EVALUASI PELAKSANAAN MP3EI
|
|
- Fanny Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PELAKSANAAN MP3EI Pengaruh MP3EI terhadap Mata Pencaharian dan Hak Hak Dasar Masyarakat FGD ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) Hotel Bidakara, 16 Januari 2014
2 PENDAHULUAN Pada tanggal 27 Mei 2011, pemerintah melaunching Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Not Business as Usual? MP3EI berbasis pada pembangunan enam koridor ekonomi (regional based development) Muncul efek MP3EI terhadap masyarakat dan pemerintahan di daerah seperti sinkronisasi kebijakan, konflik lahan, ketahanan pangan, penguasaan ekonomi oleh kelompok kapitalis melalui skema PPP, ketenagakerjaan dan lain lain.
3 KONSEP DAN DESAIN MP3EI
4 KORIDOR EKONOMI 1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energy nasional. 2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai pendorong industry dan jasa nasional. 3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energy nasional. 4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional. 5. Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. 6. Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai pusat pengembangan pangan, perikanan, energy dan pertambangan nasional
5 AKTIVITAS EKONOMI UTAMA SRTIAP KORIDOR Aktivitas Ekonomi Koridor Ekonomi Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali Nusa Tenggara Steel Food and beverages Textiles Transportation equipment Shipping Nickel Copper Bauxite Palm oil Rubber Food agriculture Tourism ICT Coal Oil and gas Jabodetabek area Sunda SNS area Defense equipment Animal husbandry Timber Cocoa Fishery Papua Kep. Maluku
6 KEBUTUHAN INVESTASI (AWAL) Koridor Ekonomi Nilai Investasi (Rp. Triliun) Persentase (%) Koridor Ekonomi Nilai Investasi (Rp. Triliun) Persentase (%) Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali Nusa Tenggara Papua Kep Maluku Total Pemerintah BUMN Sektor Swasta PPP Total Steel Food and beverages Textiles Transportation 32 equipment 0.80 Shipping Nickel Copper Bauxite Palm oil Rubber Food agriculture Tourism ICT Coal Oil and gas Jabodetabek area Sunda SNS area Defense equipment Animal husbandry Timber Cocoa Fishery Total Main Activities Infrastructure Total Investment
7 TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM
8 PROYEK MP3EI DI GROUNDBREAKING, PER 2013 Sumber: Menko Perekonomian, 2013
9 AGENDA RISET Ketahanan pangan Keterbukaan Pasar Kerja EFEK MP3EI TERHADAP MATA PENCAHARIAN DAN HAK DASAR Konflik Lahan Kapitalisme - PPP
10 TAHAPAN PELAKSANAAN RISET 1 Literature Review 2 FGD Pemda, OMS, dan Komunitas di Sulawesi Selatan 3 FGD dan Indepth Interview Pemda, OMS dan Komunitas di NTT 4 Forum Konsultasi Publik (FKP) Evaluasi MP3EI dengan Bappenas dan OMS 5 Indepth Interview Kemenko Perekonomian dan Bappenas 6 FGD OMS 7 Diskusi dengan Komunitas Buruh
11 MP3EI DAN KETAHANAN PANGAN
12 LATAR BELAKANG Tiga koridor utama dalam system ketahanan pangan dalam MP3EI; KE Sulawesi, KE Bali Nusa Tenggara dan KE Papua Maluku Dua koridor untuk mendukung ketahanan energy berbasis bahan bakar nabati; KE Sumatera dan KE Kalimantan MP3EI dan dukungan terhadap kapitalisme pertanian Hilangnya hak hak petani dan cengkraman korporasi Eksploitasi terhadap lingkungan dan tenaga kerja Mempesersempit akses wanita pada komunitas petani terhadap sumber sumber mata pencaharian Krisis terhadap pangan dan ancaman kelaparan
13 PRASYARAT MENCAPAI KETAHANAN PANGAN MENURUT MP3EI 1. Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi; 2. Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif; 3. Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya; 4. Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan dengan potensi produksi pangan daerah; 5. Pembangunan sentra produksi pangan baru berskala ekonomi luas di Luar Jawa; 6. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen
14 TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM Komoditi Pertanian Koridor Ekonomi Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali Nusa Tenggara Papua Maluku Kelapa sawit Karet Tanaman pangan Peternakan Kakao Perikanan Sumber: Menko Perekonomian, 2011
15 MP3EI DAN KESALAHAN DESAIN KETAHAN PANGAN Koridor Jawa merupakan koridor yang paling potensi sebagai sentra pangan nasional, tapi justru koridor ekonomi Jawa tidak ditetapkan sebagai koridor yang focus pada sector pangan. Distribusi konsumen (penduduk) berada pada Pulau Jawa dan Pulau Suamtera, hampir 70% penduduk Indonesia berada di dua pulau ini. Artinya, kebutuhan pangan terkosentrasi pada dua pulau ini. Ketika produksi jauh dari konsumen (penduduk) maka resiko terjadinya kerawanan pangan semakin besar. Pilihan komoditi pangan dalam tiga koridor tersebut justru berorientasi pada ekspor dan bukan memenuhi konsumsi pangan masyarakat local. Ini akan menimbulkan masalah terhadap system keseimbangan pangan masyarakat. Pengembangan sentra pangan di tiga koridor tersebut lebih diarahkan pada industrialisasi pangan, dimana pemerintah mendorong korporasi atau pemilik modal besar untuk terlibat dalam industry ini. Kebijakan ini akan menciptakan dominasi korporasi sehingga cenderung akan menciptakan liberalisasi pangan yang beresiko terhadap kerawanan pangan.
16 SEMAKIN MENURUNNYA KONTRIBUSI PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN Sumber: BPS (diolah)
17 TRANSFORMASI STRUKTURAL YANG SALAH Rumah Tangga Usaha Pertanian (000) Perubahan No Sub Sektor ST 2003 ST 2013 Absolut % Sektor Pertanian 31, , (5,096.72) (16.32) Sub Sektor: 1 Tanaman Pangan 18, , (979.89) (5.24) Padi 14, , (58.49) (0.41) Palawija 10, , (2,317.69) (21.18) 2 Holtikultura 16, , (6,335.48) (37.40) 3 Perkebunan 14, , (1,357.97) (9.61) 4 Peternakan 18, , (5,626.62) (30.26) 5 Perikanan 2, , (514.43) (20.66) Budidaya Ikan , Penangkapan Ikan 1, (704.54) (44.90) 6 Kehutanan 6, , (44.98) (0.66) Sumber: 7 Jasa Sensus Pertanian 2003 & 2013 (diolah) 1, , (767.83) (41.59)
18 BESARNYA PETANI GUREM Sumber: Sensus Pertanian 2013 (diolah)
19 FAKTOR KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT Variabel Model 1 (Makanan + Non Makanan) Model 2 (Makanan) Konstanta (8.618) (5.894) PDRB Perkapita (X1) (1.185) (3.070) MYS (X2) (0.610) (2.240) Kemiskinan (X3) (-3.080) (-0.154) Produksi beras (X4) (-0.794) R-Square Durbin Watson F InY 1 InX 1 InX 2 InX 3 InY 2 InX 1 InX 2 InX 3 InX 4 Sumber: Susenas & BPS (diolah)
20 DAERAH RAWAN PANGAN Sumber: Dewan Ketahanan Pangan Nasional, 2013
21 KETERGANTUNGAN TERHADAP IMPOR Komoditi Volume (Ton) 2012 Per September 2013 Nilai (US$. Juta) Volume (Ton) Nilai (US$. Juta) Pangan 13,345,737 6,297 9,058,766 3,897 Holtikultura 2,138,764 1,813 1,296,374 1,261 Perkebunan 1,571,363 3,112 1,049,136 1,951 Peternakan 1,201,742 2, ,696 2,068 Total 18,257,606 13,920 12,261,971 9,177 Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)
22 IMPOR BEBERAPA KOMODITI Sumber: Kementerian Perdagangan 2013 (diolah)
23 MP3EI DAN KONFLIK LAHAN
24 LATAR BELAKANG Pembangunan Mega Proyek selalu menimbulkan konflik terhadap lahan. Ex. Pembangunan KE di Malaysia; di Brasil; Thailand; Sungai Mekong dan lainnya. Studi Sophie Chao (2013) menunjukan banyak konflik lahan di Indonesia merupakan konsekwensi dari banyaknya akuisisi lahan oleh pihak swasta dan lemahnya pengaturan lahan karena maraknya praktek praktek korupsi di system birokrasi terutama di institusi pertanahan. Desain MP3EI adalah membuka peluang bagi swasta untuk akuisisi lahan masyarakat. Pembangunan infrastruktur dipacu dengan mengeluarkan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. MP3EI diarahkan untuk mendorong pengembangan industry kelapa sawit, sector ini merupakan penyumbang konflik lahan terbesar di Indonesia. MP3EI membingkai regulasi regulasi yang selama ini menjadi penyebab munculnya konflik lahan di Indonesia seperti UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara, UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, UU. No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau Kecil, dan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
25 PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI, INFRASTRUKTU DAN PEMBEBASAN LAHAN No Nama Proyek Jumlah Lahan Dibebaskan (Ha) Status Proyek Nilai Proyek (US$. Juta) 1 Pembangunan Rel Kereta Api Soekarno Hatta Int Airport Manggarai 845 PPP Pembangunan Terminal Gedebage 30 PPP Revitalisasi Stasiun Kereta Api Yogyakarta 62,6 PPP 828,6 4 Pembangunan Jembatan Selat Sunda PPP Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung 975 PPP Pembangunan Jalan Tol Tanjung Priuk 89,6 PPP 612,5 7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda 792 PPP Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung Palembang - Betung 893 PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi 0,8 PPP Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bali 8 PPP Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Bogor Depok 56 PPP Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Surakarta 17 PPP Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy Kalimantan Timur 200 PPP Perluasan Pelabuhan International Tanjung Priuk di Cilamaya, Kerawang 150 PPP Perluasan Pelabuhan Internasional Tanjung Sauh Batam 150 PPP Pembangunan Bandara Internasional Baru di Bali PPP Pembangunan Bandara Internasional Kulonprogo 637 PPP Pembangunan Rel Kereta Api Pulau Baai Muara Enim PPP Pembangunan MRT Surabaya 392,8 PPP Pembangunan Monorail Bandung 412,8 PPP Pembangunan Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan 482,2 PPP Pembangunan Jalan Tol Pandaan Malang 300,9 PPP Pembangunan Jalan Tol Pasir Koja Soreang 120 PPP 47,2 24 Pembangunan Jakarta Sewage Treatment Plant 6,9 PPP 173,5 Sumber: Bappenas, 2013
26 KONFLIK LAHAN DI INDONESIA (STUDI KPA, 2013) Sumber: KPA 2013
27 PENGUASAAN KORPORASI TERHADAP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Dirjen Perkebunan & Sawit Watch (diolah)
28 CENGKRAMAN KORPORASI DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Perusahaan Status Perusahaan (Pemilik) Luas Lahan (Ha) Astra Agro Lestari Indonesia 272,994 Sinar Mas Group Indonesia 278,400 IndoAgri Indonesia 230,919 Wilmar Group Singapura 186,623 PP London Sumatera Plantation Indonesia 106,407 PTPN III BUMN Indonesia 105,290 PTPN IV BUMN Indonesia 136,737 PTPN V BUMN Indonesia 77,064 Bakrie Sumatera Plantation Indonesia 103,288 Sampoerna Agro Indonesia 114,827 Bumitama Agri Singapura 113,383 Guthrie Berhad Malaysia 221,685 Sime Darby Malaysia 289,422 Tabung Haji Plantation Malaysia 82,147 Kuala Lumpur Kepong Malaysia 98,792 Golden Hope Plantation Malaysia 12,883 Sumber: Total Prakarsa, ,430,861
29 PETA KONFLIK LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (STUDI SAWIT WATCH) Sumber: Sawit Watch, 2013
30 MP3EI DAN CENGKRAMAN KAPITALISME MELALUI SKEMA PPP
31 LATAR BELAKANG Rendahnya daya saing usaha di Indonesia diakibatkan oleh minimnya infrastruktur (WEF, 2013). Keterbatasan APBN/APBD untuk membangun infrastruktur. Skema PPP bisa mengatasi persoalan pendanaan? PPP versi Indonesia v.s. PPP versi Malaysia. Bias pada sector swasta peluang bagi swasta mengeksploitasi sumberdaya alam. Rakyat dan lingkungan penerima efek terbesar. Maros Water Supply menjadi beban bagi konsumen karena kenaikan biaya/tariff sedangkan Pemda tidak menerima bagi hasil yang memadai.
32 PROYEK MP3EI DENGAN SKEMA PPP (FINAL) 1. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Benoa Bali : Kerusakan lingkungan 2. Maros Water Supply : Kenaikan tariff dan memperkuat cengkraman korporasi terhadap penyedian air bersih yang sebenarnya kewajiban negara. Pemda tidak mendapatkan penerimaan bagi hasil yang sesuai. 3. Lampung Water Supply : hilangnya hak hak masyarakat terhadap sumber air bersih di Lampung. 4. Umbulan Water Supply : beresiko terhadap penurunan debit air dari sumber mata air Umbulan, kenaikan tariff, keuntungan bagi penerimaan daerah
33 PROYEK PRIORITAS DAN STRATEGIS MP3EI DENGAN SKEMA PPP No Nama Proyek Status Proyek Nilai Proyek (US$. Juta) 1 Pembangunan Rel Kereta Api Soekarno Hatta Int Airport Manggarai PPP Pembangunan Terminal Gedebage PPP Revitalisasi Stasiun Kereta Api Yogyakarta PPP 828,6 4 Pembangunan Jembatan Selat Sunda PPP Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung PPP Pembangunan Jalan Tol Tanjung Priuk PPP 612,5 7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda PPP Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung Palembang - Betung PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi PPP Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bali PPP Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Bogor Depok PPP Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Surakarta PPP Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy Kalimantan Timur PPP Perluasan Pelabuhan International Tanjung Priuk di Cilamaya, Kerawang PPP Perluasan Pelabuhan Internasional Tanjung Sauh Batam PPP Pembangunan Bandara Internasional Baru di Bali PPP Pembangunan Bandara Internasional Kulonprogo PPP Pembangunan Rel Kereta Api Pulau Baai Muara Enim PPP Pembangunan MRT Surabaya PPP Pembangunan Monorail Bandung PPP Pembangunan Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan PPP Pembangunan Jalan Tol Pandaan Malang PPP Pembangunan Jalan Tol Pasir Koja Soreang PPP 47,2 24 Pembangunan Jakarta Sewage Treatment Plant PPP 173,5 Sumber: Bappenas, 2013
34 TERIMA KASIH SELAMAT BERDISKUSI
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Implementasi MP3EI dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan dan Hak hak Dasar Masyarakat: Studi Kasus Koridor Ekonomi Sulawesi MAKASSAR, 26 NOVEMBER 2013 LATAR BELAKANG Pada
Lebih terperinciSumber : Bappenas (2013)
BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Lingkungan Eksternal Bisnis Negara Indonesia pada saat ini sedang melakukan pembangunan yang cukup cepat semenjak pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,
Lebih terperinciKERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara
KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN Angkutan Udara 1. Bandara Banten Selatan, Pandeglang, Banten Angkutan Laut 1. Perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciJakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS
Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciBAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR
BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciKORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF
KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor ekonomi?, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko Perekonomian dalam rapat
Lebih terperinciTenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural
Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Jakarta Professorial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Disampaikan pada Policy Dialogue Series dengan Tema Pengembangan Subsektor Jasa Pergudangan Dalam Meningkatkan Daya Saing Sektor Jasa Logistik di Indonesia Jakarta, 22 September 2015 KEBIJAKAN PERGUDANGAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciDUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA
DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau
Lebih terperinciAnalisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia
Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia Vebtasvili Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia ABSTRAK Pembangunan
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciSensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00
Lebih terperinciBAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati
BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Potensi Sumberdaya Manusia dan Alam Indonesia Sumberdaya alam Indonesia berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciRANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011
RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011 Tujuan Rakor Pangan : Rakor pangan bertujuan mengsinkronisasikan kebijakan dan kegiatan seluruh pemangku kepentingan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciPROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciBoks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model
Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.
Lebih terperinci6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar
Lebih terperinciPROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif
Lebih terperinciTATA KELOLA INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN PEMBIAYAAN: Kasus Indonesia v.s. Malaysia
TATA KELOLA INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN PEMBIAYAAN: Kasus Indonesia v.s. Malaysia Diskusi OMS ICW, Bakoel Coffe 17 Januari 2014 WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi Perkumpulan Prakarsa DISKUSI HARI INI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciRehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang
Tropenbos International Indonesia Programme TBI INDONESIA Rehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang Mewujudkan Bentang Alam yang Produktif Making Knowledge Work for Forest and People Mewujudkan Bentang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciSosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG Jakarta, 9 April 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,
Lebih terperincitersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.
ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciPANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)
PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciDr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013
Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas
Lebih terperinciREPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI GROUNDBREAKING PROYEK JALAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciPerkumpulan Prakarsa. Penulis : Wiko Saputra Editor : Victoria Fanggidae Penata letak : Claudia Thiorida Desain sampul : Iyot ISBN :
Penulis : Wiko Saputra Editor : Victoria Fanggidae Penata letak : Claudia Thiorida Desain sampul : Iyot ISBN : 978-979-99553-9-5 Penerbit : Perkumpulan Prakarsa Cetakan pertama, 2014 Penerbitan buku ini
Lebih terperinciAppendix 1. The Process of Deriving Macropropositions
Appendix 1 The Process of Deriving Macropropositions The following Tables are the detail process of deriving macropropositions from the relevant paragraphs. They cover the comprehensive process of deriving
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciVI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN
VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciGambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting
Lebih terperinci1 Peneliti ekonomi di BRE DKM, Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan pribadi
1 Peneliti ekonomi di BRE DKM, Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak mencerminkan pendapat resmi DKM atau Bank Indonesia. E-mail: nmaryaningsih@bi.go.id,
Lebih terperincippbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor
Lebih terperinciPEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo
1 PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA Saktyanu K. Dermoredjo Pendahuluan 1. Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal terhadap pentingnya peningkatan daya saing. Seiring
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciEnergy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciVALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK
VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar..
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN
INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Guru Besar Ilmu Ekonomi, Fakultas FEM IPB Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan, IPB Heni Hasanah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciPengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa
Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).
Lebih terperinci