LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH - BDAN INFORMASI GEOSPASIAL 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH - BDAN INFORMASI GEOSPASIAL 2012"

Transkripsi

1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH - BDAN INFORMASI GEOSPASIAL 2012

2 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2012

3 Asep Karsidi, Kepala Badan Informasi Geospasial Pengantar Kepala Badan Informasi Geospasial Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) tahun 2012 ini disusun sebagai pemenuhan atas Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang pada hakekatnya merpakan penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan akuntabel. Laporan ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah selain sebagai perwujudan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan Bakosurtanal dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis sekaligus sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan dan perbaikan kinerja i masa-masa mendatan. Laporan ini merupakan laporan akuntabilitas terakhir bagi Bakosurtanal atas pelaksanaan program/kegiatan sebagaimana tercantum di dalam Perencanaan Strategis , mengingat sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial (BIG), maka BIG merupakan pengganti Bakosurtanal dengan penyesuaian Renstra sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian Laporan Akuntabilitas Bakosurtanal Tahun 2012 disusun, dengan harapan dapat dipergunakan sebagai acuan penilaian atas keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian kinerja Bakosrutanal Tahun 2012.

4 Ringkasan Eksekutif

5 ringkasan eksekutif Capaian kinerja Bakosurtanal tahun 2012 secara menyeluruh dapat dikatakan baik, target setiap indikator sasaran strategis dapat mencapai 98,84%. Terdapat beberapa kegiatan yang melebihi target dikarenakan adanya efisiensi anggaran dan terdapat juga kegiatan yang tidak mencapai target kinerja dikarenakan masalah teknis seperti kencala cuaca buruk dan tidak dapat beroperasinya peralatan survei (kapal survei). Pemetaan Rupabumi Indonesia merupakan salah satu indikator kinerja dari output penting Sasaran-2 tersedianya data spasial dasar wilayah darat. Tahun 2012 pemetaan rupabumi skala 1:10.000, 1:25.000, 1: untuk mendukung percepatan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) memiliki kinerja melebihi target yang telah ditetapkan sebanyak 467 NLP dengan realisasi 715 NLP atau 153%. Dalam penyelenggaraan informasi geospasial tematik Bakosurtanal diberikan amanat langsung Inpres No. 10 tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Ijin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut untuk melakukan pembaharuan peta tutupan hutan dan lahan gambut sesuai Peta Indikatif Penundaan Izin Baru pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain setiap 6 bulan sekali melalui kerjasama dengan Menteri Kehutanan, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan Ketua Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+ serta dipantau langsung oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian (UKP4). Informasi Geospasial semakin bermanfaat jika ada kemudahan akses dalam memanfaatkannya. Untuk itu tahun 2012 telah terbangun 89 simpul jaringan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Pembangunan simpul jaringan ini meningkat dari tahun 2011 sebanyak 82 simpul. Simpul jaringan ini berfungsi sebagai sarana pertukaran dan penyebarluasan informasi geospasial antar pemerintah pusat/kementerian/lembaga dan antar pemerintah daerah/provinsi/kabupaten. Kinerja Bakosurtanal tahun 2012 juga dapat dilihat dari perbandingan realisasi keuangan dan realisasi fisik. Realisasi keuangan sebesar 92,05% terdiri dari realisasi Rupiah Murni sebesar 94,73%, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 78,97% dan Pinjaman Luar Negeri sebesar 89,34%. Realisasi fisik sebesar 98,36%. Hal ini memperlihatkan adanya efisiensi anggaran dilihat dari realisasi fisik yang lebih besar dari realisasi anggaran.

6 Daftar Isi PENGANTAR KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL II RINGKASAN EKSEKUTIF III DAFTAR ISI V DAFTAR TABEL VI DAFTAR GAMBAR VII PENDAHULUAN 1 GAMBARAN UMUM BAKOSURTANAL 2 KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN 2 STRUKTUR ORGANISASI 4 SUMBERDAYA MANUSIA 5 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 7 PERENCANAAN KINERJA 8 RENCANA STRATEGIS BAKOSURTANAL VISI DAN MISI 10 SASARAN DAN TUJUAN 11 ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL 11 PROGRAM/ KEGIATAN BAKOSURTANAL 13 INDIKATOR KINERJA UTAMA BAKOSURTANAL 14 PENETAPAN KINERJA BAKOSURTANAL TAHUN AKUNTABILITAS KINERJA 17 PENGUKURAN KINERJA CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA SASARAN-1 19 SASARAN-2 26 SASARAN-3 64 SASARAN-4 96 SASARAN PENUTUP 125 LAMPIRAN-1 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL LAMPIRAN-2 PENETAPAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN LAMPIRAN-3 PENGUKURAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN

7 Daftar Tabel Tabel 1. 1 Personil Bakosurtanal berdasarkan Golongan Tabel 1. 2 Pemangku Jabatan Fungsional Tabel 3. 1 Capaian Indikator Kinerja Sasaran-1 Tabel 3. 2 Perkembangan capaian Indikator Kinerja Utama pada sasaran 1 Tabel 3. 3 Status Peta RTRW Tabel 3. 4 Jumlah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang Sudah Memiliki Perda Tabel 3. 5 Daftar RSNI Bidang Informasi Geografis/Geomatika Tahun 2012 Tabel 3. 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran-2 Tabel 3. 7 Capaian Indikator Kinerja pada sasaran 2 Tabel 3. 8 Capaian Pemetaan RBI skala 1: , 1: , 1 : , 1 : Tabel 3. 9 Ketersediaan Peta LBI Skala 1: di Indonesia Tabel Nama Pulau Tabel Target dan Realisasi Indikator Kinerja Sasaran-3 Tabel Perkembangan capaian indikator kinerja sasaran 3 Tabel 3. 13Penutup Lahan Pulau Papua Tabel Penutup Lahan Utama di Sulawesi (Berdasarkan pemetaan tahun 2012) Tabel Cakupan Pemetaan Penutup Lahan Bakosurtanal Tabel Luasan Areal Penundaan Pemberian Izin Baru (Ha) PIPIB Rev 2 Tabel Luasan Areal Penundaan Pemberian Izin Baru (Ha) PIPIB Rev 3 Tabel Indikator kinerja Sasaran-4 Tabel Perkembangan capaian indikator kinerja sasaran 3 Simpul jaringan pusat yang sudah terdaftar pada portal nasional Hasil Metadata Simpul Jaringan Pusat Hasil Metadata Simpul Jaringan Provinsi Hasil Metadata Simpul Jaringan Kabupaten Kota Indikator kinerja Sasaran-5 Arahan Rincian Potensi Pertanian Agribisnis Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Survei Pemetaan jumlah permintaan layanan jasa dan produk surta tahun 2012 Pagu Anggaran Bakosurtanal Per Program dan Kegiatan Tahun Anggaran 2012 Tabel Pagu Anggaran Bakosurtanal Per Unit Kerja Realisasi Anggaran Bakosurtanal Per Kegiatan

8 Daftar Gambar Gambar 1. 1 Komposisi Pegawai Bakosurtanal berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Gambar 3. 1 Buku hasil penyusunan NSPK Pemetaan Tata Ruang Tahun 2012 Gambar 3. 2 Indeks Lokasi Pemetaan skala 1: di Kota Bitung, Manado dan Tomohon Gambar 3. 3 Indeks Lokasi Pemetaan Skala 1: Wilayah Maluku dan Papua Gambar Perkembangan cakupan peta RBI dari tahun Gambar 3. 5 Indeks Lokasi Pemetaan Skala 1: Wilayah Sulawesi dan Wilayah Papua Gambar Indeks Lokasi Penyusunan Gasetir Gambar 3. 7 Contoh peta LBI skala 1: Gambar 3. 8 Contoh peta navigasi udara (Aeronautical Chart) Gambar 3. 9 Contoh data hasil survey hidrografi lepas pantai Gambar Contoh Peta LPI Skala 1: Gambar Perkembangan Peta LPI tahun Gambar Contoh peta dasar zonasi tingkat peringatan tsunami Gambar Indeks Pemutakhiran sheet RI-PNG Gambar Indeks field check sheet Perbatasan RI-MAL Gambar Hasil kegiatan JBM Gambar Contoh Produk Pemetaan Pulau Kecil Gambar Peta wilayah Provinsi Gambar Peta kegiatan CBDRF RI MAL Gambar Lokasi Kegiatan Survei CBDRF RI - MAL di Sektor Barat Gambar Lokasi Kegiatan Survei CBDRF RI - MAL di Sektor Timur Gambar Static Differensial Pelaksanaan Pengukuran GPS Gambar Skema Proses Pengolahan Data Survei GPS Gambar Diagram Alir Hitungan Baseline Gambar Lokasi Kegiatan 2012 Gambar Lokasi Stasion IGS Gambar Penutup lahan di wilayah Kepulauan Maluku Gambar Peta Penutup Lahan wilayah Papua Gambar Peta penutup lahan wilayah Pulau Sulawesi Gambar Peta Penutup Lahan Nasional Skala 1 : Gambar Peta Penutup lahan Lingkungan Danau Rawapening Gambar Neraca Sumber Daya Lahan Pulau Sulawesi Gambar Neraca Sumber Daya Hutan Pulau Sulawesi Gambar Peta Neraca Batubara Indonesia Gambar Peta Mangroove Gambar Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi SDA Pulau Kecil Gambar Peta Neraca Dan Valuasi Ekonomi SDA Pesisir Gambar Web Atlas Nasioanal Gambar atlas Batik Gambar Buku Atlas Bentang Lahan Gambar Buku Atlas Sumberdaya Alam Nasional Gambar Buku Atlas Geografi Statistik Indonesia Gambar Atlas Taktual

9 Arsitektur aplikasi berbasis open source Halaman penampil peta (map viewer) Sebaran Stasiun Tetap GPS (Status 2012) Alur Pengolahan Data GPS Sebaran Stasiun Pasang Surut (Status 2012). Perawatan dan Perbaikan Stasiun Pasang Surut Pengukuran Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika di Liwa (A) dan Panjang (B), Lampung Citra THEOS wilayah Jabotabek dan sekitarnya Geo Tools pada tanaman padi Sistem LIDAR contoh Peta potensi risiko Kegiatan pelayanan penjualan peta

10 Pendahuluan

11 Gambaran Umum Bakosurtanal Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Dasar hukum pembentukan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) telah mengalami beberapa kali perubahan sejak dibentuk pertama kali, yaitu pada tahun Pada awalnya, Bakosurtanal dibentuk melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) nomor 83 tahun 1969 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Keppres tersebut beberapa kali disempurnakan, terakhir dengan Keppres nomor 64 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Di dalam Keppres nomor 64 tahun 2005 tersebut, dijelaskan bahwa kedudukan Bakosurtanal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Bakosurtanal adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang survei dan pemetaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan tugas tersebut, Bakosurtanal menyelenggarakan fungsi: 1. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang survei dan pemetaan; 2. pembinaan infrastruktur data spasial nasional; 3. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Bakosurtanal; 4. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang survei dan pemetaan nasional; 5. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

12 Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut, Bakosurtanal mempunyai kewenangan: 1. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; 2. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; 3. penetapan sistem informasi di bidangnya; 4. kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: a. perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang survei dan pemetaan; b. penetapan pedoman dan pemetaan dasar nasional.

13 KEPALA BAKOSURTANAL SEKRETARIS UTAMA INSPEKTUR DEPUTI BIDANG SURVEI DASAR SUMBER DAYA ALAM DEPUTI BIDANG PEMETAAN DASAR DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

14 Sumberdaya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) Bakosurtanal secara keseluruhan per 31 Desember 2012 berjumlah 631. Dari jumlah 631 PNS tersebut, sebanyak 66 orang menduduki jabatan struktural, masingmasing: Eselon I sebanyak 5 orang, Eselon II sebanyak 12 orang, Eselon III sebanyak 31 orang dan Eselon IV sebanyak 22 orang, dengan catatan bahwa sebanyak 3 jabatan dipangku oleh Pelaksana Tugas (Plt) dan 1 jabatan masih kosong. Sementara itu sebanyak 569 orang lainnya mengikuti jenjang karir dan kepangkatan melalui jabatan fungsional tertentu dengan rincian sebagaimana dilihat pada Tabel Tabel 1. 1 Personil Bakosurtanal berdasarkan Golongan No. Pangkat Gol./Ruang Jumlah 1 Pembina Utama IV/e 4 2 Pembina Utama Madya IV/d 9 3 Pembina Utama Muda IV/c 9 4 Pembina Tingkat I IV/b 25 5 Pembina IV/a 37 6 Penata Tingkat I III/d Penata III/c 95 8 Penata Muda Tingkat I III/b Penata Muda III/a Pengatur Tingkat I II/d Pengatur II/c Pengatur Muda Tingkat I II/b Pengatur Muda II/a Juru Tingkat I I/d 2 15 Juru I/c 2 16 Juru Muda Tingkat I I/b 2 17 Juru Muda I/a 0 Adapun komposisi pegawai Bakosurtanal berdasarkan tingkat pendidikan formal adalah seperti terlihat pada Gambar 1. 1.

15 Gambar 1. 1 Komposisi Pegawai Bakosurtanal berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tabel 1. 2 Pemangku Jabatan Fungsional No. Jabatan Fungsional Jumlah 1 Surveyor Pemetaan Pranata Hubungan Masyarakat 4 3 Peneliti 26 4 Analis Kepegawaian 5 5 Arsiparis 57 6 Auditor 6 7 Perancang Peraturan Perundang-undangan 3 8 Pranata Komputer 19 9 Pustakawan 4 10 Teknisi Litkayasa Widyaiswara 8 12 Jabatan Fungsional Umum 225 Catatan: Dipekerjakan di instansi lain 4

16 Badan Informasi Geospasial Pada pasal 22 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial disebutkan bahwa Pemerintah menunjuk Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai pengganti Bakosurtanal, dimana tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial. Di dalam pasal 1 Perppres nomor 94 tahun 2011 tersebut, dijelaskan bahwa kedudukan BIG berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Sedangkan tugas BIG adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial. Untuk melaksanakan tugas tersebut BIG menyelenggarakan fungsi: 1. perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial; 2. penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial; 3. penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial dasar; 4. pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/ atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan; 5. penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik; 6. penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial; 7. penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial; 8. akreditasi kepada lembaga sertifikasi di bidang informasi geospasial; 9. pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/ atau luar negeri; 10. pelaksanaan koordinasi,integrasi dan sinkronisasi di lingkungan BIG; 11. pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum; 12. pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, hubungan kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerjasama, antar lembaga, kearsipan, persandian, barang milik Negara, perlengkapan dan rumah tangga BIG; 13. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta promosi dan pelayanan produk dan jasa di bidang informasi geospasial; dan 14. perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan fungsional. LAKIP Tahun 2012 ini masih mengacu pada Renstra Bakosurtanal Tahun , dan untuk penyusunan LAKIP selanjutnya akan mengacu pada renstra BIG yang sedang disusun.

17

18 Perencanaan Kinerja

19 Rencana Strategis Bakosurtanal Visi dan Misi Visi Bakosurtanal ditentukan untuk menjawab permasalahan dan tantangan serta isu strategis yang berkembang dan diperkirakan mempunyai potensi dampak terhadap penyelenggaraan data dan informasi geospasial, termasuk survei dan pemetaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan sejak tahun Berdasarkan kondisi umum serta potensi dan permasalahan yang ada, maka Visi Bakosurtanal yang akan dicapai adalah: Data dan informasi geospasial terintegrasi secara nasional dan mudah diakses 2025 Dalam visi tersebut yang dimaksud dengan spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan posisinya. Geospasial adalah aspek keruangan yang menunjukan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Data Geospasial adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaaan bumi. Informasi Geospasial adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan/ atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Sedangkan yang dimaksudkan dengan terintegrasi secara nasional adalah bahwa seluruh data dan informasi geospasial yang ada di Indonesia yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, dan yang dimilki oleh masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat baik dilihat dari segi posisi geometris maupun posisi sebaran objek geospasial yang berada di ruang darat, laut dan udara seluruh Republik Indonesia. Misi Bakosurtanal ditetapkan sebagai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, antara lain sebagai berikut: 1. Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku; 2. Membangun data dan informasi geospasial dasar dan informasi geospasial tematik sesuai kebutuhan nasional yang dapat dipertanggungjawabkan serta mudah diakses; 3. Mewujudkan jaringan informasi geospasial antar simpul jaringan yang andal; dan

20 4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, kualitas penelitian dan pengembangan dalam penyelenggaraan data dan informasi geospasial. Sasaran dan Tujuan Berdasarkan identifikasi potensi dan permasalahan dalam rangka mewujudkan visi Bakosurtanal, maka tujuan Bakosurtanal tahun adalah: 1. Menyediakan landasan sistem pengaturan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan dan penggunaan informasi geospasial; 2. Menyediakan data dan informasi geospasial dasar yang akurat, berkualitas, dan mutakhir; 3. Menyediakan data dan informasi geospasial tematik dalam pemenuhan kebutuhan nasional; 4. Mengoperasionalkan jaringan informasi geospasial antar simpul jaringan nasional yang terhubung secara elektronik; dan 5. Menyediakan sumber daya manusia yang memenuhi kompetensi, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap aplikasi teknologi geospasial. Sasaran strategis Bakosurtanal selama adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya peraturan terkait dengan pengumpulan data geospasial, pengolahan data dan informasi geospasial, penyimpanan dan pengamanan data dan informasi geospasial, penyebarluasan data dan informasi geospasial, dan penggunaan informasi geospasial. 2. Tersedianya data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan berbagai skala yang mencakup seluruh wilayah darat dan dirgantara, serta sebagian wilayah laut nasional. 3. Tersedianya data dan informasi geospasial tematik tertentu, dan penyediaan tema-tema lainnya hasil analisis dan sintesis tema-tema yang tersedia. 4. Terhubung dan berfungsinya simpul jaringan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 5. Terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan profesional dalam penyelenggaraan informasi geospasial, dan mengaplikasikan teknologi informasi geospasial yang sejalan dengan perubahan teknologi untuk mendukung pengambilan keputusan, serta pemanfaatan data dan informasi geospasial diberbagai aspek kehidupan kepemerintahan dan pembangunan. Arah, Kebijakan dan Strategi Nasional Arah, Kebijakan dan Strategi Bakosurtanal diselaraskan dengan arah dan kebijakan strategi nasional didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang termuat dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, serta berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangan Bakosurtanal yang tercantum di dalam Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005, serta mandat lain yang diberikan kepada Bakosurtanal. Sesuai dengan penahapan pencapaian sasaran di dalam RPJPN tahun , maka penahapan capaian terhadap RPJMN tahap kedua tahun ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan terhadap aspek :

21 1. Pemantapan dan penataan kembali NKRI, 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian), 3. Peningkatan kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Pada buku I RPJMN mengenai rencana aksi yang menjadi prioritas pembangunan selama 5 (lima) tahun, bahwa Presiden RI menetapkan 11 (sebelas) prioritas nasional dalam pembangunan. Dalam hal ini Bakosurtanal berperan sangat penting di dalam mendukung 3 (tiga) prioritas nasional tersebut, yaitu : Prioritas 6 (Infrastruktur), Prioritas 9 (Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana), serta Prioritas 10 (Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pascakonflik). Arah dan Kebijakan Bakosurtanal : 1. Memprioritaskan penyelesaian dan implementasi undang-undang tentang informasi geospasial. 2. Memprioritaskan pemenuhan data dan informasi geospasial dasar pada wilayah yang belum terpetakan. 3. Memprioritaskan pemenuhan data dan informasi geospasial tema-tema tertentu terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta daerah rawan bencana alam. 4. Memprioritaskan pembangunan sistem simpul jaringan instansi pemerintah pusat dan daerah. 5. Memprioritaskan : peningkatan sumber daya manusia melalui rekruitmen yang transparan dan pembinaan SDM berkelanjutan melalui peningkatan jenjang karir struktural maupun fungsional; penelitian dan pengembangan dalam mendukung pengambilan kebijakan; dan penyelenggaraan kepemerintahan berbasis data dan informasi geospasial. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Bakosurtanal menempuh strategi sebagai berikut : 1. Strategi dalam meningkatkan koordinasi dan regulasi kegiatan survei dan pemetaan nasional. a. Penyusunan UU Informasi Geospasial dan produk hukum turunannya (PP, Perpres, dan Keputusan Kepala Bakosurtanal); b. Penetapan pengelola simpul jaringan; c. Optimalisasi fungsi penghubung simpul jaringan; d. Penyusunan dan implementasi protokol pertukaran dan penyebarluasan data dan informasi geospasial. 2. Strategi dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas data dan informasi spasial; a. Penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan kerangka dasar perpetaan nasional (jaring kontrol horizontal, jaring kontrol vertikal dan jaring kontrol gaya berat, serta stasiun pasang surut laut); b. Penyelenggaraan dan penyediaan peta dasar dan peta tematik tertentu yang terintegrasi dalam mendukung perencanaan pembangunan wilayah. 3. Strategi dalam meningkatkan akses data dan informasi; a. Peningkatan pemanfaatan data dan informasi geospasial; b. Sosialisasi dan diseminasi produk dan informasi geospasial.

22 4. Strategi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang survei dan pemetaan belum mencukupi a. Pelaksana penyediaan data dan informasi geospasial dilakukan oleh SDM yang kompeten; b. Seleksi pegawai menggunakan standar penerimaan pegawai yang objektif dan transparan melalui seleksi elektronik; c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang intensif dan terencana; d. Lingkup penelitian dan pengembangan yang aplikatif untuk mendukung tugas, fungsi dan kewenangan Bakosurtanal; e. Edukasi melalui sosialisasi pemanfaatan data dan informasi geospasial dalam pelaksanaan tugas kepemerintahan. Program/ Kegiatan Bakosurtanal Dalam rangka mencapai sasaran sebagai mana dijelaskan pada bagian terdahulu, Bakosurtanal menetapkan satu program teknis dan satu program generik beserta kegiatankegiatan di masing-masing programnya sebagai berikut: 1) Program Survei dan Pemetaan Nasional Terdapat 8 (delapan) kegiatan yang termasuk di dalam program ini, yaitu: a. Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata Ruang. b. Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan. c. Pemetaan Batas Wilayah. d. Peningkatan Ketersediaan Data dan Informasi Survei Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup Matra Darat. e. Peningkatan Ketersediaan Data dan Informasi Survei Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Matra Laut. f. Penyusunan Atlas Sumberdaya dan Kajian Pengembangan Wilayah. g. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial. h. Pembangunan Data dan Informasi Geodesi dan Geodinamik. 2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Bakosurtanal. Terdapat 5 (lima) kegiatan yang termasuk didalam program ini, yaitu: a. Pengelolaan keuangan, kepegawaian dan peningkatan layanan hukum Bakosurtanal. b. Pengawasan pendayagunaan aparatur negara. c. Penyelenggaraan pelayanan, promosi, diklat serta litbang surta. d. Penyelenggaraan perencanaan, evaluasi dan pelaporan serta urusan umum. e. Pembangunan/ pengadaan/ peningkatan sarana dan prasarana Bakosurtanal

23 INDIKATOR KINERJA UTAMA BAKOSURTANAL Indikator Kinerja Utama (IKU) Bakosurtanal dalam Renstra Bakosurtanal merupakan penjabaran dari 5 (lima) Sasaran Strategis (SS), yaitu : SS1. Tersedianya peraturan terkait dengan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pengamanan, penyebarluasan dan penggunaan data dan informasi geospasial. IKU 1. Jumlah Norma, Spesifikasi, Pedoman dan Kriteria (NSPK) IKU 2. Jumlah Dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang pengelolaan data spasial nasional. SS2. Tersedianya data informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan berbagai skala yang mencakup seluruh wilayah darat dan dirgantara, serta sebagian wilayah laut nasional. IKU 3. Cakupan data spasial dasar nasional darat. IKU 4. Cakupan data spasial dasar nasional laut. IKU 5. Cakupan data spasial dasar nasional wilayah perbatasan. SS3. Tersedianya data dan informasi geospasial tematik tertentu, dan penyediaan tema-tema lainnya hasil analisis dan sintesis tema-tema yang tersedia. IKU 6. Cakupan data dan informasi survei sumberdaya alam dan LH matra darat. IKU 7. Cakupan data dan informasi survei sumberdaya alam dan LH matra laut. IKU 8. Jumlah tema data dan informasi spasial atlas. SS4. Terhubung dan berfungsinya simpul jaringan pemerintah pusat dan pemerintah daerah IKU 9. Persentase duplikasi penyediaan data dan informasi spasial. IKU 10. Persentase pengguna data dan informasi geodesi dan geodinamika. SS5. Terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan profesional dalam penyelenggaraan informasi geospasial, dan mengaplikasikan teknologi informasi geospasial yang sejalan dengan perubahan teknologi untuk pengambilan keputusan, serta pemanfaatan data dan informasi geospasial di berbagai aspek kehidupan kepemerintahan dan pembangunan. IKU 11. Persentase penyerapan DIPA Bakosurtanal. IKU 12. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensinya. IKU 13. Indeks kepuasan pelanggan. IKU 14. Indeks kualitas laporan keuangan Bakosurtanal. Indikator Kinerja Utama (IKU) Bakosurtanal telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Bakosurtanal Nomor : HK.01.04/77-KA/6/2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Tingkat Lembaga dan Unit Kerja Eselon I Pada Bakosurtanal Tahun LAKIP Tahun 2012 ini disusun berdasarkan IKU Bakosurtanal Tahun sehingga uraian pencapaian sasaran renstra disusun berdasarkan IKU yang telah ditetapkan. Namun pada akhir tahun 2010 telah terjadi perubahan struktur organisasi, yaitu bergesernya Pusat Geodesi dan Geodinamika yang semula berada pada Deputi Infrastruktur Data Spasial menjadi di bawah Deputi Pemetaan Dasar, Pusat Atlas dan Tata Ruang yang semula berada pada Deputi Survei Dasar Sumber Daya Alam menjadi dibawah Deputi Infrastruktur Data Spasial, serta Pusat Pemetaan Batas Wilayah yang semula dibawah Deputi Pemetaan Dasar menjadi di bawah Deputi Survei Dasar Sumber Daya Alam. Hal ini hakekatnya menyebabkan perubahan IKU dalam pancapaian Sasaran Strategis, untuk mengakomodir hal tersebut Penetapan Kinerja

24 Tahun 2012 telah disusun berdasarkan struktur baru dimana telah terjadi pergeseran IKU dalam pencapaian suatu sasaran strategis.

25 penetapan kinerja bakosurtanal 2012 Secara umum proses perencanaan di Bakosurtanal didasarkan pada beberapa dokumen perencanaan baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek sebagaimana diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dokumen acuan perencanaan jangka menengah dan panjang yang dipergunakan antara lain : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Renstra Bakosurtanal, Agenda Riset Nasional, Kebijakan Strategis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan untuk perencanaan jangka pendek (tahunan) dipergunakan acuan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Penetapan Kinerja Bakosurtanal, Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (Renja-K/L), Rencana Kerja Anggaran dan Kegiatan Kementerian/ Lembaga (RKA-K/L). Sebagai pertanggungjawaban kepada pemberi mandat, yaitu Presiden Republik Indonesia, telah disusun Dokumen Penetapan Kinerja Bakosurtanal Tahun 2012 (Lampiran 1). Dokumen Penetapan Kinerja tersebut berisi informasi tentang target kinerja berupa keluaran (outputs) dan hasil (outcomes) tahun Dokumen tersebut digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan program/ kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2012, dan penilaiannya dituangkan dalam bentuk pemenuhan terhadap indikator kinerja.

26 Akuntabilitas Kinerja

27 Akuntabilitas kinerja Bakosurtanal diartikan sebagai suatu kewajiban Bakosurtanal untuk mempertanggungjawabkan atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan kepada yang memiliki hak dan kewenangan meminta pertanggungjawaban mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran Bakosurtanal. Pengukuran Kinerja Akuntabilitas kinerja Bakosurtanal secara substantif, adalah pengukuran terhadap sasaran strategis yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Bakosurtanal , dengan mengacu pada dokumen Penetapan Kinerja Bakosurtanal Tahun Pengukuran tersebut dilakukan dengan evaluasi kinerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengukuran Kinerja. Pengukuran Kinerja dituangkan dalam formulir Pengukuran Kinerja (Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010) sebagaimana terlihat pada Lampiran Evaluasi Kinerja Sasaran dan Kegiatan Berdasarkan hasil pengukuran kinerja tersebut maka dilakukan evaluasi kinerja secara menyeluruh terhadap capaian kinerja Bakosurtanal. Capaian Dan Analisis Kinerja Capaian dan Evaluasi Kinerja dilakukan dengan mengacu pada hasil pengukuran kinerja, kemudian dilakukan penilaian masing-masing sasaran. Kemungkinan hasil evaluasi ada dua yaitu berhasil atau gagal. Jika gagal, disampaikan penyebab kegagalannya dan kalau berhasil atau melampaui target dijelaskan pula mengapa hal tersebut bisa terjadi. Berikut diuraikan capaian indikator sasaran strategis Bakosurtanal tahun Aspek keuangan adalah bagian terakhir dari akuntabilitas kinerja yang menjelaskan proses, pengelolaan dan realisasi penyerapan anggaran. Pembahasan aspek ini tidak dilakukan analisis cost benefit ratio karena pada hakekatnya LAKIP merupakan laporan publik dimana jumlah anggaran dan target luarannya telah ditetapkan melalui mekanisme pengelolaan APBN.

28 Indikator Kinerja Utama Jumlah Norma, Spesifikasi, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Sasaran-1 Tersedianya peraturan terkait dengan Pengumpulan Data Geospasial, Pengolahan Data dan Informasi Geospasial, Penyimpanan dan Pengamanan Data dan Informasi Geospasial, Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial, dan Penggunaan Informasi Geospasial. Tercapainya Sasaran-1 ditandai dengan terpenuhinya 2 Indikator Kinerja Utama Bakosurtanal yaitu (1) Jumlah Norma, Spesifikasi, Pedoman dan Kriteria (NSPK); (2) Jumlah dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang pengelolaan data spasial. Sasaran tersebut dicapai melalui terpenuhinya indikator kinerja sasaran sebagaimana tercantum di dalam Tabel Tabel 3. 1 Capaian Indikator Kinerja Sasaran-1 Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Satuan Jumlah % Jumlah Dokumen NSPK Pemetaan Tata Ruang\ 5 Dok Jumlah Dokumen NSPK peta wilayah 1 Dok Jumlah Dokumen NSPK tentang pedoman, standarisasi kurikulum dan silabus diklat surveyor pemetaan 7 Dok Jumlah dokumen standar kodefikasi peta tematik 1 Dok Penyusunan standar dan panduan pemetaan neraca Sumberdaya Alam dan Informasi Geospasial Tematik matra laut 2 Dok Jumlah Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terkait informasi geospasial 7 RPP 7 100

29 Jumlah dokumen Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang pengelolaan data spasial Jumlah dokumen RSNI di bidang pengelolaan data dan informasi geospasial 12 Dok Terdapat dua Indikator Kinerja Utama dalam sasaran 1 yang perkembangan capaiannya dapat dilihat pada Tabel Secara umum capaian kinerja sasaran-1 bermanfaat dalam memberikan acuan pada penyelenggaraan Infomasi Geospasial bagi stakeholder dan masyarakat. Hal ini dilakukan agar Informasi Geospasial mudah dipertukarkan secara efektif, mudah, dan lebih cepat. Tabel 3. 2 Perkembangan capaian Indikator Kinerja Utama pada sasaran 1 Indikator Kinerja Utama Capaian Jumlah total Satuan Target Jumlah Norma, Spesifikasi, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Dok 56 Jumlah dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang pengelolaan data spasial Dok 60 Penyusunan SNI pada tahun 2012 baru sampai pada tahap Rancangan SNI, dibutuhkan waktu waktu 18 bulan untuk menjadikan RSNI menjadi SNI, tahapan tahapan yang harus dilakukan adalah seperti berikut: Perencanaan jangka waktu kegiatan; Inventarisasi dokumen dokumen yang diperlukan; Penyusunan draf RSNI; Penyelenggaraan Rapat Panitia Teknis Bidang Informasi Geografis/geomatika; Penyusunan laporan akhir

30 Dokumen NSPK Tata Ruang Untuk menghasilkan peta yang berkualitas dan informatif terutama untuk penyusunan peta Rencana Tata Ruang, diperlukan pedoman teknis atau NSPK sesuai perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan saat ini. Pedoman teknis ini meliputi sejumlah NSPK baru dengan memperhatikan peralatan maupun software yang dipandang akan makin banyak dipakai di masa mendatang. NSPK yang disusun oleh Bidang Pemetaan Tata Ruang pada tahun 2012 ada 5 buah, yaitu : 1. Pedoman Teknis kontrol kualitas Pemetaan rencana tata ruang (RTR) Kawasan Strategi Nasional (KSN) dan RTR Pulau. 2. Pedoman pembuatan alternatif peta dasar untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang. 3. Pedoman pengumpulan data tematik untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang. 4. Pedoman penyusunan template simbologi dan album peta Rencana Detil Tata Ruang. 5. Pedoman penyusunan kajian dan evaluasi pemanfaatan ruang Kabupaten/Kota. Pedoman yang disusun diharapkan dapat menjadi panduan dalam pemetaan tata ruang. NSPK yang disusun sesuai dengan tugas bidang Pemetaan Tata Ruang untuk menghasilkan 5 dokumen NSPK. NSPK tersebut akan dimanfaatkan sebagai pedoman dalam proses asistensi dan supervisi Tata Ruang. Outcome NSPK Tata Ruang tersebut akan dimanfaatkan BKPRN beserta pemerintah daerah. Buku hasil penyusunan NSPK Pemetaan Tata Ruang Tahun 2012 terlihat pada gambar 3.1 Gambar 3. 1 Buku hasil penyusunan NSPK Pemetaan Tata Ruang Tahun 2012 Meskipun Perubahan Peraturan Pemerintah tersebut belum selesai disusun, namun banyak Kabupaten/ Kota yang menggunakan jasa konsultasi Bakosurtanal terkait dengan penataan ruang dengan berdasarkan pada NSPK Penataan Ruang. Tabel 3. 2 dan

31 Tabel 3. 4 berikut ini merupakan data status perpetaan dalam penyusunan Perda RTRW untuk Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia : Tabel 3. 3 Status Peta RTRW NO KORIDOR MELIPUTI JUMLAH KAB/ KOTA SELESAI (%) 1 Sumatera Pulau Sumatera, Bangka- Belitung, Kepri Jawa Jawa, Madura Sulawesi Pulau Sulawesi dan kepulauan Maluku, Papua Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat Bali,Nusa Tenggara Bali, NTB dan NTT Kalimantan Pulau Kalimantan JUMLAH Tabel 3. 4 Jumlah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang Sudah Memiliki Perda JUMLAH PERDA % PROVINSI ,3 KABUPATEN ,3 KOTA ,8 Dokumen NSPK tentang Pedoman, Standarisasi, Kurikulum dan Silabus Diklat Surveyor Pemetaan Berdasarkan Penetapan Kinerja Bakosurtanal Tahun 2012, target Dokumen NSPK tentang pedoman, standarisasi, kurikulum dan silabus diklat surta adalah 5 dokumen. Akan tetapi dalam pelaksanaannya dan berdasarkan anggaran yang tersedia pada DIPA 2012, dapat dihasilkan 7 dokumen yang terdiri dari 6 modul diklat dan 1 buku Program Diklat. Adapun 6 modul diklat yang dihasilkan adalah (i) modul tentang teknologi surta dengan judul Pengukuran Kerangka Dasar dan Horizontal dengan Metode Poligon, (ii) modul tentang penginderaan jauh dengan judul Pengantar Pengolahan Citra Digital dengan ILWIS Open-source. serta 4 modul tentang SIG, yaitu (iii) Membangun Basisdata; (iv) Pengelolaan Basisdata, (v) Geoprocessing; dan (vi) Membangun Peta. Kegiatan penyusunan modul dan buku program diklat telah selesai dan dicetak dengan masing-masing sebanyak 100 eksemplar dan 1000 eksemplar untuk Buku Program Diklat.

32 Penyusunan standar dan panduan pemetaan neraca Sumberdaya Alam dan Informasi Geospasial Tematik Matra laut Secara teknis telah pula dihasilkan NSPK untuk Pemetaan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Nasional Serta NSPK untuk Pemetaan Neraca dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Lamun. Kedua NSPK tersebut disusun bersama dengan instansi terkait, yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, serta dilakukan kerjasama dengan akademisi meliputi UGM dan IPB. NSPK Neraca Sumberdaya Alam Spasial Nasional dapat dipakai secara nasional untuk menyusun suatu neraca sumber daya alam, yang meliputi sumber daya lahan, hutan, air dan mineral. Sebagai contoh Kementerian Kehutanan telah melaksanakan klasifikasi sesuai dengan NSPK Neraca Sumberdaya Air Skala 1: yang telah dibuat oleh Bakosurtanal pada tahun NSPK Neraca Dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Lamun berikut teori perhitungan/valuasi ekonomi dan metode inventarisasi dan survei pendukungnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna, baik dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), swasta, perorangan, akademisi/ peneliti, dan pemerhati ekosistem lamun lainnya. Standar Dalam Bidang Informasi Geografi Adalah Salah Satu Aspek Penting Dalam Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) Salah satu aspek penting dalam pembangunan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) adalah adanya standar dalam bidang informasi geografi. Standar informasi geografi bertujuan untuk memberikan acuan terstruktur mengenai informasi obyek atau fenomena yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan lokasi di bumi. Untuk mendukung pelaksanaan infrastruktur Data Spasial, SNI yang telah dihasilkan sampai dengan Tahun 2010 adalah sebanyak 23 SNI, sedangkan untuk Tahun 2011, Bakosurtanal telah menghasilkan 9 dokumen Standar Nasional Indonesia bidang informasi geografi, dan 12 draf Rancangan Standar Nasional Indonesia. Kegiatan Perumusan SNI tahun 2011 telah menghasilkan sembilan SNI Bidang Informasi Geografis/Geomatika yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional, dan dua belas draf Rancangan SNI Bidang Informasi Geografis/Geomatika yang telah dibahas dalam rapat teknis. Daftar RSNI yang dihasilkan pada tahun 2012 dapat dilihat pada table 3.5 dibawah ini. Tabel 3. 5 Daftar RSNI Bidang Informasi Geografis/Geomatika Tahun 2012 No Judul RSNI 1. SNI Prosedur Pengumpulan Nama Rupa Bumi 2. SNI Prosedur Pemotretan Udara Analog 3. SNI Pemetaan Lahan Gambut

33 4. SNI ISO-TS SNI Instalasi Stasiun Pasang Surut 6. SNI Pengamatan Pasang Surut 7. SNI Prosedur Pembangunan CORS 8. SNI Prosedur Pemotretan Udara Digital 9. SNI Spesifikasi Teknis Triangulasi Udara 10. SNI Stereokompilasi 11. SNI ISO SNI ISO Pembahasan RSNI melibatkan para pakar dari berbagai institusi yang terkait agar sesuai dengan kaidah standarisasi tujuannya adalah agar SNI yang dihasilkan memiliki keberterimaan yang luas dan dapat diimplementasikan dengan baik. Dengan adanya SNI, maka pertukaran data antar instansi akan semakin mudah. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan format data yang dapat dipertukarkan dari satu instansi ke instansi lainnya. Berkurangnya duplikasi penyelenggaraan data geospasial antar instansi mengindikasikan adanya efisiensi sumberdaya (SDM, Keuangan, Sarana prasarana dll).

34 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terkait informasi geospasial Dasar hukum kegiatan ini adalah Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat amanah untuk membentuk 7 (tujuh) Peraturan Pemerintah, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah tentang Jangka Waktu Pemutakhiran Informasi Geospasial Dasar. 2. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Memperoleh Izin Pengumpulan Data Geospasial. 3. Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Insentif Bagi Pembangun, Pengembang dan Pengguna Perangkat Lunak Pengolah Data Geospasial dan Informasi Geospasial Yang Terbuka dan Bebas. 4. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penyerahan Duplikat Informasi Geospasial Tematik. 5. Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan, Kelembagaan, Teknologi, Standar, dan Sumber Daya Manusia Infrastruktur Informasi Geospasial. 6. Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan Terhadap Penyelenggara Informasi Geospasial Tematik dan Pengguna Informasi Geospasial. 7. Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan Sanksi Administratif di Bidang Informasi Geospasial. Dalam pelaksanaannya, pembentukan ketujuh Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dilaksanakan secara paralel. Adapun tahapantahapan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah: 1. Pembentukan Tim Antar Kementerian. 2. Pembuatan draf awal RPP oleh Tim Internal Badan Informasi Geospasial (BIG). 3. Workshop dengan mengundang stakeholders informasi geospasial, antara lain kementerian/lembaga terkait, perguruan tinggi, asosiasi perusahaan, pakar, dll. Workshop dilaksanakan 2 (dua) kali pada tanggal 10 Juli dan 24 Oktober 2012 bertempat di Jakarta. 4. Pembahasan draf RPP dalam tim kecil. 5. Penyempurnaan draf RPP guna disiapkan dalam proses harmonisasi RPP. 6. Konsolidasi dengan Kementerian Hukum dan HAM serta Sekretariat Negara untuk persiapan harmonisasi RPP.

35 Sasaran-2 Tersedianya data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan berbagai skala yang mencakup seluruh wilayah darat dan dirgantara, serta sebagian wilayah laut nasional. Tercapainya Sasaran-2 ditandai dengan terpenuhinya 3 Indikator Kinerja Utama Bakosurtanal yaitu (1) Cakupan data spasial nasional darat; (2) Cakupan data spasial dasar nasional laut; (3) Cakupan data spasial dasar nasional wilayah perbatasan. Sasaran tersebut dicapai melalui terpenuhinya indikator kinerja sasaran sebagaimana tercantum di dalam Tabel 3. 6 Tabel 3. 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran-2 Indikator Kinerja Utama Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Satuan Jumlah % Tersedianya data spasial dasar wilayah darat Cakupan Peta Rupabumi Indonesia skala 1:10.000, 1:50.000, 1: Cakupan Peta Rupabumi Indonesia skala 1:10.000, 1:25.000, 1: untuk mendukung percepatan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) 28 NLP NLP Cakupan gasetir dan model penataan ruang provinsi 300 NLP Cakupan data spasial dasar nasional laut Cakupan peta digital Lingkungan Bandara Indonesia skala 1: Cakupan Aeronautika Chart-ICAO skala 1: Jumlah data survei batimetri wilayah lepas pantai 3 NLP NLP Line Km ,71

36 Indikator Kinerja Utama Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Satuan Jumlah % Cakupan peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1: dan 1: NLP Jumlah data survei batimetri wilayah pantai dengan singlebeam dan multibeam Line Km Cakupan peta zonasi tsunami 3 NLP Cakupan peta batas wilayah negara (Joint Mapping) koridor perbatasan darat RI-PNG, RI - MAL skala 1: NLP Cakupan data spasial dasar nasional wilayah perbatasan Cakupan peta wilayah administrasi provinsi/kabupaten/kota Cakupan peta pulau-pulau terluar Jumlah Border Sign Post (BSP) RI-RDTL Jumlah pilar batas antar negara RI - MAL, RI-PNG, dan RI-RDTL 97 NLP pulau BSP pilar Cakupan peta tata batas Provinsi/Kabupaten/Kota 7 lokasi Jumlah dokumen kajian LKI>200 NM 1 dok Secara umum capaian kinerja sasaran-2 bermanfaat dalam menyediakan data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan berbagai skala yang mencakup seluruh wilayah darat dan dirgantara, serta sebagian wilayah laut nasional. Capaian kegiatan yang telah berhasil dilakukan sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

37 Tabel 3. 7 Capaian Indikator Kinerja pada sasaran 2 Indikator Kinerja Capaian Jumlah Target total Satuan Cakupan Peta Rupabumi Indonesia skala 1:10.000, 1:50.000, 1: NLP Cakupan gasetir dan model penataan ruang provinsi NLP Cakupan peta digital Lingkungan Bandara Indonesia skala 1: NLP 27 Cakupan Aeronautika Chart-ICAO skala 1: NLP 33 Cakupan peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1: dan 1: NLP Cakupan peta batas wilayah negara (Joint Mapping) koridor perbatasan darat RI- PNG, RI - MAL skala 1: NLP 44 Cakupan peta wilayah administrasi provinsi/kabupaten/kota NLP 399 Cakupan peta pulaupulau terluar NLP 58 Jumlah Border Sign Post (BSP) RI-RDTL NLP 240 Jumlah pilar batas antar negara RI - MAL, RI-PNG, dan RI-RDTL NLP 430 Cakupan peta tata batas Provinsi/Kabupaten/Kota NLP 36

38 Indikator Kinerja Capaian Jumlah Target total Satuan Jumlah dokumen kajian LKI>200 NM Dok 5 Dari tabel diatas dapat terlihat ada beberapa Indikator Kinerja yang tidak dilaksanakan setiap tahun dikarenakan adanya perubahan prioritas kegiatan, diantaranya adalah: penyusunan gasetir dan model penataan ruang provinsi, pemetaan batas wilayah negara (Joint Mapping) koridor perbatasan darat RI-PNG, RI - MAL skala 1:50.000, pemetaan pulau-pulau terluar, kajian LKI>200 NM. Pemetaan Rupabumi Indonesia skala 1:10.000, 1:50.000, 1: Pemetaan skala 1: tahun 2012 memiliki target sebanyak 60 nomor lembar peta. Target yang dimaksud disini bukan untuk menghasilkan NLP baru, namun didapatkan dari hasil uji akurasi terhadap peta yang sudah ada. Uji akurasi dilakukan secara geometrik (posisi) maupun secara sematik (isi peta, misalnya penutup lahan). Selain itu, pada output ini juga dilakukan kegiatan PHLN (JICA) yang mencakup pemetaan skala 1: di kota-kota besar diantaranya Jambi, Medan, Padang, Pekanbaru. Kegiatan PHLN ini pada tahun 2012 memasuki tahapan stereoplotting dan survei kelengkapan lapangan. Sehingga kegiatan ini pun belum menghasilkan produk peta RBI baru, namun hanya menghasilkan produk sementara. Target produk peta RBI skala 1: yang menghasilkan NLP baru, dipenuhi dari output Peta Dasar Rupabumi untuk Mendukung Percepatan Penyusunan RDTR Kab/ Kota di Wilayah Koridor Program P3EI. Pemetaan skala 1: tahun 2011 meliputi sebagian pantai barat Sumatera Barat dan Bengkulu sebanyak 114 Nomor Lembar Peta (NLP) skala 1: Kegiatan ini diprioritaskan di wilayah rawan bencana tsunami karena pembuatan peta RBI skala 1: awalnya bertujuan menyediakan informasi spasial untuk keperluan rehabilitasi pasca bencana. Namun dalam perkembangannya peta RBI skala 1: ini sangat potensial digunakan sebagai informasi dasar untuk keperluan percepatan pembangunan wilayah. Sampai dengan akhir tahun 2010 ketersediaan peta rupabumi skala 1: adalah sebanyak 658 NLP, sehingga sampai dengan akhir tahun 2011 ketersediaan peta rupabumi skala 1: adalah sebanyak 772 NLP. Pada tahun anggaran 2012, Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi melakukan pemetaan Rupabumi Indonesia skala 1: dari data dasar foto udara dan Lidar untuk beberapa kabupaten / kota di wilayah Sulawesi sebanyak 131 NLP atau setara 99 NLP luas daratan skala 1: sampai dengan akhir 2012 peta RBI skala 1: berjumlah 903 NLP. Hasil dari kegiatan ini dapat digunakan sebagai sumber basis data spasial nasional dalam hal untuk percepatan rencana detil tata ruang kabupaten / kota di kawasan koridor perluasan dan pengembangan pembangunan ekonomi Indonesia.

39 Gambar 3. 2 Indeks Lokasi Pemetaan skala 1: di Kota Bitung, Manado dan Tomohon Pada tahun 2010 cakupan peta RBI Skala 1: adalah 56.07%, tahun 2011 cakupan peta RBI bertambah 6.13% menjadi 62.20%. Pemetaan skala 1: tahun 2011 meliputi sebagian wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua Barat, dan Papua 234 NLP. Pembuatan peta RBI skala 1: dengan cara stereo plotting diprioritaskan pada wilayah yang belum mempunyai peta skala 1: Pada umumnya, wilayah yang belum mempunyai peta tersebut adalah wilayah tertinggal, oleh karena itu diperlukan peta skala 1: sebagai data dasar yang dapat digunakan untuk percepatan pembangunan wilayah. Pada umumnya, wilayah yang belum mempunyai peta tersebut adalah pulau-pulau kecil, atau daerah yang pada skala 1: memiliki konten yang relatif homogen. Sumber data yang digunakan adalah DEM dan ORI TERRASAR-X yang diperoleh dari perekaman menggunakan sensor aktif, dikombinasikan dengan citra optik resolusi menegah sehingga kendala liputan awan dan asap bisa teratasi. Data dasar tersebut selanjutnya diproses dengan teknik fotogrametri atau radargrametri sehingga dapat diperoleh peta dasar rupabumi dengan tingkat akurasi dan tingkat kerincian detail yang memenuhi persyaratan peta rupabumi skala 1: dengan waktu selama 8 bulan. Pekerjaan Pemetaan Skala 1: pada tahun 2012 meliputi sebagian wilayah Maluku dan Papua sebanyak 45 NLP yang setara dengan 28 NLP luas daratan skala 1:

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BAKOSURTANAL 1 PROGRAM SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL Meningkatnya Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Mendukung Pembangunan

Lebih terperinci

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program PROGRAM BAKOSURTANAL TAHUN 2003 DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA A. PENDAHULUAN Badan Koordinasi Survei

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2018

PERJANJIAN KINERJA 2018 PERJANJIAN KINERJA 2018 Tahun Anggaran 2018 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2018 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumen daftar informasi publik dari setiap satker/unit kerja.

Lampiran 1. Dokumen daftar informasi publik dari setiap satker/unit kerja. Lampiran 1. Dokumen daftar informasi publik dari setiap satker/unit kerja. IDENTIFIKASI INFORMASI PUBLIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL KEDEPUTIAN INFORMASI GEOSPASIAL DASAR (IGD) 1 Data JKHN 2 Data JKVN 3

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KERALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG. KELAS JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

KEPUTUSAN KERALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG. KELAS JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL BADAN INFORM A V GEOSFASIAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 4. Cibinong 1 Telepon. (021) 202-203. Faksimile. (021) 204 PO. Box. 4 CBI Website: http://www.big.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media/wahana pertanggungjawaban kepada publik atas penyelenggaran Pemerintahan. Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Badan Informasi Geospasial

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Badan Informasi Geospasial 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Badan Informasi Geospasial Daftar Isi Kata Pengantar 6 Ikhtisar Eksekutif 8 Pendahuluan 11 Latar Belakang 12 Tugas dan Fungsi 13 Struktur Organisasi 15 Sumber

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PRIORITAS BIDANG : WILAYAH DAN TATA RUANG TARGET INDIKATOR

RENCANA TINDAK PRIORITAS BIDANG : WILAYAH DAN TATA RUANG TARGET INDIKATOR RENCANA TINDAK WILAYAH DAN TATA RUANG BIDANG PEMBANGUNAN : Pembangunan Data dan Informasi Spasial I FOKUS PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS Peningkatan koordinasi kegiatan survei dan pemetaan nasional Tersusunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KLHK BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA KLHK BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi mewajibkan seluruh instansi pemerintah

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG : WILAYAH DAN TATA RUANG NO FOKUS I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A Peningkatan koordinasi kegiatan survei dan pemetaan nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 8 08/07/2009 20:16 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 65, 2001 Keuangan.Tarif.Bukan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 65, 2001 Keuangan.Tarif.Bukan Pajak.Penerimaan Negara.Bakosurtanal. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 17 A. Rincian Pelaksanaan Kegiatan BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Rincian pelaksanaan kegiatankegiatan reformasi birokrasi pada tahun 2011 meliputi penanggung jawab, time frame per bulan, output /hasil yang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI MALUKU DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 SEKRETARIAT TIM PKSP-2017 HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci