BAB IV GEOMETRI RODA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GEOMETRI RODA"

Transkripsi

1 BAB IV GEOMETRI RODA 4.1 TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pentingnya meluruskan roda 2. Mengetahui tanda-tanda roda harus diluruskan 3. Mengetahui 4. Mengetahui dan menggunakan peralatan untuk meluruskan roda 5. Melaksanakan prosedur meluruskan roda 4.2 PENDAHULUAN Wheel alignment (kelurusan roda) adalah suatu penyetelan yang meliputi komponen suspensi dan steering, roda dan rangka kendaraan. Pabrik pembuat kendaraan menentukan sudut penyetelan whell alignment ini berdasarkan kontruksi kendaraan dan kegunaannya. Banyak mekanisme penyetelan yang dapat dipakai seperti misalnya dengan pemakaian shims, cams, threaded rod dan slotted frame yang biasanya memberikan pengaturan yang baik, pengaturan ketinggian yang benar, sehingga mendapatkan mobil yang sesuai dengan spesifikasinya. Saat semua sudut telah sesuai dengan spesifikasinya, mobil atau truk telah disusun dengan tepat, dan merupakan kompromi yang paling baik antara gesekan rolling yg kecil, usia pemakaian roda yang paling lama, stabilitas mobil di jalan dan kontrol steering oleh pengemudi. Kecelakaan mobil, guncangan di jalan, serta bongkar pasang dapat membuat beberapa sudut menyimpang dari specifikasi. Saat itu terjadi, akan dapat mempengaruhi dalam pengontrolan kendaraan, dan roda mungkin akan tidak seimbang serta cepat habis. Saat inilah mobil perlu untuk di setting ulang, untuk mendapatkan sudut yang tepat.

2 4.2.1 Tanda tanda saat mobil perlu untuk pelurusan roda : a) Pemandangan yang tidak semestinya pada roda. Lihatlah dengan cermat 4 roda anda. Jika salah satu dari mereka, memperlihatkan keausan roda yang berlebihan di salah satu roda, terlihat meliuk, terdapat strip diagonal pada pinggiran atau memotong serat ban atau mulai timbulnya bulu akibat serat ban pada pinggir, menandakan diperlukannya pelurusan lagi. b) Ketidaknormalan yang dirasakan saat mengemudi. Jika kemudi terasa berat dari biasanya, atau jika roda tidak dapat balik ke posisi tengah saat kemudi dilepas, atau jika mobil terasa tersendat sendat, mungkin roda rodanya sudah tidak lurus lagi. c) Jika kemudi harus dimiringkan ke salah satu sisi saat roda depan diarahkan lurus kedepan, maka pelurusan roda diperlukan. d) Saat mengemudi, jika mobil ingin di dorong ke salah satu sisi, cenderung menyimpang atau bergelombang, atau bergetar, anda harus lakukan pengecekan kelurusan roda segera Faktor-faktor yang harus diketahui tentang kelurusan roda a) Pelurusan roda harus dimulai dan diakhiri dengan test drive. b) Keausan ujung bagian depan dan sambungan kemudi harus di check sebelum melakukan kelurusan. c) Roda roda harus mempunyai bentuk yang bagus dengan pola keausan yg sama. d) Masalah tarikan tidak selalu disebabkan oleh kelurusan roda, dapat juga disebabkan oleh masalah dengan roda, rem, dan kekuatan kemudi. Hal ini tergantung pada teknisi pelurusan roda untuk mengetahui penyebabnya. Sebelum dilakukan pelurusan roda, semua inspeksi dari bagian bawah mobil secara menyeluruh, termasuk bagian suspensi, paking / ring, sambungan kemudi, ball joint dan bearing roda, roda dan ban, termasuk juga frame mobil dan ketinggiannya. Kekenduran dan kekencangan

3 suku cadang perlu untuk dicek. Setelah inspeksi lengkap, mobil di check dan diatur pada mesin pelurus, untuk camber, caster, dan toe, dimulai dengan roda bagian belakang. Item Item yang di cek sebelum mengukur kelurusan roda antara lain : a. Tekanan angin pada roda (Dalam kondisi standard) b. Keausan pemakain roda yg tidak sama & perbedaan ukuran roda. c. Pergerakan Ball joint akibat pemakaian d. Pergerakan Tie rod end akibat pemakaian e. Pergerakan Bearing roda depan akibat pemakaian f. Panjang dari batang penyangga di bagian kiri dan kanan g. Perubahan bentuk atau keausan suku cadang kemudi h. Perubahan bentuk atau keausan suku cadang yang berhubungan dengan suspensi depan. i. Jarak Chassis-ke-ground Pengecekan Alignment diperlukan saat kemudi, suku cadang suspensi, atau komponen dari driveline FWD (front wheel drive) diganti atau saat dilakukan penggantian roda, atau saat customer mengeluh adanya tarikan mobil, roda yang lecet, melengkung, atau salah satu sisi roda lebih cepat. Tipe pelurusan yang dihasilkan biasanya tergantung pada jumlah pengaturan yang dapat dikerjakan pada mobil, sesuai dengan perlengkapan yang tersedia di toko. Sebuah poros roda, mobil RWD (rear wheel drive), sebagai contoh, pelurusan thrust biasanya diberikan sehingga roda depan lurus dengan poros belakang. Arah kemudi dari poros belakang mengacu pada garis thrust, yang secara teori sama dengan pusat geometri dari mobil.

4 Gambar 4.1: Geometric Axis. Sistem pelurusan empat-roda meliputi pengaturan roda belakang untuk mendapatkan camber dan toe tepat dan sudut thrust yang sebisa mungkin mendekati nol, kemudian mengatur roda depan sama dengan garis tengah mobil. Pelurusan keempat roda direkomendasikan pada hampir semua mobil FWD, MPV (Multi Purpose Vehicle), beberapa SUV (Sport utility Vehicles) dan RWD dengan suspensi independen. 4.3 CAMBER Camber adalah sudut dari roda, diukur dalam derajat, saat dilihat dari depan mobil. Roda depan dari mobil, dipasang dengan bagian atasnya dimiringkan keluar atau kedalam. Ini disebut camber dan diukur dalam derajat kemiringan dari arah vertikal. Saat bagian atas roda dimiringkan keluar, dia disebut positive camber. Sebaliknya, kemiringan kedalam disebut negative camber.

5 Gambar 4.2: Sudut Camber Pada beberapa mobil, camber berubah dengan kecepatan roda yang berbeda. Ini dikarenakan gaya aerodynamic menyebabkan perubahan pada ketinggian kendaraan dari pada saat mobil berhenti. Oleh karena itu, Ketinggian kendaraan harus diperiksa dan diperbaiki sebelum mengeset camber. Dalam beberapa tahun ini trendnya adalah penyetelan camber pada nol atau sedikit positive untuk mengimbangi beban mobil, sayangnya trend saat ini adalah setting yang sedikit negative untuk meningkatkan stabilitas mobil dan meningkatkan handling. Jika camber tidak diatur, maka akan mempengaruhi keausan pada satu sisi roda. Jika camber terlalu negative, sebagai contoh, maka roda akan dipakai pada bagian sisi dalam dari permukaannya. Pada beberapa mobil FWD (front

6 wheel drive) camber tidak diukur. Jika camber keluar dari mobil, ini mengindikasikan sesuatu yang usang mungkin dikarenakan kecelakaan dan harus diperbaiki dan diganti Positif camber Gambar 4.3: Wear Pattern Sekikit positive camber menghasilkan beban yang dinamik yang akan membuat roda berjalan dengan relative datar pada permukaan jalan. Positive camber juga mengarahkan berat dan beban guncangan dari mobil pada bearing roda bagian dalam yang besar dan pada splinder bagian dalam dibandingkan dengan bagian luar bearing. Positive camber yang sedang sedang saja, akan membuat umur bearing lebih panjang, memperkecil kesalahan beban yang mendadak, dan keuntungan lainnya, kemudi yang lebih mudah. Positive camber yang berlebihan yang digunakan pada roda bagian luar dapat menyebabkan keausan suku cadang supensi seperti bearing roda dan splinder. Pemberian positive camber pada roda menyebabkan beban pada bagian dalam spindle, mengurangi gaya gerak pada spindle dan steering knuckle. Gaya reaksi, yang sama besar dengan beban mobil, diberikan pada roda tegak lurus terhadap jalan. Ini dibagi dalam gaya tegak lurus ke sumbu spindle dan gaya parallel ke sumbu pindle yang mendorong roda kedalam, membantu untuk mencegah roda dari slip pada spindle.

7 Bearing dalam roda dibuat lebih besar dari bagian luar untuk menahan beban ini Negatif camber dan stress suku cadang suspensi. Gambar 4.4: Vehicle load & Wheel bearing Variasi pada negative camber dapat digunakan untuk meningkatkan handling mobil. Penyetelan 1/2 negative pada kedua sisi akan meningkatkan penyudutan tanpa mempengaruhi umur roda yang berarti. Negative setting ini mengganti kerugian pada positive camber, merubah roda bagian luar karena putaran mobil dengan cara demikian bagian permukaan roda yang bergesekan lebih datar selama menyudut/miring. Negatif camber yang berlebihan menggunakan bagian dalam roda dan hamper sama dengan positive camber, yang dapat menyebabkan keausan

8 4.3.3 Rear Camber Rear camber tidak bias diadjust pada sebagian besar mobil RWD (rear wheel drive). Mobil mobil ini dirakit dengan setting camber nol dan cukup kuat untuk tidak lentur atau melengkung dalam kondisi beban normal. Hampir semua mobil front wheel drive, mempunyai spesifikasi pabrik untuk sejumlah kecil rear camber, biasanya sejumlah kecil dari negative camber untuk stabilitas di kemiringan. Jika spesifikasi pabrik mengijinkan sebuah setting 0 sampai -0.5 (30 ) diperlukan untuk penggunaan roda dan stabilitas kemudi. Jika rear setting berubah, suku cadang suspensi belakang yang rusak perlu diganti. Meskipun demikian, hamper semua mobil dapat diatur dengan menggunakan tipe lain untuk pengaturan seperti, shims, cam bolt atau bushing Road Crown dan Camber Crowned road berarti di bagian luar atau sebelah kanan tangan kita lebih rendah dari pada sebelah kiri. Ini bermanfaat untuk pembuangan air di jalan tapi merugikan karena akan mempengaruhi handling mobil. Road Crown harus dikompensasikan dengan setting alignment sebab mengendarai mobil pada crowned road akan miring ke samping, menyebabkan beberapa beban berpindah ke sebelah kanan, dan camber berubah sedikit lebih positive. Kombinasi ini menciptakan sebuah tarikan atau penyimpangan ke kanan. Sebagian besar teknisi alignment menyetel mobil dengan sedikit lebih positip untuk chamber, biasanya /4 (15 ), pada bagian kiri untuk kompensasi road crown. Camber yang lebih positive ini tidak akan menyebabkan tarikan yang nyata saat dikendarai pada jalan yang rata. Sayangnya, jika camber tidak sama sisi ke sisi dengan perbedaan lebih besar dari 1/2 (30 ), mobil akan tertarik ke sebelah sisi yang cambernya lebih positip. Secara spesifikasi 0 to ±0.5 (30 ) biasanya adalah yang terbaik untuk roda dan handling mobil.

9 4.3.5 Penyebab perubahan camber 1. Ketinggian Kendaraan Selalu periksa spesifikasi ketinggian kendaraan sebelum memulai alignment. Perubahan pada ketinggian kendaraan yang menyimpang dari spesifikasi akan mempengaruhi camber 2. Lengkungan Pegas Sesuai bertambahnya usia mobil, suspensi mempunyai kecenderungan untuk melengkung. Terlalu besarnya beban mobil atau perlakuan yang tidak semestinya dapat menyebabkan pegas melemah. 3. Lengkungan cross-member atau sub-frame Faktor lain yang dipertimbangkan adalah lengkungan pada crossmember atau sub frame, modifikasi mobil seperti meninggikan atau merendahkan suspensi atau merubah keseluruhan berat dari mobil yang dapat juga mempengaruhi camber. Gambar 4.5: Misaligned Camber

10 4.3.6 Permasalahan jika camber tidak benar 1. Mobil tertarik ke salah satu sisi 2. Keausan yg terjadi pada satu sisi pada bagian dalam atau bagian luar dari permukaan roda. 3. Keausan bearing roda. 4. Keausan pada ball joint (camber yang tidak benar menyebabkan peningkatan keausan pada ball joins) 4.4 Caster Gambar 4.6 : Keausan Roda Yang disebabkan oleh penyetelan camber yang tidak benar Caster dapat didifinisikan sebagai kemiringan dari Knuckle pivot points pada kemudi, dimana juga disebut sebagai sumbu kemudi. Caster diukur dalam derajat, dari sumbu kemudi ke vertical jika dilihat dari samping. Dari penyangga pada mobil, garis memanjang melalui lower ball joint ke pusat dari pada ujung penyangga yang lebih atas. Sudut caster dibentuk dengan sumbu kemudi dan garis vertical yang melewati spindle. Kegunaan sudut caster adalah untuk menghasilkan

11 stabilitas control arah untuk roda depan untuk jalan yang lurus dengan usaha yang minim. Sudut caster yang tepat juga membantu roda depan untuk kembali ke posisi lurus setelah dibelokan. Caster mempunyai efek yang kecil pada keausan roda. Kegunaan caster: 1. Untuk membantu control arah mobil, dengan cara memperbaiki arah roda depan ke posisi lurus 2. Membantu roda depan untuk kembali ke posisi lurus setelah dibelokkan 3. Untuk mengimbangi efek dari road crown sesuai arah mobil 4. Beroperasi bersama sama dengan desain suspense mobil, sudut camber dan sudut kemiringan sumbu steering untuk menghasilkan perubahan camber yang diinginkan selama mobil berbelok. Beberapa mobil front wheel drive, casternya tidak bias diseting. Jika caster telah keluar dari spec ini mengindikasikan ada sesuatu yang telah using atau menekuk, dapat disebabkan karena kecelakaan dan harus diperbaiki atau diganti Positif Caster Positif caster adalah ketika bagian atas sumbu steering miring kearah belakang. Garis caster menyilang terhadap tanah didepan permukaan roda, yang memberikan arah control yang benar.

12 Gambar 4.7 : Positive Caster Positive caster yang berlebihan dapat menyebabkan dua masalah, Pertama: Caster yang berlebihan menyebabkan level guncangan jalan yang tinggi yang ditransmisikan ke pengendara saat mobil menghantam gundukan dan ini menyebabkan steering yang keras. Masalah kedua adalah bahwa roda dengan positive camber mempunyai tendensi toe bergerak masuk saat mobil dijalankan. Jika salah satu sisi mempunyai caster yang lebih positip dari yang lain akan menyebabkan toe masuk ke dalam dengan gaya yang lebih besar dari sisi yang lain. Ini akan menyebabkan tarikan yang dirasakan sebesar positive caster Negative caster Negative caster adalah saat bagian atas sumbu steering miring kedepan. Letak dari point contact didepan titik beban, yang akan memberikan steering yang lebih mudah pada kecepatan rendah.

13 Gambar 4.8: Negative Caster Yang mana akan menyebabkan kesulitan pengemudi dalam mengembalikan arah dari belokan serta mengakibatkan ketidakstabilan kendaraan (seperti bergelombang) di kecepatan tinggi yang disebabkan adanya variasi permukaan jalan seperti jalan kecil yang tidak rata atau gundukan. Jika caster terlalu negative, steering akan ringan dan mobil sulit untuk menjaga tetap lurus Zero caster Zero caster adalah saat bagian atas sumbu steering benar-benar vertical. Jika mobil mempunyai caster yang tidak seimbang, mobil akan tertarik ke sisi dengan caster yang positive nya lebih kecil. Variasi maksimum antar satu sisi dengan yang lain ± 0.5 (30 ) adalah yang direkomendasikan pada hamper semua mobil Pergerakan spindle saat belokan Dengan caster positive, pada saat berbelok spindle dari roda bagian dalam belokan bergerak ke bawah dan spindle dari bagian luar roda bergerak ke atas.

14 Gambar 4.9: Spindle movement while turning Hal ini menyebabkan spindle naik dan turun sama dengan roda dibelokkan pada satu arah atau lainnya. Sebab roda tidak dapat menekan ke tanah seperti gerakan spindle dalam arc, roda dirakit dengan menaikkan suspensi. Itulah sebabnya kemampuan steering meningkat saat positive caster berjalan. 4.5 Toe Ukuran Toe adalah perbedaan jarak antara bagian depan roda dan roda belakang. Toe-in atau positive Toe, didefinisikan sebagai roda bagian depan lebih berdekatan dibandingkan dengan roda belakang. Toe-out atau negative toe adalah saat roda bagian belakang lebih berdekatan dibandingkan dengan roda bagian depan. Zero Toe adalah saat roda roda lurus satu sama lain. Sebagian besar sepsifikasi alignment menunjukan toe sebagai total toe pada kedua roda, adalah penting untuk diketahui bahwa ½ dari total toe seharusnya diaplikasikan pada masing masing roda depan. Minus (-) menunjukan sebuah toe-out dan toe-in yang digambarkan dengan sebuah tanda positive (+).

15 Toe-in : B > A, Toe-out : B < A Gambar 4.10: Toe dan Toe Angle Penting untuk diingat bahwa meskipun toe pada awalnya diukur sebagai jarak dengan satuan millimeter atau inchi (B-A), sekarang umumnya menggunakan satuan degree (α,β). Idenya adalah sudut, lebih dipilih dari pada jarak, untuk menentukan slip pada sisi roda. Ini tidak dipengaruhi oleh ukuran roda, tapi tetap konstan untuk pengukuran Fungsi sudut Toe Fungsi utama dari sudut Toe adalah untuk menghilangkan daya dorong camber saat camber digunakan. Saat roda depan diberikan positive camber, mereka akan lebih miring keluar pada bagian atas. Ini menyebabkan dia berusaha untuk menggelinding kearah luar saat mobil berjalan maju, dan menyebabkan slip samping. Ini menyebakan keausan pada roda. Oleh karena itu, toe-in digunakan untuk roda depan untuk mencegah hal ini dengan cara meniadakan rolling keluar karena camber. Karena camber mendekati zero pada hamper semua mobil mobil saat ini, besarnya sudut toe menjadi lebih kecil juga.

16 Pada saat kendaraan berjalan, gaya gaya dari segala arah dibawa ke suspensi akibatnya roda roda akan cenderung menjadi toe-out, untuk mencegah hal ini beberapa mobil diberi toe-in sedikit meskipun camber-nya zero. Toe yang berlebihan meningkatkan gesekan / benturan roda dan pengereman pada mobil. Toe-in yang berlebihan atau positive toe, meningkatkan gesekan pada roda bagian luar. Toe out yang berlebihan atau negative toe, meningkatkan gesekan pada roda bagian dalam, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan masalah arah yang tidak terkontrol. Gambar 4.11 Toe Wear Pattern Indikasi awal dari roda yang aus karena toe, dapat dilihat pada sudut serat pada permukaan pinggiran roda. Roda yang aus dapat juga ditemukan pada bagian belakang roda yang meliuk, pinggiran yang berat atau pinggiran yang halus pada permukaan roda. Terlalu banyak toe-in akan menyebabkan pinggiran yang berserat pada titik dalam sedangkan toe-out akan menyebabkan pinggiran yang berserat pada titik luar. Toe diatur dengan membelokkan toe rod turnbuckles. Variasi dari spec pabrik biasanya disebabkan oleh karena suku cadang suspensi yang using atau menekuk atau perubahan pada setting camber dan caster. Sudut Toe dapat juga dipengaruhi oleh struktur body atau kerusakan rangka.

17 4.5.2 Pengaturan Toe 1. Pengaturan Toe depan Toe-in depan dapat di adjust dengan jalan, merubah panjang dari tie rod yang terhubung pada teering knuckle. Menambah panjang tie rod : meningkatkan toe-in Mengurangi panjang tie rod : meningkatkan toe-out Gambar 4.12: Increase of Toe-in

18 2. Pengaturan Toe belakang Gambar 4.13: Decrease of Toe-in Alignment roda belakang dengan suspensi independent belakang adalah dengan cara mengatur camber dan sudut toe. Metode untuk mengatur camber dan sudut toe berbeda tergantung pada tipe suspensi. Beberapa model tidak mempunyai mekanisme pengaturan camber.

19 Gambar 4.14 : Correct Adjusment Dengan mengubah special cam, lengan dapat digerakkan ke kiri atau kekanan untuk mengubah arah roda, sehingga mengatur toe-in. Seperti pada toe-in depan, jika panjang dari lengan belakang tidak dibuat sama untuk mengatur toe-in dari roda belakang secara terpisah, maka sudut sudut dari roda kiri dan kanan akan berbeda, tidak peduli seberapa benarnya toe-in. Karena itu mengapa sebelumnya atur dengan benar sudut roda kiri dan belakang kemudian atur toe-in.

20 4.6 Steering axis inclination (SAI) Gambar 4.15: Rear Toe adjustment Sumbu disekitar putaran roda sehingga dapat berbelok ke kiri dan ke kanan disebut steering axis (poros kemudi). Steering axis dapat diumpamakan sebuah garis lewat ball joint atas dan ball joint bawah (pivot joint) pada lengan suspensi panjang dan pendek (seperti tipe suspensi double wishbone). Sumbu ini dapat digambarkan sebagai garis antara bagian atas penyerap guncangan, lebih atas dari bearing pembantu dan lengan ball joint suspensi bagian bawah (dalam kasus suspensi tipe penyangga). Steering Axis Inclination (SAI) adalah sudut antara garis tengah dari steering axis dan garis vertical dari pusat kontak roda (seperti tampak dari depan).

21 Gambar 4.16: SAI of MacPherson Strut type suspension SAI juga mengacu pada KPI (King Pin Inclination) pada truk dan mobil mobil tua yang menggunakan king pins bukannya ball joint. Steering offset, atau Kingpin offset adalah jarak antara pusat roda dan titik pada sterring axis yang memotong permukaan jalan, negative jika titik potongnya berada diantara pusat dan roda bagian luar. SAI memberikan driving yang bagus dan karakteristik handling dengan stabilitas arah dan proyeksi berat. Stabilitas arah adalah kecenderungan roda untuk kembali lurus setelah posisi berbelok.

22 Saat roda dibelokkan ke kanan dan ke kiri dengan steering axis sebagai pusatnya dan diimbangi dengan radius, Penyeimbang yang besar akan membangkitkan momen yang besar disekitar steering axis karena adanya perlawanan rolling dari roda, sehingga usaha steering bertambah Gambar 4. 17: Komponen-Komponen Steering Axis Jika penyeimbang terlalu besar, gaya reaksi akan bekerja pada roda selama kendaraan di rem, akan membangkitkan momen disekitar steering axis yang relevan, menyebabkan roda tertarik ke salah satu sisi khususnya pada kecepatan rendah. Momen ini proposional terhadap ukuran penyeimbang, jika penyeimbang mendekati nol momen yang lebih kecil dibangkitkan disekitar steering axis saat gaya diberikan ke roda akibatnya steering sedikit terpengaruh oleh adanya pengereman atau goncangan jalan. Sehingga selama ada kecenderungan untuk memperbaiki atau mencari posisi lurus positive

23 caster sedikit diperlukan untuk menjaga stabilitas arah. Sebuah mobil menyediakan handling yang stabil tanpa kerusakan pada positive caster yang tinggi karena SAI Prosedur Pengukuran SAI seharusnya selalu diukur setelah anda mengatur camber dan caster ke spesifikasi yang tepat atau sedekat mungkin dengan spesifikasi. Periksa suku cadang suspensi yang sudah usang. SAI paling baik diukur dengan roda depan menempel ke tanah, rem dijalankan dan perangkat alignment di atur dan dikunci. Naikan mobil dibawah lengan control bagian bawah tapi jangan merelakskan suspensi. Jangan menaikan mobil dari turntable, dapat menyebabkan ring lengan control bergerak dan roda berbelok, ini menghasilkan pembacaan yang tidak akurat. Sayangnya SAI secara tipikal tidak bias diadjust. Sebagian besar SAI yang salah dikarenakan suku cadang yang telah usang, yang harus diganti dengan kondisi yang benar. Variasi maksimum dari sisi ke sisi adalah ± 1.0 yang bisa dipakai sebagai indikasi kerusakan mobil Included angle Included angle tidak dapat diukur secara langsung. Dia kombinasi antara SAI dan camber. Dilihat dari depan, included angle adalah SAI ditambah camber jika camber positive (artinya included angle akan lebih besar dari SAI). Jika camber negative, maka included angle adalah SAI dikurangi camber (artinya included camber akan lebih kecil dari pada SAI). Included angle harus sama dari satu sisi ke sisi lain meskipun camber berbeda. Jika variasi dari sisi ke sisi asih ditemukan lebih besar dari ± 1.5, maka sesuatu ada yang tertekuk, biasanya steering knuckle.

24 Gambar 4.18: Included Angle SAI + Camber = Included Angle (I/A)

25 4.7.2 Steering offset Steering offset, atau Kingpin offset adalah jarak pada permukaan roda antara garis roda dan garis SAI yang diteruskan ke bawah melewati steering axis. Garis melewati steering axis menciptakan titik pivot disekeliling roda yang berbelok. Oleh karena itu jarak harus benar benar sama dari sisi ke sisi, jika tidak mobil akan mendapat pengereman yang kuat pada semua kecepatan. Positive steering offset adalah saat permukaan kontak roda diluar SAI pivot, sementara itu negative steering offset adalah saat bagian kontak didalam SAI pivot (kendaraan dengan penggerak roda depan biasanya mempunyai penyeimbang (negative steering). Gambar 4.19 : Steering Offset Semakin besar steering offset (positive atau negative), semakin besar pula usaha steering dan lebih besar guncangan dan pivot binding akan

26 didapatkan. Saat mobil sudah dimodifikasi dengan penyeimbang roda, roda yang lebih besar, pengaturan tinggi dan perbedaan camber dari sisi ke sisi, steering offset akan berubah, handling dan stabilitas mobil akan terpengaruh. Steering offset didesain di pabrik dan tidak dapat di ajust. Jika ada mobil yang lambat meskipun aligmentnya sudah benar, periksa sesuatu yang mempengaruhi steering offset Set back Front set back adalah saat satu roda depan di set lebih kebelakang dari roda yang lain. Dan rear set back adalah saat satu roda belakang di set lebih kebelakang dari roda yang lain. Set back yang berlebihan biasanya dikarenakan kesalahan rangka atau chasis. Kesalahan ini biasanya dikarenakan tabrakan dari arah depan dan belakang dan pada beberapa kasus dikarenakan toleransi kesalahan perakitan. Jika rangka diatur dengan tidak benar atau adanya kerusakan, tidaklah aneh untuk melihat pengurangan positive camber pada sisi dengan kondisi setback. Gambar 4. 20: Setback Rear setback mungkin disebabkan dari rangka, chasis dan mis-alignment chasis belakang karena tabrakan. Jika mobil mempunyai kondisi setback mobil akan lambat disisi berlawanan dengan sisi setback.

27 Setback yang berlebihan dapat menyebabkan alignment tertarik ke sisi setback. Jika poros belakang diposisikan dengan benar dan semua suku cadang yang lain dan sistim dari mobil dapat bekerja dengan baik, sebuah kondisi setback akan juga menciptakan perbedaan pengukuran jarak roda sisi ke sisi Thrust angle Thrust angle adalah sudut yang dibentuk oleh garis thrust dan garis tengah geometric. Garis tengah geometric adalah garis diantara titik tengah poros depan dan titik tengah dari poros belakang. Gambar 4.21 Positive Thrust Angle Jika sudut thrust tidak nol, maka mobil akan dog-track dan steering roda tidak akan center. Saat Toe berbeda dengan roda belakang lainnya, dia akan menciptakan sudut thrust yang menyebabkan gerakan poros belakang. Sumbu thrust mengarahkan posisi dari roda depan sat berjalan lurus Steering Center Steering center adalah fakta sederhana bahwa kemudi roda adalah center saat mobil berjalan lurus kedepan dan jalan datar. Saat setting steering center, rear toe seharusnya di set dahulu untuk mendapatkan sudut thrust sedekat mungkin dengan garis tengah mobil. Kemudian kemudi roda dikunci pada posisi lurus kedepan, saat front toe di set. Sebelum mengunci kemudi roda mesin harus dinyalakan dan roda seharusnya diputar ke kiri dank e kanan beberapa kali untuk menghilangkan stress pada katup power steering.

28 4.7.5 Toe Out Pada Belokan Gambar 4.22 Steering Center Jika sudut kemudi kiri dan kanan adalah sama, mereka akan mempunyai radius belokan yang sama (r1 = r 2), tapi tiap tiap roda akan berbelok dengan pusat yang berbeda (O1 and O2). Belokan yang halus akan memungkinkan karena adanya slip samping dari roda. Hasilnya, meskipun tekanan udara masing masing roda sama, meskipun alignment roda sudah benar, roda akan berjalan dengan tidak semestinya. Gambar 4.23: Toe out pada belokan dengan sudut yang sama Untuk alasan ini Roda depan pada sisi bagian dalam harus diarahklan dengan sudut yang lebih tajam dibandingkan roda depan bagian luar. Hal ini

29 roda depan, untuk mendapatkan radius belokan ang diinginkan. Steering arm adalah bagian lain dari steering knuckle atau bagian dari ball joint dan tidak dapat diadjust. Untuk memeriksa toe-out pada belokan, pastikan bahwa bacaannya pada zero pada tiap tiap sisi saat roda lurus kedepan dan kemudian arahkan roda ke kiri sehingga roda bagian dalam pada posisi 20, roda bagian luar seharusnya kurang dari 20, pembacaan yang optimal pada 18. Ulangi test ini dengan arah yang berbeda, jika ada masalah dengan toe-out, hal ini dikarenakan steering arm yang menekuk dan harus diganti. Gambar 4.24: Toe out pada belokan dengan sudut tidak sama

WHEEL ALIGNMENT & ECS

WHEEL ALIGNMENT & ECS WHEEL ALIGNMENT & ECS 1 DAFTAR ISI WHEEL ALIGNMENT Pentingnya Wheel Alignment ------------------------------------------------------------------------------- Yang terjadi dalam proses Alignment --------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Chassis Chassis merupakan komponen utama pada kendaraan yang terbuat dari material kuat seperti besi dan baja, yang di buat dengan struktur dan perhitungan yang presisi

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SISTEM SUSPENSI Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT Pada umumnya

Lebih terperinci

Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment.

Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment. CHASIS WHEEL ALIGNMENT Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Peserta dapat menyebutkan definisi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. start. Persiapan alat. Dongkrak roda depan. Setting laser. Setting lavel. Sentering as. Sentering titk roda. setting.

BAB III LANDASAN TEORI. start. Persiapan alat. Dongkrak roda depan. Setting laser. Setting lavel. Sentering as. Sentering titk roda. setting. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Flow chart start Persiapan alat Dongkrak roda depan Setting laser Setting lavel Sentering as Sentering titk roda setting selesai Gambar 3.1 Flow chart proses front wheel aligment(doc

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mesin Toe Tester misalnya, penyetelan seperti ini banyak sekali digunakan umumya pada pabrik

Lebih terperinci

SUSPENSI (suspension)

SUSPENSI (suspension) SUSPENSI (suspension) Suspensi adalah mekanisme yang dipasang di antara body dan roda yang berfungsi untuk menciptakan kestabilan kendaraan (nyaman dan aman) Unsur kestabilan kendaraan : 1. Stabil pengendaraannya

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DOUBLE WISHBONE

BAB III KONSTRUKSI DOUBLE WISHBONE BAB III KONSTRUKSI DOUBLE WISHBONE Suspensi double wishbone merupakan sebuah mekanisme suspensi bebas yang terdiri dari lengan-lengan (dapat berbentuk silinder berlubang, pipa, maupun batang) yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin.

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin. BAB II DASAR TEORI 2.1 REM 2.1.1 Fungsi Rem Pada saat kendaraan mulai meluncur di jalanan, maka kelajuan akan tetap ada pada kendaraan itu walaupun mesin sudah dimatikan atau permindahan tenaga yang menggerakan

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FRONT WHEEL ALIGNMENT PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK UP

BAB III ANALISIS FRONT WHEEL ALIGNMENT PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK UP BAB III ANALISIS FRONT WHEEL ALIGNMENT PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK UP A. Spesifikasi Kendaraan Daihatsu Gran Max SPESIFIKASI PICK UP 1.3 1.5 STD 3W STD 3W BOX 1.3 1.5 DIMENSI Panjang keseluruhan Lebar

Lebih terperinci

BAB III BALANS RODA/BAN

BAB III BALANS RODA/BAN BAB III BALANS RODA/BAN 3.1 TUJUAN Peserta didik dapat : 1. Dapat mengidentifikasi gangguan pada roda / ban 2. Dapat memahami dan menjelaskan balans static dan balans dinamik 3. Dapat membalans roda pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kemudi Di dalam sebuah sistem kemudi ada dua faktor yang menjadi tujuan dari setiap pengembangan teknologi otomotif yaitu mempermudah pengendalian kendaraan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gokart saat ini sangat berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang otomotif.

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode & Nama Mata Kuliah : OT 443. CHASSIS OTOMOTIF Topik Bahasan : Kumpulan bahan kajian dan perkuliahan yang menjamin kendaraan berjalan dengan aman dan nyaman Tujuan / Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gokart Gokart merupakan salah satu produk yang sarat dengan teknologi dan perkembangan. Ditnjau dari segi komponen, Gokart mempunyai beragam komponen didalamnya, namun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjual lebih dari 7 juta unit di seluruh dunia. Generasi Pertama Lancer

BAB 1 PENDAHULUAN. terjual lebih dari 7 juta unit di seluruh dunia. Generasi Pertama Lancer 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitsubishi Lancer adalah sebuah mobil sedan buatan pabrikan otomotif Jepang Mitsubishi Motors. Antara tahun 1973 dan 2009, sudah terjual lebih dari 7 juta unit di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram alir Berikut merupakan gambar diagram alur : Mulai. Kajian pustaka Studi Literatur

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram alir Berikut merupakan gambar diagram alur : Mulai. Kajian pustaka Studi Literatur 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram alir Berikut merupakan gambar diagram alur : Mulai Kajian pustaka Studi Literatur Analisa Penguatan Front Wheel Alignment Data Awal NO Perancangan FWA YES Penyedia

Lebih terperinci

Sistem Suspensi pada Truck

Sistem Suspensi pada Truck Sistem Suspensi pada Truck Halaman 1 dari 4 Fungsi utama sistem suspensi pada kendaraan adalah mendukung berat kendaraan untuk diteruskan ke tanah (ground). Fungsi lain adalah melindungi badan kendaraan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUATAN DAN DEVELOPMENT FRONT WHEEL ALIGNMENT (FWA) PADA MITSUBISHI LANCER SL SPESIFIKASI DRIFTING

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUATAN DAN DEVELOPMENT FRONT WHEEL ALIGNMENT (FWA) PADA MITSUBISHI LANCER SL SPESIFIKASI DRIFTING TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUATAN DAN DEVELOPMENT FRONT WHEEL ALIGNMENT (FWA) PADA MITSUBISHI LANCER SL SPESIFIKASI DRIFTING Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Madya - D3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Power Steering Dalam mengemudikan kendaraan roda empat, terkadang kita menemukan kendaraan yang mudah untuk dikendarai dan ada juga yang sulit. Salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN PREVENTIF PADA PT DUNIA EXPRESS TRANSINDO 4.1 PERAWATAN PREVENTIF Perawatan preventif merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( )

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( ) MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT Rian Alif Prabu (12504244022) Septian Dwi Saputra (12504244032) Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SISTEM SUSPENSI & BAN

SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI URAIAN Sistem suspensi terletak diantara bodi kendaraan dan roda-roda, dan dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga menambah kenyamanan. Komponen

Lebih terperinci

Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2

Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 1 Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 Fachri Nugrahasyah Putra dan Unggul Wasiwitono

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa mampu membongkar

Lebih terperinci

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia BAB III PENGENALAN SUSPENSI PADA KENDARAAN MERCEDES-BENZ B- Class (W 245) 1.1 DASAR TEORI Komponen utama dari suspensi yang di gunakan pada kendaraan Mercedes-Benz B-class (w 245) terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan

Lebih terperinci

SISTEM POROS PROPELLER

SISTEM POROS PROPELLER SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) SISTEM POROS PROPELLER 22 PEMELIHARAAN / SERVICE UNIT FINAL DRIVE ( SISTEM POROS PROPELLER) URAIAN Propeller Shaft Propeller Shaft berfungsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Pada gambar 4.1 menggambarkan sebuah langkah dari proses pelayanan perawatan kendaraan yang dilakukan oleh menejemen Astrido Daihatsu Kebon Jeruk agar

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa mampu

Lebih terperinci

REKONDISI SISTEM KEMUDI DAN SISTEM SUSPENSI MOBIL TOYOTA HIACE PROYEK AKHIR

REKONDISI SISTEM KEMUDI DAN SISTEM SUSPENSI MOBIL TOYOTA HIACE PROYEK AKHIR REKONDISI SISTEM KEMUDI DAN SISTEM SUSPENSI MOBIL TOYOTA HIACE PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL Fungsi sistem kemudi Sistem kemudi pada kendaraan berfungsi untuk merubah arah gerak kendaraan melalui roda. Sistem kemudi harus dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

POROS PENGGERAK RODA

POROS PENGGERAK RODA SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) POROS PENGGERAK RODA 34 PEMELIHARAAN / SERVICE POROS PENGGERAK RODA A. URAIAN Fungsi axle shaft adalah sebagai penumpu beban roda atau dudukan

Lebih terperinci

New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH

New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH (KTB), Authorized Distributor Kendaraan Mitsubishi di Indonesia dari Mitsubishi Motors Corporation (MMC) dan Mitsubishi Fuso Truck & Bus Corporation (MFTBC) mulai

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

CHASSIS. SISTEM KEMUDI 1. Uraian Bagian-bagian Utama Sistem Kemudi

CHASSIS. SISTEM KEMUDI 1. Uraian Bagian-bagian Utama Sistem Kemudi CHASSIS GARIS BESAR CHASSIS............. 222 SUSPENSI 1. Uraian............................ 223 2. Komponen Utama Suspensi........... 224 3. Tipe dan Karakteristik Suspensi........ 233 4. Sistem Suspensi

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gambar 4.1 Seteering gear box

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gambar 4.1 Seteering gear box BAB IV HASIL DAN ANALISA 1.1 Proses analisa dan perbaikan sistem kemudi 1. Melepaskan Steering Gear box, untuk melepaskan steering gear box putar samping steering gear box untuk melepaskan komponen, dari

Lebih terperinci

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD Oleh: Bagus Kusuma Ruswandiri 2108100120 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

Oleh : Michael.P.O.F Manalu NRP : Dosen Pembimbing : Dr Unggul Wasiwitono, ST, M.Eng

Oleh : Michael.P.O.F Manalu NRP : Dosen Pembimbing : Dr Unggul Wasiwitono, ST, M.Eng Oleh : Michael.P.O.F Manalu NRP : 2108 100 037 Dosen Pembimbing : Dr Unggul Wasiwitono, ST, M.Eng SAFETY COMFORT SAFETY PLANAR GERAK BELOK ACKERMAN ANALISA KINEMATIK PADA SISTEM KEMUDI FAKTA SPATIAL Analisa

Lebih terperinci

Urgensi Sporing Dan Balansing Roda Mobil Jenis Kendaraan Ringan

Urgensi Sporing Dan Balansing Roda Mobil Jenis Kendaraan Ringan Urgensi Sporing Dan Balansing Roda Mobil Jenis Kendaraan Ringan Muksin Rasyid Harahap Jurusan Teknik Mesin FT. UISU Abstrak Umumnya roda yang digunakan pada mobil terdiri dari, pelek dan ban yang berhubungan

Lebih terperinci

Untuk Peserta Pendidikan dan Latihan Bidang Keahlian Teknik Mesin Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif

Untuk Peserta Pendidikan dan Latihan Bidang Keahlian Teknik Mesin Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Untuk Peserta Pendidikan dan Latihan Bidang Keahlian Teknik Mesin Program Keahlian Teknik DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Analisa Kinematik secara spatial untuk Rack and pinion pada Kendaraan hybrid roda 3 Sapujagad 2

Analisa Kinematik secara spatial untuk Rack and pinion pada Kendaraan hybrid roda 3 Sapujagad 2 Analisa Kinematik secara spatial untuk Rack and pinion pada Kendaraan hybrid roda 3 Sapujagad 2 Oleh : Fachri Nugrahasyah Putra Nrp : 2108100107 Dosen Pembimbing : Dr. Unggul Wasiwitono, ST, M.Eng Keamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. RODA 1. Pengertian Roda Roda pada umumnya yang digunakan pada mobil dapat dibagi menjadi pelek roda dan ban. Pelek roda dan ban ini pada manusia diumpamakan sebagai kaki dan sepatu.

Lebih terperinci

INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY

INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY Desain & Pembuatan Prototipe Light Buggy INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY Farid Rizayana Design Center Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm

Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm E126 Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm Idestrian Adzanta dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir Oleh : Bimo Arindra Hapsara 2106 100 047 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kecelakaan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Novriza, S.Pd

Disusun Oleh : Novriza, S.Pd Modul Pembelajaran KODE MODUL 020 KK. 013 Disusun Oleh : Novriza, S.Pd BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN 1

Lebih terperinci

Apabila berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalam kondisi semacam ini

Apabila berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalam kondisi semacam ini Meningkatkan kemampuan mesin, handling dan kemampuan pengereman, juga aerodinamik body. Memungkinkan kendaraan dapat berjalan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Pada kecepatan tinggi. wheel assembly

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Kestabilan Arah pada Kendaraan Formula Sapu Angin Speed Berdasarkan Variasi Posisi Titik Berat, Kecepatan dan Tes Dinamik Student Formula

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN KOMUNITAS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN KOMUNITAS BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN KOMUNITAS Sebuah rancangan selain mempunyai dampak terhadap tataran lingkungan juga ada keterhubungan dengan tataran komunitas, yaitu siapa yang akan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SUDUT KEMUDI PADA KENDARAAN DUNE BUGGY POLITEKNIK NEGERI BATAM ABSTRAK ABSTRACT

ANALISA KINERJA SUDUT KEMUDI PADA KENDARAAN DUNE BUGGY POLITEKNIK NEGERI BATAM ABSTRAK ABSTRACT ANALISA KINERJA SUDUT KEMUDI PADA KENDARAAN DUNE BUGGY POLITEKNIK NEGERI BATAM Koko Suharyanto, Wowo Rossbandrio*, Fedia Restu Program Studi Teknik Mesin, Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam *rossbandrio@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI. Perawatan rem yang dilakukan. Memeriksa Drum Tromol

BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI. Perawatan rem yang dilakukan. Memeriksa Drum Tromol BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI Perawatan rem yang dilakukan Memeriksa Drum Tromol Memeriksa Ketebalan Kanvas Memeriksa Pegas Pengembali Memeriksa Penahan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

Mekanisme-mekanisme yang terdapat pada steering column adalah peredam benturan, tilt steering, steering lock, telescophic steering.

Mekanisme-mekanisme yang terdapat pada steering column adalah peredam benturan, tilt steering, steering lock, telescophic steering. POWER STEERING,, WHEEL ALIGNMENT & BALANCE Power Steering a. Sistem Kemudi Sistem kemudi merupakan suatu mekanisme pada kendaraan yang berfungsi untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB VI Mesin Shaping I

BAB VI Mesin Shaping I BAB VI Mesin Shaping I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin shaping. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin shaping. 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR TEORI SECARA UMUM SISTIM SUSPENSI Sistim suspensi biasanya ditempatkan diantara frame dan poros roda. Pada umumnya dilengkapi dengan shock absorber. Sistim suspensi terletak

Lebih terperinci

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014)

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini semua pabrikan otomotif di dunia berlomba-lomba untuk membuat produk otomotif yang hemat bahan bakar dan atau menggunakan bahan bakar alternative selain minyak

Lebih terperinci

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION PRAKTEK GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION 1. Tujuan Khusus Pembelajaran P e s e r t a b e l a j a r d a p a t Membongkar gigi kemudi type rak dan pinion Memeriksa bagian-bagian gigi kemudi type rak dan pinion

Lebih terperinci

BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI

BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI 3.1. Tinjauan Pemodelan truk secara lengkap dikembangkan dan bertujuan untuk mempelajari efektivitas dari sistem Antilock Braking System termasuk pemodelan dinamika

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN YANG TERJADI PADA KOMPONEN CHASIS DAN PEMINDAH DAYA MOBIL DI PT ASTRA INTERNATIONAL DAIHATSU TBK SURAKARTA

ANALISIS KERUSAKAN YANG TERJADI PADA KOMPONEN CHASIS DAN PEMINDAH DAYA MOBIL DI PT ASTRA INTERNATIONAL DAIHATSU TBK SURAKARTA ANALISIS KERUSAKAN YANG TERJADI PADA KOMPONEN CHASIS DAN PEMINDAH DAYA MOBIL DI PT ASTRA INTERNATIONAL DAIHATSU TBK SURAKARTA Basori 1 Abstract This research aim to : (1) to knowing component of chassis

Lebih terperinci

PERANCANGAN SUSPENSI DEPAN PROTOTIPE CAMPAGNA T-REX CAR

PERANCANGAN SUSPENSI DEPAN PROTOTIPE CAMPAGNA T-REX CAR PERANCANGAN SUSPENSI DEPAN PROTOTIPE CAMPAGNA T-REX CAR Febrian [1], Nazaruddin [2], Syafri [3] Laboratorium, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau [1] oktafeb@gmail.com, [2] nazaruddin@eng.unri.ac.id,

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Nama : Fatimah NIM : 20214039 Mata Kuliah :Metodelogi Penelitian PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Secara prinsip mobil terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah mesin sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

SISTEM POROS PROPELLER

SISTEM POROS PROPELLER SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) SISTEM POROS PROPELLER 22 PEMELIHARAAN / SERVICE UNIT FINAL DRIVE ( SISTEM POROS PROPELLER) URAIAN Propeller Shaft Propeller Shaft berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK Judhistira Freily Mamahit 1), Stenly Tangkuman 2), Michael Rembet 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sistem kemudi berfungsi untuk membelokan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PENENTUAN REGION SKID-NON SKID (2WS) TYPE MODEL KENDARAAN REAR WHEEL DRIVE (RWD)

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PENENTUAN REGION SKID-NON SKID (2WS) TYPE MODEL KENDARAAN REAR WHEEL DRIVE (RWD) PENENTUAN REGION SKID-NON SKID (2WS) TYPE MODEL KENDARAAN REAR WHEEL DRIVE (RWD) Ian Hardianto Siahaan dan Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam memilih kendaraan, masyarakat hendaknya mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Lebih terperinci

SISTEM GARDAN / DIFFERENTIAL

SISTEM GARDAN / DIFFERENTIAL SMK KRTNEGR TES K. KEDIRI SISTEM PEMINDH TENG (SPT) SISTEM GRDN / DIFFERENTIL 27 PEMELIHRN / SERVICE UNIT FINL DRIVE ( SISTEM GRDN / DIFFERENTIL) URIN. FUNGSI DIFFERENTIL. 1. Menyesuaikan putaran roda

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI

ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaTeknik Oleh: BHANU PUTRA BUMI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. ENGINEERING DESIGN Definisi merancang adalah merumuskan suatu konsep dan ide yang baru atau merubah konsep dan ide yang sudah ada tersebut dengan cara yang baru dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjual lebih dari 7 juta unit di seluruh dunia. Generasi Pertama Lancer

BAB 1 PENDAHULUAN. terjual lebih dari 7 juta unit di seluruh dunia. Generasi Pertama Lancer 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitsubishi Lancer adalah sebuah mobil sedan buatan pabrikan otomotif Jepang Mitsubishi Motors. Antara tahun 1973 dan 2009, sudah terjual lebih dari 7 juta unit di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci