KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY"

Transkripsi

1 KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Puti Wulan Sary NIM E

4 ABSTRAK PUTI WULAN SARY. Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Dibimbing oleh DODI NANDIKA. Secara tradisional, pelepah gewang sudah digunakan sebagai bahan bangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun ketahanan bahan lignoselulosa ini terhadap serangan rayap belum pernah dilaporkan. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah Coptotermes curvinagthus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light masing masing berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS) K-1571 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan pelepah gewang terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus maupun rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong Kelas III (cukup tahan). Ketahanan bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang terhadap kedua jenis rayap tersebut tidak berbeda nyata. Kata kunci: Coptotermes curvinagthus, Cryptotermes cynocephalus, gewang, ketahanan. ABSTRACT PUTI WULAN SARY. Resistancy of Gewang Midrib (Corypha utan Lamk.) Against Subterranean Termites and Drywood Termites Attack. Supervised by DODI NANDIKA. Traditionaly, gewang has been used as building material in East Nusa Tenggara Province, however resistency of this lignocelulotic material against termite attack have not been reported. A laboratory study was conducted to determine resistency of gewang against subterranean termite Coptotermes curvignathus Holmgren and dry wood termite Cryptotermes cynocephalus Light according to Japanese Industrial Standars (JIS) K-1571 and Standar Nasional Indonesia (SNI) respectively. The result showed that gewang was fairly resistant (Class III) against subterranean termite C. curvignathus as well as dry wood termite C. cynocephalus attack. Durability of base part, center part, and the end part of gewang frond against the termites was not significantly different. Keywords: Coptotermes curvinagthus, Cryptotermes cynocephalus, gewang, resistancy.

5 KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan April Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS selaku pembimbing, serta Ibu Arinana, S.Hut., M.Si yang membantu memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2016 Puti Wulan Sary

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Gewang 2 Rayap Tanah 3 Rayap Kayu Kering 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Bahan 4 Alat 5 Prosedur Penelitian 5 Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Ketahanan Terhadap Rayap Tanah 8 Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering 11 Kemampuan Makan Rayap (Feeding Rate) 13 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14

10 DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat 6 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kering berdasarkan penurunan berat 7 DAFTAR GAMBAR 1 Pohon gewang (Corypha utan Lamk.) 2 2 Pelepah gewang 4 3 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap tanah C. curvignathus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) 4 4 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap kayu kering C. cynocephalus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) 5 5 Media pengujian ketahanan terhadap serangan rayap tanah 6 6 Media pengujian ketahanan contoh uji terhadap rayap kayu kering 7 7 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus 9 8 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus 9 9 Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kehilangan Berat Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah Tiga Minggu Pengumpanan terhadap Rayap Tanah C. curvignathus 16 2 Mortalitas Rayap Tanah C. curvignathus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah Tiga Minggu Pengumpanan 17 3 Feeding Rate Rayap Tanah C. curvignathus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang 18 4 Kehilangan Berat Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang terhadap Rayap Kayu Kering C. cynocephalus 19 5 Mortalitas Rayap Kayu Kering C. cynocephalus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah 12 Minggu Pengumpanan 20

11 6 Feeding Rate Rayap Kayu Kering C. cynocephalus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang 21 7 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus 22 8 Hasil analisis mortalitas rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu pengumpanan 23 9 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus setelah 12 minggu pengumpanan 25

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Gewang atau tune ( Corypha utan Lamk.) merupakan tumbuhan dari famili Palmae yang banyak terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Satu batang pohon gewang memiliki biomassa sekitar 2,8 ton. Lapisan luar batangnya (2-5 cm) lebih keras dan lebih padat dibandingkan bagian dalam batang dan sudah dicoba dimanfaatkan sebagai lantai (parket) rumah. Sementara itu pelepahnya dimanfaatkan sebagai dinding rumah sederhana dengan input teknologi yang sangat rendah (Budiana 2012). Pemanfaatan pelepah gewang sebagai dinding rumah sederhana di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahan tersebut mudah diperoleh, harganya relatif murah, mudah dikerjakan dengan peralatan sederhana, dan memiliki kekuatan yang cukup. Pelepah gewang yang relatif masih muda (dalam bahasa Nusa Tenggara Timur disebut beba) setelah dikeringkan, juga sering dipakai sebagai dinding rumah, dengan ditancapkan pada dua buah rusuk bambu sehingga membentuk lempengan lempengan yang siap digunakan sebagai elemen dinding rumah. Pelepah gewang juga dimanfaatkan sebagai pagar (Naiola et al, 1992). Namun demikian ketahanannya terhadap organisme perusak kayu, khususnya rayap, belum pernah dilaporkan. Padahal rayap, khususnya rayap tanah (subterranean termites) dan rayap kayu kering (drywood termites) merupakan organisme perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting di Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Budiana (2016) 1) melaporkan bahwa rumah-rumah sederhana berdinding pelepah gewang yang dibangun oleh Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat banyak yang terserang rayap tanah. Serangan rayap tersebut berpotensi mengurangi umur pakai (service life) rumah rumah sederhana bantuan pemerintah tersebut. Bahkan saat ini bahaya rayap tidak hanya mengancam bangunan sedehana, tetapi juga bangunan- bangunan mewah dan berlantai banyak (Nandika et al. 2015). Salah satu spesies rayap tanah yang sering menimbulkan kerusakan pada bangunan gedung adalah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Sementara itu rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light (Isoptera : Kalotermitidae) juga dilaporkan menyebabkan kerusakan pada rumah dan mebel di berbagai daerah (Siregar dan Batubara 2007). Tingginya frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia diduga menyebabkan kerugian ekonomis sebesar Rp 8,68 triliun (Nandika 2015). Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dirasa perlu melakukan pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus. 1) Komunikasi pribadi

14 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah untuk meningkatkan nilai guna pelepah gewang sebagai bahan bangunan unggulan lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. TINJAUAN PUSTAKA Gewang Gewang (Corypha utan Lamk.) sinonim: Corypha elata Roxburgh, Corypha gembanga Blume, memiliki berbagai nama daerah yaitu gebang (Sunda), pueuk (Jawa), poeok (Madura), dan gewang (Timor). Tumbuhan tersebut termasuk kedalam jenis palem, dengan tinggi pohon bisa mencapai m. Gewang tergolong tumbuhan monokarpik yaitu akan mati setelah berbunga dan berbuah pada umur sekitar tahun. Menurut Dani et al (2010), satu batang Gewang mempunyai potensi biomasa rata-rata 2.8 ton (dengan asumsi diameter rata-rata 60 cm, tinggi batang 20 m dan densitas kayu 0.5 g/cm 3 ). Hampir semua bagian pohon gewang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, seperti untuk atap, dinding, dan tiang/balok (Gambar 1). Batang pohon gewang dapat dipakai sebagai balok atau tiang rumah. Batang Gewang bagian luar (tebal 2-5 cm) digunakan sebagai lantai rumah menggantikan parket dari kayu (Subyakto et al. 2005). Sementara itu, batang gewang yang relatif muda dapat diambil patinya untuk diolah menjadi tepung yang disebut akar bilan dan dijadikan bahan makanan utama selama musim paceklik. Daunnya dapat digunakan untuk kerajinan seperti jas hujan, payung dan tikar. Di pulau Timor, daun Gewang juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan alat musik tradisional bernama Sasando. Tulang tengah daun dewasanya dapat dibuat sapu yang keras, perangkap ikan, dan jika dirangkai berjajar dipakai sebagai sekat atau peneduh. Gambar 1 Pohon gewang (Corypha utan Lamk.)

15 3 Rayap Tanah Rayap adalah sejenis serangga yang masuk kedalam ordo Isoptera. Tekstur badan rayap dari yang berukuran kecil sampai sedang. Rayap berkembang melalui proses metamorfose hemimetabola, yaitu secara bertahap melalui stadium telur, nimpa dan dewasa. Rayap hidup dalam kelompok kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna (Tarumingkeng 1971). Rayap pada dasarnya adalah serangga wilayah tropika dan subtropika. Namun sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate ). Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Serangga ini pertama kali dideskripsikan oleh Holmgren pada tahun 1913 melalui spesimen yang diperolehnya dari Singapura. Deskripsi dilakukan pada kasta prajurit, karena kasta ini memiliki morfologi yang dapat menjadi pembeda antar spesies dibandingkan dengan menggunakan kasta lain (Nandika et al. 2003). Makanan utama rayap tanah adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Rayap C. curvignathus Holmgren memiliki populasi flagelata sebanyak 4682 individu per rayap. Hal tersebut menjadikan daya cerna selulosa rayap ini tinggi (Nandika dan Adijuana 1995). Usus rayap mampu mendegradasi selulosa dan menyerap monomer monomernya secara efektif sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin saja. Hal ini bisa terjadi karena keberadaan protozoa flagellata dalam usus belakang rayap (terutama rayap tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae). Protozoa ini berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. Bahkan dengan ukuran populasi yang besar disertai daya jelajah yang sangat luas, rayap mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia seperti kertas, karton, kertas uang, bangunan kayu, kain dan lainnya (Nandika dan Tambunan 1989). Pada genus Coptotermes ditemukan protozoa flagellata yang berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa (Nandika et al. 2003). Rayap Kayu Kering Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang tidak awet dapat diserang oleh rayap ini, bahkan bahan lain yang mengandung selulosa seperti kertas dan kain dapat juga diserangnya. Adanya eksremen yang berbentuk butiran halus di sekitar kayu yang diserang merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus Spesies C. cynocephalus merupakan rayap yang banyak ditemukan menyerang permukiman. Rayap ini tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan tidak membutuhkan kadar air yang banyak, dengan alasan itu rayap spesies ini disebut dengan rayap kayu kering (Nandika et al. 2015). Bagian kepala C. cynocephalus berwarna coklat gelap kemerah-merahan. Jumlah antena sebanyak 11 ruas. Ruas kedua lebih panjang dibandingkan ruas lainnya. Panjang kepala dengan mendibel mm. Panjang mendibel mm. Panjang labrum mm dan lebarnya mm.

16 4 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rayap, Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April Bahan Bahan yang digunakan adalah pelepah gewang (Gambar 2), rayap tanah C. curvignathus (Gambar 2), rayap kayu kering C. cynocephalus (Gambar 3), pipa PVC,aluminium foil, dental cement, dan lilin. Gambar 2 Pelepah gewang (a) (b) Gambar 3 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap tanah C. curvignathus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali)

17 5 (a) (b) Gambar 4 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap kayu kering C. cynocephalus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah caliper, oven, acrylic silinder, desikator, timbangan digital, dan mikroskop. Prosedur Penelitian Pengujian Ketahanan Terhadap Rayap Tanah Pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah didasarkan atas Standar JIS K 1571 Tahun Contoh uji dibuat dari bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm. Contoh uji dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2ºC untuk mendapatkan berat kering tanur kayu sebelum pengujian (W1). Contoh uji kayu dimasukkan kedalam acrylic silinder ( tinggi 60 mm, diameter 80 mm) yang bagian bawahnya telah dilapisi dental cement setebal 5mm, kemudian 150 ekor rayap pekerja dan 15 ekor rayap prajurit rayap tanah C. curvignathus dimasukkan kedalam acrylic silinder tersebut (Gambar 5). Acrylic silinder yang telah berisi contoh uji disimpan dalam bak penyimpanan yang diberi alas tissu basah. Bak penyimpanan disimpan dalam ruang gelap dengan suhu ºC dan RH 81-89% selama 21 hari. Setelah 21 hari contoh uji dibersihkan, dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC, dan ditimbang (W2). Persen kehilangan berat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: WL = Kehilangan berat (%) W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)

18 6 Gambar 5 Media pengujian ketahanan terhadap serangan rayap tanah Ketahanan pelepah gewang terhadap serangan rayap tanah ditentukan dengan mengacu pada Tabel 1. Table 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%) I Sangat tahan < 3,52 II Tahan 3,5 7,4 III Sedang 7,4 10,8 IV Tidak tahan 10,9 18,9 V Sangat tidak tahan >18,9 Sumber: Standar Nasional Indonesia Disamping itu dilakukan juga perhitungan mortalitas rayap C. curvignathus pada masing - masing contoh uji dengan menggunakan rumus : Keterangan: MR = Mortalitas rayap (%) D = Jumlah rayap yang mati (ekor) 150 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor) Pengujian Ketahanan Terhadap Rayap Kayu Kering Pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap kayu kering didasarkan atas Standar Nasional Indonesia (SNI) Contoh uji dibuat dari bagian pangkal,tengah, dan ujung pelepah gewang dengan ukuran 5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm. Contoh uji dioven pada suhu selama 24 jam (103±2)ºC untuk mendapatkan berat kering tanur kayu sebelum pengujian (W1). Pada salah satu sisi terlebar contoh uji tersebut diletakkan secara vertikal pipa paralon berdiameter 1,8 cm dan tinggi 3 cm. Bagian pangkal pipa paralon direkatkan ke

19 permukaan contoh uji dengan bantuan lilin. Ke dalam pipa paralon tersebut dimasukkan 50 ekor kasta pekerja rayap kayu kering C. cynocephalus yang sehat dan aktif (Gambar 6). 7 Gambar 6 Media pengujian ketahanan contoh uji terhadap rayap kayu kering Contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Setelah 12 minggu contoh uji dibersihkan, dioven pada suhu (103± 2)ºC selama 24 jam dan ditimbang (W2). Persen kehilangan berat kayu dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan: WL = Kehilangan berat (%) W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram) Ketahanan contoh uji terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus ditentukan berdasarkan kriteria seperti tercantum dalam Tabel 2. Table 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kering berdasarkan penurunan berat Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%) I Sangat tahan < 2,0 II Tahan 2,0 4,3 III Sedang 4,4 8,1 IV Tidak tahan 8,2 28,1 V Sangat tidak tahan >28,1 Sumber: Standar Nasional Indonesia Disamping itu dilakukan juga perhitungan mortalitas rayap C. cynocephalus pada masing masing contoh uji dengan menggunakan rumus :

20 8 Keterangan: MR = Mortalitas rayap (%) D = Jumlah rayap yang mati (ekor) 50 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor) Perhitungan nilai feeding rate juga dilakukan untuk menentukan tingkat konsumsi pelepah gewang. Nilai ini menunjukkan kemampuan makan tiap ekor rayap kasta pekerja per harinya. Tingkat konsumsi dapat dihitung dengan rumus: ( )/T Keterangan: FR = Feeding rate (μg ekor-1 hari-1) ΔW = Selisih berat contoh uji antara awal dan akhir pengujian (μg) R1 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor) R2 = Jumlah rayap kasta pekerja pada akhir pengujian yang masih hidup (ekor) T = Lama waktu pengujian (hari) Analisis Data Data kehilangan berat contoh uji dan mortalitas rayap dianalisis dengan Sidik Ragam (Analysis of Variance, ANOVA), kemudian diuji lanjut dengan Uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketahanan Terhadap Rayap Tanah Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus masing masing mencapai 9.09%, 10.38%, dan 7.93% (Gambar 5).

21 Kehilangan Berat (%) Pangkal Tengah Ujung Bagian Pelepah Gambar 5 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus Permukaan bagian pangkal, tengah, dan ujung setelah tiga minggu diumpankan terhadap rayap tanah C. curvignathus tampak memiliki kerusakan atau lubang (Gambar 7). (a) (b) Gambar 7 Contoh uji dari bagian (c) pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus

22 10 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kehilangan berat bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus tidak berbeda nyata (p 0.05). Hasil ini menunjukkan preferensi makan rayap terhadap bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang sama. Merujuk kepada SNI , ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus tergolong ke dalam Kelas III (cukup tahan). Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa umumnya semakin tinggi kandungan zat ekstraktif dalam kayu, maka kawetan alami kayu cenderung meningkat. Ketahanan kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dalam kayu, karena selulosa juga sebagai sumber energi bagi hidup rayap dan setiap jenis kayu mempunyai kandungan selulosa yang berbeda (Jasni dan Rulliaty 2015). Sementara itu rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan masing masing mencapai 96.67%, 79.11%. dan 82.43% (Gambar 8) Mortalitas (%) Pangkal Tengah Ujung Bagian Pelepah Gambar 8 Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan tidak berbeda nyata (p 0.05). Jasni dan Supriana (1992) mengatakan bahwa ketahanan kayu terhadap rayap cukup baik apabila mortalitas rayap diakhir pengujian lebih dari 55%. Mortalitas rayap dipengaruhi ada tidaknya daya tarik kayu sebagai sumber makanan bagi rayap tersebut misalnya kekerasan permukaan dan adanya bahan yang meransang aktivitas rayap (Bignell et al. 2010). Mortalitas rayap terjadi karena tidak ada ketertarikan rayap terhadap makanan yang disediakan dan tidak adanya alternatif makanan. Suhu juga mempengaruhi kehidupan rayap, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya.

23 11 Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah pengumpanan 12 minggu terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus masing masing mencapai 4.39%, 0.85%, dan 3.15% (Gambar 9) Kehilangan Berat (%) Pangkal Tengah Ujung Bagian Pelepah Gambar 9 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Permukaan bagian pangkal, tengah, dan ujung setelah 12 minggu diumpankan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tampak memiliki kerusakan atau lubang (Gambar 10). (a) (b)

24 12 (c) Gambar 10 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kehilangan berat bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tidak berbeda nyata (p 0.05). Dengan perkataan lain bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang memiliki ketahanan yang sama. Merujuk kepada SNI , ketahanan pelepah gewang terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong ke dalam kelas III (cukup tahan). Sementara itu rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan masing masing mencapai 89.33%, 87.33%. dan 96% (Gambar 11). 100 Mortalitas (%) Pangkal Tengah Ujung Bagian Pelepah Gambar 11 Rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan Mortalitas merupakan angka kematian rayap yang diamati pada proses pengujian, angka mortalitas rayap yang cukup tinggi berbanding lurus dengan keawetan alami suatu kayu (Bignell et al. 2010). Nandika et al. (1996)

25 menyatakan bahwa keawetan alami kayu ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang jumlahnya bervariasi menurut jenis kayu, umur pohon, dan posisi dalam batang. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mortalitas bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tidak berbeda nyata (p 0.05). Supriana (1985) menyatakan bahwa mortalitas rayap dapat digunakan sebagai kriteria daya racun suatu bahan bagi rayap tersebut. Kemampuan Makan Rayap (Feeding Rate) Feeding rate atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji merupakan jumlah konsumsi rayap tiap ekor per hari pengumpanan. Menurut Sornnuwat (1996), parameter yang dapat dijadikan sebagai keefektifan aktivitas rayap adalah kehilangan berat contoh uji kayu, mortalitas rayap, dan kemampuan makan (feeding rate). Rata rata feeding rate rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal sebesar μg/ekor/hari, sementara pada bagian tengah, dan ujung pelepah gewang sebesar dan μg/ekor/hari (Lampiran 3). Sedangkan rata rata feeding rate rayap kayu kering C. cynocephalus terhadap bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang sebesar , , μg/ekor/hari (Lampiran 6). Menurut Yusuf dan Utomo (2006) rayap mengkonsumsi kayu 2-3% dari berat tubuhnya setiap hari. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada bagian pangkal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada bagian pelepah gewang lainnya. Tingginya nilai feeding rate dipengaruhi oleh kondisi pelepah gewang cukup mudah diserang rayap. Pada awal pengujian, rayap terlebih dahulu akan beradaptasi dengan lingkungan yang telah disediakan. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan yang disediakan akan melakukan orientasi makan. Orientasi semacam ini dapa berlangsung secara acak dan dapat pula berlangsung karena pengaruh tertentu, misalnya oleh sejenis bau yang berasal dari makanan yang diberikan. Jika contoh uji yang diumpankan sesuai maka rayap akan memakan contoh uji dan jika tidak sesuai maka rayap akan berpuasa. Sehingga pada saat pengujian feeding rate bergantung pada contoh uji yang diumpankan dan kondisi lingkungan yang mendukung (Yanti 2008). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong Kelas III (cukup tahan). Ketahanan bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang terhadap kedua jenis rayap tersebut tidak berbeda nyata. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan zat ekstraktif pelepah gewang dan ketahanan terhadap bubuk kayu kering serta jamur pelapuk. 13

26 14 DAFTAR PUSTAKA Bignell DE, Roisin Y, Lo N Biology of termiter: A modern synthesis. London (GB) : Springer [BSN] Standar Nasional Indonesia Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI Budiana, I.B.G.P., Laporan Akhir Kegiatan Penerapan Prototipe Unit Produksi Berbasis Bahan Bangunan Lokal, Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Kementerian Pekerjaan Umum. Budiana, I.B.G.P. Komunikasi Pribadi dengan peneliti. Indonesia, HP : Mei 23, Dani SH, Eritrina W, Nurhuda AP, Rina YP Teknologi pemanfaatan dan budidaya gewang di Timor Barat. Laporan Penelitian : Program Insentif Riset Terapan. Jasni dan Rulliaty S Ketahanan 20 jenis kayu terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus). JTHH. 33(2) : dan Supriatna N Pencegahan rayap dan bubuk perusak kayu dengan pestisida berbahan aktif phoxim dan cyfluthrin. Yogyakarta (ID): Kongres Entomologi IV. [JIS] Japanese Industrial Standard Test Methods for Determining The Effectiveness of Wood Preservatives and their Performance Reqirement. JIS K Naiola BP, Harahap R, Siagian MH dan Rahayu M Etnobotani Palm Timor: Tuak dan Gewang, Penghuni Savana Yang Setiap Mendukung Kehidupan Manusianya.Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Depdikbud RI, Deptan RI, LIPI dan Perpustakaan Nasional RI., Adijuwana H Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) serta Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) serta Macrotermes gilvus Hagen. J Penelitian Hasil Hutan 7(1):35-40., Soenaryo, Saragih A Kayu dan Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Dinas Kehutanan Jakarta., Rismayadi, Diba F Rayap: Biologi dan Pengendalianya. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press., Rismayadi Y, Diba F Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.Ed ke-2. Surakarta (ID) : Muhammadiyah Univesity Press Siregar AZ, Batubara R Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah masyarakat di Dua Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2): Sornnuwat Y Studies of Damage of Construction Caused by Subterranean Termites and Control in Thailand. [Kumpulan Tesis] Subyakto, Prasetiyo, K.W., Subiyanto, Band Naiola B.P Potential Biomass of Gewang (Corypha utan Lamk.) for Biocomposites. Proceedings of

27 the 6th International Wood Science Symposium L1PIJSPS Core University Program in the Field of Wood Science. Bali, Indonesia. Supriana N Notes on the relationship between wood and termite. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1 (1): Tarumingkeng, R.C Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Laporan Penelitian Hasil Hutan. No. 1. Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA Ketahanan 10 Jenis Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Rayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). JTHH. XV (2). Yanti H Sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu Acacia auriculiformis A Cunn ex Benth [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yusuf S, Utomo S Hama Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 15

28 16 LAMPIRAN Lampiran 1 Kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus Bagian Pelepah Pangkal Tengah Ujung Ulangan Kehilangan Berat (%) 1 8, ,54 3 7,09 1 7, , ,41 1 6,52 2 8,77 3 8,52

29 Lampiran 2 Mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan 17 Bagian Pelepah Pangkal Tengah Ujung Ulangan Mortalitas (%)

30 18 Lampiran 3 Feeding rate rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan Bagian Pelepah Pangkal Tengah Ujung Ulangan Feeding Rate (μg/ekor/hari) 1 146, , , , , , , , ,2082

31 Lampiran 4 Kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Bagian Pelepah Ulangan Kehilangan Berat (%) Pangkal Tengah Ujung

32 20 Lampiran 5 Mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan Bagian Pelepah Ulangan Mortalitas (%) Pangkal Tengah Ujung

33 Lampiran 6 Feeding rate rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan Bagian Pelepah Ulangan Feeding Rate (μg/ekor/hari) Pangkal 1 753, , ,9038 Tengah 1 686, , ,6399 Ujung 1 638, , ,

34 22 Lampiran 7 hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus Source Corrected Model Intercept Total Perlakuan Error Total Corrected Type III Sum of Squares f Mean Square F ig. 9,012 a 4,506, , , , ,012 4,506, ,368 5, ,236 39,380 a. R Squared =.229 (Adjusted R Squared = -.028)

35 Lampiran 8 Hasil analisis mortalitas rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu pengumpanan 23 Source Type III Sum of Squares f Mean Square F ig. Corrected a Model Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a. R Squared =.107 (Adjusted R Squared = -.190)

36 24 Lampiran 9 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus Source Type III Sum of Squares f Mean Square F ig. Corrected a Model Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a. R Squared =.531 (Adjusted R Squared =.375)

37 Lampiran 10 Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus setelah 12 minggu pengumpanan 25 Source Type III Sum of Squares f Mean Square F ig. Corrected Model a Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a. R Squared =.245 (Adjusted R Squared = -.007)

38 26 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 7 Oktober 1994, anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Rasywil dan Ibu Sri Sputrina. Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ampek Angkek, Sumatera Barat dan pada tahun yang sama penuli diterima di Program Pendidikan Sarjana pada Program Studi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui SNMPTN Undangan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) periode dan , pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) periode dan , kepanitiaan acara Himasiltan Care 2014, kepanitiaan acara Forest Product Expo (FORTEX) 2014 dan 2015, dan kepanitiaan acara KOMPAK Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Syawal - Pangandaran pada tahun 2014 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi tahun Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang selama dua bulan di TPK Ujung Menteng Cakung, Jakarta Timur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis melakukan kegiatan penelitian dengan judul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) Terhadap Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN Hasil Penelitian Oleh : Hendra Simanjuntak 051203010 Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto) Keawetan Alami Sembilan Jenis Kayu dari Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap Serangan Rayap (Natural Durability of Nine Woods Species Grown in Dramaga Campus Bogor Agricultural University against

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh Hadhi Prabowo Syaiful 051203032/ Teknologi

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: Frieda Sitepu 111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Fauzi Febrianto 1 *, Adiyantara Gumilang 2, Sena Maulana 1, Imam Busyra 1, Agustina Purwaningsih 1. Dramaga, Bogor 16680

Fauzi Febrianto 1 *, Adiyantara Gumilang 2, Sena Maulana 1, Imam Busyra 1, Agustina Purwaningsih 1. Dramaga, Bogor 16680 Keawetan Alami Lima Jenis Bambu terhadap Serangan Rayap dan Bubuk Kayu Kering (Natural Durability of Five Bamboo Species Against Termites and Powder Post Beetle) Fauzi Febrianto 1 *, Adiyantara Gumilang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU ZEVY AUGRIND LIMIN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI

KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan sehari-hari kayu digunakan untuk kebutuhan konstruksi, meubel dan perabotan

Lebih terperinci

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006: 385-394 berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Gambar 1. Lempengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI NON-SEKRESI Ceriops tagal DAN KANDUNGAN LIPID PADA TINGKAT POHON

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI NON-SEKRESI Ceriops tagal DAN KANDUNGAN LIPID PADA TINGKAT POHON PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI NON-SEKRESI Ceriops tagal DAN KANDUNGAN LIPID PADA TINGKAT POHON RAMAYANI 081201030 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN SKRIPSI FRANS JANUARI HUTAGALUNG 051203045 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA 2010 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL Acacia mangium Wild Bioactivity of Liquid Smoke from Durian Rind as Preservative Particle Board of Acacia mangium Wild Rendra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Power On Termite Soil Test (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera:

Lebih terperinci

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing ODC (OSDC) Lempang, M., M. Asdar (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Ketahanan Alami Kayu Jati (Tectona grandis l.f.) Asal Sulawesi Tenggara Terhadap Rayap Tanah. J. Penelit. Has. Hut. Penelitian ini

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEAWETAN ALAMI KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) PADA UMUR YANG BERBEDA DARI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN SELATAN ADE ZUMARLIN

KEAWETAN ALAMI KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) PADA UMUR YANG BERBEDA DARI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN SELATAN ADE ZUMARLIN KEAWETAN ALAMI KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) PADA UMUR YANG BERBEDA DARI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN SELATAN ADE ZUMARLIN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren)

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren) DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren) POSMA CHARLI P S DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU HASIL PENELITIAN OLEH: MEITA ENDASURA 111201152/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT (TKS) SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MINDI (Melia azedarach L.) SKRIPSI Oleh Nina Astralyna 051202017/ Budidaya Hutan

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) PRATIKA AISYAH LESTARI

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) PRATIKA AISYAH LESTARI KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) PRATIKA AISYAH LESTARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI Oleh: Dedi Saputra 061203015/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) SKRIPSI Oleh: Irvan Panogari Sibarani 071203007/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Kehilangan Berat Setelah dilakukan proses pengumpanan terhadap rayap tanah selama empat minggu, dari data yang diperoleh dilakukan pengujian secara statistik untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan

Lebih terperinci

Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam Ambon. Corresponding author: (Tekat D Cahyono)

Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam Ambon. Corresponding author: (Tekat D Cahyono) Beberapa Sifat Kimia dan Keawetan Alami Kayu Samama (Antocephalus macrophylus Roxb.) terhadap Rayap Tanah (Some Chemical Properties and Natural Durability of Samama Wood (Antocephalus macrophylus Roxb.)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PADA BROILER SKRIPSI Oleh : RAHMAYANTI

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA SKRIPSI OLEH : DAVID UCOK SAGALA /081202061 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: NICO CHRISTIAN 111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) TERHADAP SERANGAN RAYAP (Coptotermes curvignathus Holmgren) PADA KAYU PULAI (Alstonia scholaris) THE EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

KEAWETAN ALAMI BERDASARKAN UJI LABORATORIUM PADA KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN M. AKHYAR AZID

KEAWETAN ALAMI BERDASARKAN UJI LABORATORIUM PADA KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN M. AKHYAR AZID KEAWETAN ALAMI BERDASARKAN UJI LABORATORIUM PADA KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN M. AKHYAR AZID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci