BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang"

Surya Darmali
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dampak bencana secara langsung adalah korban jiwa, kerusakan rumah dan infrastruktur, gangguan psikologis, dan lain-lain. Dampak tidak langsung antara lain, hilang atau rusaknya fungsi-fungsi produksi, misalnya area persawahan, pabrik dan pusat industri, jaringan transportasi, serta pasar. Selanjutnya kondisi seperti ini dapat merusak hingga melumpuhkan sistem pasar, kemampuan daya beli, dan pertumbuhan ekonomi (Blaikie, et.al., 1994). Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dapat dibagi menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana teknologi, dan bencana penurunan lingkungan. Bencana alam dapat di klasifikasi menjadi geologi, hidrometeorologi, dan biologi. Bencana teknologi terkadang disebut sebagai bencana antropogenik, seperti : aktivitas nuklir, limbah beracun dari industri, hingga kegagalan teknologi. Contoh yang termasuk dalam penurunan lingkungan diantaranya : degradasi lahan, penggundulan hutan, kebakaran hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, air tanah, penipisan ozon, perubahan iklim, dan kenaikan muka air laut (UN-ISDR dalam Twigg, 2002). 1

2 Menurut PBB tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara yang memiliki panjang garis pantai ± km dan merupakan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia setelah Rusia, dengan jumlah pulau ± pulau (Antaranews, 2009). Fakta menunjukkan 60% penduduk Indonesia terdapat di Pulau Jawa, 65% penduduk Pulau Jawa hidup di daerah pesisir dan sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas sumber daya pesisirnya dengan pertumbuhan penduduknya mencapai 2,2% per tahun (di atas rata-rata nasional) (Walhi-Jabar, 2008). Seiring pertumbuhan tersebut, beberapa bencana di wilayah pesisir sering terjadi akibat berbagai masalah, salah satunya karena pertumbuhan jumlah penduduk. Faktanya hampir desa di Pesisir Jawa mengalami banjir setiap tahunnya, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir setidaknya terdapat 90 lokasi mengalami erosi pantai hingga puluhan kilometer (Walhi, 2006). Salah satu isu global yang berkembang bahwa perubahan iklim menyebabkan bencana di kotakota pesisir, bencana yang ada di antaranya : banjir, kenaikan muka air laut, penurunan muka tanah maupun genang pasang air laut (Diposaptono, 2009). Bencana tersebut juga terjadi di Kabupaten Demak yang merupakan salah satu daerah yang terdampak di Provinsi Jawa Tengah. Bencana ini mengakibatkan lumpuhnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat hingga tidak berfungsinya sarana prasarana di sekitarnya. Pada tahun 2007, sekitar 12 desa terkena genang pasang air laut akibat bermacam faktor, dan bertambah hingga saat ini menjadi 27 desa (Suara Merdeka, 2011). Prediksi 50 tahun mendatang, beberapa kawasan di Pesisir Demak akan tenggelam khususnya 2

3 pantai utara Demak, sebab setiap tahunnya kenaikan genang pasang air laut mencapai 8-12 sentimeter (Merdeka, 2012). Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 km, terbentang di 12 desa di 4 kecamatan yaitu Desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko, dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan (Kecamatan Karangtengah), Desa Morodemak, Purworejo dan Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Wilayah kepesisiran Kabupaten Demak memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah kepesisiran Kota Semarang. Aktivitas wilayah pesisir Kota Semarang yang sangat dinamis memberikan efek cukup besar terhadap wilayah kepesisiran di sampingnya yaitu Kabupaten Demak. Bencana wilayah kepesisiran Kota Semarang, sebagai bagian dinamika wilayah kepesisiran, terjadi juga di wilayah kepesisiran Kabupaten Demak. Kejadian bencana tersebut juga menyebabkan kerusakan lingkungan pesisir, misalnya pencemaran perairan pantai, rusaknya ekosistem mangrove dan hilangnya lahan pertanian. Selain aspek lingkungan, masyarakat dan infrastruktur serta permukiman juga terkena dampak kerusakan terparah akibat bencana tersebut. Beberapa wilayah kepesisiran Kabupaten Demak yang terkena dampak bencana adalah wilayah kepesisiran Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Bonang, dan Kecamatan Wedung (Helmi et al., 2011, Marfai, 2011). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, zona kepesisiran Kabupaten Demak yang berdampingan dengan zona kepesisiran Kota Semarang telah terkena dampak bencana yang terjadi di wilayah kepesisiran Kota Semarang. Hampir 3

4 sepanjang pantai Kabupaten Demak mengalami genang pasang air laut. Beberapa wilayah yang paling parah terkena dampak bencana genang pasang air laut adalah Kecamatan Sayung, Kecamatan Karang Tengah, dan Kecamatan Bonang. Adanya kejadian genang pasang air laut telah memberikan dampak negatif pada masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal dekat dengan garis pantai. Selain dampak sosial khususnya kepada masyakarat, dampak fisik, ekonomi, dan lingkungan ikut serta mengalami kerusakan yang relatif parah. Kerusakan fisik dan manusia tersebut membuat aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat menjadi terganggu dan terhambat perkembangannya (Gambar 1.1 dan 1.2). Total jumlah desa di empat Kecamatan kepesisiran Kabupaten Demak yang terkena genang pasang air laut adalah 27 desa dengan ketinggian genang pasang air laut mencapai 5 km dari bibir pantai (Media Indonesia, 2011). Kedalaman air genang pasang air laut mencapai 30cm 1,5m dan membutuhkan waktu berhari-hari untuk surut, yang terparah akibat genang pasang air laut ini yaitu hilangnya lahan tambak dan permukiman di Dusun Tambaksari dan Rejosari Senik, Desa Bedono yang mengakibatkan lahan berubah menjadi laut (Suaramerdeka, 2011). 4

solar untuk para nelayan di Kecamatan Bonang. (sumber : www.visitmodem.wordpress.

5 Gambar 1.1 Aksesibilitas jalan dan jembatan di Kecamatan Sayung menjadi terputus akibat genang pasang air laut, sehingga dibangun jembatan kayu. (sumber : survei lapangan, 2013) Gambar 1.2 Jembatan terputus akibat genang pasang air laut mengakibatkan kesulitan menyuplai solar untuk para nelayan di Kecamatan Bonang. (sumber : ) Dari permasalahan yang ada, diperlukan suatu pemetaan kerentanan genang pasang air laut di zona yang terdampak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengelolaan yang berbasis pengurangan kerentanan. Peta merupakan salah satu sarana yang baik dalam menyajikan data dan informasi secara keruangan. Pemetaan persebaran kerentanan genang pasang 5

6 air laut dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan akurat. Teknik penginderaan jauh sebagai sumber data spasial sangat membantu dan merupakan suatu alat yang tepat saat ini untuk memperoleh data spasial pada daerah kajian. Disamping itu, untuk pengelolaan data spasial terdapat juga Sistem Informasi Geografis (SIG) yang memiliki kemampuan dalam mengelola, menyimpan, memanipulasi, menampilkan kembali data, analisis dan keluaran (Aronoff, 1989). Keterpaduan antara penginderaan jauh dan SIG terletak pada data spasial yang dimiliki penginderaan jauh, terutama data fisik lahan, yang cepat dan akurat dapat dijadikan sebagai input data dalam SIG, sehingga data dapat diolah dan dianalisis. 1.2 Rumusan Masalah Zona kepesisiran Kabupaten Demak merupakan zona yang rentan akan terjadinya genang pasang air laut dan hal ini akan semakin meluas bila tidak ada penanganan secara cepat dan tepat. Diperlukan suatu strategi pengelolaan yang tepat dengan melihat nilai kerentanan yang ada di zona kepesisiran tersebut. Penelitian kerentanan ini perlu dilakukan, dengan mendasarkan kepada acuan unit analisisnya, untuk pengelolaan sebagian zona kepesisiran Kabupaten Demak yang rentan akan bencana genang pasang air laut. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya studi untuk mengetahui tingkat kerentanan zona tersebut dalam menghadapi bencana genang pasang air laut, khususnya di 4 kecamatan di zona kepesisiran di antaranya : Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Bonang, dan Kecamatan Wedung yang mengalami bencana genang pasang air laut, dilihat dari sektor fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. 6

7 Dari identifikasi permasalahan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pola spasial genang pasang air laut yang mengancam di zona kepesisiran Kabupaten Demak? 2. Di mana saja area yang memiliki kerentanan bencana genang pasang air laut? 3. Bagaimana tingkat kerentanan terhadap bencana genang pasang air laut di zona studi berkaitan dengan kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan berdasarkan variabel penyusun setiap elemennya? 4. Bagaimana alternatif strategi pengelolaan berbasis pengurangan kerentanan untuk zona yang terkena bencana genang pasang air laut? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebagimana diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Mengetahui pola persebaran genang pasang air laut di zona penelitian; 2. Identifikasi sebaran tiap parameter kerentanan terhadap genang pasang air laut di zona penelitian; 3. Melakukan pemetaan dan analisis tingkat kerentanan genang pasang air laut di zona penelitian; dan 4. Menentukan alternatif strategi pengelolaan lingkungan untuk mengurangi kerentanan bencana genang pasang air laut di zona penelitian. 7

8 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian meliputi dua aspek : 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang genang pasang air laut dan tingkat kerentanan dari beberapa aspek terhadap bencana genang pasang air laut. 2. Bagi pembangunan Dapat dijadikan sebagai masukan kepada instansi pemerintahan terkait dalam menentukan kebijakan mitigasi di kawasan rawan bencana genang pasang air laut di pesisir Kabupaten Demak. 8

dokumen-dokumen yang mirip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,