PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK. Oleh : Inke Resunda A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK. Oleh : Inke Resunda A"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK Oleh : Inke Resunda A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 RINGKASAN INKE RESUNDA. Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok (di bawah bimbingan NIZAR NASRULLAH) Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang diperlukan untuk lalu lintas manusia, barang maupun jasa. Jalan sebagai penghubung antara satu bagian wilayah dengan wilayah lainnya ternyata memberikan dampak negatif terutama bagi lingkungan di sekitarnya, berupa pencemaran udara, kebisingan, dan perubahan penggunaan lahan. Kota Depok sebagai salah satu kota yang sedang berkembang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota dengan luasan 207,06 km 2 terdiri dari 6 kecamatan meliputi kecamatan Pancoran Mas, Beji, Sawangan, Cimanggis, Limo dan Sukmajaya. Salah satu permasalahan transportasi di Kota Depok adalah kurangnya jalan alternatif, tingginya sirkulasi komuter, kurangnya penataan sepanjang ruas jalan, serta kurang memadainya lintasan jalan Barat-Timur. Sehingga sebagai salah satu solusi bagi pelayanan transportasi di kota ini dibangunlah Jalan Ir. H. Juanda yang menghubungkan wilayah Barat/Tengah dengan Timur tepatnya menghubungkan Jalan Margonda Raya dengan Jalan Raya Bogor-Jakarta. Studi mengenai perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini menggunakan tahapan perencanaan mengikuti pendekatan sumber daya yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang terdiri atas tahap commision, research, analysis, dan synthesis. Teknik survey lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi, dan teknik. Keinginan pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masingmasing 15 orang masyarakat dan 15 orang pegawai instansi terkait. Lingkup perencanaan yaitu sepanjang 4 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 31 m (semula 21,8 m) atau luas + 18,7 Ha. Kondisi topografi tapak yang relatif datar dan banyaknya lahan kosong di sekitar jalan berpotensi untuk dikembangkan. Kawasan sekitar jalan yang telah cukup padat dengan permukiman ditambah adanya rencana jalan tol yang terletak berdampingan di sebelah utara jalan ini membuat penulis lebih banyak mengalokasikan ruang hijau bagi buffer area untuk meredam kebisingan, menyerap polusi serta meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi ke dalam 3 segmen yaitu segmen Barat, Tengah, dan Timur. Lanskap jalan Ir. H. Juanda direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh, dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penempatan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri. Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi (6 Ha/32,6%), ruang penyangga (6,7 Ha/36,4%), ruang pelayanan (4,2 Ha/22,8%), dan ruang identitas (1,5 Ha/8,2%). Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang

3 penyangga/konservasi adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan, dan mempertahankan keberadaan situ. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan, area sekitar perairan dan buffer tol. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat sekitar seperti berjalan kaki, bersepeda, parkir, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa tugu pada Simpang Margonda, gerbang kota pada Simpang Cisalak, penataan vegetasi yang berbeda di setiap segmen jalan, view pada Situ dan fasilitas jalan. Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan yang dapat memberikan perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi, serta memiliki nilai estetika. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama panyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok, dan sebagainya. Tanaman disusun secara massal dan kontinyu di sepanjang jalan dengan disain linier, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus sebagai penanda. Pada rencana ini dipilih tanaman jenis pohon yaitu mahoni (Swietenia mahogony) untuk segmen Barat dan Timur, cempaka (Michelia campaca) untuk segmen Tengah. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis cemara (Casuarina equisetifolia), pinus (Pinus merkusii), glodogan tiang (Polyalthea longifolia pendula) dan Palm Raja (Roystonea regia). Sedangkan pada median dipilih jenis semak/perdu yaitu oleander (Nerium oleander), bugenvil (Bougainvillea spectabilis), dan soka (Ixora javanica). Untuk hardscape berupa trotoar (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1,45 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (40 buah), halte (20 buah), stop area berupa shelter (4 buah), tempat sampah (40 buah), lampu penerangan (PJU 80 buah dan lampu pedestrian buah), dan papan reklame yang direncanakan menyatu dengan bangunan. Dengan dilakukannya pelebaran damija dari 21,8 m menjadi 31 m, penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jaln. Serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar melalui penataan tanaman, buffer tol, dan konservasi perairan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembang pada kawasan jalan Ir. H. Juanda. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana lanskap yang telah dibuat.

4 PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Oleh : Inke Resunda A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK : Inke Resunda : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP Tanggal lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 30 Juli 1983 sebagai anak dari pasangan Ir Eddy D. Kasik dan E. Kurniasih dengan nama Inke Resunda. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 15 Bengkulu (lulus tahun 1995), melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 2 Bengkulu (lulus tahun 1998), dan SMU Negeri 5 Bengkulu (lulus tahun 2001). Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) 2004/2005 dan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Perancangan Lanskap (Program S1) dan Teknik Arsitekur Lanskap (Program D3) tahun ajaran 2004/2005. Penulis juga pernah menjadi drafter dan surveyor taman kantor serta desain dan pelaksanaan taman depan Kampus Diploma IPB.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas kehendak-nyalah sehingga skripsi yang berjudul Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan kepada : 1. Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr selaku pembimbing skripsi atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi, 2. Dr Ir Siti Nurisyah, MSLA sebagai pembimbing akademik selama kuliah atas nasihatnya, 3. Dr Ir Andi Gunawan, Msc dan Dr Ir Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini, 4. Keluargaku tercinta (Papa, Mama, Teteh, dan Dede) untuk doa dan kasih sayang serta dukungannya selama ini, 5. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya Angkatan 38 untuk kebersamaannya selama ini, 6. Bapak Yana (Dinas Tata Kota Depok) atas kemudahan dalam pencarian data, 7. Bapak Agus (Dinas PU Depok), Ibu Kania (DKLH Depok), Bapak Tarigan (DLLAJ Depok), Bapak Uus Mustari (Bapeda Depok) atas datanya, 8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi namun tidak dapat disebutkan satu per satu. Skripsi ini berisikan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok yang dibuat untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan identitas bagi para pengguna jalan serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan bagi masyarakat sekitarnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih. Bogor, November 2005 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Pengertian Jalan... 5 Lanskap Jalan... 6 Perencanaan Lanskap... 7 Perencanaan Lanskap Jalan... 9 Ruang Terbuka... 9 Penanaman Jalur Hijau Jalan Perlengkapan Jalan METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Penelitian HASIL INVENTARISASI Kondisi Umum Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Jaringan Jalan Perekonomian dan Kependudukan Kebijakan Pengembangan Kota Depok Rencana Tata Guna Lahan Kawasan Aspek Fisik dan Biofisik Penggunaan Lahan dan Bangunan Jalur Pejalan Kaki Fasilitas Jalan Utilitas Dimensi Jalan dan Volume Kendaraan Vegetasi dan Satwa Iklim Geologi dan Tanah Topografi, Hidrologi dan Drainase Aspek Sosial Pengguna Potensial Keinginan Masyarakat Pengguna Aspek Teknik Jaringan Jalan Pemeliharaan Lanskap Jalan Peraturan Jalan... 49

9 ANALISIS POTENSI DAN PEMECAHAN MASALAH Sejarah dan Konsep Pengembangan Lokasi dan Orientasi Tapak Struktur Kegiatan Aspek Fisik dan Biofisik Iklim Bentukan Lahan Vegetasi Jalan Kualitas Udara dan Kebisingan Sarana dan Prasarana Jalan Lingkungan Sekitar Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Karakter Pengguna Rencana Program Ruang PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Konsep Pengembangan Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Fasilitas Jalan Konsep Tata Hijau Rencana Lanskap Rencana Ruang Sirkulasi Rencana Ruang Pelayanan Rencana Ruang Identitas Rencana Tata Hijau Rencana Fasilitas Jalan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data Keadaan Penduduk di Daerah Studi Karakteristik Pembagian Segmen kawasan Jumlah dan Karakteristik Perlengkapan Jalan Dimensi Jalan Ir H Juanda, Kota Depok Daftar Tanaman Pada Jalan Ir H Juanda Hasil Pengukuran Suhu Lokasi Studi Kemiringan Lereng Kota Depok Proporsi Pergerakan Transportasi di Kota Depok Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Kawasan Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Studi Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi Hasil Analisis Unsur Lanskap Jalan Ir H Juanda Matriks Hubungan Fungsi dan Ruang pada Bagian-bagian Jalan Penilaian Alternatif Rencana Ruang Komposisi Ruang, Aktivitas, Fasilitas dan Luasan Kriteria Tanaman Pada Bagian-bagian Jalan Vegetasi yang Dapat Digunakan pada Lanskap Jalan Rencana Penanaman Tata Hijau Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk Jumlah dan Lokasi Lampu Penerangan Rencana Penempatan Fasilitas Jalan

11 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan Peta Lokasi Studi Bagan Tahapan Perencanaan Menurut Simonds (1983) Tapak Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok Rencana Tata Guna Lahan Kawasan Kondisi Eksisting Tapak Area Hijau di Sekitar Tapak Kondisi Trotoar Penggunaan Trotoar Kondisi Jalur Hijau pada Tapak Kondisi Topografi Lokasi Peta Tanah Aktivitas Pejalan Kaki Pipa Gas dan Larangannya Konstruksi Teknis Pelindung Pipa Gas Kegiatan Pemeliharaan Lanskap Kondisi Perairan pada Tapak Kondisi Drainase Tapak Pengaturan Vegetasi Peredam Kebisingan dan Polusi Kendaraan Sistem Pedestrian Walk Ilustrasi Penggunaan Lampu Penerangan dan Rambu Lalu Lintas View Sekitar Tapak Analisis-Sintesis Alternatif Ruang Konsep Ruang Terpilih Konsep Sirkulasi Ilustrasi Lampu Pedestrian Ilustrasi Tempat Sampah, Bangku dan Halte Ilustrasi Penggunaan Vegetasi Sebagai Estetika pada Lanskap Jalan... 88

12 30. Konsep Tata Hijau Lay bay Pedoman Pembuatan Tugu dan Gerbang Kota Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 1) a. Potongan Area Tugu b. Potongan Simpang Margonda Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 2) a. Potongan Jembatan Flyover Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 1) a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan b. Potongan Halte Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 2) a. Rencana Parkir b. Rencana Pedestrian c. Sketsa Stop Area Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 1) a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 2) a. Potongan Simpang Cisalak Sketsa Beberapa Fasilitas

13 DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman 1. Form Kuisioner Jumlah dan Karakteristik Bangunan Sekitar Tapak Volume Lalu Lintas Jalan Ir H Juanda, Depok Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Studi Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner Pengguna Jalan Daftar Tanaman dengan Nilai APTI (Air Pollution Tolerante Index)

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu sarana transportasi yang sangat penting adalah jalan. Jalan merupakan prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukkan untuk lalu lintas. Jalan sebagai sarana penunjang perkembangan wilayah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah kota. Depok sebagai kota yang sedang berkembang, memiliki visi Depok sebagai Kota Pendidikan, Permukiman, Perdagangan dan Jasa yang Relegi. Gerak laju pertumbuhan Kota Depok menuntut lancarnya sarana transportasi yang berimplikasi pada pembuatan dan penyediaan sarana jalan penghubung ke berbagai wilayah Kota Depok. Permasalahan utama pada jaringan pergerakan di Kota Depok adalah disebabkan oleh tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama kota, pemanfaatan badan jalan untuk perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan, garis sempadan bangunan yang belum teratur, terbatasnya jalan alternatif di poros tengah kota menuju Jakarta, dan kurang memadainya lintasan jalan Barat-Timur. Sebagai salah satu bentuk usaha pemerintah Kota Depok dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pembangunan jalan kolektor primer yang menghubungkan jalur sirkulasi internal (ke dalam Kota Depok, ruas Margonda Raya) dan sirkulasi ekternal (ke luar Kota Depok, ruas Cimanggis) yaitu jalan Ir. H. Juanda. Ruas jalan Ir. H. Juanda terdapat dalam wilayah pengembangan bagian tengah dan timur Kota Depok. Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro konsep wilayah pengembangan Kota Depok terbagi 3 yaitu : wilayah Barat dengan fungsi perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah sampai sedang; wilayah Tengah dengan fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata, dan permukiman kepadatan rendah sampai tinggi; dan wilayah Timur dengan fungsi permukiman kepadatan rendah sampai tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata, dan industri yang ramah lingkungan (Dinas Tata Kota-Kota

15 Depok, 2003). Untuk itu diperlukan sistem pergerakan yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah tersebut sehingga antar wilayah terjadi integrasi. Perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda merupakan bagian dari perencanaan Kota Depok. Kondisi jalan yang baru difungsikan dengan keadaan sekitar yang masih kosong memerlukan suatu penataan lanskap jalan untuk mencegah kesemrawutan pada wajah jalan seperti yang selama ini sering terjadi di berbagai tempat. Dan juga memberikan identitas dan ciri pengenal Kota Depok terutama bagi pemakai jalan. Berbagai upaya dilakukan dalam meningkatkan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pengguna jalan akan terangkum dalam sebuah perencanaan lanskap jalan. Tanaman dan hardscape merupakan dua unsur yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan lanskap jalan. Tanaman berfungsi sebagai kontrol visual, pengarah angin, kontrol kelembaban dan hujan, kontrol kebisingan, kontrol erosi penyaring polutan, habitat alami, dan estetika. Sedangkan hardscape yang biasa digunakan adalah rambu-rambu lalu lintas, bak tanaman, saluran drainase, penerangan jalan, dan aksesoris jalan berfungsi dalam memperlancar lalu lintas dan memberi kemudahan serta informasi yang dibutuhkan penggguna jalan. Dalam lanskap jalan harus diperhatikan lokasi, keadaan topografi, dan karakter lanskap yang berada di sekitarnya. Sehingga perlu pemikiran yang seksama dengan memperhatikan fungsi keamanan, kenyamanan, estetika dan ekonomi baik bagi pemerintah kota, pengguna jalan maupun bagi masyarakat sekitar jalan tersebut. Sebelum memulai studi diperlukan suatu kerangka berpikir dalam menyusun suatu rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok sebagai pedoman dalam memudahkan pelaksanaan studi, seperti terlihat pada Gambar 1. Rencana lanskap didasarkan pada pertimbangan bahwa Jalan Ir. H. Juanda sebagai penghubung antar wilayah kota sehingga dalam pembuatan rencana lanskapnya sedapat mungkin menyatu dengan karakter Kota Depok secara umum.

16 Tujuan Studi ini bertujuan untuk membuat rencana penataan lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dalam berlalu lintas, memberi keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna jalan maupun masyarakat Kota Depok pada umumnya, serta memberikan identitas pada lanskap jalan Ir. H. Juanda, Depok. Selain itu juga bertujuan agar dapat memperbaiki kualitas lingkungan sekitarnya. Produk akhir dari studi ini berupa rencana tapak yang meliputi rencana ruang, aktivitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, rencana sirkulasi serta tata hijau, yang mendukung keberadaan jalan sebagai sarana transportasi. Manfaat Hasil dari studi berupa perencanaan lanskap jalan yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak perencana maupun pengelola jalan Kota Depok, terutama dalam pengembangan perencanaan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda ke depannya.

17 Konsep Makro Pengembangan Kota Depok Wilayah Barat Wilayah Tengah Wilayah Timur Fungsi jasa perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah-sedang Fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata, dan permukiman kepadatan sedang-tinggi Fungsi permukiman kepadatan rendah-tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata, dan industri yang ramah lingkungan Perlu sarana dan prasarana transportasi sebagai penghubung Pembangunan jalan Ir. H. Juanda sebagai penghubung wilayah tengah dan timur Penataan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda sesuai potensi kawasan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Zonasi ruang Sistem Sirkulasi Tata Hijau Hardscape Rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok Gambar 1. Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok

18 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jalan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang jalan bahwa jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Menurut Simonds (1983), jalan merupakan suatu kesatuan yang harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi, dan interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 Bab III Bagian Kedua pasal 8 mengenai pengelompokan jalan menurut peranannya yaitu: 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan dengan kecepatan ratarata rendah. Lebih lanjut dalam pasal 11 dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1985 bagianbagian jalan yaitu : 1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan, yang diperuntukkan bagi :

19 a. Badan jalan yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan. bagian ini hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamanan terhadap konstruksi jalan. b. Ambang pengaman yaitu bagian yang terletak paling luar dari damaja hanya untuk mengamankan konstruksi jalan. c. Saluran tepi jalan yaitu bagian yang hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air, agar badan jalan bebas dari pengaruh genangan air. d. Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada sistem jaringan jalan yang harus ditempatkan di luar Damija, seperti trotoar, lereng, timbunan dan galian, gorong-gorong, dan lain sebagainya. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. 3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di luar Damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan untuk pengamanan konstruksi jalan. Lanskap Jalan Lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Untuk mempelajarinya tidak terlepas dari pemahaman interaksi antara lanskap fisik dan sosialnya, yang keduanya tidak dapat dipisahkan (Eckbo, 1964). Simonds (1983) menyatakan bahwa dalam lanskap kehidupan manusia tersusun atas jalan dan tempat, dimana jalan berfungsi sebagai jalur sirkulasi kendaraan, manusia serta sebagai pusat aktivitas manusia. Lanskap jalan harus bermanfaat dan secara kualitas menyenangkan bagi pengguna jalan, jika memiliki keharmonisan dan kesatuan dengan topografi dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan fungsi secara fisik dan visual. Lebih lanjut Simonds (1983) menjelaskan bahwa konsep dasar lanskap jalan adalah

20 memberikan keamanan, kenyamanan, identitas dan keselamatan bagi pengguna jalan dan dapat mengeliminasi pengaruh negatif dari aktivitas jalan terhadap masyarakat sekitarnya. Yang dimaksud dengan lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang berupa elemen lanskap alamiah seperti bentukan topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Departemen Pekerjaan Umum, 1996). Jalan yang berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi kendaraan maupun manusia harus dapat digunakan secara aman dengan akses yang menyenangkan. Begitu pula jalur pejalan kaki dengan ruang terbuka hijau yang tertata sesuai dengan bangunan yang ada, dapat dilengkapi dengan sarana-sarana yang menyenangkan sehingga dapat memberikan kenyamanan (Simonds, 1983). Perencanaan Lanskap Menurut Simonds (1983) sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap adalah dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. Perencanaan yang berkaitan dengan wilayah perkotaan harus diupayakan berwawasan lingkungan dan dapat mendukung mobilitas kehidupan kota. Nurisjah (2004) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk utama kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan

21 dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan bahwa perencanaan dalam arsitektur lanskap merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan di lahan tersebut. Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Pada tahap perencanaan selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Namun sejauh tetap menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat ditoleransi dan diakomodasi. Dalam studi ini digunakan tahapan perencanaan dengan pendekatan yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang terdiri atas tahap commission, research, analysis, synthesis, construction, dan operation. Pada studi ini dibatasi hingga tahap synthesis saja. Tahap commission merupakan pertemuan antara pelaksana dengan klien (Pemerintah Kota Depok), sebagai tahap awal dalam memulai studi dengan mengetahui gambaran pengembangan dan keinginan klien. Pada tahap research adalah tahap pengumpulan data yaitu data primer berupa data sumber daya alam dan fisik tapak yang diperoleh dari survei tapak, wawancara dan penyebaran kuisioner kepada 30 orang responden dari instansi-instansi terkait dan masyarakat sekitar, maupun data sekunder berupa hasil studi pustaka. Selanjutnya pada tahap analysis, dilakukan analisis tapak untuk melihat potensi sumber daya pada tapak dan kemungkinan pengembangan tapak dengan mengkaji peraturan dan kebijakan pemerintah ke dalam program pengembangan ruang. Lebih lanjut dalam tahap synthesis dilakukan studi skematik untuk mendapatkan alternatif program pengembangan ruang, dimana kemudian program yang terpilih dikembangkan menjadi rencana pengembangan lanskap awal dalam bentuk plan concept dan rencana anggaran biaya.

22 Perencanaan Lanskap Jalan Setiap jalur jalan merupakan hasil disain yang unik dan akan memiliki karakter serta fungsi tersendiri (Simonds, 1978). Lebih lanjut Simonds (1983) menyatakan bahwa prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap adalah dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Perencanaan lanskap jalan yang baik adalah bervariasi dalam bentuk, ukuran, tekstur, dan warna, serta mempertimbangkan panorama (view) disekitarnya melalui pembingkaian pemandangan yang baik dan penutupan pemandangan yang buruk. Pemandangan yang bebas ke arah gunung,persawahan, padang rumput, atau bentukan lain yang menyenangkan manusia yang melihatnya merupakan salah satu potensi yang dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga mudah dilihat. Pergerakan kendaraan harus dapat dilakukan secara aman dengan akses yang menyenangkan. Demikian pula dengan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka hijau (RTH) yang ditata sesuai dengan bangunan yang ada beserta kelengkapannya sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi kehidupan kota. Menurut Simonds (1978), perencanaan jalan harus mempertimbangkan : a) Jarak pandang yaitu jarak pandang horizontal dan vertikal yang cukup untuk waktu observasi minimal 10 detik pada kecepatan jalan yang diijinkan. b) Pembukaan rangkaian pemandangan atau view, penampakan tapak dan bangunan. c) Kemampuan jalan dalam semua kondisi cuaca serta keamanannya. d) Pengenalan topografi, sudut cahaya matahari dan badai. e) Panjang minimal serta gangguan lanskap minimal. f) Pengalaman mengemudi yang menyenangkan. Ruang Terbuka Ruang terbuka dianggap sebagai karakteristik dari arsitektur jika mereka dikelilingi atau ditutupi sepenuhnya atau sebagian oleh sebuah struktur atau elemen dari struktur (Simonds, 1983). Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang

23 yang pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara individu maupun kelompok yang bertempat di luar bangunan. Berdasarkan jenis aktivitasnya maka ruang terbuka dapat dibedakan menjadi ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif artinya kegiatan manusia di ruang tersebut besar dan luas, misalnya lapangan olah raga, jalur pejalan kaki dan taman kota. Sedangkan ruang terbuka pasif adalah merupakan kebalikan dari ruang terbuka aktif yakni ruang terbuka yang di dalamnya kegiatan manusianya relatif kecil atau terbatas misalnya taman kecil dan jalur hijau tepi jalan, pekuburan, dan sejenisnya. Ruang terbuka (open space) adalah segala jenis lahan atau tanah yang tidak ada bangunan diatasnya; sedangkan istilah ruang terbuka hijau (green open space/ green covered area) adalah lahan tidak terbangun yang tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya, wujud ruang terbuka hijau atau ruang terbuka tidak hijau bisa berupa halaman, lapangan, atau taman kota. Ruang terbuka dibutuhkan untuk memberi keseimbangan pada area yang telah padat oleh bangunan, untuk bergerak dan berekspresi dengan bebas setelah jenuh bekerja. Ruang terbuka hijau sendiri menurut Carpenter, et al. (1975) bermanfaat sebagai pelembut suasana keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanan-tekanan dari kebisingan, udara panas dan polusi di sekitarnya serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Menurut Simonds (1983), ruang terbuka berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Sedangkan fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain, pembatas atau pemberi jarak antara massa bangunan dan pelembut arsitektur bangunan. Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap alami dan buatan, tidak hanya berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986), bentuk keseluruhan ruang terbuka dapat dipertegas dengan menggunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan dan tumbuhan, tetapi juga dapat dibentuk dengan cara mengakomodasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan

24 alami. Seperti yang dikemukakan oleh Lynch (1981), bahwa ruang terbuka tidak selalu alami tetapi dapat juga menggunakan struktur buatan manusia. Penanaman Jalur Hijau Jalan Tanaman dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu dalam lanskap jalan, baik secara individu maupun kelompok dalam penanamannya serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda. Tanaman dalam lanskap dapat berfungsi mengurangi dampak negatif dari kegiatan lalu lintas misalnya mengurangi polusi, mengurangi silau serta menjadi unsur pemersatu dan pelembut dari bangunan dan perkerasan. Tanaman, perlengkapan jalan, serta bangunan utilitas pada sistem jaringan jalan diletakkan sesuai dengan ketentuan masing-masing. Carpenter, et al. (1975) membagi penggunaan tanaman pada lanskap jalan dalam beberapa fungsi yaitu : (1) mengontrol pemandangan, (2) mengontrol fisik, (3) mengontrol iklim, (4) memberikan kenyamanan, dan (5) pengendali erosi. Dalam penataan tanaman dapat disesuaikan dengan posisinya di tepi jalan atau di persimpangan sesuai dengan ketentuan sehingga fungsinya dapat dirasakan oleh pemakai jalan. Kehadiran vegetasi dengan penanaman pohon pada jalan bertujuan untuk menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan (Arnold, 1980). Dengan adanya efek ruang, dapat memisahkan aktivitas yang berlangsung pada jalan tersebut. Menurut Lynch (1981), tujuan dari jalur penanaman jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang bagi utilitas dan pelengkap jalan, baik yang terletak di atas maupun yang terletak di bawah permukaan tanah. Menurut Arnold (1980) jenisjenis pohon yang dipakai untuk penanaman di jalan sebaiknya dipilih yang tidak membutuhkan perawatan yang intensif dan pemeliharaan minimum, mampu beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap tekanan lingkungan dan serangan hama penyakit. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996), peletakan jalur tanaman disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan yaitu sebagai berikut :

25 1. Pada jalur tanaman tepi. Sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman harus memenuhi kriteria teknik peletakkan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2. Pada jalur tengah (median). Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4,00-6,00 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah persimpangan dan daerah bukaan. 3. Pada daerah tikungan. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (semak/perdu) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan ditempatkan pada ujung tikungan. 4. Pada daerah persimpangan. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakkannya harus memperhatikan bentuk persimpangan. Selain itu perlu memperhatikan adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Lebih lanjut Departemen Pekerjaan Umum (1996), menyatakan bahwa perlu memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman dalam hal peletakkan tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat dibedakan menjadi tanaman pohon, semak/perdu, dan tanaman penutup permukaan tanah. Sebagai contoh, pemilihan bentuk tajuk dan ketinggian pohon yang disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya misal, tanaman jenis pohon dengan tajuk melebar dan berdaun padat dan berfungsi sebagai peneduh terutama bagi pejalan kaki. Oleh karena itu penempatannya diletakkan pada jalur tepi kanan/kiri jalan. Perlengkapan Jalan/Street Furniture Harris and Dines (1988) mengartikan perlengkapan jalan secara kolektif sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan atau streetscape untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan

26 karakter lingkungan setempat dan menyatu dengan sekitarnya. Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang mudah didapat, kuat terhadap cuaca, mudah dalam perawatan dan konstruksi yang mudah dalam pembuatan, mudah dalam perbaikan, kuat dan aman bagi pemakai maupun lingkungan sekitarnya. Sarana pelengkap jalan ini diperlukan untuk pemenuhan fungsi keamanan dan kenyamanan, fungsi pelengkap dan fungsi estetis, yang ketiganya saling berkaitan. Elemen yang dimaksud untuk fungsi keamanan dan kenyamanan adalah saluran drainase, lampu, halte bis, rambu lalu lintas, jalur penyeberangan, tanaman jalan, gardu polisi, fire hydrant, termasuk jalur pejalan kaki. Untuk fungsi pelengkap antara lain telepon, kotak surat, tempat sampah, tempat duduk, wadah tanaman, papan reklame, dan sebagainya. Sedangkan untuk fungsi estetis dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan, baik dari segi bentuk, tekstur maupun warnanya. Menurut UU No. 38 Tahun 2004, ketentuan mengenai perlengkapan jalan adalah untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta untuk mencapai hasil dan daya guna dalam pemanfaatan jalan untuk lalu lintas serta kemudahan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Dalam peletakkan elemenelemen pelengkap jalan ini harus disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhannya, yaitu : 1. Alat pengatur lalu lintas seperti : a. Rambu lalu lintas, yaitu alat dalam bentuk tertentu yang memuat lambang berupa huruf, angka, kalimat, atau perpaduan diantaranya yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk bagi pengguna jalan. Rambu jalan dapat diletakkan pada median dan bahu jalan/tepi jalan. Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61/1993, bahwa tinggi rambu yang diijinkan antara 1,75-2,65 meter. Khusus untuk rambu peringatan harus dipasang dalam jarak minimal 50 meter sebelum memasuki bagian jalan yang ditandai. b. Marka jalan, yaitu suatu tanda di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, melintang,

27 serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan lalu lintas daerah kepentingan lain, contohnya zebra cross. 2. Lampu Jalan, Yang dimaksud dengan lampu jalan yaitu lampu lalu lintas dan penerangan jalan. Lampu lalu lintas dapat ditemukan pada setiap persimpangan jalan, sedangkan lampu penerangan jalan umumnya berada di median jalan. Jenis lampu yang digunakan termasuk golongan HPS (High Pressure Sodium) dengan ketinggian antara 6-15,2 meter, dipasang dengan jarak antar lampu meter. Sedangkan untuk jalur pejalan kaki menurut Harris and Dines (1988), penerangan yang baik untuk pejalan kaki adalah penerangan yang tidak menyilaukan mata serta mampu menerangi secara jelas. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter. Jarak peletakkan yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap pada ketinggian 2 meter. 3. Halte Harris and Dines (1988) mengemukakan persyaratan untuk halte bis adalah memiliki kebebasan pandangan ke segala arah kedatangan kendaraan baik dalam posisi duduk maupun berdiri di halte, dan zona perhentian bis haru merupakan bagian dari jalur akses pejalan kaki. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993, disebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte minimal 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4 meter dan terdapat atap dengan bagian paling bawah atap minimal 2,5 meter dari lantai. 4. Jalur Penyeberangan Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 disebutkan bahwa fasilitas pejalan kaki terdiri atas tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu lalu lintas, jembatan dan terowongan penyeberangan. Lebar jalur penyeberangan orang ditentukan

28 sekurang-kurangnya 2,5 meter, ditempatkan terpisah dari halte atau pada daerah yang membutuhkan jalur penyeberangan. 5. Telepon, Kotak Surat dan Tempat Sampah Elemen-elemen ini harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat dan dicapai. Telepon dapat ditempatkan pada halte bis atau tempat tertentu untuk memudahkan pemakaian, demikian pula dengan kotak surat dapat ditempatkan di lokasi yang memudahkan dalam hal pengangkutan. Tempat sampah untuk menjaga kebersihan dapat diletakkan pada tempat-tempat yang ramai dilalui orang. 6. Tempat Duduk Menurut Harris and Dines (1988), prinsip disain tempat duduk harus menekankan pada kenyamanan, bentuk dan detil yang sederhana, mudah dipelihara, tahan lama dan mencegah kemungkinan orang melakukan vandalisme. Peletakkan tempat duduk sebaiknya terlindung dari panas matahari, terletak pada lokasi dengan view yang bagus, terletak di luar jalan dan lain sebagainya. Pemilihan dan peletakkan elemen tempat duduk harus disesuaikan dengan elemen lainnya agar menyatu dengan lingkungan sekitarnya. 7. Papan Reklame Papan reklame merupakan elemen informasi yang dalam peletakkannya memerlukan pengaturan. Menurut Simonds (1978), pengontrolan peletakkan papan reklame diperlukan untuk melindungi vista dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Standar jarak untuk peletakkan papan informasi ini dimasukkan sebagai zona penglihatan yang dibedakan untuk jarak tangkap setinggi mata. Dalam kondisi berdiri jarak berkisar 1,4-1,8 meter dan saat duduk dalam kendaraan berkisar 1-1,2 meter (Harris and Dines, 1988). Peletakannya sendiri sebaiknya disesuaikan dengan keadaan tapak namun tidak pada tempat yang menghalangi pandangan pengemudi dan view yang menarik.

29 8. Utilitas Elemen yang termasuk dalam utilitas meliputi hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah, grill penutup pohon, dan lain-lain. Secara ideal jalur pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai keseluruhan. Peletakkan utilitas dapat dilakukan pada daerah tepi jalan dan dapat diletakkan di atas maupun di bawah tanah dengan alasan keamanan dan keindahan.

30 METODOLOGI Tempat dan Waktu Studi dilakukan pada jalan kolektor primer yang menghubungkan ruas Margonda-Cimanggis, yang lebih dikenal dengan nama jalan Ir. H. Djuanda yaitu pada pembangunan jalan tahap pertama sepanjang 4 km. Kegiatan studi dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan, dimulai pada bulan Maret sampai Agustus Dengan rincian selama 4 bulan (Maret Juni 2005) berupa survei dan pengamatan lapang, dan 2 bulan (Juli-Agustus 2005) untuk pengolahan data di studio dan penyusunan laporan. Studi mengambil tempat di Kota Depok, berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan Jalan Ir. H. Djuanda termasuk dalam wilayah kecamatan Beji dan kecamatan Sukmajaya. Pembangunan jalan ini berada pada kelurahan Cisalak dan kelurahan Baktijaya di kecamatan Sukmajaya serta kelurahan Kemiri Muka di kecamatan Beji. Peta lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 2. Metode Penelitian Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi atau survei tapak, studi pustaka, dan wawancara untuk memperoleh data berupa data primer dan sekunder. Data primer di dapat dari hasil survei, pengamatan langsung, dan wawancara tidak terstruktur dan penyebaran kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Pengolahan data berupa persentase rata-rata sederhana. Form kuisioner terlampir (Lampiran 1). Sebagai pedoman pelaksanaan kerja di lapang, digunakan tahapan kerja perencanaan/perancangan mengikuti pendekatan yang dikemukakan oleh Simonds (1983), meliputi tahap commision, research, analysis, synthesis, construction, dan operation. Pada penelitian ini dibatasi hingga tahap synthesis. Proses perencanaan lanskap jalan Ir. H. Djuanda, Depok diuraikan sebagai berikut dan bagan tahapan kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 3.

31

32 1. Commission (Keinginan klien dan Perjanjian) Tahap ini merupakan pertemuan antara peneliti dan klien, dalam hal ini Pemerintah Kota Depok dan masyarakat, dimana klien memberikan gambaran dan program pengembangan penataan yang diinginkan. Perencanaan dibuat untuk kenyamanan, keamanan, dan keselamatan masyarakat pengguna jalan, menjaga lingkungan, dan memberi identitas bagi jalan Ir.H. Djuanda, Depok. Tahap ini adalah tahap awal peneliti untuk memulai studi sesuai dengan gambaran program yang diberikan. 2. Research ( Inventarisasi/pengumpulan data) Tahap ini merupakan tahap pengamatan tapak dan pengumpulan data yang terdiri dari berbagai aspek yaitu biofisik, teknik, sosial, dan ekonomi baik dalam bentuk peta tematik (peta topografi, peta tanah, dan sebagainya) maupun tulisan. Jenis data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder, seperti terlihat pada Tabel 1. Data primer diambil dengan teknik survei tapak, wawancara dan penyebaran kuisioner. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil studi pustaka. Survei tapak dilakukan dengan mengunjungi lokasi studi untuk mengetahui keadaan awal tapak melalui pengamatan, pengukuran, dan pemotretan serta upaya penghayatan tapak. Wawancara dengan pihak pemerintah Depok melalui komunikasi langsung untuk mengetahui persepsi, program kebijakan, keinginan dan tujuan dari pihak yang bersangkutan. Sedangkan dengan pihak pengguna (users) yaitu masyarakat sekitar dan pengguna jalan dilakukan penyebaran kuisioner. Masing-masing pihak diambil responden sebanyak 30 orang yaitu 15 orang pengguna jalan dan masyarakat setempat, serta 15 orang dari instansi terkait lainnya.. Penyebaran kuisioner bertujuan untuk mengetahui keinginan pengguna, sebagai data pendukung dalam tahap selanjutnya. Responden diambil menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan yang dihendaki. Hasil dari tahap ini dalam bentuk deskriptif dan spasial. 3. Analysis (Analisis Data) Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis tapak dengan menggunakan peta dasar dan data pendukung lainnya untuk mendapatkan kemungkinan pengembangan dan berbagai hal yang dapat dilakukan pada tapak.

33 Berbagai kemungkinan pengembangan ruang akan dituangkan ke dalam program pengembangan ruang. Hasil dari tahap ini berupa peta analisis dan deskriptif. 4. Synthesis (Sintesis) Merupakan tahap lanjutan dari analisis yaitu dilakukannya studi skematik terhadap faktor pendukung tapak, kemudian dilakukan analisis perbandingan untuk mengetahui atau memperkirakan dampak yang mungkin terjadi akibat pembangunan pada tapak. Dari sini didapat alternatif-alternatif program ruang. yang setelah dinilai akan terpilih satu alternatif program ruang yang terbaik. Selanjutnya dibuat perencanaan yang diperkuat dengan metode pelaksanaan yang sesuai bagi kondisi tapak. Hasil sintesis dijadikan ide konsep perencanaan dalam sebuah rencana pengembangan awal (developed preliminary plan). Studi dibatasi hanya sampai pada penyusunan rencana tapak dalam bentuk uraian atau penjelasan tertulis dan gambar. Site plan yang disajikan meliputi rencana ruang, rencana tata hijau, rencana fasilitas dan aktivitas dan rencana sirkulasi. Dalam merencanakan lanskap jalan berikut ini beberapa aturan yang dijadikan acuan yaitu Undang-undang RI No. 38 Tahun 2004, PP RI No. 26 Tahun 1985, Standar teknik jalan yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan, dan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Perencanaan tapak dibuat dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan pemerintah yang berlaku. Tabel 1. Jenis, Cara Pengambilan, dan Sumber Data No. Jenis Data Cara Pengambilan Data Sumber Data 1. Aspek fisik dan Biofisik a. Sejarah,konsep pengembangan b. Lokasi tapak c. Aksesibilitas d. Iklim e. Hidrologi f. Geologi dan tanah g. Topografi h. Dimensi jalan i. Perlengkapan dan kelengkapan jalan j. Vegetasi dan satwa k. Kebisingan l. Polusi udara m.tata guna lahan n. Volume kendaraan o. View tapak Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka,survei lapang Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka Survei lapang BAPEDA Kota Depok Lokasi, Dinas Tata Kota Lokasi,Dinas Tata Kota DKLH DKLH Balittan, DKLH Balittan, Dinas Tata Kota Lokasi, Dinas Tata Kota Lokasi, Dinas Tata Kota Lokasi, DKLH DKLH DKLH BAPEDA DLLAJ Lokasi

34 Lanjutan Tabel 1. No. Jenis Data 2. Aspek Sosial Ekonomi a. Penduduk b. Karakter pengguna c. Dana pemeliharaan d. Keinginan masyarakat e. Data kecelakaan 3. Aspek Teknik a. Aturan-aturan jalan b. Geometrik jalan, Kebijakankebijakan c. Utilitas dan fasilitas Cara Pengambilan Data Studi pustaka Survei lapang Wawancara Kuisioner Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka, survei lapang Studi pustaka, wawancara BAPEDA Lokasi DKLH Lokasi DLLAJR Sumber Dinas PU, BAPEDA, Dinas Tata Kota

35 HASIL INVENTARISASI Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda. Kemudian hasil yang didapat akan dianalisis dan dicarikan solusi pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang ideal. Kondisi Umum Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Jaringan Jalan Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat antara 6 o 19`00-6 o 28`00 LS dan 106 o 43` o 55`30 BT. Berdasarkan data statistik (BPS,2000) Kota Depok memiliki luas 207,06 km 2 yang terdiri dari 6 kecamatan meliputi kecamatan Pancoran Mas, Beji, Sawangan, Cimanggis, Limo dan Sukmajaya. Jalan kolektor primer pipa gas yang sekarang diberi nama jalan Ir. H. Juanda menghubungkan wilayah barat (Jalan Margonda Raya) dan timur (Jalan Raya Bogor). Wilayah barat berdasarkan konsep makro pengembangan Kota Depok memiliki ciri sebagai fungsi perdagangan dan jasa, agribisnis dan pergudangan, wisata, pemukiman kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan wilayah timur memiliki fungsi pemukiman kepadatan rendah, sedang dan tinggi, perdagangan dan jasa, pergudangan, perkantoran, wisata dan industri yang ramah lingkungan (RTRW Kota Depok, ). Karena menghubungkan dua wilayah dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, menjadikan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Kegiatan pembangunan jalan Ir. H. Juanda berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah kecamatan Beji dan kecamatan Sukmajaya. Pembangunan jalan ini berada pada kelurahan Cisalak dan kelurahan Baktijaya di kecamatan Sukmajaya serta kelurahan Kemiri Muka di kecamatan Beji. Titik STA berada pada kelurahan Kemiri Muka di jalan

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK

PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JANDA, KOTA DEPOK Streetscape Planning of Ir. H. Juanda in Depok City Inke Resunda Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB Nizar Nasrullah Staf

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN PARKIR KENDARAAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan 4 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan, sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci