 Linguistik Indonesia Universitas Gadjah Mada (spesialisasi dialektologi) Pekerjaan : - Penerjemah Pertama di Balai Bahasa Jawa Timur - Pemeta bahasa daerah di Balai Bahasa Jawa Timur - Penyedia data pemetaan bahasa daerah di Provinsi Papua (2006 dan 2007) - Peneliti dalam Kajian LHK sebagai Sebuah Penelitian Kewilayahan di Indonesia (2014 sekarang) - Penyedia data penelitian Budaya Lokal sebagai Bahan Ajar Potensi BIPA di Kepulauan Banda Neira, Ambon (2015) - Pemimpin redaksi Jurnal Ilmiah Kebahasaan: Medan Bahasa. 15

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Madrasah Aliyah sebagai bagian dari jenjang pendidikan tingkat menengah memerlukan upaya pengendalian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya Hasil kajian dialektologis dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, begitupula

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS

DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS 148 Statistik Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Deskriptif Statistik Guru PAIS A. Tempat Mengajar Pendataan Guru PAIS Tahun 2008 mencakup 33 propinsi. Jumlah

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 NO CABOR PROVINSI PELAKSANAAN KONTAK PERSON 1 Atletik DKI Jakarta 3 s.d 7 Agustus 2016 2 Dayung RIAU 22 s.d 27 Oktober 2016 Pak Sanusi Hp. 081275466550 3 Gulat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., Sri Wiyanti, S.S.,M.Hum., Yulianeta, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd., Hendri Hidayat, dan Zaenal Muttaqin FPBS Abstrak

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Razali Ritonga, MA razali@bps.go.id Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik 15 SEPTEMBER 2012 1 PENGANTAR SENSUS: Perintah

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mentawai merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahasa Mentawai digunakan untuk berkomunikasi dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website: KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN Pendahuluan Indera penglihatan dan pendengaran saja Data prevalensi kebutaan dan ketulian skala nasional perlu diperbarui Keterbatasan waktu untuk pemeriksaan mata

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Pengantar Geografi dialek mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal suatu bahasa (Keraf, 1984: 143). Menurut Lauder, geografi dialek pada dasarnya mempunyai hubungan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DISTRIBUSI PROVINSI DI INDONESIA MENURUT DERAJAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Handewi P.S. Rachman, Mewa Ariani, dan T.B. Purwantini Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 5 LAMPIRAN I TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK RISET KESEHATAN DASAR 2 BLOK KESEHATAN ANAK JENIS DATA Jenis data yang disajikan : berat badan lahir kepemikilan KMS dan Buku KIA, penimbangan balita, kapsul vitamin A, pemberian ASI proses mulai menyusui

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA Ombudsman Republik Indonesia mengundang Putra dan Putri Indonesia yang berintegritas,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 13/02/52/Th VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2016 Penjelasan Umum Badan Pusat Statistik melakukan Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan

Lebih terperinci