PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA"

Transkripsi

1 1 PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA Oleh LAURA FLORENSIA GHOZALY DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 1 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

3 1 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2011 Laura Florensia

4 1 ABSTRACT LAURA FLORENSIA GHOZALY. The Influence of Peer Group and Mass Media toward Social Intelligence of Young Athletes in SMA Negeri Ragunan Jakarta. Supervised by DIAH KRISNATUTI and ALFIASARI. The influence of peer group and mass media were increased in adolescent prompt youth to have a good social intelligence. The aim of this research is to investigate the influence of peer group and mass media on social skills young athletes in SMA Ragunan Jakarta. This study used cross-sectional study with cluster random sampling study design. Participants in this study were 85 people which is an eleventh grade student of SMA Ragunan Jakarta. Result revealed that there is a relationship between maternal age, number of peers in school, the quality of the friendship with the peer group, and the utilization of mass media with social intelligence. There is the influence of maternal age, parental status, quality of friendships with peer group, and utilization of mass media on social intelligence. Key words: young athletes, peer group, mass media, and social intelligence. ABSTRAK LAURA FLORENSIA GHOZALY. Pengaruh Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI. Pengaruh teman sebaya dan media massa semakin meningkat pada usia remaja menyebabkan remaja harus memiliki keterampilan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Metode penelitian menggunakan cross-sectional study dengan desain penelitian cluster random sampling. Jumlah contoh penelitian ini adalah 85 orang yang merupakan siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan usia ibu, jumlah teman sebaya di sekolah, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa dan keterampilan sosial. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usia ibu, status orangtua, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial. Kata kunci: atlet muda, teman sebaya, media massa, dan keterampilan sosial.

5 1 RINGKASAN LAURA FLORENSIA GHOZALY. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta (Di bawah bimbingan DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI). Penelitian secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh, (2) mengidentifikasi karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya dan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya, (3) mengidentifikasi karakteristik lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa oleh contoh, (4) mengidentifikasi keterampilan sosial yang dimiliki oleh contoh, (5) menganalisis perbedaan keterampilan sosial antara contoh laki-laki dan perempuan, (6) menganalisis hubungan antar variabel penelitian, (7) menganalisis pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, lingkungan kelompok teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial contoh. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Ragunan Jakarta yang merupakan sekolah lanjutan atas khusus untuk atlet. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pengambilan contoh dilakukan secara cluster random sampling. Syaratnya contoh merupakan siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan dan dipilih secara acak di masing-masing kelas. Contoh penelitian menggunakan formula Slovin sehingga di dapatkan jumlah contoh sebanyak 85 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui self-report dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Data sekunder diperoleh langsung dari SMA Negeri Ragunan Jakarta. Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, dan cleaning data. Analisis data yang digunakan adalah uji beda t-test, uji korelasi Chi square dan Pearson, dan regresi linear berganda dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi Siswa SMA Negeri Ragunan yang diteliti termasuk dalam kategori remaja tengah dan akhir (15-19 tahun). Sebagian besar contoh menggeluti olahraga sedang dan tipe olahraga individu. Sebesar 37.6 persen merupakan anak tengah dan sebagian besar berasal dari keluarga utuh. Proporsi terbesar usia orangtua contoh berada pada kategori dewasa madya (41-60 tahun) dan merupakan suku Jawa. Berdasarkan pendidikan orangtua, lebih dari separuh ayah (50.6%) dan ibu (52.9%) tamat SMA/sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah wiraswasta, PNS, dan pegawai swasta. Sementara itu, lebih dari separuh pekerjaan ibu contoh adalah ibu rumah tangga. Pendapatan orangtua contoh berkisar antara Rp Di setiap lokasi pertemanan yang dianalisis (sekolah, asrama, dan tempat lain), rata-rata jumlah teman sebaya yang dimiliki oleh contoh adalah antara 4 sampai 7 orang. Alasan pertemanan contoh dengan teman sebaya di ketiga lokasi pertemanan yang dianalisis adalah prinsip dan gaya hidup. Jika dilihat dari sebarannya sebagian besar (84.7%) kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya berada dalam kategori tinggi.

6 2 Jenis media massa yang paling banyak digunakan adalah internet yang diakses melalui handphone dan blackberry. Penggunaan media massa tergolong sangat sering karena digunakan 4-5 jam per hari. Berdasarkan sebarannya, hampir sebagian besar (77.6%) pemanfaatan media massa termasuk dalam kategori tinggi. Jika dilihat dari sebarannya, lebih dari separuh siswa (67.1%) memiliki kesadaran sosial pada kategori tinggi. Sementara itu, lebih dari separuh siswa (61.2%) memiliki fasilitas sosial pada kategori cukup. Secara keseluruhan, keterampilan sosial siswa termasuk dalam kategori cukup (56.4%). Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal keterampilan sosial. Namun, berdasarkan persentasenya perempuan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dari laki-laki. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara cabang olahraga dengan pemanfaatan media massa serta hubungan yang positif antara tipe olahraga dengan frekuensi penggunaan media massa. Status orangtua berhubungan negatif dengan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya dan pemanfaatan media massa. Sementara itu, usia ibu berhubungan positif dengan jumlah teman sebaya di sekolah dan di asrama. Selain itu juga, terdapat hubungan yang positif antara usia ibu, jumlah teman sebaya di sekolah, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa dengan keterampilan sosial. Dalam model regresi yang disusun menunjukkan bahwa usia ibu (β=0.328, p<0.1), status orangtua (β= , p<0.05), kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya (β=0.644, p<0.05), dan pemanfaatan media massa (β=0.674, p<0.05) berpengaruh terhadap keterampilan sosial atlet muda. Berdasarkan model regresi yang dihasilkan dari penelitian ini diperoleh adjusted R 2 sebesar Artinya, 27.3 persen keterampilan social atlet muda dipengaruhi oleh variabel yang diinput sementara 72.7 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Siswa yang berprofesi sebagai atlet muda diharapkan dapat mengasah keterampilan sosialnya dengan membangun hubungan pertemanan yang lebih banyak dengan teman sebaya di luar sekolah dan asrama, membangun komunikasi yang lebih baik dengan orangtua, dan membentuk konsep diri yang baik. Perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dapat mengakrabkan para atlet remaja seperti makan bersama, out bound, social gathering pada hari-hari tertentu. Pemerintah juga perlu merumuskan kebijakan yang optimal bagi peningkatan keterampilan sosial remaja yang berprofesi sebagai atlet. Disamping itu, perlu adanya penyesuaian kuesioner dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan penelitian lanjutan mengenai pengaruh konsep diri, gaya pengasuhan dan popularitas remaja terhadap keterampilan sosial Kata kunci: atlet muda, kelompok teman sebaya, media massa, keterampilan sosial.

7 3 PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA LAURA FLORENSIA GHOZALY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

8 1 Judul Nama NRP : Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. : Laura Florensia Ghozaly : I Disetujui, Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS Pembimbing I Alfiasari, S.P., M.Si Pembimbing II Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Ujian : 24 Februari 2011 Tanggal Lulus :

9 1 PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria karena atas berkat, kuasa dan Roh Kudus-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS dan Alfiasari, S.P., M.Si atas semua bimbingannya selama proses penyelesaian skripsi ini. 2. Tien Herawati, SP, M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan. 3. Semua dosen dan tenaga kependidikan Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen atas semua ilmu yang telah diberikan. 4. Semua staf pengajar dan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta yang telah membantu selama proses penelitian. 5. Papa dan Mama atas semua dorongan, semangat, nasihat, cinta, dan doa yang tiada putusnya. Koko, Cece, Pipin, Jessie, yang selalu memberi motivasi untuk selalu menjadi yang terbaik. 6. Om Welly, Tante Lily, Devina dan Julian atas semua doa, nasehat dan cinta yang begitu besar. 7. Alvern Sulang atas semua bantuan dan kasih sayang yang tak terhingga dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman IKK 43 (Ade, Fatma, Husni, Rusni, Lia, Yurita, Junita) atas dukungan dan kerja sama yang telah diberikan. 9. Winda dan Andre yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dan memberi dukungan doa serta moral selama kuliah dan proses penyelesaian skripsi. 10. Sylvia atas kesedian dan bantuan selama proses pengambilan data dan penyebaran kuesioner serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi. 11. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Maret 2011

10 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xi Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Remaja... 7 Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)... 9 Media Massa dan Perkembangan Remaja Keterampilan Sosial Keterkaitan antara Teman Sebaya dan Media dengan Keterampilan Sosial. 18 KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Operasional METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Karakteristik Keluarga Karakteristik Teman Sebaya Pola Pertemanan dengan Teman Sebaya Kualitas Hubungan Pertemanan Contoh dengan Teman Sebaya Karakteristik dan Pola Hubungan dengan Media Massa Pemanfaatan Media Massa Keterampilan Sosial... 52

11 2 Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, Teman Sebaya dan Media Massa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterampilan Sosial Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keterampilan Sosial DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 73

12 3 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis dan cara pengumpulan data Sebaran siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta berdasarkan jenis kelamin Beban belajar per minggu siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin, rata-rata, dan standar deviasi usia contoh Sebaran contoh berdasarkan cabang olahraga dan tipe olahraga Sebaran contoh berdasarkan kategori usia orangtua Sebaran contoh berdasarkan suku bangsa Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua Sebaran contoh berdasarkan kategori jumlah teman sebaya dan jenis kelamin, rata-rata, dan standar deviasi jumlah teman sebaya Sebaran contoh berdasarkan usia teman sebaya menurut lokasi pertemanan Sebaran contoh berdasarkan ciri utama dan alasan pertemanan Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pertemuan dan lama usia pertemanan dengan teman sebaya menurut lokasi pertemanan Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas hubungan pertemanan dan jenis kelamin, rata-rata skor serta atandar deviasi Sebaran contoh berdasarkan jawaban tehadap pertanyaan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya Sebaran contoh bedasarkan jenis, lama penggunaan dan frekuensi penggunaan media massa Sebaran contoh berdasarkan kategori pemanfaatan media massa dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan contoh mengenai pemanfaatan media massa Sebaran contoh berdasarkan kategori keterampilan sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi kesadaran sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi Sebaran contoh berdasarkan beberapa pertanyaan dimensi kesadaran sosial Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi fasilitas sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi...55

13 4 24 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pada beberapa pertanyaan dimensi fasilitas sosial Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan keterampilan sosial Sebaran contoh berdasarkan jumlah teman sebaya di sekolah dan keterampilan sosial Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya dan keterampilan sosial Sebaran contoh berdasarkan pemanfaatan media massa dan keterampilan sosial... 63

14 1 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian Teknik pengambilan contoh Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran Sebaran contoh berdasarkan status orangtua...39 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji kuesioner teman sebaya Hasil uji kuesioner media massa Hasil uji kuesioner keterampilan sosial Hasil uji korelasi Chi-square Hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga, teman sebaya dan media massa Hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga dan keterampilan sosial Hasil uji korelasi Pearson pola hubungan dengan teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan, dan keterampilan sosial Hasil uji korelasi Pearson pola hubungan dengan media massa, pemanfaatan media massa, dan keterampilan sosial Hasil uji regresi pengaruh karakteristik contoh, keluarga, teman sebaya, dan media massa terhadap keterampilan sosial...91

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja sebagai cikal-bakal sumberdaya manusia berkualitas yang akan membawa bangsa tersebut masuk dalam persaingan global. Menurut sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 1, jumlah remaja di DKI Jakarta yang berusia tahun berkisar jiwa dengan jumlah remaja laki-laki sekitar jiwa dan jumlah remaja perempuan sekitar jiwa. Jika dipersentasekan, jumlah ini kira-kira 8,8% dari jumlah penduduk di DKI Jakarta. Jumlah yang cukup besar ini membuat remaja memiliki potensi besar untuk melakukan perubahan suatu bangsa. Namun, jumlah besar ini tidak diiringi dengan angka partisipasi pendidikan yang besar pula. Hanya sekitar 66,31% remaja laki-laki dan 56,69% remaja perempuan pada rentang usia tahun yang bersekolah 2. Padahal, pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat meningkatkan Human Development Index (HDI) suatu bangsa. Kualitas generasi muda Indonesia yang tergolong rendah juga dapat dilihat dari tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SMA pada tahun 2006 mencapai anak 3. Pada tahun 1998 saja ada 97 sekolah di Jakarta yang terlibat tawuran dan sekitar 2000 remaja ditahan dari 230 kasus tawuran yang terjadi (Megawangi 2004). Pada umumnya, hal-hal negatif seperti kenakalan remaja disebabkan oleh keadaan psikologis remaja yang labil akibat pengaruh teman sebaya dan media massa yang semakin kuat. Seperti yang diungkapkan oleh Bronfenbrenner (1981) dalam Puspitawati (2009) bahwa proses sosialisasi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang berada disekitarnya, seperti lingkungan 1 Badan Pusat Statistik Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2 Badan Pusat Statistik Angka Partisipasi Sekolah. [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 3 Ramadhan A Fakta Dunia Pendidikan Indonesia. [terhubung berkala]. kompasiana.com.html [18 Oktober 2010].

16 2 mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan lingkungan dimana anak berinteraksi langsung dengan lingkungan yang ada disekitarnya seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, media, dan tetangga. Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang buruk dapat membawa anak ke perilaku yang buruk dan begitu sebaliknya. Remaja yang sekaligus berprofesi sebagai atlet muda dan bersekolah di asrama, akan menghabiskan waktunya untuk bergaul dengan teman sebaya dengan bidang yang sama dengannya. Atlet muda biasanya akan memanfaatkan waktu berlatih untuk bergaul dengan teman sebaya dan menghayati masa mudanya (Monks et al. 2006). Pemanfaatan media massa di tengah aktivitas yang padat juga merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh remaja yang berprofesi sebagai atlet muda. Pemanfaatan kecanggihan teknologi yang ada saat ini seperti handphone, internet maupun televisi digunakan remaja untuk membangun hubungan sosial. Dampak negatif dari kelompok teman sebaya dan media massa yaitu dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti terlibat narkoba, free sex, tawuran serta ketidakmampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain (Santrock 2007; Goleman 2007). Pengaruh negatif dari teman sebaya dan media massa yang besar menuntut setiap individu agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kebutuhan akan keterampilan sosial ini juga menjadi sangat penting pada masa remaja karena individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan dalam pemberian fungsi-fungsi sosiologis dan psikologis (Desmita 2009). Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk membina hubungan dengan lingkungan sosial yang meliputi ranah otak kognitif dan juga emosi (empati, kepedulian, sinkroni). Keterampilan sosial terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri secara batiniah sehingga dapat merasakan perasaan orang lain. Sementara itu, fasilitas sosial adalah tindakan terhadap orang lain dengan kesadaran sosial yang dimiliki (Goleman 2007).

17 3 Menurut penelitian Bester (2007), kurangnya waktu remaja dalam bersosialisasi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian remaja karena kelompok teman sebaya akan menciptakan lingkungan sosial yang mengajar dan mengasah tanggung jawab sosial. Meijs et al. (2010) juga menyebutkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja membangun perasaan menjadi anak populer dan kemudian berdampak pada tindakan prososial seperti kemampuan memecahkan masalah sosial, membangun hubungan pertemanan, dan memiliki perilaku sosial yang positif. Hasil penelitian White et al. (2010) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat agresivitas tinggi dengan teman sebaya akan lebih mudah terlibat dalam perilaku seksual. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) pada remaja fase akhir, menyebutkan bahwa keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam organisasi. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhidawati (2005) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya daripada dengan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian Kenneavy et al. (2006), media massa adalah sumber informasi yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai perilaku seksual kepada remaja. Pengaruh yang kuat antara media massa dan perkembangan remaja juga telah dijelaskan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) yaitu, perilaku kekerasan yang diperoleh dari media massa (video game, televisi, film dan internet) merupakan kontributor utama dalam menciptakan sikap agresif dan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda yang memiliki waktu yang terbatas untuk bersosialisasi. Perumusan Masalah SMA Negeri Ragunan adalah sekolah khusus atlet yang didirikan pada tahun 1977 oleh Ali Sadikin yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Sekolah ini bertujuan menempa atlet-atlet muda berprestasi yang dihimpun dari segala penjuru tanah air. Pendidikan yang diberikan tidak hanya berupa pendidikan olahraga untuk mengembangkan minat dan bakat masingmasing siswa tetapi juga pendidikan akademik layaknya sekolah pada umumnya.

18 4 Kepadatan aktivitas yang harus dijalani oleh siswa SMA Negeri Ragunan dalam menjalani peran ganda sebagai atlet dan pelajar mengakibatkan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya seperti layaknya remaja biasa. Oleh karena itu, pemanfaatan media massa dilakukan sebagai langkah mudah dalam menciptakan kesempatan untuk melakukan proses sosialisasi dengan teman sebaya. Selain merupakan sekolah khusus untuk membina para atlet muda, keunikan lain dari SMA Negeri Ragunan terletak pada sistem boarding (asrama) yang diwajibkan bagi semua siswanya. Keadaan ini semakin meningkatkan interaksi remaja dengan teman sebaya dan sekaligus mengurangi interaksi remaja dengan orangtua dan keluarga. Oleh karena itu, proses interaksi dengan lingkungan yang baru ini menuntut remaja untuk dapat memiliki dan menguasai keterampilan sosial yang baik agar dapat beradaptasi. Pemanfaatan media massa dan pergaulan yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja yang berprofesi sebagai atlet dalam membangun keterampilan sosialnya. Pada remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, kemampuan sosial yang baik dapat membantu remaja membangun kepercayaan diri yang tinggi dalam mengikuti pertandingan-pertandingan olahraga. Kepercayaan diri ini penting untuk membantu atlet muda tetap dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi seperti misalnya tetap rendah hati saat memenangkan pertandingan atau tidak emosi saat kalah dalam pertandingan. Besarnya pengaruh kelompok teman sebaya dengan beragam latar belakang sosial serta ketersediaan dan keterpaparan media yang semakin meluas di kalangan remaja menimbulkan banyak dampak negatif seperti perilaku seks bebas, agresivitas, tawuran, perilaku kekerasan, bullying dan jenis kenakalan remaja lainnya. Meskipun begitu, pengaruh positif ketersediaan dan keterpaparan media massa ini juga tidak dapat dinafikkan. Memperluas pergaulan dan juga menjaga kualitas hubungan dengan orang lain dapat menjadi dampak yang positif dari keberadaan media massa. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disusun, pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta dan keluarga? 2. Bagaimanakah karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya dan kualitas hubungan pertemanan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta?

19 5 3. Bagaimanakah karakteristik lingkungan media massa dan pemanfaatanya pada siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta? 4. Bagaimanakah keterampilan sosial siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta? Apakah ada perbedaan keterampilan sosial antara siswa laki-laki dan perempuan? 5. Bagaimanakah hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya contoh dan kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya. 3. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan media massa contoh dan pemanfaatannya 4. Mengidentifikasi keterampilan sosial yang dimiliki oleh contoh. 5. Menganalisis perbedaan keterampilan sosial antara contoh laki-laki dan perempuan 6. Menganalisis hubungan antar variabel penelitian. 7. Menganalisis pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, lingkungan kelompok teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial contoh. Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak sekolah SMA Negeri Ragunan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Selanjutnya dapat menjadi bahan masukan bagi SMA Negeri Ragunan dalam menyusun kebijaksanaan dan aturan yang terkait

20 6 dengan pembentukan keterampilan sosial atlet muda yang menjadi siswanya. 2. Bagi siswa remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja dalam mengasah keterampilan sosial melalui interaksi yang positif dengan kelompok teman sebaya dan pemanfaatan media massa. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kementrian dan pihak terkait lainnya seperti Kemenpora, Kemendiknas dan, KONI untuk merumuskan kebijakan yang optimal bagi peningkatan kualitas atlet muda, khususnya yang tinggal dan bersekolah di sekolah atlet. 4. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan penelitian sejenis di masa yang akan datang.

21 7 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Periode masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal pada umur 10 atau 12 tahun sampai 13 atau 14 tahun, masa remaja tengah pada umur 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir pada umur tahun (Hurlock 1980). Menurut Papalia et al (2008), masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan. Desmita (2009) menyebutkan batasan usia remaja yang umum digunakan para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar baik fisik, kognitif, dan psikososial yang saling bertautan dalam semua ranah perkembangan. Pada fase ini, remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberikan dampak baik pada bentuk fisik maupun psikis (Hurlock 1980). Perubahan-perubahan fisik yang secara hebat dialami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk, salah satunya adalah perubahan pada psikologisnya. Perubahan fisik yang terjadi sangat mengganggu remaja sehingga menyebabkan remaja selalu memperhatikan penampilannya dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya (body image). Hal ini sering menimbulkan masalah-masalah bagi orangtua atau orang dewasa lainnya yang berhubungan dengan kehidupan remaja, misalnya di sekolah, asrama, atau tempat perkumpulan lainnya. Oleh karena itu, pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari lingkungan yang ada di sekitar remaja (Santrock 2007; Hurlock 1980). Menurut Erik Erickson dalam Santrock (2007) dan Papalia et al (2008) masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/confussion, identity moratorium, identity foreclosure, dan identity achieved. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

22 8 a. Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis, dan belum membuat komitmen. Mereka juga belum memutuskan mengenai pilihan pekerjaan atau ideologis tetapi mereka juga tidak menunjukan minat terhadap masalah tersebut. b. Identity moratorium, yaitu individu yang tengah berada pada masa krisis tetapi belum memiliki komitmen atau kalaupun ada masih sangat kabur. c. Identity foreclosure, yaitu individu yang sudah membuat komitmen, tetapi belum mengalami krisis. Hal ini paling sering terjadi ketika orangtua memaksa komitmen tertentu pada anak remaja mereka, biasanya dengan cara otoriter, sebelum remaja memiliki kesempatan mengeksplorasi berbagai pendekatan, ideologi, atau karir. d. Identity achievement, yaitu individu yang sudah melalui masa krisis dan sudah sampai pada sebuah komitmen. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Oleh karena itu, masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan petumbuhan psikis yang bervariasi (Hurlock 1980). Steinberg (2001) menyebutkan bahwa masa remaja merupakan suatu masa yang menyenangkan dalam rentang kehidupan manusia. Mereka menjadi individu yang telah dapat membuat keputusan-keputusan yang baik bagi dirinya sendiri dan remaja dipandang telah mampu untuk bekerja serta mempersiapkan perkawinan. Santrock (2007) mengemukakan bahwa bersamaan dengan berkembangnya aspek kognitif, sering muncul perbedaan pendapat dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Mereka tidak lagi memandang orang tua sebagai sosok manusia yang mengetahui segalanya, sehingga banyak orang berpikir bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan pertentangan dan menolak nilai-nilai yang digariskan oleh orang tuanya. Gunarsa S dan Gunarsa Y (2009) menyebutkan beberapa karakteristik remaja, yaitu: (1) keadaan emosi yang labil, (2) sikap menentang orang tua maupun orang dewasa lainnya, (3) pertentangan dalam dirinya menjadi sebab pertentangan dengan orang tuanya, (4) eksperimentasi atau keinginan yang besar dari remaja untuk melakukan kegiatan orang dewasa yang dapat ditampung melalui saluran ilmu pengetahuan, (5) eksplorasi atau keinginan untuk menjelajahi lingkungan alam sekitar yang sering disalurkan melalui penjelajahan

23 9 atau petualangan, (6) banyaknya fantasi atau khalayan dan bualan, dan (7) kecenderungan membentuk kelompok dan melakukan kegiatan berkelompok. Sementara itu, Hurlock (1980) menyebutkan tentang tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu: 1. Mencapai hubungan yang baru dan yang lebih matang dengan teman sebya baik pria maupun wanita. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karier ekonomi 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan teknologi. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam hidup mereka. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya (Desmita 2009). Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock 2007). Menurut Steinberg (2001), remaja pada umumnya sudah mampu menunjukkan pergaulan yang sebenarnya dengan ditandai oleh pergaulan yang tidak hanya berjenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan yang berbeda jenis kelaminnya (heteroseksual). Pada fase ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan keluarganya dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat yang lebih luas dan di dalam lingkungan yang baru inilah para remaja membentuk kelompok-kelompok (Gunarsa S & Gunasa Y 2003). Hurlock (1980) mengemukakan bahwa remaja memiliki kecenderungan untuk membentuk kelompok dan melakukan interaksi bersama teman-temannya, sehingga akan berusaha melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau keluarganya. Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya akan membentuk kelompok teman sebaya (peer group). Dalam pembentukan kelompok teman sebaya selain diperhatikan persamaan usia, para remaja juga memperhatikan persamaan-persamaan lainnya, seperti hobi, status sosial

24 10 ekonomi, latar belakang keluarga, persamaan sekolah, tempat tinggal, agama, dan juga ras (Surya dalam Ruhidawati 2005). Menurut Berk dalam Ruhidawati (2005), kelompok teman sebaya merupakan bentuk-bentuk kelompok sosial yang memiliki nilai-nilai unik dan memiliki standar perilaku dengan struktur sosial serta terdapat pemimpin dan yang dipimpin. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya menurut Martin dan Stendler dalam Ruhidawati (2005) yaitu: 1. Bentuk Good Kid atau dikenal dengan sebutan remaja kutu buku, remaja yang termasuk kepada kelompok ini adalah remaja yang datang ke sekolah hanya untuk belajar. 2. Bentuk Elite, merupakan bentuk kelompok teman sebaya yang dipimpin oleh orang dewasa. Pada kelompok ini, selain melakukan kegiatan sekolah, remaja juga melakukan kegiatan di luar sekolah. 3. Bentuk Gank, merupakan bentuk kelompok teman sebaya yang dibentuk dan dipimpin oleh remaja itu sendiri, biasanya pada kelompok ini remaja tidak menyenangi aktivitas yang berkaitan dengan sekolah sehingga mereka kadang-kadang melakukan aktivitas yang bertentangan dengan kepentingan umum/sosial. Kelompok teman sebaya memiliki peranan yang sangat penting dalam penyesuaian diri remaja dan sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang, serta berpengaruh pula pada pandangan dan perilaku. Hal ini disebabkan remaja sedang berusaha untuk membebaskan diri dari keluarganya dan tidak tergantung kepada orang tuanya (Drajat dalam Ruhidawati 2005). Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan dalam Desmita (2009), menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya, remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris. Remaja mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Remaja juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Manfaat Kelompok Teman Sebaya Salah satu ciri khas kehidupan masa remaja ditandai oleh adanya perkembangan dalam persahabatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Semakin dekat remaja dengan teman kelompoknya akan semakin besar pengaruhnya terhadap kehidupan remaja itu sendiri. Kondisi yang demikian dapat membentuk pribadi remaja menjadi lebih berkembang, artinya dengan

25 11 masuknya remaja pada kelompok teman sebaya menjadikannya lebih mandiri atau lebih bertangung jawab, tetapi teman sebaya ini dapat pula membawa pengaruh yang negatif, hal ini tergantung kepada pribadi remajanya itu sendiri (Steinberg 2001; Santrock 2007) Pada masa remaja, teman sebaya tidak hanya berfungsi sebagai pemberi rasa aman secara emosional, tetapi juga sebagai guru yang dapat membentuk perilaku sosial seperti bagaimana bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan, dan bertoleransi terhadap pandangan yang berbeda. Pada masa remaja hampir tidak ada pengalaman yang lebih menyakitkan individu daripada ditolak dan diasingkan oleh kelompok teman sebaya dan sedikit pengalaman yang dapat memperkuat diri selain dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya (Surya dalam Ruhidawati 2005). Studi-studi kontemporer tentang remaja juga menunjukkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif (Santrock 2007). Hartup dalam Desmita (2009) mencatat bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja. Kelly dan Hansen dalam Desmita (2009) menyebutkan enam fungsi positif dari teman sebaya, yaitu: 1. Mengontrol impuls-impuls agresif, yaitu melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung. 2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka. 3. Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya akan membantu remaja untuk belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaanperasaan serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah. 4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran berdasarkan jenis kelamin. Sikap-sikap seksual dan tingkah laku peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman-teman sebaya.

26 12 5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Pergaulan dengan kelompok teman sebaya akan membantu remaja untuk mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. 6. Meningkatkan harga diri (self-estem). Media Massa dan Perkembangan Remaja Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi (Bungin 2009). Menurut Bungin (2009) media massa memiliki lima fungsi, yaitu: 1. Fungsi pengawasan Fungsi pengawasan dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pemberitaan bahaya narkoba. 2. Fungsi Social Learning Fungsi utama dari media massa adalah untuk melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. 3. Fungsi Penyampaian Informasi Informasi yang disampaikan melalui media massa dapat diterima pada saat yang cepat kepada masyarakat luas. 4. Fungsi Transformasi Budaya 5. Fungsi Hiburan Fungsi hiburan pada media massa berkaitan erat dengan fungsi-fungsi lainnya. Informasi yang disampaikan melalui media massa sering disampaikan dengan cara menghibur agar lebih dapat diterima oleh masyarakat. Penyampaian yang seperti ini menuntut kemampuan untuk mengemas pesan/informasi yang menarik dan tidak melenceng dari tujuan sebenarnya. Media massa memainkan peranan penting dalam kehidupan anak-anak dan remaja. Penggunaan media massa oleh anak sangat bervariasi, tidak hanya dari segi usia, tetapi juga dari segi jenis kelamin, etnis, status sosioekonomi dan

27 13 kecerdasan. Menurut sebuah penelitian, anak dan remaja menghabiskan waktu lebih banyak dan membentuk interaksi sosial dengan menonton televisi dan menggunakan media elektronik lainnya seperti internet (Santrock 2007). Televisi Televisi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Televisi bisa memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak dengan meningkatkan informasi mereka tentang dunia melampaui lingkungan mereka dan dengan memberikan model bagi perilaku prososial (Clifford, Gunter, & McAleer dalam Santrock 2007). Jadi, jika anak diberikan tontonan yang bersifat hubungan sosial positif, secara tidak langsung hal tersebut dapat mengajarkan anak mengenai cara menggunakan keterampilan sosialnya. Menurut Hurlock (1980), pada fase remaja, anak mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) menunjukkan bahwa semakin sering remaja menonton kekerasan televisi maka kemungkinan remaja memiliki perilaku agresif juga akan semakin tinggi. Internet Perubahan revolusi teknologi yang ditandai dengan kehadiran komputer dan internet dalam kehidupan anak dan remaja mengakibatkan ketergantungan pada beberapa kompetensi nonteknologi dasar, misalnya keterampilan komunikasi yang baik, sikap positif, dan kemampuan untuk memecahkan masalah serta berpikir mendalam dan kreatif. Anak dan remaja menggunakan komputer untuk berinteraksi dan berkomunikasi menggantikan pena, kartu pos, dan telepon (Santrock 2007). Internet (Inter-Network) merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi komunikasi langsung ( , chat), diskusi (usenet news, , milis), sumberdaya informasi yang terdistribusi (world wide web/ www, Gopher), remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya (Desmita 2005). Internet merupakan inti dari komunikasi yang menggunakan media komputer. Internet menghubungkan ribuan jaringan

28 14 komputer dan menyediakan jumlah informasi yang luar biasa banyaknya (Donnerstein dalam Santrock 2007). Internet dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap perkembangan remaja. Dampak positif internet adalah menyediakan jaringan komunikasi tanpa mengenal batas serta memberikan kesempatan untuk bersosialisasi bagi remaja pemalu, remaja kaum marginal dan remaja yang mengalami masalah sosial. Kebebasan dalam melakukan interaksi sosial yang ditawarkan oleh internet juga dapat membantu remaja dalam membangun kepercayaan diri dalam melakukan interaksi dalam dunia sosial yang sebenarnya. Namun, internet juga merupakan sumber informasi negatif yang paling mudah diakses oleh remaja (Louge 2006). Penggunaan internet semakin dipermudah seiring dengan perkembangan jaman. Kini internet tidak hanya bisa diakses melalui komputer atau notebook saja, melainkan juga dapat diakses melalui handphone dan blackberry yang saat ini menjadi alat komunikasi yang sedang trend disemua kalangan termasuk remaja. Internet saat ini juga menawarkan berbagi fitur menarik bagi para remaja dan kawula muda, seperti situs jejaring sosial (facebook, Friendster, twitter), blog, dan lain sebagainya. Facebook, salah satunya menjadi salah satu layanan internet yang sedang populer saat ini. Penggunanya bukan hanya orang dewasa. Anak dan remaja juga tampak memanfaatkan fasilitas ini. Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Melalui layanan ini seseorang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang dirinya. Interaksi sosial yang tinggi dengan teknologi seperti televisi dan internet menyebabkan remaja mengisolasi diri dari lingkungan sosial disekitarnya. Hal ini disebabkan waktu mereka dihabiskan lebih banyak di depan televisi dan internet (Goleman 2007). Keterampilan Sosial Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya dalam konteks hubungan sosial. Menurut Goleman (2007), keterampilan sosial (kecerdasan

29 15 sosial/social intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana interaksi terhadap situasi sosial yang bebeda. Keterampilan sosial menjadi modal dalam bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sosial agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial tersebut. Goleman (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua unsur keterampilan sosial, yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk dapat merasakan keadaaan batiniah seseorang sampai memahami perasaan dan pikirannya. Kemampuan kesadaran sosial meliputi: Empati dasar, yaitu berhubungan dengan perasaan dengan orang lain dan merasakan isyarat-isyarat emosi nonverbal. Penyelarasan, yaitu kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang. Ketepatan empatik, yaitu kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan, dan maksud orang lain. Pengertian sosial, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana dunia sosial bekerja. Sementara itu, fasilitas sosial adalah kemampuan yang bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang mulus dan efektif. Fasilitas sosial meliputi: Sinkroni, yaitu kemampuan yang ditunjukkan seseorang dalam berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal. Presentasi diri, yaitu berhubungan dengan cara seseorang mempresentasikan diri sendiri secara efektif. Pengaruh. Pengaruh seseorang akan membentuk hasil interaksi sosial. Kepedulian, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai dengan hal itu. Hatch dan Gardner (Goleman 2006) mengemukakan dasar-dasar kecerdasan sosial terdiri dari kemampuan mengorganisir kelompok, merundingkan perpecahan, mengelola hubungan pribadi, dan kemampuan analisis sosial. Menurut Mu tadin (2002), keterampilan-keterampilan sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Apabila

30 16 keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Menurut Goleman (2006), setiap hubungan berasal dari kemampuan untuk berempati. Keterampilan sosial seseorang akan matang apabila memiliki kemampuan empati dan manajemen diri yang baik. Tidak dimilikinya keterampilan sosial inilah yang menyebabkan orang yang pintar dalam bidang akademik dapat gagal dalam membina hubungan mereka. Kemampuan sosial ini memungkinkan seseorang membentuk hubungan, menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatakan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, serta membuat orang lain merasa nyaman. Kemampuan untuk mendapat perhatian melalui cara yang secara sosial diterima merupakan keterampilan sosial sebagai prestasi perkembangan sosialnya. Kemampuan untuk bersama-sama dalam suatu pertemanan dan kelompok merupakan manifestasi keterampilan sosial dan emosional. Hal ini merupakan hasil dari serangkaian keterampilan mengetahui dan memenuhi harapan-harapan sosial yang diembankan kepadanya, disertai dengan kemampuan mengelola emosi, serta memberikan respon emosi yang tepat kepada orang-orang disekitarnya (Sunarti 2004). Menurut hasil studi Davis dan Forsythe dalam Mu tadin (2002), dalam kehidupan remaja terdapat delapan faktor yang membentuk keterampilan sosial remaja (social skills) yaitu: 1. Keluarga. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh seorang anak dalam keluarga akan sangat menentukan reaksi anak terhadap lingkungan. 2. Lingkungan Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan), lingkungan sosial (tetangga), lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Pengenalan lingkungan sejak dini akan mengajarkan anak mengenai keseluruhan lingkungan sosialnya. 3. Kepribadian

31 17 Penampilan tidak dapat diidentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini, penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata. 4. Rekreasi Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton, serta mendapatkan semangat baru. 5. Pergaulan dengan lawan jenis Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seharusnya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga. 6. Pendidikan/sekolah Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya. 7. Persahabatan dan solidaritas kelompok Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman sangat besar. Remaja sering lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. 8. Lapangan kerja Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran di sekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMA mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan.

32 18 Keterkaitan antara Teman Sebaya dan Media dengan Keterampilan Sosial Kebutuhan untuk dapat diterima oleh lingkungan bagi setiap individu atau remaja merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilanketerampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya (Mu tadin 2002). Studi-studi kontemporer tentang remaja menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif. Sejumlah teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan anak dan remaja. Bagi sebagaian remaja ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan (Santrock 2007). Menurut White et al. (2010), pengaruh kelompok teman sebaya dalam pencarian pasangan (pacaran) pada anak usia remaja di Amerika dapat dilihat dari agresivitasnya. Remaja yang terlibat dalam interaksi yang bersifat agresif dengan peer groupnya akan lebih mudah terpengaruh ke dalam perilaku seks yang lebih cepat daripada remaja yang menghindari hal ini. Nansel et al.(2004) dalam White et al. (2010) agresivitas anak usia sekolah hingga remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya atau menjadi korban agresivitas kelompok teman sebaya atau bisa keduanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bester (2007) mengenai perkembangan kepribadian remaja dan hubungannya dengan pengaruh orang tua dan kelompok teman sebaya mengungkapkan bahwa remaja yang masih tinggal atau berhubungan dekat dengan orang tuanya namun lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok teman sebayanya akan mengalami perkembangan fisik dan emosional yang cenderung lebih banyak bergantung pada peer groupnya. Pada masa remaja, kecenderungan untuk lebih bergantung

33 19 pada kelompok teman sebayanya akan lebih jelas terlihat. Jika orang tua melarang anak bergaul dengan kelompok teman sebayanya maka akan memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian karena kelompok teman sebaya akan mengajarkan anak untuk dapat bertanggung jawab secara sosial terhadap lingkungannya. Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meijs et al. (2010) mengenai keterampilan sosial dan prestasi akademik sebagai prediktor popularitas remaja, yang menunjukkan bahwa keterlibatan remaja dalam aktivitas peer group dan dapat diterima di dalamnya akan membantu remaja dalam membangun perasaan menjadi anak yang populer. Menjadi anak yang populer dapat membantu anak dalam melakukan tindakan prososial dan menciptakan kebiasaan membantu kelompok teman sebayanya. Tindakan prososial yang dimaksud seperti kemampuan untuk memecahkan masalah sosial, perilaku sosial yang positif, dan membantu mereka dalam menjalin hubungan pertemanan. Menurut Goleman (2006), ketika teknologi atau media menawarkan komunikasi, sesungguhnya itu adalah sebuah isolasi karena manusia akan terkungkung dalam suatu autisme sosial. Media dapat memungkinkan jutaan orang mendengarkan cerita lucu yang sama, namun mereka tetap kesepian. Media seperti internet dan televisi akan memunculkan pola baru dalam hubungan antar manusia, yaitu cara manusia membina hubungan dan memutuskan hubungan. Calzo dan Suzuki (2004) menyebutkan bahwa, media massa sering digunakan oleh remaja sebagai sumber informasi dan sebagai media komunikasi dengan teman sebayanya. Kenneavy et al. (2006) menyebutkan bahwa pada usia remaja, pencarian informasi merupakan salah satu hal yang paling penting, terutama informasi mengenai seks dan aturan orang dewasa. Media massa merupakan sumber pencarian informasi yang paling banyak digunakan oleh remaja karena media massa sangat mudah diakses dan pesan yang disampaikan oleh media massa juga sangat atraktif. Selain memberikan informasi mengenai seks secara bebas, menurut Baumgardner et al. (2004), media massa juga memberikan contoh perilaku kekerasan bagi remaja. Dalam hal ini, media massa bertindak sebagai kontributor utama yang memberikan informasi mengenai kekerasan sehingga menciptakan sikap agresif dan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari remaja.

34 20 Media elektronik, seperti komputer, notebook, atau handphone (ponsel) juga dapat menghancurkan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial, membaca bahasa tubuh dan pengurangan aktivitas dan interaksi langsung dengan sesama. Perilaku berkurangnya aktifitas dan berinteraksi langsung secara face to face terhadap orang lain juga dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan) (Desmita 2005). Sementara itu, dampak positif media yaitu memperluas jejaring sosial dan juga menambah informasi dan pengetahuan bagi remaja. Melalui media, kita bisa berkomunikasi dengan orang lain di belahan dunia manapun tanpa dibatasi ruang dan waktu (Bungin 2009).

35 21 KERANGKA PEMIKIRAN Keterampilan sosial adalah kunci sukses dalam membina hubungan dengan orang lain. Seni membina hubungan meliputi keterampilan mengelola emosi orang lain dan menunjukkan emosi diri secara tepat. Keterampilan ini juga merupakan keterampilan yang menunjang kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Oleh karena itu, tanpa memiliki keterampilan sosial, seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial dan sering dianggap angkuh serta tidak berperasaan (Goleman 2006). Menurut hasil studi Davis dan Forsythe dalam Mu tadin (2002), ada delapan aspek dalam kehidupan remaja yang menuntut keterampilan sosial, dua diantaranya adalah lingkungan dan persahabatan atau solidaritas kelompok. Hal ini sejalan dengan teori ekologis Bronfenbrenner yang menyebutkan bahwa ada empat lingkungan yang mempengaruhi proses sosialisasi anak, seperti lingkungan mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem Puspitawati (2009). Dalam penelitian ini, teman sebaya dan media massa termasuk dalam lingkungan mikrosistem, yaitu lingkungan yang langsung berinteraksi dengan anak. Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat pada diri remaja. Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa remaja cenderung membentuk kelompok dan sebagian waktu akan dihabiskan dengan melakukan interaksi bersama teman kelompoknya tersebut. Teman sebaya tidak hanya harus berasal dari etnis ataupun ras yang sama melainkan cenderung memiliki sikap dan performa akademis yang sama serta memiliki status yang mirip (Papalia et al. 2008). Pemilihan teman sebaya (peer group) yang salah dapat menjerumuskan individu ke dalam bentuk kenakalan-kenakalan remaja. Oleh karena itu, dalam sebuah kelompok teman sebaya, remaja harus mampu memainkan suatu peran sosial dan terlibat secara aktif dalam lingkungan sosialnya (Gunarsa S & Gunarsa Y 2009). Kemajuan teknologi yang sangat canggih seperti saat ini, kerap kali membuat remaja tidak dapat menjalankan fungsi sosial dalam kelompoknya dengan baik. Remaja menjadi cenderung individual dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial dan membentuk pertemanan yang bersifat maya yang banyak ditawarkan melalui internet dan televisi. Kecenderungan ini

36 22 dapat mengakibatkan ketidakmampuan remaja dalam mengolah kemampuan sosialnya. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka hubungan antar variabel pada remaja contoh yang merupakan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta digambarkan dalam kerangka pemikiran. Pada kerangka pemikiran tersebut, karakteristik contoh yaitu usia, jenis kelamin, cabang olahraga dan urutan kelahiran diduga berhubungan dengan pemilihan teman sebaya dan media massa yang selanjutnya diduga akan mempengaruhi keterampilan sosial contoh. Sementara itu, karakteristik keluarga seperti pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, usia orangtua, status orangtua, etnis dan besar keluarga juga diduga berhubungan dengan pemilihan media massa dan teman sebaya yang nantinya akan mempengaruhi keterampilan sosial contoh. Keterkaitan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, teman sebaya, media, dan keterampilan sosial yang menjadi kerangka penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Gambar 1.

37 23 Karakteristik keluarga contoh: Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua Usia orang tua Status orang tua Etnis Karakteristik contoh: Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran anak Cabang olahraga Tipe olahraga Kelompok teman sebaya (peer group): Karakteristik Pola Hubungan Kualitas pertemanan Media massa: Karakteristik Pola Hubungan Pemanfaatan media massa Keterampilan Sosial: Kesadaran sosial Fasilitas sosial Keterangan: : variabel yang diteliti : hubungan variabel yang diteliti : pengaruh variabel yang diteliti terhadap keterampilan sosial Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

38 24 Definisi Operasional Remaja adalah individu yang berusia tahun yaitu siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas. Contoh adalah siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta yang menjadi responden penelitian ini Karakteristik contoh adalah ciri individu yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran anak, dan cabang olahraga. Karakteristik keluarga contoh adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Kelompok teman sebaya adalah suatu bentuk kelompok sosial dengan usia yang relatif sama dan antar anggota kelompok merasa memiliki keterkaitan secara emosional. Karakteristik kelompok teman sebaya adalah ciri kelompok sosial yang meliputi usia teman sebaya, jumlah teman sebaya, ciri utama kelompok teman sebaya, dan alasan pertemanan. Pola hubungan dengan kelompok teman sebaya adalah cara berinteraksi antara contoh dengan teman sebaya yang meliputi frekuensi bertemu dan lama waktu bertemu. Ciri utama kelompok teman sebaya adalah bentuk kelompok teman sebaya yang membedakannya dengan bentuk kelompok teman sebaya lainnya. Kualitas pertemanan dengan kelompok teman sebaya adalah hubungan sosial yang terjadi antara individu dengan kelompok sosialnya hingga pengaruh yang terjadi. Media massa adalah teknologi yang menunjang kegiatan sehari-hari seperti televisi dan internet. Karakteristik media massa adalah ciri teknologi yang digunakan contoh, meliputi jenis media massa. Pola hubungan dengan media massa adalah cara berinteraksi dengan media massa meliputi lama penggunaan dalam sehari dan frekuensi penggunaan. Pemanfaatan media massa adalah hubungan dan pengaruh yang terjadi antara individu dengan teknologi yang digunakan.

39 25 Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda yang terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan contoh untuk memahami diri sendiri dan perasaan orang lain. Fasilitas sosial adalah tindakan yang kemudian dilakukan oleh contoh dengan kesadaan yang dimiliki.

40 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek riset dalam satu waktu tertentu saja (Umar 2003). Sementara itu, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy 1989). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan SMA Negeri Ragunan adalah sekolah khusus untuk mendidik para atlet muda Indonesia dan berasal dari beragam budaya (suku bangsa). Waktu penelitian termasuk pengumpulan data, pengolahan, analisis data dilakukan selama delapan bulan mulai Juni Januari Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian adalah siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta yang berjumlah 323 orang. Sementara itu, kerangka contoh penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta dan terdiri dari satu kelas IPA (38 siswa) dan dua kelas IPS (79 siswa). Dasar pemilihan contoh adalah siswa kelas XI dikarenakan siswa pada tingkat tersebut telah memiliki pengalaman belajar di SMA relatif cukup lama dibandingkan dengan kelas X dan tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII. Contoh penelitian dihitung menggunakan formula Slovin (1960), diacu dalam Umar (2003) sebagai berikut: n = N 1+ Ne 2 N = populasi penelitian n = jumlah contoh penelitian Ne = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu 10 persen.

41 28 Dengan menggunakan rumus dan margin error 0.1 didapatkan jumlah contoh sebagai berikut: N 323 n= = = Ne (0.1) 2 Berdasarkan perhitungan, jumlah minimal contoh penelitian ini adalah 76 orang. Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini adalah 85 orang dengan pertimbangan penambahan 10 persen dari jumlah minimal contoh. Pengambilan contoh dilakukan secara cluster random sampling. Pertama, ketiga kelas di kelas XI ditentukan sebagai kerangka contoh. Berikutnya berdasarkan kerangka contoh tersebut dipilih secara acak untuk memperoleh siswa yang akan dijadikan contoh. Dalam pelaksanaannya ada beberapa yang tidak ada (10 orang) sehingga dicari contoh pengganti. Contoh pengganti ini dipilih secara purposive. Penetapan contoh pengganti ini harus memenuhi syarat sebagai siswa kelas XI yang berada dikelas saat penelitian berlangsung dan belum ditetapkan menjadi contoh. Teknik pengambilan contoh disajikan pada Gambar 2. Populasi N=323 Kelas X N=99 Kelas XI N=117 Kelas XII N=107 Cluster XI IPA n=28 (32.9%) XI IPS 1 n=29 (34.1%) XI IPS 2 n=28 (32.9%) acak Gambar 2 Teknik pengambilan contoh Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui self-report menggunakan alat bantu kuesioner. Kuesioner berisi variabel-variabel yang diteliti dan termasuk dalam kerangka penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan jumlah siswa. Secara rinci, jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

42 29 Tabel 1 Variabel penelitian, jenis serta skala data, dan sumber informasi Variabel Jenis data Skala Sumber Karakteristik contoh Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran Cabang olahraga Tipe olahraga Karakteristik Keluarga Pendidikan orangtua Status pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua Usia orangtua Status orangtua Suku Bangsa Peer Group Karakteristik - Jumlah - Usia - Ciri utama - Alasan pertemanan Pola Hubungan - Frekuensi bertemu - Lama usia pertemanan Kualitas pertemanan Media Massa Karakteristik - Jenis media massa Pola Hubungan - Lama penggunaan - Frekuensi penggunaan Pemanfaatan media massa Keterampilan Sosial - Kesadaran sosial - Fasilitas sosial Primer Primer Primer Primer Primer Rasio Nominal Rasio Nominal Nominal Rasio Nominal Rasio Rasio Nominal Nominal Rasio Nominal Nominal Nominal Interval Interval Ordinal Nominal Interval Interval Ordinal Ordinal Siswa (responden) Siswa (responden) Siswa (responden) Siswa (responden) Siswa (responden) Jumlah siswa Sekunder Rasio Data sekolah Keadaan Umum Sekolah Sekunder Ordinal Data sekolah Cara pengukuran data adalah sebagai berikut: 1) Kelompok Teman Sebaya. Variabel ini terdiri atas tiga sub variabel yaitu, karakteristik, pola hubungan dan kualitas pertemanan contoh dengan kelompok teman sebaya. Sub variabel karakteristik terdiri atas empat pertanyaan mengenai jumlah, usia, ciri utama, dan alasan pertemanan. Sub variabel pola hubungan terdiri atas dua pertanyaan mengenai frekuensi bertemu dan lama waktu pertemanan dengan teman sebaya di sekolah, asrama dan tempat lain. Sementara itu, sub variabel kualitas hubungan pertemanan dengan kelompok teman sebaya terdiri atas 16 pernyataan yang empat diantaranya merupakan pertanyaan negatif. Sistem skor

43 30 menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif sistem skor dibalik. Skor maksimal adalah 64 dan skor minimal adalah 16. Pernyataan disusun berdasarkan Ruhidawati (2005) dan Desmita (2009) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. 2) Media massa. Variabel ini terdiri atas tiga sub variabel yaitu, karakteristik, pola hubungan dan pemanfaatan media massa. Karakteristik media massa terdiri atas jenis media massa. Pola hubungan media massa (lama penggunaan dalam sehari dan frekuensi penggunaan) terdiri atas masingmasing 3 pertanyaan untuk media televisi dan internet. Sementara itu, pemanfaatan media massa terdiri atas 17 pernyataan yang dua diantaranya adalah pertanyaan negatif. Sistem skor menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif sistem skor dibalik. Skor maksimal adalah 68 dan skor minimal adalah 17. Pernyataan merujuk pada Bungin (2009) dan Santrock (2007). 3) Keterampilan Sosial. Variabel ini terdiri atas 40 pernyataan dengan 11 pertanyaan negatif. Sistem skor menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif skor dibalik. Skor maksimal adalah 160 dan skor minimal adalah 40. Pernyataan disusun berdasarkan Wulandari (2009) dan Goleman (2007) mengenai keterampilan sosial yang terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial yang telah dimodifikasi oleh peneliti. 4) Pengambilan data yang digunakan berupa self-report. Untuk mengurangi bias ketika melakukan wawancara peneliti menyebar kuesioner dalam kelas dan mendampingi contoh selama pengisian kuesioner. Manajemen dan Kontrol Kualitas Data 1) Sebelum digunakan, kuesioner yang sudah disusun diuji pada 10 siswa kelas X yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan yang berusia 16 tahun. Hasil uji coba tersebut akan menentukan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan, untuk mengetahui pilihan bentuk kuesioner (pertanyaan dan pernyataan), kedalaman pertanyaan, ketepatan pemilihan kata, dapat tidaknya suatu pertanyaan ditanyakan, dapat tidaknya suatu pernyataan

44 31 dijawab, pilihan jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal pengisian kuesioner. Dari hasil uji coba diperoleh bahwa lama waktu maksimal pengisian kuesioner adalah 25 menit. 2) Uji reliabilitas instrumen penelitian. Realibilitas instrumen kualitas hubungan pertemanan adalah 0.825, pemanfaatan media massa adalah 0.740, dan keterampilan sosial Realibilitas instrumen keterampilan sosial ini lebih besar daripada realibilitas instrumen Wulandari (2009), yaitu sebesar ) Penyusunan code book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik dan deskriptif dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science (SPSS) versi Analisis data yang digunakan meliputi uji beda T-test, uji korelasi Chi-square, uji korelasi Pearson dan regresi linear berganda. Sistem skoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya. Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas. Interval kelas (A) = Skor maksimum (NT)-skor minimum(nr) Jumlah kategori Pengelompokkan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya menggunakan tiga ketegori, yaitu rendah (16-32), cukup (33-48), dan tinggi (49-64). Pengelompokkan pemanfaatan media massa juga menggunakan tiga kategori, yaitu rendah (17-34), sedang (35-51), dan tinggi (52-68). Sementara itu, pengelompokkan keterampilan sosial remaja menggunakan tiga kategori, yaitu rendah (40-80), cukup (81-120), dan tinggi ( ). Analisis korelasi Pearson dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel berupa skala rasio dan interval. Sementara itu, uji korelasi Chi-square untuk menguji hubungan antar variabel yang berskala nominal. Sementara itu, untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial pada remaja dilakukan uji regresi linear berganda:

45 32 Yi = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + β 8 X 8 + β 9 X 9 + β 10 X 10 + β 11 X 1 + β 12 X 12 + β 13 X 13 + β 14 X 14 + β 15 X 15 + β 16 X 16 + β 17 X 17 + β 18 X 18 + β 19 X 19 + β 20 X 20 +β 21 D 1 + β 22 D 2 + β 23 D 3 + β 24 D 4 + β 25 D 5 +ε Keterangan: Yi = keterampilan sosial remaja α = konstanta β n X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 X 16 X 17 X 18 X 19 X 20 D 1 D 2 D 3 D 4 D 5 = koefisien regresi = usia = cabang olahraga = usia ayah = usia ibu = pendidikan ayah = pendidikan ibu = pendapatan orangtua = jumlah teman sebaya di sekolah = frekuensi pertemuan di sekolah = usia pertemanan di sekolah = jumlah teman sebaya di asrama = frekuensi pertemuan di asrama = usia pertemanan di asrama = jumlah teman sebaya di tempat lain = frekuensi pertemuan di tempat lain = usia pertemanan di tempat lain = lama penggunaan media massa = frekuensi penggunaan media massa = pemanfaatan media massa = kualitas pertemanan dengan kelompok teman sebaya = jenis kelamin = tipe olahraga = status orang tua = status kerja ayah = status kerja ibu ε = galat

46 33 Dalam model regresi yang disusun dalam penelitian ini, tidak semua variabel penelitian dalam kerangka pemikiran dimasukkan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa variabel yang merupakan data nominal sehingga harus dilakukan dummy. Dummy dapat memperkecil angka koefisien regresi, maka beberapa variabel tersebut tidak dimasukkan dalam uji regresi.

47 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Sekolah Ragunan adalah satu dari lima sekolah khusus atlet di Indonesia yang didirikan pada tanggal 15 Januari Sekolah Ragunan ini sebenarnya terdiri atas SMP Negeri dan SMA Negeri Ragunan. SMP/SMA Negeri Ragunan atau yang lebih dikenal dengan Sekolah Atlet, berada di dalam area Gelanggang Olahraga Ragunan, Jalan H.M. Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. SMA Negeri Ragunan dikepalai oleh Drs. Didih Hartaya dengan staf dan guru berjumlah 20 orang. Jumlah siswa di SMA Negeri Ragunan sebanyak 323 orang. Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki (55.1%) dan siswa perempuan sekitar 44.9 persen. Tabel 2 Sebaran siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan Total Sumber: Profil SMA Negeri Ragunan. 2009/2010. Luas kompleks SMP/SMA Ragunan dan fasilitas olahraga mencapai 17 hektar yang merupakan aset Pemda DKI. Kompleks SMP/SMA Ragunan terdiri dari gedung sekolah, gedung asrama putra dan putri, ruang makan dan dapur, ruang fitnes, dan perumahan guru serta pelatih. Secara keseluruhan, SMA Negeri Ragunan terdiri dari delapan kelas, yaitu dua kelas untuk kelas X dan untuk kelas XI, XII masing-masing tiga kelas (IPA, IPS1 dan IPS2). Fasilitas olahraga mencakup lapangan bulutangkis, tenis meja, bola voli, gulat dan judo, kolam renang, gedung senam, lapangan basket, sepak bola, lapangan tenis, angkat besi, panahan, dan track atau lapangan untuk cabang atletik. Fasilitas lain yang berada di komplek Gelanggang Olahraga Ragunan berupa gedung serbaguna, gedung auditorium, poliklinik, masjid, aula, kantin, wisma tamu, serta perkantoran dan Graha Wisma Pemuda. SMA Negeri Ragunan yang merupakan sekolah umum formal untuk para atlet menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar layaknya SMA pada umumnya. Beban belajar yang diberikan oleh pihak sekolah terdiri dari pelajaran inti, muatan lokal dan pengembangan diri dengan alokasi waktu satu jam

48 36 pelajaran adalah 40 menit. Pengembangan diri adalah pelajaran utama bagi siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta, sedangkan pelajaran inti dan muatan lokal merupakan pelajaran tambahan. Hal ini menyebabkan SMA Negeri Ragunan berbeda dengan SMA pada umumnya. Pelajaran inti di SMA Ragunan tidak jauh berbeda dengan SMA pada umumnya. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang materinya tidak dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Mata pelajaran muatan lokal kelas X, XI dan XII adalah English for Special Purpose. Pengembangan diri adalah beban belajar terjadwal utama yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minatnya. Dengan kata lain, pengembangan diri adalah jadwal latihan terpadu sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti siswa. Rincian alokasi waktu pembelajaran dan beban pelajaran yang diberikan oleh SMAN Ragunan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Beban belajar per minggu siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta Kelas Beban Belajar (jam) Inti Muatan Lokal Pengembangan diri Jumlah X XI XII Sumber: Profil SMA Negeri Ragunan. 2009/2010. Karakteristik Contoh Usia dan Jenis Kelamin Contoh dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. Persentase terbesar contoh berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 50,6 persen dan sisanya adalah laki-laki sebesar 49,4 persen (Tabel 5). Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin, rata-rata, dan standar deviasi usia contoh Jenis Kelamin Usia Laki-laki Perempuan Total n % n % n % 15 tahun tahun tahun tahun tahun Total Rata-rata±SD 17.6± ± ±16 p-value 0.00

49 37 Menurut Hurlock (1980), periode masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu remaja awal padaa umur (10-14 tahun), remaja tengah (14-17 tahun), dan remaja akhir pada umur tahun. Secara keseluruhan usia contoh pada penelitian ini dapat dikategorikan sebagai remaja tengah dan akhir, yaitu antara dengan persentase terbesar adalah usia 17 dan 18 tahun, masing-masing sebesar 36.5 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase usia tertinggi contoh laki-lakii adalah 17 dan 18 tahun (16.5% dan 27.1%). Sementara itu, persentase usia tertinggi contoh perempuan adalah 16 dan 17 tahun (16.5% dan 20.0%) (Tabel 4). Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan usia contoh laki-laki dan perempuan (p<0.05) yang mana rata-rata usia contoh laki-laki lebih tinggi daripada contoh perempuan. Urutan Kelahiran Penelitian terhadap anak-anak, remaja, dan orang dewasa dari berbagai urutan kelahiran, menunjukkan urutan kelahiran dapat menjadi faktor yang kuat dalam menentukan jenis penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang harus dilakukan individu sepanjang rentang kehidupan (Hurlock 1980). Schiller (2006) menyebutkan bahwa urutan kelahiran berhubungan erat dengan kepribadian seseorang. Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh adalah anak tengah dan anak sulung (37.6% dan 32.9%), sedangkan persentase terendah adalah anak tunggal sebesar 4.7 persen. Tunggal Sulung Tengah Bungsu 24,8% 36,7% 4,7% 32,9% Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran Menurut Santrock (2007), anak kedua (anak tengah) akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan lebih percaya diri bila dibandingkan dengan anak pertama atau anak tunggal. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Schiller (2006) menunjukkan bahwa anak kedua

50 38 cenderung lebih tenang, lebih mudah bersosialisasi dan lebih sedikit mengalami masalah dibandingkan anak sulung dan bungsu. Namun, anak kedua juga memiliki rasa iri yang lebih besar terhadap saudaranya. Anak sulung sering dikenal sebagai experimental child yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman orangtua dalam merawat anak sehingga mengakibatkan orangtua cenderung terlalu cemas dan melindungi berlebihan (Gunarsa S & Gunarsa Y 2009). Menurut Santrock (2007), orangtua memiliki harapan yang besar kepada anak pertama dibanding adik-adiknya, tuntutan orangtua dan standar yang tinggi membuat anak pertama diliputi kecemasan dan rasa bersalah. Berdasarkan beberapa literatur yang telah dibahas tersebut, dapat digambarkan bahwa sebagian besar contoh penelitian ini merupakan kelompok anak-anak yang lebih mudah bersosialisasi (anak kedua). Cabang olahraga dan Tipe olahraga Menurut Moelok (1984), cabang olahraga dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu cabang olahraga ringan, sedang, berat, dan berat sekali. Cabang olahraga yang paling banyak digeluti oleh contoh adalah olahraga sedang yang terdiri dari bulutangkis, senam, atletik, selancar, squash, tenis lapangan, tenis meja, sepak takraw, dan sepak bola. Sementara itu, jenis olahraga individu yang paling banyak digeluti oleh contoh penelitian adalah renang, bulu tangkis, squash, dan senam. Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh menggeluti cabang olahraga sedang (70.6%) dan hanya sekitar 1,2 persen contoh yang menggeluti olahraga berat sekali, yaitu jenis olahraga angkat besi. Sementara itu, sebagian besar contoh menggeluti tipe olahraga individu (88.2%) seperti tenis meja, tenis lapangan, squash, bulutangkis, senam, dan atletik. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan cabang olahraga dan tipe olahraga Karakteristik n % Cabang Olahraga Olahraga ringan Olahraga sedang Olahraga berat Olahraga berat sekali Total Tipe Olahraga Individu Beregu Total

51 39 Karakteristik Keluarga Usia dan Status Orangtua Tingkat umur dapat mempengaruhi cara berpikir serta bertindak dan emosi seseorang, karena seseorang yang mempunyai umur lebih dewasa relatif lebih stabil emosinya dibanding dengan orang yang lebih muda (Hurlock 1980). Usia orangtua contoh dikelompokkan ke dalam usia dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir atau usia lanjut (>60 tahun). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori usia orangtua Usia Ayah Ibu n % N % Dewasa muda (20-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Dewasa akhir atau usia lanjut (>60 tahun) Almarhum Total Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar ayah contoh berada pada kategori dewasa madyaa (84.7%). Persentase ayah contoh yang berada dalam tahapan dewasa akhir dan sudah meninggal masing-masing sebesar 2.4 persen. Sama halnya dengan ayah, lebih dari setengah ibu contoh (57.7%) juga berusia tahun (dewasa madya). Sementara itu, sekitar 3.5 persen ibu contoh sudah meninggal. Berdasarkan Gambar 4, sebagian besar status orangtua contoh adalah utuh (92.9%) dan hanya sekitar 7.1 persen orangtua contoh yang berstatus sebagai orangtua tunggal (single parent) karena salah satu orangtua telah meninggal dunia. Menurut Eccles dan Kalil (1994), ibu yang berstatus sebagai orangtua tunggal menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak remaja dibanding ibu yang masih terikat hubungan perkawinan. Utuh Tunggal 7,1% 92,9% Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status orangtua

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala].  [3 April 2009]. 2 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja 7 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Periode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n = 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Program Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB)-IPB merupakan suatu unit yang bertugas melaksanakan dan mengkoordinasikan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pola Penggunaan Jejaring Sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Pola Penggunaan Jejaring Sosial 5 TINJAUAN PUSTAKA Pola Penggunaan Jejaring Sosial Internet merupakan jaringan dunia terbesar yang menghubungkan berbagai jaringan komputer dengan berbagai jenis komputer di seluruh dunia. Jaringan-jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crosssectional karena data dikumpulkan dan diteliti pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Sekolah Ragunan adalah satu dari lima sekolah khusus atlet di Indonesia yang didirikan pada tanggal 15 Januari 1977. Sekolah Ragunan ini sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut: METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei. Penelitian dengan desain cross sectional study adalah penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu BAB V PEMBAHASAN Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistimatis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya,

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditandai oleh tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Contohnya, negara Singapura, meskipun tidak memiliki wilayah yang luas, jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia perlu adanya hubungan yang baik antar sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Tehnik Pengambilan Contoh 29 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada saat dan waktu tertentu. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja. Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja. Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecerdasan Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Kecerdasan Sosial TINJAUAN PUSTAKA Kecerdasan Sosial Salah satu tugas perkembangan remaja adalah penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi menuju kedewasaan, remaja harus membuat penyesuaian baru.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01

Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01 Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01 ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan) yang dilakukan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan) yang dilakukan oleh BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Cybersex 1. Defenisi Perilaku Cybersex Chaplin (1997) mengemukakan bahwa perilaku secara psikologi diartikan sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci