Identifikasi DNA dengan Rantai Markov Orde Satu dan Probabilistic Neural Network

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi DNA dengan Rantai Markov Orde Satu dan Probabilistic Neural Network"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Teknologi Informasi Identifikasi DNA dengan Rantai Markov Orde Satu dan Probabilistic Neural Network Toto Haryanto 1) Habib Rijzaani 2) Muhammad Luthfi Fajar 3) 1) Laboratorium Komputasi Terapan, Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB Jl. Meranti Wing 20 Level 5 Kampus IPB Dramaga, totoharyanto@apps.ipb.ac.id 2) BB-Biogen, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Jl. Tentara Pelajar 3 No.3A Bogor habibrij@gmail.com 3) Laboratorium Komputasi Terapan, Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB Jl. Meranti Wing 20 Level 5 Kampus IPB Dramaga, m_luthfi_fajar@yahoo.com ABSTRACT Genetic differences among organisms causing much research in system identification deoxyribonucleic acid or DNA. In the DNA identification system, there are two main parts, feature extraction methods and classification methods. In this research, feature extraction method used was first order Markov chain while classification methods combined with Probabilistic Neural Network (PNN). DNA sequence is derived from the genus Burkholderia, Clostridium, and Streptococcus with various length of base pairs (bp) from 100 bp, 200 bp, 400 bp, 800 bp, and 1000 bp were obtained from the National Center For Biotechnology Information (NCBI). Result of identification are sensitive and specific to length of base pair (bp). The high value of sensitvity and spesificity due to the number of classes that use relatively little. Key words DNA sequence, markov chain, probabilistic neural network,, sensitivity, specificity 1. Pendahuluan DNA (Deoxyribo Nucleid Acid) merupakan polimer, atau lebih tepatnya suatu himpunan dari dua polimer yang bersifat double helix. Setiap monomer yang membentuk polimer ini merupakan nukleotida yang terdiri atas gula, fosfat, dan basa nitrogen. Gula dan fosfat dari seluruh nukleotida sama, tetapi setiap nukleotida dapat dibedakan melalui peninjauan komponen basanya. Komponen basa nitrogen dibedakan menjadi empat tipe yang dimasukkan ke dalam dua kategori, Kategori purine terdiri atas Adenine (A) dan Guanine (G) yang memiliki dua cincin aromatis dan kategori pirimidine terdiri atas Cytosine (C) dan Thymine (T) yang memiliki satu cincin aromatis [1]. DNA pada setiap organisme akan berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan genetik di antara organisme inilah yang menyebabkan banyaknya penelitian dalam sistem identifikasi DNA. Bioinformatika merupakan disiplin ilmu yang pada awalnya muncul karena kebutuhan untuk memperkenalkan urutan dari sebuah data besar yang dihasilkan oleh teknologi baru biologi molekuler seperti sekuensing DNA dalam skala besar, pengukuran konsentrasi RNA dalam beberapa array ekspresi gen, dan teknik profiling baru di proteomik. Dengan demikian, bioinformatika mengintegrasikan sejumlah ilmu tradisional kuantitatif seperti matematika, statistika, dan ilmu komputer dengan ilmu biologi seperti genetika, genomik, proteomik dan evolusi molekuler [2]. Dimulai dari bioinformatika inilah dikenal istilah metagenome. Metagenome adalah konten genetik dari suatu komunitas biologis. Istilah ini biasa diterapkan pada komunitas mikroba yang dianggap sebagai satu entitas sehingga diperlakukan dan dipelajari sebagai satu meta-organism dengan genom tunggal [3]. Metagenome ini dapat berupa sekuens DNA. Dalam mengenali sekuens DNA dari suatu organisme tertentu, dibutuhkan metode ekstraksi ciri dan metode klasifikasi. Kedua metode ini merupakan bagian penting dari proses gene mapping. Dalam menentukan hubungan kekerabatan antara organisme yang satu dengan yang lainnya, penciri yang dapat digunakan adalah DNA, RNA dan urutan protein, struktur protein, profil ekspresi gen, jalur biokimia, dan jenis-jenis enzim [4]. Salah satu metode ekstraksi ciri yang digunakan untuk melakukan klasifikasi sekuens DNA adalah metode

2 Rantai Markov. Penelitian menggunakan Rantai Markov telah dilakukan oleh Ryabko dan Usotskaya [5]. Dalam penelitiannya Ryabko dan Usotskaya menjelaskan bahwa pemodelan sekuens DNA menggunakan Rantai Markov dengan orde satu dan orde dua. Model tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi memori atau konektivitas dari suatu teks genetik dan memecahkan masalah berbasis DNA yang berkaitan dengan sistem filogenetik dari berbagai kelompok organisme. Adapun Simons et al [6]. melakukan pemodelan Rantai Markov untuk data nukleotida eukariot. Dalam penelitiannya Simons et al. memfokuskan kepada kesamaan karakteristik intraspecies dan reversibilitas beserta komplementari dari dua untai kromosom. Penelitian menggunakan metode klasifikasi Probabilistic Neural Network (PNN) juga telah dilakukan oleh Wu et al. (2005) [7]. Wu et al. melakukan penelitian menggunakan metode ekstraksi ciri hamming distance dan edit distance dan metode klasifikasi Probabilistic Neural Network (PNN). Dalam penelitian Wu et al. diperoleh nilai Sensitivity terbaik pada panjang sekuens 200 base pair (bp) sebesar 0,83 dan pada panjang sekuens 300 bp sebesar 0,93. Keduanya dilakukan terhadap 12 target kelas dan banyak sekuens pada setiap kelasnya sebesar 30. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini penulis akan melakukan identifikasi terhadap sekuens DNA bakteri dari genus Burkholderia, Clostridium, dan Streptococcus menggunakan ekstraksi ciri Rantai Markov orde satu dengan Probabilistic Neural Network sebagai classifier. tertentu bergantung pada periode sebelumnya, maka rantai tersebut disebut Rantai Markov Orde m (m Order Markov Chain). Rantai Markov Orde Satu secara matematika dirumuskan sebagai berikut: Adapun Rantai Markov Orde dirumuskan sebagai berikut: secara matematika Peluang bahwa berada pada state jika berada pada state disebut sebagai peluang transisi satu langkah (one step transition probability). Secara matematis dapat terlihat pada rumus di bawah ini: Jika peluang ini bebas dari indeksnya, maka peluang ini disebut proses Markov dengan peluang transisi stasioner. Sehingga peluang transisi tersebut dirumuskan sebagai berikut: Peluang transisi ini disusun dalam bentuk matriks, yang disebut peluang matriks transisi P, yang setiap unsurnya adalah yaitu. Matriks tersebut terdapat di bawah ini: 2. Ekstraksi Ciri Rantai Markov Rantai Markov adalah suatu model stokastik yang diperkenalkan oleh matematikawan Rusia bernama A. A. Markov pada awal abad ke-20. Dengan menggunakan proses Markov maka dimungkinkan untuk memodelkan fenomena stokastik dalam dunia nyata yang berkembang menurut waktu. Masalah dasar dari metode stokastik dengan proses Markov adalah menentukan deskripsi state yang sesuai, sehingga proses stokastik yang berpaduan akan benar-benar memiliki apa yang akan disebut sifat Markov (Markovian property), yaitu pengetahuan terhadap state ini adalah cukup untuk memprediksi perilaku stokastik yang akan datang [8]. Suatu Rantai Markov dikatakan diskret (Discrete Time Markov Chain) jika ruang dari proses Markov tersebut adalah himpunan terbatas (finite) atau tercacah (countable), dengan himpunan indeks adalah. Jika nilai suatu state pada periode tertentu hanya bergantung pada satu periode sebelumnya, maka rantai tersebut disebut Rantai Markov Orde Satu (First Order Markov Chain) dan jika nilai suatu state pada periode [ ] Dalam penelitian ini, matriks peluang transisi dibentuk dari peluang-peluang munculnya komponen basa tertentu setelah sebelumnya merupakan komponen basa tertentu. Matriks transisi Rantai Markov Orde Satu dibentuk dari peluang-peluang munculnya komponen basa tertentu setelah sebelumnya merupakan tepat satu komponen basa tertentu. Dengan demikian matriks transisi Rantai Markov Orde Satu terdiri atas, yaitu peluang munculnya komponen basa A setelah sebelumnya merupakan komponen basa A,,,, dan seterusnya, sehingga pada matriks transisi Rantai Markov Orde Satu terdapat 16 elemen matriks [9]. Matriks transisi tersebut kemudian menjadi penciri dari setiap sekuens DNA yang mewakili genus tertentu.

3 3. Probabilistic Neural Network Probabilistic Neural Network (PNN) merupakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang menggunakan teorema probabilitas klasik seperti pengklasifikasian Bayes dan penduga kepekatan Parzen. Proses yang dilakukan oleh PNN dapat berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan JST Back Propagation. Hal ini disebabkan PNN hanya membutuhkan satu kali iterasi pelatihan bila dibandingkan dengan JST Back Propagation yang membutuhkan beberapa kali iterasi pelatihan [10]. Struktur PNN terdiri atas empat lapisan, seperti yang terlihat pada Gambar 2, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisan keputusan. Lapisan masukan merupakan sekuens DNA yang terdiri atas nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada n kelas. Struktur PNN ditunjukkan pada Gambar 1. x Input P 11 P 1j P 21 P 2j P i1 P ij Pattern Gambar 1 Struktur PNN Dengan x : Instance sekuens (vektor hasil ekstraksi ciri) P ij : data ke j kelas ke-i S i : hasil penjumlahan kelas ke-i Y : Peluang tersbesar Proses-proses yang terjadi setelah input layer adalah : 1. Lapisan Masukan ini merupakan layer ciri atau atribut hasil proses ekstraksi ciri dengan menggunakan rantai markov. ini merupakan vektor dengan panjang Lapisan Pola Pattern layer menggunakan satu node untuk setiap data pelatihan yang digunakan. Setiap node pola merupakan selisih dari vektor masukan yang akan diklasifikasikan dengan vektor bobot, yaitu S 1 S 2 S i Summation Y Decision, kemudian dibagi dengan faktor bias σ dan selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi radial basis, yaitu. Dengan demikian, persamaan yang digunakan pada pattern layer adalah : ( ( ) ( ) ) 3. Lapisan Penjumlahan Lapisan Penjumlahan menerima masukan dari setiap node lapisan pola yang terkait dengan kelas yang ada. Persamaan yang digunakan pada lapisan ini adalah: ( ( ) ( ) ) 4. Lapisan Keputusan Lapisan Keputusan Menentukan kelas dari input yang diberikan. Input akan masuk ke kelas jika nilai peluang masuk ke paling besar dibandingkan peluang terhadap kelas lainnya. 4. Hasil dan Percobaan Identifikasi Sekuens DNA Proses Identifikasi DNA dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari pengambilan data, praproses, pembagian data latih dan data uji, proses ekstraksi ciri DNA, proses identifikasi DNA serta analisis hasil identifikasi. 4.1 Pengambilan Data Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data metagenome yang diunduh dari situs National Center For Biotechnology Information (NCBI) dengan alamat web Setelah mendapatkan data dari NCBI, data tersebut kita proses dalam perangkat lunakmetasim (ver ). Keluaran dari perangkat lunak ini adalah fail berupa FASTA yang berisi sekuens DNA. Sekuens DNA terdiri atas A, C, G, dan T yang merupakan komponen basa dari nukleotida. Pada penelitian ini, data metagenome yang akan digunakan terdiri atas tiga genus, yaitu Burkholderia, Clostridium, dan Streptococcus dengan panjang sekuens 100 bp, 200 bp, 400 bp, 800 bp, dan 1000 bp. Ketiga genus ini digunakan karena memiliki keberagaman species paling besar dari data yang diperoleh dari NCBI. Deskipsi data yang digunakan dapat dilihat seperti pada Tabel 1.

4 Tabel 1 Tiga genus data sekuens DNA dengan panjang sekuens 100 bp, 200 bp, 400 bp, 800 bp, dan 1000 bp Genus Burkholderia Clostridium Streptococcus Jumlah Sekuens DNA 1000 sekuens 1000 sekuens 1000 sekuens 4.2 Praproses Pada tahap praproses dilakukan pemisahan antara data informasi dengan sekuens DNA-nya. Sekuens DNA yang telah dipisahkan kemudian akan digunakan sebagai penciri dari sebuah organisme. Contoh data yang terdapat dalam fail FASTA: 4.4 Ekstraksi ciri dengan Rantai Markov Ekstraksi ciri yang digunakan adalah Rantai Markov dengan orde satu dan orde dua. Pada orde satu, untuk setiap genus dan panjang sekuens yang digunakan, diperoleh matriks dengan dimensi 4 x 4. Matriks ini kemudian dibuat menjadi matriks berdimensi 1 x 16 untuk memudahkan penghitungan. Pada orde dua, untuk setiap genus dan panjang sekuens yang digunakan, diperoleh matriks dengan dimensi 16 x 4. Matriks ini kemudian dibuat menjadi matriks berdimensi 1 x 64 untuk memudahkan penghitungan. Setiap basa nitrogen A, C, G atau T dapat dipresentasikan sebagai suatu state seperti ditunjukkan pada Gambar 2. >r1.1 SOURCES={GI= ,fw, } ERRORS={} SOURCE_1="Burkholderia ambifaria AMMD chromosome chromosome 1"(cc1f b379f77fffd84822b0921a35eb86 5)ACTTCCGCCTCCCGGATCACGAGCGGCGGCGACAGCAGCA TCCGATCACCGGTCGCGCGCATGATCAGGTTGCCGTTGAAAC AGAAGTCGCGGCAGATCG Sekuens DNA yang digunakan: ACTTCCGCCTCCCGGATCACGAGCGGCGGCGACAGCAGCATC CGATCACCGGTCGCGCGCATGATCAGGTTGCCGTTGAAACAG AAGTCGCGGCAGATCG 4.3 Pembagian data latih dan data uji Penelitian ini menggunakan metode k-fold cross validation untuk membagi data latih dan data uji. Dalam metode ini dilakukan perulangan sebanyak kali. Setiap kali perulangan, salah satu subset akan dijadikan data uji dan subset lainnya dijadikan sebagai data latih. Pada perulangan ke-i, subset digunakan sebagai data pengujian dan subset lainnya digunakan sebagai data pelatihan, dan seterusnya [11]. Penelitian ini menggukan 5 sebagai nilai k. Dengan demikian, untuk setiap genus berjumlah 1000, akan terdapat 800 data uji dan 200 data latih. Skema pembagian data latih dan data uji dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Proses pada metode 5-fold cross validation Perulangan ke- Data Uji Data Latih 1 2 Gambar 2 Diagram State Transisi Dalam suatu sekuens akan dihitung seluruh peluang nilai transisi sehingga akan memiliki matrik transisi yang menyatakan peluang suatu basa tertentu jika sebelumnya muncul basa tertentu pula dengan ilustrasi. Apabila diberikan sebuah sekuens: TAGGTTTAGGTAGAACTTTTCAAAATATCCGACTTTTT AAAAATATGACTGTTTTAGACAATGTACTAGTAGGACT CAGTAATCATCACTTATCACATCC maka matriks transisi Rantai Markov Orde Satu yang dihasilkan dari sekuens tersebut adalah sebagai berikut: Identifikasi sekuens DNA Matrik transisi hasil ekstraksi fitur tersebut kemudian akan disimpan dalam suatu basis data dan menjadi penciri

5 dari setiap fragmen. Ciri tersebut kemudian akan menjadi vektor ciri untuk masuk ke dalam proses identifikasi menggunakan Probabilistik Neural Network. Hasil pengujian kemudian dilakukan dengan membuat matrik konfusi untuk setiap genus seperti dilihat pada tabel 3. Sequence DNA uji genus A Bukan sequence DNA uji genus A Tabel 3 Matrik Konfusi Terdeteksi sebagai sequence DNA genus A tp fp Terdeteksi sebagai bukan sequence genus A dengan tp : true positive (jumlah sequence DNA uji genus A yang tepat teridentifikasi sebagai sequence DNA genus A) tn : true negative (jumlah bukan sequence DNA uji genus A yang tepat teridentifikasi sebagai bukan sequence DNA genus A) fp : false positive (jumlah bukan sequence DNA uji genus A yang teridentifikasi sebagai sequence DNA genus A) fn : false negative (jumlah sequence DNA uji genus A yang teridentifikasi sebagai bukan sequence DNA genus A) Sensitivity mengukur proporsi positif yang diidentifikasi dengan benar, sedangkan specificity mengukur proporsi negatif yang diidentifikasi dengan benar. Persamaan dari nilai sensitivity adalah: fn tn panjang basa yang digunakan pada saat dilakukan proses ekstraksi ciri. Panjang sekuens Tabel 4. Perbandingan nilai sensitivity tiga genus Streptococcus Burkholderia Clostridium 100 bp bp bp bp bp Berdasar Tabel 4, terlihat bahwa penggunaan pasang basa yang paling banyak, dalam hal ini 1000bp memberikan kontribusi terhadap meningkatnya nilai sensivity. Hal ini disebabkan informasi genetik yang dapat diekstrak lebih banyak meskipun memiliki waktu komputasi yang makin meningkat. Tingginya nilai sensitivity ini disebabkan jumlah kelas yang digunakan masih sangat sedikit selain bahwa ketiganya merupakan genus yang memang relatif berbeda. Di sisi lain, berdasar Tabel 4 juga diketahui bahwa nilai sensitivity masih rendah untuk genus Clostridium terutama pada pemilihan 100 pasang basa atau 100(bp). Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya genus Clostridium yang teridentifikasi sebagai dirinya sendiri dan cenderung banyak teridentifikasi ke kelas lain. 4.7 Perbandingan nilai specificity setiap genus Nilai specificity juga dilakukan untuk setiap genus untuk mengetahui apakah terdapat genus lain yang yang teridentfikasi sebagai kelas tersebut. Perbandingan nilai specificity untuk setiap genus dapat dilihat pada Tabel 5. Adapun persamaan dari nilai specificity adalah: 4.6 Perbandingan nilai sensitivity setiap genus Nilai sensitivity setiap genus akan dihitung untuk menujukkan bagaimana kinerja Probabilistic Neural Network dalam melakukan identifikasi setiap genus. Tabel 4 menunjukkan perbandingan nilai sensitivity untuk setiap genus. Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai sensitivity genus Burkholderia memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan dua genus lainnya. Berdasar Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa untuk ketiga jenis genus, penggunaan jumlah pasang basa yang lebih banyak memiliki kecenderungan meningkatkan nilai sensitivity. Dengan kata lain, identifikasi DNA ini sensitif terhadap Panjang sekuens Tabel 5. Perbandingan nilai specificity tiga genus Streptococcus Burkholderia Clostridium 100 bp bp bp bp bp Secara rata-rata nilai specificity terbesar terdapat pada genus Burkholderia yaitu Semakin besar nilai ini menunjukkan bahwa semakin sedikit genus selain Burkholderia yang teridentifikasi sebagai genus Burkholderia. Bahkan untuk nilai specificity 1 menunjukkan bahwa tidak ada satu pun genus selain Burkolderia yang diidentifikasi sebagai genus Burkholderia. Ini berarti bahwa pola sekuens dari genus

6 Streptococcus dan Clostridium sangat berbeda bila dibandingkan dengan Bulkhoderia. Nilai specificity juga cenderung mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pasang basa yang digunakan dalam pengujian. Penggunaan Panjang pasang basa yang makin banyak akan mampu memberikan informasi saat proses ekstraksi ciri sehingga nilai specificity yang dihasilkan semakin besar. 5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep rantai markov orde satu dapat digunakan untuk melakukan ekstraksi ciri untuk melakukan identifikasi dengan metode PNN sebagai classifier. Hasil Identifikasi DNA sensitif terhadap panjang pasang basa yang digunakan. Nilai sensitivity dan specificity relatif tinggi disebabkan jumlah kelas yang digunakan masih sedikit. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya melakukan penambahan jumlah kelas yang akan digunakan. Selain itu, penggunaan rantai markov orde 2 dan penambahan jumlah coverage fragmen untuk panjang basa tertentu dapat dilakukan untuk menjamin bahwa sekuens organisme terwakili secara genomik. Toto Haryanto, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) dan Magister Sains (M.Si) dari Institut Pertanian Bogor, Indonesia pada tahun 2006 dan Minat riset penulis pada bidang Bioinformatika dan Sistem Pakar. Saat ini sebagai Staf Pengajar dan Peneliti di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor (IPB). Habib Rijzaani, menyelesaikan pendidikan S1 (B.Sc) bidang Bioteknologi pada tahun 1997 di University of Queensland, Australia. Pendidikan Magister Sains (M.Si) diselesaikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun Saat ini sebagai peneliti di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor. Muhammad Luthfi Fajar, Saat ini sebagai mahasiswa tingkat IV Program Sarjana di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor (IPB). REFERENSI [1] Peyrard M Nonlinear dynamics and statistical physics of DNA. Nonlinearity 17 (2004) R1-R40. [2] Polanski A, Kimmel M Bioinformatics. Berlin: Springer. [3] Gargaud M et al Encyclopedia of Astrobiology, Volume 1 A-F. Berlin: Springer. [4] Wang J, Zaki M, Toivonen H, Shasha D Data Mining in Bioinformatics. London: Springer. [5] Ryabko B, Usotskaya N DNA-sequence analysis using Markov chain models. IEEE [6] Simons G,Yao Y-C, Morton G Global Markov Model for eukaryote nucleotide data. Journal of Statistical Planning and Inference 130 (2005) [7] Wu X, Lu F, Wang B, Cheng J Analysis of DNA nequence pattern using probabilistic neural network model. J RES PRACT INF TECH. 37(4) [8] Mangku IW Dasar-dasar Pemodelan Stokastik. Departemen Matematika Fakultas MIPA, IPB, Bogor. [9] Robin S, Rodolphe F, Schbath S DNA, Words, and Models. Cambridge: Cambridge University Press. [10] Spetch DF Probabilistic neural network. Neural Network. 3(1) [11] Hastie T, Tibshirani R, Friedman J The Elemets of Statistical Learning: Data Mining, Inference, and Prediction. New York: Springer.

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI RANTAI MARKOV DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER MUHAMMAD LUTHFI FAJAR

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI RANTAI MARKOV DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER MUHAMMAD LUTHFI FAJAR IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI RANTAI MARKOV DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER MUHAMMAD LUTHFI FAJAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori dasar yang dijadikan sebagai landasan dalam penulisan tugas akhir ini. 2.1 Ilmu Bioinformatika Bioinformatika merupakan kajian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum keseluruhan penelitian yang telah dilakukan. Penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, ruang lingkup penelitian dan metodologi penelitian.

Lebih terperinci

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Levina Fitri Rahmawati, Isnandar Slamet, dan Diari Indriati Program

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI SPACED K-MERS DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SEBAGAI CLASSIFIER CUT MALISA IRWAN

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI SPACED K-MERS DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SEBAGAI CLASSIFIER CUT MALISA IRWAN IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI SPACED K-MERS DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SEBAGAI CLASSIFIER CUT MALISA IRWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Pensejajaran Rantai DNA Menggunakan Algoritma Dijkstra

Pensejajaran Rantai DNA Menggunakan Algoritma Dijkstra SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pensejajaran Rantai DNA Menggunakan Algoritma Dijkstra Abduh Riski 1 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember riski.fmipa@unej.ac.id

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN METODE RANTAI MARKOV SONY MUHAMMAD

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN METODE RANTAI MARKOV SONY MUHAMMAD KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN METODE RANTAI MARKOV SONY MUHAMMAD DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor PENGENALAN KADAR TOTAL PADAT TERLARUT PADA BUAH BELIMBING BERDASAR CITRA RED-GREEN-BLUE MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORHOOD (KNN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012

Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012 MK. GENETIKA (BIOLOGI SEM 4) Kuswandi* FMIPA UNY 2012 Email *: paramita@uny.ac.id 2 1. From Mendel to DNA 2. The double helix 3. Genomics 4. The impact of genetic engineering 5. Model organisms 6. The

Lebih terperinci

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1 Hardisk 8 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7..1 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu citra yang akan mengalami proses pengenalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Data Mining adalah proses yang mempekerjakan satu atau lebih teknik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisis dan mengekstraksi pengetahuan (knowledge)

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Wandira Irene, Mukhlisulfatih Latief, Lillyan Hadjaratie Program Studi S1 Sistem Informasi / Teknik Informatika

Lebih terperinci

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN OBLIQUE DECISION TREE DENGAN OPTIMASI ALGORITME GENETIKA ALFAT SAPUTRA HARUN

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN OBLIQUE DECISION TREE DENGAN OPTIMASI ALGORITME GENETIKA ALFAT SAPUTRA HARUN KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN OBLIQUE DECISION TREE DENGAN OPTIMASI ALGORITME GENETIKA ALFAT SAPUTRA HARUN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, menjadikan statistika memegang peranan penting dalam kehidupan. Hampir semua fenomena yang terjadi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Ekstraksi Ciri Histogram dan PCA untuk Mendeteksi Stoma pada Citra Penampang Daun Freycinetia

Perbandingan Metode Ekstraksi Ciri Histogram dan PCA untuk Mendeteksi Stoma pada Citra Penampang Daun Freycinetia Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 2 Nomor 1 halaman 20-28 ISSN: 2089-6026 Perbandingan Metode Ekstraksi Ciri Histogram dan PCA untuk Mendeteksi Stoma pada Citra

Lebih terperinci

Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein

Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Dian Puspita Sari 1), Toto Haryanto 1)* 1) Laboratorium Komputasi Terapan, Departemen Ilmu Komputer FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak yang cukup besar pada disiplin-disiplin ilmu lainnya termasuk biologi molekuler. Sehingga menghasilkan kolaborasi

Lebih terperinci

PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI

PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI Yohanes A.R. Langi 1) 1) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

Penerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang)

Penerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang) Statistika, Vol. 15 No. 2, 73 86 November 2015 Penerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang) Rini Cahyandari

Lebih terperinci

RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN )

RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN ) RANTAI MARKOV ( MARKOV CHAIN ) 2.1 Tujuan Praktikum Rantai markov (Markov Chain ) merupakan salah satu materi yang akan dipelajari dalam praktikum stokastik. Berikut ini terdapat beberapa tujuan yang akan

Lebih terperinci

PENERAPAN RANTAI MARKOV PADA POLA MUTASI ASAM DEOKSIRIBOSA NUKLEAT MITOKONDRIA TUGAS AKHIR

PENERAPAN RANTAI MARKOV PADA POLA MUTASI ASAM DEOKSIRIBOSA NUKLEAT MITOKONDRIA TUGAS AKHIR PENERAPAN RANTAI MARKOV PADA POLA MUTASI ASAM DEOKSIRIBOSA NUKLEAT MITOKONDRIA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Matematika Program Studi Matematika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi secara beruntun dan dengan kemungkinan yang berbeda-beda. Sebagai contoh sekarang

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diuraikan dalam skema tahap penelitian untuk memberikan petunjuk atau gambaran yang jelas, teratur, dan sistematis seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS PERPIDAHAN PENGGUNAAN MEREK SIMCARD DENGAN PENDEKATAN RANTAI MARKOV

ANALISIS PERPIDAHAN PENGGUNAAN MEREK SIMCARD DENGAN PENDEKATAN RANTAI MARKOV E-Jurnal Matematika Vol. 7 (1), Januari 2018, pp. 56-63 ISSN: 2303-1751 DOI: https://doi.org/10.24843/mtk.2018.v07.i01.p185 ANALISIS PERPIDAHAN PENGGUNAAN MEREK SIMCARD DENGAN PENDEKATAN RANTAI MARKOV

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi TINJAUAN PUSTAKA Kriptografi Kriptografi adalah studi teknik matematika yang berhubungan dengan aspek-aspek pengamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas data, autentikasi entitas, dan autentikasi

Lebih terperinci

PROBABILISTIC NEURAL NETWORK BERBASIS GUI MATLAB UNTUK KLASIFIKASI DATA REKAM MEDIS

PROBABILISTIC NEURAL NETWORK BERBASIS GUI MATLAB UNTUK KLASIFIKASI DATA REKAM MEDIS PROBABILISTIC NEURAL NETWORK BERBASIS GUI MATLAB UNTUK KLASIFIKASI DATA REKAM MEDIS (Studi Kasus: Penyakit Diabetes Melitus di Balai Kesehatan Kementerian Perindustrian Jakarta) SKRIPSI Disusun oleh: JOHAN

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN...

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi

Lebih terperinci

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait

Lebih terperinci

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain)

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) #10 Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) 10.1. Pendahuluan Berbagai teknik analitis untuk mengevaluasi reliability dari suatu sistem telah diuraikan pada bab terdahulu. Teknik analitis ini mengasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Abidatul Izzah 1), Ratih Kartika Dewi 2) 1)2) Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya Jl. Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN K-MEANS PADA IMBALANCED DATA UNTUK KLASIFIKASI METAGENOM ABDUL AZIZ FAUZI

PENERAPAN K-MEANS PADA IMBALANCED DATA UNTUK KLASIFIKASI METAGENOM ABDUL AZIZ FAUZI PENERAPAN K-MEANS PADA IMBALANCED DATA UNTUK KLASIFIKASI METAGENOM ABDUL AZIZ FAUZI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN

PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Statistika Regresi Logistik Neural Network Deskriptif Ketepatan Klasifikasi Model dengan Input Signifikan

Statistika Regresi Logistik Neural Network Deskriptif Ketepatan Klasifikasi Model dengan Input Signifikan Statistika Regresi Logistik Neural Network Deskriptif Ketepatan Klasifikasi Model dengan Input Signifikan Predicted Predicted Actual < 3,5 3,5 Actual Tidak tepat Tepat waktu < 3,5 36 10 Tidak tepat 74

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Revolusi di bidang biologi molekuler yang terjadi pada dekade terakhir menyebabkan peningkatan dalam koleksi dan kemudahan dalam memperoleh data genetik berupa data

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DAN UJI ORDE DARI SUATU RANTAI MARKOV Ō(r)

PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DAN UJI ORDE DARI SUATU RANTAI MARKOV Ō(r) PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DAN UJI ORDE DARI SUATU RANTAI MARKOV Ō(r) Studi kasus: Barisan basa nukleotida spesies Homo Sapiens Diajukan sebagai syarat mengikuti sidang Sarjana Matematika Program

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA

BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA 50 BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA Pada Bab ini dijelaskan mengenai DNA cendawan pada spesies Aspergillus niger [http://www.ncbi.nlm.gov/ 06/05/2009] sebagai data input yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK. 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf

BAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK. 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf BAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf Langkah-langkah membangun pohon filogenetik dengan menggunakan Aljabar Hipergraf, berdasarkan jaringan metabolik

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK DETEKSI BAKTERI E-COLI

PENERAPAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK DETEKSI BAKTERI E-COLI PENERAPAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK DETEKSI BAKTERI E-COLI Laily Hermawanti Program Studi Teknik informatika Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Diponegoro 1B Jogoloyo Demak Telpon

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN DATA MINING DALAM PENENTUAN VARIABEL UNTUK PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE BACK-PROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS PEMANFAATAN DATA MINING DALAM PENENTUAN VARIABEL UNTUK PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE BACK-PROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS PEMANFAATAN DATA MINING DALAM PENENTUAN VARIABEL UNTUK PREDIKSI INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE BACK-PROPAGATION NEURAL NETWORK TESIS Oleh FRIENDLY 087034030/TE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMATION GAIN ATTRIBUTE EVALUATION UNTUK KLASIFIKASI SERANGAN INTRUSI

ANALISIS INFORMATION GAIN ATTRIBUTE EVALUATION UNTUK KLASIFIKASI SERANGAN INTRUSI ANALISIS INFORMATION GAIN ATTRIBUTE EVALUATION UNTUK KLASIFIKASI SERANGAN INTRUSI Aulia Essra (1), Rahmadani (2), Safriadi (3) Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.24A

Lebih terperinci

Pengantar Komputasi Modern

Pengantar Komputasi Modern Pengantar Komputasi Modern Komputasi pada bidang biologi Oleh: Wirya Ramadhan 53413245 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Komputasi Biologi Komputasi Komputasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DAN TEORI DASAR. Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dan teori dasar yang. digunakan untuk membahas bab-bab selanjutnya.

BAB II KONSEP DAN TEORI DASAR. Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dan teori dasar yang. digunakan untuk membahas bab-bab selanjutnya. BAB II KONSEP DAN TEORI DASAR Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dan teori dasar yang digunakan untuk membahas bab-bab selanjutnya. 2.1 BIOINFORMATIKA Keberhasilan para ahli dalam mengungkap barisan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA

KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE Castaka Agus Sugianto Program Studi Teknik lnformatika Politeknik TEDC Bandung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DNA (Deoxy-Ribonucleic Acid)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DNA (Deoxy-Ribonucleic Acid) BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung pengelompokan data ekspresi gen, bentuk data ekspresi gen dan jenis analisis dari data ekspresi gen tersebut. Dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Pengenalan ekspresi wajah adalah salah satu bentuk representasi kecerdasan manusia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi emosi seseorang. Hal inilah yang

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Data Mining

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Data Mining TINJAUAN PUSTAKA Definisi Data Mining Sistem Manajemen Basis Data tingkat lanjut dan teknologi data warehousing mampu untuk mengumpulkan banjir data dan untuk mentransformasikannya ke dalam basis data

Lebih terperinci

replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Secara sederhana: Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal

Lebih terperinci

Representasi Himpunan Barisan Kodon ke dalam Struktur Modul

Representasi Himpunan Barisan Kodon ke dalam Struktur Modul Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Volume 10 No1, April 2014, hal 49-54 Representasi Himpunan Barisan Kodon ke dalam Struktur Modul Yurio Windiatmoko, Ema Carnia, Isah Aisah Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Ciri Khas Materi Genetik

Ciri Khas Materi Genetik KIMIA DARI GEN Ciri Khas Materi Genetik 1. Replikasi: digandakan, diturunkan kepada sel anak 2. Penyimpan informasi 3. Meng ekspresi kan informasi: Dimulai dengan transkripsi DNA sehingga dihasilkan RNA,

Lebih terperinci

Jurnal Sains & Informatika ISSN: X Volume 2,Nomor 2, Nopember Perbandingan PNN dan LVQ dalam Identifikasi Jenis Bercak pada Daun Cabai

Jurnal Sains & Informatika ISSN: X Volume 2,Nomor 2, Nopember Perbandingan PNN dan LVQ dalam Identifikasi Jenis Bercak pada Daun Cabai Perbandingan PNN LVQ dalam Identifikasi Jenis Bercak pada Daun Cabai Jaka Permadi Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A. ni Km.06 Desa Panggung, Pelaihari jakapermadi.88@gmail.com

Lebih terperinci

PLUG-IN CLASSIFIER DENGAN BAYESIAN STATISTICS UNTUK MENDETEKSI SITUS WEB PALSU

PLUG-IN CLASSIFIER DENGAN BAYESIAN STATISTICS UNTUK MENDETEKSI SITUS WEB PALSU PLUG-IN CLASSIFIER DENGAN BAYESIAN STATISTICS UNTUK MENDETEKSI SITUS WEB PALSU Anisah, Sapto W. Indratno Jurusan Matematika FMIPA ITB Abstrak Meningkatnya penipuan melalui situs web palsu mendorong orang

Lebih terperinci

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 39 Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov Risa Septi Pratiwi Daryono Budi Utomo Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN KIMIA DNA NUNUK PRIYANI. Progran Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

SIFAT FISIK DAN KIMIA DNA NUNUK PRIYANI. Progran Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN SIFAT FISIK DAN KIMIA DNA NUNUK PRIYANI Progran Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Dalam menghasilkan keturunan baru, informasi genetic diwariskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan sampel data urutan nukleotida daerah Hipervariabel I (HVI) DNA mitokondria (mtdna)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS Diana Purwitasari 1, Glory Intani Pusposari 2, Rully Sulaiman 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CALON PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER

KLASIFIKASI CALON PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER KLASIFIKASI CALON PENDONOR DARAH MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER (STUDI KASUS : Calon Pendonor Darah di Kota Semarang) SKRIPSI Disusun Oleh : DHIMAS BAYUSUSETYO NIM. 24010212130081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN: 55 PELATIHAN PENGGUNAAN GEN BANK NCBI (National Center for Biotechnology Information) DAN PROGRAM MEGA 4.0 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis Version 4.0) UNTUK PENELITIAN DAN PENINGKATAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DNA, bioinformatika, sekuens, Needleman-Wunsch, Lempel-Ziv, algoritma pensejajaran DNA, frase sempurna

ABSTRAK. Kata kunci: DNA, bioinformatika, sekuens, Needleman-Wunsch, Lempel-Ziv, algoritma pensejajaran DNA, frase sempurna ABSTRAK Ilmu Bioinformatika meneliti tentang perubahan yang dialami oleh DNA, serta membantu memberikan tanda terhadap mutasi genetika yang terjadi. Untuk membandingkan sekuens DNA dan mencari tahu bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran kemiripan profil DNA manusia yang dibangun didesain untuk mengukur kemiripan profil DNA manusia antara profil DNA seseorang dengan data-data profil DNA yang tersimpan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) AINUN JARIAH 1209201721 DOSEN PEMBIMBING 1. Prof. Dr. Mohammad Isa Irawan, M.T 2. Dr Imam Mukhlas, S.Si, M.T

Lebih terperinci

Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Universitas Di Indonesia

Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Universitas Di Indonesia Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Di Indonesia Sitty Nurjana 1, Marline S. Paendong 2, Yohanes A. R. Langi 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, sitty.nurjana@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I T 572 MUL ABSTRAK DNA polimerase merupakan enzim yang berperan dalam proses replikasi DNA. Tiga aktivitas yang umumnya

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain Dennis Frisca Ayudya, Dewi Retno Sari Saputro Program Studi Matematika Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity di dunia yang memiliki kekayaan ekosistem beragam, salah satunya adalah ekosistem perairan air tawar yang memiliki

Lebih terperinci

REPRESENTASI GEOMETRI DARI HIMPUNAN KODON

REPRESENTASI GEOMETRI DARI HIMPUNAN KODON REPRESENTASI GEOMETRI DARI HIMPUNAN KODON Isah Aisah 1, Riyan Adriyansyah 2 1 Prodi Matematika FMIPA UNPAD E-mail : isahaisah@unpadacid 2 Prodi Matematika FMIPA UNPAD E-mail : riyanadriyansyah34@gmailcom

Lebih terperinci

Bimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

Bimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi (  FMIPA UNY 2012 Bimbingan Olimpiade SMA Paramita Cahyaningrum Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2012 Genetika : ilmu yang memperlajari tentang pewarisan sifat (hereditas = heredity) Ilmu genetika mulai berkembang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI FRM/FMIPA/063-01 18 Februari 2011 Fakultas : FMIPA Program studi : Biologi Mata Kuliah / Kode : Genetika Molekuler / SBG 252 Jumlah SKS : Teori = 2 ;

Lebih terperinci

KOMPUTASI EVOLUSIONER Algoritma Genetik, Pemrograman Genetik, dan Pemrograman Evolusioner Oleh : Thomas Sri Widodo

KOMPUTASI EVOLUSIONER Algoritma Genetik, Pemrograman Genetik, dan Pemrograman Evolusioner Oleh : Thomas Sri Widodo KOMUTASI EVOLUSIONER Algoritma Genetik, emrograman Genetik, dan emrograman Evolusioner Oleh : Thomas Sri Widodo Edisi ertama Cetakan ertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN:

PROSIDING ISSN: PM-19 PREDIKSI PERFORMA AKADEMIK SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORKS DAN ALGORITMA KLASIFIKASI MACHINE LEARNING Betha Nurina Sari Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein

Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN) Vol. 1, No. 2, (2015) 133 Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Toto Haryanto 1, Budiman Surya Ardi 2 1,2

Lebih terperinci

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER FERDINAN ANDREAS MANGASI SIMAMORA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 Syam Gunawan 1, Pritasari Palupiningsih 2 1,2 Jurusan Sistem Informasi, STMIK Indonesia 1 syam@stmik-indonesia.ac.id,

Lebih terperinci

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA Isah Aisah, Departemen Matematika FMIPA UNPAD, Jatinangor, isah.aisah@unpad.ac.id Abstrak Kode genetik adalah satu set instruksi untuk mentransfer data

Lebih terperinci

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI DNA FINGERPRINT SPU MPKT B khusus untuk UI 1 Pengertian umum Bioteknologi : seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk,

Lebih terperinci

DYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN

DYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN DYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN David Soendoro Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Alamat: Jalan Ganeca No.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur BAB II LANDASAN TEORI Penelitian yang berkaitan dengan klasifikasi kalimat tanya berdasarkan Taksonomi Bloom telah dilakukan oleh Selvia Ferdiana Kusuma dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Mining 2.1.1 Pengertian Data Mining Dengan semakin besarnya jumlah data dan kebutuhan akan analisis data yang akurat maka dibutuhkan metode analisis yang tepat. Data mining

Lebih terperinci

Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi

Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi Oleh: Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Universitas Brawijaya Malang 2006 2.1.Pendahuluan Era penemuan materi

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan selatan 1 Abstract

Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan selatan 1  Abstract Penerapan K-Optimal Pada Algoritma Knn untuk Prediksi Kelulusan Tepat Waktu Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Fmipa Unlam Berdasarkan IP Sampai Dengan Semester 4 Mutiara Ayu Banjarsari 1, H. Irwan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION Nasep Muhamad Ramdan (0522135) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA

Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA Chandra Purnamaningsih Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No 36 A Surakarta cpurnamaningsih@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan BAB III HIDDEN MARKOV MODELS Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan yang dapat diamati. Tetapi terkadang ada urutan dari suatu keadaan yang ingin diketahui tetapi tidak dapat

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER PADA SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA INNA SABILY KARIMA

OPTIMASI PARAMETER PADA SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA INNA SABILY KARIMA OPTIMASI PARAMETER PADA SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOME MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA INNA SABILY KARIMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SIMULASI IDENTIFIKASI DAERAH CODING PADA DEOXYRIBONUCLEIC ACID DENGAN MENGGUNAKAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM

SIMULASI IDENTIFIKASI DAERAH CODING PADA DEOXYRIBONUCLEIC ACID DENGAN MENGGUNAKAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM JETri, Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 45-60, ISSN 1412-0372 SIMULASI IDENTIFIKASI DAERAH CODING PADA DEOXYRIBONUCLEIC ACID DENGAN MENGGUNAKAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM Suhartati Agoes & Suryadi*

Lebih terperinci