PENGARUH ABRASI TERHADAP KERUSAKAN SUMBERDAYA LAHAN DI PANTAI PONDOK BALI DESA MAYANGAN KECAMATAN LEGONKULON KABUPATEN SUBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ABRASI TERHADAP KERUSAKAN SUMBERDAYA LAHAN DI PANTAI PONDOK BALI DESA MAYANGAN KECAMATAN LEGONKULON KABUPATEN SUBANG"

Transkripsi

1 PENGARUH ABRASI TERHADAP KERUSAKAN SUMBERDAYA LAHAN DI PANTAI PONDOK BALI DESA MAYANGAN KECAMATAN LEGONKULON KABUPATEN SUBANG 1 Sandira Kurnia (arzuna_ku@ymail.com) 2 Nedi Sunadi (nedi_pdil@yahoo.co.id) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT The research was motivated by abrasion problems resulting in damage to land resources in Pondok Bali beach at Mayangan Village that almost all land in the village were damaged by abrasion Mayangan prolonged. The problem in this research are: What is the impact by abrasion resulting in damage to land resources in Pondok Bali beach Mayangan, Legonkulon regency, Subang. How is the public life after the abrasion resulting in damage to land resources in Pondok Bali beach Mayangan, Legonkulon regency, Subang. The method used by the writer uses descriptive quantitative methods of data collection techniques used are observation, interviews, questionnaires, documentation and literature study. With a total population of 261 people in the village Mayangan livelihood. Retrieval using stratified sampling techniques and purposive sample, the sampling as many as 53 people. The data analysis technique used is simple quantitative analysis methods. From the data collected and analyzed, showing that the impact caused by abrasion in the village Mayangan destruction of land resources, the damage to aquaculture land damaged 45 hectares, 25 hectares agricultural land damage, and narrowing shoreline 1.4 used a ½ Ha Ha. And the impact caused by abrasion resulting in changes to the lives of the villagers turned professional, leaving the place to stay and survive and adapt to the environment. Approximately 45% of the villagers who used to livelihood as farmers opted to switch professions as fishermen and some choose to work as day laborers, traders and farmers. As a result of abrasion also cause people to move where they live because the house is not worth tenpati occupy. Of the 53 respondents 39 people or 74% of the people answering to move to a neighboring village, the reason for moving to a neighboring village because of the family who still live in the village Mayangan resulting in relocation communities choose not to far away with Mayangan village. Most of the villagers Mayangan choose to adapt to the environment which is often flooded tide and tidal flooding. No water is also occasionally penetrated into the house, this resulted in problems for the villagers of Mayangan, because often tergenanya tide and tidal flooding, the surrounding communities make such adaptations pattern making Retaining Walls Water (TPA) as high as 70 cm, making the water tank net and brought water. Keywords: Abrasion and Land Resources 1

2 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abrasi pantai di Indonesia saat ini dinilai sudah mencapai tingkat mengkhawatirkan. Lebih dari 30 ribu kilometer pantai, atau sekitar 40 persen dari 80 ribu kilometer bibir pantai rusak akibat abrasi. Kondisi rawan ini menyebabkan potensi dampak bencana yang lebih buruk ketimbang sebelumnya. Bencana yang akan kerap terjadi antara lain gelombang besar, pasang laut luar biasa, erosi pantai, sedimentasi pantai, tsunami, angin badai, gempa bumi dan banjir. Akibatnya dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Selah satunya terjadi di Pantai Utara Pulau Jawa yang terjadi di daerah pesisir Pantai Pondok Bali di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang. Pada Awal tahun 2005 Pantai Pondok Bali terjadi gelombang pasang, yaitu gelombang air laut yang melebihi batas normal dan menimbulkan bahaya. Gelombang pasang terjadi disekitar Pantai Pondok Bali yang menggenangi Desa Mayangan, pada saat itu abrasi mulanya tidak terlalu segnifikan, hanya dibagian pantai saja yang terkena dampak, tapi seiring dengan berjalanya waktu, abrasi mulai merusak bagian-bagian dari Desa Mayangan, lebih parahnya lagi pada tahun 2010 lahan pertambakan dan pertanian sudah tidak bisa lagi dipergunakan, ini disebabkan kerena kerusakan kawasan hutan magrove yang dialih funsikan sebagai budidaya ikan payau yang mengakibatkan air pasang merasuk ke pertanian dan pertambakann milik warga. Tidak hanya mengakibatkan kerusakan lahan pertanian dan pertambakan, tetapi saat ini di Desa Mayangan apabila hujan turun, maka hampir sebagian lahan pemukiman warga terendam akibat banjir yang berasal dari sungai Ci Gadung Satu dan meluapnya air yang berasal dari lahan pertambakan yang saat ini sudah menyatu dengan lautan. Akibat dari kerusakan sumberdaya lahan, ini berdampak kepada pola kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Mayangan, khususnya para petani tambak dan padi. Akibat dari kerusakan lahan pertanian, kerugian yang ditanggung petani tidaklah sedikit, tidak hanya itu, kini masyarakat Desa Mayangan yang dulunya berprofesi sebagai petani, sekarang mulai beralih profesi yaitu sebagian buruh tani, pedagang, nelayan dan adapula yang memilih untuk tetap sebagai patani maskipun tidak bertani di Desa Mayangan. Sebagian besar masyarakat lebih memilih bekerja sebagai nelayan. 2

3 Abrasi yang terjadi di Desa Mayangan juga mengakibatkan penurunan penduduk yang disebabkan kerusakan rumah yang mereka tinggali, akibatnya masyarakat mulai berpindah tempat tinggal ke desa lain. Desa yang menjadi opsi tujuan masayarakat yaitu ke desa tetangga seperti Desa Legonkulon,Legonwetan dan Pangarengan. Namun perpindahan penduduk itu hanyalah sebagian saja, sebagian besar masyarakat Desa Mayangan memilih untuk bertahan dan mencoba beradaptasi 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat abrasi yang mengakibatkan kerusakan sumber daya lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang. 2) Untuk mengetahui kehidupan masyarakat setelah terjadinya abrasi yang mengakibatkan kerusakan sumber daya lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang. 2. METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriftif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplenmasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat metematik (Sumaatmadja, 1988 : 115). Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data tentang pengaruh abrasi terhadap kerusakan sumberdaya lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang. 3. PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Dampak Abrasi yang Mengakibatkan Kerusakan Sumberdaya Lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang Abrasi yang terjadi di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon terjadi pada tahun 2005 tahun yang lalu. Memang saat itu gelombang yang menghantam dan mengikis garis pantai Pondok Bali tidak terlalu segnifikan. Akibat dari abrasi, banyak kerusakan fisik dan masalah sosial yang terjadi setelah adanya abrasi yang berada di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon. Contoh kerusakan fisiknya yaitu kerusakan lahan pertanmbakan, kerusakan lahan pertanian, kerusakan kawasan hutan mangrove, 3

4 kerusakan pemukiman warga dan penyempitan garis Pantai Pondok Bali. Sedangkan masalah sosial yang terjadi akibat dampak dari abrasi yaitu beralih profesi, meninggalkan tempat tinggal dan mencoba beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya dibawah ini akan membahas mengenai abrasi yang merusak sumberdaya lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang Kerusakan Lahan Pertambakan Akibat dari abrasi yang merusak lahan pertambakan ikan milik warga, maka saat masyarakat Desa Mayangan kehilangan mata pencahariannya. Dari data dilapangan Dusun Pondok Bali Dusun Pondok Bali merupakan dusun yang menjadi dampak kerusakan lahan pertambakan yang paling segnifikan, tercatat semua lahan pertambakan di Dusun Pondok Bali rusak dan telah bersatu dengan lautan. Desa Mayangan merupakan desa yang memproduksi hasil tambak dan perikanan terbesar di Kecamatan Legonkulon. Namun setalah terjadi abrasi yang menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan yang berdampak pada lahan pertambakan, menjadikan perputaran perekonomian pada sektor pertambakan dan perikanan di Desa Mayangan menjadi lumpuh. Tercatat ± 120 Ha lahan pertambakan tidak bisa digunakan lagi. Gambar 1.Kerusakan Lahan Pertambakan Oleh Abrasi Pantai Dusun Pondok Bali merupakan dusun yang menjadi dampak kerusakan lahan pertambakan yang paling segnifikan, tercatat semua lahan pertambakan di Dusun Pondok Bali rusak dan telah bersatu dengan lautan. Desa Mayangan merupakan desa yang memproduksi hasil tambak dan perikanan terbesar di Kecamatan Legonkulon. Namun setalah terjadi abrasi yang menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan yang berdampak pada lahan pertambakan, menjadikan perputaran perekonomian pada 4

5 sektor pertambakan dan perikanan di Desa Mayangan menjadi lumpuh. Tercatat seluruh lahan pertambakan tidak bisa digunakan lagi. Kini masyarakat yang dulunya bermata pencaharian sebagai penambak ikan kini mencoba memilih untuk meninggalkan propesi yang lama dan membuka aktivitas baru yang sebagian besar memilih bekerja sebagai nelayan. Menurut Kepala Desa Mayangan, bila dikarkulasikan kerugian yang di taksir ± 3 milyar rupiah dengan rincian pembukaan lahan pertambakan Rp ,00/Ha. Adapun pengeluaran berupa bibit oleh masyarakat di Desa Mayangan menggunakan sistem tradisional yaitu dengan membeli bibit per ekor, dengan rician 1 ekor bibit seharga Rp.140/ekor, dengan pemeliharaannya tanam awal selama 2 bulan harus sudah di kasih obat, setiap harinya petani tambak harus memantau pertambakannya, seharinya petani tambak memantau selama 3 kali/hari, dari pagi pukul 06.00, siang pukul dan sore pada pukul kegiatan ini harus rutin selama 2 bulan berturut-turut. apabila sudah 4 bulan biasanya hasil tambak sudah siap untuk dipanen dengan hasil maksimal seberat 5 ton. Untuk Ikan Bandeng bila jual dengan satuan harga, 1 Kg=Rp /ekor dengan ukuran sangat besar, 1 Kg= / 2 ekor ikan dengan ukaran besar, 1 Kg=10.000/3 ekor ikan dengan ukuran sedang dan 1 Kg=Rp 7.000/4-8 ekor ikan dengan ukuran relatif kecil. Harga Udang Bago lebih mahal di bandingkan dengan Ikan Bandeng, dengan satuan harga 1 Kg= / 10 ekor dan ada juga yang lebih terjangkau harganya 1 Kg=50.000/40-60 ekor Udang Bago. Dari data statistik yang diperoleh, kerusakan lahan pertambakan di Desa Mayangan mencapai 120 Ha. Dengan demikian dari hasil olah data diatas dapat disimpukan bahwa kerugian yang ditaksir mencapai 4,5 milyar dengan rincian 1 Ha lahan pertambakan+bibit seharga Rp. 30 Juta sedangkan kerusakan lahan pertambakan mencapai 120/Ha Kerusakan Lahan Pertanian Di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon mempunyai 2 dusun, yaitu Dusun Kranjan dan Dusun Pondok Bali. Dimana ke-2 dusun tersebut mengalami kerusakan sumberdaya lahan, baik lahan pertambakan, pertanian dan kawasan hutan mangrove. Kerusakan lahan pertanian di Desa Mayangan terjadi di Dusun Kranjan, di mana dusun Kranjan bersebalahan dengan kawasan hutan mangrove. Akibat dari luapan air pasang yang berasal dari Laut Jawa, kawasan hutan mangrove mengalami kerusakan 5

6 yang tidak bisa menahan derasnya angin laut yang akhirnya berdampak pada kerusakan kawasan mangrove dan lahan pertanian di Dusun Kranjan.. Gambar 2. Kerusakan Lahan Pertanian Oleh Abrasi Pada awal 2013 di Kecamatan Legonkulon mulai diramaikan oleh budidaya Udang Paname. Bila dibandingkan dengan Udang Bago, Udang Paname relatif lebih kecil dan harganya lebih murah dibandingkan dengan Udang Bago. Udang Paname berwarna putih dengan ukauran setelunjuk dan ibu jari. Lahan yang digunakan sebagai budidaya Paname merupakan lahan yang dulunya merupakan lahan pertanian padi yang berada di Dusun Kranjan. Luas lahan yang lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi lahan pertambakan budidaya udang Paname 12 Ha. Gambar 3. Budidaya Udang Paname Gambar 4. Udang Paname 6

7 3.1.3 Kerusakan Lahan Pemukiman Warga Desa Mayangan terdiri dari 2 dusun, yaitu Dusun Pondok Bali dan Dusun Kranjan. Dusun Pondok Bali merupakan dusun yang terkena dampak abrasi yang paling segnifikan bila dibandingkan dengan Dusun Kranjan, khususnya di RT 03 dan 04 banyak sekali kerusakan pemukiman warga, dan hanya sebagian perumahan di Dusun Kranjan yang mengalami kerusakan pemukiman warga. apabila hujan turun air yang mengalir di sungai Ci Gadung Satu meluap ke pemukiman warga yang berada di dua dusun tersebut, ditambah dengan air pasang yang berada dibelakang rumah warga yang sampai saat ini sudah tidak bisa ditanggulangi lagi, karena tanggul yang berada di pantai Pondok Bali sudah rusak tergerus oleh gelombang laut yang sangat besar. Memang dilapangan tercatat 24 rumah rusak parah akibat abrasi, tetapi sebagian rumah milik warga masih utuh. Akibat abrasi yang terjadi di Desa Mayangan ini membuat masyarakat yang mengalami kerusakan rumah berfikir untuk memperbaiki kembali atau meninggalkan tempat tinggal mereka. Dari 53 responden 39 orang atau 74% menjawab ada, sedangkan 14 orang atau 26% menjawab tidak ada. Dilapangannya memang ada sebagian masyarakat memilih untuk bertahan dan memperbaiki rumah yang rusak akibat abrasi Gambar 5. Perbaikan Rumah Yang Rusak Akibat Abrasi Kerusakan pemukiman warga di Desa Mayangan mengakibatkan berkurangnya penduduk Desa Mayangan. Memang hanya sebagian yang memilih untuk meninggalkan tempat tinggal karena ketidaklayakan tempat tinggal yang mereka tempati. Warga yang memilih untuk meninggalkan desa memilih untuk berpindah ke tempat yang tidak jauh dari Desa Mayangan, hal ini dikarenakan sebagian saudara bertempat tinggal di Desa Mayangan. Kerusakan yang ditanggung para penghuni 7

8 rumah sangatlah tidak sedikit, kerusakan 1 rumah saja ± 50 juta, kerusakan perumahan yang berada di Desa Mayangan tercatat 24 rumah rusak berat dan 186 rumah selalu terendam air bila banjir rob. Gambar 6. Kerusakan Pemukiman Warga Akibat Dari Abrasi Penyempitan Pesisir Akibat dari abrasi yang terjadi di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan mengakibatkan perubahan kondisi fisik yaitu berupa penyempitan pesisir daratan di Pantai Pondok Bali dan pesisir daratan Desa Mayangan. Setelah terjadi abrasi sebagian pesisir daratan Pantai Pondok Bali mengalami penyempitan. penyempitan Pantai Pondok Bali yang mulanya luas garis Pantai Pondok Bali mencapai 1,4 Ha, tapi setelah terjadi abrasi mengakibatkan kerusakan garis-garis pantai. Sampai saat ini yang tersisa ½ Ha. Selain itu kerusakan tidak hanya terjadi Pantai Pondok Bali tetapi kerusakan akibat abrasi merambah luas ke daratan Desa Mayangan yang menyebabkan penyempitan dan kerusakan daratan. Kerusakan daratan yang terjadi di Desa Mayangan meliputi penyempitan luas lahan pekarangan milik warga sekitar yang sampai saat ini tidak bisa digunakan. Tidak hanya lahan pekarangan milik warga sekitar yang menjadi rusak akibat abrasi, tetapi aksesibilitas jalan menuju Desa Mayangan menjadi rusak, yang menyebabkan ketika turun hujan air selalu pasang dan menngenangi perumahan warga. perbaikan serta penanganan sudah dikerjakan, namun hasilnya sia sia karena air yang berasal dari lahan pertambakan dan Ci Gadung Satu selalu merasuk masuk ke pemukiman dan merusak keadaan fisik disekitar Desa Mayangan 8

9 Gambar 7. Penyempitan Garis Pantai 3.2 Kehidupan Masyarakat Setelah Terjadi Abrasi yang Menyebabkan Kerusakan Sumberdaya Lahan Di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang. Sebagian besar masyarakat Desa Mayangan merupakan masyarakat yang bertumpu pada mata pencaharian sebagai nelayan dan petani, baik petani padi maupu petani tambak. Namun setelah terjadi abrasi yang menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan di pantai dan di pesisir Desa Mayangan, saat sebagian besar masyarakat yang dulunya bermata pencaharian sebagia petani padi dan tambak untuk saat ini berhenti dan mencoba meninggalkan pekerjaan mereka dan beralih profesi. Akibat dari abrasi yang mengakibatkan kerusakan lahan pertanian dan pertambakan milik warga, tercatat masyarakat Desa Mayangan menanggung kerugian yang boleh dibilang tidak sedikit. Dampak yang disebabkan oleh abrasi tidak hanya melumpuhkan perekonomian masyarakat dan kerusakan sumberdaya lahan, tetapi juga berdampak pada masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Mayangan. hampir semua lahan pemukiman warga tergenang oleh air pasang yang berasal dari pantai Pondok Bali. Dan parahnya pada saat hujan datang aksesibilitas menuju Desa Mayangan sulit untuk di jangkau dan dilalui. Apabila hujan tuurun secara terus-menerus mengakibatkan terjadinya banjir rob yang dapat menggenagi rumah warga. Adapun kehidupan masyarakat Desa Mayangan setelah terjadi abrasi sebagai berikut: Beralih Profesi Setelah terjadi abrasi yang mengakibatkan kerusakan lahan pertambakan dan pertanian milik warga, sebagian besar masyarakat Desa Mayangan yang dulunya 9

10 bermata pencaharian sebagai petani padi dan petani tambak untuk saat ini berhenti dan beralih profesi ke profesi lain. Dari 53 responden 24 orang atau 45% menjawab beralih profesi sebagai nelayan. Sisanya beralih profesi sebagai pedangang, buruh harian dan adapula memilih untuk tetap berprofesi sebagai petani, meskipun tidak bertani di Desa Mayangan dan memilih bertani di Desa Tetangga Meninggalkan Tempat Tinggal Akibat dari abrasi yang berkepanjangan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan fisik dan sarana sosial, saat ini Desa Mayangan mengalami degradasi penduduk akibat dari abrasi yang tidak kunjung surut. Sebagian masyarakat Desa Mayangan memilih untuk meninggalkan desa dan berpindah ke desa lain. Perpindahan masyarakat ini ditandai dengan ketidaklayakan tempat tinggal yang mereka tempati. Dari 53 responden 39 orang atau 74% orang menjawab berpindah ke desa tetangga. Alasannya karena faktor keluarga yang masih tinggal di Desa Mayangan dan tidak bisa jauh meninggalkan Desa Mayangan. Gambar 9. Kerusakan Rumah Warga yang Disebabkan Oleh Abrasi Gambar 12 diatas menunjukan bahwa kerusakan tempat tinggal mengakibatkan berpindahnya sebagian warga ke tempat lain. Masyarakat Desa Mayangan yang berpindah tempat tinggal akibat abrasi memilih untuk menetap di Desa yang tidak jauh dari Desa Mayangan, dikarenakan oleh alasan keluarga. Desa Legonwetan dan Desa Pangarengan merupakan tujuan masyarakat Desa Mayangan untuk tinggal sementara waktu. Tapi ada sebagian pula masyarakat yang berpindah ke luar Kecamatan Legonkulon. 10

11 3.2.2 Beradaptasi Dengan Lingkungan Sebagian besar masyarakat Desa Mayangan memilih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang sering tergenang oleh air pasang dan banjir rob. Alasan masyarakat memilih untuk tetap tinggal yaitu karena tempat kelahiran, telah lama tinggal, dan tidak ada tempat lain. Dari 53 responden 34 orang atau 64% menjawab untuk bertahan, alasnnya karena keluarga sebagian besar berasal dari Desa Mayangan, tempat kelahiran, telah lama tinggal, tidak ada tempat lain dan mampu apabila sesekali sering tergenang banjir rob yang mengakibatkan air masuk kepemukiman. Biasanya air yang merasuk masuk ke rumah warga sekitar pukul malam, dan surut pada pukul pagi. Disisi lain masyarakat Desa Mayangan bakan hanya beradaptasi dengan lingkungan yang sering tergenang air pasang dan banjir rob, tetapi masyarakat Desa Mayangan membuat strategi dan pola supaya banjir dan air yang pasang dari pantai tidak merasuk masuk ke pemukiman warga yang masih tetap bertahan. Bentuk pola adaptasi yang dilakukan masyarakat Desa Mayangan dengan cara meninggikan batas jalan atau tembok Penahan Air (TPA) setinggi 70 cm, meninggikan lantai rumah, membuat saluran air sekitar dan adaptasi terhadap ketersediaan air bersih dengan membuat bak penumpang air bersih. Usaha tersebut telah dilakukan sejak abrasi dan banjir rob menggenangi perumahan warga Desa Mayangan, namun usaha tersebut sedikit membuahkan hasil, meskipun air sesekali merasuk masuk ke pemukiman warga. Gambar 10. Tembok Penahan Air Gambar 11. Saluran Air 11

12 4. SIMPULAN DAN SARAN disimpulkan: Gambar 12. Bak Penampung Air Bersih Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat 4.1 Simpulan Akibat dari Dampak yang di sebabkan oleh abrasi pada tahun 2005 yang menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan di Pantai Pondok Bali Desa Mayangan. hal ini menyebabkan degradasi lahan yang berada di Desa Mayangan. kerusakan yang disebabkan oleh abrasi meliputi kerusakan lahan pertambakan milik warga, kerusakan lahan pertanian, kerusakan kawasan hutan mangrove, kerusakan lahan pemukiman warga dan penyempitan garis pantai. Kerusakan sumberdaya lahan ini sangat berpengaruh terhadap keadaan lingkungan fisik dan hubungan sosial masyarakat Desa Mayangan. Dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Desa Mayangan, hal ini menyebabkan perubahan nyata bagi kehidupan masyarakat sekitar. Akibat dari kerusakan lahan berupa lahan pertanian menyebabkan perubahan masyarakat dalam mata pencaharianya, hal ini berdampak pada perputaran ekonomi masyarakat yang menurun setelah terjadi abrasi yang mengakibatkan kerusakan lahan pertanian yang mereka miliki. Selain itu abrasi juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, akibat dari abrasi masyarakat harus kehilangan tempat tinggal karena sebagian pemukiman yang berada di Desa Mayangan mengalami kerusakan, dan sebagian 12

13 masyarakat memilih untuk bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar dengan dengan cara membuat pola adaptasi. 4.2 Saran Diharapkan pemerintah segera memberikan bantuan berupa penanggulangan abrasi. Memang pada kenyataannya penanggulangan abrasi di Pantai Pondok Bali sangat sulit karena air pasang sudah merusak sumberdaya lahan yang berada di Desa Mayangan. penaggulangan yang tepat harus dilakukan dengan cara pencegahan melalui pengamanan keras seperti revetmen, seawall, groin, pemecah gelombang dan stabilisasi pantai. Penanggulangan seperti ini harus segera dilalakukan karena kerusakan yang terjadi di pesisir Pantai Pondok Bali tidak hanya merusak lingkungan fisik, tapi merubah kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Mayangan. DAFTAR PUSTAKA Dahuri, Rokhmin, et.al. (2001). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita Hutabarat, ( 2000). Pengantar Oseanografi. Jakarta: UIPress. Widiyanto, Andri. (2008). Memahami Sains DariAlam, Laut dan Pantai. Bandung: Mitra Utama 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekilas tentang Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan menjadi sasaran banjir rob yang rutin setiap tahunnya, Seperti diberitakan dalam surat kabar harian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kajian Peta Daerah Berpotensi Banjir Rob Karena Pasang Surut Analisis daerah yang berpotensi terendam banjir rob karena pasang surut dilakukan dengan pemetaan daerah berpotensi

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 176 182 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose ANALISIS DATA PASANG SURUT SEBAGAI DASAR PENENTUAN DAERAH GENANGAN BANJIR PASANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Nanang Ahmad Fauzi nanangahmad.fauzi@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 212: 355-364 ISSN : 288-3137 PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN BLANAKAN DAN KECAMATAN LEGONKULON, KABUPATEN SUBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Ada dua istilah tentang pantai dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi laut

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Sri Novi Hastuti H. Nedi Sunaedi, M. Si, Program studi pendidikan geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada wilayah ini terdapat begitu banyak sumberdaya alam yang sudah seharusnya dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48 Pewarta-Indonesia, Berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini merujuk wacana tentang perencanaan tata ruang wilayah berbasis bencana. Bencana yang terjadi secara beruntun di Indonesia yang diakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai lebih dari 8.100 km serta memiliki luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan memiliki lebih dari 17.508 pulau, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010 PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI

PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI ( UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ) JURUSAN PENDIDKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 OLEH: MUH. ISA RAMADHAN KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pantai adalah suatu wilayah yang mengalami kontak langsung dengan aktivitas manusia dan kontak dengan fenomena alam terutama yang berasal dari laut. Fenomena

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 179-184 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : DENI HERBYANTI F 100 050 123 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi (Sandy, 1988: 6). Persamaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH ABRASI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI TAMBAK DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Cakrawala Singka Ismai l,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya akan keberagaman alam hayatinya. Keberagaman fauna dan flora dari dataran tinggi hingga tepi pantai pun tidak jarang

Lebih terperinci

STRATEGI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR KELURAHAN RAWANG KECAMATAN PADANG SELATAN KOTA PADANG ABSTRACT

STRATEGI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR KELURAHAN RAWANG KECAMATAN PADANG SELATAN KOTA PADANG ABSTRACT STRATEGI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR KELURAHAN RAWANG KECAMATAN PADANG SELATAN KOTA PADANG Rahmayani Ikhsan 1, Elvi Zuriyani 2, Arie Zella Putra Ulni 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH GENANGAN BANJIR ROB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG.

PENGARUH GENANGAN BANJIR ROB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 2 2014 Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk PENGARUH GENANGAN BANJIR ROB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG Nita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan

Lebih terperinci

(Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Kelas X)

(Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Kelas X) KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH DASAR TERHADAP BENCANA ROB DI KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK TAHUN 2014 (Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana

Lebih terperinci

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung DAERAH PESISIR Perubahan Iklim dan Sistem Pesisir Menunjukkan Faktor Utama Perubahan Iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

STRATEGI ADAPTASI DAN RELOKASI PERMUKIMAN WARGA AKIBAT BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT

STRATEGI ADAPTASI DAN RELOKASI PERMUKIMAN WARGA AKIBAT BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT STRATEGI ADAPTASI DAN RELOKASI PERMUKIMAN WARGA AKIBAT BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT Hasrul Hadi Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi Email: hasrul@hamzanwadi.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA Nurul Ikhsan Alfazary 1 (n.ikhsanalfazary@gmail.com) Nedi Sunaedi

Lebih terperinci

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE UNTUK MENANGGULANGI ABRASI DI PANTAI SARI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Rediasti No. Stb A 351 10 052 Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di I. PENDAHULUAN Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di wilayah pesisir pantai dan berkaitan dengan kenaikan muka air laut. Dampak banjir pasang dirasakan oleh masyarakat, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

FLOOD IMPACTS IN THE SETTLEMENT KENAGARIAN KAMPUNG TENGAH TAPAN KECAMATAN RANAH AMPEK HULU KABUPATEN PESISIR SELATAN

FLOOD IMPACTS IN THE SETTLEMENT KENAGARIAN KAMPUNG TENGAH TAPAN KECAMATAN RANAH AMPEK HULU KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 FLOOD IMPACTS IN THE SETTLEMENT KENAGARIAN KAMPUNG TENGAH TAPAN KECAMATAN RANAH AMPEK HULU KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Engla Bayu Haria Sakti* Slamet Rianto, M.Pd ** Rozana Eka Putri, S.Pd, M.Si

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penutupan Lahan Tahun 2003 2008 4.1.1 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 2 (2) (2013) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BENCANA ABRASI DENGAN PENANGGULANGANNYA DI DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( ) dan gas metana ( ), mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan posisi Kecamatan Srandakan terletak di 110 14 46 Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji. Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji. Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Wilayah Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan merupakan sebuah pulau yang terpisah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA SEMUDUN KEC. SUNGAI KUNYIT KAB. PONTIANAK

KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA SEMUDUN KEC. SUNGAI KUNYIT KAB. PONTIANAK KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA SEMUDUN KEC. SUNGAI KUNYIT KAB. PONTIANAK 1. KMP CINTA RASUL : Normalisasi Drainase Tujuan : - Memperlancar aliran air yang tersumbat - Menanggulangi banjir

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Rembang merupakan salah satu daerah di pesisir utara Pulau Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan bencana yang terhitung

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Roganda Malau ¹), Hasman Hasyim ²),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam dan jenis endemiknya sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam diduga menjadi faktor penting penyebab kerusakan lingkungan (Gumilar, 2012). Pertambahan jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK BENCANA BANJIR PESISIR DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAPNYA DI KABUPATEN PEKALONGAN

DAMPAK BENCANA BANJIR PESISIR DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAPNYA DI KABUPATEN PEKALONGAN DAMPAK BENCANA BANJIR PESISIR DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAPNYA DI KABUPATEN PEKALONGAN Muh Aris Marfai 1,2, Ahmad Cahyadi 1, Achmad Arief Kasbullah 1, Luthfi Annur Hudaya 2, Dela Risnain Tarigan 2,

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO. Max Wagiu ABSTRACT

DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO. Max Wagiu ABSTRACT Vol. VII-1. April 2011 DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO Max Wagiu Program Studi Agro Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT. Manado 95115.

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Lansekap Mangrove Center Tuban Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur

Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Lansekap Mangrove Center Tuban Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Lansekap Mangrove Center Tuban Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur DIMAS SAIKHU RAHMAN 1*, NANIEK KOHDRATA 2, IDA AYU MAYUN 1 1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: intern controls, effectiveness, procedures, sales

ABSTRACT. Key words: intern controls, effectiveness, procedures, sales ABSTRACT This study aims to determine the effect on the effectiveness of internal control procedures for the sale of the company X in the city of Bandung. In conducting this research, the author uses descriptive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang cukup banyak

Lebih terperinci

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Mario P. Suhana * * Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Email: msdciyoo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut

Lebih terperinci

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 KESESUAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan mengandung pengertian suatu perubahan besar yang meliputi perubahan fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

KERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO.

KERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO. KERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO Agus Sutedjo*) Abstrak. Beberapa desa di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci