MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN III: TEORI INFORMASI ASIMETRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN III: TEORI INFORMASI ASIMETRIS"

Transkripsi

1 MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN III: TEORI INFORMASI ASIMETRIS Dosen Ferry Prasetya, SE., M.App Ec FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2 DAFTAR ISI Daftar Isi.. iii Daftar Gambar...iv 1. Pendahuluan Informasi Asimetris Definisi Hidden Knowledge Adverse Selection Market Unravelling Intervensi Pemerintah Hidden Action Moral Hazard Upaya yang Diamati Upaya yang tak Diamati Teori Prinsipal - Agen Screening Keseimbangan informasi sempurna Keseimbangan informasi tak sempurna Intervensi Pemerintah Signaling Bernerd Spencer Game Theory Kekuatan dan Kelemahan Teori Kekuatan Kelemahan Kesimpulan Studi Kasus Kumpulan Soal Informasi Asimetris Key Concept 29 Daftar Pustaka..v 2

3 DAFTAR GAMBAR Gambar.1 Kontrak Terbaik Pertama Gambar.2 Kurva Pengalihan Gambar.3 Kontrak Terbaik Kedua Gambar.4 Keseimbangan Informasi Sempurna Gambar.5 Sparating and Pooling Contract Equilibrium Gambar.6 Intervensi Pasar Gambar.7 Bernerd-Spencer Game Theory 3

4 DAFTAR PUSTAKA J. Hindriks and Gareth D. Myles (2004). Intermediate Public Economics Adler Haymans Manurung (2013). Teori Investasi: Konsep dan Empiris PT Adler Manurung Press Lauri Auronen. (2003). Asymmetric Information : Theory and Application Poborn K Matias. (2012). Public Economic Wetzstein Michael.(2005) Microeconomics Theory Donijo Robbins (2004). Handbook of Public Sector of Economics 4

5 1. Pendahuluan Hal terpenting dari dunia nyata adalah informasi. Dalam ekonomi, pada perdagangan terdapat informasi informasi yang dimiliki oleh setiap pihak. Informasi yang sempurna dibutuhkan demi kelancaran suatu kegiatan ekonomi, sebab secara tidak langsung informasi sangatlah berkaitan dengan efisiensi suatu kegiatan ekonomi. Oleh karena itu adanya informasi dapat menimbulkan biaya tersendiri, sehingga tak heran jika terdapat tindakan yang berupaya untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain. Beberapa pihak mungkin mendapatkan informasi lebih dibandingkan pihak lainnya dan hal ini disebut dengan informasi asimetris. Umumnya informasi asimetris terjadi jika pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, meskipun kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi. Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan 1963 yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal American Economic Review. Sedangkan istilah Informasi Asimetris digunakan oleh George Akerlof dalam karyanya tahun 1970: The Market for Lemons (Pasar Barang Kacangan). Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditi cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus. Penjual yang tidak berniat baik akan menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus, hal ini yang memunculkan adanya Adverse Selection. Adverse Selection merupakan bagaimana pemilihan keputusan yang akan diambil berdasarkan informasi yang lemah. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk. Dalam pembahasan ini akan dibahas bagaimana contoh adanya informasi asimetris pada jasa asuransi, dimana banyak dari masyarakat menyembunyikan informasi yang seharusnya diketahui oleh pihak penyedia jasa ansuransi, hal ini dapat menimbulkan adanya Moral Hazard. Moral hazard merupakan tindakan yang diambil secara sengaja agar tujuan dapat tercapai. Misalnya menyembunyikan hal hal penting sebagai informasi untuk perusahaan. 5

6 6

7 Ada beberapa kemungkinan cara yang mudah untuk menyelesaikan masalah informasi asimetri: membiarkan semua orang mengatakan apa yang dia tahu. Proses di mana individu mengungkapkan informasi tentang diri mereka sendiri melalui pilihan yang mereka buat disebut self selection (seleksi diri). Dalam kasus di mana perusahaan asuransi mengambil inisiatif, self selection adalah perangkat screening utama. Dalam hal ini tertanggung yang menggunakan jasa asuransi, mengambil inisiatif untuk mengidentifikasi dirinya sebagai jenis yang lebih baik, maka biasanya dianggap sebagai perangkat signalling. Jadi perbedaan antara screening dan signalling terletak pada apakah sisi berinformasi atau sisi kurang informasi di pasar yang bergerak pertama. Oleh karenanya pada bab ini akan membahas konsekuensi dari informasi asimetris, menggambarkan inefisiensi yang muncul dan membahas kemungkinan intervensi pemerintah untuk mengatasinya. 2. Informasi Asimetris 2.1 Definisi Informasi Asimetris merupakan perbedaan informasi yang didapat antara salah satu pihak dengan pihak lainnya dalam kegiatan ekonomi. Informasi asimetris ini misalnya saja terjadi antara investor yang akan melakukan investasi di dalam pasar modal. Investor harus mengetahui saham dengan baik sebelum investor tersebut melakukan investasi. Hal ini membuat investor akan mencari tahu saham dengan lengkap serta tepat untuk perusahaan agar mendapatkan capital gain di masa mendatang. Namun, dalam pencariaan informasi tidaklah mudah. Beberapa investor justru mendapatkan informasi yang sangat minim mengenai saham di pasar modal. Hal ini dikarenakan agen perusahaan tidak mungkin memberikan kondisi perusahaan secara lengkap kepada publik. Informasi tersebut merupakan rahasia perusahaan yang diberikan kepada pihak terpercaya dan pada waktu yang tepat. Dalam menyikapi hal ini, investor yang cerdas akan mencari informasi kemudian melakukan analisis untuk mendapatkan gambaran yang tepat. Informasi yang didapat akan mengalami perbedaan antara investor dengan agen perusahaan, perbedaan inilah dinamakan informasi asimetris. Informasi Asimetris tidak hanya terjadi pada pasar modal, namun industri industri lain juga mengalaminya. Bahkan dalam segi hukum, informasi asimetris ini kemungkinan dapat terjadi. 7

8 Terdapat dua bentuk dasar informasi asimetris yang dapat dibedakan. Yang pertama adalah Hidden Knowledge mengacu pada situasi di mana satu pihak memiliki informasi lebih lanjut dari pihak lain pada kualitas (atau "tipe") dari barang yang diperdagangkan atau kontrak variabel. Yang kedua yakni Hidden Action adalah ketika salah satu pihak dapat mempengaruhi "kualitas" dari barang yang diperdagangkan atau kontrak variabel dengan beberapa tindakan dan tindakan ini tidak dapat diamati oleh pihak lain. 2.2 Hidden Knowledge Hidden Knowledge merupakan keadaan dimana salah satu pihak lebih mengetahui tentang kualitas barang atau kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan dibandingkan dengan pihak lain sebagai mitranya. Sebagai contoh adanya Hidden Knowledge adalah jika terdapat seseorang pekerja yang hendak melamar tentu calon pegawai atau pelamar ini lebih memahami tentang kemampuan yang ada dalam dirinya dibanding perusahaan yang hendak ia tuju, hal ini akan menyebabkan masalah seleksi yang merugikan (Adverse Selection) Adverse Selection Adverse Selection menyebabkan kegagalan pasar. Namun, ia dianggap penting di bidang ekonomi karena sering menghilangkan kemungkinan pertukaran yang akan menguntungkan baik konsumen maupun penjual. Adverse Selection muncul ketika, misal, terdapat barang dengan kualitas yang berbeda dijual dengan satu harga karena penjual tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menentukan kualitas yang sebenarnya pada saat membeli. Akibatnya, terlalu banyak produk yang berkualitas rendah dan terlalu sedikit produk yang berkualitas tinggi dijual dipasar atau dengan kata lain barang-barang berkualitas rendah akan menggeser barang-barang yang berkualitas tinggi Market Unravelling Informasi Asimetris dapat menimbulkan kerugian di dalam perdagangan terhadap pihak yang kurang memiliki informasi. Dalam permasalahan asuransi, hal ini menyebabkan pihak asuransi mengeksplorasi lebih jauh informasi mengenai kliennya. Oleh karenanya, pihak asuransi menerapkan model probabilitas kecelekaan dimana setiap individu memiliki resiko yang berbeda beda. 8

9 Kesimpulan dasar muncul bahwa dalam kesetimbangan, beberapa konsumen tidak membeli asuransi meskipun mereka bisa menjual keuntungan kepada perusahaan asuransi jika kemungkinan kecelakaan pada mereka diamati. Selain itu, premi asuransi didasarkan pada tingkat resiko yang diharapkan pada mereka yang menerima tawaran asuransi tersebut. jika ada kontrak asuransi baru yang dapat ditawarkan yang mampu memberikan laba positif, maka salah satu perusahaan akan memilih untuk menawarkannya. Ketika premi tunggal ditawarkan kepada semua konsumen, konsumen berisiko tinggi memaksa premi naik dan mendorong resiko rendah keluar dari pasar. Ini juga merupakan contoh sederhana mekanisme adverse selection dimana jenis buruk selalu mendapatkan keuntungan dengan memasuki pasar dengan mengorbankan kebaikan. Tanpa intervensi di pasar, adverse selection akan selalu mengarah pada tidak efisien keseimbangan Intervensi Pemerintah Pemerintah memiliki cara agar menghindari Adverse Selection yang merugikan. Cara tersebut adalah memaksa semua individu untuk membeli asuransi. Dengan kebijakan ini konsumen dengan risiko tinggi akan mendapatkan keuntungan dari premi yang lebih rendah. Pengenaan asuransi wajib oleh pemerintah menimbulkan tiap individu mempergunakan pasar asuransi lebih banyak. Namun konsekuensi nya adalah perusahaan asuransi tidak dapat membedakan konsumen yang bersiko rendah maupun beresiko tinggi. Hal ini juga tidak menguntungkan semua konsumen yang beresiko sangat rendah dan dipaksa untuk membeli asuransi. Kebanyakan pasar asuransi menggunakan kebijakan tersebut, seperti asuransi mobil atupun asuransi keselamatan pekerja atau karyawan. Ada lagi peran intervensi pemerintah, yaitu membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan yang merata terhadap semua konsumen. Jika perusahaan asuransi pesimis jika hanya dihadapkan dengan konsumen yang berisiko tinggi yang akan mengambil asuransi, mereka akan menetapkan premi yang tinggi. Mengingat premi yang tinggi, hanya konsumen berisiko tinggi yang akan memilih untuk menerima kebijakan tersebut. 9

10 Bila ada keseimbangan ganda, salah satu dengan premi terendah merupakan pareto yang diinginkan, hal ini akan memberikan asuransi kepada konsumen yang lebih banyak dengan harga yang lebih rendah. Akibatnya, jika salah satu keseimbangan yang lain tercapai, ada manfaat potensial dari intervensi pemerintah. Kebijakan yang harus diadopsi pemerintah adalah: ia dapat menyebabkan keseimbangan terbaik (dengan premi terendah) dengan menerapkan batas pada premi yang dapat dibebankan. Tidak ada perusahaan asuransi yang dapat membuat keuntungan pada tingkat harga ini dan semua tawaran asuransi akan ditarik. Jika diatur terlalu tinggi, salah satu kesetimbangan yang lain mungkin akan terbentuk. Analisis pasar asuransi ini telah menunjukkan bagaimana informasi asimetris dapat mengakibatkan penguraian pasar dimana kualitas buruk menggeser kualitas baik di pasar. Selain itu, informasi asimetris dapat menyebabkan kesetimbangan ganda. Kebijakan asuransi wajib sangat mudah untuk diterapkan dan memerlukan sedikit informasi dari pihak pemerintah. Satu-satunya kelemahan adalah bahwa ia tidak menguntungkan semua konsumen karena konsumen dengan risiko yang sangat rendah dipaksa untuk membeli asuransi. Sebaliknya kebijakan premi maksimum membutuhkan informasi yang cukup besar dan memiliki potensi kegagalan yang signifikan. 2.3 Hidden Action Hidden action merupakan tindakan yang tersembunyi oleh salah satu pihak yang mempengaruhi kualitas barang yang diperdagangkan dan tindakan tersebut tidak dapat diamati oleh pihak lain. Proses mekanisme Hidden Action yakni : Prinsipal Agen Progressive Information Tindakan Moral Hazard 10

11 Prinsipal merupakan pihak yang membuat kontrak sedangkan agen merupakan pihak yang menerima kontrak transaksi. Prinsipal memiliki progressive information ataupun informasi yang lebih mengenai barang yang akan ditransaksikan. Hal ini menimbulkan pihak tersebut melakukan tindakan yang tersembunyi untuk mempengaruhi kualitas barang yang diperdagangkan sehingga menyebabkan timbulnya masalah moral hazard. Permasalahan ini menimbulkan ineffisiensi akibat kesulitan dalam mengambil skema insentif untuk memastikan tindakan yang tepat untuk diambil. Misalnya saja, biaya asuransi yang ditanggung harus memperhitungkan resiko yang lebih besar terhadap orang yang ditanggung oleh pihak asuransi Moral Hazard Dalam teori ekonomi, moral hazard adalah situasi di mana satu pihak akan memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko karena biaya yang dapat dikenakan tidak akan dirasakan oleh pihak mengambil risiko. Dengan kata lain, itu adalah kecenderungan untuk menjadi lebih berani mengambil risiko, mengetahui bahwa biaya potensial dan / atau beban mengambil risiko tersebut akan ditanggung, secara keseluruhan atau sebagian, oleh orang lain. Sebuah moral hazard dapat terjadi dimana tindakan salah satu pihak dapat berubah sehingga merugikan pihak lain setelah transaksi keuangan telah terjadi. Moral hazard muncul karena individu atau lembaga tidak mengambil konsekuensi penuh dan tanggung jawab dari tindakannya, dan karenanya memiliki kecenderungan untuk bertindak kurang hatihati, meninggalkan pihak lain untuk memegang beberapa tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan tersebut. Secara umum, moral hazard terjadi ketika pihak dengan informasi lebih lanjut tentang tindakan atau niat memiliki kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku tidak tepat dari perspektif partai dengan kurang informasi. Moral Hazard pada Asuransi Dua masalah yang ada di asuransi pada umumnya adalah moral hazard dan adverse selection. Masalah moral hazard yang timbul dalam pasar asuransi adalah bahwa upaya pencegahan kecelakaan berkurang ketika konsumen menjadi diasuransikan. 11

12 Moral hazard terjadi ketika tertanggung memiliki beberapa kontrol atas peristiwa yang memicu pembayaran dari perusahaan asuransi. Dengan asuransi mobil, misalnya, dapat menyebabkan moral hazard individu untuk berkendara kurang hati-hati, sehingga kecelakaan lebih banyak dan pembayaran asuransi lebih, atau, secara ekstrim, bahkan dapat menyebabkan seseorang untuk merusak mobilnya sendiri sengaja untuk mengumpulkan asuransi. Adverse selection terjadi ketika mereka yang paling mungkin untuk melakukan klaim asuransi membeli asuransi sementara mereka yang paling tidak mungkin untuk membuat klaim tetap tidak diasuransikan. Jika perusahaan asuransi dapat memberitahu di depan waktu yang pelamar untuk asuransi lebih mungkin dikenakan biaya lebih, mereka dapat mengenakan tarif yang berbeda untuk individu yang berbeda untuk mengimbangi adverse selection. Ada dua faktor yang membuat seleksi merugikan sehubungan dengan asuransi khususnya dibidang kesehatan. Pertama, tertanggung cenderung memiliki informasi yang lebih baik, membuat klaim akan tentang kesehatan mereka sendiri daripada perusahaan asuransi, sehingga perusahaan asuransi akan paling mungkin untuk dapat dengan tepat menentukan harga risiko buruk. Kedua, ada sentimen publik yang kuat terhadap pengisian tingkat yang berbeda untuk orang dengan risiko kesehatan yang berbeda. Tidak seperti adverse selection dimana pemerintah dapat menyatukan risiko ketika perusahaan tidak bisa, Pemerintah tidak memiliki keuntungan lebih dari perusahaan dalam hal moral hazard. (Public Finance) Adverse selection terjadi pada asuransi ketika perusahaan asuransi tidak dapat membedakan antara risiko tinggi dan individu berisiko rendah berdasarkan informasi yang tersedia. Perusahaan asuransi berakhir dengan pilihan yang buruk dari orang, sehingga perlu untuk merancang premi yang berbeda dalam upaya untuk mengatasi faktor risiko yang berbeda. Konsep moral hazard berlaku bukan hanya pada masalah asuransi, tetapi juga untuk masalah-masalah pekerja,yang mempunyai kinerja dibawah kemampuannya ketika majikan tidak dapat memantau perilaku mereka. Umunya moral hazard terjadi apabila satu pihak yang tindakan-tindakannya tidak diamati memengaruhi probabilitas atau besarnya pembayaran. (Robert J. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld:1996) 12

13 2.3.2 Upaya yang dapat diamati Untuk memberikan patokan dari mana mengukur dampak dari moral hazard, pertama-tama kita menganalisis pilihan kontrak asuransi ketika upaya dapat diamati oleh perusahaan asuransi. Dalam hal ini tidak akan ada kegagalan efisiensi karena sudah tidak ada informasi asimetris. Jika perusahaan asuransi dapat mengamati e, maka akan ditawarkan kontrak asuransi yang bersyarat. Kontrak tersebut akan menjadi { δ (e), π (e)}, (dengan e = 0, 1). Persaingan antara perusahaan asuransi memastikan bahwa kontrak yang ditawarkan memaksimalkan utilitas konsumen, mewakili kendala bahwa perusahaan asuransi setidaknya impas. Untuk memenuhi persyaratan terakhir ini, premi harus tidak lebih rendah dari pembayaran ganti rugi yang diharapkan. Diberikan kebijakan untuk memecahkan e yaitu { δ, π } Solusinya : Max U (e, δ, π) π p (e) δ {δ* (e) = d, π* (e) = p (e) d} Sehingga kerusakan sepenuhnya tertutup dan premi, hal ini wajar mengingat tingkat usaha yang dipilih. Persamaan diatas diilustrasikan pada grafik dibawah. Garis lurus adalah himpunan kontrak (jadi π = p (e) δ), I adalah kurvva indiferens tertinggi yang dapat dicapai ketika kontrak ini diberikan. Kontrak terbaik pertama kemudian merupakan asuransi penuh dengan δ * (e) = d dan π * (e) = p (e) d. Pada kontrak terbaik pertama, tingkat kepuasan menghasilkan U* (e) = u (r p (e) d) ce Upaya akan dilakukan (e = 1) Jika U* (1) U* (0) c c 1 u (r p(1) d) u (r p (0) d) Artinya, biaya usaha lebih kecil dari keuntungan utilitas yang dihasilkan dari premi yang lebih rendah. 13

14 Gambar.1 Kontrak Terbaik Pertama Upaya yang tidak dapat diamati Ketika suatu usaha tidak dapat diamati, perusahaan asuransi tidak bisa mengkondisikan kontraknya. Sebaliknya, mereka harus mengevaluasi pengaruh kebijakan pada pilihan konsumen dan memilih kebijakan yang tepat. Preferensi konsumen atas kontrak ditentukan oleh tingkat tertinggi dari kepuasan mereka yang dapat dicapai dengan kontrak yang diberikan bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat. Secara formal, utilitas V (δ, π) yang timbul dari kontrak (δ, π) ditentukan oleh V (δ, π) max U (e, δ, π) e={0,1 Gambar.2 Kurva Pengalih 14

15 Dari grafik di atas dijelaskan bahwa area e=0 adalah area untuk konsumen yang tidak memiliki usaha, sedangkan area e=1 adalah area untuk konsumen dengan usaha penuh. Dari dua area tersebut dipisahkan oleh garis D(π), yaitu garis yang menunjukkan bahwa konsumen acuh tak acuh terhadap e=0 dan e=1. Pada setiap titik, (δ,π) dimana U (0,δ,π) = U (1,δ,π), kurva indiferens dari U (0,δ,π) lebih curam dari U (1,δ,π) karena kesediaan untuk membayar untuk cakupan ekstra lebih tinggi bila tidak ada upaya. Lemma 1 Untuk setiap premi π, terdapat tingkat ganti rugi D (π) seperti : (i) Jika δ < D (π), e=1 (ii) Jika δ D (π), e=0 Dimana D (π) meningkat. Dengan kata lain, jika tingkat cakupan untuk premi diberikan terlalu tinggi, agen tidak akan lagi menemukan keuntungan untuk melakukan usaha. Kontrak Terbaik Kedua Kontrak terbaik kedua memaksimalkan subjek utilitas konsumen dengan kendala bahwa ia harus setidaknya impas. π Switching Line E 0 Effort No Effort E 1 (Sumber : Hindrick, 2004) Gambar.3 Kontrak Terbaik Kedua d d Kontrak E 0 : tidak ada usaha dan cakupan penuh pada harga tinggi Kontrak E 1 : ada usaha dan cakupan parsial pada harga rendah. 15

16 Dimana dari kontrak tersebut akan optimal, tergantung pada biaya (c) dari usaha. Ketika biaya rendah, kontrak E 1 akan optimal dan cakupan parsial akan ditawarkan kepada konsumen. Sebaliknya, saat biaya tinggi makan akan optimal untuk tidak memiliki usaha dan kontrak E 0 akan optimal. Dari alasan ini maka harus ada beberapa nilai dari biaya usaha dimana perpindahan dibuat antara E 0 dan E 1. Ini dinyatakan sebagai proposisi 1. Proposisi 1 terdapat nilai usaha, c 2, with c 2 < c 1, sehingga : c c 2 menyiratkan kontrak terbaik kedua adalah E 1 c > c 2 menyiratkan kontrak terbaik kedua adalah E 0 Dapat ditunjukkan bahwa kontrak terbaik kedua tidak efisien. Karena tingkat kritis biaya, c, menentukan kapan usaha yang diberikan memuaskan c < c 1, hasilnya relatif tidak efisien untuk yang terbaik pertama. Lebih jauh lagi, ada upaya yang terlalu sedikit jika c 2 < c < c 1 dan cakupan yang terlalu sedikit jika c < c Teori Prinsipal Agen Posisi kepemilikan informasi tidak sama antara dua pihak yang berbeda dalam hal ini principal dengan agen, sehingga kedudukan tidak sama. Hubungan prinsipal agen adalah hubungan yang tidak setara. Agen memiliki informasi lebih banyak daripada prinsipal. Prinsipan mengalami masalah dalam menjaga agar agen bertindak atas namanya atau sesuai kontrak. Untuk mengatasi hal tersebut prinsipal mengeluarkan biaya sebagai insentif, biaya monitoring. Biaya untuk mencegah moral hazard. Tidak hanya di tingkat bawah, masalah prinsipal agen juga ditemui di perusahaan besar dan perusahaan keuangan skala besar ketika menyewa eksekutif puncak, yang berperan sebagai nakhoda perusahaan milik prinsipal dan bertanggung terhadap keselamatan serta kemajuan perusahaan. Asumsi manusia adalah rasional dan self interested rational choice. Hubungan prinsipal agen tidak berbeda dengan asumsi ini. Dengan informasi asimetri prinsipal bisa menanggung resiko lebih besar dalam kontrak karena lebih sedikit memiliki informasi di lapangan. 16

17 2.4 Screening Jika perusahaan asuransi dihadapkan kepada konsumen yang memiliki probabilitas kecelakaan yang berbeda, maka hal ini akan menguntungkan mereka jika mereka mampu menemukan beberapa mekanisme yang memungkinkan dalam membedakan antara risiko tinggi dan risiko rendah. Dengan adanya mekanisme tersebut, memungkinkan mereka untuk melakukan kebijakan asuransi yang sesuai untuk setiap jenis sehingga mampu menghindari penyatuan risiko yang dapat menyebabkan penguraian pasar. Mekanisme yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi adalah untuk menawarkan menu kontrak berbeda yang dirancang sedemikian rupa sehingga setiap jenis dari risiko memilih sendiri kontrak yang dirancang. Dengan memilih sendiri, berarti konsumen telah menemukan kepentingan mereka untuk memilih kontrak yang ditujukan pada mereka. kesetimbangan terpisah (separating equilibrium). Hal ini harus sejalan dengan penyatuan keseimbangan (pooling equilibrium) di mana semua konsumen membeli kontrak asuransi yang sama. Jelas risiko buruk akan kehilangan dari pemisahan ini karena mereka tidak akan lagi mendapatkan keuntungan dari premi rendah yang dihasilkan dari penyatuan mereka dengan risiko rendah. Dalam pasar tenaga kerja, screening digunakan ketika baik karyawan maupun perusahaan tidak mengetahui kemampuan yang sebenarnya dari karyawan itu sendiri. Screening sebaiknya dilakukan sebelum kontrak dengan karyawan (baik itu melalui beberapa tes atau proses sertifikasi lainnya) atau setelah kontrak dengan mengamati kinerja karyawan secara berkala. Hal ini bertujuan untuk menentukan keahlian karyawan yang potensial dan untuk menempatkan karyawan pada pekerjaan yang tepat sesuai keahliannya. Screening dapat menguntungkan bagi perusahaan dan juga dapat bermanfaat bagi karyawan. Karyawan juga dapat membayar untuk screening, salah satu carnya yaitu perusahaan yang mengharuskan karyawan memiliki beberapa bentuk sertifikasi. Cara lain adalah ketika perusahaan melakukan screening pada karyawan selama masa percobaan, maka setiap karyawan yang melewati screening membayar dari gaji yang dikurangi selama masa percobaan. (Stiglitz and Weiss:1983) 17

18 2.4.1 Keseimbangan informasi sempurna Keseimbangan informasi yang sempurna diasumsikan bahwa perusahaan asuransi dapat mengamati jenis dari setiap konsumennya, yaitu mereka tahu persis probabilitas kecelakaan dari masing-masing pelanggan. Gambar.4 Keseimbangan Informasi Sempurna Dengan informasi yang lengkap, perusahaan asuransi mengetahui probabilitas kecelakaan. Mereka kemudian dapat menawarkan kontrak dengan trade off premi yang lebih tinggi untuk cakupan meningkat pada tingkat probabilitas kecelakaan. Artinya, jenis risiko rendah yang ditawarkan kontrak {π, δ} memuaskan ketika berada pada titik π = p `δ dan kontrak berisiko tinggi memuaskan pada titik π = phδ. Ini adalah kontrak keseimbangan yang akan ditawarkan. Sehingga gambar tersebut menunjukkan bahwa grafik dengan kemiringan yang curam adalah grafik dari jenis konsumen dengan resiko tinggi. Sedangkan grafik dengan kemiringan yang landai merupakan grafik dari jenis konsumen dengan resiko rendah. Dari kedua grafik tersebut masing-masing menunjukkan kurva indiferen yang saling berpotongan pada π=o. Dalam hal ini berarti bahwa sudah tidak terjadinya informasi asimetris di dalam pasar asuransi, karena perusahaan asuransi dapat secara pasti membedakan jenis konsumen yang berisiko tinggi maupun rendah. 18

19 2.4.2 Keseimbangan informasi tak sempurna Informasi yang tidak sempurna diperkenalkan dengan mengasumsikan bahwa perusahaan asuransi tidak dapat membedakan konsumen berisiko rendah dan risiko tinggi. Dalam hal ini perusahaan juga tidak bisa mempekerjakan metode penyelidikan lain untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Mengingat asumsi, perusahaan asuransi tidak bisa menawarkan kontrak yang muncul dalam keseimbangan penuh informasi yang kompetitif. Kontrak efisien untuk risiko rendah yang menyediakan setiap tingkat tertentu cakupan dengan premi yang lebih rendah daripada kontrak untuk risiko tinggi. Oleh karena itu kedua jenis akan lebih memilih kontrak yang dimaksudkan untuk risiko rendah (ini adalah adverse selection lagi!). Jika ditawarkan, maka akan dikenakan biaya premi berdasarkan probabilitas kecelakaan berisiko rendah tetapi harus membayar klaim pada probabilitas penduduk rata-rata. Gambar.5 Seperating and Pooling Contract Equilibrium 19

20 Grafik di atas menjelaskan mengenai keseimbangan informasi yang tidak sempurna dalam pasar asuransi dimana grafik dengan kemiringan curam adalah grafik untuk jenis konsumen berisiko tinggi, sedangkan grafik dengan kemiringan landai adalah grafik untuk jenis konsumen berisiko rendah. Dari kedua grafik tersebut masing-masing menunjukkan kurva indiferen yang berbeda. Yang membedakan kurva indiferen untuk keseimbangan konsumen yang sempurna dengan yang tidak sempurna terletak pada titik perpotongannya, dimana bagi keseimbangan informasi yang sempurna kurva indiferennya berpotongan pada π=0. Sedangkan bagi keseimbangan informasi yang tidak sempurna kurva indiferennya tidak berpotongan pada π=0. Asumsikan sekarang bahwa perusahaan asuransi menawarkan Sh kontrak yang dirancang untuk risiko tinggi dan kontrak S `dirancang untuk risiko rendah. Ketika jenis tidak dapat diamati, kontrak Sh dan S `harus memenuhi kendala seleksi mandiri (atau incentivecompatibility) Kendalakendala memerlukan risiko rendah untuk menemukan bahwa kontrak S `menawarkan utilitas sebanyak kontrak Sh, dengan penyelenggaraan kebalikan untuk risiko tinggi. Jika pada kendala utilitas, seseorang dengan risiko rendah akan memilih kontrak yang dirancang untuk mereka, sebagaimana yang risiko tinggi lakukan. Hal itu merupakan kendala seleksi mandiri yang dapat ditulis sebagai berikut: V`(S`) V`(Sh) (ICu), dan Vh(Sh) Vh(S`) (ICd) Tidak ada penyatuan keseimbangan dalam model pasar asuransi. Mungkin ada pemisahan keseimbangan, tapi ini tergantung pada populasi proporsi. Ketika tidak ada yang memisahkan keseimbangan, tidak ada kesetimbangan sama sekali. Informasi asimetris menyebabkan inefisiensi, baik menyebabkan pemisahan keseimbangan di mana risiko rendah dan memiliki asuransi terlalu sedikit atau menyebabkan tidak adanya keseimbangan sama sekali. 20

21 2.4.3 Intervensi Pemerintah Intervensi pemerintah dalam pasar asuransi dibatasi oleh batasan informasi yang sama yang mempengaruhi perusahaan: mereka tidak bisa mengatakan siapa yang berisiko rendah atau risiko tinggi secara langsung namun hanya bisa membuat kesimpulan dari pilihan-pilihan mereka. Hal ini memiliki konsekuensi yang membatasi intervensi kebijakan harus didasarkan pada informasi yang sama seperti yang tersedia bagi perusahaan asuransi. Bahkan di bawah pembatasan ini, pemerintah dapat mencapai perbaikan Pareto dengan menerapkan subsidi silang dari risiko rendah untuk risiko tinggi. Hal ini dilakukan dengan subsidi premi resiko tinggi dan berat premi risiko rendah. Hal ini juga dapat dilakukannya tanpa memperhatikan risiko dengan menerapkan cakupan minimal untuk semua pada premi risiko rata-rata. Alasan bahwa kebijakan ini bekerja adalah bahwa transfer yang dihasilkan dari risiko rendah menuju risiko tinggi melemaskan kendala insentif (ICD). Hal ini membuat serangkaian kebijakan asuransi yang memenuhi kendala yang lebih besar dan begitu manfaat kedua jenis. Keseimbangan ini tidak dapat dicapai oleh perusahaan asuransi karena akan memerlukan mereka semua untuk bertindak secara bersamaan. Ini adalah contoh dari kegagalan koordinasi yang mencegah pencapaian hasil yang lebih baik. Intervensi kebijakan telah direkayasa sehingga perbaikan Pareto. Perlu dicatat bahwa pemerintah telah meningkatkan hasilnya meskipun hanya memiliki informasi yang sama dengan perusahaan asuransi. Hal ini tercapai melalui kemampuan pemerintah untuk mengkoordinasikan transfer yang merupakan sesuatu yang perusahaan asuransi tidak bisa lakukan. 2.5 Signaling Dasar dari informasi asimetris adalah ketidakmampuan untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Hal ini dapat merugikan baik bagi penjual yang gagal dalam mendapatkan nilai yang sebenarnya, dan untuk pembeli yang lebih suka membayar harga yang lebih tinggi untuk sesuatu yang dikenal baik. Situasi ini akan membaik jika penjual bisa menyampaikan beberapa informasi yang meyakinkan kualitas Produk kepada pembeli. Jaminan juga dapat berfungsi sebagai sinyal dari kualitas barang yang tahan lama. Informasi tersebut, bisa saling menguntungkan. 21

22 Perlu dicatat perbedaan antara screening dan signaling. Pengguna informasi yang terbatas menggunakan screening untuk mencari tau informasi yang lebih baik. Sedangkan pengguna informasi yang luas menggunakan signaling untuk membantu mengurangi informasi dan mencari tahu kebenarannya. Pemodelan sinyal terjadi pada waktu tindakan investasi. Asumsi dasarnya adalah bahwa agen informasi bergerak pertama dan berinvestasi untuk memperoleh sinyal. Pihak yang kurang informasi kemudian mengamati sinyal dari agen tersebut dan menyimpulkan tentang bentuk kualitas berdasarkan sinyal-sinyal. Kesetimbangan tercapai ketika investasi yang dipilih dalam sinyal optimal untuk setiap agen pencari informasi. Salah satu asumsi yang mendorong operasi dan efisiensi pasar kompetitif adalah bahwa pembeli dan penjual memiliki informasi yang sempurna tentang kualitas barang dan jasa yang diperdagangkan. Dalam pasar tenaga kerja, perusahaan dalam merekrut tenaga kerja sering tidak tahu tentang kualitas dari para pelamar, bahkan perekrutan tenaga kerja ini bisa berisiko jika salah menempatkan karyawan. Bila perusahaan benar-benar tidak mengetahui tentang keahlian dan kualitas pelamar, maka pelamar memiliki insentif untuk membesar-besarkan kualifikasinya untuk mendapatkan pekerjaan. Pelamar sering memiliki informasi pribadi atau dengan kata lain mereka betul-betul tahu tentang keahlian dan kualitas mereka. Dengan begitu pelamar dapat mengirimkan sinyal-sinyal kepada perusahaan yang menunjukkan bahwa dirinya adalah karyawan berpotensi yang berkeahlian dan berkualitas baik. Gambar.6 Intervensi Pasar 22

23 Dalam pasar tenaga kerja, perusahaan akan mendapatkan laba lebih ketika mereka dapat mengamati sinyal dari para pekerjanya. Ketika perusahaan memiliki pekerja dengn produktivitas rendah, maka perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan tingkat produktivita para pekerjanya dengan memberikan upah yang tinggi sehingga para pekerja juga berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya. Namun ketika tingkat upah melebihi biaya yang dikeluarkan, perusahaan akan menurunkan tingkat upah yang kemudian justru menurunkan laba perusahaan. 3. Bernerd Spencer Game Theory Model Brander-Spencer adalah model ekonomi dalam perdagangan internasional awalnya dikembangkan oleh James Brander dan Barbara Spencer pada awal tahun Model ini menggambarkan situasi di mana, di bawah asumsi tertentu, pemerintah dapat mensubsidi perusahaan domestik untuk membantu mereka dalam kompetisi mereka terhadap produsen asing sehingga meningkatkan kesejahteraan nasional. Kesimpulan ini bertentangan dengan hasil dari kebanyakan model perdagangan internasional, di mana seharusnya tidak ada intervensi sosial yang optimal oleh pemerintah. Model dasar adalah variasi pada "pemimpin dan pengikut" Stackelberg-Cournot permainan duopoli. Atau, model tersebut dapat digambarkan dalam hal teori permainan sebagai awalnya permainan dengan ekuilibria Nash ganda, dengan pemerintah yang memiliki kemampuan mempengaruhi hadiah agar beralih ke permainan dengan hanya satu keseimbangan. Meskipun dimungkinkan bagi pemerintah nasional untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara dalam model melalui subsidi ekspor, kebijakan adalah tipe pengemis sesamamu. Hal ini juga berarti bahwa jika semua pemerintah secara bersamaan mencoba untuk mengikuti resep kebijakan dari model, semua negara akan berakhir lebih buruk. Model adalah bagian dari "Teori Perdagangan Baru" yang dikembangkan pada 1970-an dan awal 1980-an, yang kemudian dikembangkan menjadi teori perdagangan internasional. Secara khusus, seperti di banyak model teori Perdagangan Baru lainnya, skala ekonomi (dalam hal ini, dalam bentuk biaya masuk tetap) memainkan peran penting dalam model Brander-Spencer. 23

24 Versi Permainan Sebuah versi sederhana dari model ini dipopulerkan oleh Paul Krugman pada 1990-an di Prosperity menjajakan bukunya. Dalam set up ada dua perusahaan, satu asing dan satu negeri yang mempertimbangkan untuk memasuki pasar ekspor baru di negara ketiga (atau mungkin seluruh dunia). Permintaan di pasar ekspor adalah sedemikian rupa sehingga jika hanya satu perusahaan masuk, itu akan membuat keuntungan, tetapi jika mereka berdua masuk ke masing-masing akan membuat kerugian, mungkin karena awal dibentuk, infrastruktur, pengembangan pemasaran produk, atau biaya tetap lainnya entri. Matriks di bawah ini menyajikan contoh bentuk permainan jika kedua perusahaan terlibat masuk. Gambar.7 Bernerd-Spencer Game Theory Pilihan yang tersedia dari perusahaan dalam negeri diberikan di sebelah kiri, sedangkan yang dari perusahaan asing di atas. Angka pertama dalam setiap sel menunjukkan hasil untuk perusahaan dalam negeri sedangkan angka kedua adalah hasil ke perusahaan asing. Permainan tanpa subsidi pemerintah untuk perusahaan domestik ditunjukkan pada Fig.1 di sebelah kiri. Jika kedua perusahaan masuk, mereka masing-masing menderita kerugian sebesar 10 juta dolar dan jika mereka berdua tetap keluar dari pasar perusahaan tidak membuat keuntungan atau kerugian. Namun, jika hanya satu perusahaan masuk, perusahaan yang akan merealisasikan keuntungan sebesar 50 juta dolar AS, sementara perusahaan lain tak akan membuat apa-apa. Kedua ekuilibria Nash dari permainan ini (ditandai dalam warna ungu) merupakan situasi di mana hanya ada satu perusahaan memasuki - tetapi yang tegas, domestik maupun asing, adalah tak tentu. Dalam situasi seperti itu jika perusahaan asing memiliki keunggulan awal tipis dibandingkan perusahaan domestik, perusahaan dalam negeri akan tetap keluar dan perusahaan asing akan masuk. 24

25 Permainan berubah namun jika pemerintah dipercaya berjanji untuk mensubsidi perusahaan dalam negeri jika memasuki pasar, seperti yang diilustrasikan pada Fig 2. Misalkan pemerintah menjanjikan subsidi dari dua puluh juta, terlepas dari apakah perusahaan asing juga masuk atau tidak. Dalam hal ini, jika perusahaan asing memasuki perusahaan dalam negeri akan kehilangan sepuluh juta dari biaya masuk, tetapi akan lebih dari dikompensasi oleh subsidi pemerintah, berakhir dengan hasil bersih dari sepuluh juta. Jika perusahaan asing tidak masuk tentu saja, itu masih menguntungkan bagi perusahaan dalam negeri untuk masuk. Akibatnya, terlepas dari tindakan dari perusahaan asing, insentif perusahaan domestik adalah untuk memasuki pasar. Mengantisipasi hal ini, perusahaan asing akan tetap keluar dari pasar itu sendiri, karena kalau tidak akan mengalami kerugian. Dari sudut pandang negara dalam negeri, subsidi adalah meningkatkan kesejahteraan. Subsidi 20 juta merupakan transfer dari pemerintah untuk perusahaan karena itu tidak berpengaruh pada kesejahteraan nasional (mengabaikan biaya perpajakan, selama ini tidak terlalu besar wawasan dasar model berjalan melalui). Selain itu perusahaan domestik keuntungan 50 juta yang akan dinyatakan pergi ke perusahaan asing.. 25

26 4. Kekuatan dan Kelemahan Teori Dalam suatu teori tentunya terdapat kekuatan dan kelemahan yang muncul, sebab sebagai ilmu social (Ekonomi) yang memelajari pola hidup manusia yang hampir setiap saat berubah tentu bukanlah hal gampang, dan berikut merupakan kekuatan dan kelemahan teori informasi asimetris didasarkan pembahasan diatas. 4.1 Kekuatan Salah satu kekuatan utama dari teori informasi asimetris adalah kemampuan teori untuk menjelaskan fenomena ekonomi yang belum ijelaskan. Teori informasi asimetris memberitahu kita bahwa mungkin mustahil untuk membedakan kualitas yang baik dan buruk, dan fenomena ini dapat digunakan untuk menjelaskan, misalnya, keberadaan menangkal institusi pasar. Demikian pula pembenaran ekonomi untuk mengatur kualitas tidak dapat ditemukan dari teori tradisional. Kedua teori mengakui arti informasi sebagai penentu pasar. Tentu saja salah satu kekuatan dari teori ini adalah bahwa hal itu juga dapat diaplikasikan di atas sebagai disiplin ilmu. Teori ini dikembangkan di bidang ekonomi sebagaimana sebagian besar aplikasi yang dibahas dalam makalah, tetapi juga telah diterapkan pada bidang lain. Sebagai contoh, telah digunakan untuk menganalisis pengaruh pemalsuan di pasar lukisan seni dan untuk mempelajari model penyebaran HIV. Teori itu sendiri adalah sederhana untuk memahami dan memanfaatkan. Konsep ini tampaknya seperti "akal sehat" dan mudah dimengerti. Kompleksitas analisis hanya berasal dari memilih model matematis yang kompleks untuk model asimetri dari suatu domain aplikasi. 4.2 Kelemahan Meskipun bisa menjadi alat yang sangat berguna, teori informasi asimetris juga memiliki kelemahan. Pembahasan di sini didasarkan pada pengamatan dari bahan pelajaran yang disampaikan. Potensi masalah pertama berhubungan dengan model yang dikembangkan dengan menggunakan teori informasi asimetris untuk menilai pasar. 26

27 1. Asimetri satu arah : Misalnya, Spence menyatakan pada tahun 1976 dalam makalahnya bahwa "[dalam beberapa kasus] Akan ada variasi acak dalam sinyal biaya yang mencegah majikan untuk membedakan secara sempurna antara individu-individu dari berbagai kemampuan yang produktif." Aplikasi teori juga hanya mempertimbangkan asimetri dalam satu arah. Namun, ak menutup kemungkinan ada juga perbedaan informasi dalam mendukung pihak lain. 2. Model sederhana Teori Informasi Asimetris : Banyak dari model berurusan dengan versi yang sangat disederhanakan dari pasar dengan jenis kemungkinan beberapa pemain atau negara. Seperti yang selalu terjadi dengan model, ada kemungkinan untuk menjadi terlalu terpikat dengan model dan manipulasi matematika untuk melihat kompleksitas hadir di pasar dunia nyata. Teori itu sendiri mungkin rusak dalam asumsi sederhana nya. Misalnya, teori mengasumsikan bahwa pembeli selalu tahu nilai ratarata dari barang-barang yang dijual. Informasi seperti ini tidak selalu tersedia, khususnya untuk barang unik. Meskipun ada kemungkinan masih menjadi asimetri informasi dalam kasus ini. Begitupula dengan dinamika kompetitif diasumsikan dalam model yang sederhana. Rothschild dan Stiglitz menganggap model di mana keseimbangan dapat dicapai di pasar memastikan dengan kebijakan setiap diperdagangkan membuat keuntungan nol. Model ini tidak mempertimbangkan produk pengganti, peserta agresif untuk pasar perdagangan dengan keuntungan negatif dan juga mengasumsikan biaya yang sama untuk memproduksi jasa untuk semua perusahaan. Mengambil faktor tersebut ke dalam penghitungan mungkin memiliki efek mendalam pada hasil yang diperoleh dengan model. 27

28 5. Kesimpulan Setelah melakukan studi literature mengenai informasi asimetris yang juga membahas kekurangan serta kelebihan teori, maka dapat di simpulkan bahwa teori informasi asimetris tampaknya menjadi model intuitif perilaku pasar yang kompetitif. Utamanya konsep-adverse selection, menangkal lembaga, sinyal dan skrining-adalah konsep yang berguna yang telah banyak digunakan dalam penelitian selanjutnya. Teori ini juga digunakan di seluruh disiplin ilmu yang berbeda, yang menambah kredibilitas teori ini. Aplikasi teori yang disajikan di sini mengembangkan teori lebih lanjut dan menjelaskan banyak lembaga pasar yang penting. Hal ini jelas dari materi yang dipelajari bahwa teori tersebut memiliki beberapa aplikasi yang berguna. Aplikasi, bagaimanapun, sering teoritis daripada praktis. Hal ini dijelaskan sebagian oleh materi yang dipelajari karena tidak ada jurnal praktisi yang digunakan, tetapi berguna untuk dicatat kemungkinan perbedaan. Implikasi berguna dalam konteks model teoritis, tetapi penerapannya untuk masalah pasar yang sebenarnya harus dievaluasi secara menyeluruh sebelum pelaksanaan 28

29 6. Studi Kasus Kasus 1 Maraknya Penipuan di Dunia Maya (Penipuan Bisnis Online) 22 February :39 Internet di Indonesia dimulai pertama kali pada tahun 1990-an. Masyarakat menggunakan internet pada saat itu masih sangat terbatas, bisanya masyarakat yang berada dikota-kota besar yang menggunakannya. Berbeda dengan sekarang, masyarakat dari segala kalangan dapat menggunakan internet untuk berbagai macam hal. Kalangan tua, muda, sampai anak-anak sekarang mampu menggunakannya untuk kebutuhanya. Bisnis online sekarang marak sekali dilakukan orang untuk memperjualbelikan barang dagangannya. Banyak hal yang menjadi alasan mereka menggunakan internet untuk memperluas usahanya seiring dengan perkembangan internet yang semakin pesat. Di samping banyak kemudahan yang diberikan dalam jual-beli ini, tapi banyak juga kesulitan yang dialami oleh penjual dalam memasarkan dagangannya.tetapi banyak juga kasus-kasus penipuan jual-beli lewat online, dikarenakan jual-beli tidak seperti jual-beli pada umumnya, mereka bertemu kemudian ada transaksi. Sedangkan jual beli online misalnya lewat facebook, mereka hanya berkomunikasi lewat facebook atau lewat SMS. Dalam makalah ini membahas keuntungan dari jual-beli online, kesulitannya, serta kasus-kasus yang terjadi dalam jual beli secara online seiring dengan perkembangan internet yang semakin pesat di indonesia. Perkembangan Internet Di Indonesia Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat, yaitu interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan/ industri maupun pemerintah. Hadirnya internet telah menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana komunikasi, 29

30 publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga lainya. dampak positif dari sebuah teknologi internet di indonesia yanitu dapat memudahkan pencarian informasi, artikel, lowongan pekerjaan, dan masih banyak lagi. Tetapi disamping ada sisi positifnya juga tidak terlepas dari sisi negatif antara lain membuat manusia menjadi malas. Pengertian Bisnis Online/ Jual Beli Online Di zaman ketika internet seakan sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, khususnya di daerah perkotaan, proses jual beli melalui internet tentu sudah tidak asing lagi. Internet bukan hanya konsumsi golongan tertentu saja seperti bertahun-tahun yang lalu, tapi sudah merambah ke masyarakat golongan menengah ke bawahproses jual beli melalu internet ini lazim disebut e-commerce. E-commerce atau Electronic Commerce atau EC pada dasarnya adalah bagian dari electronic business. EC merupakan suatu proses jual beli, transfer, atau pertukaran produk, servis, dan informasi yang dilakukan melalui jaringan komputer, termasuk internet. Business to Consumer (B2C) adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan pembeli. Setiap tahunnya ada saja teknologi baru yang muncul entah dalam bentuk komputer desktop, laptop, handphone, iphone, dan bermacam-macam gadget lainnya. Perkembangannya yang cepat membuat harga gadget tersebut pun semakin murah karena kemudian kalah canggih dengan gadget lain. Hal ini membuat barang-barang tersebut terjangkau oleh masyarakat. Ditambah dengan akses internet yang mudah, internet menjadi hal yang tidak asing lagi. Keuntungan Bisnis Online Toko online adalah sebuah tempat terjadinya berbagai aktivitas perdagangan atau jual beli barang dan jasa yang terhubung dalam suatu jaringan dalam hal ini adalah jaringan internet.ketika melakukan transaksi di sebuah toko offline, kita bebas memilih barang yang akan kita beli. Terkadang kita perlu memasukkan barang yang kita beli ke dalam keranjang belanja lalu kita menyerahkan keranjang belanja tersebut ke pada kasir untuk dihitung total dari belanja kita.modal Tidak Terlalu Besar Modal tidak tidak perlu besar sampai jutaan rupiah. Paling minim biaya koneksi ke internet atau warnet. Tidak perlu beli stok barang atau mikir tersedianya stok (kecuali yang mau dagang produk sendiri). Di internet banyak yang mau dibantu sama kita untuk 30

31 jual produk mereka. Istilahnya biasa kita disebut sebagai affiliate, associate atau partner mereka.hemat Waktu dan Biaya Mengapa toko online dapat menghemat waktu dan biaya? Bayangkan bila Anda memiliki seorang customer yang berada jauh di luar pulau, tentunya sang customer yang menjadi langganan Anda merasa kesulitan untuk berbelanja di toko Anda jika Anda hanya terpaku pada penjualan toko offline. Bukankah ini akan membuang banyak waktu, tenaga dan biaya perjalanan.tetapi tidak demikian halnya jika Anda juga memiliki sebuah toko online selain toko offline Anda. Customer Anda tinggal memilih produk yang dipesan melalui website toko online Anda yang disajikan dalam bentuk gambar, kemudian mengisi form pemesanan barang, membayar dengan menggunakan sistem transaksi, dan barang akan di antar oleh jasa pengiriman barang tepat pada waktu yang telah ditentukan.tidak Perlu Menjaga Toko Setiap Saat Tidak seperti sebuah toko offline, Anda harus setia menanti pelanggan yang datang untuk berbelanja. Di toko online, Anda tidak perlu secara terus menerus menanti datangnya calon pembeli, sebab transaksi pemesanan dapat dilakukan melalui atau sistem yang telah ada dalam toko online tersebut. Penipuan Jual Beli atau Bisnis secara Online Belakangan ini banyak sekali kasus-kasus penipuan secara online yang ditangkap oleh polisi. Bisnis secara online memang mempermudah para pelaku penipuan dalam melakukan aksinya, karena mereka tidak bertemu secara langsung dengan pembelinya. Paling banyak ditemui dalam kasus penipuan ini adalah penipuan dengan menggunakan akun facebook. Penipuan dengan modus penjualan handphone dan elektronik via online marak di FB akhir akhir ini, dengan mengaku barang BM ( Black Market ) dari Batam serta harga yang jauh lebih murah dari harga pasaran membuat banyak orang tertarik untuk memesan barang yang ditawarkan, rasanya media harus segera memblow-up kasus ini sehingga masyarakat lebih banyak yang mengetahui bahwa ada penipuan berkedok penjualan handhone dan elektronik di FB dan untuk lebih berhati hati dalam bertransaksi online lebih lebih jika harga yang ditawarkan mencurigakan. 31

32 Kasus 2 Arisan Palsu Mama Wandes Raup Rp 450 Juta Tribunnews.com - Selasa, 29 Mei :09 WIB TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Berdalih arisan serta uang yang diinvestasikan akan menjadi berlipat ganda, OS alias Mama Wandes (40) tipu sejumlah korban yang sebagian besar wanita atau ibu-ibu. Para korbannya tersebut adalah teman-teman dekatnya sejak 2011 yang diperkirakan hingga saat ini kerugiannya mencapai sekitar Rp 450 juta. Polisi masih mengembangkan kasus yang diduga kerap terjadi di masyarakat, khususnya di kalangan ibu-ibu atau wanita. Polisi menciduk Mama Wandes di Pekanbaru. Sebelumnya Mama Wandes kabur dari kediamannya di Bandung setelah dicari kepolisian."kasus seperti ini perlu diinformasikan kepada masyarakat. Tidak sedikit orang yang tertipu dengan modus arisan. Pelaku (Mama Wandes) juga awalnya begitu, modusnya mengiming-imingi korban dengan uang berlipat ganda. Padahal, bohong," ujar Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsek) Buahbatu Kompol Maria Horet Hera di Mapolsek Buahbatu, Jalan Ciwastra 289, Bandung, Senin (28/5/2012). Modus yang dilakukan Mama Wandes adalah dia bertindak sebagai panitia arisan kelompok dalam bentuk uang. Ia mencoba membujuk rayu para korbannya dengan cara 'menjual' pemenang arisan yang akan jatuh tempo satu sampai dengan dua bulan ke depan. Mama menawarkan arisan dengan nominal yang lebih murah dan pada saatnya nanti, ketika jatuh tempo pemenang atau disebut sebagai pembeli akan mendapatkan uang berlipat.nilai kerugian yang dialami para korban beragam, mulai Rp 35 juta ke atas. Polisi masih melakukan pendataan karena diduga masih ada korban serta tidak menutup kemungkinan kerugian bisa lebih dari Rp 450 juta. Hingga kemarin, tercatat lebih dari 10 orang korban. Polisi mendapat laporan dari Lintong Tambunan dan kawan-kawan lalu menindaklanjuti pengaduan tersebut."berdasarkan keterangan sejumlah saksi. Kemudian hasil lidik terhadap perkara ini, pelaku bisa diciduk oleh tim unit reskrim Polsek Buahbatu. Pelaku kabur ke Riau dan kami tangkap di sana," kata Maria.Polisi berharap dengan terungkapnya kasus ini, masyarakat bisa lebih berhati-hati dengan modus arisan seperti halnya yang ditawarkan Mama Wandes. Masyarakat diharapkan tidak tergiur dengan bisnis fiktif yang tidak jelas manajemen maupun organisasinya.mama Wandes dikenai Pasal 378 jo Pasal 372 KUH Pidana ancaman hukumannya di atas 5 tahun penjara. Kini, Mama mendekam di sel tahanan Mapolrestabes Bandung karena di Mapolsek Buahbatu tidak ada sel tahanan untuk wanita. 32

BAGIAN VI: INFORMASI ASIMETRISS

BAGIAN VI: INFORMASI ASIMETRISS BAGIAN VI: INFORMASI ASIMETRISS DOSEN FERRY PRASETYIA, SE E., MAppEc JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA i Daftar Isi Daftar Isi... i 6.1 Pendahuluan... 1 6.2 Hidden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak dikalangan anak-anak, remaja, bahkan orang tua sekalipun. Hal ini, membuktikan bahwa

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan menggunakan internet sebagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan lepas dari transaksi jual beli sehingga pasar-pasar semakin lama menjadi lebih besar. Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan banyaknya inovasi yang ada, dari yang sederhana sampai yang menghebohkan dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis internet. Internet menawarkan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. satunya adalah handphone. Pada jaman sekarang, handphone menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. satunya adalah handphone. Pada jaman sekarang, handphone menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini semakin cepat dan semakin canggih serta praktis. Teknologi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia zaman

Lebih terperinci

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Toko online

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Toko online MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Toko online Disusun Oleh Nama : Wian ramadiansyah NIM : 11.11.4819 Kelas : 11 S1TI 03 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

1. Pengertian Agency Theory

1. Pengertian Agency Theory 1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Di dalam perkembangan dunia saat ini, internet benar-benar mempermudah aktivitas banyak orang. Salah satunya adalah berbelanja. Orang tak perlu lagi keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan internet sudah hampir diperlakukan sebagai salah satu kebutuhan sehari-hari. Beragam

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan di beberapa media teknologi yang didapat dari internet, kios

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan di beberapa media teknologi yang didapat dari internet, kios BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di beberapa media teknologi yang didapat dari internet, kios interaktif dan CD-ROM, sampai TV digital dan radio pada saat ini telah membawa kita ke dalam

Lebih terperinci

Stiglitz (1992) mengemukakan bahwa masalah antara prinsipal dan agen akan

Stiglitz (1992) mengemukakan bahwa masalah antara prinsipal dan agen akan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masalah Agensi di Perusahaan Reichelstein (1992) berpendapat bahwa masalah agensi akan muncul ketika ada seorang prinsipal menyewa seorang agen untuk mengerjakan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat saat ini. Internet sudah dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh negara dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BELAJAR MENCIPTAKAN PENGHASILAN ONLINE

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BELAJAR MENCIPTAKAN PENGHASILAN ONLINE KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BELAJAR MENCIPTAKAN PENGHASILAN ONLINE Karya ilmiah ini dibuat untuk syarat kelulusan matakuliah lingkungan bisnis Disusun oleh: Aditya Chandra Buana 10.12.4603 STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksimalkan keuntungan pemegang sahamnya dan menjaga. kelangsungan hidup jangka panjang. Dalam upaya mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksimalkan keuntungan pemegang sahamnya dan menjaga. kelangsungan hidup jangka panjang. Dalam upaya mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan sehingga memaksimalkan keuntungan pemegang sahamnya dan menjaga kelangsungan hidup jangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan BAGIAN 1 Prinsip & Konsep Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan Berdasarkan pengalaman selama lebih dari setengah abad dengan mencoba mendorong pembangunan modern, kita telah

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

Tantangan Manajemen. Teknologi. Informasi. Sistem. Informasi. Konsep-konsep Dasar

Tantangan Manajemen. Teknologi. Informasi. Sistem. Informasi. Konsep-konsep Dasar KONSEP KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dalam bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN 1. Pengertian manajemen keuangan 2. Tujuan manajemen keuangan 3. Fungsi manajemen keuangan 4. Teori keagenan 5. Teori asimetri informasi Muniya Alteza Pengertian Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi dampak yang signifikan pada pelaku bisnis maupun pelanggan. Perekonomian modern menawarkan banyak alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA 1. Proses Transfer Modal 2. Jenis Pasar Keuangan dan Institusi Keuangan 3. Bursa Saham 4. Efisiensi Pasar Modal 5. Konsep Tingkat Bunga Muniya Alteza Transfer

Lebih terperinci

INFORMASI EKONOMI: MEAN DAN VARIANCE

INFORMASI EKONOMI: MEAN DAN VARIANCE INFORMASI EKONOMI: MEAN DAN VARIANCE Cara paling mudah untuk merangkum informasi tentang hasil dari ketidakpastian adalah menggunakan konsep-konsep statistik dari mean dan variance terhadap variabel random.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat sejak dahulu hingga saat ini. Pada awal mulanya berbelanja dilakukan dengan sistem barter atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan manusia dalam berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah mengerti

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI SOFTSKILL STRATEGI PEMASARAN TOKO ONLINE RAKOENSHOP MELALUI KEKUATAN SOSIAL MEDIA Nama : Wanda Ariyatna Yanuar Npm : 557412654 Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu

BAB I PENDAHULUAN. berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet, jaringan komputer terbesar di dunia pada saat ini digunakan oleh berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu mereka sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah pada interaksi yang lebih komplek. Internet membantu

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah pada interaksi yang lebih komplek. Internet membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet saat ini sudah menjadi sesuatu yang familiar bagi semua kalangan masyarakat. Perkembangan dalam bidang tekhnologi informasi menjadikan internet tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22 / M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah tatanan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ledakan media memampukan perusahaan menjual produk dan jasa secara langsung kepada pelanggan tanpa melalui perantara. Media yang ada, cetak dan siaran, katalog,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis melalui media elektronik. Salah satu bentuk e-business yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis melalui media elektronik. Salah satu bentuk e-business yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat di seluruh dunia membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan kegiatan bisnis

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT: SYARAT & KETENTUAN INFOSEKITAR (WEBSITE DAN APLIKASI) ADALAH LAYANAN ONLINE YANG DIMILIKI DAN DIOPERASIKAN OLEH GALAKSI KOMPUTER YAITU APLIKASI YANG MENYEDIAKAN INFORMASI PROMO DISKON/POTONGAN HARGA UNTUK

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal meningkatkan bisnis, penjualan dan pembelian produk adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal meningkatkan bisnis, penjualan dan pembelian produk adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern mendorong perubahan sistem, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sistem perdagangan, cara bertransaksi

Lebih terperinci

Merintis Usaha Warnet

Merintis Usaha Warnet Merintis Usaha Warnet By: Abdul Khair STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstrak Sepertinya istilah Warnet sudah tidak asing lagi di Indonesia, banyak yang sudah tahu kalau Warnet adalah singkatan dari Warung Internet.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet yang semakin maju merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet yang semakin maju merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan internet yang semakin maju merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya e-commerce. Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, maka manusia di tuntut untuk mengikuti perkembangan dari dunia itu sendiri, kadang manusia pun tidak memandang waktu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA BISNIS. pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana

BAB V RENCANA BISNIS. pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana BAB V RENCANA BISNIS 5.1. Waktu dan Kegiatan Kegiatan implementasi untuk rencana bisnis ini dibuat dalam kurun waktu terlampir pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al-

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin cepat telah mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial dalam berbagai aspek kehidupan (Al- Kasasbeh, 2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya transparansi di berbagai bidang, terutama di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya transparansi di berbagai bidang, terutama di bidang teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini, sehingga terbentuknya transparansi di berbagai bidang, terutama di bidang teknologi informasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online.

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online. BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di era globalisasi ini telah mendorong perubahan sistem perdagangan yang ada sejak ratusan tahun silam. Secara tradisional pembelian harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Distribusi fisik tidak menjadi aspek utama dalam melakukan kegiatan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Distribusi fisik tidak menjadi aspek utama dalam melakukan kegiatan bisnis. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distribusi fisik tidak menjadi aspek utama dalam melakukan kegiatan bisnis. Dunia marketplace mulai ditinggalkan. Distribusi fisik merupakan aspek tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada :

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian dalam karya tulis ini merupakan perusahaan online shop yang menawarkan berbagai jenis produk. Sebagian besar website online shop yang

Lebih terperinci

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa

BAB VII PRODUK Apa itu produk? Barang dan Jasa BAB VII PRODUK Apa itu produk? Produk adalah sesuatu yang diciptakan untuk tujuan transaksi. Produk memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu dari pelanggan dan memberikan pendapatan pada penjual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang aktif melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi, dimana perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Konsumen dalam transaksi jual-beli seringkali berposisi sebagai pihak yang

BABI PENDAHULUAN. Konsumen dalam transaksi jual-beli seringkali berposisi sebagai pihak yang 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Penentuan Pokok Bahasan Konsumen dalam transaksi jual-beli seringkali berposisi sebagai pihak yang dirugikan. Hal ini disebabkan konsumen memiliki infonnasi yang

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Berisi tentang merancang strategi pemasaran. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

Kewirausahaan I. Berisi tentang merancang strategi pemasaran. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang merancang strategi pemasaran. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pengantar: Kisah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern pada saat ini teknologi mengalami perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern pada saat ini teknologi mengalami perkembangan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern pada saat ini teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin bertambah.teknologi memegang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan arus perekonomian sekarang ini telah mengalami pergeseran yang cukup mendasar yang dipicu oleh pertumbuhan teknologi informasi. Seperti mengacu

Lebih terperinci

ETIKA DI PANGSA PASAR

ETIKA DI PANGSA PASAR ETIKA DI PANGSA PASAR A. Pengertian Pasar Sering terbayang di benak kita bahwa pasar adalah suatu tempat yang utuh yang dimana bertemunya para pembeli dan para penjual untuk melakukan transaksi jual-beli.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membawa beberapa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup manusia yang menjadi serba praktis.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. yang tinggi serta perkembangan teknologi yang sangat pesat. Keadaan demikian

I PENDAHULUAN. yang tinggi serta perkembangan teknologi yang sangat pesat. Keadaan demikian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dunia bisnis pada saat ini sangatlah ketat, dimana tingkat mobilitas yang tinggi serta perkembangan teknologi yang sangat pesat. Keadaan demikian menuntut para

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini. Perkembangan sistem informasi saat ini sangat pesat khusunya dalam urusan bisnis manusia. Terlebih

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dalam bentuk internet semakin maju dan

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dalam bentuk internet semakin maju dan BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan Perkembangan teknologi informasi dalam bentuk internet semakin maju dan memunculkan fenomena dimana semakin banyak orang menggunakan kemajuan

Lebih terperinci

3 Sumber: pada 1

3 Sumber:  pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan teknologi pun mengalami perkembangan yang pesat. Manusia terus berupaya menciptakan teknologi dalam berbagai aspek, guna

Lebih terperinci

E-Commerce. A. Pengertian Electronic Commerce

E-Commerce. A. Pengertian Electronic Commerce E-Commerce A. Pengertian Electronic Commerce Electronic Commerce atau perdagangan secara elektronik adalah perdagangan yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi, terutama internet. Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Untuk memaksimalkan laba dari investasi infrastruktur e-bisnis, perlu pemahaman tentang bagaimana perusahaan dalam menerapkan e-bisnis. Penelitian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Karya Ilmiah Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Oleh SUTONO NIM : 10.12.4644 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeser menjadi text-based communication melalui media sosial. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. bergeser menjadi text-based communication melalui media sosial. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih dengan penggunaan internet dalam proses pemasaran produk dan jasa telah mengubah bentuk komunikasi yang semula bergantung

Lebih terperinci

Panduan Sukses Bisnis BebasBayar

Panduan Sukses Bisnis BebasBayar Anda Mengalami Kesulitan dengan Masalah Keuangan?? atau Pusing Memikirkan Sulitnya Mencari Pekerjaan Saat ini?? STOP!! Kini Siapapun Anda, Apapun Profesinya, Anda Bisa Hasilkan Jutaan Rupiah per Bulan..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan memunculkan konsep pemasaran baru. Jika tadinya para pemasar menggunakan toko atau media cetak untuk

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. didominasi oleh para kaum wanita. Faktor offline store

BAB I PEDAHULUAN. didominasi oleh para kaum wanita. Faktor offline store BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belanja atau Shopping merupakan suatu kegiatan untuk membeli suatu barang. Kegiatan belanja pun identik di pasar, mall, supermarket, dan tempat belanja lainnya. Kegiatan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE

KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE Nurrachman 10.12.4349 ECOMMERCE-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah karya syarat untuk menjadi ecommerce

Lebih terperinci

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF IKHTISAR Motivasi kinerja manajer yang bertanggungjawab merupakan peran yang sama pentingnya bagi akuntansi keuangan seperti halnya penyediaan informasi bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komputer. Hampir dapat dipastikan semua kegiatan manusia melibatkan komputer, seperti sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan.

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bundling Bundling merupakan pengelompokan beberapa layanan telekomunikasi jadi satu paket untuk meningkatkan pelanggan potensial dan mengurangi biaya iklan, pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman web (Saputro,

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman web (Saputro, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman web (Saputro, 2008).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi dan internet yang semakin pesat di era globalisasi ini mendorong terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan manusia. Saat ini media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Manajemen Pemasaran 2.1.1 Strategi Strategi perusahaan merupakan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi

Lebih terperinci

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Serial Kelompok TEMPO Media dan Bank Danamon dengan Tema : Peran Pemberdayaan dalam Pengembangan Ekonomi Daerah.

Lebih terperinci