JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 9, NO. 2, AGST 2010 ISSN ANALISIS INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RASIO DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 9, NO. 2, AGST 2010 ISSN ANALISIS INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RASIO DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 ANALISIS INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RASIO DI PROVINSI SUMATERA UTARA YENI IRAWAN Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhoksemawe ABSTRAK Economic development of a region is essentially a series of activities performed continuously to realize better circumstances and sustainable. The purpose of this study to analyze the impact of investment on economic output through the incremental capital output ratio approach in Sumatra Utara.Data used in this study is a secondary data collected from various agencies / institutions associated with the problem under study, the data used from 2005 until 200. Data analysis method used is the incremental capital output ratio analysis. This method is used to analyze the increase of investment to increase output. The results showed that: (a) the value of investments in North Sumatra province in increased by 3.88 percent in 200, (b) North Sumatera Province GDP in the year 2005 to 200 an increase of 6.05 percent in 200, (c) during the period with a total coefficient of ICOR North Sumatra province is quite varied, which in the year 200 with lag 0, the average ICOR coefficient of Means to increase one unit of output in the province of North Sumatra unit required an investment of 3.30 units. Keywords: Output, Investment and Incremental Capital Output Ratio PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari unsur-unsur penunjang, salah satu diantaranya adalah investasi yang ditanamkan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dengan demikian produksi akan meningkat pula dan pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan kualitas perencanaan yang didukung dengan data-data yang akurat. Dalam menyusun perencanaan pembangunan pada dasarnya sangat ditentukan oleh skenario kemampuan penyediaan sumber pembiayaan yang salah satunya berupa penanaman modal atau investasi guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ingin dicapa,(lincolin, A, 999: 45). Dengan investasi, kapasitas produksi dan penyerapan tenaga kerja dapat membantu untuk menyelesaikan masalah pengangguran. Dengan peningkatan kapasitas produksi dapat meningkatkan output, hal ini akan mengurangi ketergantungan kepada daerah lain, sehingga dapat membantu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Dalam jangka panjang, akumulasi investasi dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan berbagai aktivitas ekonomi teerutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Dalam perencanaan pembangunan ekonomi, target pertumbuhan ekonomi telah ditentukan sebelumnya. Salah satu faktor pendukung diantaranya ditentukan oleh investasi. Agar target tersebut bisa ditentukan secara realistis diperlukan suatu indikator yang berkaitan dengan investasi.(arsyad, L,999:67) Indikator yang diperlukan itu adalah Incremental Capital Output Rasio (ICOR) yaitu rasio antara tambahan output dengan tambahan modal. Dengan adanya indikator ini, para penyusun rencana pembangunan ekonomi bisa mengetahui berapa investasi yang diperlukan agar ekonomi tumbuh sesuai dengan target yang telah ditentukan. Incremental Capital Output Rasio (ICOR) adalah suatu besaran yang merupakan perbandingan antara pertambahan modal (investasi) dengan pertambahan produksi. Perbandingan ini menunjukkan besarnya tambahan modal (investasi) yang harus dilakukan agar produksi meningkat satu unit/satuan. Di sisi yang lain, ICOR ini juga menunjukkan tingkat efisiensi perekonomian. Semakin rendah nilai koefisien ICOR semakin efisien perekonomian suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ingin diteliti yaitu bagaimana perubahan investasi terhadap perubahan output perekonomian di Provinsi Sumatera Utara? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan investasi terhadap perubahan output perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. TINJAUAN PUSTAKA Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Sir Ray Harrod dan Evsey Domar yang lebih dikenal dengan Harrod- Domar Model. Pada intinya teori ini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan kemampuan

2 masyarakat untuk menghasilkan output. Semakin tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (ΔK) semakin tinggi pula tambahan output (ΔY) yang dapat dihasilkan.(nazara, S, 997:2) Menurut Arief, S, (993: 76) teori ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik ataupun nilai. Namun untuk memudahkan dalam praktek perhitungan ICOR selalu dilakukan dalam bentuk nilai. Bukan merupakan suatu hal mudah untuk memperkirakan koefisien COR ataupun ICOR guna mendapatkan gambaran tentang kebutuhan investasi pada masa yang akan dating. Penyebabnya karena keadaan koefisien tersebut tidak hanya ditentukan oleh investasi yang ditanamkan saja, akan tetapi dipengaruhi pula oleh tingkat penerapan dan perkembangan teknologi dalam proses produksi, seperti : kapasitas produksi yang digunakan. Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio perubahan antara pertambahan modal (investasi) terhadap tambahan output atau dinotasikan sebagai berikut : ΔK ICOR = ΔY Keterangan : ΔK : Investasi atau penambahan kapasitas ΔY : Pertumbuhan output Sejalan dengan pengertian di atas, akan diberikan ilustrasi sebagai berikut. Misalkan dalam suatu periode waktu ditanamkan investasi sebesar Rp. 200 milyar dan tambahan output yang dihasilkan dari adanya investasi tersebut adalah Rp. 40 milyar. Maka ICOR yang diperoleh adalah Rp. 200 milyar/rp. 40 milyar = 5. Nilai koefisien ICOR ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh tambahan satu unit output diperlukan investasi sebesar lima unit. Sebenarnya tambahan output tidak hanya disebabkan oleh investasi yang ditanamkan, akan tetapi juga oleh faktor-faktor lain diluar investasi seperti tambahan tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Tetapi dalam penerapannya untuk menghitung ICOR dipakai asumsi bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi output selain investasi, dengan kata lain faktor-faktor diluar investasi dianggap konstan. Investasi yang dimaksud disini tidak hanya investasi yang ditanamkan dalam satu tahun, tetapi juga investasi-investasi pada periode sebelumnya. Akibat dari mengkonstankan pengaruh teknologi maka dalam penerapannya besaran ICOR sebaiknya dipakai untuk antisipasi kebutuhan investasi jangka waktu yang tidak terlalu panjang.(mangiri, K,(2000:56). Pengertian Investasi dan Modal Dalam konsep ekonomi makro, penimbunan/penumpukkan modal selalu dianggap investasi. Secara fisik pengertian modal itu sendiri adalah seluruh peralatan dan prasarana fisik yang digunakan dalam proses produksi, seperti tanah, mesin, kenderaan, gedung, jalan, jembatan dan lainlain.(bodie, Kane dan Marcus, 2006:09). Ditinjau dari sisi penggunaan barang, investasi merupakan nilai semua penggunaan barang modal baru yang dapat menghasilkan satu unit output dan berumur lebih dari satu tahun. Sedangkan untuk barang/alat produksi yang berumur kurang dari satu tahun atau habis dipakai dalam proses produksi tidak digolongkan sebagai barang investasi, melainkan sebagai barang input antara (intermediate input). Menurut Jhingan, M,L, (999:78) cakupan dari pengertian barang modal baru dalam konsep ini adalah :. Barang modal yang baru diproduksi serta baru digunakan baik berasal dari produksi daerah yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar negeri dan luar daerah. 2. Barang modal bekas yang berasal dari luar daerah maupun dari luar negeri. Pada sistem pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud dengan modal adalah harta tetap (fixed assets). Modal sering disebut sebagai gross capital stock yaitu akumulasi/penumpukkan modal baru dari tahun ke tahun yang digunakan untuk menghasilkan produksi. Secara umum perusahaan dianggap telah mempertimbangkan kondisi ekonomi makro dalam membuat keputusan mengenai akumulasi stok barang. Jika ada kecendrungan harga bahan baku akan melonjak, perusahaan dapat memutuskan untuk melakukan akumulasi bahan baku. Jadi perubahan stok dalam hal ini bisa dikategorikan sebagai bagian dari pembentukan modal investasi. Menurut Nugroho, RD, (2003:95) ditinjau dari konsumsi, pengertian investasi adalah konsumsi pada waktu atau periode yang akan dating (future consumption) atau konsumsi yang ditangguhkan untuk masa yang akan dating. Ditinjau dari sisi jumlah permintaan (aggregate demand), investasi merupakan selisih pembelian barang modal baru dengan penjualan barang modal lama yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Jadi investasi adalah tambahan netto atas barang modal. Dalam konsep ICOR investasi yang dimaksud adalah total dari pembentukan modal tetap (fixed capital formulation) dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kenderaan, stok bahan baku dan sebagainya. Nilai yang dihitung dalam investasi mencakup :. Pembelian barang baru 2. Pembuatan/perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau meningkatkan kemampuan. 3. Penjualan barang modal bekas 4. Perubahan stok

3 Nilai investasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian barang modal dan perbaikannya serta nilai perubahan stok barang dikurangi penjualan barang modal. Rumusnya dalam bentuk matematis adalah sebagai berikut : I = B + P + R + S I : Investasi B : Pembelian barang modal baru, termasuk pematangan tanah P : Perubahan stok R : Perbaikan barang modal S : Penjualan barang modal bekas Pengertian Output Menurut Daryanto, A dan Yundy H, (200:70) Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan kewiraswastaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Hasil atau pendapatan yang diperoleh di luar dari pemanfaatan barang modal tidak dimasukkan sebagai output. Misalnya keuntungan dari penjualan barang modal (seperti tanah, gedung dan peralatan) dan pendapatan dari jasa yang dijual kepada pihak lain. Namun demikian, sebenarnya nilai yang diciptakan oleh faktor produksi ini tidak sebesar output yang dihasilkan, karena dalam proses produksi diperlukan bahan-bahan baku dan penolong yang merupakan hasil produksi kegiatan sektor lain. Dengan demikian, nilai yang diciptakan oleh faktor produksi ini merupakan hasil pengurangan dari output dengan nilai bahan baku dan bahan penolong. Nilai yang diciptakan inilah yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). Selanjutnya dalam perhitungan ICOR ini konsep output yang digunakan adalah Nilai Tambah Bruto (NTB). METODE PENELITIAN Rumus Yang Digunakan Data ICOR yang akan disajikan dalam kajian ini, disusun berdasarkan tahunan yang ada di provinsi Sumatera Utara. Untuk mendapatkan suatu koefisien ICOR yang dapat mewakili keadaan selama satu periode waktu tertentu digunakan beberapa alternatif perhitungan, tergantung kepada sifat investasi di setiap sektor ekonomi. Apabila investasi yang ditanamkan (I) pada tahun ke-t akan memberikan tambahan output (ΔY) pada tahun ke-t itu juga, maka digunakan rumus yaitu : It ICOR = (Yt - Yt-) Jika investasi yang ditanamkan pada tahun ke-t menimbulkan kenaikan output setelah s tahun maka rumus di atas dapat dimodifikasi menjadi rumus sebagai berikut : It ICOR = (Yt+s Yt+s-) Dalam praktek data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) maka untuk memperoleh satu nilai ICOR yang mewakili digunakan pendekatan metode standard. Metode Standard Pada metode standar langkah perhitungan dilakukan terlebuh dahulu dengan mencari ICOR pada masing-masing tahun untuk periode waktu t sampai t n, sehingga akan didapatkan nilai ICOR sebanyak n buah. ICOR yang dianggap dapat mewakili untuk periode waktu tersebut (t sampai dengan t n ) diperoleh dengan jalan membagi antara jumlah nilai ICOR selama periode waktu dengan jumlah tahun yang ada, atau dengan mencari ratarata nilai ICOR selama periode t sampai t n. Prinsip dari ICOR metode standar ini adalah prinsip rata-rata sederhana. Penulisannya dalam bentuk matematis adalah sebagai berikut: tn It ICOR n (Yt Yt t ) Seperti pada penerapan sebelumnya, jika ICOR dengan metode standar ini dikaitkan dengan adanya faktor time lag, maka rumus di atas dapat dimodifikasi menjadi: : ICOR n t n It t s t s t (Y Y ) Data dan Keterbatasan Data yang digunakan dalam penyusunan ICOR ini berasal dari berbagai sumber, antara lain laporan keuangan APBD, laporan dari instansi atau perusahaaan, SKPM (Survei Khusus Pembentukan Modal), serta publikasi-publikasi hasil survei dan sensus yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten/kota dan BPS Provinsi Sumatera Utara. Total investasi dihitung dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang digunakan untuk pembentukan modal dan perubahan stok. Nilai tersebut juga digunakan sebagai kontrol total terhadap nilai ICOR secara keseluruhan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya konsep output yang digunakan dalam penyusunan ICOR adalah Nilai Tambah Bruto (NTB). Data mengenai kenaikan NTB ini diperoleh dari hasil perhitungan PDRB yang telah dipublikasikan. Mempertimbangkan keterbatasan data yang ada, maka penggunaan data seperti disebutkan di atas tidak dapat begitu saja dipakai dalam perhitungan nilai ICOR. Perlu beberapa penyesuaian dan penghalusan terhadap data tersebut, terutama data yang ekstrim. Penyesuaian dan penghalusan perlu juga dilakukan, karena batasan output dan investasi

4 dalam konsep ICOR sedikit berbeda dengan batasan yang baku. Perhitungan Koefisien ICOR Setelah diperoleh nilai investasi dan peningkatan output atas dasar harga konstan 2000, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien ICOR. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien ICOR serta penjabarannya dan pengertiannya dari rumus dengan metode standard. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 7.680,68 km 2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km 2 atau sekitar 9,24 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km 2 atau 2,87 persen kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km 2 atau sekitar 6,2 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 0,77 km 2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Sedangkan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 200 sebesar Rp 275,70 triliun. Sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 22,96 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 22,92 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,00 persen. Sementara itu, sektor-sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 35,5 persen terhadap perekonomian di Sumatera Utara. Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 200 sebesar Rp. 8,64 triliun. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,78 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,44 persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 7,06 persen. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 200 tumbuh sebesar 6,35 persen, meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB perkapita Sumatera Utara tahun 200 sebesar Rp meningkat dari Rp pada tahun Sementara itu, berdasarkan harga Konstan 2000, PDRB perkapita tahun 200 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, yaitu sebesar Rp pada tahun 2009 menjadi Rp pada tahun 200. Untuk menggambarkan bagaimana penggunaan barang dan jasa oleh berbagai golongan konsumen, maka digunakan PDRB menurut penggunaan. Dari Rp 275,70 triliun, nilai barang dan jasa di Sumatera Utara sebagian besar dikonsumsi oleh rumah tangga, yaitu mencapai Rp 66,56 triliun atau sebesar 60,4 persen. Selanjutnya untuk ekspor barang dan jasa sebesar Rp 08,40 triliun atau sebesar 39,32 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 57,0 triliun atau sebesar 20,68 persen, konsumsi pemerintah sebesar Rp 29,29 triliun atau sebesar 0,62 persen, dan untuk konsumsi lembaga nirlaba sebesar Rp,0 triliun atau sebesar 0,40 persen. Perkembangan Investasi Investasi dalam kegiatan ekonomi mempunyai arti yang luas. Investasi selalu dikaitkan dengan kegiatan menanamkan uang/modal dengan harapan mendapatkan keuntungan atau peningkatan kapasitas produksi pada masa yang akan datang. Sebagai contoh menambah kapasitas produksi dengan membeli mesin/peralatan, meningkatkan kualitas sistem produksi dan sebagainya. Dalam penyusunan ICOR provinsi Sumatera Utara, pengertian investasi dibatasi pada penambahan/pembentukan barang modal tetap dan perubahan stok, baik itu barang setengah jadi maupun jadi. Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) Tabel. Nilai Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Provinsi Sumatera Utara (Milyar Rupiah) Persentase Pertumbuhan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rp) Persentase Pertumbuhan Sumber BPS Sumatera Utara

5 Dalam Tabel dapat dilihat nilai investasi yang ditanamkan di provinsi Sumatera Utara selama atas dasar harga Konstan 2000, nilai investasi dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan terkecuali pada tahun 200 yang mengalami penurunan sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai investasi yang ditanamkan pada awal tahun 2005 sebesar Rp Milyar, dan naik menjadi Rp Milyar pada tahun 2006, dan pada tahun 2007 juga mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp Milyar. Pada tahun 200 mengalami penurunan menjadi Rp Milyar jika dibandingkan dengan tahun Hal ini disebabkan oleh terjadinya krisis hutang yang melanda negara-negara Eropah dan Amerika Serikat sehingga dapat memberikan dampak terhadap investasi di Indonesia. Perkembanagn PDRB Sumatera Utara Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB didefenisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Perkembangan PDRB mulai tahun , baik PDRB atas harga berlaku dan atas harga konstan 2000 dapat diuraikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah). Tahun Atas Dasar Harga Persentase Atas Dasar Harga Persentase Berlaku Pertumbuhan Konstan 2000 Pertumbuhan , , , , , , , , , , , , Sumber BPS Sumatera Utara PDRB atas dasar harga berlaku di Sumatera Utara pada tahun 2005 sebesar Rp ,32 Milyar. Apabila dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun terus mengalami peningkatan secara absolute, walaupun dalam persentase peningkatan yang fluktuatif. PDRB tersebesar yaitu pada tahun 200 yaitu sebesar Rp ,20 Milyar atau meningkat sebesar 6.65 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu jika dilihat dari penghitungan atas dasar harga konstan 2000, dimana pada penghitungan ini pengaruh kenaikan harga (inflasi) sudah dihilangkan, maka pada periode telah terjadi peningkatan tetapi peningkatan yang relatif tidak signifikan. Pada tahun 2009 terjadi penurunan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan dari 6,39 persen menjadi 5,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 200 PDRB sudah cendrung mengalami peningkatan lagi yaitu sebesar Rp ,90 Milyar atau meningkat sebesar 6,35 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Koefisien ICOR Total Koefisien ICOR provinsi Sumatera Utara dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Koefisien ICOR Sumatera Utara Periode Tahun Koefisien ICOR Lag 0 Lag Lag ,5 2,4, ,75 2,2, ,45 2,77 2, ,2 4,08 3, ,4 3,90 3, Rata-rata ,30 2,87 2,45

6 Pada periode besarnya ICOR provinsi Sumatera Utara dengan time lag 0 (lag 0) mempunyai koefisien positif dengan kisaran 2,5 sampai dengan 5,2. Untuk lag mempunyai koefisien antara 2,2 sampai dengan 4,08, sedangkan lag 2 menunjukkan koefisien antara,8 sampai dengan 3,. Koefisien ICOR periode untuk lag 0 rata-rata sebesar 3,30, lag rata-rata sebesar 2,87, lag 2 rata-rata sebesar 2,45. Pada tahun 200 koefisien ICOR pada lag 0 cendrung mengecil dibandingkan pada tahun 2009, hal ini disebabkan pengeluaran investasi diikuti oleh output yang mulai menanjak naik. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien ICOR tahun 200 menunjukkan angka lebih baik pada tahun 2009 pada lag 0. Pada tahun 200 dengan lag 0, rata-rata koefisien ICOR sebesar 3,30. Artinya untuk meningkatkan satu unit output di Provinsi Sumatera Utara dibutuhkan investasi sebesar 3,30 unit satuan. Banyak faktor yang mempengaruhi besar kecilnya koefisien ICOR serta sangat bervariasi, misalnya disebabkan keunikan dari masing-masing sektor, teknologi dan manajemen yang diterapkan, keadaan pasar dan sebagainya. Selain itu daya tarik masing-masing sektor atau daerah di mata para investor, dan berbagai kebijaksanaan serta peraturan pemerintah pusat dan daerah, terjadinya krisis ekonomi juga akan mewarnai perbedaan koefisien ICOR di masing-masing daerah. Di lain pihak perbedaan besaran ICOR ini juga mempengaruhi besarnya investasi yang akan ditanamkan pada masing-masing sektor atau daerah untuk mencapai target laju pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan. Pada tahun 200 pada lag 0, koefisien ICOR sebesar 3,4 yang menggambarkan kondisi investasi atau barang modal yang ada mengalami peningkatan. Tambahan investasi ini sebagai upaya untuk memulihkan sarana dan prasarana atau upaya pemulihan infrastruktur. Untuk ICOR lag memiliki koefisien sebesar 3,90. Besaran ini menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan belum efektif. Untuk itu diperlukan waktu agar investasi tersebut mencapai output yang optimal. Hal ini dikarenakan sifat investasi atau barang modal yang memerlukan proses dalam penciptaan output. Nilai koefisien ICOR pada lag 2 pada tahun 200 mengalami penurunan, angka ini menunjukkan bahwa investasi sedikit lebih efisien dibandinglan lag sebelumnya. Berarti investasi yang ditanamkan mulai menunjukkan peningkatan output yang lebih baik dibandingkan pada lag sebelumnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :. Berdasarkan harga berlaku, investasi Provinsi Sumatera Utara pada tahun mengalami kenaikan, yaitu sebesar Rp ,98 Milyar pada tahun 2005 menjadi Rp ,90 Milyar pada tahun 200 atau mengalami kenaikkan sebesar 3,88 persen pada tahun 200 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 2. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun mengalami kenaikan, yaitu sebesar Rp ,32 Milyar pada tahun 2005 menjadi Rp ,20 Milyar pada tahun 200 atau mengalami kenaikkan sebesar 6,05 persen pada tahun 200 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 3. Selama periode tahun dengan total koefisien ICOR provinsi Sumatera Utara cukup bervariasi, dimana pada tahun 200 dengan lag 0, rata-rata koefisien ICOR sebesar 3,30. Artinya untuk meningkatkan satu unit output di Provinsi Sumatera Utara dibutuhkan investasi sebesar 3,30 unit satuan. Saran Implikasi kebijakan dalam penentuan suatu nilai ICOR total yang mewakili untuk perkiraan investasi dimasa akan datang masih bisa dikembangkan lagi, tergantung kebutuhan dalam perencanaan daerah. Namun demikian, koefisien dianggap mewakili perilaku investasi dan produksi di setiap daerah. Untuk itu tidak berlebihan bila angka yang sudah ditentukan dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan dalam menentukan kebutuhan investasi secara makro pada masa yang akan datang dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Utara, dan sekaligus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA. Arief, S Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 2. Arsyad, L Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta. 3. Badan Pusat Statistik. 20. Sumatera Utara Dalam Angka 20. Badan Pusat Statistik, Medan. 4. Bodie, Kane dan Marcus Investasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 5. Daryanto, A. dan Yundy H Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix : Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB

7 6. Jhingan, M.L Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan C.V. Radjawali, Jakarta. 7. Lincolin, A Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. 8. Mangiri, K Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 9. Nazara, S Analisis Input-Output. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. 0. Nugroho, R.D Reinventing Pembangunan. Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

8 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 9, NO. 2, AGST 200

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kota Semarang Tahun 2010. Melalui publikasi ini dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANYUWANGI

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANYUWANGI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANYUWANGI Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Dengan FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI Ketersediaan data yang tepat dan akurat serta pada Time leg yang tidak terlalu jauh sangat dibutuhkan dalam penyusunan pembangunan daerah dan ini sesuai dengan amanat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Katalog BPS : 1119.3204 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Kerjasama : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung BUPATI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Provinsi Banten Tahun 2014 ISBN : 978-602-0932-42-2 No. Publikasi / No. Publication : 36000.1565

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

ANALISIS ICOR SEKTORAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS ICOR SEKTORAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS ICOR SEKTORAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2009-2013 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Dalam struktur perencanaan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE LIVESTOK AND FISHERY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 BPS KABUPATEN DELI SERDANG No. 01/07/1212/Th. XIV, 8 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity 1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi

Lebih terperinci

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008 No. 05/05/51/Th. II, 15 Mei PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I dibanding triwulan IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/Th.XVI, 6 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III- secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 75/11/12/Thn. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

id o..g ps.b w w w :// tp ht Produk Domestik Bruto menurut Penggunaan 2008-2013 ISSN: 1979-8776 No. Publikasi: 07240.1401 Katalog BPS: 9302004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: viii + 98 halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta ANALISIS ICOR SEKTORAL Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2015 KERJA SAMA BADAN PUSAT STATISTIK DAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2016 ANALISIS ICOR SEKTORAL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci