DILEMA PEMBENTUKAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIVE BANK : SEBUAH STUDI HASIL MERGER PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT
|
|
- Yenny Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN : DILEMA PEMBENTUKAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIVE BANK : SEBUAH STUDI HASIL MERGER PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT ( Dilema of shaping the allowance for productive asset of Bank: a study in Bank Perkreditan Rakyat's merger BKK Kabupaten Rembang ) Mokhamat Ansori *) Abstract Abstract Financial minister (MENKEU), in February, 6, 1995 has published: Surat Keputusan No. 080/KMK.04/1995 about allowance for doubtful account (Cadangan Penghapusan piutang). Based on it, allowance for productive asset or Cadangan Aktiva Produktif (CAP) which can agree as cost in fiscal finance report, maximum is 3% from average of first saldo and final asset. CAP is allowance for anticipated probability unpaid the allocation funds that have done by bank into productive asset (Aktiva Produktif AP). This article,in detail, explained urgency of CAP in the bank. Specially, it is Bank Perkreditan Rakyat (BPR) that has merger in Kabupaten Rembang. This article s author has ever as employee in this bank. It is dilemma, if it must to prepare CAP. Cause BPR, generally its Non Performing Loan, is above 5%. Keywords : Allowance For Productive Asset, Productive Asset. Abstrak Menteri Keuangan (Menkeu) pada tanggal 6 Februari 1995 telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 080/KMK.04/1995 tentang cadangan penghapusan piutang. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka besarnya Cadangan Aktiva Produktif (CAP) yang boleh diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan fiskal adalah maksimal sebesar 3% dari rata rata saldo besar awal dan akhir piutang. Cadangan Aktiva Produktif (CAP) adalah cadangan yang dibentuk guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kembali penanaman/alokasi dana yang telah dilakukan oleh bank ke dalam Aktiva Produktif (AP). Artikel ini secara rinci menjelaskan pentingnya Cadangan Aktiva Produktif bagi sebuah Bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat hasil merger di Kabupaten Rembang dimana penulis pernah sebagai karyawan Bank tersebut, yang rata rata mengalami *) Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Muria Kudus DILEMA PEMBENTUKAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIVE BANK : SEBUAH STUDI HASIL MERGER PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT Mokhamat Ansori 7 9
2 delematis apabila harus menganggarkan Cadangan Aktiva Produktif, dikarenakan Bank Perkreditan Rakyat rata rata Non Performing Loannya tinggi yaitu diatas 5%. Kata Kunci : Cadangan Aktiva Produktif (CAP), Aktiva Produktif (AP) 1. Pendaluan Sebagaimana di jelaskan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 32/53/KEP/ DIR bahwa untuk mendorong terciptanya perbankan nasional yang tangguh dan efisien, diperlukan BPR yang mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik pedesaan maupun di perkotaan (BI, 1999). Dengan demikian kehadiran BPR sejak awal memang diorientasikan untuk membantu mengembangkan usaha kecil serta melayani kebutuhan perbankan bagi golongan ekonomi lemah yang belum terjangkau oleh Bank umum. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pelayanan perbankan, pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan. Dan disinilah hasil pengamatan penulis, pada akhirnya banyak BPR yang tidak mengindahkan ketentuan dalam penyaluran kredit. Sehingga banyak pula kredit yang non lancar dan penyebab NPL jadi diatas 5%. Fenomena di atas memperlihatkan terjadinya kredit bermasalah (kolektibilitas aktiva produktif buruk) dan pengaruhnya terhadap kinerja bank, sekaligus upaya penetapan solusi demi kelanjutan usaha bank dimasa depan perlu dipertanyakan, apabila dihubungkan dengan Surat Keputusan No. 080/KMK.04/1995 tentang cadangan penghapusan piutang. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka besarnya Cadangan Aktiva Produktif (CAP) yang boleh diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan fiskal adalah maksimal sebesar 3% dari rata rata saldo besar awal dan akhir piutang, disinilah masalah timbul, disisi lain piutang masih banyak dann disisi lain harus menganggarkan Cadangan Aktiva Produktif. Selain itu bila cadangan tersebut lebih besar dari 3% bukan lagi dianggap sebagai biaya sehingga dikenakan pajak. Oleh karena itu dari sisi beban pajak tersebut mengisyaratkan agar jangan membentuk cadangan tinggi tinggi. 2. Pembahasan 2.1 Kecukupan CAP (Cadangan Aktiva Produktif) Dalam perkembangan sesuai dengan adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan, moneter,dan perbankan, pada tanggal 27 Oktober 1988 dan tanggal 25 Maret 1989 memberi kesempatan dan peluang bagi BKK untuk mengubah statusnya menjadi Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP). Kesempatan ini telah dimanfaatkan sebaik baiknya oleh Badan Pembina BKK Propinsi Daerah tingkat I Jawa Tengah, sehingga pada bulan oktober 1991 sebanyak 202 BKK menjadi BPR ini ditandai dengan diserahkannya SK Menteri Keuangan RI No.315 s/d 516/KM 13/1991 tanggal 8 Oktober Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Pasal 19 ayat 2, ditegaskan bahwa jangka waktu permohonan ijin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat, paling lama adalah 5 tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 1992 atau sejak 30 Oktober khususnya yang berkaitan dengan permodalan BPR tidak berlakunya ketentuan sekurang kurangnya 50 juta, sehingga masing masing 8 0 Fokus Ekonomi Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 79 84
3 BPR BKK dapat menyesuaikan modal disetor tersebut sesuai dengan kemampuannya dan untuk pengembangan untuk meningkatkan kesehatannya. Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Kabupaten Rembang adalah suatu industri yang bekerja atas dasar kepercayaan. Selama kepercayaan masyarakat dapat diperoleh maka tentunya bank akan dapat tumbuh dan berkembang., dan sebaliknya apabila kepercayaan masyarakat berkurang atau bahkan hilang, maka kehancuran bank hanyalah tinggal menunggu waktu saja. Salah satu usaha Bank Indonesia untuk menjaga dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat adalah dengan cara mengeluarkan berbagai ketentuan yang intinya menuju ke arah tercapainya bank yang sehat dan berhati hati, diantaranya adalah ketentuan mengenai Cadangan Aktiva Produktif minimal yang harus dibentuk oleh bank. Menurut Sutrisno, (1996:4) Cadangan Aktiva Produktif (CAP) adalah cadangan yang dibentuk guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kembali penanaman / alokasi dana yang telah dilakukan oleh bank dalam hal ini bank Perkreditan Rakyat, ke dalam aktiva produktif (AP). Ketentuan besarnya CAP yang harus dibentuk suatu bank sesuai dengan ketentuan terakhir Bank Indonesia (BI) yang tertuang dalam surat edaran BI No. 26/9 BPPP tanggal 29 Maret 1995 terkait langsung dengan kolektibilitas AP. Dengan demikian, besarnya cadangan akan berbeda untuk masingmasing kolektibilitas AP. Secara ringkas, besarnya CAP yang harus dibentuk adalah minimum 0,5% dari seluruh Aktiva Produktif Lancar, ditambah 10% untuk AP kurang lancar, ditambah lagi 50% untuk AP diragukan, dan 100% untuk AP macet. Dengan catatan bahwa menurut formula Bank Indonesia nilai AP yang diperhitungkan adalah setelah dikurangi dengan nilai agunan yang dikuasai, dan untuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak perlu disediakan CAPnya. Dengan demikian semakin memburuk kolektibilitas aktiva produktifnya semakin besar pula CAP yang harus di bentuk. Kukurangan dalam membentuk CAP dibanding ketentuan perhitungan CAP minimal berakibat shortfall CAP yang nantinya akan dibebankan terhadap modal (mengurangi modal). Oleh karena bank harus berusaha memenuhi kebutuhan CAP nya. Sesuai dengan jiwa yang melandasi keluarnya ketentuan pembentukan Cap oleh BI, maka besarnya CAP yang harus dibentuk oleh bank sesuai dengan ketentuan diatas adalah CAP minimal yang harus tersedia. Artinya, bank juga tidak disalahkan apabila dalam kenyataannya membentuk CAP yang lebih besar dari ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, apabila nantinya bank terpaksa harus melakukan tidak akan berpengaruh banyak terhadap laba rugi bank, mengingat sebelumnya telah dibentuk cadangan secara bertahap. 2.2 Ketentuan Fiskal Sementara itu, permasalahan lain timbul berkenaan dengan ketentuan CAP yang terkait dengan perpajakan. Berbeda dengan tujuan BI untuk mengarahkan agar perbankan lebih berhatihati dalam kegiatannya, tujuan ketetapan pajak mempunyai 2 fungsi utama yaitu mengatur dan fungsi anggaran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka dibuatlah ketentuan ketentuan perpajakan yang dianggap paling tepat/sesuai dengan keadaan. Pada dasarnya, kebijakan dan aturan aturan yang berkaitan dengan pajak mengarahkan paa suatu titik tujuan tertentu, yaitu bagaimana agar jumlah penerimaan pajak tersebut dilakukan dengan cara antara lain mengatur unsur unsur pada saja yang boleh dimasukkan sebagai komponen biaya dan atau pendapatan mana yang tidak boleh. Dalam hubungan dengan CAP maka dari sisi DILEMA PEMBENTUKAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIVE BANK : SEBUAH STUDI HASIL MERGER PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT Mokhamat Ansori 8 1
4 perpajakan dikeluarkanlah ketentuan yaitu membatasi jumlah cadangan penghapusan piutang tak tertagih tersebut yang boleh dibentuk. Cadangan piutang tak tertagih adalah merupakan salah satu pos laporan keuangan yang boleh bank bank semula agak mudah dimainkan untuk mengatur berapa jumlah laba yang dikehendaki oleh suatu bank. Jika laba yang diperoleh suatu bank dirasa sangat tinggi, maka bank dapat menerunkan laba tersebut dengan cara memperbesar jumlah cadangan. Seperti diketahui, bahwa membentuk cadangan yang sama artinya dengan mengakui adanya tambahan biaya yang akhirnya akan memperkecil jumlah laba yang diperoleh, yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Demikian juga sebaliknya, jika laba yang diperoleh dirasa terlalu rendah maka jumlah cadangan yang dibentuk dapat diperkecil sehingga akan mengurangi jumlah biaya, yang pada gilirannya akan menaikkan laba yang diperoleh. Sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi kemungkinan diatas jajaran direksi Bank Perkreditan Rakyat harus dapat merekayasa untuk memperkecil laba dengan cara menaikkan jumlah cadangan Aktiva Produktif. Itulah yang melatarbelakangi dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan yang mengatur bahwa cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya dalam laporan keuangan fiskal malsimal sebesar 3% dari rata rata saldo awal dan saldo akhir piutang. Kelebihan dari 3% tersebut, tidak dapat diakui sebagai biaya, sehingga koreksi positif yang akan menambah jumlah pajak yang harus dibayar. Ketentuan di atas kemudian berlaku untuk semua bank, tidak membedakan bank swasta maupun BUMN, besar maupun kecil. 2.3 Permasalahan Bank Perkreditan Rakyat secara Nasional Melihat kondisi perbankan nasional sekarang khususnya BPR, dimana kredit bermasalah masih tetap tinggi tetap saja menjadi agenda utama yang harus diselesaikan oleh perbankan, tentunya jumlahnya cadangan minimal yang harus dibentuk sesuai dengan ketentuan BI relatif cukup besar, sehingga bisa jadi bagian dari bank bank nasional terpaksa membentuk CA lebih besar dari pada batas CAP yang tidak dikenakan pajak. Kemudian permasalahannya yang lain adalah adanya perbedaaan komponen yang harus dibentuk CAPnya. Sesuai dengan namanya yaitucadangan aktiva produktif, maka pos pos yang harus dibentuk cadangan menurut BI tidak semata mata terbatas pada komponen kredit, tetapi juga komponen aktiva produktif lainnya yaitu termasuk juga pos surat berharga, penyertaan, dan antar bank. Sementara itu, pajak hanya memperbolehkan satu pos saja yang dibentuk cadangannya, yaitu pos piutang yang dapat diartikan sama dengan pos kredit. Kondisi tersebut diatas diperburuk lagi dengan masih sulitnya memperbaiki portofolio AP bank. Seperti diketahui bahwa kondisi portofolio AP bank sampai dengan sekarang masih cenderung mengarah ke kolektiibilitas yang semakin memburuk (kurang lancar diragukan, atau macet), walaupun banyak kredit macet yang telah dihapusbukukan. Dengan demikian maka jumlah CAP yang harus dibentuk oleh bank relatif masih tetap besar. Memperbaiki permasalahan perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat nasional tersebut di atas tampaknya dilemma yang dihadapkan oleh Bank Perkreditan Rakyat nasional tidak segera terselesaikan. Sebagaimana dikemukakan pada awal tulisan ini dilemma tersebut bisa timbul mengingat disatu pihak bank wajib membentuk cadangan minimal sesuai ketentuan BI, sementara itu dilain pihak pajak membatasi maksimum jumlah cadangan yang boleh dan diakui sebagai komponen biaya dalam laporan keuangan bank. 8 2 Fokus Ekonomi Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 79 84
5 2.4 Upaya Mengatasi Dilema Pembentukan Cadangan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan pajak yang baru diakui sebagai komponen biaya dalam laporan keuangan fiscal, mempunyai 2 (dua) implikasi yang saling bertolak belakang. Implikasi pertama adalah bahwa ketentuan pajak yang baru tersebut sangat mendukung dan sesuai dengan filosofi ketentuan CAP BI, sehingga akan mempercepat tercapainya sistem perbankan yang pruden (baik). Sebab apabila portofolio AP bank mempunyai kolektibilitas yang misalnya lancar semua, maka besarnya CAP minimum yang harus dibentuk bank hanya sebesar 0,5% (ketentuan BI) tentu tidak akan lebih besar daripada batasan pajak, yaitu3%. Implikasi lainnya adalah bahwa ketentuan pajak tersebut dapat pula merupakan sesuatu yang dalam jangka pendek mendorong perbankan bertindak kurang pruden. Hal ini dapat terjadi, mengingat kenyataan bahwa kualitas AP Bank Perkreditan Rakyat sekarang (tahun 2007) ini masih buruk, sehingga jumlah cadangan minimal yang harus dibentuk sesuai dengan ketentuan BI relatif besar, sehingga upaya mengatasinya dalam jangka pendek adalah segera memacu ekspansi kredit (yang biasanya cenderung kurang hati hati). Dengan memacu ekspansi kredit akan meningkatkan saldo rata rata piutang menjadi tinggi, sehingga batasan 3% nya dalam jumlah absolut menjadi tinggi pula. Sementara itu ekspansi kredit tersebut dalam jangka pendek kolektibilitas tersebut dalam jangka kolektibilitas lancar, sehingga CAP yang harus dibentuk untuk jumlah ekspansi kredit tersebut relatif kecil. Jalan keluar seperti ini tentunya berbahaya, dan cenderung menjadi bom waktu yang pada suatu saat akan meletus dikemudian hari. Lantas apa yang harus dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat agar tidak timbul suatu dilemma? Satu satunya jalan yag dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah mengusahakan agar portofolio AP Bank Perkreditan Rakyat menjadi baik dengan memperkecil kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Terlebih lagi apabila AP bank berkolektibilitas lancar semua, maka CAP minimal secara otomatis tidak akan lebih besar daripada batasan ketentuan terkena pajak. Masalahnya adalah apakah ada suatu bank yang AP nya semuanya dengan kolektibilitas lancar, kecuali bank yang baru berdiri. Namun demikian betapapun sulitnya usaha yang harus ditempuh oleh Bank Perkreditan Rakyat, tetapi tidak boleh mengendorkan usaha perbaikan kolektibilitas yang selama ini telah di upayakan, yang antara lain ditempuh dengan jalan penagihan langsung secara terus menerus, pencairan barang agunan, upaya penagihan melalui BUPLN atau saluran hokum, maupun dengan penghapusanbukuankredit. 3. Simpulan Bank Perkreditan Rakyat BKK Kabupaten Rembang hasil merger (PD. BPR BKK Lasem, PD. BPR BKK Rembang Kota, PD. BPR BKK Sarang, PD. BPR BKK Kragan, PD. BPR BKK Sluke, PD. BPR BKK Sedan, PD. BPR BKK Sale, PD. BPR BKK Pamotan, PD. BPR BKK Gunem, PD. BPR BKK Pancur, PD. BPR BKK Sulang) yang mempunyai tujuan jangka pendek adalah perkuatan permodalan dengan meningkatkan profitabilitas dan kinerja yang lebih baik daripada sebelum merger. Diketahui bahwa sebelum merger Bank perkreditan Rakyat BKK Kabupaten Rembang memiliki kolektibilitas kredit yang buruk yaitu rata rata diatas 5% per PD. BPR BKK. Ini tentunya DILEMA PEMBENTUKAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIVE BANK : SEBUAH STUDI HASIL MERGER PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT Mokhamat Ansori 8 3
6 dilematis apabila dihubungkan dengan ketentuan Bank Indonesia pada tanggal 6 pebruari 1995 telah mengeluarkan Surat Keputusan No 080/KMK.04/1995 tentang cadangan penghapusan piutang. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka besarnya Cadangan Aktiva Produktif (CAP) yang boleh diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan fiskal adalah maksimal sebesar 3% dari ratarata saldo besar awal dan akhir piutang. Apabila dengan upaya upaya tersebut diatas masih sulit untuk dicapai, maka tidak ada jalan lain kecuali Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Kabupaten Rembang ini, harus segera merombak struktur permodalanya, atau dengan melihat cara cara penyelamatan bank lain sebagai dasar pijakan referensi berikutnya. Daftar Pustaka Ansori, Mokhamat, Dan Sutono, 2006, Manfaat Non Performing Loan dan Loan deposito To Ratio Bagi Perkembangan Kesehatan Perbankan : Sebuah studi Pada Bank Perkreditan Rakyat, jurnal Analisis Manajemen, Vol.1 No.1. fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Bank Indonesia. Ringkasan Ketentuan Perbanka dan Penanganan Kredit Bermasalah, 2004, Kantor Bank Indonesia Semarang. Surat Edaran Bank Indonesia No 26/4/BPPP 29 Mei 1993, Tentang Kualitas Aktiva Produktif dan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Sutrisno, 1996, Dilema Pembentukan Cadangan Aktiva Produktif Bank,Warta Bank Rakyat Indonesia, No: 6 Tahun XX juni. Toekam H. Moh, 1999, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 8 4 Fokus Ekonomi Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 79 84
ANALISIS NON PERFORMING LOAN DAN LOAN DEPOSIT TO RASIO BKK KECAMATAN SEDAN KABUPATEN REMBANG
ISSN : 197 634 ANALISIS NON PERFORMING LOAN DAN LOAN DEPOSIT TO RASIO TERHADAP KESEHATAN PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT BKK ( The Analisis of Non Performing Loan (NPL) and Loan Deposit To Ratio (LDR) Toward
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA
No. 7/50/DPBPR Jakarta, 1 November 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Tindak Lanjut Penanganan Terhadap Bank Perkreditan Rakyat Dalam Status Pengawasan Khusus
Lebih terperinciAkuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G
Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adequacy ratio), batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit), kualitas aktiva
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin maju yaitu sebagai penggerak perekonomian. Dengan melalui bank unit-unit ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN 70 71 LAMPIRAN I Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Perkembangan Per 31 Desember 2011-2013 72 LAMPIRAN II Perhitungan Penyediaan Modal Minimum Per 31 Desember 2011-2013 73 PERHITUNGAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk Obyek penelitian adalah Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk kebijakan kredit tersebut mengatur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan
Lebih terperinciNo. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA
No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat ----------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciMokhamat Ansori*) Abstract
ISSN : 1907 6304 STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN DAERAH BPR BKK KECAMATAN SEDAN KABUPATEN REMBANG DARI TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2005 (The Analysis of Health on The Bank Perkreditan Rakyat A Case Study of Local
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi return on asset (ROA). Adapun penelitian tersebut adalah
Lebih terperinciCAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :
1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito
Lebih terperinciSTIE Putra Perdana. Indonesia
Koreksi Fiskal Positip Atas Biaya Penyisihan Kerugian Aset Produktif Dan Tidak Optimalnya Pemanfaatan Fasilitas Berupa Pengurangan Tarif Pajak Akibat Pemulihan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif Pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016 ABSTRAK I NYOMAN KARYAWAN Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram. e-mail : karyawan i nyoman@ yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan
Lebih terperinciANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL Suci Wulandari, Sunandar, Hetika DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Abstraksi Prakata. Daft ar Tabel dan Gambar
Abstraksi ABSTRAKSI Asset dan Liability merupakan dua sisi gambaran keuangan suatu bank, dimana kedua-duanya menggambarkan pos-pos keuangan bank, baik yang berbentuk kekayaan atau harta milik bank, maupun
Lebih terperinciPT. BPR BUMIASIH NBP 13 STABAT ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP
Tabel.1 ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP (Dalam Ribuan Rupiah) NO BIAYA OPERASIONAL ANGGARAN REALISASI VARIANS % Pertumbuhan 1 Bunga a. Kepada Bank Indonesia - - - - b. Kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi secara global dan perkembangan ekonomi di Indonesia khususnya. Oleh karenanya Indonesia memiliki
Lebih terperinciKESEHATAN DAN RAHASIA BANK
KESEHATAN DAN RAHASIA BANK Kesehatan Bank Yaitu kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Smgkat PD. BPR Carenang Serang. perkreditan Rakyat (BPR), peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 tahun
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Smgkat PD. BPR Carenang Serang Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, peraturan pemerintah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan
Lebih terperinci7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN :
KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-101/MBU/2002 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan
KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa sebagian dari usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu negara. Terutama dalam hal pembangunan ekonomi yang kegiatannya untuk meningkatkan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Bank CIMB Niaga,Tbk Berdiri sejak 26 September 1955, saat ini PT Bank CIMB Niaga,Tbk adalah bank terbesar ke-5 di Indonesia berdasarkan nilai aset.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Bank 2.1.1 Pengertian Bank Para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi mengenai bank yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Menurut
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN GARUT HASIL KONSOLIDASI 9 (SEMBILAN) PD. BPR I. UMUM
Lebih terperinciANALISIS RASIO KEUANGAN PERBANKAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN BANK (Studi Kasus PD. BPR Bank Daerah Lamongan Periode )
ANALISIS RASIO KEUANGAN PERBANKAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN BANK (Studi Kasus PD. BPR Bank Daerah Lamongan Periode 2012-2016) Ruswaji Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciRMK AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD AKUNTANSI MODAL BANK
RMK AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD AKUNTANSI MODAL BANK OLEH: KELOMPOK 3 JOVI ARYADI JOENED 1006305138 I GUSTI NGURAH PUTRA HANGGA PRAWIRA 1106305119 I GUSTI NGURAH ARI SAMITHA 1106305160 I GUSTI NGURAH AGUNG
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 57 TAHUN 2015
SALINAN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PENGHAPUSBUKUAN KREDIT PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut perbankan tetap bertahan dan berkompetisi agar kejadian seperti krisis ekonomi pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan
KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF : : :
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti
Lebih terperinciPASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan
KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan bank sentral yaitu suatu lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Earning Assets 2.1.1 Pengertian Earning Assets Hal terpenting dari penggunaan dana bank yaitu penanaman dana (investasi dana), karena jika dana tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Tidak sedikit roda-roda perekonomian
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam mendukung kegiatan bisnis sangatlah
Lebih terperinciPENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, RASIO BIAYA OPERASI ATAS PENDAPATAN OPERASI, RETURN ON ASSET TERHADAP NON PERFORMANCE LOAN BANK NASIONAL
MEDIA BISNIS ISSN: 2085-3106 Vol. 6, No. 1, Edisi Maret 2014, Hlm. 60-64 http: //www.tsm.ac.id/mb PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, RASIO BIAYA OPERASI ATAS PENDAPATAN OPERASI, RETURN ON ASSET TERHADAP
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan
Lebih terperinciSektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor ekonomi
Lebih terperinciPT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)
NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT PT. SUKADYARINDANG TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN 2005
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT PT. SUKADYARINDANG TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN 2005 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ELY YULIASTUTI NIM. B 100 110 028 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciN E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos
N E R A C A A K T I V A 1. K a s 22,951 21,458 2. Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 117,863 165,135 b. Sertifikat Bank Indonesia 154,903 89,736 c. Lainnya - - 3. Giro pada bank lain
Lebih terperinci2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M
No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN
Lebih terperinciAsset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza
Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Manajemen Likuiditas Pengertian likuiditas: Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat ditagih
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Kinerja Perbankan Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator, antara lain melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinciBab 6 Kesimpulan dan Implikasi
Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Pada bab 6, merupakan intisari dan rangkuman dari pembahasan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan dalam Bab 4 dan Bab 5, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan,
Lebih terperinciNo.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA
No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan dunia bisnis yang semakin pesat menuntut adanya persaingan usaha yang semakin ketat pula. Hal inilah yang menjadi pemikiran penting
Lebih terperinciKredit yang Diberikan Keterangan Tahun Dana yang Diterima Keterangan Tahun Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun 2012
Perhitungan Loan To Deposit Ratio (LDR) Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun 2011 Kredit yang Diberikan 8.735.951 Jumlah 8.735.951 Dana yang Diterima Keterangan Tahun 2011 Tabungan Wadiah 879.000 Tabungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TERKINI
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah :
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah : 1. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan bank adalah dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciMenurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk dan PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI ABSTRAK Sampai saat ini Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang ditulis Santi (2012) yang berjudul "Pengaruh Rasio Likuiditas,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah penelitian yang ditulis Santi (2012) yang berjudul "Pengaruh Rasio Likuiditas, Kualitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Bank 2.1.1 Pengertian Bank Banyak para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi mengenai bank yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT. FMA Finance PT. FMA Finance adalah suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen (consumer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan perekonomian tidak bisa terlepas dari besarnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Bank Indonesia mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di Indonesia. Standar
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciPOIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS
Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia pada dekade terakhir menunjukkan perkembangan yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian kas Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai
Lebih terperinci