BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan sehari-hari kayu digunakan untuk kebutuhan konstruksi, meubel dan perabotan rumah tangga lainnya. Indonesia merupakan penghasil kayu tropis terbesar di dunia yang memiliki 4000 jenis kayu (Martawijaya, 1995). Dari jumlah tersebut diperkirakan hanya 5 20 % saja yang memiliki keawetan tinggi, sedangkan sisanya % memiliki sifat keawetan rendah (Koesomo, 1992). Seiring dengan peningkatan kebutuhan kayu dengan kelas awet tinggi, persediaan kayu dengan kelas awet tinggi menjadi menurun. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya persediaan kayu kelas awet tinggi adalah dengan memanfaatkan kayu dengan kelas awet yang lebih rendah sebagai substitusi dalam pemanfaatan kayu. Kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) dapat digunakan sebagai kayu substitusi, karena jabon dapat tumbuh dengan cepat (Orwa et al., 2009). Hingga umur 5 tahun saja tegakan jabon sudah memiliki riap diameter rata-rata 1,2-11,6 cm per tahun dan riap tinggi rata-rata 0,8-7,9 m per tahun (Krisnawati et al., 2011), selain itu kayu ini mudah dikeringkan, mudah dipotong dan direkatkan. Penyusutan kayu jabon rendah, penyusutan radial 0,8 % dan tangensial 2,1 %. Kayu jabon memiliki kelas awet V (Martawijaya, 2005). Dengan kelas awet tersebut kayu jabon rentan terhadap organisme perusak kayu. 1

2 2 Salah satu organisme perusak kayu yang berpotensial untuk merusak kayu adalah rayap. Rayap memakan kayu dan bahan yang berselulosa sehingga mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar. Rayap yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah rayap kayu kering (Cryptotermes cynochepalus Light.) (Tarumingkeng, 1971). Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan mencapai 2,79 triliun rupiah pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2010 dugaan kerugian mencapai 5,17 triliun rupiah dan pada 2015 diduga meningkat hingga 8,68 triliun rupiah (Nandika dalam Jasni dan Rulliaty, 2015). Hal ini diperkuat dengan kondisi kayu yang digunakan saat ini rata-rata memiliki kelas awet rendah (Jasni dan Rulliaty, 2015). Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara meminimalisir kekurangan kayu jabon dengan kelas awet rendah yang rentan terhadap serangan rayap, agar penggunaannya lebih efektif dan efisien serta dapat mengurangi kerugian akibat rayap yang dari tahun ke tahun terus meningkat (Tarumingkeng, 2001). Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan proses pengawetan kayu. Pengawetan kayu dapat meningkatkan keawetan dan ketahanan kayu untuk memperpanjang umur pemakaian kayu sehingga dapat mengurangi biaya akhir (Hunt dan Garrat, 1986). Pengawetan kayu dikatakan berhasil apabila bahan pengawet yang digunakan dapat melakukan absorpsi, penetrasi, dan retensi dengan baik pada kayu (Hunt dan Garrat, 1986). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengawetan diantaranya adalah metode pengawetan, bahan pengawet dan konsentrasi bahan pengawet (Hadikusumo, 2003).

3 3 Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengawetan kayu yaitu: pengawetan kayu dengan tekanan, tanpa tekanan, dan metode khusus. Proses tanpa tekanan telah digunakan secara luas salah satunya yaitu pengawetan menggunakan silinder tertutup (vakum). Pemvakuman yaitu proses pengawetan kayu dengan cara memasukkan kayu ke dalam silinder yang kedap udara, dan mengeluarkan udaranya dengan pompa vakum, kemudian mengisinya dengan bahan pengawet tanpa memberi kesempatan udara masuk lagi (Hunt dan Garrat, 1986). Kelebihan metode ini yaitu penetrasi dan retensi yang diperoleh tinggi, waktu pelaksanaan relatif singkat serta dapat mengawetkan kayu basah dan kering. Menurut penelitian Abdurrahim (2005) lama waktu pemvakuman yang optimal adalah 30 menit. Bahan pengawet kayu yang baik harus bersifat racun terhadap organisme perusak kayu, mudah meresap, aman digunakan, dan tidak merusak kayu. Kualitas pengawetan ditentukan dengan mengamati absorbsi, penetrasi, retensi, uji mortalitas rayap, pengurangan berat, dan derajat kerusakan kayu. Bahan pengawet yang umum digunakan pada pengawetan kayu adalah boraks, boraks banyak dipilih karena mempunyai toksisitas yang rendah terhadap manusia (Yamauchi et al., 2007). Menurut Haygreen et al. (1989) boraks beracun terhadap serangga dan cendawan perusak kayu, namun bahan pengawet boraks kurang tahan terhadap kelunturan. Selain itu saat ini boraks memiliki ketersediaan yang terbatas dan sulit didapatkan terutama di Indonesia, hal ini disebabkan oleh maraknya penyalahgunaan fungsi boraks. Untuk mengoptimalkan keterbatasan tersebut pada penelitian ini digunakan penambahan bahan lain yaitu asam sitrat.

4 4 Asam sitrat merupakan bahan alami yang mudah didapatkan dan harganya relatif murah sebesar Rp ,00 per kg dibandingkan bahan pengawet kayu yang berada di pasaran seperti contoh permethrin sebesar Rp ,00 per liter di wilayah DI Yogyakarta. Menurut Umemura et al. (2011) asam sitrat merupakan asam organik lemah yang terdapat pada daun dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan), yang mengandung tiga gugus karboksil. Asam sitrat juga dapat berikatan baik dengan gugus-gugus hidroksil pada kayu (Umemura et al. 2011), sehingga dapat terdistribusi dan tinggal pada kayu dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Lebow et al. (2005), modifikasi bahan pengawet dengan penambahan asam sitrat pada bahan pengawet tembaga yang di larutkan dengan air dan amonia dengan perbandingan 66,7 % tembaga dan 33,3 % asam sitrat menunjukan hasil penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan bahan pengawet yang tidak diberi asam sitrat.dengan. Berdasarkan hasil penelitian Matsumoto et al. (2011) asam sitrat dan ethylendiamine dapat bersintesis dengan baik dengan senyawa boron dengan membentuk ikatan amida. Amida merupakan ikatan yang stabil dan mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen (Lubis, 2010). Dengan pendekatan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan modifikasi dengan menkombinasikan boraks dan asam sitrat sebagai bahan pengawet dengan asumsi boraks dapat bekerja sebagai racun yang efektif bagi rayap kayu kering dan asam sitrat selain sebagai pengawet juga bekerja sebagai pendistribusi dan pengikat larutan yang baik ke seluruh bagian kayu sehingga dapat meningkatkan kekuatan bahan pengawet dari sifat kelunturan. Penelitian mengenai kombinasi boraks dan asam sitrat sebagai

5 5 bahan pengawet pada kayu jabon belum pernah dilakukan. Pada faktor konsentrasi berdasarkan hasil penelitian Sumaryanto et al. (2013) bahan pengawet boraks pada konsentrasi 5 % sudah cukup efektif, maka pada penelitian ini digunakan konsentrasi yang sama 5 % dan lebih rendah 3 % dan melalui pendekatan penelitian Lebow et al. (2005) digunakan komposisi pengawet boraks dan asam sitrat (0:1, 2:3, 1:1, 3:2, dan 1:0). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi dan komposisi boraks - asam sitrat pada pengawetan kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) dengan metode pemvakuman terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Uji ketahanan rayap dilakukan dengan metode no choice feeding test Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh interaksi konsentrasi dan komposisi bahan pengawet boraks dan asam sitrat pada pengawetan kayu jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.) Manfaat Penelitian Memberikan informasi mengenai pengawetan kayu dengan konsentrasi dan komposisi boraks - asam sitrat yang optimum untuk mencegah serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan, tumbuhtumbuhan dalam persekutuan alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan dan obat-obatan.namun demikian, hasil hutan yang banyak dikenal penduduk adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keawetan Alami Hasil perhitungan kehilangan berat ke empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING Danar Satwiko, Tomy Listyanto, dan Ganis Lukmandaru Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas

Lebih terperinci

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. * KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH MAHDI SANTOSO 1*, SUTJIPTO A. HADIKUSUMO 2, & ABDUL AZIZ 3 1 Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto Cara Mengawetkan Kayu Secara Tradisional Cara pengawetan kayu secara tradisional dapat dilakukan dengan teknik melapisi dan teknik perendaman. Cara mengawetkan kayu secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.

PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light. PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.) AFIF SUMARYANTO 1, SUTJIPTO A. HADIKUSUMO 2, & GANIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN KETAHANAN PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU MAHONI DAN SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus Light. Agus Ngadianto 1, Ragil Widyorini 2 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Borror Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

DAFTAR PUSTAKA. Borror Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. DAFTAR PUSTAKA Abdurachman dan Hadjib. 2009. Sifat Fisika dan Mekanik Kayu Laminan Campuran Kayu Mangium dan Sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Volume 27 No 3. Barly dan Sabarudi. 2010. Kajian Industri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengawet Boron Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes Cynophalus) Pada Bambu Ampel (Bambusa Vulgaris) Dan Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Effect of Boron Concentration Preservatives

Lebih terperinci

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat

Lebih terperinci

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN The Preservation of Lesser Known Species Rattan as Raw Material Furniture by Cold Soaking Saibatul Hamdi *) *) Teknisi

Lebih terperinci

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET 1. Uji Kultur Agar Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan.

Lebih terperinci

TANIN. IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN

TANIN. IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN TANIN IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Pemanfaatan kayu yang dipergunakan untuk mencukupi berbagai kebutuhan, mulai dari kayu bakar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus)

PEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus) Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober 2016 Halaman 131 136 ISSN 2407-9049 PEMANFAATAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Captotermes curvignathus)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN Absorption Property of Preservative on Several Building Woods Karti Rahayu Kusumaningsih Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc. Sidang Tugas Akhir Penyaji: Afif Rizqi Fattah (2709 100 057) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc. Judul: Pengaruh Bahan Kimia dan Waktu Perendaman terhadap Kekuatan Tarik Bambu Betung

Lebih terperinci

Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Dida Satria Persada, Tomy Listyanto, dan Ganis Lukmandaru Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Email

Lebih terperinci

FIRNANDO PURBA E

FIRNANDO PURBA E PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING DAN JAMUR PELAPUK KAYU FIRNANDO PURBA E24080046 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan PERESAPAN BAHAN PENGAWET 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peresapan kayu dapat dibedakan faktor dari luar dan faktor dari dalam kayu. Faktor dari luar meliputi

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapat dari alam dan sudah lama dikenal oleh manusia. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis buah-buahan

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan TINJAUAN PUSTAKA Syarat-Syarat Bangunan Menurut Gunawan (1994), syarat-syarat bangunan terutama untuk bangunan perumahan umum (public housing), bertujuan menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam

Lebih terperinci

PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING

PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Nizam Arjuna Rinaldi, Tomy Listyanto, Oka Karyanto, dan Ganis Lukmandaru Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

Fauzi Febrianto 1), Adiyantara Gumilang 2), Anne Carolina 1), Fengky S Yoresta 1) IPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia

Fauzi Febrianto 1), Adiyantara Gumilang 2), Anne Carolina 1), Fengky S Yoresta 1) IPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia Distribusi Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan secara Sel Penuh dan Sel Kosong (Distribution of Water Borne Preservative on Wood Preserved Using Full Cell and Empty Cell Processes) Fauzi Febrianto

Lebih terperinci

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes sp) PADA KAYU DURIAN (Durio zibethinus) Eka Mariana 1, Ariyanti 2, Erniwati 2 JurusanKehutanan,

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT

JURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT JURNAL TEKNIK SIPIL EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP MENGGUNAKAN CAMPURAN BORAKS DENGAN ASAM BORAT Nur Kotib Cahyo Nugroho Drs. Darmono, M. T. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto KEEFEKTIFAN CAMPURAN GARAM TEMBAGA -KHROMIUM- BORON TERHADAP RAYAP DAN JAMUR PERUSAK KAYU (Effectiveness of Copper-Chromate-Boron Salts Formula Against Wood Termites and Fungi) 1 Oleh/ By : Barly, Neo

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR Agus Ngadianto 1, Ragil Widyorini 2 dan Ganis Lukmandaru 2 1 Staf Pengajar, Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi UGM, Yogayakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

Lebih terperinci

SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus)

SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus) SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus) SAWDUST OF TEAK WOOD (Tectona grandis) AS WOOD PRESERVATIVE FOR DURIAN WOOD (Durio zibethinus) Sulaiman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belum lama ini banyak pemberitaan di beberapa media massa tentang operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya dilatarbelakangi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme biologis perusak kayu, lingkungan yang berhubungan dengan kayu dan faktor eksternal lainnya.

Lebih terperinci

Iceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

Iceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Iceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cytzoceplznl~is Light) dan Rayap Tanah (Coptotennes cr~rvigzntlzzrs Holnigren) oleh Yunus Muddin dibawah bimbingan

Lebih terperinci

ABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.

ABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H. ABSTRAK ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.Taman Alex) Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui retensi

Lebih terperinci

CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN KAYU (275M)

CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN KAYU (275M) CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN KAYU (275M) Achmad Basuki 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

IPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia 2) Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

IPB Dramaga, Bogor, Bogor 16680, Indonesia 2) Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Distribusi Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan secara Sel Penuh dan Sel Kosong (Distribution of Water Borne Preservative on Wood Preserved Using Full Cell and Empty Cell Processes) Fauzi Febrianto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu penyimpanan. Perubahan sifat fisik buah jambu biji meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae

Lebih terperinci

sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011).

sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011). 10 sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011). a b Gambar 4 (a) Tegakan jabon (b) Kayu jabon Warna kayu teras berwarna

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Efektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono

Efektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono Efektifitas pengawetan batang kelapa sawit (Elais guinensis Jacq.) terhadap Dwi Harsono Efektifitas Pengawetan Batang Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas Fumigasi Amonia Fumigasi amonia bertujuan mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu agar terjadi perubahan warna secara permanen. Fumigasi amonia akan menhasilkan perubahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU

TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU 1. Ir. Efrida Basri, M.Sc. 2. Ir. Jamal Balfas, M.Sc. 3. Listiya Mustika Dewi, S.Hut. 4. Dra. Jasni, M.Si. 5. Abdurahman, ST. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, bahan pangan memiliki sifat mudah rusak (perishable), sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah sampai dengan produk pertanian

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin. Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) SAPARUDIN

Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin. Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) SAPARUDIN 1 Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) Oleh : SAPARUDIN NIM : 070 500 063 JURUSAN PENGOLAHAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO

PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO PENGARUH METODE PENGAWETAN BERBAHAN AKTIF BORON PADA KAYU JABON TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU FEBRIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 10 tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupannya. Rayap kayu kering sendiri memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah. Di Indonesia hanya ditemukan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengendalian produk hasil pertanian berupa biji-bijian di Indonesia sebagian besar menggunakan cara mekanik dan pestisida sintesis. Hama yang menyerang produk

Lebih terperinci

Dima Meiyandi E

Dima Meiyandi E i PENGAWETAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) DENGAN BAHAN PENGAWET DIFFUSOL-CB Dima Meiyandi E24070083 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 ii iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman dan tingkat peradaban manusia yang. sudah semakin maju semakin mendorong manusia untuk berupaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman dan tingkat peradaban manusia yang. sudah semakin maju semakin mendorong manusia untuk berupaya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tingkat peradaban manusia yang sudah semakin maju semakin mendorong manusia untuk berupaya dalam pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 15 Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016 PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN MIMBA (AZADIRACHTA INDICA) SEBAGAI BAHAN ALAMI PENGAWET BAMBU DENGAN METODE GRAVITASI The use of Neem (Azadirachta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

Jurusan Teknologi Hasil Rutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta

Jurusan Teknologi Hasil Rutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta Hasil Penelitian Jurnal Ilmu Kebutanan PENGARUH EKSTRAK TEMBAKAU TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING CRYPTOTERMES CYNOCEPHALUS LIGHT. PADA BAMBU APUS (GIGANTOCHLOA APUS KURZ) SUTJIPTO ACHMAD HADIKUSUMO*

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

Jl. Gn. Batu No. 5. Bogor Telp , Fax Diterima, 22 April 2010; disetujui, 25 Agustus 2010

Jl. Gn. Batu No. 5. Bogor Telp , Fax Diterima, 22 April 2010; disetujui, 25 Agustus 2010 KEEFEKTIFAN CAMPURAN GARAM TEMBAGA -KHROMIUM-BORON TERHADAP RAYAP DAN JAMUR PERUSAK KAYU (Effectiveness of Copper-Chromate-Boron Salts Formula Against Wood Termites and Fungi) Oleh/By: Barly 1, Neo Endra

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

ABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

ABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA 1 ABSORBSI DAN RETENSI PREVAIL 100 EC PADA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA Oleh : SAHRIAN NIM. 070 500 062 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG (Cratoxylon arborescens BI) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) DARI SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Utilization Wood Bark

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci