PENGUKURAN CUPLIKAN ST ANDAR PS-PEP DENGAN SANS. Ikram, N. Suparno, Junaedi, Sunardi, Setiawan, Suyatno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN CUPLIKAN ST ANDAR PS-PEP DENGAN SANS. Ikram, N. Suparno, Junaedi, Sunardi, Setiawan, Suyatno"

Transkripsi

1 A. PENGUKURAN CUPLIKAN ST ANDAR PS-PEP DENGAN SANS Ikram, N. Suparno, Junaedi, Sunardi, Setiawan, Suyatno ABSTRAK PENGUKURAN CUPLIKAN STANDAR PS.PEP DENGAN SANS. Meskipun tidak banyak, saat ini terdapat berbagai peralatan SANS yang masing-masing dapat dioperasikan untuk berbagai rentang momentum transfer berbeda. Selain memungkinkan pengukuran berbagai fenomena dengan karakteristik berbeda, hal ini juga menuntut pengkalibrasian peralatan pad a tiap rentang momentum transfer. Telah dilakukan pengukuran cuplikan standar PS-PEP menggunakan peralatan SANS yang belum dikalibrasi di JAERI. Pengukuran ini dilakukan untuk mengkalibrasi data momentum transfer yang diperoleh dengan peralatan SANS tersebut. Pembandingan hasil pengukuran dengan peralatan SANS yang telah dikalibrasi menunjukkan adanya perbedaan yang cukup berarti. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengkalibrasian peralatan SANS harus dilakukan secara rutin untuk tiap selang momentum transfer sehingga diperolehasil yang dapat dipertanggung jawabkan. ABSTRACT SANS MEASUREMENTS ON PS.PEP STANDARD SAMPLES. Eventhough there are not many SANS instruments existed today, each of them can be operated for several different q-ranges. Besides their capabilities of exploring phenomena with different characteristic, these several different q-ranges also need several different standard samples to calibrate each q.range. Measurements on PS-PEP standard samples have been conducted to calibrate the SANS-J machine in JAERI. The results showed some discrepancies from the measurements of the same machine with different experimental set-up as well as of the calibrated SANS-U machine. This experiment suggests that calibration of any SANS machine, including the one in Serpong, is important and has to be done routinely for any related q-range so the reliability of the experimental data can be maintained. PENDAHULUAN Hamburan neutron sudut kecil (SANS) merupakan teknik altematif untuk mengamati berbagai fenomena pacta bahan dengan ukuran puluhan sampai ribuan angstrom, seperti presipitat misalnya. Kelebihan teknik ini terutama pacta daya tembus neutronnya yang besar pacta hampir semua bahan sehingga penggunaan cuplikan dalam bentuk bulk dapat dilaksanakan. Selain dati tidak diperlukannya penyiapan cuplikan yang memerlukan keahlian tersendiri, penentuan ukuran presipitat dengan teknik ini dapat memberikan harga rata-rata sebenamya dati ukuran presipitat di dalam bulk tersebut. Peralatan SANS yang acta di dunia saat ini biasanya terdiri dari berbagai komponen dengan fungsinya masing-masing, antara lain monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang ingin digunakan, kolimator untuk menjaga tingkat kolimasi (ke-paralel-an) berkas neutron yang sampai pacta cuplikan serta detektor yang berfungsi menentukan posisi neutron yang dihamburkan. Meskipun tidak banyak jumlahnya, peralatan yang acta saat ini di dunia masingmasingnya memiliki berbagai cakupan rentang momentum transfer sehingga dapat mengamati berbagai ukuran fenomena. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan dengan mengkalibrasi setiap komponen tersebut. Karena hal ini akan banyak mengkonsumsi waktu dan tenaga, maka saat ini pacta berbagai peralatan SANS dilakukan pengkalibrasian secara menyeluruh dengan memanfaatkan cuplikan standar. Pacta penelitian ini dilakukan pengamatan pola hamburan neutron dari cuplikan standar PS-PEP yang memberikan beberapa puncak hamburan. Mengingat teknik SANS ini merupakan teknik yang relatif barn di Indonesia, maka pada makalah ini latar belakang teori hamburan neutron sudut kecil disajikan untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai proses pengambilan data hamburan tersebut. TEORISANS Hamburan neutron sudut kecil muncul karena adanya t1uktuasi kerapatan panjang hamburan pada bahan [1]. Fluktuasi tersebut sebagai contoh dapat ditimbulkan oleh munculnya rasa kedua (presipitat, 2g J 2000

2 1> I!,.f'--:!_' St l 1>5-1>EP SANS A. '. J/l/L. misalnya) pada matriksnya. Sebagai konsekuensinya apabila tidak terjadi fluktuasi maka intensitas hamburan neutron sudut kecilnya akan tidak bergantung pada sudut hamburannya (flat). Tampang lintang SANS dari presipitat-presipitat yang terdistribusi secara acak diberikan melalui ekspresi sebagai berikut : dl = (I) N do. " / dimana np adalah jumlah presipitat per satuan volume, sedangkan (v;) adalah kuadrat dari volume rata-rata sebuah presipitat, N adalah jumlah atom per satuan volume dad (L\p) adalah perbedaan rata-rata rapat panjang hamburan antara presipitat dan matriksnya, F(Q) adalah faktor bentuk yang menyatakan hamburan dari sebuah presipitat dan tanda ( ) menyatakan harga ratarata yang melingkupi berbagai ukuran dan orientasi dari presipitat. I(Q) menyatakan hamburan yang disebabkan oleh interface effect di antara presipitat-presipitat tersebut. Faktor bentuk di atas dapat didekati melalui [2] Aproksimasi ini berlaku secara umum untuk QRs < 1.5, dimana Rg dikenal sebagai jari-jari girasi (jari-jari Guinier). Hubungan antara jari-jari girasi dengan jari-jari presipitat dapat dinyatakan sebagai berikut [3]: untuk presipitat berbentuk bola dengan jari-jari R,, untuk presipitat dengan bentuk jarum dengan panjang L,, (needles) melalui bagian linier dari kurva tersebut untuk kemudian digunakan dalam mengevaluasi harga Rg dan G. Untuk presipitat dengan bentuk bola dan jarum, jari-jari dan panjang presipitat dapat diperoleh melalui persan; m (3) dan (4). Densitas dari presipitat yang dinyatakan dalam fraksi volume diperoleh melalui konstanta G. Dari persamaan (5) dengan diketahuinya harga-harga V p' N dan t1p maka fraksi volume np dapat dihitung. TATAKERJA Po/imer PS-PEP Polimer PS-PEP adalah polystyrene-blockpoly(ethylene-alt-propylene) yang didapat dari hidrogenisasi polystyrene-block-polyisoprene dengan derajat hidrogenisasi sebesar 99,4%. Pacta cuplikan ini terdapat 1,33 x 10s molekul dengan rasio Mw/Mn = 1,26 dan rasio styrene terhadap ethylene-alt-propylene adalah 60/40 wto/o. Penyiapan Cup/ikan Polimer PS-PEP yang hendak diukur perlu disiapkan sehingga dapat ditempatkan dalam wadah cuplikan SANS clan memberikan pola hamburan yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan pelarutan clan pengeringan sehingga diperoleh bentuk cuplikan yang sesuai. Pertama-tama polimer PS-PEP tersebut dilarutkan dalam tolucn sehingga terbentuk larutan polimer 5 /o. Selanjutnya larutan ini dituangkan ke dalam petri dish yang beralas datar. Kemudian untuk pengeringan dengan proses penguapan, petri dish tersebut diletakkan di atas tatakan pada suatu ketinggian dalam sebuah bejana gelas. Bejana gelas tersebut ditutup dengan pelat gelas, sementara di dalarnnya diletakkan pula sebuah botol terbuka yang berisi toluen. Untuk menjaga laju penguapan toluen, diletakkan sekerat foil aluminium sehingga ada rongga antara bibir bejana gelas clan pelat gelas yang menutupinya. Penguapan lambat untuk pengeringan cuplikan ini dilakukan pada suhu ruang selama 1 minggu. (4) ;=90' Untuk sistem dengan presipitat-presipitat yang terpisah cukup jauh antara satu dengan lainnya, faktor I(Q) pada persamaan (l) dapat diabaikan. Sehingga dengan subsitusi persamaan (2), persamaan (1) dapat ditulis menjadi : _=0' Through View Rg dapat diperoleh melalui kurva logaritmik tampang lintang sebagai fungsi dari Q2, Menggunakan least square fitting, kemiringan kurva dan harga konstantanya (perpotongan kurva dengan absisnya) dapat diperoleh.r Edge View u '" Perrnukaan Film Gambar1. Geometri konfigurasi Edge dan Through View 78, 2f J 2000

3 p P5-PEP SANS A.I.m. Polimer kering yang diperoleh pacta dasar petri dish ditempatkan dalam oven vakum pacta suhu ruang untuk dikeringkan lebih lanjut. Setelah beratnya tidak berubah, film polimer yang terbentuk dilepaskan dari dasar petri dish dengan hati-hati. Oari cuplikan as-cast ini dibentuk dua jenis cuplikan. Cuplikan edge-view diperoleh dengan membuat potongan-potongan sebesar I mm x 20mm dan meletakkannya pacta sebuah kerangka plastik. Sementara itu cuplikan through-view dibuat dari sebuah potongan dengan ukuran 20mm x 20mm. Gambar I menunjukkan skema pola hamburan sudut kecil yang akan diperoleh dari ke dua jenis cuplikan yang telah disiapkan tersebut. dari detektor dua dimensi. Tampak bahwa pola yang diperoleh sudah menunjukkan ketepatan bentuk seperti yang diharapkan, dimana cuplikan edge-view memberikan pola hamburan neutron yan an-isotropik dengan keteraturan pada bidang horizontal. Sementara itu pola hamburan cuplikan through-view menampilkan pola yang isotropik dengan cincin-cincin yang cukup tajam. Pengukuran dengan SANS Pengukuran dengan SANS ini dilakukan di JAERI, Jepang menggunakan peralatan SANS-J dalarn rangka Workshop SANS di JAERI dengan memanfaatkan kerja sarna BAT AN-JAERI dalarn bidang harnburan neutron. Gambar skematik dari peralatan SANS-J diberikan pada garnbar 2. Peralatan SANS ini menggunakan sumber neutron dingin. Berkas neutron dimonokromatisasi menggunakan selektor kecepatan mekanik. Jarak antara cuplikan dan detektor (L) dipilih pada posisi 6 m. Dengan mengkombinasi harga L dan panjang gelombang neutron, A = 0,7 nm diperoleh selang transfer momentum AQ = 0,04-0,4 nm-l dimana Q didetinisikan sebagai : Q = {47t sin (8/2)}/ A (8 = sudut hamburan ; A = panjang gelombang neutron). Dengan pengarnbilan panjang gelombang yang besar ini, efek dari harnburan Bragg ganda dapat dihindari. Pemilihan harga AQ tersebut memungkinkan untuk diamatinya ukuran keteraturan berukuran mulai dari 15 nm sarnpai 150 om. Berkas neutron yang terhambur dideteksi dengan position sensitive detector (PSD) duadimensi, yang berisi gas 3He, dengan jumlah elemen 128 x 128. Uraian lengkap mengenai SANS-J ini telah disajikan dalam makalah lain [4]. - '2 e '"iii'.- g; f I ; rnm., I f'. SANS-J V2, L-I.5-IOM SAMPLE 10M COLD NEUTRON COLLIMATORS VELOCITY SELECTOR NEUTRON GUmES '10 T-75'1, \.I Ij q [nm lodes 2-dimPSD ).=0.7nm 58 cm diameter 004 $ Q $ 040 (1/nm) 52mmx52mmresolution (175$ 2" IQ$ 157nm) 020, beam stopper Gambar 2. Diagram skematik peralatan SANS-J, JAERI HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran dengan teknik harnburan neutron sudut kecil (SANS) ditunjukkan pada Garnbar 3 clan 4 untuk kedua cuplikan standar PS-PEP, berturutturut untuk edge-view clan throughview. Pada bagian ata ke dua gambar itu disajikan data mentah yang diperoleh Gambar 3. Pol a hamburan dari cuplikan Edge-View Gambar pada bagian bawah menampilkan data satu dimensi (kurva 1 vs Q) yang diperoleh dari data dua dimensi di atasnya. Dari gambar 3 diperoleh indikasi adanya 4 puncak pada selang momentum transfer Q = 0,04-0,4 nm-1 dan tiga puncak pertama berada pada posisi 0,087 nm-1, 0,169 nm-1 dan 0,256 nm-l. Secara rata-rata posisi ketiga puncak ini memberikan harga posisi puncak pada (8,53 :i: 0,06) x 10-2 nm-1 yang berkorelasi denganjarak keteraturan sebesar 73,6 nm.! I 2ft J

4 p P5-PEP SANS A.II' ini ditarnpilkan pada bagian bawah gambar 5 dan menjadi acuan dalam mengkalibrasi peralatan SANS lainnya, termasuk SANS-J di JAERI dan SANS-BA TAN di Serpong. Pada bagian atas Garnbar 5 disajikan basil pengukuran yang telah dilakukan dengan peralatan SANS-J dengan panjang gelombang dan posisi detektor berbeda (I.. = 0,524 nm dan L = 10 m) untuk cuplikan E E. 00 >- C" qx [nm o standar PS-PEP yang sarna. Pengukuran dengan peralatan SANS-J ini memberikan basil yang berbeda pula yaitu posisi puncak pada 0,0824 nm-1 untuk cuplikan edge-view dan 0,0732 nm-1 untuk cuplikan through-view [5]. Ketika pengukuran ini dilakukan, peralatan SANS-J belum dikalibrasi sehingga hasilnya tidak menggambarkan keadaan yang sebenamya. Tabel I menampilkan. basil-basil pengukuran tersebut berikut prosentase kesenjangannya. 105 'c :J -e : : 10 II)... 'c ::).c I- <V cr ' co 0, 02 O.J :14-1 q [nm ] Gambar 4. Pols hamburan dari cuplikan Through-View Sementara itu dari gambar pada bagian bawah Gambar 4 diperoleh indikasi adanya 4 puncak dan dua diantaranya sangat kuat intensitasnya. Kedua puncak ini berada pada posisi 0,076 nm-l (puncak pertama) dan 0,227 nm-l (puncak ketiga). Puncak kedua dan keempat, sebagaimana puncak keempat pada gambar 3, tidak dapat digunakan mengingat lebar dan landainya puncak-puncak tersebut sehingga ketidak-pastian terhadap posisi puncak terse but sangat besar. Dari posisi puncak pertama dan ketiga tersebut diperoleh harga rata-rata posisi puncak pada cuplikan through-view ini sebesar (7,575 :i: 0,011) 10-2 nm-l yang berkorelasi dengan jarak keteraturan sebesar 82,9 nm. Hasil ini cukup berbeda dibandingkan dengan basil standar yang diperoleh dari pengukuran dengan peralatan SANS-U yang telah dikalibrasi untuk pengukuran dengan L = 4 m dan A = 0,7 nm. Untuk cuplikan edge-view didapat posisi puncak pada 0,0762 nm-1 dan 0,071 nm-1 untuk cuplikan through-view. Hasil 10' q (nm' Gambar 5. Hasil pengukuran cuplikan PS-PEP dengan SANS-J yang tidak terkalibrasi (atas) dan SANS-U yang terkalibrasi (bawah) 80 I 2g J 2000

5 p L', P5.Pep SANS' A..r,J./IJI.. Kurva.kurva pada bagian bawah gambar 3 dad 4 juga menunjukkan bahwa untuk mendapatkan intensitas yang sebanding, cuplikan through-view memerlukan waktu pengumpulan data sampai 60 menit sementara cuplikan edgeview hanya 5 menit (kurang dari 10% nya). Hal ini menunjukkan bahwa keteraturan yang ada pada cuplikan edge-view telah berkontribusi pada kuatnya hamburan neutron sehingga memberikan intensitas hamburan 10 kali lebih kuat. rebel 1. Posisi puncak hamburan neutron dari cuplikan stander PS.PEP den prosentase kesenjangannya Cuplikan Edge- view L=6m. AO,7 nm 0,0853 nm" (1.2%) SANS L= 10m, I -0,524 n [5)! 0,0824 nm" (8,1%) SANS-U (terkalibrasi) L-4m, i. = 0,7 nm 0,0762 nm 0,07575 nm 0,0732 nm Through- view 0,0710 nm (6,7%) (3,1%) KESIMPULAN Hasil pengukuran cuplikan standar PS-PEP dengan peralatan SANS-] yang belum dikalibrasi menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Pengukuran dengan peralatan dan cuplikan. yang sarna dengan set-up berbeda [5] juga rnernberikan hasil yang berbeda. Hal ini rnernberikan konfirmasi positif bahwa peralatan SANS, termasuk SANS-BA TAN, rnernerlukan kalibrasi yang teratur dan tertentu untuk setiap set-up maupun rentang momentum transfer yang berbeda. Dari lamanya waktu pengukuran kedua cuplikan standar ini dapat pula disimpulkan bahwa keteraturan yang ada pada cuplikan edge-view disamping memberikan pola hamburan pada bidang horizontal juga menghasilkan intensitas yang jauh Icbih kuat. UCAP AN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Program Kerjasama Bilateral BA T AN-JAERI yang memungkinkan untuk pengambilan data SANS di JAERI dan kepada AD Puspitasari dan Yatno yang telah membantu pengetikan makalah ini. DAFTARPUSTAKA [1]. L.A. FEIGIN, et.al, Structure Analysis by SAXS and SANS, Plenum Press, London (1987) [2]. A.C.R. GUINIER, A cad. Sci., Paris (1937), 204, 1115 [3]. P. PIZZI, et.al, J. Appl. Cryst., (1974), 7, 270 [4]. J.I. SUZUKI, JAERI NSL Report, (1992) [5]. Y. HASEGAWA, komunikasi pribadi., 2 J

KALIBRASI PERALATAN SANS DENGAN CUPLIKAN STANDAR AgBE. A. Ikram, A. Insani, Indarto PU, S. M. Prasetyo dan Junaedi

KALIBRASI PERALATAN SANS DENGAN CUPLIKAN STANDAR AgBE. A. Ikram, A. Insani, Indarto PU, S. M. Prasetyo dan Junaedi ---~p~ s :,. N~ H~ N~ ~ ~ x ~ 4. ISSN 1410-t6fJ6 KALIBRASI PERALATAN SANS DENGAN CUPLIKAN STANDAR AgBE A. Ikram, A. Insani, Indarto PU, S. M. Prasetyo dan Junaedi Puslitbang Iptek Bahan -BATAN; Kawasan

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN DAN DENSITAS PRESIPITA T MgzSi PADA PADUAN AI-Mg-Si MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON SUDUT KECIL 1

PENENTUAN UKURAN DAN DENSITAS PRESIPITA T MgzSi PADA PADUAN AI-Mg-Si MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON SUDUT KECIL 1 Posiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi 1996 PENENTUAN UKURAN DAN DENSITAS PRESIPITA T MgzSi PADA PADUAN AI-Mg-Si MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON SUDUT KECIL 1 Sutiarso2, A. Maulana2, E.G.Rahman Putra2,

Lebih terperinci

STurn A W AL MORFOLOGI KOPOLIMER KARET ALAM STIRENA TERIRADIASI DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETERSANS

STurn A W AL MORFOLOGI KOPOLIMER KARET ALAM STIRENA TERIRADIASI DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETERSANS STurn A W AL MORFOLOGI KOPOLIMER KARET ALAM STIRENA TERIRADIASI DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETERSANS A. Insanil, Sudinnanl, J. Suzuki2, S. Koizumi2, A.lkraml dan A. Purwantol I Puslitbang Iptek Bahan -BATAN;

Lebih terperinci

Gunawan, Epung Saepul B., S.M. Prasetyo, Abarrullkram, lndarto P.

Gunawan, Epung Saepul B., S.M. Prasetyo, Abarrullkram, lndarto P. METODA EKSPERIMEN DAN REDUKSI DATA HAMBURAN NEUTRON SUDUT KECIL Gunawan, Epung Saepul B., S.M. Prasetyo, Abarrullkram, lndarto P. ABSTRAK METODA EKSPERIMEN DAN REDUKSI DATA HAMBURANEUTRON SUDUT KECIL.

Lebih terperinci

EFEK LAJU PENDINGINAN TERHADAP KEKERASAN PADUAN AI-Mg-Si

EFEK LAJU PENDINGINAN TERHADAP KEKERASAN PADUAN AI-Mg-Si Pros/ding Pertemaan llmiah lima Pengetahuan don Teknologi Bahan '99 Serpong, 19-200ktober 1999 ISSN 1411-2213 EFEK LAJU PENDINGINAN TERHADAP KEKERASAN PADUAN AI-Mg-Si AB8TRAK A. Ikram, 8utiarso, Indarto

Lebih terperinci

D IFRAKTO METER TEKSTUR EMP AT LING KARAN (FCDffD, DN2) Adolf Asih S, Mohtar,Bambang Sugeng, A.Purwanto, Yatno

D IFRAKTO METER TEKSTUR EMP AT LING KARAN (FCDffD, DN2) Adolf Asih S, Mohtar,Bambang Sugeng, A.Purwanto, Yatno p~ ~ N~ H~ N~,( ~ X, 155N 141-?6r;6 KARAKTERISASI D IFRAKTO METER TEKSTUR EMP AT LING KARAN (FCDffD, DN2) Adolf Asih S, Mohtar,Bambang Sugeng, A.Purwanto, Yatno 53.6 Pusat Penelitian Sains Materi-BATAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER

PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar-X ke 8 Serpong, 4 Oktober 2011 ISSN : 1410-7686 PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER

Lebih terperinci

STurn A W AL PENGUKURAN MODULUS YOUNG DAN POISSON RATIO MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON. M. Refai Muslih, Nadi Supamo dan Sairun

STurn A W AL PENGUKURAN MODULUS YOUNG DAN POISSON RATIO MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON. M. Refai Muslih, Nadi Supamo dan Sairun p~ ~ N~ fi~ N~ ~ ~ x ~ 4, ISSN 1410-76g6 STurn A W AL PENGUKURAN MODULUS YOUNG DAN POISSON RATIO MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON M. Refai Muslih, Nadi Supamo dan Sairun Puslitbang Iptek Bahan -BAT

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

FISIKA THERMAL II Ekspansi termal dari benda padat dan cair

FISIKA THERMAL II Ekspansi termal dari benda padat dan cair FISIKA THERMAL II 1 Ekspansi termal dari benda padat dan cair Fenomena terjadinya peningkatan volume dari suatu materi karena peningkatan temperatur disebut dengan ekspansi termal. 1 Ekspansi termal adalah

Lebih terperinci

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 13 No. 1, April 2016 EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89 Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3 PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI M. Misnawati, Erwin, Salomo Mahasiswa Porgram Studi S Fisika Bidang Karakterisasi Material Jurusan Fisika Bidang

Lebih terperinci

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 290 Simulasi Efisiensi Detektor Germanium Di Laboratorium AAN PTNBR Dengan Metode Monte Carlo MCNP5 ABSTRAK SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

KEGIATAN HAMBURAN NEUTRON DI SERPONG. Abarrullkram

KEGIATAN HAMBURAN NEUTRON DI SERPONG. Abarrullkram p~ ~ N~ H t N...t.-.lA.. ~-X k 4. ISSN 1410-')6g6 KEGIATAN HAMBURAN NEUTRON DI SERPONG Abarrullkram Puslitbang Iptek Bahan -BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang ABSTRAK KEGIATAN HAMBURAN NEUTRON

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat

Lebih terperinci

PENINGKA T AN INTENSIT AS BERKAS NEUTRON DENGAN PEN GE-SET -AN POSISI MAIN BEAM SHU1TER. Abarrul Ikram

PENINGKA T AN INTENSIT AS BERKAS NEUTRON DENGAN PEN GE-SET -AN POSISI MAIN BEAM SHU1TER. Abarrul Ikram p~ ~ ~ ff t N...t J ~ X ~ 2S'SN 1410-76'16 PENNGKA T AN NTENST AS BERKAS NEUTRON DENGAN PEN GE-SET -AN POSS MAN BEAM SHU1TER Abarrul kram Puslitbang ptek Bahan -BAT AN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH Pujadi, dkk. ISSN 0216-3128 5 METODE STANDARDISASI SUMBER Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH Pujadi, Hermawan Chandra P3KRBiN BATAN ABSTRAK METODE STANDARDISASI SUMBER

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Rini Heroe Oetami, dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Pindah Panas serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Tehnologi Universitas Airlangga Kampus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Prinsip pengeringan lapisan tipis pada dasarnya adalah mengeringkan bahan sampai kadar air bahan mencapai kadar air keseimbangannya. Sesuai

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah serbuk magnesium yang diproduksi oleh Aremco dengan kemurnian 99,8 % dan ukuran partikel

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b Ilismini, Erwin, T. Emrinaldi E-mail: ilismini@gmail.com Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR Jurnal Sains Kimia Vol. 10, No.1, 2006: 4 9 MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR Mimpin Sitepu 1, Evi Christiani S. 2 Manis Sembiring 1, Diana Barus 1,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju ABSTRAK ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

ANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD)

ANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD) ANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD) Fauzul Azmi 1, Minarni 2, Zulkarnain 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Dosen Fotonik Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS

ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS Muhaad Mashuri*, Minarni, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN ARTIKEL OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN R. Suminar Tedjasari, Ruminta G, Tri Bambang L, Yanni Andriani Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK OPTIMASI ALAT CACAH

Lebih terperinci

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei

Lebih terperinci

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 1. Alat kromatografi gas 68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Permodelan 4.1.1 Hasil Fungsi Distribusi Pasangan Total Simulasi Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh hasil fungsi distribusi pasangan total simulasi 1 jenis atom

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton dilaksanakan di Lab Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTED LAG MODEL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTED LAG MODEL SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTED LAG MODEL SKRIPSI Disusun oleh : Wilis Ardiana Pradana J2E 009 006 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: 55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat lainnya. Data

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR) Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR) ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional 2011 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN Dea Teodora Ferninda NRP: 1221039 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Dalam pengelolaan air terdapat tiga aspek utama

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah

BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah 18 BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA 3.1. Spektroskop Sederhana Spektrometer sederhana ini dirancang dengan menggunakan karton dupleks, dibuat membentuk sudut 45 o dan 9 o, dirancang dengan membentuk 2

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

KALIBRASI PERALATAN DIFRAKTOMETER NEUTRON SERBUK RESOLUSI TINGGI ( DN3 )

KALIBRASI PERALATAN DIFRAKTOMETER NEUTRON SERBUK RESOLUSI TINGGI ( DN3 ) KALIBRASI PERALATAN DIFRAKTOMETER NEUTRON SERBUK RESOLUSI TINGGI ( DN3 ) Herry Mugirahardjo, Tri Hardi Priyanto, Andon Insani Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN, Kawasan Puspiptek, Tangerang E-mail:mugirahardjo@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KADAR Cu, MG, MN, ZN DALAM TABLET MULTIVITAMIN-MINERAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

STUDI PENENTUAN KADAR Cu, MG, MN, ZN DALAM TABLET MULTIVITAMIN-MINERAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM STUDI PENENTUAN KADAR Cu, MG, MN, ZN DALAM TABLET MULTIVITAMIN-MINERAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Ca. Mg, Mn, Zn dalam contoh tiruan

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Berkala Fisika ISSN : 11-966 Vol 1, No., Oktober 7 hal. 18-186 PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Lilik Eko Jatwiyono, Heri Sugito, K. Sofjan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dian Filani Cahyaningrum 1), Riyatun

Lebih terperinci