BAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA ( )"

Transkripsi

1 BAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN (BINTANG) DAN DELTA ( ) I. Tujuan Untuk mempelajari hubungan arus dan tegangan pada hubungan dan delta pada rangkaian tiga fasa. II. Alat dan Bahan Papan (mount) BR-3 Papan NO-11 (sambungan transformator tiga fasa) Multimeter digital Kabel koneksi masukkan tiga fasa Kabel koneksi III. Dasar Teori 3.1 Konstruksi Dan Prinsip Kerja Transformator Tiga Fasa Sebuah transformator 3 fasa dapat diperoleh dari 3 buah transformator satu fasa atau unit 3 fasa. Jika suplai 3 fasa yang digunakan adalah V1,V2, dan V3 dan masing-masing menghasilkan fluks (φ1,φ2, dan φ3) yang masing-masing fluks beda fasa 120º, maka berdasarkan hukum faraday pada lilitan primer dan lilitan sekunder masing-masing akan menghasilkan ggl induksi dan masing-masing fasa juga berjarak 120º. 3.2 Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye) Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.

2 Gambar Hubungan Segitiga-Bintang (-wye) Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30 antara tegangan saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah 30 mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda phasa 30 mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya sebaliknya identik.keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (High Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran

3 Gambar Skema Diagram Hubungan -Bintang dan Diagram Phasor 3.3 Sambungan Transformator 3 Fasa Terdapat bermacam-macam kombinasi sambungan di dalam transformator 3 fasa. Kombinasi sambungan transformator tersebut dapat digunakan untuk memindahkan daya dari daya 3 fasa ke daya 3 fasa, dari tiga fasa ke enam fasa, dan sebagainya. Terdapat kombinasi sambungan transformator 3 fasa yaitu seperti tabel berikut: Tabel Tabel Kombinasi Sambungan Transformator 3 Fasa Primer Sekunder Penulisan Bintang Bintang y Bintang Segitiga d Bintang Zig-zag z Segitiga Bintang Dy Segitiga Segitiga Dd Segitiga Zig-zag Dz Dari bermacam-macam variasi kombinasi sambungan seperti tersebut diatas, yang lazim digunakan sesuai dengan normalisasi pabrik (VDE 0532) adalah : Primer : sambungan bintang () dan segitiga ( ) Sekunder : sambungan bintang () dan segitiga ( ) dan liku-liku (Z)

4 Gambar Hubungan Segitiga Primer - Sekunder Tinjauan masing-masing sambungan baik pada sisi primer maupun sisi sekunder adalah sebagai berikut: Sambungan Bintang () Pada sambungan ini diperoleh persamaan : Vfasa(Vf) = Vline / (2.2.1) Ifasa (If) = I line (IL)...(2.2.2) Daya = VL*IL*..(2.2.3a) = 3 * Vf * If* cos Ѳ.... (2.2.3b) Sambungan Segitiga ( ) Pada sambungan ini diperoleh persamaan : Vfasa(Vf) = Vline (VL)..(2.2.4) Arus fasa (If) = I line(il) * Daya = VL*IL*.....(2.2.5) *cos Ѳ (2.2.6a) = 3 * Vf * If * cos Ѳ.... (2.2.6b) IV. Langkah Percobaan Adapun langkah percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Pasang papan No-11 ke papan (mount). Pastikan saklar daya di bagian kiri bawah papan dalam kondisi mati (lihat pada Gambar ). Konfigurasikan saklar primer dan sekunder ke delta. Pastikan pemutus sirkuit utama dalam kondisi mati. Hubungkan jalur Input ke terminal Input R, S, T pada papan NO-11.

5 Catatan : Selalu berhati-hati dengan tegangan tinggi! Ketahuilah aturan keselamatan sebelum menyentuh papan. 4. Hidupkan saklar daya dan ukur tegangan fase sekunder dan isi tabel 4.1. Atur voltmeter ke kisaran paling sedikit 300V. Tabel Pengukuran Tegangan Fase. Input/Output konfigurasi Primer Sekunder Tegangan fase 5. Matikan saklar daya. Konfigurasi ulang sekunder ke. 6. Hidupkan saklar daya. Ukur tegangan fase dan isilah Tabel 4.1. Lanjutkan eksperimen untuk sisa kombinasi konfigurasi primer dan sekunder. Selalu ingat untuk matikan saklar daya sebelum membuat perubahan. Bandingkan hasilnya dengan nilai yang diberikan pada tabel 4.1. Konfigurasi kedua primer dan sekunder ke dan ukur tegangan antara U, V, dan W ke N (netral). Jelaskan mengapa tegangan dari fase ke netral bukanlah satu setengah dari fase ke fase tegangan.

6 Gambar NO-11 Papan Rangpkaian Transformasi Tiga Fasa V. Data Hasil Percobaan

7 Tabel Koneksi 3 Fasa Transformator (Primer) Pengukuran Primary INPUT/OUTPUT CONFIGURASI PRIMER SEKUNDER PHASE VOLTAGE 385,1 388,9 380,3 385,1 388,9 380,3 385,1 388,9 380,3 385,1 388,9 380,3 Tabel 2.2.4(a) Koneksi 3 Fasa Transformator (Sekunder) Pengukuran Secondary INPUT/OUTPUT CONFIGURASI PRIMER SEKUNDER PHASE VOLTAGE Tabel 2.2.4(b) Koneksi 3 Fasa Transformator dengan Netral (Sekunder) Pengukuran Secondary INPUT/OUTPUT CONFIGURASI PRIMER SEKUNDER VI. Analisis Hasil Percobaan PHASE VOLTAGE U-N V-N W-N

8 Berdasarkan hasil pengukuran primer di dapat tegangan primer (Vp) antar fasa sebagai berikut : Tabel Koneksi 3 Fasa Transformator (Primer) Pengukuran Primary INPUT/OUTPUT CONFIGURASI PRIMER SEKUNDER PHASE VOLTAGE Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran sekunder di dapat tegangan sekunder (Vs) antar fasa sebagai berikut : Tabel Koneksi 3 Fasa Transformator (Sekunder) Pengukuran Secondary INPUT/OUTPUT CONFIGURASI PRIMER SEKUNDER PHASE VOLTAGE Hubungan tegangan primer dan sekunder pada transformator 3 fasa dirangkum dalam tabel di bawah ini : Tabel Hubungan Vs dan Vp Trafo 3 Fasa Primer 6.1 Sekunder Sambungan Tegangan sekunder (Vs) dengan Np/Ns = 1 Vs=Vp Vs= 1,732xVp Vs = Vp Vs = Vp / 1,732

9 6.1.1 Perhitungan Secara Teori Sesuai dengan teori, sambungan pada bagian primer dan sekunder transformator adalah Vs = Vp, sehingga besarnya tegangan sekunder antar fasa sama dengan tegangan primernya Tabel Perhitungan Secara Teori Tabel Tabel Perhitungan Secara Teori Sambungan - Hubungan - Sekunder Phase voltage Vs = Vp Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Tabel Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Sambungan - Hubungan - Phase voltage Teori Vs =Vp Pengukuran Vs ,5 357, Perhitungan Persentase Kesalahan Pada hasil pengukuran tersebut besarnya Vs antar fasa tidak sepenuhnya sama dengan Vp sehingga persentase kesalahan yang didapat adalah : 1. Fasa

10 Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian. % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = ,5 x 100 % = 0,94 % Fasa V- W Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian, % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = - x 100 % = 0 % 3. Fasa W U Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian, % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = ,9 x 100 % = 5,06 % Tabel Persentase Kesalahan Tabel Tabel Persentase Kesalahan Sambungan - Hubungan - Teori Pengukuran Phase voltage Vs = Vp Vs , , Analisa Grafik % Kesalahan 0,94% 0,00% 5,06%

11 Dari ketiga fasa dalam hubungan delta - delta tersebut dapat dirangkum phase voltage sekundernya dalam grafik berikut : Gambar Grafik Hubungan Dari grafik diatas diketahui pada sambungan cenderung nilai Vp (Tegangan Primer) lebih besar dibandingkan nilai Vs (Tegangan Sekunder). Seharusnya pada sambungan delta delta besarnya tegangan primer sama dengan tegangan sekunder Kesimpulan Besarnya Vs (tegangan sekunder) pada sambungan - untuk berbagai fasa tegangan tidak sama dengan besarnya Vp (tegangan primer). Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa W U yaitu 5.06 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan Vp.

12 6.2 Sambungan Perhitungan Secara Teori Hubungan Vs dan Vp pada sambungan dirumuskan sebagai berikut : Vs = 1,732 x Vp Sehingga di dapat besar Vs pengukuran dan Vs teori serta persentase kesalahannya sebagai berikut : 1. Fasa U V Vs (teori) = 1,732 x 372 = 644, Fasa V - W Vs (teori) = 1,732 x = 656, Fasa W - U Vs (teori) = 1,732 x 377 = 652, Tabel Perhitungan Secara Teori Tabel Tabel Perhitungan Secara Teori Sambungan - Hubungan - Phase voltage Teori Vs = 1,732xVp 644, , ,964

13 6.2.3 Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Tabel Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Sambungan - Hubungan - Teori Pengukuran Phase voltage Vs = Vs 1,732xVp , , , Perhitungan Persentase Kesalahan 1. Fasa U V % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = 644, x 100 % = 0,82 % 644, Fasa V - W % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = 656, x 100 % = 2,65 % 656,428 3.Fasa W - U % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = 652, x 100 % = 4,58 % 652,964

14 6.2.5 Tabel Persentase Kesalahan Tabel Tabel Persentase Kesalahan Sambungan - Hubungan - Phase voltage Teori Vs = 1,732xVp , , ,964 Pengukuran Vs % Kesalahan 0,82% 2,65% 4,58% Analisa Grafik Dari ketiga fasa dalam hubungan delta - tersebut dapat dirangkum phase voltage sekundernya dalam grafik berikut : Gambar Grafik Hubungan Pada sambungan nilai Vp (Tegangan Primer) hampir 1.5 kali lebih kecil dibandingkan nilai Vs (Tegangan Sekunder). Pada sambungan delta besarnya tegangan sekunder sama dengan kali tegangan sekunder. Dari

15 grafik diatas dapat dilihat hasil secare teori yang di dapat lebih besar dibandingkan dengan hasil secara pengukuran Kesimpulan Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa W U yaitu 4.58 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan kali Vp. 6.3 Sambungan Perhitungan Secara Teori Pada sambungan pada bagian primer dan sekunder transformator adalah Vs = Vp, sehingga besarnya tegangan sekunder antar fasa sama dengan tegangan primernya Tabel Perhitungan Secara Teori Tabel Tabel Perhitngan Secara Teori Sambungan - Hubungan - Sekunder Phase voltage Vs = Vp Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Tabel Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Sambungan - Hubungan - Teori Phase Pengukuran Vs = voltage Vs Vp 384, ,4 377,7 377

16 6.3.4 Perhitungan Persentase Kesalahan Pada hasil pengukuran tersebut besarnya Vs antar fasa tidak sepenuhnya sama dengan Vp sehingga persentase kesalahan yang didapat adalah : 1. Fasa Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian. % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = ,3 x 100 % = 3,30 % Fasa V - W Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian. % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = - 385,4 x 100 % = 1,68% 3. Fasa W - U Secara teori Vs = Vp maka Vs teori adalah Vp pengukuran dengan fasa yang bersesuaian. % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100% = ,7 x 100 % = 0,18 % 377

17 6.3.5 Tabel Persentase Kesalahan Tabel Tabel Persentase Kesalahan Sambungan - Hubungan - Teori Pengukuran Phase voltage Vs = Vp Vs % Kesalahan 3,30% 1,68% 0,18% Analisa Grafik Dari ketiga fasa dalam hubungan - tersebut dapat dirangkum phase voltage sekundernya dalam grafik berikut : Gambar Grafik Hubungan Pada sambungan, secara teoritis nilai Vp (Tegangan Primer) sama dengan tegangan sekundernya. Namun dari gambar grafik di atas diketahui bahwa besarnya Vs secara teori lebih besar dibandingkan dengan Vs saat pengukuran.

18 6.3.7 Kesimpulan Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa V W yaitu 3,30 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vp tidak sama dengan Vs. 6.4 Sambungan Perhitungan Secara Teori Hubungan Vs dan Vp pada sambungan dirumuskan sebagai berikut : Vs = Vp / 1,732 Sehingga di dapat besar Vs pengukuran dan Vs teori serta persentase kesalahannya sebagai berikut : 1. Fasa U - V Vs (teori) = Vp / 1,732 = 371 / 1,732 = 214, Fasa V - W Vs (teori) = Vp / 1,732 = / 1,732 = 218, Fasa W - U Vs (teori) = Vp / 1,732 = 377 / 1,732 = 217,667436

19 6.4.2 Tabel Perhitungan Secara Teori Tabel Tabel Perhitungan Secara Teori Sambungan - Hubungan - Sekunder Phase voltage Vs = Vp/1, , , , Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Tabel Tabel Perbandingan Secara Teori dan Pengukuran Sambungan - Hubungan - Phase Teori Pengukuran voltage Vs = Vp/1,732 Vs 219,5 214, ,2 218, ,9 217, Perhitungan Persentase Kesalahan 1.Fasa U - V % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = 214, ,5 x 100 % = 2,47 % 214, Fasa V - W % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = 218, ,2 x 100 % = 2,00 % 218,822171

20 3. Fasa W - U % Kesalahan = Phase voltage Pengukuran x 100 % = 217, ,9 x 100 % = 1,02 % 217, Tabel Persentase Kesalahan Tabel Tabel Persentase Kesalahan Hubungan - Phase voltage Hubungan - Teori Pengukuran Vs Vs = Vp/ , , , % Kesalahan 2,47 % 2,00 % 1,02 % Analisa Grafik Dari ketiga fasa dalam hubungan - tersebut dapat dirangkum phase voltage sekundernya dalam grafik berikut : Gambar Grafik Hubungan Pada sambungan, secara teoritis nilai Vs (Tegangan sekunder) sama dengan tegangan primernya dibagi dengan Dari grafik diatas

21 diketahui bahwa besarnya Vs secara teori lebih besar dibandingkan Vs secara pengukuran Kesimpulan Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa V W yaitu 2.47 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan Vs dibagi

22 VII. Kesimpulan Dari hasil analisa tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Besarnya Vs (tegangan sekunder) pada sambungan - untuk berbagai fasa tegangan tidak sama dengan besarnya Vp (tegangan primer). Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa W U yaitu 6.631%. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan Vp. Dapat juga disebabkan ketidakakuratan alat ukur dalam menunjukkan hasil pengukuran. 2. Pada sambungan, besarnya Vs hampir kali Vp. Namun pada hasil pengukuran besarnya Vs kurang lebih hanya 1.5 kali Vp. Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa W U yaitu 5.66 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan kali Vp. Dapat juga disebabkan ketidakakuratan alat ukur dalam menunjukkan hasil pengukuran. 3. Pada sambungan, besarnya Vs sama dengan besarnya Vp. Namun berdasarkan hasil pengukuran, besarnya Vs tidak sama dengan Vp. Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa V W yaitu 2.11 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang sehingga tegangan yang terukur pada Vp tidak sama dengan Vs. Dapat juga disebabkan ketidak akuratan alat ukur dalam menunjukkan hasil pengukuran. 4. Pada sambungan, besarnya Vs adalah Vp/ Persentase kesalahan terbesar yaitu terjadi pada fasa V W yaitu 3.57 %. Hal ini bisa saja disebabkan saat proses menginduksikan arus dari primer menuju sekunder, terdapat tegangan yang hilang

23 sehingga tegangan yang terukur pada Vs tidak sama dengan Vs dibagi

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transformator Transformator atau transformer atau trafo adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindah dan mengubah energi listrik

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR 7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara BAB TEOR DASAR.1 Jaringan Distribusi Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Laporan Penelitian PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2013 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Sambungan Bintang Segitiga dan Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Sambungan Bintang Segitiga dan Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 8 A. Kompetensi Merangkai sumber tiga fasa dalam sambungan bintang dan segitiga dan menentukan urutan fasa. B. Sub Kompetensi 1. Merangkai sebuah sumber tiga fasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh ANALISAA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA JARIGAN DISTRIBUSI DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN BARU LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT. ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT. USU) Zul Fahmi Dhuha (1), Syamsul Amien (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP

BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP 3.1 Pengujian Vector Group Transformator Salah satu pengujian yang dilakukan pada transformator adalah pengujian vector group transformator. Pengujian vector group

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PengertianTransformator 1 Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik bolak-balik dari satu level ke level tegangan yang lain,

Lebih terperinci

PENYEARAH TEGANGAN 3 FASA

PENYEARAH TEGANGAN 3 FASA PENYEARAH TEGANGAN 3 FASA 1. TUJUAN a) Mahasiswa mengetahui penyearah 3 fasa gelombang penuh dan setengah gelombang. b) Mahasiswa dapat mempraktekkan penyearah 3 fasa gelombang penuh dan setengah gelombang.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C parallel. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap arus I R, I L,

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014 ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH BEBAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR TIGA FASA Yuliana Tanjung [1], A. Rachman Hasibuan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

PERCOBAAN POLARITAS TRANSFORMATOR 1 PHASA

PERCOBAAN POLARITAS TRANSFORMATOR 1 PHASA PERCOBAAN POLARITAS TRANSFORMATOR PHASA A. Tujuan. Mengetahui apa yang dimaksud dengan polaritas transformator phasa. Mengetahui metode untuk mengetahui polaritas transformator phasa. 3. Mengetahui fungsi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) RAYON BELAWAN

OPTIMASI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) RAYON BELAWAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) RAYON BELAWAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Kuliah 4: Transformator Ahmad Qurthobi, MT. Engineering Physics - Telkom University Daftar Isi Transformator Ideal Induksi Tegangan pada Sebuah Coil Tegangan Terapan dan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO 1. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kondisi isolasi trafo 3 fasa Untuk mengetahui apakah ada bagian yang hubung singkat atau tidak 2. Alat dan Bahan : Trafo

Lebih terperinci

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA MESN LSTRK - Teknik Elektro Fakultas Teknologi ndustri - Unissula Semarang 50 ndonesia MODUL TRNSFORMTOR STU FS. Pendahuluan Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan energi

Lebih terperinci

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo JOB SHEET MESIN LISTRIK 2 Percobaan Paralel Trafo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JOB SHEET PRAKTIKUM MESIN LISTRIK 2 Materi Judul Percobaan Waktu : Transformator : Percobaan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/EKO221/02 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 7 A. Kompetensi : Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi mampu memahami karakteristik auto transformator. B. Sub Kompetensi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya A. Wattmeter Wattmeter digunakan untuk mengukur daya listrik searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Ada 3 tipe Wattmeter yaitu Elektrodinamometer, Induksi dan Thermokopel.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke BAB II TRANSFORMATOR II.1. Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

DESAIN RANGKAIAN ALAT UKUR URUTAN FASA

DESAIN RANGKAIAN ALAT UKUR URUTAN FASA DESAIN RANGKAIAN ALAT UKUR URUTAN FASA Oleh : Hendra Firdaus Abstrak Alat Ukur Urutan Fasa adalah alat bantu yang dipergunakan untuk menentukan urutan terminal fasa R, S dan T dari jaringan arus putar

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Elektronika daya. Dasar elektronika daya Elektronika daya Dasar elektronika daya Pengertian Elektronika daya merupakan cabang ilmu elektronika yang berkaitan dengan pengolahan dan pengaturan daya listrik yang dilakukan secara elektronis Elektronika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta KODE MODUL TU.007 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TRANSMISI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK JARINGAN AKSES PELANGGAN Teknik Jaringan Listrik BAGIAN PROYEK

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013 PERCOBAAN I DASAR KELISTRIKAN, LINEARITAS ANALISA MESH DAN SIMPUL I. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih BAB II TRASFORMATOR II. UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR Disadur dari tulisan: Gizha Ardizha Efendi Nasution Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Email : Giya_kumeh@yahoo.com I. Pendahuluan Transformator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem tenaga listrik DC Arus listrik searah dikenal dengan singkatan DC (Direct Current). Sesuai dengan namanya listrik arus searah itu mengalir ke satu jurusan saja dalam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Selasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

MODUL 1 GENERATOR DC

MODUL 1 GENERATOR DC Nama NIM Kelompok Hari/Tgl MODUL 1 GENERATOR DC Asisten A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari proses terbangkitnya tegangan pada generator DC penguatan terpisah 2. Memperoleh kurva karakteristik tegangan

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat. Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 20MVA, dasar

LAMPIRAN A. Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat. Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 20MVA, dasar LAMPIRAN A Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 0MVA, dasar tegangan 150kV, 0kV dan 384V menurut rasio transformator masing-masing,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengukuran Daya 3 Fasa Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengukuran Daya 3 Fasa Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 8 A. Kompetensi Mengukur daya tiga fasa pada beban seimbang dan tak seimbang B. Sub Kompetensi 1. Mengukur daya dengan menggunakan metode 1 watt meter, 2 watt

Lebih terperinci

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi perubahan medan magnetik dapat menimbulkan perubahan arus listrik (Michael Faraday) Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis medan magnetik yang menembus permukaan bidang secara tegak lurus GGL induksi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C seri. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap tegangan V R, V L,

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK.

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK. DAYA PADA RANGKAAN BOLAK-BALK http://evan.weblog.ung.ac.id KONSEP DASAR DAYA PADA RANGKAAN AC FASA TUNGGAL Daya dalam watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat sama dengan jatuh tegangan (voltage

Lebih terperinci

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 SMA NEGERI 2 BOGOR Jl. Keranji Ujung No.1 Budi Agung, Bogor 16165; No Telp: (0251)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/ 223/02 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 7 1. Kompetensi a. Merangkai, mengoperasikan, melakukan pengukuran, dan membuat laporan rangkaian elektronika daya. b. Merangkai, mengoperasikan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat memahami prinsip kerja dan penggunaan magnetic contactor untuk menjalankan motor induksi tiga fase

Lebih terperinci

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi 1 Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester IV KARAKTERISTIK TRANSFORMATOR 1 PHASA 4 X 60 menit No. LST/EKO/EKO221/01 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 9 A. Kompetensi : Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi mampu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 ANALISIS KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENGASUTAN MOTOR INDUKSI MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB (Aplikasi pada Bengkel Listrik Balai Besar Latihan Kerja (BBLKI) Medan) Sorganda Simbolon, Eddy Warman Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB MOTOR NDUKS SATU PHASA.1. Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah BAB II TRANSFORMATOR II. UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB III TAPPING DAN TAP CHANGER 3.1 Penentuan Jumlah Tap Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja dari pengasutan bintang-delta, serta mengetahui

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM (PERCOBAAN V) TRANSFORMATOR

LAPORAN PRAKTIKUM (PERCOBAAN V) TRANSFORMATOR LAPORAN PRAKTIKUM (PERCOBAAN V) TRANSFORMATOR OLEH NAMA : IRWAN WAHYUDDIN L STAMBUK : F1H1 14 009 FAKULTAS/JURUSAN KELOMPOK ANGGOTA : FITK/TEKNIK GEOFISIKA : 1 (SATU) : 1. MUHLIS 2. WAWAN ANGGRIAWAN 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Netral pada Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Jaringan distribusi tegangan rendah adalah jaringan tiga fasa empat kawat, dengan ketentuan, terdiri dari kawat tiga fasa (R, S,

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

STUDI PENGUJIAN VEKTOR GROUP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA

STUDI PENGUJIAN VEKTOR GROUP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA STUDI PENGUJIAN VEKTOR GROUP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA ( Aplikasi pada PT. Morawa Electric Transbuana ) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella.

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella. Laporan Praktikum Fisika Transformator Disusun Oleh : Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (3) 4 Mutiara Salsabella. (6) Kelas/Tahun Ajaran : XII IPA 2 205/206 LANDASAN TEORI Transformator

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Franky Departemen Elektro FTUI Depok Dr. Ir. Rudy Setiabudy Departemen Elektro FTUI Depok Abstrak-Terdapat ketidaksamaan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif konstan dengan bentuk gelombang yang sinusoidal bebas dari harmonisa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif konstan dengan bentuk gelombang yang sinusoidal bebas dari harmonisa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pada umumnya sistem distribusi daya listrik menyediakan tegangan yang relatif konstan dengan bentuk gelombang yang sinusoidal bebas dari harmonisa. Pada sistem tenaga,

Lebih terperinci

BAB III PERANGKAT CATU DAYA

BAB III PERANGKAT CATU DAYA BAB III PERANGKAT CATU DAYA 3.1 Transformator Fasa Tunggal Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Rabu 23

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA / TEI05 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Suatu sistem tenaga listrik pada dasarnya dapat dikelompokan atas tiga bagian utama, yaitu: sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang diaplikasikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang diaplikasikan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini motor induksi merupakan salah satu mesin listrik yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang diaplikasikan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VIII PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 5 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

PENGARUH RUGI-RUGI DAYA TERHADAP KEMAMPUAN TRANSFORMATOR 70 kv 30 MVA DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG PT.PLN (Persero) PALEMBANG

PENGARUH RUGI-RUGI DAYA TERHADAP KEMAMPUAN TRANSFORMATOR 70 kv 30 MVA DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG PT.PLN (Persero) PALEMBANG PENGARUH RUGI-RUGI DAYA TERHADAP KEMAMPUAN TRANSFORMATOR 70 kv 30 MVA DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG PT.PLN (Persero) PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci