BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan
|
|
- Indra Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan sehari-hari kayu digunakan untuk kebutuhan konstruksi, meubel dan perabotan rumah tangga lainnya. Indonesia merupakan penghasil kayu tropis terbesar di dunia yang memiliki 4000 jenis kayu (Martawijaya, 1995). Dari jumlah tersebut diperkirakan hanya 5 20 % saja yang memiliki keawetan tinggi, sedangkan sisanya % memiliki sifat keawetan rendah (Koesomo, 1992). Seiring dengan peningkatan kebutuhan kayu dengan kelas awet tinggi, persediaan kayu dengan kelas awet tinggi menjadi menurun. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya persediaan kayu kelas awet tinggi adalah dengan memanfaatkan kayu dengan kelas awet yang lebih rendah sebagai substitusi dalam pemanfaatan kayu. Kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) dapat digunakan sebagai kayu substitusi, karena jabon dapat tumbuh dengan cepat (Orwa et al., 2009). Hingga umur 5 tahun saja tegakan jabon sudah memiliki riap diameter rata-rata 1,2-11,6 cm per tahun dan riap tinggi rata-rata 0,8-7,9 m per tahun (Krisnawati et al., 2011), selain itu kayu ini mudah dikeringkan, mudah dipotong dan direkatkan. Penyusutan kayu jabon rendah, penyusutan radial 0,8 % dan tangensial 2,1 %. Kayu jabon memiliki kelas awet V (Martawijaya, 2005). Dengan kelas awet tersebut kayu jabon rentan terhadap organisme perusak kayu. 1
2 2 Salah satu organisme perusak kayu yang berpotensial untuk merusak kayu adalah rayap. Rayap memakan kayu dan bahan yang berselulosa sehingga mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar. Rayap yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah rayap kayu kering (Cryptotermes cynochepalus Light.) (Tarumingkeng, 1971). Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan mencapai 2,79 triliun rupiah pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2010 dugaan kerugian mencapai 5,17 triliun rupiah dan pada 2015 diduga meningkat hingga 8,68 triliun rupiah (Nandika dalam Jasni dan Rulliaty, 2015). Hal ini diperkuat dengan kondisi kayu yang digunakan saat ini rata-rata memiliki kelas awet rendah (Jasni dan Rulliaty, 2015). Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara meminimalisir kekurangan kayu jabon dengan kelas awet rendah yang rentan terhadap serangan rayap, agar penggunaannya lebih efektif dan efisien serta dapat mengurangi kerugian akibat rayap yang dari tahun ke tahun terus meningkat (Tarumingkeng, 2001). Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan proses pengawetan kayu. Pengawetan kayu dapat meningkatkan keawetan dan ketahanan kayu untuk memperpanjang umur pemakaian kayu sehingga dapat mengurangi biaya akhir (Hunt dan Garrat, 1986). Pengawetan kayu dikatakan berhasil apabila bahan pengawet yang digunakan dapat melakukan absorpsi, penetrasi, dan retensi dengan baik pada kayu (Hunt dan Garrat, 1986). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengawetan diantaranya adalah metode pengawetan, bahan pengawet dan konsentrasi bahan pengawet (Hadikusumo, 2003).
3 3 Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengawetan kayu yaitu: pengawetan kayu dengan tekanan, tanpa tekanan, dan metode khusus. Proses tanpa tekanan telah digunakan secara luas salah satunya yaitu pengawetan menggunakan silinder tertutup (vakum). Pemvakuman yaitu proses pengawetan kayu dengan cara memasukkan kayu ke dalam silinder yang kedap udara, dan mengeluarkan udaranya dengan pompa vakum, kemudian mengisinya dengan bahan pengawet tanpa memberi kesempatan udara masuk lagi (Hunt dan Garrat, 1986). Kelebihan metode ini yaitu penetrasi dan retensi yang diperoleh tinggi, waktu pelaksanaan relatif singkat serta dapat mengawetkan kayu basah dan kering. Menurut penelitian Abdurrahim (2005) lama waktu pemvakuman yang optimal adalah 30 menit. Bahan pengawet kayu yang baik harus bersifat racun terhadap organisme perusak kayu, mudah meresap, aman digunakan, dan tidak merusak kayu. Kualitas pengawetan ditentukan dengan mengamati absorbsi, penetrasi, retensi, uji mortalitas rayap, pengurangan berat, dan derajat kerusakan kayu. Bahan pengawet yang umum digunakan pada pengawetan kayu adalah boraks, boraks banyak dipilih karena mempunyai toksisitas yang rendah terhadap manusia (Yamauchi et al., 2007). Menurut Haygreen et al. (1989) boraks beracun terhadap serangga dan cendawan perusak kayu, namun bahan pengawet boraks kurang tahan terhadap kelunturan. Selain itu saat ini boraks memiliki ketersediaan yang terbatas dan sulit didapatkan terutama di Indonesia, hal ini disebabkan oleh maraknya penyalahgunaan fungsi boraks. Untuk mengoptimalkan keterbatasan tersebut pada penelitian ini digunakan penambahan bahan lain yaitu asam sitrat.
4 4 Asam sitrat merupakan bahan alami yang mudah didapatkan dan harganya relatif murah sebesar Rp ,00 per kg dibandingkan bahan pengawet kayu yang berada di pasaran seperti contoh permethrin sebesar Rp ,00 per liter di wilayah DI Yogyakarta. Menurut Umemura et al. (2011) asam sitrat merupakan asam organik lemah yang terdapat pada daun dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan), yang mengandung tiga gugus karboksil. Asam sitrat juga dapat berikatan baik dengan gugus-gugus hidroksil pada kayu (Umemura et al. 2011), sehingga dapat terdistribusi dan tinggal pada kayu dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Lebow et al. (2005), modifikasi bahan pengawet dengan penambahan asam sitrat pada bahan pengawet tembaga yang di larutkan dengan air dan amonia dengan perbandingan 66,7 % tembaga dan 33,3 % asam sitrat menunjukan hasil penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan bahan pengawet yang tidak diberi asam sitrat.dengan. Berdasarkan hasil penelitian Matsumoto et al. (2011) asam sitrat dan ethylendiamine dapat bersintesis dengan baik dengan senyawa boron dengan membentuk ikatan amida. Amida merupakan ikatan yang stabil dan mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen (Lubis, 2010). Dengan pendekatan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan modifikasi dengan menkombinasikan boraks dan asam sitrat sebagai bahan pengawet dengan asumsi boraks dapat bekerja sebagai racun yang efektif bagi rayap kayu kering dan asam sitrat selain sebagai pengawet juga bekerja sebagai pendistribusi dan pengikat larutan yang baik ke seluruh bagian kayu sehingga dapat meningkatkan kekuatan bahan pengawet dari sifat kelunturan. Penelitian mengenai kombinasi boraks dan asam sitrat sebagai
5 5 bahan pengawet pada kayu jabon belum pernah dilakukan. Pada faktor konsentrasi berdasarkan hasil penelitian Sumaryanto et al. (2013) bahan pengawet boraks pada konsentrasi 5 % sudah cukup efektif, maka pada penelitian ini digunakan konsentrasi yang sama 5 % dan lebih rendah 3 % dan melalui pendekatan penelitian Lebow et al. (2005) digunakan komposisi pengawet boraks dan asam sitrat (0:1, 2:3, 1:1, 3:2, dan 1:0). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi dan komposisi boraks - asam sitrat pada pengawetan kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) dengan metode pemvakuman terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Uji ketahanan rayap dilakukan dengan metode no choice feeding test Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh interaksi konsentrasi dan komposisi bahan pengawet boraks dan asam sitrat pada pengawetan kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.) Manfaat Penelitian Memberikan informasi mengenai pengawetan kayu dengan konsentrasi dan komposisi boraks - asam sitrat yang optimum untuk mencegah serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan, tumbuhtumbuhan dalam persekutuan alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan dan obat-obatan.namun demikian, hasil hutan yang banyak dikenal penduduk adalah sebagai sumber
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehilangan Berat (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keawetan Alami Hasil perhitungan kehilangan berat ke empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran
Lebih terperinciPENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING
PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING Danar Satwiko, Tomy Listyanto, dan Ganis Lukmandaru Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Lebih terperinciKOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *
KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH MAHDI SANTOSO 1*, SUTJIPTO A. HADIKUSUMO 2, & ABDUL AZIZ 3 1 Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto
PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto Cara Mengawetkan Kayu Secara Tradisional Cara pengawetan kayu secara tradisional dapat dilakukan dengan teknik melapisi dan teknik perendaman. Cara mengawetkan kayu secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,
Lebih terperinciPENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.
PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.) AFIF SUMARYANTO 1, SUTJIPTO A. HADIKUSUMO 2, & GANIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN
KETAHANAN PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU MAHONI DAN SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus Light. Agus Ngadianto 1, Ragil Widyorini 2 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Borror Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman dan Hadjib. 2009. Sifat Fisika dan Mekanik Kayu Laminan Campuran Kayu Mangium dan Sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Volume 27 No 3. Barly dan Sabarudi. 2010. Kajian Industri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap
Lebih terperinciVini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK
Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengawet Boron Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes Cynophalus) Pada Bambu Ampel (Bambusa Vulgaris) Dan Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Effect of Boron Concentration Preservatives
Lebih terperinciDAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.
DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat
Lebih terperinciPENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN
PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN The Preservation of Lesser Known Species Rattan as Raw Material Furniture by Cold Soaking Saibatul Hamdi *) *) Teknisi
Lebih terperinciUJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar
UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET 1. Uji Kultur Agar Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan.
Lebih terperinciTANIN. IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN
TANIN IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Pemanfaatan kayu yang dipergunakan untuk mencukupi berbagai kebutuhan, mulai dari kayu bakar
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan
Lebih terperinciPEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus)
Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober 2016 Halaman 131 136 ISSN 2407-9049 PEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan
Lebih terperinciUji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciSIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN
SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN Absorption Property of Preservative on Several Building Woods Karti Rahayu Kusumaningsih Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.
Sidang Tugas Akhir Penyaji: Afif Rizqi Fattah (2709 100 057) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc. Judul: Pengaruh Bahan Kimia dan Waktu Perendaman terhadap Kekuatan Tarik Bambu Betung
Lebih terperinciPengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering
Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Dida Satria Persada, Tomy Listyanto, dan Ganis Lukmandaru Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Email
Lebih terperinciFIRNANDO PURBA E
PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING DAN JAMUR PELAPUK KAYU FIRNANDO PURBA E24080046 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti
Lebih terperinciPERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan
PERESAPAN BAHAN PENGAWET 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peresapan kayu dapat dibedakan faktor dari luar dan faktor dari dalam kayu. Faktor dari luar meliputi
Lebih terperinciMORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari
Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.
Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapat dari alam dan sudah lama dikenal oleh manusia. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada
Lebih terperinci4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat
Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,
Lebih terperinciMANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN
MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis buah-buahan
Lebih terperinciMANISAN KERING BENGKUANG
MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan
TINJAUAN PUSTAKA Syarat-Syarat Bangunan Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan perumahan umum (public housing), bertujuan menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam
Lebih terperinciPENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING
PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Nizam Arjuna Rinaldi, Tomy Listyanto, Oka Karyanto, dan Ganis Lukmandaru Jurusan Teknologi
Lebih terperinciFauzi Febrianto 1), Adiyantara Gumilang 2), Anne Carolina 1), Fengky S Yoresta 1) IPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia
Distribusi Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan secara Sel Penuh dan Sel Kosong (Distribution of Water Borne Preservative on Wood Preserved Using Full Cell and Empty Cell Processes) Fauzi Febrianto
Lebih terperinciUJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING
UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes sp) PADA KAYU DURIAN (Durio zibethinus) Eka Mariana 1, Ariyanti 2, Erniwati 2 JurusanKehutanan,
Lebih terperinciArtikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga
Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT
JURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT Nur Kotib Cahyo Nugroho Drs. Darmono, M. T. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah
TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,
Lebih terperinciOleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto
KEEFEKTIFAN CAMPURAN GARAM TEMBAGA -KHROMIUM- BORON TERHADAP RAYAP DAN JAMUR PERUSAK KAYU (Effectiveness of Copper-Chromate-Boron Salts Formula Against Wood Termites and Fungi) 1 Oleh/ By : Barly, Neo
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR
KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR Agus Ngadianto 1, Ragil Widyorini 2 dan Ganis Lukmandaru 2 1 Staf Pengajar, Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi UGM, Yogayakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara
Lebih terperinciSERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus)
SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus) SAWDUST OF TEAK WOOD (Tectona grandis) AS WOOD PRESERVATIVE FOR DURIAN WOOD (Durio zibethinus) Sulaiman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belum lama ini banyak pemberitaan di beberapa media massa tentang operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya dilatarbelakangi
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme biologis perusak kayu, lingkungan yang berhubungan dengan kayu dan faktor eksternal lainnya.
Lebih terperinciIceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering
Iceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cytzoceplznl~is Light) dan Rayap Tanah (Coptotennes cr~rvigzntlzzrs Holnigren) oleh Yunus Muddin dibawah bimbingan
Lebih terperinciABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.
ABSTRAK ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.Taman Alex) Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui retensi
Lebih terperinciCAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN KAYU (275M)
CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN KAYU (275M) Achmad Basuki 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciIPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia 2) Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Distribusi Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan secara Sel Penuh dan Sel Kosong (Distribution of Water Borne Preservative on Wood Preserved Using Full Cell and Empty Cell Processes) Fauzi Febrianto
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon
TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu penyimpanan. Perubahan sifat fisik buah jambu biji meliputi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae
Lebih terperincisangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011).
10 sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011). a b Gambar 4 (a) Tegakan jabon (b) Kayu jabon Warna kayu teras berwarna
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciEfektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono
Efektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono Efektifitas Pengawetan Batang Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas Fumigasi Amonia Fumigasi amonia bertujuan mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu agar terjadi perubahan warna secara permanen. Fumigasi amonia akan menhasilkan perubahan
Lebih terperinciTEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU
TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU 1. Ir. Efrida Basri, M.Sc. 2. Ir. Jamal Balfas, M.Sc. 3. Listiya Mustika Dewi, S.Hut. 4. Dra. Jasni, M.Si. 5. Abdurahman, ST. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, bahan pangan memiliki sifat mudah rusak (perishable), sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN
TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar
Lebih terperinciANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL
ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah sampai dengan produk pertanian
Lebih terperinciMANISAN BASAH BENGKUANG
MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciRendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin. Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) SAPARUDIN
1 Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) Oleh : SAPARUDIN NIM : 070 500 063 JURUSAN PENGOLAHAN
Lebih terperinciPENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO
PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
10 tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupannya. Rayap kayu kering sendiri memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah. Di Indonesia hanya ditemukan sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengendalian produk hasil pertanian berupa biji-bijian di Indonesia sebagian besar menggunakan cara mekanik dan pestisida sintesis. Hama yang menyerang produk
Lebih terperinciDima Meiyandi E
i PENGAWETAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) DENGAN BAHAN PENGAWET DIFFUSOL-CB Dima Meiyandi E24070083 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 ii iii PERNYATAAN
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciMANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN
MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman dan tingkat peradaban manusia yang. sudah semakin maju semakin mendorong manusia untuk berupaya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tingkat peradaban manusia yang sudah semakin maju semakin mendorong manusia untuk berupaya dalam pemenuhan kebutuhan hidup
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 15 Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016 PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN MIMBA (AZADIRACHTA INDICA) SEBAGAI BAHAN ALAMI PENGAWET BAMBU DENGAN METODE GRAVITASI The use of Neem (Azadirachta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah
TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada
Lebih terperinciJurusan Teknologi Hasil Rutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta
Hasil Penelitian Jurnal Ilmu Kebutanan PENGARUH EKSTRAK TEMBAKAU TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING CRYPTOTERMES CYNOCEPHALUS LIGHT. PADA BAMBU APUS (GIGANTOCHLOA APUS KURZ) SUTJIPTO ACHMAD HADIKUSUMO*
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.
12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan
Lebih terperinciJl. Gn. Batu No. 5. Bogor Telp , Fax Diterima, 22 April 2010; disetujui, 25 Agustus 2010
KEEFEKTIFAN CAMPURAN GARAM TEMBAGA -KHROMIUM-BORON TERHADAP RAYAP DAN JAMUR PERUSAK KAYU (Effectiveness of Copper-Chromate-Boron Salts Formula Against Wood Termites and Fungi) Oleh/By: Barly 1, Neo Endra
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA
1 ABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA Oleh : SAHRIAN NIM. 070 500 062 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL
Lebih terperinciPEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG
PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG (Cratoxylon arborescens BI) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) DARI SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Utilization Wood Bark
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinci