TRANSFORMATOR 3 PHASA
|
|
- Utami Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TRANSFORMATOR 3 PHASA MINGGU XI Three-phase transformers Three Phase Connection Parallel operation of Power transformer Vector Groups and Diagrams Vector groups and parallel operation 9.1 Hubungan 3 phasa Transformator fasa-tunggal dapat dihubungkan untuk membentuk tiga fase transformator bank. Biasanya, tiga nominal identik transformer (P, Q, dan R) yang digunakan dan terhubung secara simetris (khusus kasus akan dibahas nanti). Bagian primer dihubungkan delta ( ) atau di way (Y), begitu pula sekunder. Kombinasi kombinasi yang mungkin terjadi adalah: - -, Y Y - dan Y - Y. Namanya berasal dari tampilan diagram yang kita gunakan - lihat gambar di bawah. Hubungan A - - Y atau Y - memperkenalkan sebuah pergeseran fase 30 o, dan perubahan pada rasio tegangan seperti yang akan dibahas secara rinci. Untuk itu, Kita akan mengasumsikan bahwa individu transformer yang ideal terdapat dalam bagian berikut. Hubungan Delta - Delta Terminal koneksi yang ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2 membantu kita memahami hubungan fasa. VAB dan V12 adalah tegangan primer dan sekunder yang merupakan salah satu dari tiga transformer (P). Kedua tegangan tersebut berada dalam satu fase yang sama dan besar rasio belita transformator yang berbeda. Hal yang sama juga berlaku bagi dua transformator lainnya. Arus IP dan IS (arus primer dan arus skunder transformator) berada dalam satu fase yang sama dan besar rasio belitannya berbanding terbalik satu sama lain.
2 Gambar 9.1 Gambar 9.2 Ada dua set arus dalam sambungan delta yaitu garis arus IL yang mengalir masuk dan keluar dari sumber dan arus yang mengalir dalam gulungan (di dalam delta). Inilah yang disebut disebut dengan arus fasa atau arus delta I. Besar garis arus adalah dari arus delta dan bergeser dengan sudut fase 30. Ingat : arus beban untuk 3 phasa adalah :
3 Contoh perhitungan : Transformator A - di sebuah pabrik mengalami tegangan jatuh dari 138 kv menjadi V. Dimana tarikan dayanya 21 MW dengan lagging 86%. a) Daya yang ditarik oleh pabrik adalah: P / PF = 21/0.86 = 24,4 MVA b) Daya sumber trafo (S) adalah: 24,4 MVA (TFB dianggap lossless) c) Arus dalam garis HV adalah : S / ( X VLL) = 24,4 MVA / ( X 138 KV) = 102 A d) Arus dalam garis LV adalah : S / ( X VLL) = 24,4 MVA / ( X KV) = 3384 A e) Arus dalam gulungan setiap TF (I_HV dan I_LV) adalah: I_HV = 102 / = 58,9 A, I_LV = 3384 / = 1954 A f) Beban yang dibawa oleh masing-masing TF adalah : 24,4 MVA/ 3 = 8,13 MVA atau menggunakan 4.160V X 1954 atau 138 KV X 58,9 Hubungan Delta - Y Letak tegangan primer dalam rangkaian ini adalah sama seperti dalam kasus sebelumnya (delta). Tegangan sekunder dalam rangkaian Y terhubung ke Common di titik netral N dan dua set tegangan, line-to-line (VLL) dan line-to-netral (VLN). Dalam kasus ini, tegangan primer transformator P adalah tegangan VLL, dan tegangan sekundernya adalah VLN. Ketika kita mengatur tegangan sumber dari transformator, berarti kita membandingkan tegangan VLL, besar VLL adalah VLN transformator dengan pergeseran arus phasa 30. VLL = _ 30 o VLN
4 Gambar 9. 3 Hubungan Delta Y Gambar 9.4 Tegangan phasor dan skema - Y Karena tegangan sekunder dan tegangan primer setiap transformator berada dalam fase yang sama, maka fasa tegangan output sumber harus mendahului tegangan input sebesar 30. Hal ini dapat dilihat dalam diagram fasor pada gambar 9.4 dengan membandingkan E12 dengan EAB Contoh perhitungan : 3.1 Suatu transformator step up mempunyai tegangan fasa 40 MVA dan 13,2 kv / 80 kv dihubungkan ke Y dan menghubungkan sebuah transmisi 13,2 kv ke beban 90 MVA. Hitung: a) tegangan Beban: Untuk satu TF, VP adalah 13,2 kv, VS adalah 80 kv (yang merupakan tegangan LN) untuk beban atau sumber, V beban (L-L) = VLN = X 80KV = 138KV b) arus lilitan dalam TF adalah : Untuk satu TF (IS) = 90 MVA / 3 = 30 MVA
5 I Primer = S / V wdg = S / VL-L = 30 M / 13,2 k = 2272 A I skunder Y = S / V wdg = S / VL-N = 30 M / 80 k = 375 A c) besar arus (LV dan HV): ILV = X IP = X 2272 = 3932 A (dari delta ke line) dan IHV = 375 A (tanpa pengaturan Y) Hubungan Y - Delta Kebalikan dari hubungan delta Y. Dengan VLL < 3 VLN dan tegangan output harus lagging dari tegangan input sebesar 30 o. Hubungan Y - Y Seperti pada hubungan delta-delta, VLL = VLN dan tegangan output sephasa dengan tegangan input. Satu-satunya ganggguan yang mungkin terjadi adalah titik netral yang menyebabkan tegangan VLN menjadi tidak seimbang (mengalami pergeseran sudut phasa). Ini disebabkan oleh beban yang tidak seimbang (perbedaan arus beban dari masing-masing ketiga fasa). Hubungan Kawat Y Ada dua solusi. Menggunakan sebuah system 4 kawat (lihat Gambar. 12.6) dan menggabungkan titik netral seolah-olah memaksa tegangan VLN menjadi stabil atau Primer Skunder Gambar 9.5 Hubungan Kawat Y
6 Penambahan Ketgita Kawat Y Gambar 9.6 Primer Skunder Penambahan ketiga kawat Y yang dihubungkan dengan delta (lihat gambar 9.6) yaitu memaksa penambahan tegangan menjadi nol. Menghitung transformator tiga phasa (dengan 6 buah asumsi) a) Mengasumsikan baik lilitan primer maupun lilitan sekunder dihubungkan dengan hubungan Y (walaupun rangkaian tersebut tidak dalam bentuk hubungan Y). b) Menganggap transformator satu phasa ini sebagai hubungan Y-Y. c) Membuat tegangan primer menjadi tegangan input pada VLN. d) Membuat tegangan sekunder menjadi tegangan output pada VLN. e) Mengasumsikan nilai daya nominal power menjadi sepertiga daya awal. f) Mengasumsikan beban transformator menjadi sepertiga beban awal. Contoh : Rangkaian 3 phasa memiliki parameter 1300 MVA, 24,5 kv / 345 kv, 60 Hz, XL = 11,5%. Rangkaian ini dihubungakan dengan sebuah generator 24,5 kv ke sebuah transmisi 345 kv. Tentukan rangkaian ekivalen dan terminal tegangan generator saat trafo memberikan tegangan sebesar 810 kv menjadi 370 MVA dengan factor daya lagging 90%. Kita menggunakan metode unit per unit dan mengerjakan sisi rangkaian HV menggunakan enam asumsi.
7 a) Vbase = 345 / = 199,2 kv, Sbase = 1300 / 3 = 433,3 MVA, ZT = 0 + j 0,115 pu b) Sbeban = 810 / 3 = 270 MVA, Sload (PU) = Sload / Sbase = 270 / 433,3 = 0,6231 pu c) Vbeban = 370 / = 213,6 kv, Vload (PU) = Vload / Vbase = 213,6 / 199,2 = 1,0723 pu d) I (PU) = Sload (PU) / Vload (PU) = 0,6231 / 1,0723 = 0,5811 pu _ = cos-1 0,90 = 25,84 e) Vgen = Vload + I ZT = 1, o + (0, ,84 o ) (0, o ) = 1, j 0 + (0, ,16 o ) = 1, j 0,0601 = 1,103 pu 3,12 f) Vgen = Vgen (PU) 1,103 Vbase = 24,5 kv = 27,02 kv (jawabannya adalah LL di sisi LV) Pada saat Anda mulai membuat hubungan antara terminal tegangan input transformator dan tegangan output konduktor, hati-hatilah melihat petunjuk yang diberikan pada papan nama atau pada sambungan diagram. Periksa semua jumper pada lokasi yang tepat dan cocok. Kencangkan semua kabel dengan baut setelah 30 hari pertama service. Sebelum bekerja pada sambungan pastikan semua tindakan keselamatan sudah terpasang. Sebagaimana mestinya, Anda harus mengatur kabel penghubung input/ output untuk memastikan bahwa tidak ada gangguan mekanik pada trafo Bushings dan koneksi. Karena gangguan dapat menyebabkan busing rusak atau hubungan terputus. Trafo biasanya dirancang dan dibuat untuk menyediakan sumber tegangan listrik baik menggunakan kabel tembaga ataupun kabel aluminium. Sebuah plat pengaman atau senyawa yang mencegah oksidasi pada permukaan terminal aluminium biasanya diterapkan di pabrik. Anda tidak boleh menghilangkan lapisan ini dari tap dan sambungan terminal. Juga, ketika aluminium konduktor digunakan, karena senyawa tersebut memberikan perlindungan pada terminal sebagaimana ditentukan oleh pabrik.
8 Satu harus mengikuti instruksi yang disediakan oleh pabrik trafo. Spesifikasi torsi kadang-kadang terdaftar pada perangkat keras. Setelah menerapkan torsi yang tepat, Anda harus menunggu satu menit atau lebih dan kemudian kencangkan kembali semua baut torsi tertentu. Anda harus menggunakan parameter yang tersedia, baik ukuran, UL-daftar mekanik atau tipe kompresi lug. Terminasi ini harus melekat pada kabel-kabel seperti yang ditentukan oleh terminasi tersebut atau kabel yang telah ditetapkan oleh pabrik. Karena terminasi sudah tersedia dari distributor listrik. Jangan instal washer antara terminal lugs dan terminasi bar bus karena hal ini akan menambah impedansi dan akan menyebabkan pemanasan serta kemungkinan kegagalan koneksi. Beberapa produsen trafo merekomendasikan bahwa ukuran kabel didasarkan pada tingkat ampaciti dari 125% dari ketetapan. Ketika mengkonsultasikan dengan teknisi tentang topik ini, kami telah menyimpulkan kalau mereka merekomendasikan kabel yang telah menjadi acuan untuk trafo. Anda bias memilih, apakah kabel dengan ukuran regular atau kabel yang harganya mahal dengan jaminan keamanan yang besar. Apa pun pilihannya, nilai insulasi kabel harus sesuai dengan aturan instalasi. Kabel yang anda install harus dijaga sejauh mungkin dari kumparan dan plat atas. 9.2 Daya Operasi Paralel Transformator Kebutuhan untuk pengoperasian untuk dua transformator atau lebih secara paralel sering terjadi karena: a) Adanya beban, yang melebihi capasitas transformator yang ada b) Kurangnya ruang kosong (ketinggian) untuk satu transformator besar c) Pengukuran keamanan (probabilitas dari dua buah transformator yang rusak pada waktu yang sama sangat kurang) d) Pengambilan ukuran standar trafo melalui sebuah instalasi
9 Kondisi yang dibutuhkan untuk operasi parallel Polaritas atau urutan fasa adalah sama. Semua unit yang diparalelkan harus dipasok dari jaringan yang sama. Konfigurasi rangkaian (bintang, delta, bintang zigzag) dari beberapa transformer memiliki perubahan phasa yang sama (sudut perpindahan) antara tegangan primer dan sekunder. Impendansi pada rangkaian hubung singkat adalah sama atau berbeda kurang dari 10%. Perbedaan tegangan antara fase yang terkait tidak boleh melebihi 0,4%. Trafo paralel harus sama tegangan. Jika tegangan tidak sama, maka perbedaan tegangan akan menghasilkan sebuah tegangan net, yang akan menyebabkan arus mengalir pada rangkaian tertutup antara dua buah transformator. Teori ideal untuk transformator parallel adalah : a) Memiliki nilai rasio tegangan yang identik. b) Memiliki persentase impendansi yang sama. c) Memiliki rasio reaktansi yang sama. d) Memiliki polaritas sama. e) Memiliki perubahan sudut phasa yang sama. f) Memiliki fasa rotasi yang sama. Transformator satu phasa Untuk transformator fase tunggal, hanya ada empat ketentuan yang berlaku, karena tidak ada rotasi fasa atau perubahan sudut pada tegangan trafo. Jika perubahan rasio tidak sama, maka arus yang beredar akan mengalir bahkan tanpa beban. Jika persentase impendansi atau perubahan resistansi dari reaktansi berbeda, maka tidak akan ada arus yang beredar pada saat tanpa beban, tetapi pembagian beban antara transformer bila diterapkan akan tidak lagi proporsional dengan nilai KVA. Transformator Tiga Phasa
10 Kondisi yang sama berlaku untuk transformator tiga fase kecuali dalam kasus timbul pertanyaan mengenai rotasi fase dan pergeseran sudut fase harus dipertimbangkan. Pergeseran Sudut Phasa (Pengelompokan Vektor) Hubungan trafo Y-delta atau Y-zigzag menghasilkan pergeseran sudut 30 antara titik tegangan primer dan tegangan sekunder. Transformers dengan koneksi ini tidak dapat diparalelkan dengan transformer lain karena tidak memiliki pergeseran seperti hubungan Y- Y, delta-delta, zigzag-delta, atau zigzag-zigzag Rotasi Phasa Rotasi phasa artinya tegangan pada masing-masing terminal mencapai nilai maksimum. Dalam rangkaian paralel, Tegangan maksimu pada masing-masing terminal terjadi karena adanya simultan yang dipasangkan. Daya Transformer Paralel Dalam praktiknya, rangkaian paralel dapat dicapai meskipun kondisi transformator yang sebenarnya menyimpang oleh persentase kecil dari yang teoritis. Rangkaian paralel dianggap tercapai jika persentase impedansi dari dua lilitan transformator adalah masingmasing 7,5%. Untuk transformator multi-winding dan auto-transformer, biasanya batas umum yang berlaku adalah 10%. Daya normal transformator menggambarkan perbedaan resistansi terhadap reaktansi yang pada umumnya cukup kecil sehingga persyaratan penting dalam rangkaian parallel diabaikan. Ketika transformator dihubungkan secara parallel maka impedansi masing-masing trafo akan berbeda, reaktor atau transformer auto mempunyai ketetapan rasio yang harus digunakan. Jika reaktor tersebut disusun seri dengan transformator, maka impedansinya akan rendah. Maka dari itu trafo harus memiliki nilai impedansi efektif agar bias menghasilkan total persentase impedansi efektif ditambah dengan nilai persentase impedansi reactor dari trafo kedua. Ketika sebuah transformator auto digunakan, arus relatif transformator diberikan oleh masing-masing trafo yang ditentukan oleh rasio dari dua bagian auto-transformator. Penambahan tegangan transformator auto yaitu penambahan tegangan jatuh transformator
11 dengan impedansinya dan pengurangan tegangan dari tegangan jatuh transformator dengan impedansinya. Transformator auto yang digunakan dalam daya parallel transformator adalah dirancang secara khusus untuk setiap instalasi. Diagram wiring menggambarkan suatu auto transformator yang selalu terhubung lengkap. Secara umum, transformer dibuat untuk kebutuhan spesifik pabrik sama seperti yang ditunjukkan oleh plat nama yang dapat dioperasikan secara paralel. Transformator yang dihubungkan secara parallel ketika terjadi tegangan rendah relatif memerlukan perawatan yang sesuai dengan menghubungkan bar atau konduktor yang mempunyai impedansi sama. Jika tidak, maka arus tidak akan terbagi rata. Pembagian Beban Daya total (kva) yang tersedia ketika dua atau lebih transformer mempunyai nilai KVA sama terhubung secara paralel, jumlahnya sama pada masing-masing rangkaian, tergantung pada persentase impedansi yang semuanya sama dan rasio tegangan yang identik. Nilai KVA Transformers akan membagi beban dengan praktis (tetapi tidak begitu teperinci) sebanding dengan nilai masing-masingnya., tergantung pada rasio identik dan persentase impedansi (pada masing-masing nilai KVAnya) yang identik atau mendekati. Pada kasus ini, totalnya lebih dari 90% dari jumlah nilai yang ada. Nilai inilah yang dianjurkan untuk sebiuah transformator dengan perbedaannya tidak lebih dari 2 : 1, yang tidak harus dioperasikan secara permanen dalam rangkaian parallel. 9.3 Diagram vector
12
13 9.4 Pengelompokan Vektor dan Operasi Paralel NilaicPengelompokan vector dapat dilihat pada rangkaian winding dan masingmasing posisi phasa. Tergantung pada huruf besar atau kecil ditambah dengan nama kode. Huruf kapital mengacu pada input wiring, dan huruf kecil untuk output wiring. Tegangan upper ditandai dengan angka 1 di depannya, tegangan under ditandai oleh angka 2 di depannya, tanpa memperhatikan input atau output. Sebaliknya A 1 di belakang,
14 menandai awal wiring, dan 2 di belakang merupakan akhir. Tabs ditandai 3 dan 4 di belakang. Angka kolerasi yang bertulliskan UVW membedakan 3 fase. Titik netral (bintang titik) selalu ditandai N. Kelompok vector bersama ditandai dengan tangan kiri untuk masukan dan tangan kanan untuk keluaran. Kecuali jika diminta, transformer tiga phasa adalah disampaikan dalam sambungan bintang-bintang secara istimewa. Yd5 / Yd11 digunakan karena penampang widding yang berlawanan. Tranformator dengan vector group yang sama dapat dioperasikan secara parallel dengan terminal A, B dan C pada sisi primer dan terminal a, b dan c pada sisi skunder transformator melalui masing-masing bus bar. Bagaimanapun transformator vector group dalam rangkaian parallel dengan masing-masing group (kode 6) dengan pengaturan winding yang cocok. Operasi Paralel Melalui Tap Changer Transformers terhubung secara paralel melalui nilai identik akan memiliki beberapa perbedaan impedansi beban yang tidak seimbang dan begitu juga dengan sirkulasi arus melalui lilitan. Untuk mengurangi beban yang dibagi ke LT, maka digunakan CT untuk tegangan tersebut secara otomatis. Sebaliknya beban trafo berubah, sehingga nilai trafo sama dengan beban.
15 BAB Proteksi Transformator Transformator daya yang paling mahal yaitu elemen tunggal sistem transmisi HV. Transformer mewakili porsi terbesar investasi modal dalam transmisi dan distribusi sub stasiun. Selain itu, daya trafo memiliki dampak ekonomi yang cukup besar pada sebuah operasi jaringan listrik. Oleh karena itu, tujuan Power Engineers untuk meningkatkan keandalan operasi transformator, bermanfaat dalam pelayanan kehidupan dan mengurangi biaya pemeliharaan transformator. Transformer mengalami berbagai jenis rangkaian arus pendek, panas dan gangguan transien mekanik terjadi selama operasi switching dan kesalahan, sehingga membutuhkan isolasi selama kondisi tersebut untuk menghindari kegagalan isolasi dan abnormal pemanasan dari lilitan Jenis-Jenis Proteksi Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo. a) Sekering HRC b) Proteksi arus lebih c) waktu lagging relay arus lebih d) Proteksi pentanahan e) Proteksi arde f) Buchholz relay (Gas dioperasikan perlindungan) g) Diferensial perlindungan h) Over-flux perlindungan i) Over-voltage perlindungan
16 j) Tegangan di bawah perlindungan k) Surge perlindungan (tanduk kesenjangan dan kilat arrestors) l) Frekuensi di bawah proteksi Pada umumnya kesalahan yang terjadi di trafo daya adalah fase ke bumi, Fase ke fase, antara gilirannya yang wiring, wiring terlalu panas karena overcurrents. Penyebab lain kegagalan transformator adalah karena pemasanan inti, minyak isolasi, tidak pantas atau tidak memadai sistem pendingin (peredaran minyak), karena perpindahan getaran mekanis pada wiring, system proteksi minyak yang rendah (diferensial) tidak bisa beroperasi untuk kesalahan yang terjadi di luar zona perlindungan perlindungan. Overload pada relay trafo disediakan sebagai cadangan untuk kesalahan di luar zona dilindungi trafo. Rincian pemiliha relay dan skema perlindungan trafo adalah sebagai berikut : a) KVA ratin b) Rasio tegangan c) jenis koneksi (bintang-delta, dll) d) Kering (resin berpakaian) atau Minyak diisi e) konservator digunakan atau tidak f) persentase Impedance g) Tekan changer tipe h) Sistem pending i) Jenis Pembumian netral (padat atau melalui resistor) j) Connected beban Sistem pelindung untuk distribusi transformer:
17 fasa. Transformer kecil (di bawah 500 KVA): sekering HV untuk fasa netral dan fase-fault Waktu lagging relay kadang-kadang digunakan untuk overloads. Di atas 500 KVA atau transformer penting a) Kelebihan arus relay b) Arde sesaat relay Untuk upto 5 MVA transformer rating c) Perlindungan kelebihan arus d) Pembatasan arde relay Buchholz relay proteksi Over-flux Untuk transformer diatas 5 MVA rating a) Perlindungan arus lebih b) Pembatasan arde relay c) Buchholz relay d) Over-flux perlindungan e) Perlindungan diferensial f) Tekanan mendadak relay g) alarm suhu wiring Overloads (suhu) Arus berlebih Tipe kesalahan Perlindungan peralatan yang digunakan Relay suhu overload, Temperature alarm relay Relay arus lebih dengan lagging
18 waktu Proteksi back up Relay arus lebih dengan waktu graded Fuse HRC (trafo kecil) Lonjatan tegangan tinggi (penerangan dan saklar) Berat kesalahan internal (phasa ke ground dan phasa ke bumi) Kegagalan insipient (rangkaian hubung singkat, insulasi breakdown winding, insulasi breakdown minyak) Kesalahan ground Penerangan arrester, rod gap Kerja alarm relay buchholz Kerja alarm relay buchholz, tekanan relay dan tegangan tabung relatif Masalah relay ke bumi, Proteksi differensial Saturasi kawat magnet Relay overflux dan Relay overvoltage 10.2 Perlindungan Suhu Lebih Untuk daya transformator liquid-innersed, suhu winding hot-spot adalah faktor terpenting dalam usia transformator. Suhu insulasi minyaknya tergantung pada suhu winding, dan digunakan untuk menunjukkan kondisi operasi trafo. Batas kegagalan tempratur ini mencapai suhu kapilaritas dari insulasinya dan bahan-bahan inti dapat menyebabkan kegagalan prematur transformator. Fungsi Perlindungan Termal Fungsi perlindungan thermal (suhu) dapat dibahas dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah "Mekanik", dalam bentuk sensor dan relay yang berfungsi untuk mendeteksi suhu lebih, dan mengurangi pengaruh mitigating melalui alarm dan tripping.
19 Jenis ini meliputi fungsi perlindungan langsung sensor suhu, termal internal relay, tekanan relay, dan relay deteksi gas. Ini adalah penting untuk mencatat bahwa sensor suhu bekerja hampir secara eksklusif di atas suhu minyak. Salah satu bagian penting proteksi jenis ini adalah sistem pendingin trafo, sebagai pendinginan tetap kipas angin dan pompa yang dihidupkan oleh sensor suhu. Beberapa transformer juga menggunakan monitor suhu topoil yang mencakup kontak langsung yang dapat digunakan untuk alarm dan tripping pada suhu minyak. Kelompok kedua adalah arus lebih berdasarkan proteksi beban lebih, yang diberikan oleh sekering atau relay arus lebih. Perangkat ini beroperasi ketika arus melebihi nilai yang tidak dapat diterima pada transformator. Overload ini akan menyebabkan kenaikan suhu minyak, sehingga fungsi overload terbatas terhadap proteksi termal oleh trafo de-energizing. Fungsi suhu beban lebih yang tersedia pada proteksi modern relay numerik transformator tergantung pada implementasi relay, menggunakan beberapa kombinasi pengukuran arus, suhu ambien, dan suhu minyak trafo untuk mendeteksi keberadaan suhu lebih pada transformator. Fungsi ini dapat menghidupkan alarm ketika terjadi suhu berlebih, sehingga melepaskan beban dari trafo, atau trafo menjadi off-line. Table 10.2 LIMIT STANDAR TEMPERATUR Kenaikan suhu rata-rata winding 65 o C di atas ambient Kenaikan suhu hot-spot 80 o C di atas ambient Kenaikan suhu cair 65 o C di atas ambient Batas suhu maksimum 110 o C Mutlak Tabel 10.2: Standar limit temperatur, kenaikan transformator 65 o C, Suhu ambient 30 ºC Jenis-jenis pengaturan minyak temperatur adalah :
20 60 o C Kipas angin hidup 95 o C Alarm 120 o C Trip Gambar 10.1 Pengukura Suhu Ambient Pengoperasian suhu TRANSFORMER didasarkan pada kenaikan suhu lingkungan. Model suhu minyak trafo biasanya memerlukan pengukuran suhu langsung untuk menentukan keadaan trafo. Sebagai contoh, seperti yang sebelumnya ditetapkan, temperatur minyak hot-spot tergantung pada suhu lingkungan secara langsung. Jadi keuntungan utama mengukur suhu ambient adalah meningkatkan akurasi suhu minyak berdasarkan perhitungan, dan perhitungan suhu hot-spot. Pengukuran suhu ambient dengan cara menghubungkan probe suhu ke relay. Secara tradisional probe suhu menggunakan output tranduser, tetapi dalam beberapa dapat menggunakan koneksi RTD (Resistor Suhu Detektor). Pengukuran Suhu Top-Oil Suhu Top-Oil mudah diukur. Kecocokan sensor suhu Top-Oil diinstal sebagai bagian dari sistem pendingin trafo. Sensor suhu yang sebenarnya biasanya merupakan RTD yang dipasang pada pemanas thermowell dalam satu fase dari transformator. Sensor suhu Top-Oil juga mudah untuk menginstal, seperti sensor mount ke tangki eksternal yang tersedia. Pengukuran langsung suhu Top-Oil dapat meningkatkan akurasi suhu berdasarkan fungsi proteksinya, dan meningkatkan perhitungan akurasi suhu Top-Oil.
21 Penggunaan pengukuran suhu Top-Oil memerperlukan sebuah sensor suhu pada transformator, dengan menghubungkan alatnya ke relay proteksi transformator. Dengan instalasi trafo yang lebih baru, maka suhu topoil mungkin saja sebuah output dari kontrol pendinginan transformator. Pengukuran suhu Top-Oil hanya dapat dilakukan pada satu titik yang mengasumsikan beberapa homogenitas di antara suhu Top-Oil di dalam tangki trafo. Sehingga ini memungkin untuk menggunakan beberapa sensor untuk pengukuran suhu Top- Oil per phasa, oleh karena itu suhu per phasa transformator dapat terlindungi. Namun, Suhu Top-Oil akan identik terhadap ketiga phasa kecuali terjadi ketidak seimbangan beban secara signifikan. Pengukuran Temperatur Hot-Spot Tujuan utama dari proteksi suhu transformator adalah melindungi trafo dari dampak suhu Hot-Spot pada isulasi trafo. Oleh karena itu, penggunaan pengukuran suhu Hot-Spot adalah memberikan informasi yang paling akurat suatu proteksi transformator terhadap kondisi temperatur berlebihan, dan hanya memungkinkan untuk tujuan perlindungan saja. Kerugian terbesar metode ini adalah terdapat pada sensor suhu Hotspot. Praktisnya, sensor harus diinstal selama pembuatan transformator, sehingga sensor harus dipasang secara fisik dalam lilitan trafo pada suatu titik yang dihitung oleh transformer desainer untuk ditetapkan daerah hot-spot. Sensor suhu harus terisolasi dari listrik trafo tank dan lilitan, Biasanya snsor suhu Hot-Spot terbuat dari sensor suhu serat optik. Sensor ini dipasang untuk mengukur suhu hot-spot, untuk daya memperbesar transformer. Indikator Suhu Winding dan Oil Indikator suhu Oil umumnya mempunyai dua jenis tipe, pertama dengan menggunakan regret stem dan jenis lainnya dengan menggunakan tabung kapiler. Keduanya dilengkapi dengan elemen penginderaan temperatur di ujung batang atau kapiler tabung. Indikator temperatur winding terdapat pada tabung kapiler dengan elemen sensing (bohlam) pada akhir tabung. Sensing elemen diapit oleh logam bola lampu, yang dipasang di saku yang disediakan di tangki atas di daerah minyak terpanas. Sebelum memasang bohlam rasakanlah dulu suhu yang ada di dalam saku, trafo minyak atau konduksi heating harus diisi ke dalam saku. Satuan kopling pada bola lampu harus dipasang erat di saku sehingga air tidak menembu saku.
22 Tabung kapiler harus dihubungkan dan dipasangkan seperti yang telah disediakan sehingga mengurangi risiko bengkok atau dipotong. Tali plastik yang disediakan dengan masing-masing instrument untuk memperbaiki tabung. Panjang surplus tabung tidak boleh dipotong karena tekanan sistem yang seimbang akan dihancurkan. Mungkin tabung dibuat menjadi loop lebih dari 150 mm diameter dan diikat ke tangki pada posisi yang sesuai. Harus sangat hati-hati merasakan bohlam pas di saku karena kemungkinan tabung kapiler dapat membentuk tikungan tajam dan merusak instrumen. Instrumen yang dikalibrasi dan dalam keadaan apa pun, penunjuk indikator harus dipindahkan dengan tangan atau membungkuk, karena akan mengalami kerusakan permanen. Jika instrumen tidak memberikan indikasi temperatur yang benar sebagai akibat dari penanganan yang tidak tepat atau penyebab lainnya akan dikalibrasikan seperti yang diberikan dalam instrument pamflet. Suhu Indikator winding (dengan pemanas saku yang terpisah). Sensing suhu lampu ada pada akhir kapiler harus dilengkapi saku pemanas di perumahan dipasang pada penutup tangki. Dua terminal disediakan dalam perumahan yang terhubung ke kumparan pemanas saku dalam perumahan (di luar tangki) dan untuk saat ini terminal sekunder trafo dari dalam tangki. (Biasanya ini tersambung sebelum pengiriman transformator). Perumahan terisi udara dan Instrumen disimpan di kotak.
BAB 10. Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo.
MINGGU XII Transformer protection Types of protection Thermal Overload protection Over-flux protection BAB 10 10.1 Proteksi Transformator Transformator daya yang paling mahal yaitu elemen tunggal sistem
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB
ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga
Lebih terperinciBAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR
BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP
BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP 3.1 Pengujian Vector Group Transformator Salah satu pengujian yang dilakukan pada transformator adalah pengujian vector group transformator. Pengujian vector group
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi
Lebih terperinciPERBAIKAN REGULASI TEGANGAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR
BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
Lebih terperinciBAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA
BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level
Lebih terperinciBAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA
41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,
Lebih terperinciBAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB II SALURAN DISTRIBUSI
BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti
6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan
Lebih terperinciBAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA ( )
BAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN (BINTANG) DAN DELTA ( ) I. Tujuan Untuk mempelajari hubungan arus dan tegangan pada hubungan dan delta pada rangkaian tiga fasa. II. Alat dan Bahan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk
II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan
Lebih terperinciANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.
ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT. USU) Zul Fahmi Dhuha (1), Syamsul Amien (2) Konsentrasi Teknik
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran
BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran
Lebih terperinciINSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan
MINGGU IV Instrument Transformers Introduction Current transformers Measuring and protective current transformers Selecting core material Connection of a CT INSTRUMENT TRANSFORMERS 4.1 Pendahuluan Instrumen
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH
BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI RELAY
SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transformator Transformator atau transformer atau trafo adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindah dan mengubah energi listrik
Lebih terperinciBAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG
BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak
Lebih terperinciPROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO
PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO 1. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kondisi isolasi trafo 3 fasa Untuk mengetahui apakah ada bagian yang hubung singkat atau tidak 2. Alat dan Bahan : Trafo
Lebih terperinciTeknik Tenaga Listrik (FTG2J2)
Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Kuliah 4: Transformator Ahmad Qurthobi, MT. Engineering Physics - Telkom University Daftar Isi Transformator Ideal Induksi Tegangan pada Sebuah Coil Tegangan Terapan dan
Lebih terperinciBAB III. Tinjauan Pustaka
BAB III Tinjauan Pustaka 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi Merupakan Bagian dari sistem tenaga listrik.sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)
27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi
Lebih terperinciBAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR
BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang
Lebih terperinciTRAFO TEGANGAN MAGNETIK
TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai
Lebih terperinciBAB II GENERATOR SINKRON
BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak
Lebih terperinciatau pengaman pada pelanggan.
16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT
13 BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 2.1. Pendahuluan Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK
STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.
Lebih terperinciPERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS
PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)
Lebih terperinciMesin Arus Bolak Balik
Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.
Lebih terperinciInstitut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.
Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT. 2011 1/25/2011 1 Relay Differential Relay differential merupakan pengaman
Lebih terperinciBAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)
BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
Lebih terperinciPENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA
BAB IV PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA Motor induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti kipas
Lebih terperinciBAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK
Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Muhammad Arief N (21060111130114) 1, Mochammad Facta, ST. MT. PhD (197106161999031003) 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI
BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk
Lebih terperinciTRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator
TRANSFORMATOR 1. Pengertian Transformator Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Selain itu tranformator
Lebih terperinciSISTEM TENAGA LISTRIK
Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum
BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit
Lebih terperinciBAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR
BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR 3.1 Kondisi Wilayah Berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan
Lebih terperinciPengujian Transformator
Pengujian Transformator Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN 50-1982 dengan melalui tiga macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76 (1976), yaitu : - Pengujian Rutin Pengujian
Lebih terperinciBAB III TAPPING DAN TAP CHANGER 3.1 Penentuan Jumlah Tap Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.
Lebih terperinciAPLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR
APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN AJARAN 2012 BAB
Lebih terperinciBAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)
BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan
Lebih terperinciBAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI
BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian
Lebih terperinciPercobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel
Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan
BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : TRANSFORMATOR / 8 KODE / SKS / SIFAT : AK041437/ 4 SKS / PILIHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : TRANSFORMATOR / 8 KODE / SKS / SIFAT : AK041437/ 4 SKS / PILIHAN Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Review teori elektro maknit mekanik
Lebih terperinciBAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN
39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan
Lebih terperinciL/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK
L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150
BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150 Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram berikut, Gambar 3.1 Blok diagram
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Transformator distribusi Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4 kv dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena
Lebih terperinciWEEKS I INTRODUCTION Brief Overview of Transformers Flux coupling laws Transformer ratings Understand the terminology
WEEKS I INTRODUCTION Brief Overview of Transformers Flux coupling laws Transformer ratings Understand the terminology BAB I PENDAHULUAN 1.1 Uraian Singkat Transformers Pembangkit listrik transmisi dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING
BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,
Lebih terperinciPENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20
Laporan Penelitian PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2013 Kata Pengantar Puji
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai
Lebih terperinciMAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :
MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM
Lebih terperinciPemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya
Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan
Lebih terperinciJOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo
JOB SHEET MESIN LISTRIK 2 Percobaan Paralel Trafo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JOB SHEET PRAKTIKUM MESIN LISTRIK 2 Materi Judul Percobaan Waktu : Transformator : Percobaan
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat
BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu
Lebih terperinciTRANSFORMATOR DAYA. Dikumpulkan dalam rangka mengerjakan tugas kelompok, mata kuliah Sistem Transmisi dan Gardu Induk.
TRANSFORMATOR DAYA Dikumpulkan dalam rangka mengerjakan tugas kelompok, mata kuliah Sistem Transmisi dan Gardu Induk. Disusun Oleh: 1. Arief Nurrahman (02964) 2. R. Maulana S.H (04156 ) 3. Sandi Sulaiman
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR
7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN...iii MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xx INTISARI... xxii
Lebih terperinci1. Proteksi Generator
1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan
Lebih terperinciJurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK
ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK Budi Yanto Husodo ¹, Firmansyah² Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
Lebih terperinciBAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa
BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian
Lebih terperinciANALISA TEMPERATUR MINYAK TERHADAP KINERJA TRANSFORMATOR DI UNIT 6 PLTG PAYA PASIR LAPORAN TUGAS AKHIR
ANALISA TEMPERATUR MINYAK TERHADAP KINERJA TRANSFORMATOR DI UNIT 6 PLTG PAYA PASIR LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 PROGRAM
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR
BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik
Lebih terperinciBAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA
BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA 2.1 Umum Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan
Lebih terperinciGambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik
Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH
STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi
Lebih terperinci