SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL
|
|
- Yohanes Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S AT P E N E LITIA N D A N P E N GE M B A N G AN P E R U M A H A N D A N P E R M U K I M A N J l. P a n y a u n g a n C i l e u n y i W e t a n K a b u p a t e n B a n d u n g Telp: (022) (4lines) Fax: (022) info@puskim.pu.go.id Website:
2 PENDAHULUAN Bangunan rumah, gedung, dan infrastruktur masih menggunakan kayu maupun bahan berkayu Indonesia merupakan daerah yang disukai rayap (rayap hidup di dataran rendah tropis) Serangan rayap tanah pada bangunan menimbulkan kerugian ekonomis yang cukup besar Standar dapat menjamin spesifikasi teknis produk, sehingga lebih efisien dalam penggunaan produk
3 SNI Tata Cara Pengendalian Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Rumah dan Gedung Prakonstruksi Ruang Lingkup: memuat ketentuan dan persyaratan, serta tata cara dalam merancang dan melaksanakan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan yang meliputi persyaratan umum, perancangan, pelaksanaan, pengawasan pelaksanaan, pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi, serta pengendalian bahaya pencemaran.
4 PERSYARATAN UMUM Perusahaan pengendalian rayap: berizin sebagai perusahaan pengendalian rayap dari instansi yang berwenang dan memiliki tanda keanggotaan yang sah dari asosiasi pengendalian hama di wilayah hukum NKRI Kondisi tapak: tidak tergenang atau becek dan kedalamam air tanahnya lebih dari 0,5 meter Termitisida: teregistrasi di KOMPES RI atau kementerian yang menangani urusan pemerintahan bidang pertanian sebagai bahan untuk mengendalikan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung Peralatan: perangkat penyemprot, perangkat injeksi, alat ukur volume termitisida, wadah untuk mencampur termitisida dengan pelarut, alat pengaman kerja, alat penunjang Persyaratan keselamatan kerja: tenaga kerja memenuhi ketentuan peraturan tentang ketenagakerjaan, memiliki sertifikat keahlian (SKA) sebagai teknisi atau supervisi pengendalian rayap, sertifikat pelatihan K3 umum dan K3 kimia, satu kelompok kerja minimal 2 orang.
5 PROSEDUR PELAKSANAAN Cakupan pekerjaan: perancangan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung, persiapan, pelaksanaan perlakuan tanah, pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi, pengawasan pekerjaan dan pengendalian bahaya pencemaran. Perancangan: konsultan perencana (tenaga ahli bidang entomologi dan atau patologi bangunan khususnya rayap, ilmu struktur bangunan dan sertifikat keahlian atau pelatihan pengendalian rayap); sesuai kondisi tapak dan karakteristik bangunan rumah dan gedung; memuat deskripsi dan denah lokasi atau daerah yang akan diberi perlakuan, volume pekerjaan, metode pelaksanaan, jenis termitisida, rencana volume penggunaan termitisida, rencana tenaga kerja dan tanggungjawabnya, jadwal pelaksanaan, tindakan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan serta rencana anggaran biaya; dokumen perancangan disepakati pemilik bangunan, kontraktor dan atau developer.
6 Persiapan tanah: tapak bangunan bersih dari kayu/ bahan lignoselulosa; bila tidak dapat dibersihkan harus diberi perlakuan penyemprotan termitisida; pada tanah berat/keras atau miring harus ada perlakuan tanah permukaan; tanah berpasir/sarang sebelum penyemprotan harus dibasahi agar menjadi lembab dan sebagian ruang kapiler tanah terisi air. Persiapan peralatan dan termitisida: peralatan harus laik pakai; termitisida tersegel dengan dilengkapi label asli produk termitisida; pembuatan larutan termitisida mengacu pada petunjuk penggunaan; pembuatan larutan termitisida menggunakan wadah tertentu; mempertimbangkan kebutuhan larutan termitisida; sisa larutan pada hari yang sama dapat digunakan kembali pada daerah-daerah tapak bangunan; selama proses termitisida, tenaga kerja menggunakan peralatan keselamatan kerja. Pelaksanaan: Perlakuan tanah yang akan ditutupi lantai: penyemprotan tanah secara merata dengan volume semprot 5 L /m 2 ; setelah penyemprotan, lindungi permukaan tanah dari air hujan atau paparan sinar matahari langsung; tidak boleh mengurug kembali tanah yang telah diberi perlakuan, jika diperlukan maka tanah urugan harus diberi perlakuan.
7 Perlakuan tanah di parit pondasi: penyemprotan dasar parit pondasi dilakukan secara merata dengan volume semprot 5 L/m 2 ; setelah pondasi terbentuk dan pengurugan mencapai setengahnya dilakukan penyemprotan dengan volume semprot 5 L /m lari; setelah parit pondasi dan balok pondasi diurug, kedua sisinya disemprot dengan volume semprot 5 L/m lari. Perlakuan tanah dinding basement: dinding basement yang berada 0,5 m di atas kedalaman air tanah harus disemprot dengan volume semprot 5 L/m 2. Perlakuan tanah bawah rabat: tanah di bawah rabat sekurang-kurangnya 1 m harus disemprot dengan volume semprot 5 L/m 2 ; membuat galian parit di tepi dinding terluar bangunan selebar 10 cm, kemudian disemprot dengan volume semprot 5 L/m lari. Komponen bangunan lain: bagian luar sekeliling pipa instalasi dan drainase yang masuk dan keluar yang ditanam di bawah tanah, harus disemprot dengan volume semprot 5 L/m 2 ; tanah yang bersentuhan dengan teras dan tangga harus disemprot dengan volume semprot 5 L/m 2. Garansi dan pemeliharaan pekerjaan: perusahaan harus memberi garansi; masa garansi 5 tahun; sertifikat garansi memuat masa berlaku, lingkup garansi, waktu dan pelaksanaan ulang pada bagian yang diserang rayap, ketentuan yang mengakibatkan berakhirnya masa garansi; sertifikat garansi diregistrasi oleh pengurus asosiasi pengendalian hama; pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali. Pemeriksaan serangan rayap tanah selama masa garansi mengacu SNI Tata cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung paska konstruksi
8 Pengawasan pekerjaan dan pengendalian bahaya pencemaran Konsultan pengawas: ditunjuk pemilik bangunan, kontraktor dan atau developer (ahli entomologi atau patologi bangunan khusus tentang rayap, ilmu struktur bangunan, sertifikat keahlian atau pelatihan pengendalian serangan rayap); tugasnya melakukan pengawasan sebelum, pada saat pelaksanaan hingga berakhirnya pekerjaan. Sebelum pelaksanaan: memastikan kesiapan tenaga kerja, termitisida, dan peralatan kerja (tenaga kerja bersertifikat keahlian, sertifikat K3 umum, sertifikat K3 kimia; peralatan sesuai standar; termitisida tersegel); kondisi tapak bangunan telah siap untuk diberi perlakuan; resiko pencemaran lingkungan telah dimitigasi dan perusahaan pengendalian rayap telah memahami tindakan pengendalian resiko pencemaran lingkungan; papan peringatan sedang dilaksanakan pengendalian serangan rayap telah dipasang. Saat pelaksanaan: konsultan pengawas harus mengikuti seluruh tahapan kegiatan yang tercakup dalam lingkup kegiatan pengendalian; mengawasi pembuatan larutan termitisida; memantau dan mencatat penggunaan larutan termitisida serta penggunaan termitisida diverifikasi dari sisa wadah dan catatan flow meter alat semprot; mengambil sampel larutan termitisida secara acak untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya.
9 Lampiran A: Petunjuk keselamatan kerja dan pengendalian pencemaran Lampiran B: Pengendalian serangan rayap tanah dengan pendekatan rekayasa rancang bangun Lampiran C: Daftar termitisida teregistrasi di kementan RI Lampiran D: Formulir pengawasan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah atau gedung prakonstruksi (tenaga kerja, peralatan kerja, bahan/termitisida, pelaksanaan pekerjaan)
10 SNI Tata Cara Pengendalian Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Rumah dan Gedung Paska Konstruksi Ruang Lingkup: memuat ketentuan dan persyaratan yang harus diikuti, serta tata cara dalam merancang dan melaksanakan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung yang telah didirikan meliputi persyaratan umum, pemeriksaan dan perancangan, pelaksanaan, pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi, pengawasan pelaksanaan, pengendalian bahaya pencemaran Dalam hal ditemukan komponen bangunan berbahan kayu yang diserang rayap tanah, aplikasi termitisida yang bersifat kuratif (remedial) dilakukan sesuai dengan karakteristik komponen bangunan yang diserang dan mengacu pada standar atau panduan teknis dari lembaga terkait
11 PERSYARATAN UMUM Perusahaan pengendalian rayap: perusahaan yang memiliki izin operasional sebagai perusahaan pengendalian rayap dari instansi yang berwenang dan memiliki tanda keanggotaan yang sah dari asosiasi pengendalian hama di wilayah hukum NKRI Teknik pengendalian serangan rayap tanah: pelaksanaan pengendalian dilakukan dengan teknik: perlakuan kimia tanah pasca konstruksi atau pengumpanan atau kombinasi perlakuan kimia tanah pasca konstruksi dan pengumpanan ; teknik pengendalian berdasarkan hasil pemeriksaan serangan rayap dengan mempertimbangkan kondisi bangunan gedung, jenis rayap tanah yang menyerang, dan kondisi tapak bangunan cara pengumpanan hanya dilakukan bila kerusakan akibat rayap tanah genus Coptotermes atau Schedorhinotermes Termitisida: pada saat digunakan teregistrasi di KOMPES RI atau kementerian yang menangani urusan pemerintahan bidang pertanian sebagai bahan untuk mengendalikan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung Peralatan: peralatan perlakuan kimia tanah paska konstruksi (alat penyemprot bertekanan tinggi, alat injeksi dengan nozle dengan jumlah lubang minimal 4 buah dan pengukur volume/ flow meter, kompresor, mesin foaming, gelas ukur, penyedot cairan, bor beton dan perlengkapannya); peralatan pengumpanan, jika tersedia alat pendeteksi rayap; alat pengamanan kerja (PPE), peralatan pemeriksaan serangan rayap. Keselamatan kerja: tenaga kerja memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan tentang ketenagakerjaan, memiliki sertifikat keahlian, sertifikat pelatihan K3 umum dan K3 kimia, satu kelompok kerja minimal 2 orang.
12 PROSEDUR PELAKSANAAN Cakupan pekerjaan: perancangan pengendalian serangan rayap tanah, pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah paska konstruksi: perlakuan kimia tanah paska konstruksi, pengumpanan, kombinasi antara perlakuan kimia tanah paska konstruksi dengan pengumpanan, jika ditemukan komponen bangunan berbahan kayu yang diserang rayap tanah, aplikasi termitisida yang bersifat kuratif (remedial) dilakukan sesuai dengan karakteristik komponen bangunan yang diserang dan mengacu pada standar atau panduan teknis dari lembaga terkait pengawasan pekerjaan dan pengendalian bahaya pencemaran pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi Perancangan: dapat menunjuk konsultan perencana (memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai entomologi atau patologi bangunan khususnya tentang rayap/termitologi, ilmu struktur bangunan, sertifikat keahlian pengendalian serangan rayap), perancangan berdasarkan analisis hasil pemeriksaan serangan rayap tanah dengan mempertimbangkan kondisi bangunan gedung, jenis rayap yang menyerang, dan kondisi lingkungan tapak bangunan
13 laporan hasil pemeriksaan yang memuat deskripsi dan denah lokasi atau daerah yang akan diberi perlakuan, tingkat serangan rayap, hasil identifikasi rayap tanah, teknik pengendalian (mempertimbangkan desain konstruksi, kondisi tapak bangunan, atau persyaratan yang diminta pemilik bangunan), ruang lingkup dan volume pekerjaan, jenis termitisida yang digunakan, rencana volume termitisida yang digunakan, rencana tenaga kerja dan tanggungjawabnya, rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan dan tindakan keselamatan kerja serta perlindungan lingkungan dan rencana anggaran biaya. dokumen perancangan disepakati oleh pemilik bangunan Pemeriksaan serangan rayap tanah: cakupan pekerjaan pemeriksaan serangan rayap: persiapan pemeriksaan serangan rayap tanah, pemeriksaan di luar dan di dalam bangunan rumah dan gedung, pengukuran tingkat kerusakan, identifikasi jenis rayap tanah, penyusunan laporan hasil pemeriksaan. persiapan pemeriksaan serangan rayap tanah: mempelajari gambar bangunan (as build drawing), mendapatkan informasi dari pemilik bangunan mengenai aktivitas rayap tanah yang ada dan tindakan yang pernah dilakukan, peralatan pemeriksaan dalam kondisi baik dan siap digunakan
14 pemeriksaan di luar bangunan rumah dan gedung: pemeriksaan ada tidaknya aktivitas rayap tanah atau tanda-tanda kerusakan pada bagian kayu yang berhubungan dengan tanah; dinding pondasi atau dinding bangunan; rangka pintu garasi, rangka dan daun jendela, lantai dasar dan lantai dek; rangka kayu yang ditutup beton; tonggak kayu mati di sekitar bangunan, tumpukan kayu sisa yang mudah terkena jamur dan rayap; daerah pertemuam tanah dengan bangunan; jika bangunan rumah kopel, periksa bagian struktur kopel dan tanyakan pada tetangga apakah mengalami masalah dengan rayap tanah. pemeriksaan di dalam bangunan rumah dan gedung: daerah pertemuan lantai dan dinding; nat/celah antara penutup lantai; bagian dinding; rak-rak buku atau lemari, saluran AC; bagian bangunan yang gelap atau lembab; elemen/komponen bangunan yang terbuat dari kayu atau bahan berkayu; panel-panel kayu/hiasan ada tidaknya aktivitas rayap di dalam atau di luar bangunan diketahui: liang kembara rayap tanah, laron, sayap laron, kayu atau bahan berkayu yang rusak pengumpulan spesimen dan identifikasi rayap tanah: spesimen rayap tanah dikumpulkan dalam botol koleksi yang diberi alkohol 70 %, spesimen rayap tanah diidentifikasi untuk menentukan jenis rayap tanah perusak bangunan
15 Pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah: perlakuan kimia tanah paska konstruksi: o persiapan peralatan dan termitisida: semua peralatan siap digunakan dan berfungsi baik, termitisida tersegel dengan label asli produk termitisida, pengenceran termitisida mengacu pada petunjuk pengenceran, pengenceran dalam wadah tertentu, mempertimbangkan kebutuhan larutan, jika terdapat sisa larutan gunakan kembali pada hari yang sama di daerah yang dianggap perlu, tenaga kerja penjamah termitisida harus mengunakan peralatan keselamatan kerja o pengeboran lantai: diameter mata bor 8 mm-10 mm, interval atau jarak antar pengeboran liang injeksi adalah 30 cm 40 cm, jarak liang injeksi dari sisi dinding maksimal 30 cm, kedalaman pengeboran hingga mata bor menyentuh permukaan tanah di bawah lantai, jika memungkinkan pengeboran juga dilakukan pada bagian luar pondasi sekeliling bangunan, bangunan berbentuk panggung pengeboran tidak diperlukan
16 o injeksi larutan termitisida: volume injeksi larutan termitisida 2,5 L per liang injeksi apabila interval liang injeksi 30 cm atau 3,5 L per liang injeksi apabila interval liang injeksi 40 cm; tempat rentan rayap maka volume injeksi larutan termitisida 5,0 L per liang injeksi: retakan-retakan pondasi, dinding maupun lantai dengan volume injeksi larutan termitisida 2,5 L per liang injeksi ; untuk menjamin ketepatan volume injeksi larutan termitisida perusahaan pengendali menggunakan meteran arus air (water flow meter) pada alat injeksi; perlakuan kimia tanah di bagian luar pondasi dengan membuat parit dengan jarak 10 cm dari dinding dengan kedalaman 30 cm, kemudian pada parit dan tanah galian disemprot larutan termitisida dengan volume semprot 5 L per meter lari; apabila dalam tanah atau dalam bangunan terdapat rongga-rongga harus dilakukan perlakuan buih/foam (foming); pekerjaan injeksi selesai maka liang injeksi harus ditutup dengan semen; tekanan udara untuk pelaksanaan injeksi paling rendah 1 atmosfir.
17 pengumpanan o pengumpanan di dalam bangunan gedung: pemasangan stasiun pengumpanan (pada bagian yang terserang rayap), pemeriksaan dan pergantian umpan (pemeriksaan setelah instalasi 1-2 minggu, kemudian pemeriksaan berikutnya secara berkala 1 bulan selama 3 bulan, pemeriksaan 3 bulan selama 1 tahun hingga terdeteksi koloni rayap telah tereliminasi, penggantian umpan dilakukan bila umpan habis dan masih terdapat rayap pekerja) o pengumpanan di luar bangunan gedung: pemasangan stasiun pengumpanan (pengeboran tanah dengan bor tanah 5 cm pada halaman di sekitar bangunan, mengelilingi pondasi bagian luar dari bangunan gedung berjarak 1-4 m, jarak antar liang 4-5 m, pada setiap liang dipasang stasiun pengumpanan), pemasangan dan pemeriksaan kayu (setiap stasiun dipasang kayu umpan, setiap stasiun diperiksa secara berkala 2 minggu selama 1 bulan, kemudian 1 bulan sekali dalam rentang 1-2 tahun tergantung saat koloni rayap tereliminasi sempurna), pergantian umpan (setiap umpan diamati secara berkala, setiap umpan harus diganti pada saat umpan masih tersisa, pergantian umpan dilakukan terus menerus sampai tidak ditemukan lagi rayap tanah, setelah rayap tereliminasi dilakukan pemeriksaan rutin sekurang-kurangnya setiap sebulan sekali sampai berakhir masa pekerjaan)
18 Garansi dan pemeliharaan pekerjaan: diberikan oleh perusahaan jasa pengendalian serangan rayap keuntungan garansi secara otomatis diberikan pada pemilik/pengelola bangunan masa garansi perlakuan kimia tanah paska konstruksi 3 tahun sertifikat garansi: masa berlaku, lingkup garansi, waktu dan pelaksanaan perlakuan ulang pada bagian-bagian bangunan yang kembali terserang rayap, ketentuan yang mengakibatkan berakhirnya masa garansi diregistrasi oleh pengurus asosiasi selama masa garansi dilakukan pemeriksaan serangan rayap sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
19 PENGAWASAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA PENCEMARAN Petugas pengawasan: ditunjuk oleh pemilik bangunan, kontraktor atau developer ( memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai entomologi atau patologi bangunan khususnya tentang rayap, ilmu struktur bangunan, sertifikat keahlian pengendalian rayap) pengawasan dilakukan sebelum, saat pelaksanaan pengendalian rayap tanah hingga berahkirnya pekerjaan Sebelum pelaksanaan: memastikan kesiapan tenaga kerja, termitisida, dan peralatan kerja kondisi tapak bangunan telah siap untuk diberi perlakuan resiko pencemaran lingkungan telah dimitigasi Pada saat pelaksanaan: mengawasi pengenceran larutan termitisida (tersegel dengan label asli produk termitisida, pengenceran harus sesuai petunjuk pengenceran termitisida memantau dan mencatat penggunan larutan termitisida, penggunaan termitisida diverifikasi dari sisa termitisida dan catatan pada flow meter alat semprot mengambil sampel larutan termitisida secara acak untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya Pekerjaan pengamanan: dipasang papan peringatan bahwa bangunan mendapatkan perlakuan termitisida
20 Lampiran A: Petunjuk keselamatan kerja dan pengendalian pencemaran Lampiran B: Formulir pemeriksaan serangan rayap tanah Lampiran C: Daftar termitisida teregistrasi di kementan RI Lampiran D: Formulir pengawasan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah atau gedung pasca konstruksi (tenaga kerja, peralatan kerja, bahan/termitisida, pelaksanaan pekerjaan)
21 PENUTUP PENGGUNAAN BAHAN KAYU UNTUK KOMPONEN BANGUNAN HARUS SESUAI DENGAN PERUNTUKANNYA BAIK KELAS KUAT MAUPUN KELAS AWET DALAM PELAKSANAAN BAHAN KAYU HARUS TERTUANG DALAM PERENCANAAN (RKS) KAYU MUDAH DIBENTUK DAN POTENSINYA DAPAT TERBARUKAN JAMINAN PRODUK HARUS SESUAI SNI
22 TERIMA KASIH
Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)
Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Titik Kartika Pusat Penelitian Biomaterial RUANG LINGKUP Memberikan pengertian 1. Tentang rayap
Lebih terperinciLantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciUji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciStruktur dan Konstruksi II
Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik
Lebih terperinciTata cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung paska konstruksi
Standar Nasional Indonesia SNI 24052015 Tata cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung paska konstruksi ICS 91.080.30;91.120.99 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta
Lebih terperinciBAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGUJIAN MUTU MATERIAL DAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U
Lebih terperinciKONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG I. PENDAHULUAN Pada proyek konstruksi memungkinkan adanya kasus hukum yang terjadi karena adanya penyimpangan terhadap kontrak. Kasus hukum tersebut berdampak bagi pihak yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperincif1~ r '~{5))'~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG
" '" ISALINAN I f1~ r '~{5))'~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN BAHAYA RAYAP PADA BANGUNAN GEDUNG MILIK PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciLAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIK PENGAWASAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI SUMUR PRODUKSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 25/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN METODE UJI PENGUKURAN KEDALAMAN KARBONASI BETON
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPETUNJUK PENGOPERASIAN
PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu
Lebih terperinciPanduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi
Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id
Lebih terperinciBAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota
BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Rincian Produk Sesuai dengan target pasar yang di rencanakan oleh CV. Griya Indah Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota Payakumbuh. Usaha CV. Griya
Lebih terperinciPERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM
PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama
Lebih terperinci1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip
Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang
Lebih terperinciBAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN
BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN 1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : I. Perbaikan/Rehab dermaga TPI/PPI 2. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan. a. Untuk kelancaran
Lebih terperinciSpesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan
Lebih terperinciLaporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1 Proyek 3.1.1 Uraian Umum Proyek Proyek Ciputra International ini merupakan proyek yang dikerjakan oleh PT. Nusa Konstruksi Enjiniring bertindak sebagai kontraktor pelaksana,
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice
113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,
Lebih terperinciTATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM
TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM COPY SNI 03-2399 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM 1 Ruang Iingkup Tata cara ini meliputi istilah dan definisi, persyaratan yang berlaku untuk sarana
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KONSEP TGL. 9-4-2003 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Bab
Lebih terperinciBAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciPerencanaan rumah maisonet
Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON 7.1 Uraian Umum Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan,
Lebih terperinciTata cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung prakonstruksi
Standar Nasional Indonesia SNI 2404:2015 Tata cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung prakonstruksi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi
Lebih terperinciBAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR
Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air
Lebih terperinciSNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM
Lebih terperinciCara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air
Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciCara uji penetrasi aspal
SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,
Lebih terperinciGubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK ANGKUTAN UMUM DAN KENDARAAN OPERASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciPemberdayaan Masyarakat
1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciB. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Kepada Yth. Bupati Pati Cq. Kepala Dinas di Pati FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Yang bertanda tangan di bawah ini : Pemohon
Lebih terperinciBUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa agar pertumbuhan
Lebih terperinciBUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga
Lebih terperinciKebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
1 Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciTata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
SNI 3434:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 3434:2008 Daftar
Lebih terperinciMODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI
MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI SUMUR GALI Cetakan 1-2014 Modul disusun oleh : Ir. Sri Darwati,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat
12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi
Lebih terperinciBAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah
TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada
Lebih terperinciTata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande
Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciBeberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi
Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi Imam Prayogo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: imam@ce.its.ac.id ABSTRAK Serangan rayap akhir-akhir
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 522 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Uraian Umum Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Proyek yang lainnya. Metode pelaksanaan yang
Lebih terperinciKEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Proyek Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan
Lebih terperinciMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG
Lebih terperinciInstalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui
Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) REHAB GEDUNG KANTOR YANG DIPINJAM PAKAI OLEH PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DAN PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI (DAU-2017) BIDANG PERUMAHAN, PRASARANA,SARANA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN
SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK Mata Pelajaran : Bangunan Kelas /Semester : X/1 dan 2 Kompetensi Inti KI 1 KI 2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya : Menghayati dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIK PENGAWASAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI SUMUR PRODUKSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT UNIT) Jl. Jend. A. Yani No. 12 Amuntai Telp/fax : 0527-62471 PENJELASAN TAMBAHAN pertanyaan : Dalam Daftar
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah
Lebih terperinciA. GAMBAR ARSITEKTUR.
A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil
Lebih terperinciBAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA
BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan jamur pelapuk rata-rata terjadi pada 87% rumah di
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.425, 2017 KEMEN-ESDM. Pengeboran Panas Bumi. Pengelolaan Limbah Lumpur Bor dan Serbuk Bor. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011
Lebih terperinciPERNYATAAN ANTI PLAGIAT..
DAFTAR ISI ABSTRAK... PERNYATAAN ANTI PLAGIAT.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIGRAM... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. IDENTIFIKASI
Lebih terperinciMETODE PEKERJAAN BORE PILE
METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN
BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.
KATA PENGANTAR Modul dengan judul Memasang Ikatan Batu Bata merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktik peserta diklat (siswa). Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN FUNGSI, KLASIFIKASI, PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKetentuan gudang komoditi pertanian
Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan
Lebih terperinciPasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMetode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >
Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciRayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya
Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih
Lebih terperinciTata cara perencanaan bangunan MCK umum
Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan bangunan MCK umum ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)
CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Data Perencanaan Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung bertingkat 5 lantai dengan bentuk piramida terbalik terpancung menggunakan struktur
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung
Lebih terperinciFORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/
FORM INSPEKSI Nama Pemberi Tugas : Tujuan Penilaian : Dasar Penilaian : Tanggal Penilaian : Tanggal Inspeksi : Nama Penilai/Surveyor : DAERAH SEKITAR PROPERTI YANG DINILAI 1 DATA LINGKUNGAN a. Karakteristik
Lebih terperinciAUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN
KARYA TULIS AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur pada
Lebih terperinciRevisi SNI T C. Daftar isi
Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan
Lebih terperinci8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Lebih terperinci