PERLUNYA AKURASI DATA PPLS 2011 DAN PERAN TKSK DALAM VALIDASI
|
|
- Suharto Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERLUNYA AKURASI DATA PPLS 2011 DAN PERAN TKSK DALAM VALIDASI Gunarto W. Taslim Staf Ahli LPPSP Semarang Konsultan TKPK Provinsi JawaTengah Disampaikan Pada Kegiatan Koordinasi Program-program Penanggulangan Kemiskinan secara Sinergis melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan ( TKSK ) Semarang, 28 Januari 2015
2 Outline I. Gambaran Kemiskinan Jawa Tengah II. Target Penurunan Angka Kemiskinan Jateng Dalam RPJMD III. Tantangan, Strategi dan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan IV. Data PPLS 2011 Jawa Tengah V. Peran TKSK : Koordinasi Fasilitasi Validasi dan Penangangan Pengaduan Bahan Bacaan 1
3 I. Gambaran Kemiskinan Jawa Tengah 2
4 Kemiskinan : Kondisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran) yang dikonseptualisasikan dengan Garis Kemiskinan (GK) Jumlah/Persentase Penduduk Miskin Data Makro Data Mikro Daftar Nama dan Alamat Penduduk Miskin 3
5 TIDAK PROFIL GAMBARAN UMUM KUALITATIF PERINGATA N DINI PENGAMBIL AN KEBIJAKAN Perbedaan Pengertian & Pemanfaatan Data Kemiskinan DATA MAKRO BRS-BPS SURVEI KEMISKINAN BY NAME, BY ADDRES S, BY CASE YA DATA MIKRO PPLS 2011 SENSUS KESEJAHTERAAN INFORMASI DETAIL KUANTITATI F INTERVENSI PROGRAM/ KEGIATAN GARIS KEMISKINAN MAKANAN & NON MAKANAN MISKIN & TIDAK MISKIN % PENDUDUK MISKIN KEBIJAKAN 15 INDIKATOR KESEJAHTERAAN EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATA N, INFRASTRUKTUR & LINGKUNGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DESIL 1 S/D 3 (10 S/D 30%) INTERVENSI PROGRAM 4
6 GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. GK terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non makanan (GKNM), di mana GK merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM. Tidak Miskin Provinsi Jateng Sept 2014 = Rp ,- GK (M&NM) Miskin 5
7 1. Perkembangan Persentase & Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah 20,00 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00 13,00 19,23 (6.189,6) 18,99 (6.122,6) 17,72 (5.725,7) 17,48 (5.655,4) 16,56 (5.369,2) 16,11 (5.217,2) 15,76 (5.107,4) 16,21 (5.256,99) 15,34 (4.977,36) 14,98 (4.863,41) 14,56 (4.732,95) 14,44 14,46 (4.811,34) (4.836,46) 13,58 (4.561,82) Maret Juli Maret Juli Maret Juli Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept % - (ribu jiwa) Tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah pada periode Maret2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar 14,46% (4.836,45 ribu jiwa) jika dibandingkan denganperiode September 2013 sebesar 14,44% (4.704,87 ribu jiwa) atau naik sebesar 0,02% (131,58 ribu jiwa). Namun pada periode September 2014, persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 13,58% atau sebanyak 4.561,82 ribu jiwa dibandingkan periode sebelumnya (Maret 2014) Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah. 6
8 2. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah Dibandingkan Dengan Provinsi Se Jawa Bali & Nasional (Maret - Sept 2014) 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Banten Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Banten DIY DKI Bali Maret 14,46 9,44 12,42 5,35 15,00 3,92 4,53 Sept 13,58 9,18 12,28 5,51 14,55 4,09 4,76 DIY DKI Bali Tingkat kemiskinan Provinsi Se Pulau Jawa dan Bali pada periode September dibandingkan periode Maret 2014 terdapat 3 Provinsi yang mengalami kenaikan adalah Banten, DKI dan Bali. Posisi relatif persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah (13,58%) pada periode September 2014 berada di atas Nasional sebesar 10,96% dan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jawa Timur (12,28%), Jawa Barat (9,18%), Banten (5,51%), Bali (4,76%) dan DKI (4,09%). Meskipun secara persentase Jawa Tengah lebih rendah dibandingkan DIY (14,55%) namun jika dilihat secara absolut jauh lebih tinggi. Sumber : BPS, BRS, diolah 7
9 Jawa Timur 4.748,42 Jawa Tengah 4.561,83 Jawa Barat Sumatera Utara Lampung Sumatera Selatan Nusa Tenggara Timur Papua Naggroe Aceh Darussalam Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Banten 1.360, , ,80 991,88 864,11 837,42 816,62 806,34 649, ,96 Jumlah penduduk miksin Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 4.561,83 ribu jiwa menempati rangking ke 2 seluruh Indonesia DI Yogyakarta Riau DKI Jakarta Sulawesi Tengah Kalimantan Barat Sumatera Barat Bengkulu Sulawesi Tenggara Maluku Jambi 532,59 498,28 412,79 387,06 381,92 354,74 316,50 314,09 307,02 281,75 Dibandingkan dengan DIY, meskipun persentasenya tinggi namun angka absolutnya hanya 532,59 ribu jiwa Kalimantan Timur Irian Jaya Barat Sulawesi Utara Bali Gorontalo Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Maluku Utara Bangka Belitung 252,68 225,46 197,56 195,95 195,10 189,50 154,69 148,83 124,17 84,79 67,23 Semakin besar jumlah penduduk miskin memerlukan effort sumberdaya yang semakin besar untuk pengentasannya , , , , , , , , , ,00 8
10 5,25 6,40 8,26 8,51 8,62 8,84 9,23 9,80 9,87 10,58 11,74 11,96 12,42 12,68 12,94 13,27 13,51 13,58 13,96 14,01 14,64 14,87 15,24 15,44 15,60 15,72 15,93 18,44 18,71 19,27 20,53 20,82 20,97 21,32 22,08 25,00 3. Persentase Penduduk Miskin Kab./Kota Di Provinsi Jawa Tengah (September 2013) 20,00 15,00 10,00 14,44 11,47 5,00 0,00 Kabupaten/Kota Provinsi 2013 Nasional 2013 Sumber : BPS, Sept 2012, diolah Di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Di bawah Provinsi Jawa Tengah dan di atas Nasional Di bawah Provinsi Jawa Tengah dan Nasional : 15 Kabupaten (Wonosobo 22,08%, Kebumen 21,32%, Rembang 20,97%, Brebes 20,82%, Purbalingga 20,53%, Pemalang 19,27%, Banjarnegara 18,71%, Banyumas 18,44%, Sragen 15,93%, Demak 15,72%, Klaten 15,60%, Purworejo 15,44%, Cilacap 15,24%, Grobogan 14,87%, Blora 14,64%) : 10 Kabupaten/Kota (Wonogiri 14,01%, Magelang 13,96%, Karanganyar 13,58%, Pekalongan 13,51%, Boyolali 13,27%, Pati 12,94%, Kendal 12,68%, Temanggung 12,42%, Batang 11,96%, Surakarta 11,74%) : 10 Kabupaten/Kota (Tegal 10,58%, Sukoharjo 9,87%, Kota Magelang 9,80%, Jepara 9,23%, Kota Tegal 8,84%, Kudus 8,62%, Semarang 8,51%, Kota Pekalongan 8,26%, Kota Salatiga 6,40%, Kota Semarang 5,25%) 9
11 Persebaran Peta Kemiskinan Kabupaten Kota (September 2013) : Kin. di bawah Nas 11,47% & prov 14,44% (10 Kab./Kota) : Kin. di atas Nas 11,47% & di bawah prov 14,44% (10 Kab./Kota) : Kin. di atas Nas 11,47% & prov 14,44% (15 Kab./Kota) 10
12 3. Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Jawa Tengah Maret Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Perkotaan Perdesaan Kota + Desa Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. GK terdiri dari dua komponen, yaitu garis Kemiskinan Makana n (GKM) dan Garis Kemiskinan Non makanan (GKNM), Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 naik sebesar 3,12% dari Rp ,-/kap/bln (Maret) menjadi Rp ,-/kap/bln (Sept). Garis Kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding garis kemiskinan perdesaan. 11
13 No. Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%) 1 Beras 34,37 Beras 38,28 2 Rokok kretek filter 16,07 Rokok kretek filter 10,60 3 Telur ayam ras 5,29 Tempe 5,56 4 Tempe 5,02 Telur ayam ras 4,61 5 Gula pasir 3,95 Gula pasir 4,34 6 Tahu 3,73 Tahu 3,90 7 Mie Instan 3,64 Mie Instan 3,45 8 Daging ayam ras 3,15 Bawang merah 2,58 9 Bawang merah 1,96 Daging ayam ras 2,46 10 Susu kental manis 1,57 Kopi 1,54 No. Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%) 1 Perumahan 20,26 Perumahan 21,20 2 Listrik 9,45 Bensin 9,15 3 Pendidikan 9,21 Pakaian jadi anak-anak 7,92 4 Bensin 9,11 Listrik 7,32 5 Pakaian jadi anak-anak 7,84 Sumber: BPS, Susenas (Sept, 2014) Pakaian jadi perempuan dewasa 7,00 12
14 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) & Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dan Garis Kemiskinan (GK), GK P1 P2 Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index P1) merupakan ukuran rata rata kesenjangan pengeluaran masing masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. 13
15 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Jawa Tengah 3,50 3,10 2,70 2,30 1,90 1,50 3,34 2,96 2,56 2,86 2,64 2,665 2,642 2,59 2,592 2,49 2,46 2,09 2,56 2,58 2,57 2,404 2,424 2,377 2,388 2,374 2,272 2,209 2,254 2,087 2,115 2,059 2,058 2,011 1,854 1,689 Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index P1) merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Nilai P1 Jawa Tengah angkanya fluktuatif meskipun menunjukkan adanya penurunan jika dibandingkan antara Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah 14
16 5. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Jawa Tengah 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,85 0,74 0,62 0,73 0,69 0,60 0,66 0,66 0,67 0,66 0,61 0,548 0,661 0,660 0,627 0,525 0,50 0,506 0,514 0,498 0,453 0,579 0,559 0,594 0,568 0,565 0,543 0,529 0,508 0,425 Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Kota Desa Kota+Desa Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin Nilai P2 Jateng angkanya fluktuatif meskipun jika diperbandingkan antara 2009 sampai dengan 2014 menunjukkan penurunan Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah 15
17 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Angka P1 Jateng pada tahun 2014 berada pada rangking ke 20 nasional Angka P2 Jateng pada tahun 2014 berada pada rangking ke 19 nasional 16
18 II. Target Penurunan Angka Kemiskinan Jateng Dalam RPJMD
19 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PERSENTASE PENDUDUK MISKIN & TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA TENGAH INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL RPJMD TARGET KINERJA KONDISI KINERJA PADA AKHIR RPJMD Persentase Penduduk Miskin (%) 14,98% 4.863,41 ribu jiwa (Sept) 14,44% 4.704,87 ribu jiwa (Sept) 11,58-11,37 9,05-8,75 8,60-8,35 8,25-8,00 7,80-7,60 7,80-7,60 Target Penurunan Kemiskinan dari 14,44% di tahun 2013 menjadi 7,80-7,60 % pada akhir periode RPJMD yaitu tahun 2018, merupakan penurunan target yang sangat berat. Sebanyak 6,84% selama 5 tahun atau 1,36% per tahun. Semetara capaian setiap tahun selama 5 tahun dibawah angka 1% 18
20 Penjelasan Perhitungan Target Penurunan Angka Kemiskinan RPJMD dan RAD MDGs Target RPJMD ,59 15,49 14,34 13,27 11,58-11,37 Realisasi Target RAD MDGs ,49 21,61 28,46 25,10 24,21 23,06 21,78 21,11 20,49 22,19 20,43 19, ,00 13,44 11,88 10,32 8,75 Realisasi 16,56 16,21 14,98 14,44 14,46 1. Perhitungan penentuan target penurunan kemiskinan pada Dokumen RAD MDGs Jawa Tengah dilakukan dengan memperhatikan pedoman penyusunan berupa Buku Pedoman Penyusunan yang diterbitkan oleh Bappenas tahun Targert angka kemiskinan tahun 2015 sebesar 8,75% adalah setengah dari angka awal tahun 1990 sebesar 17,49% (merupakan kesepakatan global MDGs). Perlu Upaya Keras dan Partisipasi Segenap Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Jawa Tengah... 19
21 III. Tantangan, Strategi dan Program- Program Penanggulangan Kemiskinan 20
22 Tantangan Penanggulangan Kemiskinan KEMISKINAN (KRONIS) Kemiskinan menurun tetapi dalam laju yang melambat Makin rendah tingkat kemiskinan makin sulit penanggulangannya (kemiskinan yang tersisa umumnya kronis dan lokasinya makin tersebar) KERENTANAN Penduduk dengan tingkat konsumsi di sekitar Garis Kemiskinan (GK) sangat besar jumlahnya Jika GK naik 20%, jumlah penduduk miskin akan bertambah 100% KESENJANGAN Laju pertumbuhan pendapatan kelompok penduduk 40% terbawah cenderung rendah (sekitar 2% per tahun). Beda kelompok penduduk beda intervensi kebijakan yang dibutuhkan 21
23 Pokok Penyebab Masalah Diolah dari berbagai sumber 22
24 Strategi Dan Program Penanggulangan Kemiskinan STRATEGI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (Pepres No.15 tahun 2010) STRATEGI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (ERA BARU UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KURANG MAMPU) Perpres No. 166/2014 KKS PSKS, KIP, KIS PKPK 23
25 Era Baru Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kurang Mampu (Pemerintahan Jokowi-jk, Perpres No. 166/2014) Raskin, PKH, BSM, BLSM, JKN PROGRAM KELUARGA PRODUKTIF HARAPAN: Dapat melindungi dan memberdayakan masyarakat kurang mampu melalui: 1. Simpanan Produktif 2. Kesempatan berusaha & bekerja 3. Keberlanjutan pendidikan anak 4. Jaminan Kesehatan Sumber Pendanaan: 1. KKS dan KSKS Dana Cadangan Perlindungan Sosial dan Dana Cadangan Resiko Fiskal 2. KIP Bantuan Siswa Miskin, DIPA Kemendikbud dan Kemenag tahun 2014, 6,2 Triliun 3. KIS PBI Kesehatan (BPJS-JKN), DIPA Kemenkes tahun 2014, 19,9 Triliun
26 Program Penciptaan Keluarga Produktif Dan Mendapatkan Jika memiliki anak usia sekolah SD/MI s/d SMA/MA/S MK Program Simpanan Keluarga Sejahtera: yaitu merupakan program bantuan tunai melalui pembukaan rekening simpanan bagi masyarakat kurang mampu melalui Kartu Keluarga Sejahtera yang disertai dengan SIM Card untuk Layanan Keuangan Digital Program Indonesia Sehat: (LKD). yang merupakan pemberian Jaminan Kesehatan melalui BPJS Kesehatan bagi masyarakat kurang mampu melalui Kartu Indonesia Sehat. Program Indonesia Pintar: yang merupakan program pemberian dana tunai bagi anak sekolah dari keluarga kurang mampu melalui Kartu Indonesia Pintar. 1. Target: 15,5 juta keluarga kurang mampu di Indonesia, 2. Rp /Klg/Bln (Tahun 2014, dibayarkan Rp (2 bulan) jt melalui LKD (KSKS), 14,5 jt Giro Pos (KPS) 1. Target: 86,4 juta jiwa tetap dari keseluruhan PBI (Penerima Bantuan Iuran) JKN, 2. Tahap awal (2014) jiwa dari 1 juta kepala keluarga kurang mampu 1. Target: 11,1 juta siswa sekolah umum dan madrasah s/d lulus SMA/MA/SMK, 2. Tahap awal (2014) jiwa dari 1 juta kepala keluarga kurang mampu Akses Mendapatkan Program Penciptaan Kegiatan Produktif Keluarga Penciptaan Kegiatan Produktif Keluarga: yang merupakan program pembentukan kelompok usaha untuk menjalankan kegiatan produktif. 1. Target: kelompok usaha yang beranggotakan 8-10 keluarga kurang mampu penerima KKS. 2. Didampingi Fasilitator dan membuka rekening bersama. 3. Program eksisting: PKH, PUP-PKH, PUP pemegang KPS, dan PUP
27 IV. Data PPLS 2011 Jawa Tengah (Pelaksanaan Pendataan 15 Juli 14 Agustus 2011) 26
28 Dari PSE 2005 ke PPLS 2011 Pendataan Rumah Tangga Sasaran (RTS) by name by address dari PSE 2005 ke PPLS 2011: Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) 2005 BPS menentukan siapa yang memperoleh Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 19,1 juta. PPLS 2008 Updating PSE 2005 dengan RTS sebanyak 17,5 juta atau 60,4 juta anggota rumah tangga. PPLS 2011 Basis Data Terpadu (BDT) atau Unifikasi data targeting pelbagai perlindungan sosial. Agar bantuan efektif mengurangi kemiskinan, maka sasaran perlu mencakup 40% kelompok masyarakat bawah. 27
29 PPLS 2011 UNIFIKASI DATA KEMISKINAN BADAN PUSAT STATISTIK Merealisasikan sistem pentargetan nasional dan database terpadu untuk program-program perlindungan sosial. Simulasi Target Sasaran Sistem Pentargetan Nasional Database Terpadu Suatu sistem penetapan sasaran keluarga yang berhak mendapatkan program perlindungan/ jaminan sosial dari Pemerintah. By Name By Address Program Perlindungan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) Jamkesmas Raskin Bantuan Pendidikan Program Pro-Rakyat Lainnya 28
30 Pendataan PPLS 2011 INFORMASI INDIVIDU 1. Nama dan alamat kepala rumah tangga/keluarga, jumlah keluarga, & jumlah anggota rumah tangga. 2. Hubungan dgn kepala rumah tangga dan kepala keluarga. 3. Jenis kelamin, umur, status perkawinan, kepemilikan kartu identitas. 4. Partisipasi sekolah, kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, ijazah tertinggi yang dimiliki. 5. Jenis cacat, penyakit kronis/menahun yang diderita. 6. Lapangan usaha dari pekerjaan utama dan status pekerjaan utama. INFORMASI RUMAH TANGGA/KELUARGA 1. Status penguasaan tempat tinggal, luas lantai, jenis dinding, jenis atap, sumber air minum, cara memperoleh air minum, sumber penerangan utama, bahan bakar utama, tempat pembuangan air tinja. 2. Kepemilikan aset dan keikutsertaan pada Program Keluarga Harapan (PKH), Jamkesmas, Raskin, dan Keluarga Berencana (KB). 29
31 No. KRITERIA RINCIAN DATA 1. Informasi Kepala Rumah Tangga Perempuan 2. Informasi Status Kesejahteraan Individu berdasarkan kelompok usia 3. Informasi Anak Bersekolah dan Tidak Bersekolah 4. Informasi Jenis Sekolah Individu yang Bersekolah Kriteria Pendataan PPLS Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia dibawah Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia 45 - dibawah Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Usia dibawah 6 tahun 2. Usia 6 - dibawah 15 tahun 3. Usia 15 - dibawah 45 tahun 4. Usia 45 - dibawah 60 tahun 5. Usia Jumlah Anak yang Bersekolah Usia Jumlah Anak yang Bersekolah Usia Jumlah Anak yang Bersekolah Usia Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia SD/SDLB/Paket A 2. M.Ibtidaiyah 3. SMPT/SMPLB/Paket B 4. M. Tsanawiyah 5. SMA/SMK/SMALB/Paket C 6. M. Aliyah 7. Perguruan Tinggi Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia 30
32 No. KRITERIA RINCIAN DATA 5. Data Kecatatan 1. Tidak cacat 2. Tuna daksa / cacat tubuh 3. Tuna netra 4. Tuna rungu 5. Tuna wicara 6. Kecacatan ganda 7. Kecacatan mental 6. Informasi Pekerjaan Individu 7. Informasi Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga 1. Bekerja Usia 5-dibawah Bekerja Usia 15-dibawah Bekerja Usia Tidak Bekerja Usia 5-dibawah Tidak Bekerja Usia 15-dibawah Tidak Bekerja Usia Pertanian tanaman padi & palawija 2. Hortikultura 3. Perkebunan 4. Perikanan tangkap 5. Perikanan budidaya 6. Peternakan 7. Kehutanan/pertanian lainnya 8. Pertambangan/penggalian 9. Industri pengolahan 10. Listrik dan gas 11. Bangunan/konstruksi 12. Perdagangan 13. Hotel dan rumah makan 14. Transportasi dan pergudangan 15. Informasi & komunikasi 16. Keuangan dan asuransi 17. Jasa 18. Lainnya Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia 31
33 No. KRITERIA RINCIAN DATA 8. Informasi Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama Individu Usia Status Tempat Tinggal 10. Informasi Sumber Air Minum Rumah Tangga 1. Pertanian tanaman padi & palawija 2. Hortikultura 3. Perkebunan 4. Perikanan tangkap 5. Perikanan budidaya 6. Peternakan 7. Kehutanan/pertanian lainnya 8. Pertambangan/penggalian 9. Industri pengolahan 10. Listrik dan gas 11. Bangunan/konstruksi 12. Perdagangan 13. Hotel dan rumah makan 14. Transportasi dan pergudangan 15. Informasi & komunikasi 16. Keuangan dan asuransi 17. Jasa 18. Lainnya 1. Status Penguasaan (Milik sendiri, Kontrak/Sewa & Lainnya) 2. Jenis Atap Terluas (Beton, genteng, sirap, seng, asbes, Ijuk/Rumbai & lainnya) 3. Jenis Dinding Terluas (Tembok, Kayu, Bambu & Lainnya) 4. Jenis Lantai (Bukan tanah/bambu, tanah dan bambu) 1. Air Kemasan 2. Air Ledeng 3. Sumber Terlindung 4. Sumber Tidak Terlindung Individu Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia 32
34 No. KRITERIA RINCIAN DATA 11. Informasi Sumber Penerangan Utama Rumah Tangga 12. Informasi Bahan Bakar Utama untuk Memasak Rumah Tangga 13. Informasi Penggunaan Fasilitas Tempat Buang air besar Rumah Tangga 14. Informasi Tempat Pembuangan Akhir Tinja Rumah Tangga 15. Informasi Penyakit Kronis 1. Listrik PLN 2. Listrik non-pln 3. Tidak ada listrik 1. Listrik/Gas/Elpiji 2. Lainnya 1. Sendiri 2. Bersama/Umum 3. Tidak Ada 1. Tangki/SPAL 2. Lainnya 1. Tidak ada 2. Hipertensi 3. Rematik 4. Asma 5. Masalah jantung 6. Diabetes 7. Tuberculosis 8. Stroke 9. Kanker /tumor 10. Lainnya Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Rumah Tangga Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia Individu Laki-Laki & Perempuan Kelompok 1,2,3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia 33
35 . Data PPLS 2011 Jawa Tengah : Persebaran Permasalahan Berdasarkan Kondisi Kesejahteraan di Jawa Tengah 34
36 Permasalahan Kondisi Kesejahteraan Di Jawa Tengah (Berdasarkan Data PPLS 2011) EKONOMI KEPALA RUMAH TANGGA (KRT) PEREMPUAN USIA PRODUKTIF : JIWA KRT BEKERJA DI SEKTOR PERTANIAN : JIWA KRT DGN PENDIDIKAN DI BAWAH 9 TH : JIWA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TDK BEKERJA : (LK: JIWA; PR: JIWA) BAHAN BAKAR MEMASAK SELAIN LISTRIK/GAS/ELPIJI : RUTA PENDIDIKAN KESEHATAN PENDUDUK USIA SEKOLAH TDK BERSEKOLAH : JIWA PENDUDUK USIA SEKOLAH YG BEKERJA : JIWA KECACATAN : JIWA (ANAK USIA < 18 TH: JIWA) PENYAKIT KRONIS : JIWA (ANAK USIA < 18 TH: JIWA) INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) : RUTA SUMBER AIR MINUM TIDAK TERLINDUNG : RUTA TIDAK ADA LISTRIK : RUTA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR : RUTA PEMBUANGAN AKHIR TINJA SELAIN TANGKI/SPAL : RUTA 35
37 1. Ekonomi 36
38 1. Kepala Ruta Perempuan Usia Produktif (18-64 Tahun) KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 6 Kab. SEDANG diantara batas min (6.575 jiwa) & batas mak ( jiwa) : 14 Kab. RENDAH < batas min (6.575 jiwa) : 15 Kab./Kota No. Kab./Kota Kepala Ruta Perempuan Usia Produktif (18-64 Tahun) 1 BREBES PATI GROBOGAN CILACAP JEPARA TEGAL KLATEN DEMAK PEMALANG MAGELANG BANYUMAS SRAGEN KEBUMEN REMBANG BLORA PURBALINGGA BANJARNEGARA PEKALONGAN BATANG KUDUS WONOGIRI KENDAL KOTA SEMARANG KARANGANYAR WONOSOBO PURWOREJO BOYOLALI KOTA SURAKARTA SUKOHARJO TEMANGGUNG SEMARANG KOTA TEGAL KOTA SALATIGA KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG
39 2. Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9 Tahun KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 5 Kab. SEDANG diantara batas min ( jiwa) & batas mak ( jiwa) : 17 Kab. RENDAH < batas min ( jiwa) : 13 Kab./Kota No. Kab./Kota Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9 Tahun 1 BREBES CILACAP BANYUMAS GROBOGAN KEBUMEN DEMAK PATI MAGELANG PEMALANG KLATEN TEGAL PURBALINGGA JEPARA WONOSOBO REMBANG BLORA BANJARNEGARA PEKALONGAN BATANG BOYOLALI KENDAL TEMANGGUNG WONOGIRI SRAGEN PURWOREJO KARANGANYAR SEMARANG SUKOHARJO KOTA SEMARANG KUDUS KOTA SURAKARTA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
40 3. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Dalam Arti Luas KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 3 Kab. SEDANG diantara batas min ( jiwa) & batas mak ( jiwa) : 19 Kab. RENDAH < batas min ( jiwa) : 13 Kab./Kota No. Kab./Kota Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian 1 BREBES GROBOGAN CILACAP PATI KEBUMEN BLORA DEMAK MAGELANG BANYUMAS WONOSOBO PEMALANG BANJARNEGARA WONOGIRI BOYOLALI KLATEN REMBANG SRAGEN TEGAL PURBALINGGA TEMANGGUNG KENDAL BATANG PURWOREJO SEMARANG JEPARA KARANGANYAR PEKALONGAN SUKOHARJO KUDUS KOTA SEMARANG KOTA TEGAL KOTA SALATIGA KOTA PEKALONGAN KOTA SURAKARTA KOTA MAGELANG 95 39
41 4. Penduduk Usia Produktif Tidak Bekerja (18-64 Tahun) KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 4 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( jiwa) : 7 Kab. RENDAH < batas min ( jiwa) : 24 Kab./Kota No. Kab./Kota Penduduk Usia Produktif Tidak Bekerja (18-64 Tahun) 1 BREBES CILACAP BANYUMAS TEGAL PEMALANG PATI KLATEN DEMAK KEBUMEN PEKALONGAN JEPARA PURBALINGGA GROBOGAN BANJARNEGARA KENDAL MAGELANG BATANG REMBANG KOTA SEMARANG WONOSOBO SUKOHARJO SRAGEN KARANGANYAR BLORA KOTA SURAKARTA KUDUS WONOGIRI BOYOLALI TEMANGGUNG SEMARANG PURWOREJO KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
42 5. Rumah Tangga Dengan Bahan Bakar Memasak Selain Listrik/Gas/Elpiji KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( ruta) : 8 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( ruta) : 19 Kab. RENDAH < batas min ( ruta) : 8 Kab./Kota No. Kab./Kota Bahan Bakar Memasak (Ruta) Selain Listrik/ Gas/Elpiji 1 CILACAP BREBES BANYUMAS GROBOGAN KEBUMEN KLATEN MAGELANG PATI JEPARA PURBALINGGA BLORA BANJARNEGARA SRAGEN WONOSOBO TEGAL PEMALANG BOYOLALI WONOGIRI DEMAK BATANG REMBANG PURWOREJO KENDAL TEMANGGUNG KARANGANYAR SEMARANG PEKALONGAN SUKOHARJO KUDUS KOTA SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA SALATIGA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG
43 2. Pendidikan 42
44 1. Penduduk Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah (7-18 Tahun) KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 1 Kab. SEDANG diantara batas min ( jiwa) & batas mak ( jiwa) : 7 Kab. RENDAH < batas min ( jiwa) : 27 Kab./Kota No. Kab./Kota Penduduk Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah (7-18 Tahun) 1 BREBES PEMALANG TEGAL CILACAP PEKALONGAN GROBOGAN BANYUMAS DEMAK MAGELANG KEBUMEN PURBALINGGA BANJARNEGARA PATI JEPARA BATANG WONOSOBO KENDAL BLORA KLATEN REMBANG TEMANGGUNG BOYOLALI WONOGIRI SRAGEN SEMARANG KARANGANYAR KUDUS PURWOREJO SUKOHARJO KOTA SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
45 2. Penduduk Usia Sekolah yang Bekerja (7-18 Tahun) KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 2 Kab. SEDANG diantara batas min (8.655 jiwa) & batas mak ( jiwa) : 11 Kab. RENDAH < batas min (8.655 jiwa) : 22 Kab./Kota No. Kab./Kota Penduduk Usia Sekolah yang Bekerja (7-18 Tahun) 1 BREBES GROBOGAN PEMALANG TEGAL PEKALONGAN KEBUMEN CILACAP MAGELANG PURBALINGGA BLORA BANJARNEGARA WONOSOBO BANYUMAS JEPARA BOYOLALI DEMAK WONOGIRI REMBANG TEMANGGUNG BATANG PATI KLATEN SRAGEN KENDAL KARANGANYAR SEMARANG PURWOREJO SUKOHARJO KUDUS KOTA SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
46 3. Kesehatan 45
47 1. Individu yang Menderita Kecacatan KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak (9.522 jiwa) : 4 Kab. SEDANG diantara batas min (4.915 jiwa) & batas mak (9.522 jiwa) : 18 Kab. RENDAH < batas min (4.915 jiwa) : 13 Kab./Kota No. Kab./Kota Individu yang Menderita Kecacatan 1 BREBES CILACAP BANYUMAS PATI KLATEN KEBUMEN GROBOGAN TEGAL DEMAK PURBALINGGA MAGELANG SRAGEN JEPARA WONOGIRI PEMALANG PURWOREJO KENDAL BOYOLALI REMBANG BANJARNEGARA PEKALONGAN KARANGANYAR BLORA SUKOHARJO WONOSOBO SEMARANG BATANG TEMANGGUNG KUDUS KOTA SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
48 2. Individu Dengan Penyakit Kronis KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( jiwa) : 5 Kab. SEDANG diantara batas min (8.577 jiwa) & batas mak ( jiwa) : 12 Kab. RENDAH < batas min (8.577 jiwa) : 18 Kab./Kota No. Kab./Kota Individu Dengan Penyakit Kronis 1 BREBES CILACAP TEGAL JEPARA PATI BANYUMAS DEMAK GROBOGAN PURBALINGGA KLATEN KEBUMEN PEKALONGAN SRAGEN KENDAL PEMALANG REMBANG KARANGANYAR WONOGIRI BOYOLALI BLORA WONOSOBO MAGELANG SUKOHARJO KOTA SEMARANG BANJARNEGARA KUDUS SEMARANG BATANG PURWOREJO TEMANGGUNG KOTA SURAKARTA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG
49 4. Infrastruktur 48
50 1. Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( ruta) : 5 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( ruta) : 13 Kab. RENDAH < batas min ( ruta) : 17 Kab./Kota No. Kab./Kota Rumah Tidak Layah Huni (RTLH) 1 GROBOGAN CILACAP PATI BREBES DEMAK BLORA BANYUMAS JEPARA MAGELANG REMBANG SRAGEN BOYOLALI KEBUMEN PEMALANG BATANG KLATEN PURBALINGGA KENDAL TEGAL WONOGIRI BANJARNEGARA SEMARANG PURWOREJO TEMANGGUNG WONOSOBO SUKOHARJO PEKALONGAN KARANGANYAR KUDUS KOTA SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA SALATIGA KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG
51 2. Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( ruta) : 3 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( ruta) : 10 Kab. RENDAH < batas min ( ruta) : 22 Kab./Kota No. Kab./Kota Sumber Air Minum Tidak Terlindung 1 GROBOGAN BANYUMAS CILACAP JEPARA PURBALINGGA KEBUMEN BANJARNEGARA BATANG MAGELANG WONOSOBO PEMALANG PURWOREJO BREBES PEKALONGAN DEMAK TEGAL PATI BOYOLALI KLATEN TEMANGGUNG BLORA SEMARANG KENDAL WONOGIRI REMBANG SRAGEN KARANGANYAR KUDUS KOTA SEMARANG SUKOHARJO KOTA SURAKARTA KOTA SALATIGA KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG KOTA TEGAL 98 50
52 3. Rumah Tangga Tidak ada listrik KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak (2.293 ruta) : 5 Kab. SEDANG diantara batas min (1.179 ruta) & batas mak (2.293 ruta) : 6 Kab. RENDAH < batas min (1.179 ruta) : 24 Kab./Kota No. Kab./Kota Rumah Tangga Tidak ada listrik 1 CILACAP PEMALANG PURBALINGGA BANYUMAS KEBUMEN BANJARNEGARA BREBES PURWOREJO TEGAL WONOSOBO MAGELANG PEKALONGAN KLATEN WONOGIRI KOTA SEMARANG BLORA SRAGEN BATANG KOTA SURAKARTA PATI GROBOGAN KENDAL BOYOLALI KARANGANYAR SUKOHARJO SEMARANG REMBANG TEMANGGUNG DEMAK JEPARA KUDUS KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA SALATIGA KOTA MAGELANG 65 51
53 5. Lingkungan 52
54 1. Rumah Tangga Tidak ada Fasilitas Tempat BAB KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( ruta) : 2 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( ruta) : 10 Kab. RENDAH < batas min ( ruta) : 23 Kab./Kota No. Kab./Kota Rumah Tangga Tidak ada Fasilitas Tempat BAB 1 BREBES BANYUMAS PEMALANG TEGAL PURBALINGGA KEBUMEN CILACAP DEMAK BANJARNEGARA KLATEN PEKALONGAN BATANG REMBANG GROBOGAN KENDAL MAGELANG PATI PURWOREJO BOYOLALI BLORA SEMARANG JEPARA TEMANGGUNG SRAGEN SUKOHARJO KARANGANYAR WONOSOBO WONOGIRI KUDUS KOTA SEMARANG KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG KOTA SALATIGA KOTA SURAKARTA
55 2. Rumah Tangga dengan Pembuangan Akhir Tinja Selain Tangki/ SPAL KATEGORI PENILAIAN TINGGI > batas mak ( ruta) : 5 Kab. SEDANG diantara batas min ( ruta) & batas mak ( ruta) : 18 Kab. RENDAH < batas min ( ruta) : 12 Kab./Kota No. Kab./Kota Rumah Tangga Dengan Pembuangan Akhir Tinja (Ruta) Selain Tangki/ SPAL 1 BREBES BANYUMAS CILACAP KLATEN DEMAK PEMALANG MAGELANG PATI GROBOGAN TEGAL BANJARNEGARA KEBUMEN PURBALINGGA JEPARA WONOSOBO BATANG PEKALONGAN REMBANG KENDAL BOYOLALI BLORA TEMANGGUNG SRAGEN PURWOREJO SUKOHARJO KARANGANYAR SEMARANG KOTA SURAKARTA KOTA SEMARANG WONOGIRI KUDUS KOTA TEGAL KOTA PEKALONGAN KOTA MAGELANG KOTA SALATIGA
56 B. Persepsi Masyarakat Terkait Ketidaktepatan Ketepatan Sasaran Penerima KPS Faktor Penyebab 1. Perbedaan Siapa Yg Berhak & Tidak Berhak Dlm Penerima Kps Tidak Bisa Dilihat Scr Kasat Mata. 2. Adanya Kemungkinan Kesalahan Pada Saat Pencacahan Sehingga Terjadi Kesalahan Inklusi Dan Ekslusi. 3. KPS Hanya Diberikan Kepada 25% Rumah Tangga Dgn Status Sosial Ekonomi Terendah Karateristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Sedikit Di Atas 25% Tidah Berbeda Jauh Sehingga Tidak Terhindarkan Adanya Anggapan Bahwa Banyak Rumah Tangga Miskin Yang Tidak Menerima KPS. 4. Adanya Dinamika Sosial Ekonomi Yang Terjadi Dari Tahun 2011 K E Tahun 2013 Yg Memungkinkan Terjadinya Perubahan Status Sosial Ekonomi Masyarakat, Seperti : Peningkatan Kesejahteraan, Perpindahan, Meninggal, Dsb. 55
57 CONTOH : Rumah Tangga Mana Yg Lebih Berhak Menerima KPS? RT A RT B RT-B Lebih berhak menerima KPS karena kondisi anggota keluarga lain tidak bekerja, dan memiliki jumlah tanggungan lebih banyak, dan kondisi pasangan tidak bekerja. PERBEDAAN RTS PENERIMA KPS TIDAK DAPAT DILIHAT SECARA KASAT MATA 56
58 Ketepatan Sasaran Program Bantuan Sosial Selama Ini Persentase Penerima Bantuan Daerah Pentargetan Efektif BLT Jamkesmas Raskin Kelompok Rumah Tangga menurut tingkat kesejahteraannya 1: paling miskin 10: paling kaya Hanya sekitar 30% penduduk miskin yang menerima ketiga program bantuan sosial (Raskin, BLT, Jamkesmas) Ketepatan sasaran program dapat diperbaiki apabila seluruh program menggunakan sumber data yang sama untuk menentukan sasaran BASIS DATA TERPADU yang AKURAT Sumber: Susenas 2009, di olah TNP2K 57
59 STUDI KASUS : EFEKTIFITAS PENTARGETAN PROGRAM RASKIN SELAMA INI KAB. MAGELANG PROV. JAWA TENGAH Persentase Rumah Tangga Menerima Raskin 120,0% 100,0% 96,8% 91,6% 80,0% 79,3% 73,9% 60,0% 40,0% 20,0% 60,7% 44,6% 41,5% 21,9% 12,7% 18,4%,0% Kelompok Rumah Tangga Menurut Tingkat Kesejahteraannya (Desil-1 paling miskin; Desil-10 paling kaya) Sumber: TNP2K 58
60 V. Peran TKSK : Koordinasi Fasilitasi Validasi dan Penangangan Pengaduan 59
61 Pedoman Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) & Penanganan Pengaduan Masyarakat 60
62 Isi Instruksi Menteri Dalam Negeri NOMOR 541/3150/SJ TANGGAL 17 JUNI 2013 GUBERNU R BUPATI & WALIKOT A 1. Mengambil Langkah Dalam Rangka Mendukung Kelancaran Pelaksanaan Pembagian KPS (Kartu Perlindungan Sosial) 2. Mengambil Langkah Dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat 61
63 GUBERNU R 1. Melaksanakan fungsi pemantauan secara reguler terhadap keseluruhan proses pelaksanaan pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS); 2. Mengoptimalkan kelompok kerja (pokja) pengaduan masyarakat TKPK Provinsi; 3. Mengoptimalkan dan memfasilitasi pembentukan kelompok kerja (pokja) pengaduan masyarakat TKPK Kabupaten/Kota; 4. Merekapitulasi laporan hasil penanganan pengaduan masyarakat yang dilaporkan oleh Bupati/Walikota; 5. Melaporkan hasil rekapitulasi kepada Menteri Dalam Negeri cq. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dengan tembusan kepada TNP2K. 62
64 BUPATI & WALIKOT A 1. Melaksanakan fungsi pemantauan secara reguler terhadap keseluruhan proses pelaksanaan pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS); 2. Mengoptimalkan kelompok kerja (pokja) pengaduan masyarakat TKPK Kabupaten/Kota, memfasilitasi pembentukan FPPM di Kecamatan & POSDUMAS di Desa/Kelurahan; 3. Merekapitulasi laporan hasil penanganan pengaduan masyarakat yang dilaporkan oleh Camat; 4. Melaporkan hasil rekapitulasi kepada Gubernur dan tembusan kepada Ketua TKPK Provinsi; 5. Memerintahkan Camat dan Kepala Desa/Lurah untuk membentuk/mengaktifkan kembali FPPM dan POSDUMAS, Berkoordinasi dgn TKSK dan PT. Pos Indonesia dan menangani dan menyelesaikan pengaduan masyarakat; 63
65 Peran & Tanggungjawab Pemerintah Daerah: 1. Mensosialisasikan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) kepada seluruh masyarakat. 2. Memastikan Musdes/Muskel terlaksana di semua daerah dengan baik untuk memastikan ketepatan sasaran penerima KPS dan Program P4S. 3. Memantau pelaksanaan pembagian KPS dan penyaluran P4S di daerahnya masing-masing dengan memfungsikan TKPK, Camat, TKSK dan Kepala Desa / Lurah. 4. Menyelesaikan penanganan pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan P4S dan pembagian KPS secara berjenjang dari tingkat Desa/Kelurahan sampai Kabupaten/Kota. 5. Meningkatkan koordinasi internal (Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Timkor Raskin) dan koordinasi eksternal dengan PT. Pos, kelompok masyarakat dan kepolisian dalam pelaksanaan P4S dan pembagian KPS serta penanganan pengaduan masyarakat. 6. Mengoptimalkan inisiatif daerah dalam penyelesaian masalah terkait P4S dan KPS sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan daerah. 7. Bupati dan Walikota menerbitkan instruksi kepada Camat dan Kepala Desa/Lurah sebagai tindak lanjut dari Instruksi Mendagri. 64
66 Instruksi Menteri Dalam Negeri Ini Secara Khusus Memeritahkan : 1. Camat Dan Kepala Desa/Lurah Untuk Membentuk Posko Pengaduan KPS Di Kecamatan Dan Desa/Kelurahan. 2. Camat Untuk Berkoordinasi Dengan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Menangani Dan Menyelesaikan Pengaduan Masyarakat. 3. Kepala Desa/Lurah Untuk Melaksanakan Musdes/Muskel Dalam Menangani Dan Menyelesaikan Pengaduan Masyarakat Mengenai Kepesertaan Musdes/Muskel Adalah Forum Untuk Memutakhirkan Dan Menetapkan Rumah Tangga Yang Diganti Dan Pengganti. 4. Kepala Desa/Lurah Untuk Mensosialisasikan Kartu Perlindungan Sosial (KPS). 65
67 Penanganan Pengaduan Masyarakat PREVENTI F Camat & Kepala Desa/Lurah: Melakukan koordinasi & sosialiasi P4S. Membentuk/mengaktifkan kembali posko pengaduan masyarakat. Melaksanakan Musdes/Muskel dalam menangani dan menyelesaikan pengaduan masyarakat. Penegak Hukum: Melakukan pembinaan dan sosialisasi dalam pelaksanaan P4S. REPRESIF PPPNS (Pejabat Penyidik PNS) : Memberikan sanksi terhadap aparatur pemerintah yang melakukan tindak penyelewengan dalam pelaksanaan P4S. Penegak Hukum : Menindak sesuai dengan ketentuan hukum yg berlaku terhadap pelanggaran dalam pelaksanaan P4S. LEBIH DIUTAMAKAN SOLUSI TERAKHIR 66
68 67
69 VI. Bahan Bacaan/Referensi 68
70 Referensi TKSK Permensos Tentang TKSK Pelaksanaan Pembagian KPS dan Penanganan Pengaduan 69
71 Referensi TKSK Solusi Masalah Kepesertaan & Pemutakhiran Data Penerima KPS Modul Verifikasi dan Validasi Rumah Tangga Pengganti Penerima KPS 70
72 Referensi Dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat Panduan TKSK Kumpulan Tanya-jawab Programprogram Penanggulangan Kemiskinan 71
73 Referensi Dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat Pedoman Umum Raskin 2015 Kinerja TKSK (Hasil Penelitian 2013) 72
74 Terimakasih... Gunarto W Taslim Mobile : gunarto.semarang@gmail.com 73
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciOleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah POPULASI PENDUDUK DI JAWA TENGAH SEBANYAK 33.270.207 JIWA JUMLAH PMKS SEBESAR 5.016.701 JIWA / 15,08 % DARI PENDUDUK JATENG PERINCIAN : KEMISKINAN 4,468,621
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016
No. 37/ 07/ 94/ Th.VIII, 18 Juli 2016 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 28,54 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 864,11 RIBU ORANG. Jumlah penduduk miskin di Papua pada bulan September
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG Pada bulan September 2012, jumlah penduduk
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64 PERSEN No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014
BADAN PUSAT STATISTIK No. 52/07/Th. XVII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 28,28 JUTA ORANG Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016
No. 05/01/Th. XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 10,70 PERSEN Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017
No. 38/07/94/Th.IX 17 Juli 2017 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 27,62 PERSEN Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua selama enam bulan
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 28,40 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015
No. 56/ 10/ 94/ Th.IX, 1 Oktober 2015 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 28,17 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciLUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH
LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN
Lebih terperinciPENDATAAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI KABUPATEN KEBUMEN
PENDATAAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI KABUPATEN KEBUMEN Disampaikan pada Dialog Warga Tentang Pola Pendataan Peserta Jamkesmas Menjadi Peserta BPJS Kesehatan Kebumen, 19 September 2013 BADAN PUSAT STATISTIK
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015
KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015 No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 28,40 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam
Lebih terperinciHASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI
HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI Oleh: TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) PROV. BALI Disampaikan Pada Acara: Verifikasi dan Validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015
Lebih terperinciEVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)
EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 No. 06/01/17/Th. XII, 2 Januari 2018 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 Persentase Penduduk Miskin
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun
1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciP r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i
P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 i ii P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 PROFIL KEMISKINAN (PBDT 2015) PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2016
Lebih terperinciPemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial
Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial Disampaikan oleh: Kepala BPS DI Yogyakarta Sosialisasi Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015, TKPKD Kabupaten Bantul
Lebih terperinciAplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial
Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial SEKRETARIAT TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) 10 FEBRUARI 2015 Struktur Organisasi TNP2K Peraturan Presiden
Lebih terperinciIndikator Kemiskinan
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG Indikator Kemiskinan berdasarkan: Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Malang, Nopember 2016 Dasar Hukum
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciAplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial
Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial SEKRETARIAT TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) 10 FEBRUARI 2015 Struktur Organisasi TNP2K Peraturan Presiden
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciTABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciSOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S)
SOLUSI DAN PENANGANAN MASALAH KEPESERTAAN PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERLINDUNGAN SOSIAL (P4S) Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinciPemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai
Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) September 2017 1
Lebih terperinciSosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin
Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA
5.68 7.80 11.06 10.04 10.81 12.90 BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 2.1. Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin Salatiga pada tahun 2011 sebesar 7,80% berada di bawah rata-rata capaian
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012
No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014
No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014
No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber
Lebih terperinciPEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU TAHUN Disampaikan oleh: Kepala BPS Kabupaten Bandung
PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU TAHUN 2015 Disampaikan oleh: Kepala BPS Kabupaten Bandung DASAR HUKUM Inpres Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013
No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 4,705 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.
BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2016 No. 08/07/18/TH.VIII, 18 Juli 2016 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014
No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017
Sambutan Pengantar RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 Oleh DR. Prasetyo Aribowo, SH, Msoc.SC Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/TH.VII, 2 Januari 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2014 Angka kemiskinan Lampung pada September 2014 sedikit mengalami penurunan dibanding Maret 2014 yakni dari
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)
No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/33/Th. X, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 13,32 PERSEN Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017
Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu
Lebih terperinciINFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012
INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten
Lebih terperinciPotret Kemiskinan Kalimantan Tengah dan Kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015
BADAN PUSAT STATISTIK KALIMANTAN TENGAH Potret Kemiskinan Kalimantan Tengah dan Kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 Disampaikan oleh: Dr. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013
No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH
PELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH ANUNG SUGIHANTONO DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA KEMENTRIAN KESEHATAN DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI KB KES JAWA TENGAH TAHUN 2014 SEMARANG, 18
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.
BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2016 No. 08/07/18/TH.IX, 3 Januari 2017 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2016
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014
No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinci