PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection"

Transkripsi

1 32 Rismayadi dan Arinana PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection Yudi RISMAYADI 1 dan ARINANA 2 Corresponding Author : arinana@ipb.ac.id ABSTRACT The development of baiting system was very advanced, however it was very expensive thus the use of it was limited on certain community. Based on those conditions, it was needed a researches on local resourches basis or low cost material baiting system in order to be applicated in building protection included simple home. This researches consisted of laboratory and field test. The laboratory test was performed to determine preference baiting media (pulp, sawdust, Pinus merkusii wood, WMD (wood monitoring devices) from Pinus radiata and reliability tested between disodium borax decahydrate and chitosan against Coptotermes curvignathus. After the determination of baiting system and reliability, field test was performed on termite attacked building. Field test consisted of termite presence detection,observatory station, determination of consumption rate and baiting system resistance. The laboratory results showed the most preference baiting system was WMD with persentage weight loss was 40.5%. The comparation of reliability between disodium borax decahydrate and chitosan showed that termite mortality of disodium borax decahydrate was higher than chitosan, meanwhile reliability results showed oltherwise. Chitosan field test showed eating consumption level was decreasing at 75th days and on 135th days eating consumption level was rached 15 gr/day. It meaned there was a decreasing of termite population cause of termite baiting system. Keywords : Pulp, disodium borax, chitosan, baiting, Coptotermes curvignathus PENDAHULUAN Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung termasuk untuk fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi. Kondisi tersebut telah mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan publik terkait penyelenggaraan bangunan gedung yang di dalamnya memasukkan bahaya rayap sebagai bagian dari faktor perusak bangunan sebagaimana dituangkan 1 Universitas Winaya Mukti, Bandung 2 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor dalam UU No 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dan peraturan pemerintah No 35 tahun Demikian pula dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara, penanggulangan bahaya rayap merupakan bagian komponen biaya dalam pembangunan bangunan gedung negara. Bahkan sebelum kebijakan publik dalam bentuk peraturan perundangan-undangan lahir, dalam kerangka operasional, pengendalian rayap telah distandarisasi dalam bentuk Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu SNI No mengenai tata cara pencegahan serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida dan SNI No tentang tata cara penanggulangan rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida. Walaupun perkembangan termitisida mengarah pada termitisida ramah lingkungan dan cepat terurai, namun penggunaan termitisida dengan teknik penyemprotan tetap dikhawatirkan memberikan dampak lingkungan yang berarti. Teknik penyemprotan pada permukaan tanah apabila dilakukan pada waktu yang tidak tepat, seperti pada saat hujan atau permukaan tanah becek berpeluang untuk tercuci dan terbawa oleh aliran air permukaan ke tempat lain yang tidak diharapkan. Teknik penyemprotan juga berpeluang membunuh organisme bukan sasaran terutama organisme tanah, di samping itu termitisida yang bertahan terlalu lama dikhawatirkan terakumulasi dalam proses rantai makanan/bioakumulasi (Rismayadi & Arinana 2007). Untuk mengurangi dampak merugikan penggunaan termitisida dalam pengendalian rayap, pada era sekitar tahun 90-an berkembang bahan aktif termitisida yang diformulasi dalam bentuk umpan, seperti diflubenzuron dan hexaflumuron (Su et al. 1991). Perkembangan ini memunculkan teknologi pengumpanan dalam pengendalian rayap. Pengembangan formulasi termitisida dalam bentuk umpan bersifat lebih ramah lingkungan, karena target umumnya bersifat spesifik dan bahan aktif tidak dipaparkan secara luas. Umpan rayap yang dikembangkan adalah umpan yang disukai rayap yang ditambah bahan aktif yang bersifat racun terhadap rayap namun tidak bersifat menghambat tingkat kesukaan rayap terhadap media umpan (Rismayadi & Arinana 2007). Produk-produk umpan rayap yang berkembang

2 Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap 33 saat ini, harganya relatif sangat mahal sehingga masyarakat penggunanya sangat terbatas, khususnya tidak terjangkau oleh golongan masyarakat pemilik rumah sederhana, padahal pada tipe rumah tersebut tingkat ancaman serangan rayapnya sangat tinggi. Disodium borak decahydrate dan kitosan merupakan bahan aktif yang bersifat racun, ramah lingkungan dan harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan umpan rayap yang beredar di pasaran saat ini. Jenis rayap Coptotermes sp mampu beradaptasi sangat baik pada lingkungan yang diciptakan manusia, memiliki kemampuan jelajah vertikal yang tinggi, dan kelimpahan anggota dalam satu koloni yang sangat banyak. Di samping sifat-sifat tersebut, rayap Coptotermes sp juga sangat responsif terhadap media umpan yang diberikan dan relatif tahan terhadap gangguan sehingga kontinyuitas konsumsi umpan terus berlanjut hingga umpan tidak tersisa atau hampir habis. Sifat tersebut menguntungkan dalam tinjauan pengendalian rayap Coptotermes sp dengan menggunakan teknik pengumpanan. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan penelitian pengembangan produk formulasi umpan rayap yang berbasis sumber daya lokal atau bahan-bahan yang terjangkau biaya penyediaannya oleh masyarakat luas sehingga dapat diaplikasikan dalam perlindungan bangunan rumah tinggal termasuk bangunan rumah tinggal sederhana. Maksud penelitian pengembangan produk formulasi umpan rayap untuk perlindungan bangunan rumah tinggal adalah untuk mendapatkan produk baru berupa formulasi umpan rayap berbasis sumber daya lokal atau bahan-bahan yang terjangkau biaya penyediannnya oleh masyarakat luas sehingga dapat diaplikasikan dalam perlindungan bangunan rumah tinggal termasuk bangunan rumah tinggal sederhana. BAHAN DAN METODE Penelitian Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap untuk Perlindungan Bangunan Rumah Tinggal dilakukan selama lima bulan (150 hari) yang terdiri dari penelitian laboratorium selama dua bulan dan pengujian lapangan selama tiga bulan. Lokasi penelitian terdiri dari: 1) Pengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor; 2) uji lapangan dilakukan pada bangunan rumah tinggal yang terserang rayap tanah C. curvignathus, yaitu di Asrama Putri Darmaga Bogor. Penelitian dilakukakan secara bertahap yang mencangkup uji laboratorium dan uji lapang. Pengujian Laboratorium Pengujian Media Umpan Tujuan pengujian media umpan adalah untuk mengetahui tingkat palatabilitas (kesukaan) rayap terhadap media umpan rayap. Media umpan (bahan lignoselulosa) yang digunakan adalah pulp yang diperoleh dari Balai Besar Selulosa- Departemen Perindustrian, serbuk kayu Pinus merkusii dan kayu solid Pinus merkusii. Sebagai pembanding digunakan kayu umpan WMD (wood monitoring devices) yang digunakan pada produk umpan Sentricon produksi PT. Dow Agrosciences Indonesia. Media umpan digunakan dalam kondisi kering udara. Uji palatabilitas dilakukan dengan metode uji makan ganda, dimana setiap media umpan diletakkan pada termitarium (kotak biakan rayap) secara acak. Masing-masing media umpan diulang sebanyak 5 kali ulangan. Respon yang diukur adalah persen kehilangan berat. Berat Aw al Berat Akhir Kehilangan Berat (%) x 100% Berat Aw al Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dimana perlakuannya adalah media umpan pulp, serbuk kayu, kayu solid P. merkusii dan kayu umpan WMD dengan jumlah ulangan 5 kali. Persamaan model acak lengkap : Yij = a + bi + eij Dimana: Yij = Respon perlakuan ke i ulangan ke j a = Rata-rata perlakuan bi = pengaruh perlakuan jenis media umpan eij = galat percobaan pada perlakuan ke i ulangan ke j Analisis pengaruh perlakuan menggunakan analisis ragam. Media umpan terbaik adalah media umpan rayap yang memiliki tingkat kehilangan berat tertinggi, artinya bahwa media tersebut disukai rayap sebagai sumber makanannya. Pengujian Bahan Aktif Disodium Borak Decahydrate dan Kitosan Tujuan pengujian bahan aktif adalah mengetahui keandalan berbagai bahan aktif umpan terhadap rayap tanah C. curvignathus. Bahan aktif yang digunakan adalah disodium borak decahydrate dan kitosan. Pengujian dilakukan dengan uji makan tunggal. Tahapan kegiatan pengujian disodium borak decahydrate dan kitosan adalah sebagai berikut : Konsentrasi Perlakuan Bahan Aktif Konsentrasi bahan aktif kitosan yang digunakan adalah 0% (kontrol), 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% w/v. Pelarut yang digunakan adalah asam asetat 1%. Kemudian ph larutan dibuat netral dengan proses titrasi meggunakan larutan NaOH. Sementara itu, konsentrasi bahan aktif disodium borak decahydrate adalah 0% (kontrol), 0,25%, 0,5%, 0,75%, 1,5%, dan 2% dengan pelarut air. Untuk menurunkan ph larutan digunakan larutan asam asetat 10% melalui proses titrasi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

3 34 Rismayadi dan Arinana Impregnasi larutan bahan aktif ke dalam media uji Impregnasi larutan bahan aktif ke dalam media uji dilakukan dengan teknik pencelupan (dipping). Selanjutnya media uji yang mengandung bahan aktif dikeringanginkan dan ditimbang untuk mengetahui berat awal media uji. Media uji kemudian dimasukkan ke dalam botol pengujian yang berisi media hidup rayap dan rayap yang terdiri dari 100 rayap pekerja dan 10 rayap prajurit. Respon yang diukur adalah persen kehilangan berat (KB) umpan dan tingkat kematian rayap (M). Respon tersebut diukur berdasarkan persamaan (Sornnuwat 1996). Berat Aw al Berat Akhir KB (%) x 100% Berat Aw al Ray ap Aw al Ray ap Hidup M (%) Ray apaw al Rancangan penelitian untuk setiap bahan aktif yang digunakan adalah rancangan percobaan acak lengkap. Pengujian Lapangan Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian (unit percobaan) merupakan lokasi uji lapang formulasi umpan rayap. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada bangunan rumah tinggal yang terserang rayap tanah C. curvigntahus dan kemudahan akses (aksesibilitas), yaitu di Asrama Putri Darmaga Bogor. Deteksi Lokasi Kehadiran Rayap Deteksi lokasi kehadiran rayap di sekitar bangunan gedung dilakukan dengan pemasangan kayu umpan. Kayu umpan (stakes) yang digunakan dibuat dari kayu pinus (Pinus merkusii Jungh) berukuran 2,5 x 4,0 x 28 cm 3 dalam keadaan kering udara. Bagian atas kayu umpan dicat dengan warna terang (merah) untuk membantu menandai lokasi kayu umpan selama pengamatan dilakukan. Permukaan Tanah 23 cm 5 cm x 100% Kayu Umpan Gambar 1. Cara Pemasangan Kayu Umpan di Lapangan Pemasangan kayu umpan dilakukan pada tanah yang lembab yang diperkirakan tidak terganggu oleh aktivitas yang dilakukan di daerah tersebut. Setiap kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 23 cm; bagian kayu umpan yang berada diatas permukaan tanah setinggi 5 cm (Gambar 1). Jarak antar kayu umpan 5-10 meter. Pengamatan kayu umpan dilakukan setelah satu bulan. Selanjutnya sebuah stasiun pengamatan ditetapkan pada kayu umpan yang terserang rayap. Pembuatan Stasiun Pengamatan Tanah di sekeliling kayu umpan yang terserang rayap digali dan dibuang sehingga membentuk liang berdiameter 17 cm; dengan kedalaman 13 cm. Sebuah pipa polivinylchoride (PVC) berukuran diameter 7,6 cm; tinggi 15 cm; tebal 0,8 cm dimasukkan secara vertikal ke dalam masing-masing liang tersebut untuk membatasi tanah dan ruangan yang terbentuk oleh rongga pipa PVC. Selanjutnya gulungan pulp kertas diletakkan secara vertikal di dalam rongga pipa PVC mengelilingi kayu umpan yang terserang rayap yang telah dikering tanurkan pada suhu 105 C selama 24 jam dan ditimbang (BKT1). Bagian atas pipa PVC ditutup kembali dengan tutup plastik dan ditimbun tanah. Cara peletakan gulungan pulp kertas ke rongga pipa PVC disajikan pada Gambar 2. Pipa PVC Gundukan Tanah Gulungan pulp kertas di dalam rongga PVC Gambar 2. Stasiun Pengamatan Penentuan Laju Konsumsi Kayu Pulp Kertas Permukaan Tanah Dalam selang waktu 10 hari gulungan pulp kertas yang terserang rayap dari masing-masing stasiun pengamatan dikumpulkan dan dibersihkan dari tanah atau kotoran lainnya. Kemudian kayu umpan tersebut dikering tanurkan pada suhu 105 C selama 24 jam dan ditimbang (BKT2). Kehilangan berat kayu umpan sebelum dan setelah ditempatkan di stasiun pengamatan (BKT1-BKT2) menunjukkan laju konsumsi kayu oleh koloni rayap tanah (gram/koloni/hari).

4 Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap 35 Tingkat Keampuhan Umpan Rayap Dalam radius 30 cm dari sekitar stasiun pengamatan diletakkan dua sampai tiga stasiun pemasangan tabung umpan in ground yang terbuat dari bahan plastik dengan panjang 22 cm dan diameter 6 cm dan memiliki tutup yang berdiameter 14,5 cm. Pada stasiun tersebut selanjutnya diletakkan kayu pendeteksi kehadiran rayap. Bila kayu pendeteksi telah terserang rayap dan berisi paling sedikit 40 rayap pekerja, kayu pendeteksi diganti dengan tabung umpan rayap yang sudah berisi umpan rayap yang akan diuji. Pada waktu pemasangan tabung umpan rayap yang akan diuji rayap dikumpulkan dari kayu pendeteksi dan dipindahkan ke dalam ruang kosong di bagian atas tabung umpan rayap (recruitment chamber). Proses ini dikenal dengan cara aplikasi umpan rayap secara paksa (self recruitment). Proses pengumpanan secara paksa dilakukan pada setiap penggantian umpan rayap. Cara pemindahan rayap dari kayu pendeteksi ke umpan rayap disajikan pada Gambar 3. Rayap yang telah dipisahkan dari kayu pendeteksi Permukaan tanah Umpan rayap yang diuji Stasiun pemasangan tabung umpan rayap kayu pendeteksi tersebut terserang rayap, diganti kembali dengan umpan rayap sampai tidak lagi dijumpai aktivitas rayap. Indikator keberhasilan umpan rayap yang dikembangkan adalah tingkat penurunan populasi rayap yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat konsumsi makan. Keandalan umpan yang diteliti dibandingkan pula dengan produk umpan rayap yang telah dipasarkan untuk melihat perbedaan tingkat keefektifannya. Diharapkan produk umpan yang dikembangkan melalui penelitian ini memiliki kesetaran baik dari tingkat keefektifan, mudah diaplikasikan, dan lebih murah sehingga terjangkau oleh daya beli masyarakat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Palatabilitas Media Umpan Pengujian palatabilitas atau tingkat kesukaan rayap tanah terhadap media umpan dilakukan untuk menentukan umpan rayap dengan palatabilita tertinggi. Di samping bahan aktif, media umpan yang disukai rayap menentukan keberhasilan teknik pengumpanan. Hasil peneitian menunjukkan bahwa media umpan Kayu WMD dan pulp relatif lebih disukai dibandingkan media umpan serbuk gergaji dan kayu pinus. Perbedaan palatabilitas antar media umpan ditunjukkan oleh persen kehilangan berat media umpan. Perbedaan palatabilitas antar media umpan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata persentase kehilangan berat media umpan pulp, serbuk gergaji, payu Pinus merkusii dan kayu WMD Gambar 3. Cara Aplikasi Umpan Rayap di Lapangan Di bagian dalam bangunan gedung rumah yang terserang rayap dilakukan pemasangan stasiun umpan rayap above ground yang ditempelkan pada dinding atau bagian rumah yang terserang rayap. Umpan rayap yang diuji diamati setiap 10 hari. Jika dua pertiga umpan telah dimakan rayap, umpan diganti dengan yang baru. Penggantian ini dilakukan terus-menerus selama masih terdapat aktivitas rayap. Keampuhan umpan ditunjukkan oleh banyaknya umpan rayap yang digunakan sampai populasi rayap dinyatakan nol. Populasi rayap dinyatakan telah lenyap apabila tidak dijumpai lagi aktifitas rayap setelah paling tidak dua periode penggantian umpan dan diikuti dua kali berturut-turut pengumpanan dengan menggunakan kayu pendeteksi kehadiran rayap. Jika sebelum dua periode pengumpanan tidak dijumpai aktivitas rayap, koloni rayap belum dapat dinyatakan tereliminasi. Umpan rayap yang tidak dimakan rayap diganti dengan kayu pendeteksi. Selanjutnya apabila Media Umpan Kehilangan Berat (%) Pulp 35,8 Serbuk Gergaji 29,5 Kayu Pinus 23,7 Kayu WMD 40,5 Berdasarkan pengujian tersebut, media umpan pulp walaupun tidak lebih tinggi nilai kehilangan beratnya dibandingkan kayu WMD namun dibandingkan media umpan lain yang ketersediaanya dapat diproduksi sendiri relatif lebih tinggi. Oleh karena itu dalam pengembangan umpan rayap, pulp dapat dipakai sebagai media umpan sekaligus substitusi bagi kayu WMD. Pengujian Keandalan Bahan Aktif Kitosan Mortalitas Rayap Mortalitas atau persentase kematian rayap akibat memakan umpan yang mengandung kitosan berbeda-beda pada setiap tingkat konsentrasi kitosan yang digunakan. Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada

5 36 Rismayadi dan Arinana berbagai konsentrasi kitosan berkisar antara 6,4% sampai dengan 94,2% (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata mortalitas rayap terus meningkat hingga konsertrasi bahan aktif 4% dengan nilai mortalitas sebesar 94,2%. Setelah itu pada konsentrasi 5% mortalitas menurun menjadi sebesar 72,2%. Tabel 2. Rata-rata persentase mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada berbagai konsentrasi kitosan Konsentrasi Kitosan (%) Mortalitas (%) 0,00 0,25 0,50 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,4 30,1 52,4 70,3 70,6 78,8 94,2 72,2 Kecenderungan peningkatan mortalitas yang terjadi menurut trend logaritmik diduga akibat peningkatan daya racun bahan aktif kitosan yang semakin tinggi seiring dengan peningkatan konsentrasi. Namun pada konsentrasi yang terlalu tinggi (di atas 5%) terdapat efek kekentalan larutan kitosan yang semakin meningkat sehingga tidak dapat diimpregnasikan atau terserap sempurna pada media umpan rayap berbahan aktif kitosan. Akibatnya bahan aktif kitosan tidak dapat tersebar sempurna pada media umpan dan rayap hanya mengkonsumsi sedikit saja bahan aktif yang secara biologis bersifat membunuh rayap. Hasil analisis pengaruh kosentrasi kitosan terhadap mortalitas rayap dengan menggunakan analisis ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi secara signifikan menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Kematian rayap tanah C. curvignathus yang mengkonsumsi umpan berbahan aktif kitosan mengindikasikan bahwa kitosan secara biologis bersifat dapat membunuh rayap. Cara kerja bahan aktif kitosan berdasarkan Allan & Hadniger (1929) diacu dalam El-Ghaouoth et al. (1993) diduga karena kitosan memiliki komponen bioaktif yang dapat membunuh mikrooganisme. Diketahui bahwa rayap tidak secara langsung mencerna kayu atau bahan berselulosa lain termasuk media umpan karena tidak memiliki enzim yang dapat mendekomposisi selulosa. Untuk merubah selulosa menjadi senyawa-senyawa sederhana yang mudah dicerna rayap, di dalam usus rayap terdapat protozoa yang mengeluarkan enzim selulase sehingga rayap tersebut dapat memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut sebagai sumber energi. Nandika et al. (2003) menyatakan bahwa dalam usus rayap C. curvignathus ditemukan tiga genus flagellata yaitu Pseudotrichonympha,Holomastigoitoides dan Spirotrichonympha. Kitosan diduga bekerja membunuh protozoa-protozoa di dalam saluran pencernaan rayap tersebut sehingga proses pencernaan selolosa terganggu akibat ketidakhadiran enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme simbion. Melalui mekanisme kerja (mode of action) kitosan tersebut, maka penggunaan kitosan sangat potensial untuk digunakan sebaga bahan aktif dalam pengembangan teknologi pengumpanan untuk mengendalikan rayap. Mengingat bahan aktifnya dapat membunuh secara perlahan (slow action). Bahan aktif yang membunuh rayap secara perlahan, memungkinkan rayap yang telah memakan umpan dapat memberikan atau mentransfer umpan ke individu rayap lain yang tidak secara langsung memakan umpan rayap sehingga anggota koloni terpapar oleh efek kitosan Kehilangan Berat Media Umpan (Uji Palatabilitas) Indikator kehandalan bahan aktif umpan rayap yang lain adalah bahwa bahan aktif umpan tidak bersifat repelent atau menolak rayap. Oleh karena itu, pengukuran kehilangan berat sangat diperlukan untuk melihat tingkat palatabilitas/kesukaan rayap pada media umpan yang telah diimpregnasi oleh bahan aktif kitosan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan rayap terhadap media umpan yang telah diimpregnasi kitosan berkurang antara 43%-85% dibandingkat kontrol. Semakin tinggi tingkat konsentrasi kitosan semakin berkurang palatabilitas rayap terhadap media umpan. Data rata-rata persentase kehilangan berat media umpan setelah diumpankan terhadap rayap tanah C. curvignathus disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata persentase kehilangan berat media umpan pada berbagai konsentrasi kitosan Konsentrasi (%) Kehilangan Berat (%) 0,00 46,7 0,25 26,0 0,50 20,2 1,00 15,3 2,00 14,5 3,00 13,8 4,00 7,4 5,00 14,4 Berdasarkan Tabel 3, persentase kehilangan berat media umpan semakin menurun dengan semakin meningkatnya konsentrasi kitosan sampai dengan konsentrasi 4%. Pada konsentrasi 5% rata-rata persentase kehilangan berat meningkat kembali, karena bahan aktif kitosan tidak terimpregnasi secara sempurna ke dalam media umpan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor konsentrasi secara signifikan menunjukkan hasil kehilangan berat yang berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 99%.

6 Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap 37 Pemberian perlakuan konsentrasi kitosan tidak menyebabkan media umpan bersifat menolak (repellent) terhadap rayap C. curvignathus walaupun menurunkan tingkat kesukaan rayap. Dengan demikian bahan aktif kitosan dapat dikembangkan sebagai bahan aktif dalam teknologi pengumpanan. Pengujian Keandalan Bahan Aktif Disodium Borak Decahydrate Mortalitas Rayap Penambahan bahan aktif disodium borak decahydrate mampu meningkatkan mortalitas rayap dibandingkan kontrol. Semakin tinggi konsentrasi bahan aktif tersebut, semakin tinggi mortalitas rayap yang terjadi. Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada berbagai konsentrasi bahan aktif disodium borak decahydrate disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata persentase mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada berbagai konsentrasi Disodium Borak Decahydrate Konsentrasi Disodium Borak Decahydrate (%) 0,00 0,25 0,50 1, ,00 Mortalitas (%) 6,7 81,5 89,7 92,3 99,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata mortalitas rayap terus meningkat hingga mencapai 100% pada konsentrasi bahan aktif 2%. Hal tersebut menunjukkan tingginya toksisitas bahan aktif disodium borak decahydrate terhadap rayap. Senyawa boron (borak) secara biologis dapat membunuh berbagai jenis serangga. Semakin tinggi konsentrasinya semakin tinggi mortalitas serangga sasaran. Artinya bahwa bahan aktif tersebut sangat tergantung pada dosis dimana kematian akan terjadi lebih cepat pada pemakaian dosis yang tinggi. Pada beberapa kasus pengawetan kayu dengan menggunakan borak. Kayu yang diawetkan borak dengan konsentras tinggi menjadi bersifat menolak untuk dimakan rayap. Kedua sifat tersebut, kurang menguntungkan sebagai bahan aktif dalam pengebangan teknologi umpan. Kehilangan Berat Media Umpan (Uji Palatabilitas) Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa, pengukuran kehilangan berat sangat diperlukan untuk melihat tingkat palatabilitas/kesukaan rayap pada media umpan yang telah diimpregnasi oleh bahan aktif tertentu. Penggunaan Disodium Borak Decahydrate yang diimpregnasikan kedalam media umpan memiliki kecenderungan sangat menurunkan tingkat kesukaan rayap. Rayap hanya mengkonsumsi sedikit saja media umpan yang diberikan. Data rata-rata persentase kehilangan berat media umpan setelah diumpankan terhadap rayap tanah C. curvignathus disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, persentase kehilangan berat media umpan jauh mengalami penurunan hingga 93% setelah media umpan diimpregnasi bahan aktif disodium borak decahyrate. Hal tersebut menunjukkan terdapat peristiwa repelensi atau penurunan yang sangat besar terhadap tingkat kesukaan makan rayap. Tabel 5. Rata-rata persentase kehilangan berat media umpan pada berbagai konsentrasi Disodium Borak Decahydrate Konsentrasi Disodium Borak Decahydrate (%) 0,00 0,25 0,50 1, ,00 Kehilangan Berat (%) 46,7 4,7 4,5 3,7 4,3 2,7 Perbandingan Keandalan Bahan Aktif Kitosan dengan Disodium Borak Decahydrate Berdasarkan data mortalitas rayap pada pengujian keandalan bahan aktif, menunjukkan bahwa bahan aktif disodium borak decahydrate mengakibatkan mortalitas rayap yang lebih tinggi dibandingkan kitosan (Gambar 4). Sementara itu, data uji palatabilitasnya menunjukkan sebaliknya, bahwa rayap memiliki palatabilitas lebih baik terhadap media umpan berbahan aktif kitosan dibandingkan berbahan aktif disodium borak decahydrate (Gambar 5) Berdasarkan perbandingan tersebut di atas, bahan aktif kitosan lebih memungkinkan untuk diformulasi dalam media umpan. Bahan aktif untuk umpan rayap harus memenuhi dua persyaratan utama, yaitu mampu membunuh rayap secara perlahan (slow action) dan apabila diformulasi ke dalam media umpan tidak bersifat menolak atau menghilangkan tingkat kesukaan (palatabilitas) rayap terhadap media umpan. Penggunaan disodium borak decahydrate tampaknya terlalu cepat membunuh rayap dan terdapat kecenderungan menurunkan kesukaan rayap terhadap media umpan. Secara umum penelitian laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan pulp sebagai media umpan dan kitosan sebagai bahan aktif merupakan formulasi umpan yang akan dikembangkan. Pemilihan tersebut berdasarkan tingkat kesukaan rayap terhadap media umpan dan pengaruh bahan aktif yang relatif rendah terhadap tingkat kesukaan rayap. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengaruh kombinasi antara media umpan dan bahan aktif, karena faktor perlakuan saling lepas. Berdasarkan perbandingan di bawah, bahan aktif kitosan lebih memungkinkan untuk diformulasi dalam media umpan. Bahan aktif untuk umpan rayap harus memenuhi dua persyaratan utama, yaitu mampu membunuh rayap secara

7 Kehilangan Berat (%) Mortalitas (%) 38 Rismayadi dan Arinana perlahan (slow action) dan apabila diformulasi ke dalam media umpan tidak bersifat menolak atau menghilangkan tingkat kesukaan (palatabilitas) rayap terhadap media umpan. Penggunaan disodium borak decahydrate tampaknya terlalu cepat membunuh rayap dan terdapat kecenderungan menurunkan kesukaan rayap terhadap media umpan. Secara umum penelitian laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan pulp sebagai media umpan dan kitosan sebagai bahan aktif merupakan formulasi umpan yang akan dikembangkan. Pemilihan tersebut berdasarkan tingkat kesukaan rayap terhadap media umpan dan pengaruh bahan aktif yang relatif rendah terhadap tingkat kesukaan rayap. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengaruh kombinasi antara media umpan dan bahan aktif, karena faktor perlakuan saling lepas. 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Gambar 4. Grafik perbandingan nilai mortalitas rayap pada bahan aktif Kitosan dan Disodium Borak Decahydrate Kitosan Borak 0,00 0,25 0,50 1,00 2,00 3,00 Konsentrasi 0,00 0,25 0,50 1,00 2,00 3,00 Konsentrasi Kitosan Borak Gambar 5. Grafik perbandingan kehilangan berat media umpan berbahan aktif Kitosan dan Disodium Borak Decahydrate Pengujian Lapang Pengujian lapang untuk menguji keandalan umpan rayap terdiri dari dua tahapan kegiatan, yaitu 1) pengukuran tingkat konsumsi kayu sebelum pengumpanan dan 2) pengukuran tingkat konsumsi umpan rayap berbahan aktif kitosan (2%) serta pengamatan perkembangan populasi rayap yang dijumpai pada media umpan. Pengujian lapang dilakukan pada bangunan rumah tinggal yang terserang rayap tanah C. curvignathus sebagai unit contoh penelitian yang diambil. Berdasarkan pemasangan kayu umpan untuk mendeteksi lokasi rayap di sekitar bangunan diketahui bahwa dari 25 kayu umpan yang ditanam empat diantaranya dimakan oleh rayap. Selanjutnya pada titik lokasi serangan rayap pada kayu umpan dibuat stasiun pengamatan tingkat konsumsi makan rayap. Kedalam stasiun tersebut dimasukkan umpan rayap untuk melihat tingkat konsumsi makan rayap. Umpan rayap yang terdapat di dalam stasiun diamati setiap dua minggu sekali untuk melihat tingkat konsumsi makan rayap sebelum dan setelah pengumpanan. Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat konsumsi makan rayap sebelum pengumpanan adalah seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat konsumsi rayap sebelum pengumpanan Lama Konsumsi (Hari) Tingkat Konsumsi (g/hari) 38,0 36,5 39,5 41,0 Berdasarkan Tabel 6 konsumsi koloni rayap di lapangan berkisar antara 38 hingga 41 g/hari. Selanjutnya koloni rayap diberi umpan beracun yang berbahan aktif kitosan. Perkembangan tingkat konsumsi rayap setelah pemberian umpan berbahan aktif kitosan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Tingkat konsumsi rayap setelah pengumpanan Lama Konsumsi (Hari) Tingkat Konsumsi (g/hari) 37,5 36,0 40,0 41,0 45,0 34,0 31,0 25,0 15,0 Berdasarkan hasil pengamatan terjadi penurunan jumlah konsumsi makan koloni rayap. Sementara itu jumlah umpan kitosan yang dikonsumsi oleh koloni rayap selama 135 hari adalah 15 g. Penurunan tingkat konsumsi dapat menunjukkan terjadinya penurunan jumlah populasi rayap akibat umpan

8 Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap 39 rayap kitosan. Dibandingkan dengan bahan aktif umpan hexaflumuron, penggunaan bahan aktif kitosan masih relatif lebih rendah keefektifannya. Penggunaan hexaflumuron selama 60 hari umumnya sudah mampu mengeliminasi seluruh koloni rayap. Diduga bahwa toksisitas kitosan lebih rendah dibandingkan dengan hexaflumuron. Demikian pula tingkat kesukaan rayap terhadap umpan berbahan aktif kitosan jauh lebih rendah dibandingkan hexaflumuron. Apabila tingkat kesukaan rayap terhadap umpan berbahan aktif kitosan dapat ditingkatkan maka diharapkan efektifitasnya meningkat. Kitosan memiliki cara kerja yang berbeda dengan hexaflumuron. Kitosan adalah racun perut yang diduga berpengaruh terhadap organisme simbion yang hidup pada saluran pencernaan rayap. Kitosan membunuh organisme tersebut sehingga rayap tidak mampu mencerna makanannya (Arinana 2007). Sebaliknya hexaflumuron merupakan senyawa kimia yang menghambat proses penggantian kulit pada rayap (Nandika et al. 2000). Perbedaan tersebut menjadikan tingkat efektifitasnya berbeda. KESIMPULAN Pengembangan formulasi umpan rayap diharapkan mampu mengembangkan inovasi baru sebagai alternatif pengendalian rayap yang ramah lingkungan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kitosan masih relatif kurang efektif dibandingkan bahan aktif umpan rayap hexaflumuron yang pada saat ini telah dipasarkan secara komersial. Hal ini dapat dilihat dari penurunan konsumsi rayap pada umpan kitosan yang menurun setelah 135 hari sedangkan hexaflumuron mampu mengeliminasi seluruh koloni hanya dengan 60 hari. Namun kitosan tetap memiliki potensi untuk terus dikembangkan sebagai bahan aktif pada formulasi umpan rayap dengan meningkatkan tingkat palatabilitas rayap terhadap umpan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arinana Teknologi Umpan Berbahan Aktif Kitosan untuk Pengelolaan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). JIPI 12: 1-7. EI Gaouth, Arul AJ, Grenier J, Benhamou N, Selin A and Belanger R Effect of chitosan on cucumber plants: suppression of Pythium aphanidermatum and induction of defense reactor Nandika D, Rismayadi Y, Diba F Evaluation of Hexaflumuron for Controlling Subterranean Termites Coptotermes curvignathus Holmgren at Australian Embassy Staff Residence, Jakarta. Center For Life Sciences Study. IPB. Bogor Nandika D, Rismayadi Y dan Diba F Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta. Rismayadi Y, dan Arinana Usir Rayap dengan Cara Baru dan Ramah Lingkungan. Serial Rumah Spesial. Prima Infosarana Media. Jakarta, Indonesia. Sornnuwat Y Resistance of commercial timber and fast growing timber of Thailand for building construction to Coptotermes gestroi Wasmann. Proc. The 1996 Annual Meeting of The International Research Group on Wood Preservation, Stockholm Sweden. Su NY, Ban RM, and Scheffrahn RH Suppression of foraging population of the subterranean termites (Isoptera: Rhinotermitidae) by field application of a slow acting toxicants bait. Journal of Economical Entomology No. 84: USA.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL Acacia mangium Wild Bioactivity of Liquid Smoke from Durian Rind as Preservative Particle Board of Acacia mangium Wild Rendra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium pada suhu rata-rata 27,7 C dan kelembaban 91,5% (Lampiran 4), dengan hasil sebagai berikut: 4.L Awal Kematian Rayap (Jam) Hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BIOATRAKTAN DARI BAHAN ALAMI TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

EFEKTIVITAS BIOATRAKTAN DARI BAHAN ALAMI TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) EFEKTIVITAS BIOATRAKTAN DARI BAHAN ALAMI TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) (The Effectiveness of Bioattractant From Natural Ingredients Against Subterranean Termite Coptotermes curvignathus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Application of Liquid Smoke Vitex pubescens Vahl Wood for Preservation Rubber Wood) Hendra Prawira, H A Oramahi, Dina

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) TERHADAP SERANGAN RAYAP (Coptotermes curvignathus Holmgren) PADA KAYU PULAI (Alstonia scholaris) THE EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto) Keawetan Alami Sembilan Jenis Kayu dari Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap Serangan Rayap (Natural Durability of Nine Woods Species Grown in Dramaga Campus Bogor Agricultural University against

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTI RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) TIGA FRAKSI EKSTRAK KAYU PELANJAU (Pentaspadon Motleyi Hook.f)

AKTIVITAS ANTI RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) TIGA FRAKSI EKSTRAK KAYU PELANJAU (Pentaspadon Motleyi Hook.f) AKTIVITAS ANTI RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) TIGA FRAKSI EKSTRAK KAYU PELANJAU (Pentaspadon Motleyi Hook.f) Anti Termites Coptotermes curvignathus Holmgren Activity of Tree Fraction Pelanjau

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan The Study of Chitosan Suspension to Control Termites (Coptotermes curvignathus Holmgren)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Fakultas Peternakan IPB untuk pembuatan alat dan pembuatan pelet pemurni. Contoh biogas yang digunakan dalam

Lebih terperinci

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Laboratorium Pengujian Hasil Hutan (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) Bioactivity of Ethanol Extract Noni Fruit (Morinda citrifolia L.) Against Subterranean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan sehari-hari kayu digunakan untuk kebutuhan konstruksi, meubel dan perabotan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus HOLMGREN) PADA TANAMAN KARET

EFEKTIVITAS TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus HOLMGREN) PADA TANAMAN KARET EFEKTIVITAS TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus HOLMGREN) PADA TANAMAN KARET THE EFFECTIVENESS OF CHITOSAN TOXICITY TO CONTROL THERMITES (Coptotermes curvignathus HOLMGREN)

Lebih terperinci

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE ASETILASI KAYU KEMIRI (Aleurites moluccana), DURIAN (Durio zibethinus), DAN MANGGIS (Garcinia mangostana) (Wood Acetylation of Aleurites moluccana, Durio zibethinus, and Garcinia mangostana woods) Febrina

Lebih terperinci

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG

Lebih terperinci

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp.

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp. I M COMPANY PROFILE CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi 17530 Telp. 0822 9975 9082 email: sonyamrullah@gmail.com FUMIGATION PEST CONTROL RODENT

Lebih terperinci

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren)

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren) DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren) POSMA CHARLI P S DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung

Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 Juli 215, Vol. 12 No. 2, 73 79 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 1.5994/jei.12.2.73 Aplikasi campuran serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Kehilangan Berat Setelah dilakukan proses pengumpanan terhadap rayap tanah selama empat minggu, dari data yang diperoleh dilakukan pengujian secara statistik untuk

Lebih terperinci

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) SKRIPSI Oleh: Miduk Sihombing 061203001/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi

Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi Imam Prayogo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: imam@ce.its.ac.id ABSTRAK Serangan rayap akhir-akhir

Lebih terperinci

UJI LABORATORIS DAYA TAHAN KOMPOSIT SERBUK KAYU PLASTIK POLIETILENA BERKERAPATAN TINGGI SETELAH PELUNTURAN TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

UJI LABORATORIS DAYA TAHAN KOMPOSIT SERBUK KAYU PLASTIK POLIETILENA BERKERAPATAN TINGGI SETELAH PELUNTURAN TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH UJI LABORATORIS DAYA TAHAN KOMPOSIT SERBUK KAYU PLASTIK POLIETILENA BERKERAPATAN TINGGI SETELAH PELUNTURAN TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes gestroi) RISDEWATI SARAGIH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET 1. Uji Kultur Agar Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Titik Kartika Pusat Penelitian Biomaterial RUANG LINGKUP Memberikan pengertian 1. Tentang rayap

Lebih terperinci

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Power On Termite Soil Test (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera:

Lebih terperinci

PENGUJIAN LABORATORIS KEAMPUNAN UMPAN HEXAFLUMURON TERHADAP RAUAP TANAH Coptoterrnes eurvignathus Wolmgren (Isoptera : Rhinotermitidae)

PENGUJIAN LABORATORIS KEAMPUNAN UMPAN HEXAFLUMURON TERHADAP RAUAP TANAH Coptoterrnes eurvignathus Wolmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Nrnu Hayat PENGUJIAN LABORATORIS KEAMPUNAN UMPAN HEXAFLUMURON TERHADAP RAUAP TANAH Coptoterrnes eurvignathus Wolmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) LABORATORY

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG (Cratoxylon arborescens BI) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) DARI SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Utilization Wood Bark

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.

Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren. Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.) Preserving Wood Pulai (Alstonia scholaris L.) With Liquid

Lebih terperinci

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing ODC (OSDC) Lempang, M., M. Asdar (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Ketahanan Alami Kayu Jati (Tectona grandis l.f.) Asal Sulawesi Tenggara Terhadap Rayap Tanah. J. Penelit. Has. Hut. Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN KETAHANAN PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU MAHONI DAN SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus Light. Agus Ngadianto 1, Ragil Widyorini 2 dan

Lebih terperinci

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES SERANGAN RAYAP COPTOTERMES SP. PADA TANAMAN MERANTI MERAH (SHOREA LEPROSULA MIQ.) DI BEBERAPA LOKASI PENANAMAN DI KALIMANTAN TIMUR Termites Attack of Coptotermes Sp. on Red Meranti (Shorea Leprosula Miq.)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes sp) PADA KAYU DURIAN (Durio zibethinus) Eka Mariana 1, Ariyanti 2, Erniwati 2 JurusanKehutanan,

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMP. PEMANFAATAN EKSTRAK LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BIO-ANTI RAYAP

LAPORAN AKHIR PKMP. PEMANFAATAN EKSTRAK LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BIO-ANTI RAYAP LAPORAN AKHIR PKMP PEMANFAATAN EKSTRAK LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BIO-ANTI RAYAP Oleh : Reza Ramadhan Anita Dewanti Nia Widyastuti Singgih Mukti Wibowo Yennova Sari E24070084

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 11 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permen merupakan suatu produk makanan yang dibuat dari campuran gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa (Buckle, K.A,2007). Permen sangat diminati

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI 6.1. Uraian Proses Produksi Yang dimaksud dengan industri perkayuan di sini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1 Maret 2015 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan, tumbuhtumbuhan dalam persekutuan alam dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

KIMIA ORGANIK (Kode : E-03) ANAKARDIOL DAN LIMBAH GALVANISASI SENG SEBAGAI BAHAN PENCEGAH SERANGAN RAYAP TANAH PADA KAYU PERUMAHAN

KIMIA ORGANIK (Kode : E-03) ANAKARDIOL DAN LIMBAH GALVANISASI SENG SEBAGAI BAHAN PENCEGAH SERANGAN RAYAP TANAH PADA KAYU PERUMAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA ORGANIK (Kode : E-03) ISBN : 978-979-1533-85-0 ANAKARDIOL DAN LIMBAH GALVANISASI SENG SEBAGAI BAHAN PENCEGAH SERANGAN RAYAP TANAH PADA KAYU PERUMAHAN Dominicus Martono Puslitbang

Lebih terperinci

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto KEEFEKTIFAN CAMPURAN GARAM TEMBAGA -KHROMIUM- BORON TERHADAP RAYAP DAN JAMUR PERUSAK KAYU (Effectiveness of Copper-Chromate-Boron Salts Formula Against Wood Termites and Fungi) 1 Oleh/ By : Barly, Neo

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase Abstrak Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi lignin pada proses pelapukan kayu. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009) 40 PERUBAHAN KEKAKUAN DINAMIS KAYU SETELAH PENGUJIAN KEAWETAN ALAMI KAYU NANGKA DAN MANGIUM Dynamic MOE of Jackfruit and Woods after Natural Durability Testing Lina KARLINASARI 1, Ina RITA 2 dan Istie

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Peningkatan daya tahan bambu dengan proses pengasapan untuk bahan baku kerajinan....effendi Arsad PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Improved Durability of

Lebih terperinci

SIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn)

SIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn) SIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn) Lensi Mian Sinaga, Rudi Hartono, Luthfi Hakim, Arif Nuryawan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci