PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : TONIC UDA Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : TONIC UDA Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI Oleh : TONIC UDA Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK Salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Dengan kata lain bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang mampu melaksanakan kewajibankewajibannya secara bertanggungjawab dan layak atau guru yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. Ia merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi atau profesionalismenya (Riduwan, 2009). Berdasarkan ungkapan tersebut berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan profesionalisme guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan profesionalisme atau kompetensi yang baik pula. Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau profesionalisme yang dimilikinya dalam dunia kerjannya. Dunia kerja guru adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 96 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

2 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Definisi ini menunjukkan bahwa pendidikan mencakup ranah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, yang kuncinya adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkemampuan untuk hidup di masyarakat. Salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Dengan kata lain bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang mampu melaksanakan kewajibankewajibannya secara bertanggungjawab dan layak atau guru yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. Ia merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi atau profesionalismenya (Riduwan, 2009). Berdasarkan ungkapan tersebut berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan profesionalisme guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan profesionalisme atau kompetensi yang baik pula. Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau profesionalisme yang dimilikinya dalam dunia kerjannya. Dunia kerja guru adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Program peningkatan kinerja dan profesionalisme guru dimulai dengan penetapan standar minimum kompetensi guru. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat 2 menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bagi 97 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

3 pendidik pada perguruan tinggi. Selanjutnya pada pasal 42 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut pendidik harus memiliki kompetensi minimum. Menurut pasal 28 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi pendidik/guru terdiri dari: 1) Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 3) Kompetensi profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4) Kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja guru merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh pemerintah daerah. Evaluasi kinerja guru, merupakan salah satu komponen penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2012 Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah (Bappeda) Kota Palangka Raya bermaksud melaksanakan kajian terhadap peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik atau guru di Kota Palangka Raya, sehingga dapat dilakukan upayaupaya konkrit ke depan untuk pengembangan dan pembinaan guru di Kota Palangka Raya. RUANG LINGKUP DAN METODE 2.1. Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan kajian peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya ini adalah evaluasi terhadap kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru pada berbagai satuan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) di lingkup Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya. Lingkup satuan pendidikan tersebut juga mencakup status pendidikan, yaitu negeri maupun swasta. 98 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

4 2.2. Tahapan Pelaksanaan Adapun berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah sebagai berikut: 1) Tahap persiapan Pembentukan Tim Kerja Menyusun laporan pendahuluan Melakukan seminar pendahuluan 2) Tahap pelaksanaan Menyusun instrumen pengumpulan data lapangan Melakukan survei dan pengumpulan data Menganalisis data Melakukan studi banding ke luar daerah yang dianggap representatif untuk merumuskan program aksi 3) Tahap pelaporan Menyusun laporan hasil evaluasi kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya Melakukan seminar laporan akhir Revisi laporan akhir, penjilidan, dan pendistribusian Waktu Pelaksanaan Kegiatan kajian peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya ini dilaksanakan dalam triwulan I sampai triwulan III tahun Waktu kegiatan tersebut mencakup tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap pelaporan Metode Pengumpulan Data Kajian ini merupakan lingkup penelitian survei, dimana data diambil dari sejumlah sampel/responden melalui teknik sampling yang representatif sehingga mampu menggambarkan kondisi populasi yang sebenarnya. Populasi dalam kajian ini adalah tenaga pendidik/guru baik yang sudah bersertifikasi maupun yang belum bersetitifkasi pendidik. Pengumpulan data kinerja tenaga pendidik/guru dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yaitu: 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disusun dan dirancang untuk mampu mengungkapkan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya dalam menjalankan kompetensinya. Kuesioner tersebut diisi oleh berbagai pihak, baik di lingkup Dinas Pendidikan, di lingkup sekolah yaitu oleh kepala sekolah dan guru, dan oleh pengawas sekolah pada satuan pendidikan yang bersangkutan. 2. Observasi 99 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

5 Melakukan peninjauan secara langsung di sekolah dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa orang guru di sekolah. 3. Studi Banding Melakukan kegiatan studi banding ke luar daerah atau dinas pendidikan di luar daerah yang dianggap representatif untuk mendapatkan gambaran atau upayaupaya pembinaan dan pengembangan kinerja dan profesionalisme guru yang lebih baik. Hasilnya akan menjadi bahan masukan untuk penyusunan rencana aksi atau program Metode Analisis Data Hasil pengumpulan data lapangan selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam dan komprehensif dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. 1. Analisis deskriptif kuantitatif, dimaksudkan untuk menyajikan data berupa ukuran sentral dan ukuran penyebaran dari masingmasing indikator secara tunggal. Penyajian data berupa ukuran sentral yang terdiri dari: mean (ratarata); median (nilai tengah); modus (nilai yang sering muncul); skor minimum dan skor maksimum, rentang skor dan total skor. Ukuran penyebaran berupa varians dan simpangan baku (standard deviasi). 2. Analisis statistik kuantitatif a. Tingkat kinerja dan profesionelisme tenaga pendidik/guru Perhitungan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan interval kelas dengan formulasi sebagai berikut: NR = NST NSR PI = NR : JIK Keterangan: NR = Nilai Range NST = Nilai Skor Tertinggi NSR = Nilai Skor Terendah JIK = Jarak Interval Kelas PI = Panjang Interval Kelas Hasil perhitungan interval kelas tersebut, selanjutnya disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, seperti tabel berikut: No Kategori Interval Kelas Frekuensi 1 Sangat baik/sangat tinggi [... sd...] [...] % 2 Baik/tinggi [... sd...] [...] % 3 Biasa/cukup [... sd...] [...] % 4 Tidak baik/rendah [... sd...] [...] % 5 Sangat tidak baik/sangat rendah [... sd...] [...] % b. Perbedaan kinerja guru yang sudah bersertifikasi pendidik dengan guru yang belum bersertifikasi pendidikan Dilakukan untuk mengetahui perbedaan nyata/tidak nyata antara kinerja guru yang belum bersertifikasi pendidikan dengan guru yang sudah 100 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

6 bersetifikasi pendidik. Dilakukan dengan Uji T (Independent Sample T Test) pada taraf signifikansi 95%. 3. Analisis deskriptif kualitatif Dilakukan untuk mengungkapkan permasalahan aktual mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan kinerja dan profesionalismenya, serta merumuskan programprogram aksi secara konkrit untuk memperbaiki kinerja guru di Kota Palangka Raya. GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Letak dan Luas Wilayah Kota Palangka Raya merupakan wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah, yang secara geografis terletak pada posisi 1º40 hingga 2º30 Lintang Selatan dan 6º40 hingga 7º20 Bujur Timur. Kota Palangka Raya secara geografis mempunyai batasbatas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah Sebelah Timur berbatasan Posisi Geografis Kota dengan Kabupaten Pulang Pisau, Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah sekitar 2.678,51 Km² atau Ha. Wilayah Kota Palangka Raya tersebut hingga tahun 2008 meliputi 5 (lima) kecamatan dan 30 (tiga puluh) kelurahan. Kecamatankecamatan tersebut adalah Rakumpit meliputi 7 kelurahan, Bukit Batu meliputi 7 kelurahan, Jekan Raya meliputi 4 kelurahan, Pahandut meliputi 6 kelurahan, dan Sebangau meliputi 6 kelurahan. Secara rinci luas wilayah Kota Palangka Raya menurut kecamatan dan kelurahan, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1. Sebagaimana pada Tabel 3.1, terlihat bahwa Kecamatan Rakumpit merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas ( Ha atau 39,32%) dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Sementara itu, Kecamatan Jekan Raya dan Pahandut sebagai kecamatan yang berada di pusat kota hanya memiliki luas wiilayah masingmasing Ha (13,16%) dan Ha (4,38%). Bila dilihat dari luas wilayah kelurahan, terlihat bahwa Kelurahan Petuk Bukit, Kecamatan Rakumpit mempunyai wilayah paling luas yaitu mencapai 101 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

7 Ha atau 10,59%, sedangkan Kelurahan Pahandut Seberang, Kecamatan Pahandut mempunyai wilayah paling kecil yaitu hanya 725 Ha atau 0,27%. Tabel 3.1. Luas wilayah Kota Palangka Raya menurut Kecamatan dan Kelurahan Kecamatan Kelurahan Luas Ha % 1. Mungku Baru ,99 2. Bukit Sua ,35 3. Petuk Barunai ,49 Rakumpit 4. Panjehang ,47 5. Gaung Baru ,21 6. Pager ,22 7. Petuk Bukit ,59 Jumlah ,32 1. Marang ,63 2. Habaring Hurung ,75 3. Tumbang Tahai ,67 Bukit Batu 4. Tangkiling ,94 5. Banturung ,11 6. Sei Gohong ,32 7. Kanarakan ,94 Jumlah ,36 1. Petuk Katimpun ,23 2. Bukit Tunggal ,85 Jekan Raya 3. Palangka ,92 4. Menteng ,16 Jumlah ,16 1. Langkai ,37 2. Panarung ,88 3. Tanjung Pinang ,64 Pahandut 4. Pahandut 950 0,35 5. Pahandut Seberang 725 0,27 6. Tumbang Rungan ,86 Jumlah ,38 1. Kereng Bangkirai ,10 2. Sebaru ,68 3. Kalampangan ,73 Sebangau 4. Bereng Bengkel ,69 5. Kameloh Baru ,00 6. Danau Tundai ,59 Jumlah ,78 Palangka Raya ,00 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

8 3.2. Topografi Keadaan topografi Kota Palangka Raya meliputi 2 (dua ) tipe, yaitu daerah dataran dan daerah berbukit. Daerah berbukit pada umumnya terdapat di bagian utara wilayah Kota Palangka Raya, dengan ketinggian tempat mencapai meter dari permukaan laut (mdpl). Tingkat kemiringan tempat di daerah yang berbukit ini mencapai 40%. Sedangkan daerah dataran yang meliputi dataran rendah dan rawa, terdapat di bagian selatan wilayah Kota Palangka Raya, dengan ketinggian tempat kurang dari 40 mdpl. Tingkat kemiringan tempat daerah dataran ini berkisar 0 8% (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010) Iklim Kota Palangka Raya sebagai daerah yang beriklim trofis, ratarata mendapatkan penyinaran matahari di atas 50%. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, tipe iklim Kota Palangka Raya termasuk tipe iklim B1, yaitu wilayah bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) terjadi antara 7 9 bulan dan bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) kurang dari 2 bulan (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010). Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya selama 10 tahun (tahun ) berkisar mm, dengan ratarata curah hujan mencapai mm. Sementara itu, suhu udara ratarata berkisar 26,5 27,5 ºC, dengan suhu maksimum ratarata 32,5 ºC dan suhu minimum ratarata 22,5 ºC. Sedangkan kelembaban nisbi udara relatif tinggi, dengan ratarata tahunan di atas 80% (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010) Geologi dan Tanah Berdasarkan Peta Geologi lembar Palangka Raya tahun 1613 (Bappeda Kota Palangka Raya, 2007), formasi geologi Kota Palangka Raya, tersusun atas formasi Aluvium (Qa) yang terbentuk sejak zaman Holosen dan formasi Batuan Api (Trv). Formasi Aluvium merupakan formasi yang tersusun dari bahanbahan liat kaolinit dan debu berpasir, gambut, Tanah Gambut di Kalampangan (Salah satu jenis tanah di Kota Palangka Raya) Bukit Tangkiling di Kecamatan Bukit Batu (Topografi daerah berbukit) kerakal, bongkahan lepas, endapan sungai dan rawa. Sementara 103 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

9 formasi Batuan Api, merupakan formasi yang tersusun dari bahan breksi gunung api berwarna kelabu kehujauan yang mengandung komponen andesit, basal, rinjang, dan lain sejenisnya. Jenis tanah yang ada di Kota Palangka Raya mengikuti pola kondisi topografinya. Di bagian selatan Kota Palangka Raya, jenis tanah yang dominan adalah tanah Gambut dan tanah Alluvial. Sedangkan di bagian utara Kota Palangka Raya, jenis tanah didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning, Podsol, dan Alluvial yang berasal dari endapan sungai. Secara rinci, luas tanah menurut jenisnya di Kota Palangka Raya sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Luas tanah di Kota Palangka Raya menurut jenisnya No Jenis tanah Luas Ha % 1 Podsol ,86 2 Regosol ,13 3 Organosol ,53 4 Alluvial ,35 5 Litosol 180 0,07 6 Podsolik kuning 179 0,07 Total ,00 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun Tata Guna Lahan Kota Palangka Raya yang mempunyai luas sekitar 2.678,51 Km² atau Ha, sebagian besarnya (2.485,75 Km² atau 92,80%) masih berupa kawasan hutan. Sementara itu meskipun sebagai kawasan perkotaan maupun pusat pemerintahan, Kota Palangka Raya hanya mempunyai kawasan permukiman seluas 45,54 Km² atau 1,70% (BPS Kota Palangka Raya, 2007). Secara terinci, tata guna lahan di Kota Palangka Raya tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. No Tata guna lahan di Kota Palangka Raya Penggunaan Luas Km² % 1 Kawasan hutan 2.485,75 92,80 2 Tanah pertanian 12,65 0,47 3 Permukiman 45,54 1,70 4 Areal perkebunan 22,30 0,83 5 Sungai dan danau 42,86 1,60 6 Lainlain 69,41 2,59 Total 2.678,51 100,00 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

10 3.6. Kependudukan Jumlah Penduduk dan Keluarga Kota Palangka Raya asalnya hanya sebuah desa kecil bernama Pahandut. Ketika awalnya dicanangkan dan dipilih menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Tengah tahun 1957, Pahandut adalah ibukota Kecamatan Kahayan Tengah dengan jumlah penduduk jiwa dan masih relatif homogen. Heterogenitas dan pertumbuhan penduduk terasa mulai meningkat setelah kedudukan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah resmi dipindahkan dari Banjarmasin ke Palangka Raya sekitar tahun Dan sejak 1 Januari 1960 semua dinas/jawatan/instansi tingkat Provinsi Kalimantan Tengah secara resmi telah dipindahkan ke Kota Palangka Raya. Pada tahun 2010, penduduk Kota Palangka Raya telah mencapai jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat sebesar jiwa atau meningkat sekitar 9,04% dari jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2009 ( jiwa). Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Palangka Raya antara jenis kelamin lakilaki dengan perempuan relatif berimbang. Jumlah penduduk lakilaki dan perempuan di Kota Palangka Raya tahun 2010 masingmasing sebanyak jiwa (51,14%) dan jiwa (48,86%). Tabel 3.4. Jumlah Penduduk dan Keluarga di Kota Palangka Raya No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Lakilaki Perempuan Jumlah Keluarga 1 Pahandut Sabangau Jekan Raya Bukit Batu Rakumpit Jumlah Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

11 Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Tahun , , ,000 80,000 77,211 60,000 40,000 20,000 14,306 11,932 2,954 0 Penduduk Kota Palangka Raya sebesar jiwa tersebut sebagian besar masih terkonsentrasi di pusat kota yaitu di Kecamatan Jekan Raya dan Kecamatan Pahandut. Jumlah penduduk di Kecamatan Jekan Raya tahun 2010 mencapai jiwa atau sekitar 51,85%, sementara itu di Kecamatan Pahandut sebesar jiwa atau sekitar 34,94%. Tingginya jumlah penduduk pada kedua kecamatan ini memang cukup beralasan antara lain tuntutan akan pekerjaan dan juga tuntutan akan dunia pendidikan yang semakin dibutuhkan. 106 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

12 Dilihat dari sisi jumlah keluarga atau rumah tangga, jumlah keluarga di Kota Palangka Raya tahun 2010 mencapai keluarga. Jumlah keluarga terbanyak juga terdapat di Kecamatan Jekan Raya sebanyak keluarga (53,46%) dan di Kecamatan Pahandut sebanyak keluarga (34,12%). Pada kecamatan lainnya jumlah keluarga berkisar 1,22 6,11% Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Jumlah Keluarga di Kota Palangka Raya Tahun ,000 31,037 30,000 25,000 19,807 20,000 15,000 10,000 5,000 3,545 2, Dalam masa perkembangan selama 5 tahun terakhir ( ), perkembangan penduduk Kota Palangka Raya ratarata 3,62% per tahun. Dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk pada lima tahun sebelumnya ( ) yang ratarata mencapai 1,97% per tahun, maka pertumbuhan penduduk tersebut semakin mengalami perkembangan. Secara terinci keadaan pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya selama tahun , sebagaimana terlihat pada Tabel V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

13 Petumbuhan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun (dalam %) (2.00) (0.25) Tabel 3.5. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun Tahun Penduduk Pertumbuhan Luas Wilayah Kepadatan (Jiwa) (%) (Km²) (Jiwa/Km²) (0,25) 2.678, , , , , , , , ,51 82 Ratarata 3,62 73 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

14 Sementara itu dengan jumlah penduduk yang semakin berkembang, maka tingkat kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya juga semakin besar. Pada tahun 2010, tingkat kepadatan penduduk Kota Palangka Raya telah mencapai 85 jiwa/km² atau mengalami peningkatan sebesar 9.04% dari tahun Dilihat kepadatan penduduk menurut kecamatan, kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Pahandut (659 jiwa/km²), diikuti selanjutnya oleh Kecamatan Jekan Raya (325 jiwa/km²). Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Rakumpit (3 jiwa/km²). Hal ini menunjukkan pula bahwa penyebaran penduduk di Kota Palangka Raya masih belum merata, dan tampaknya sebagian besar masih terkonsentrasi di pusat kota. Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Palangka Raya menurut Kecamatan tahun 2010 (Jiwa/Km²) Struktur Umur Penduduk Stuktur penduduk Kota Palangka Raya menurut kelompok umur tergolong struktur umur muda. Dengan banyaknya jumlah penduduk Kota Palangka Raya yang tergolong muda (balita, usia sekolah, belum berpenghasilan), maka menuntut perhatian baik pemerintah maupun masyarakat terkait dengan masalah pendidikan, kesehatan, dan peningkatan pendapatan keluarga. Keadaan penduduk Kota Palangka Raya tahun 2010 menurut kelompok umur tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6. Golongan umur muda tersebut yang paling besar pada tahun 2010 adalah pada kelompok umur 2024 tahun yang mencapai 12,32% dan diikuti oleh kelompok umur 1519 tahun dengan jumlah 10,17%. Sementara itu kelompok usia 109 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

15 dewasa (25 tahun lebih), berkisar 0,68 10,19%. Khusus untuk kelompok Balita dan usia sekolah dasar (0 14 tahun), jumlahnya berkisar 8,47 9,31%. Tabel 3.6. Jumlah Penduduk di Kota Palangka Raya menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 Kelompok Umur Lakilaki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Total (Jiwa) % terhadap total , , , , , , , , , , , , , , , ,74 Jumlah ,00 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pada tahun 1957, Kota Palangka Raya yang masih baru di resmikan pembangunannya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, belum memiliki sarana dan prasarana ekonomi yang memadai sebagai sebuah kota. Permukiman penduduk masih berpusat di kampung Pahandut. Bangunan pemerintah provinsi di Kota Palangka Raya baru selesai dan ditempati tahun Prasarana pasar pada tahun 1960an hanya 2 buah, yaitu pasar Palangka Sari dan pasar Kameloh. Setelah Kota Palangka Raya diresmikan menjadi Kotapraja pada tahun 1965, maka perekonomian mulai berkembang. 110 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

16 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan (dalam %) Indikasi ekonomi ini sebagaimana dapat dilihat dari angka pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Palangka Raya yang tampak 3 semakin membaik. Sebagaimana tahun 2010, PDRB atas dasar harga berlaku sebesar ,03 milyar rupiah atau meningkat 15,45% dari tahun sebelumnya (3.107,86 milyar rupiah). PDRB atas dasar harga konstan 2000, terjadi kenaikan sebesar 16,95% dari tahun sebelumnya yaitu 1.564,42 milyar rupiah Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Kota Palangka Raya Tahun 2010 atas dasar harga berlaku (dalam %) Jasajasa Keuangan, Persewaan, & Jasa Prsh 7.75 Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Tahun 2010 di Kota Palangka Raya, sektor jasajasa memberikan sumbangan yang terbesar dalam Bangunan pembentukan 6.67 PDRB. Sumbangan sektor jasajasa mencapai 34,99%. Kemudian disusul secara berturutturut oleh sektor Listrik, Gas & Air Bersih 2.68 pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,99%, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 15,96%, Industri sektor Pengolahan keuangan, persewaan 4.96 dan jasa perusahaam sebesar 7,75%, dan sektor bangunan sebesar 6,67%. Pertambangan & Penggalian V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

17 Pendapatan Regional Perkapita Pendapatan regional perkapita masyarakat Kota Palangka Raya pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp ,02 dan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp ,90. Baik atas dasar harga konstan maupun harga berlaku, pendapatan regional perkapita mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu meningkat 11,06% atas dasar harga berlaku dan 3,32% atas dasar harga konstan Secara rinci pendapatan regional perkapita Kota Palangka Raya tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Pendapatan Regional Perkapita Kota Palangka Raya atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 Pendapatan Regional Perkapita Atas dasar Atas dasar Tahun Persentase Persentase harga berlaku harga konstan kenaikan kenaikan (Rp) 2000 (Rp) ,02 11, ,90 3, ,81 8, ,65 3, ,45 14, ,73 0, ,47 9, ,62 2, ,99 17, ,84 2, ,26 7, ,48 0, ,39 9, ,85 1, ,59 7, ,27 0,26 Ratarata ,12 10, ,54 1,73 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010 Secara umum selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku selalu mengelami kenaikan. Selama kurun waktu tersebut yang mengalami kenaikan paling rendah adalah tahun 2005 sebesar 7,02%, sedangkan kenaikan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 17,30% yaitu dari 7,1 juta rupiah pada tahun 2005 menjadi 8,3 juta rupiah pada tahun Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2000 pertumbuhannya mengalami fluktuasi atau turun naik. Kenaikan yang paling besar terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,43%. KINERJA DAN PROFESIONALISME GURU Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah adalah variabel guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyeleggara pendidikan di sekolah. Menurut Dedi Supriadi (1999), diantara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruh kualitas pembelajaran adalah kinerja dan profesionalisme guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002) menunjukkan bahwa 76,7% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasan materi 112 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

18 pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Sedangkan penelitian lain seperti oleh Darling dan Hammond (2000) menunjukkan bahwa secara kuantitatif kualitas guru mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Ceuickshank (2006), kinerja guru yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja guru dalam kelas atau teracher classroom performance. Dari berbagai penelitian dan pendapat tersebut diketahui bahwa kinerja guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Meningkatkan kualitas pembelajaran, akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang profesional dan berkinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa semangat, senang, dan merasa mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Istilah kinerja dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah performance. Menurut Kane (1986), kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudkan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Lebih lanjut Kane mengungkapkan, kinerja dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode tertentu. Suryadi Prawirosentono (1999) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Berdasarkan ungkapan tersebut di atas berarti kinerja guru berkaitan dengan komptensi guru. Artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin memiliki kinerja yang baik. Esensi dari kenerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimiliki dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari: a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi kepribadian; c) kompetensi profesional; dan d) kompetensi sosial. Hasil evaluasi atau penelitian terhadap kinerja dan profesionalisme pendidik/guru di Kota Palangka Raya sebagaimana tercermin dalam pembahasan terhadap empat kompetensi sebagaimana yang disajikan dan diuraikan berikut ini. 113 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

19 5.1. Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan mengenal siswa yang mengikuti pelajarannya b) Kemampuan memperlakukan siswa sesuai dengan ciricirinya c) Kesiapan memberikan pelajaran dan/atau praktek/praktikum d) Keteraturan dan ketertiban menyelenggarakan pembelajaran e) Kemampuan menghidupkan suasana kelas f) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran g) Keanekaragaman cara penilaian hasil belajar siswa h) Memberikan umpan balik terhadap tugas i) Kesesuaian materi ujian dan/tugas dengan tujuan mata pelajaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan bahwa kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 19,38% kompetensi pedagogik guru tergolong sangat baik, 73,43% tergolong baik, 6,98% tergolong cukup baik, terdapat 0,23% yang rendah atau kurang baik, sementara yang sangat rendah tidak ada. TINGKAT KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI (dalam %) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 19,37 SANGAT BAIK 73,42 6,98 0,23 BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 114 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

20 Secara khusus aspek dari kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah ratarata adalah; a) kemampuan mengenal siswa yang mengikuti pelajarannya; b) kemampuan memperlakukan siswa sesuai dengan ciricirinya, dan c) keragaman cara menilaian hasil belajar siswa. Kemampuan mengenal dan memperlakukan siswa sesuai ciricirinya hal yang penting diperhatikan guru, karena agar guru dapat membuat strategi dan standar belajar yang dapat diikuti oleh semua siswanya. Keanekaragaman cara penilaian hasil belajar juga penting diperhatikan, karena dengan beragamnya cara menilaian maka semua potensi siswa akan semakin optimal digali oleh guru, dan selanjutnya guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang beragaman. Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi pedagogik yang sedikit lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi pedagogik pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari rendah hingga sangat baik. Guru yang kompetensi pedagogiknya tergolong sangat baik, yaitu 33,78% pada guru bersertifikasi dan 4,95% pada guru belum bersertifikasi. TINGKAT KOPETENSI PEDAGOGIK GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI (dalam %) SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 5.2. Kompetensi Profesional Guru Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan menjelaskan pokok bahasan/ topik secara tepat 115 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

21 b) Kemampuan menjawab pertanyan siswa dengan jelas dan sesuai dengan permasalahan yang ditanyakan c) Kemampuan memberikan contoh yang relevan dengan materi yang diajarkan d) Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/ topik yang diajarkan dengan bidang/topik lain e) Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/ topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan f) Penguasaan akan isuisu mutakhir dalam bidang yang diajarkan g) Kemampuan menggunakan beragaman teknologi komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 22,07% kompetensi profesional guru tergolong sangat baik, 73,87% tergolong baik, 4,05% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada. TINGKAT KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %) SANGAT RENDAH RENDAH CUKUP 4.05 BAIK SANGAT BAIK Secara khusus aspek dari kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah ratarata adalah; a) penguasaan akan isuisu mutakhir dalam bidang yang diajarkan; dan b) kemampuan menggunakan beragaman teknologi komunikasi. Penguasaan isuisu mutakhir terkait bidang yang diajarkan oleh guru merupakan hal yang penting, mengingat ilmu pengetahuan sekarang ini sangat berkembang pesat, sehingga dibutuhkan ketekunan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Jika guru kurang mengikuti perkembangan ilmu pengetahun di bidang yang diajarkannya, maka tentunya kualitas kontens dari materi yang diajarkan juga menjadi kurang 116 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

22 baik. Sementara itu pemnguasaan teknologi komunikasi dalam mengajar sekarang ini menjadi penting, sebagai bentuk dari era keterbukaan yang semakin berkembang pesat dalam berbagai bidang tidak terkecuali bidang pendidikan. Guru harus selalu dibekali dengan penguasaan TIK agar kualitas pembelajaran semakin baik. Tidak hanya itu tentunya perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas TIK itu sendiri. Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi profesional yang sedikit lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi profesionalnya tergolong sangat baik, yaitu 26,13% pada guru bersertifikasi dan 4,95% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 73,87% pada guru bersertifikasi dan 86,94% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 8,11%. TINGKAT KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI (dalam %) SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 5.3. Kompetensi Kepribadian Guru Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi b) Satu kata dan tindakan c) Kewibawaan sebagai pribadi guru d) Kearifan dalam mengambil keputusan 117 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

23 e) Menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku f) Adil dalam memperlakukan siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi kepribadian guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 28,60% kompetensi kepribadian guru tergolong sangat baik, 66,22% tergolong baik, 5,18% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada. Kompetensi kepribadian guru sangat dominan pada aspek adil dalam memperlakukan siswa, dan menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku. TINGKAT KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %) SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH Secara khusus aspek dari kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah ratarata adalah: a) kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi; b) satu kata dan tindakan; dan c) kearifan dalam mengambil keputusan. Kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi merupakan kontrol diri dalam menjalankan tugas sebagai guru khususnya menghadapi perilaku siswa yang cenderung negatif. Hal ini perlu bagi guru karena siswa perlu didekati secara sosial agar siswa merasa dirinya dihargai oleh guru. Satu kata dan tindakan merupakan wujud komitmen guru agar apa yang diucapkan selalu diwujudkan dalam tindakan yang tepat. Sedangkan kearifan dalam mengambil keputusan merupakan suatu sikap kehatihatian dalam bertindak atau membuat keputusan, sehingga tidak ada siswa yang merasa dirugikan dari suatu keputusan. Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi 118 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

24 memiliki kompotensi kepribadian yang juga lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi kepribadiannya tergolong sangat baik, yaitu 45,95% pada guru bersertifikasi dan 11,26% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 54,05% pada guru bersertifikasi dan 78,38% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 10,36%. TINGKAT KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI (dalam %) SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 5.4. Kompetensi Sosial Guru Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan menyampaikan pendapat b) Kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain c) Kemampuan bergaul dengan siswa maupun teman sejawat d) Toleransi terhadap keberagaman siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi sosial guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 32,88% kompetensi sosial guru tergolong sangat baik, 64,64% tergolong baik, 2,48% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada. 119 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

25 Kompetensi sosial guru sangat dominan pada aspek toleransi terhadap keberagaman siswa, dan kemampuan bergaul dengan siswa maupun teman sejawat. TINGKAT KOMPETENSI SOSIAL GURU DI (dalam %) SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH Secara khusus aspek dari kompetensi sosial guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah ratarata adalah: a) kemampuan menyampaikan pendapat; dan b) kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain. Kemampuan menyampaikan pendapat merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan pendapat kepada orang lain secara logis dan tepat. Kemampuan berpendapat tidak hanya ditunjukkan dari cara berpendapat tetapi bagaimana pendapat tersebut dapat diterima oleh orang lain atau dalam hal ini siswa secara benar tanpa ada persepsi yang berbeda. Kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain merupakan hal yang sering menjadi sulit jika guru selalu menganggap dirinya benar atau mempunyai pandangan negatif terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini siswa yang berpendapat dalam kelas semestinya didengar oleh guru sebagai wujud perhatian kepada siswanya. Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi sosial yang juga lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi sosialnya tergolong sangat baik, yaitu 46,40% pada guru bersertifikasi dan 19,37% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 53,60% pada guru bersertifikasi dan 75,68% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 4,95%. 120 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

26 TINGKAT KOMPETENSI SOSIAL GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI (dalam %) SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 5.5. Tingkat Kinerja dan Profesionalisme Guru Sebagaimana yang telah diungkapkan mengenai hasil evaluasi terhadap berbagai kompetensi guru di atas, maka kesemuan kompetensi guru baik pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial menunjukkan hasil yang dominan baik. Sehubungan dengan itu maka kinerja guru di Kota Palangka Raya sudah dapat dipastikan ratarata pada tingkat yang baik. Hal ini dapat ditunjukkan sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 5.1. Tingkat Kinerja dan Profesionalisme Tenaga Pendidik/Guru di Kota Palangka Raya No Kategori Interval Frekuensi (%) Ratarata 1 Sangat baik 109,2 130,0 24,32 115,94 2 Baik 88,4 109,1 72,97 101,39 3 Cukup baik 67,6 88,3 2,70 83,92 4 Rendah 46,8 67,5 5 Sangat rendah 26,0 46,7 Sebagaimana hasil evaluasi yang dituangkan pada Tabel 5.1 tersebut, terlihat bahwa kinerja dan profesionalisme guru di Kota Palangka Raya sebagian besar atau sekitar 72,97% sudah tergolong baik. Namun yang juga cukup mengembirakan jumlah guru yang tergolong sangat baik relatif banyak yaitu 24,32%. Sementara itu yang tergolong cukup baik hanya 2,70% bahkan tidak ada yang tergolong rendah dan sangat rendah. Jadi sesungguhnya kinerja dan profesionalisme guruguru di Kota Palangka Raya dapat menjadi jaminan bagi peningkatan kualitas pendidikan sehingga apa yang menjadi visi dan misi Pemerintah Kota untuk menjadi Kota Pendidikan akan semakin terbuka lebar. 121 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

27 TINGKAT KINERJA DAN PROFESIONALISME GURU DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %) SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH Tingkat kinerja dan profesionalisme guru yang tergolong baik di Kota Palangka Raya tersebut merupakan kontribusi atau dibentuk oleh keempat kompetensi guru, yaitu: a) pedagogik sebesar 24%; b) profesional sebesar 25%; c) kepribadian sebesar 25%; dan d) sosial sebesar 26%. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa keempat komptensi tersebut memberikan kontribusi yang hampir seimbang dalam membentuk kinerja guru di Kota Palangka Raya. Oleh sebab itu peningkatan kinerja guru di Kota Palangka Raya tidak dapat hanya memperhatikan salah satu aspek kompetensi saja, namun harus memperhatikan kesemua aspek kompetensi guru secara berimbang dan proporsional. 122 V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

28 KONTRIBUSI KOMPETENSI TERHADAP PEMBENTUKAN KINERJA GURU DI SOSIAL 26% PEDAGOGIK 24% KEPRIBADIAN 25% PROFESIONAL 25% Jika dikaji lebih jauh mengenai kinerja dan profesionalisme antara guru yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang bersertifikasi lebih baik dari guru yang belum bersertifikasi. Secara kuantitatif nilai ratarata untuk kinerja guru yang bersertifikasi sebesar 16,77 dan untuk guru yang belum bersertifikasi sebesar 15,56. Secara statistik dengan Uji T (Independent Sample T Test), terdapat perbedaan yang nyata antara kinerja guru yang bersertifikasi dengan yang belum bersertifikasi. Hal ini sebagaimana yang ditunjukan oleh nilai t hitung > t tabel (4,885 > 2,262) dan P value (0,001 < 0,05). Artinya bahwa nilai kuantitatif bahwa kinerja guru yang bersertifikasi lebih tinggi dari yang belum bersertifikasi adalah benar. Tabel 5.2. Kontribusi Kompetensi Guru terhadap Pembentukan Kinerja dan Profesionalisme Guru di Kota Palangka Raya Guru belum Guru Bersertifikasi No Kompetensi bersertifikasi Rerata % Rerata % 1 Pedagogik 4, , Profesional 4, , Kepribadian 4, , Sosial 4, ,00 26 Jumlah 16, , V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i I S S N

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959, mengesahkan Undang-Undang

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959, mengesahkan Undang-Undang 59 BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Gambaran Tentang Kota Palangka Raya Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 958 Parlemen Republik Indonesia tanggal Mei 959,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA KOTA PALANGKARAYA. A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Palangka Raya

BAB IV GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA KOTA PALANGKARAYA. A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Palangka Raya 47 BAB IV GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA KOTA PALANGKARAYA A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah diresmikan pembentukannya oleh Presiden Pertama Republik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA Spectra Nomor 1 Volume VI Juli 008: 36-43 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA Hirijanto Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kota Palangkaraya sebagai Ibukota

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

WALI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH WALI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 Katalog BPS : 1101002.6271010 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 ISSN :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Batas Bawah untuk GMST Batas Atas untuk GMST APLIKASI

Batas Bawah untuk GMST Batas Atas untuk GMST APLIKASI 5 Batas Bawah untuk GMST Batas bawah untuk GMST dapat diperoleh dengan menyelesaikan masalah MST pada graf transformasi H. Graf transformasi H merupakan graf dengan tiap cluster diganti menjadi single

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RAKUMPIT 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RAKUMPIT 2013 Katalog BPS : 1101002.6271021 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RAKUMPIT 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN RAKUMPIT 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RAKUMPIT 2013 ISSN :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1. U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1. U M U M Perhitungan APBD merupakan dokumen Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah mengenai Pelaksanaan APBD untuk Tahun Anggaran yang telah ditutup, oleh karenanya Perhitungan APBD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci