BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sonny Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1
2 2
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Tegangan Regangan Setiap material tentunya memiliki suatu bentuk hubungan antara tegangan dan regangan yang dimiliki material tersebut. Hubungan antara tegangan dan regangan ini menggambarkan kekakuan suatu material. Parameter yang menghubungkan antara tegangan dan regangan ini disebut modulus elastisitas. Modulus elastisitas yang memiliki istilah lain yaitu Modulus Young adalah perbandingan antara tegangan dan regangan aksial (satu dimensi) dalam deformasi yang elastis. Modulus elastisitas menggambarkan kekakuan suatu material yang berarti bahwa apabila suatu material memiliki nilai modulus elastisitas yang besar, maka semakin kecil perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi tegangan tertentu. Konsep modulus elastisitas ini menggambarkan bahwa setiap material akan mengalami pertubahan bentuk yang ditandai dengan pertambahan atau pengurangan panjang apabila mengalami tegangan tertentu. Besarnya perubahan panjang yang dimiliki oleh setiap material berbeda-beda tergantung dari besaran elastisitas material tersebut. Sebagai contoh atas perbedaan perubahan panjang ini dapat kita temukan saat kita menarik atau memberi tegangan tarik terhadap karet dan batang baja. Tentunya pada saat menarik material karet lebih mudah dan mengalami perubahan panjang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan material batang baja. Tegangan adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara suatu besaran gaya terhadap luas penampang yang tegak lurus terhadap gaya tersebut, berikut adalah persamaan matematis untuk tegangan :...(2.1) dimana : σ = Tegangan (N/m 2 ) F = Gaya (N) A = Luas Penampang (m 2 ) Secara umum sifat tegangan memiliki dua buah kondisi, pertama adalah kondisi dimana suatu material mengalami pertambahan panjang akibat tegangan tarik 3
4 dan mengalami perpendekan panjang akibat tegangan kompresional (tekan). Berikut adalah sebuah ilustrasi untuk lebih menjelaskan kedua sifat tegangan tersebut : Tegangan Tarik = Luas Penampang Tegangan Kompresional Gambar 2.1 Tegangan Tarik dan Tegangan Kompresional Sumber : Dalam aplikasinya terdapat beberapa jenis tegangan yang dapat ditemukan, jenis-jenis tegangan tersebut adalah : 1. Tegangan Normal Tegangan normal adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat adanya gaya normal atau gaya yang diberikan searah penampang benda. 2. Tegangan Geser Tegangan geser adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat adanya gaya geser atau gaya yang diberikan tegak lurus dengan penampang benda. 3. Tegangan Momen Tegangan momen adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya yang mengakibatkan benda melekuk atau melengkung. 4. Tegangan Puntir Tegangan puntir adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya putar yang mengakibatkan benda menjadi terpuntir. Regangan adalah besaran yang menyatakan suatu perbandingan antara perubahan panjang terhadap panjang awal dari suatu material, berikut adalah persamaan matematis untuk regangan :
5 5...(2.2) dimana : ε = Regangan (m/m) L = Perubahan Panjang (m) L 0 = Panjang Awal (m) Hubungan antara tegangan dan regangan yang dinyatakan dalam modulus elastisitas secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut :...(2.3) dimana : E = Modulus Elastisitas (N/m 2 ) σ = Tegangan (N/m 2 ) ε = Regangan (m/m) Dalam hubungan antara tegangan dan regangan, selain modulus elastisitas terdapat parameter lain yang sangat penting yaitu angka poisson (poisson ratio). Angka poisson adalah angka perbandingan antara regangan horizontal (lateral strain) dan regangan vertikal (axial strain) yang disebabkan oleh beban sejajar sumbu dan regangan aksial (Yoder, E.J. and Witczak, M.W., 1975). Berikut adalah persamaan matematis dan ilustrasi gambar untuk angka poisson : Gambar 2.2 Ilustrasi Angka Poisson Sumber :
6 Persamaan matematis untuk angka poisson :...(2.4) dimana : υ = Angka Poisson (non-dimensional) ε h ε v = Regangan Horizontal (m/m) = Regangan Vertikal (m/m) Dengan adanya angka poisson, modulus elastisitas dapat dibagi menjadi tiga macam, mereka adalah Modulus Young, Modulus Geser, dan Modulus Bulk. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk ketiga jenis modulus elastisitas tersebut : 1. Modulus Young Modulus young adalah modulus elastisitas secara umum dimana penggunaan regangan hanya pada satu dimensi saja yaitu regangan panjang. Regangan Tegangan Modulus Young Tegangan Regangan Gambar 2.3 Modulus Young Sumber : 2. Modulus Geser Modulus geser adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan geser yang menunjukkan pergerakan benda yang saling bergesekkan. Berikut adalah persamaan matematis untuk modulus geser :...(2.5) dimana : G = Modulus Geser (N/m 2 ) E = Modulus Young (N/m 2 )
7 7 υ = Angka Poisson (non-dimensional) Gambar 2.4 Modulus Geser Sumber : 3. Modulus Bulk Modulus bulk adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan volume. Berikut adalah persamaan matematis untuk modulus geser :...(2.6) dimana : K = Modulus Bulk (N/m 2 ) E = Modulus Young (N/m 2 ) υ = Angka Poisson (non-dimensional) Gambar 2.5 Modulus Bulk Sumber :
8 Untuk beberapa material, berikut adalah contoh nilai modulus young, modulus geser dan modulus bulk yang dimiliki beberapa material tersebut : Tabel 2.1 Daftar Nilai Modulus Elastisitas Untuk Beberapa Material Material Modulus Young Modulus Geser Modulus Bulk kpa Besi 100 x x x 10 6 Baja 200 x x x 10 6 Kuningan 90 x x x 10 6 Aluminium 70 x x x 10 6 Beton 20 x Marmer 50 x x 10 6 Granit 45 x x 10 6 Nylon 5 x Tulang 15 x x Air x 10 6 Sumber: : (oleh: Kurnia Utami) Hubungan tegangan dan regangan secara garis kurva dalam grafik pada umumnya memiliki dua kondisi garis, yaitu garis linear dan non-linear. Berikut adalah contoh gambar grafik untuk keadaan yang dimaksud : Gambar 2.6 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Sumber : (oleh: Maesa Sukardi)
9 9 Pada Gambar 2.6 dapat kita lihat garis linear adalah garis yang dimulai dari keadaan awal hingga titik leleh, sedangkan bagian garis non-linear dimulai dari titik leleh hingga titik putus. Pada Gambar 2.6 juga dapat dilihat adanya bagian daerah elastis dan bagian daerah inelastis. Pengertian dari adanya kedua jenis daerah tersebut adalah dimana daerah elastis berarti benda akan kembali ke bentuk atau kondisi semula apabila benda tersebut hanya mengalami tegangan dan regangan di daerah elastis, sedangkan apabila benda telah mengalami tegangan dan regangan yang berada di dalam daerah inelastis maka benda tidak akan kembali lagi ke bentuk atau kondisi semula. Selain kondisi elastis dan inelastis terdapat juga kondisi necking. Kondisi necking ini adalah kondisi yang hanya timbul apabila benda mengalami tegangan tarik, berikut adalah ilustrasi untuk kondisi necking tersebut : Gambar 2.7 Kondisi Necking Akibat Tegangan Tarik Sumber : Dengan adanya kondisi linear dan non-linear tersebut, perlu diketahui bahwa konsep modulus elastisitas hanya berlaku pada bagian linear dan tidak berlaku pada bagian non-linear. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa nilai modulus elastisitas hanya menggambarkan kekakuan suatu benda sebelum melewati batas titik leleh dari benda tersebut. Necking 2.2 Pengujian Triaxial Test Pengujian triaxial test adalah salah satu pengujian yang banyak dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter tanah. Tujuan dari pengujian triaxial test ini adalah untuk mendapatkan parameter-parameter kekuatan tanah (shear strength) seperti kohesi (c) dan sudut geser (φ). Selain parameter kohesi dan sudut geser,
10 melalui pengujian triaxial test ini juga dapat memperoleh nilai parameter kekakuan tanah (soil stiffness) melalui grafik hubungan antara tegangan dan regangan. Pada dasarnya pengujian triaxial test dilakukan dengan cara memberi tegangan keliling (lateral pressure) secara konstan kepada sampel tanah dan dilakukan pembebanan berupa pemberian tegangan aksial (axial stress) secara perlahan dengan dibaca atau dicatat nilai tegangan aksial yang timbul pada setiap nilai deformasi tertentu. Umumnya pengujian ini dilakukan dengan memberi tiga variasi nilai tegangan keliling yang meningkat dua kali dari sebelumnya, seperti apabila dimulai dengan tegangan keliling 20 kpa maka dilanjutkan dengan tegangan keliling sebesar 40 kpa dan 80 kpa. Untuk lebih jelas mengenai alat yang digunakan dalam pengujian triaxial test ini, berikut adalah contoh gambar untuk alat tersebut : Gambar 2.8 Peralatan Pengujian Triaxial Test Sumber : Sampel yang digunakan pada pengujian triaxial test merupakan jenis sampel yang tidak terganggu (undisturbed sample), hal ini dikarenakan untuk mengetahui kondisi tanah asli maka tanah sampel yang diuji harus terjamin kesesuaiannya dengan keadaan asli yang ada di lapangan. Pengambilan sampel yang akan dilakukan pengujian triaxial test ini dilakukan dengan selongsong yang dimasukkan ke dalam tanah dan diambil tanah tersebut. Adapun pada umumnya pengambilan sampel ini juga dibarengi dengan dilakukannya proses pengambilan data borelog yang merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui karekteristik tanah secara continue disetiap lapisannya hingga kedalaman tertentu. Sampel yang digunakan berbentuk silinder dan pada umumnya ukuran sampel tersebut berdiameter 38 mm dan tinggi 76 mm.
11 11 Proses pengujian triaxial test terbagi menjadi tiga kondisi. Pembagian ini berdasarkan pada kondisi konsolidasi dan keadaan aliran air pada sampel selama pengujian berlangsung. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk ketiga kondisi pengujian triaxial test tersebut : Gambar 2.9 Tampak Potongan Alat Triaxial Test Sumber : assets /pagepdf/000037/part%201%20of%203_.pdf 1. Unconsolidated Undrained Triaxial Test Secara singkat, pengujian jenis ini berarti bahwa sampel tidak dilakukan konsolidasi telebih dahulu dan pada saat pembebanan kondisi air tidak dibiarkan mengalir. Pengujian triaxial test jenis unconsolidated undrained ini merupakan pengujian yang menggunakan waktu sangat singkat karena setelah sampel terpasang dalam rangkaian alat, pembebanan dapat langsung dijalankan dengan kondisi selang drainase tertutup. Kelemahan dari pengujian jenis ini adalah tidak diketahuinya nilai pore pressure yang dialami oleh sampel sehingga hasil yang diperoleh hanya berupa data kondisi total stress. 2. Consolidated Undrained Triaxial Test Tidak seperti pengujian unconsolidated undrained sebelumnya, pada pengujian consolidated undrained ini melakukan proses konsolidasi terlebih dahulu dengan cara diberi cell pressure dan back pressure tertentu hingga sampel tanah tersaturasi
12 secara penuh (fully saturated) dalam jangka waktu tertentu. Setelah proses saturasi selesai, dilanjutkan proses konsolidasi dengan memberikan beban yang tidak lebih besar dari 0,5% dari perkiraan beban saat failure. Dengan kondisi selang drainase yang tertutup, pertahankan nilai back pressure dalam keadaan konstan dan meningkatkan nilai chamber pressure hingga selisih dari kedua pressure ini sesuai dengan effective consolidation pressure. Proses konsolidasi ini dilakukan dalam waktu yang disesuaikan dengan jenis tanah dan dilanjutkan ke proses selanjutnya setelah terkonsolidasi 100%. Setelah sampel melalui proses saturasi dan konsolidasi, diakhiri dengan proses pembebanan yang dilakukan dengan kondisi selang drainase tertutup. Pengujian triaxial jenis consolidated undrained ini merupakan pengujian yang menggunakan waktu yang tidak singkat tetapi masih dapat dikatakan tidak lama karena adanya pengujian lain yang memakan waktu sangat lama yaitu pengujian consolidated drained test. Karena nilai pore pressure yang dapat diukur, menjadikan pengujian jenis ini pengujian yang sangat dianjurkan karena hasil pengujian berupa kondisi effective stress dari tanah dengan waktu yang tidak lama. 3. Consolidated Drained Triaxial Test Pengujian jenis consolidated drained ini merupakan pengujian yang memberikan hasil sangat baik karena hasil yang berupa kondisi effective stress dari tanah dan kondisi drained yang berarti air didalam sampel tanah diizinkan mengalir. Perbedaan pengujian jenis ini dibandingkan dari pengujian consolidated undrained adalah pada saat pembebanan dimana pada pengujian ini selang drainase dibiarkan terbuka sehingga air dapat mengalir keluar. Akan tetapi dibalik tersedianya hasil yang sangat baik, pengujian jenis ini menggunakan waktu yang sangat lama karena pengujian triaxial test ini dilakukan pada tanah yang berbutir halus. Oleh karena nilai permeabilitas dari tanah berbutir halus yang sangat kecil, menyebabkan proses drainase air dari dalam sampel tanah membutuhkan waktu yang lama. Dengan penggunaan waktu yang sangat lama ini menyebabkan pengujian jenis ini membutuhkan biaya yang tidak murah. Dalam penggunaanya, pertimbangan yang bijak harus dimiliki oleh seorang engineer dalam menentukan jenis triaxial test mana yang perlu dilakukan. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk pemilihan jenis triaxial test tersebut adalah ketersediaan biaya dan kebutuhan parameter-parameter tertentu guna
13 menciptakan hasil desain yang baik dan efisien. Secara singkat, penjelasan mengenai jenis-jenis triaxial test dapat dilihat dari ilustrasi gambar berikut : 13 Tipe Pengujian Triaxial Tegangan Deviatoric ( σ = q) Apakah Katup Drainase Terbuka? Ya Tidak Apakah Katup Drainase Terbuka? Ya Tidak Gambar 2.10 Jenis-jenis Pengujian Triaxial Test Sumber : Pada penelitian ini, jenis pengujian yang digunakan adalah jenis consolidated undrained triaxial test dengan data mentah berupa data bacaan deformation, load dial, dan pore pressure. Pada umumnya pengujian triaxial test ini dilakukan terhadap tiga buah sampel untuk menghasilkan satu data. Ketiga sampel tersebut dibedakan hanya pada besaran nilai tegangan keliling (σ 3 ) yang diberikan. Adapun besaran tegangan keliling yang diberikan tidak sembarangan melainkan terdapat suatu kaidah atau aturan tertentu guna menghasilkan data yang bersifat representatif. Aturan tersebut adalah nilai tegangan keliling berikutnya merupakan dua kali dari nilai tegangan keliling sebelumnya, sebagai contoh apabila tegangan keliling nomor satu (σ 3-1 ) adalah 50 kpa, maka nilai untuk tegangan keliling nomor dua (σ 3-2 ) adalah 100 kpa, dan nilai tegangan keliling nomor tiga (σ 3-3 ) adalah 200 kpa. Berikut adalah contoh grafik hasil pengujian triaxial test yang merupakan grafik hubungan antara tegangan dan regangan :
14 Gambar 2.11 Contoh Grafik Hasil Pengujian Triaxial Test Dari Gambar 2.11, dapat dilihat bahwa terdapat tiga buah kurva yang menandakan tiga nilai tegangan keliling yang berbeda-beda seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sebelum grafik hasil tersebut dapat dibuat, perlu dilakukan beberapa tahap perhitungan terhadap data mentah yang telah diperoleh yaitu deformation, load dial, dan pore pressure. Berikut adalah tahap-tahap perhitungan yang dilakukan guna menghasilkan grafik hubungan antara deviatoric stress dan axial strain : Data awal sebelum pembebanan (loading) dijalankan : Initial Sample Diameter (D 0 ) Initial Sample Area (A 0 ); Initial Sample Heght (H 0 ); Cell Pressure (CP); Back Pressure (BP); Load Ring Calibration (Rc); Deformation Gauge Calibration (Dc); Pore Pressure (u).
15 15 1. Mencari nilai excess pore pressure ( u):...(2.7) 2. Mencari nilai axial strain (ε a ):...(2.8) 3. Mencari nilai corrected area (A c ):...(2.9) 4. Mencari nilai deviatoric stress (q):...(2.10) Proses perhitungan dari persamaan-persamaan yang ada diatas dilakukan menggunakan sistem tabel. Berikut adalah salah satu contoh tabel perhitungan hasil uji triaxial test : Tabel 2.2 Contoh Tabel Hasil Pengujian Triaxial Test [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Deformation Load Dial Pore Pressure, u Excess Pore Pressure, u Strain, ε a Corrected Area, Ac Deviatoric Stress, q = q' Applied Read Read [3] - BP [1].Dc/Ho Ao/(1-ε a ) [2].Rc/[6] div div kpa kpa % cm 2 kpa 0 0,0 190,0 0,0 0,000 11,341 0, ,0 199,0 9,0 0,526 11,401 35, ,0 210,0 20,0 1,053 11,462 62, ,0 215,0 25,0 1,579 11,523 80, ,0 219,0 29,0 2,105 11,585 93, ,0 222,0 32,0 2,632 11, , ,0 225,0 35,0 3,158 11, , ,0 227,0 37,0 3,684 11, , ,0 229,0 39,0 3,947 11, , ,0 230,0 40,0 4,737 11, , ,0 231,0 41,0 5,263 11, , ,0 232,0 42,0 5,789 12, , ,0 232,0 42,0 6,316 12, , ,0 231,0 41,0 6,842 12, ,
16 2.3 Modulus Elastisitas Tanah Pada tanah, penggunaan modulus elastisitas memiliki pemahaman yang berbeda dengan kekuatan dari tanah tersebut dimana modulus elastisitas mnggambarkan kekakuan dari tanah. Berikut adalah pendekatan pemahaman modulus elastisitas tanah yang diperoleh dari buku An Introduction to The Mechanics of Soils and Foundations yang ditulis oleh John Atkinson pada tahun 1993: Kekakuan dan kekuatan tanah adalah dua hal yang cukup berbeda, dimana yang satu menyatakan deformasi yang timbul dengan tegangan tertentu dan disisi lain adalah maksimum tegangan yang mampu ditopang. Seperti contoh bahwa material besi itu kuat dan kaku, material margarin itu lembek dan lemah, material papan itu kaku dan lemah, dan material karet itu lembek dan kuat. Tegangan Efektif, σ Ultimate Stress = Strength Yield Gradient = Stiffness Regangan, ε Gambar 2.12 Grafik Hubungan Tegangan Regangan (Stress Strain) Sumber : An Introduction to The Mechanics of Soils and Foundations, John Atkinson 1993
17 17 Tegangan Efektif, σ Tangent σ Secant ε Gambar 2.13 Secant Modulus dan Tangent Modulus Sumber : An Introduction to The Mechanics of Soils and Foundations, John Atkinson 1993 Pada gambar 2.13, dapat dilihat adanya dua jenis modulus elastisitas yaitu secant modulus dan tangent modulus. Jenis yang digunakan sebagai modulus elastisitas tanah adalah bagian secant modulus. Penggunaan nilai modulus elastisitas tanah untuk desain struktur tanah menggunakan nilai E 50, dimana E 50 ini adalah nilai modulus elastisitas tanah pada tegangan (stress) 50 % dari tegangan maksimum atau dalam kata lain memiliki faktor keamanan yaitu dua (2). Berikut adalah keberadaan nilai E 50 dalam grafik hubungan tegangan dan regangan : Regangan, ε
18 Tegangan Deviatoric, q 1 E 50 σ 50 ε 50 Regangan, ε Gambar 2.14 Modulus Elastisitas E 50 Sumber : Soil Stifness for Jakarta Silty and Clayey Soils, Gouw, T.L. dan Hiasinta 2008 Berdasarkan Gambar 2.14, nilai modulus elastisitas E 50 dapat disajikan dalam bentuk persamaan matematis seperti berikut :...(2.11) Oleh karena jenis tanah bervariasi berdasarkan ukuran butiran tanah seperti gravel, sand, silt, dan clay, berbeda pula nilai modulus elastisitas E 50 untuk beberapa ukuran butiran tanah tersebut. Berikut adalah kisaran nilai modulus elastisitas E 50 tanah : Tabel 2.3 Daftar Nilai Modulus Elastisitas E 50 Untuk Tanah Berbutir Kasar (MPa) USCS Description Loose Medium Dense GW, SW Gravels / Sand, well-graded SP Sand, uniform GM, SM Gravel / Sand, silty Sumber : Obrzud & Truty 2012, compiled from Kezdi 1974 and Prat et al Tabel 2.4 Daftar Nilai Modulus Elastisitas E 50 Untuk Tanah Berbutir Halus (MPa) USCS Description Very Soft Stiff to Medium to Soft Very Stiff Hard ML Silt with slight plasticity 2, ML, CL Silt with low plasticity 1, CL Clay with low-medium plasticity 0, CH Clay with high plasticity 0, OL Organic Silt - 0, OH Organic Clay - 0, Sumber : Obrzud & Truty 2012, compiled from Kezdi 1974 and Prat et al. 1995
19 19 Seperti diketahui sebelumnya bahwa setiap data pengujian consolidated undrained triaxial test menggunakan tiga buah sample yang dibedakan berdasarkan besaran nilai tegangan keliling yang diberikan. Dengan adanya tiga buah sampel ini mengartikan akan terdapat tiga buah kurva yang masing-masing kurva memiliki nilai modulus elastisitas E 50, sehingga akan terdapat tiga nilai modulus elastisitas E 50 untuk satu data. Dalam aplikasinya, hanya dibutuhkan satu buah nilai modulus elastisitas E 50 untuk satu data yang berarti harus ada nilai modulus elastisitas E 50 yang mampu merepresentasikan ketiga nilai yang ada. Modulus elastisitas E 50 tersebut adalah E ref 50, yang dimana ref mengartikan reference / referensi terhadap tekanan 1 atm (100 kpa). Berikut adalah sebuah ilustrasi grafik yang digunakan untuk mencari nilai modulus elastisitas E ref 50 dari tiga buah nilai E 50 : E 50 ref ref Gambar 2.15 Contoh Grafik Untuk Mencari Nilai E 50 ref Untuk memperoleh nilai E 50 seperti pada gambar 2.15 khususnya pada kondisi undrained dapat menggunakan persamaan garis regresi yaitu y = 129,7x 0,976. Dengan memasukkan nilai x = 100 ke dalam persamaan tersebut, akan diperoleh nilai y = kpa yang dimana nilai y ini adalah nilai E ref 50.
20 2.4 Hardening-Soil Model Hardening-Soil model adalah konsep modelling lanjutan dari model tanah hiperbolik yang diformulasikan dalam konsep hardening plasticity. Perbedaan yang utama dari model ini dibandingkan dengan model Mohr-Coulomb adalah pada pendekatan nilai modulus elastisitas (stiffness). Pada model ini, tanah digambarkan lebih akurat dengan menggunakan tiga jenis nilai modulus elastisitas, mereka adalah triaxial loading stiffness E 50, triaxial unloading stiffness E ur, dan oedometer loading stiffness E oed. Adapun penggunaan model ini memiliki kekuatan dan kelemahan, berikut adalah kekuatan dan kelemahan dari penggunaan hardening-soil model berdasarkan tulisan yang dibuat oleh M. Auleda i Catala, 2005 : Kekuatan : Definisi yang lebih akurat daripada model Mohr-Coulomb; Mempertimbangkan sifat dilatansi dari tanah; Permukaan dapat memperluas karena tegangan plastis.. Kelemahan : Biaya komputasi yang lebih tinggi; Tidak memasukkan efek viskositas; Tidak memasukkan proses pelunakan (softening). 2.5 Metode Hiperbolik Metode Hiperbolik adalah salah satu metode analisa hubungan antara tegangan dan regangan dengan menggunakan metode perhitungan elemen hingga sebagai dasarnya. Metode hiperbolik pada awalnya ditemukan oleh Robert L. Kondner pada tahun 1963 dan dikembangkan oleh James M. Duncan dan Chin-Yung Chang melalui jurnal yang berjudul Nonlinear Analysis of Stress and Strain in Soils pada tahun Rafal F. Obrzud melalui tulisannya yang berjudul On The Use of The Hardening Soil Small Strain Model in Geotechnical Practice menyatakan bahwa perhitungan nilai kekakuan tanah (stiffness) dengan menggunakan model hiperbolik mampu memberikan pendekatan terhadap nilai perpindahan yang lebih akurat dan dapat dipercaya khususnya pada aplikasi dinamik seperti penggalian dengan menggunakan dinding penahan tanah atau penggalian terowongan.
21 Untuk lebih jelas kapan harus menggunakan metode hiperbolik, berikut adalah sebuah gambar yang dapat menjelaskan hal ini: 21 Gambar 2.16 Permodelan Untuk Aplikasi Geoteknik Tertentu Sumber : On the use of the Hardening Small Strain model in geotechnical practice, Rafal G. Obrzud 2010 Metode hiperbolik ada sebagai respon terhadap sifat nonlinear dari garis kurva hubungan antara tegangan dan regangan. Berikut adalah persamaan hiperbolik yang ditemukan oleh Robert L. Kondner :...(2.12) dimana : (σ 1 σ 3 ) = Deviatoric Stress, (kpa) ε = Axial Strain (m/m) a dan b = Konstanta yang diperoleh dari data triaxial test Persamaan tersebut juga dapat dilakukan sedikit perubahan menjadi :...(2.13) Perubahan dari persamaan (2.12) ke persamaan (2.13) dilakukan dengan tujuan memperlihatkan adanya bentuk persamaan garis lurus dengan kemiringan tertentu pada persamaan (2.13). Untuk lebih jelas dapat dilihat melalui dua buah ilustrasi berikut :
22 Tegangan Deviatoric, q 1 Ei = 1/a Asymptote = q ult = 1/b Regangan Aksial, ε Gambar 2.17 Kurva Hiperbolik Antara Tegangan Regangan Sumber : Nonlinear Analyses of Stress and Strain in Soils, Duncan & Chang 1970 Regangan Aksial/Tegangan Deviatoric, ε/q a 1 b Regangan Aksial, ε Gambar 2.18 Transformasi Kurva Hiperbolik Antara Tegangan Regangan Sumber : Nonlinear Analyses of Stress and Strain in Soils, Duncan & Chang 1970 Dengan membuat grafik hubungan antara tegangan dan regangan dengan sedikit modifikasi menjadi seperti pada Gambar 2.18, menjadikan proses pencarian
23 23 nilai konstanta a dan b menjadi sangat mudah. pada Gambar 2.17, dapat dilihat adanya garis asymptote (σ 1 σ 3 ) ult yang sedikit lebih besar dari compressive strength atau bacaan deviatoric stress maksimum dari kurva hasil uji triaxial test. Hubungan antara garis asymptote (σ 1 σ 3 ) ult dengan compressive strength ini dapat dijelaskan melalui persamaan berikut :...(2.14) dimana : (σ 1 σ 3 ) f = Compressive Strength, (kpa) (σ 1 σ 3 ) ult = Nilai Asymptote Tegangan, (kpa) R f = Failure Ratio Selain adanya asymptote pada Gambar 2.17, terdapat dua parameter yang dapat diformulasikan. Kedua parameter tersebut adalah initial tangent modulus dan ultimate deviatoric stress. Berikut adalah persamaan untuk dua parameter tersebut : Initial Tangent Modulus...(2.15) Ultimate Deviatoric Stress...(2.16) Dengan menghubungkan parameter a dan b dengan initial tangent modulus dan ultimate deviatoric stress pada Gambar 2.17 dengan persamaan (2.13), persamaan hiperbolik dapat ditulis kembali menjadi :...(2.17) Kurva hubungan tegangan dan regangan dari hasil metode hiperbolik dan metode grafik atau metode menggunakan data hasil pengujian triaxial test selanjutnya disajikan menjadi satu grafik sehingga dapat terlihat seperti berikut :
24 Tegangan Deviatoric, q Ei (σ 1 σ 3 ) f 1 (σ 1 σ 3 ) ult Actual Hyperbola Regangan Aksial, ε Gambar 2.19 Grafik Kurva Metode Hiperbolik dan Metode Grafik Sumber : Determination of Parameters for a Hyperbolic Model of Soils from The Eastern Province of Saudi Arabia, N. Al-Shayea et al. 2001
25 25 Selain Gambar 2.19, grafik kurva hubungan antara metode hiperbolik dan metode grafik dapat juga dilihat melalui gambar berikut : Hyperbolic Curve Gambar 2.20 Contoh Grafik Kurva Metode Hiperbolik dan Metode Grafik Untuk interpretasi nilai konstanta a dan b seperti pada Gambar 2.20, berikut adalah contoh proses penentuan nilai kedua konstanta tersebut berdasarkan data pengujian triaxial test :
26 ε/q = a + b.ε b a Gambar 2.21 Contoh Grafik Untuk Interpretasi Nilai Konstanta a dan b Melalui Gambar 2.21, dengan menggunakan pendekatan regresi linear akan diperoleh persamaan ε/q = a + b.ε yang selanjutnya dapat ditentukan nilai variabel a dan b tersebut. Untuk melakukan perhitungan nilai modulus elastisitas tanah E 50 dengan menggunakan metode hiperbolik, dapat dilakukan penggunaan persamaan-persamaan yang telah dibahas sebelumnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya pada persamaan (2.11) yaitu E 50 = σ 50 / ε 50, dibutuhkan nilai untuk dua parameter yaitu σ 50 dan ε 50. Untuk nilai σ 50 dapat ditentukan dengan cara membagi dua nilai ultimate deviatoric stress dan nilai ε 50 dapat ditentukan dengan merubah sedikit persamaan (2.12) seperti persamaan berikut :...(2.18)...(2.19)
27 27 Melalui persamaan (2.18) dan (2.19), untuk menemukan nilai modulus elastisitas E 50 metode hiperbolik dapat digunakan persamaan :...(2.20) Untuk mempernudah penulisan persamaan (2.20), dilakukan substitusi (σ1 σ3) = q, sehingga persamaan tersebut menjadi :...(2.21) Sama seperti metode grafik sebelumnya, dalam metode hiperbolik juga terdapat modulus elastisitas E ref 50 dengan menghubungkan ketiga hasil E 50 kedalam sebuah grafik dan dicari nilai E 50 untuk reference 1 atm (100 kpa). Variasi hubungan antara Ei dan σ3 dapat dijelaskan melalui persamaan berikut yang diciptakan oleh Janbu :...(2.22) dimana : E i = Initial Tangent Modulus (kpa) P a = Atmospheric Pressure (100kPa) σ 3 = Confining Pressure (kpa) K = Modulus Number n = Modulus Exponent Dari persamaan 2.22, persamaan tersebut dilakukan sedikit perubahan guna memberikan normalisasi terhadap nilai E i yang dapat dibuat grafik seperti berikut :...(2.22)
28 Log (Ei/Pa) n k 1 Log (σ 3 /Pa) Gambar 2.22 Hubungan antara Initial Tangent Modulus dan Confining Pressure Sumber : Strength, Stress-Strain, and Bulk Modulus Parameters for Finite Element Analyses of Stresses and Movements in Soil Masses, Duncan et al Garis Regresi Analisa regresi adalah metodologi statistik yang memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif sehingga sebuah respon atau bentuk keluaran dapat diprediksi dari variabel lainnya (Applied Linear Statistical Models, 2005). Garis regresi dalam penelitian ini diperlukan dalam membuat suatu garis yang menggambarkan hubungan antara parameter-parameter tertentu yang selanjutnya dilakukan analisa terhadap hubungan yang ada. Pada penelitian ini terdapat dua macam analisa regresi yang akan digunakan dalam melakukan pendekatan garis regresi. Berikut adalah kedua macam analisa regresi tersebut beserta proses dan rumusan yang digunakan : 1. Regresi Linear Sederhana Dalam melakukan proses pembuatan garis regresi tentu saja tidak lepas dari proses penyusunan dan perhitungan melalui tabel. Berikut adalah tabel dan
29 persamaan yang digunakan dalam melakukan perhitungan garis regresi linear sederhana: Tabel 2.5 Contoh Tabel Perhitungan Regresi Linear Sederhana i Xi Yi Xi - Yi - (Xi - )(Yi - ) (Xi - ) 2 (Yi - ) Total, = Mean = Persamaaan umum :...(2.23) Persamaan variabel a dan b :...(2.24)...(2.25) 2. Regresi Nonlinear Berpangkat (Power) Berikut adalah tabel dan persamaan yang digunakan dalam membuat garis regresi nonlinear berpangkat (power) : Tabel 2.6 Contoh Tabel Perhitungan Regresi Nonlinear Berpangkat (Power) i Yi Xi Zi (ln Yi) Wi (ln Xi) Wi. Zi Wi Total, = Mean = Persamaan umum :...(2.26)...(2.27) Persamaan variabel a 0, a 1, a, dan b :...(2.28)...(2.29)...(2.30)
30 ...(2.31)...(2.32)
31 31
32
33 33
ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS
ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS Serkandi i Gouw Tjie Liong ii i Universitas Bina Nusantara,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan engineering properti tanah dibutuhkan pada saat melakukan proses desain konstruksi tanah guna menjamin kestabilan, keamanan, dan kenyamanan manusia yang
Lebih terperinciUJI TRIAKSIAL UNCONSOLIDATED UNDRAINED DENGAN PENGAMATAN PERUBAHAN VOLUME UNTUK HITUNGAN PARAMETER HIPERBOLIK TANAH
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 UJI TRIAKSIAL UNCONSOLIDATED UNDRAINED DENGAN PENGAMATAN PERUBAHAN VOLUME UNTUK HITUNGAN PARAMETER HIPERBOLIK TANAH Didiek Djarwadi
Lebih terperinciPembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT
Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal
Lebih terperinciKuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.
Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan
Lebih terperinciTRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D
1. LINGKUP Percobaan ini mencakup uji kuat geser untuk tanah berbentuk silinder dengan diameter maksimum 75 mm. Pengujian dilakukan dengan alat konvensional dalam kondisi contoh tanah tidak terkonsolidasi
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM
BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM Penimbunan pada tanah dengan metode drainase vertikal dilakukan secara bertahap dari ketinggian tertentu hingga mencapai elevasi yang diinginkan. Analisis penurunan atau deformasi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM
BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.
Lebih terperinciTEGANGAN DAN REGANGAN
Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan
Lebih terperinciBAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS
BAB X UJI KUAT TEKAN BEBAS A. TUJUAN Tujuan perobaan ini adalah untuk menentukan kuat tekan tanah pada arah aksial dan karakteristik tegangan regangan. B. ALAT DAN BAHAN Alat utama yang digunakan pada
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang
Lebih terperinciUNCONFINED COMPRESSION TEST (UCT) ASTM D
1. LINGKUP Uji kuat tekan bebas dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif. 2. DEFINISI Kuat tekan bebas (q u ) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji silindris
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan
Lebih terperinciMekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN
Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas
Lebih terperinciANALISIS PARAMETER MODEL TANAH NONLINEAR ELASTOPLASTIC MENGGUNAKAN PLAXIS 2D UNTUK STUDI KASUS GALIAN-DALAM
ANALISIS PARAMETER MODEL TANAH NONLINEAR ELASTOPLASTIC MENGGUNAKAN PLAXIS 2D UNTUK STUDI KASUS GALIAN-DALAM Woelandari Fathonah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lebih terperinciKERUNTUHAN AKIBAT GESER
KUAT GESER TANAH 1 KERUNTUHAN AKIBAT GESER Tanah umumnya runth akibat geser strip footing embankment failure surface mobilised shear resistance Pada saat runtuh, nilai tekanan (beban) sepanjang bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Lokasi pengambilan sampel tanah berasal dari proyek jembatan pengarengan jalan tol Cinere Jagorawi Sesi II, Depok, Jawa Barat. Untuk pengujian pemodelan matras dan
Lebih terperinciII. Kuat Geser Tanah
Pertemuan II & III II. Kuat Geser Tanah II.. Umum. Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis antara lain ; Kapasitas dukung tanah Stabilitas lereng Gaya dorong pada dinding penahan
Lebih terperinciDESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.
DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R. 3108100065 LATAR BELAKANG Pembangunan Tower Apartemen membutuhkan lahan parkir,
Lebih terperinciLaporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik
Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo
Lebih terperinciKASUS DILAPANGAN YANG BERKAITAN DENGAN PROSES KONSOLIDASI PENURUNAN PENURUNAN AKIBAT KONSOLIDASI PENURUNAN AKIBAT PERUBAHAN BENTUK TANAH
TEORI KONSOLIDASI DEFINISI & ANALOGI KASUS DILAPANGAN YANG BERKAITAN DENGAN PROSES KONSOLIDASI PENURUNAN PENURUNAN AKIBAT KONSOLIDASI PENURUNAN AKIBAT PERUBAHAN BENTUK TANAH PENYEBAB PROSES KELUARNYA AIR
Lebih terperinciKUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA
KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA Pengertian Kriteria keruntuhan Mohr Coulomb Stress Path Penentuan parameter kuat geser Kuat geser tanah non kohesif dan kohesif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Parameter Tanah Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan data data tanah yang mempresentasikan keadaan lapangan. Penyelidikan
Lebih terperinciREKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH
REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH O. B. A. Sompie Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Dam dari timbunan tanah (earthfill dam) membutuhkan
Lebih terperinciPertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan
Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam
Lebih terperincil l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial
Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.
Lebih terperinciMEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER TEGANGAN DAN REGANGAN Tegangan dan Regangan Normal Tegangan dan Regangan Geser Tegangan dan Regangan
Lebih terperinciIII. KUAT GESER TANAH
III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung
Lebih terperinciUJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D
1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI
Lebih terperinciPENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK
PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI Roski R.I. Legrans ABSTRAK Efek samping dari produk yang dihasilkan suatu industri adalah limbah industri. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS PLAXIS
BAB III METODE ANALISIS PLAXIS 3.1 UMUM Metode analisis sudi kasus tugas akhir ini menggunakan software PLAXIS 7.11. PLAXIS adalah sebuah software yang dikembangkan berdasarkan metoda elemen hingga (finite
Lebih terperincibermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,
SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan
Lebih terperinciBAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM
BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.
Lebih terperinciTEORI TERZAGHI KO K N O S N O S L O I L DA D S A I S SA S T A U T U DI D ME M N E S N I S
TEORI TERZAGHI KONSOLIDASI SATU DIMENSI Teori Terzaghi tentang Konsolidasi Satu Dimensi Anggapan-anggapan Tanah homogen Tanah jenuh Butiran tanah dan air tidak dapat dimampatkan Kemampatan dan aliran hanya
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.
ABSTRAK Dalam perencanaan pondasi tiang harus memperhatikan karakteristik tanah di lapangan serta beban struktur atas bangunan karena hal ini akan mempengaruhi desain pondasi yang akan digunakan. Metode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan
Lebih terperinciDiktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN
Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian
Lebih terperinciBAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL
BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL 3.1 PENDAHULUAN Proyek jembatan Ir. Soekarno berada di sebelah utara kota Manado. Keterangan mengenai project plan jembatan Soekarno ini dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciANALISA PEMODELAN TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DIATAS TANAH LUNAK MENGGUNAKAN METODE SIMPLIFIED BISHOP DAN METODE ELEMEN HINGGA
ANALISA PEMODELAN TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DIATAS TANAH LUNAK MENGGUNAKAN METODE SIMPLIFIED BISHOP DAN METODE ELEMEN HINGGA BAMBANG YADI JUNIANTO NRP : 9521075 NIRM : 41077011950336 Pembimbing
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang berdasarkan pada metode baji (wedge method), dan kalkulasi dari program
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji nilai faktor keamanan dari pemodelan soil nailing dengan elemen pelat (plate) dan elemen node
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB III DATA PERENCANAAN
BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur
Lebih terperinciKUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2
KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Material Uji Model Pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah dilakukan untuk mengklasifikasi jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan
Lebih terperinciKONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL
KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciBAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL
BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL Jembatan Cable Stayed Menado merupakan jembatan yang direncanakan dibangun untuk melengkapi sistem jaringan Menado Ring Road sisi barat untuk mengakomodasi kebutuhan jaringan
Lebih terperinciBab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear
Bab VI Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Hasil Percobaan Direct Shear VI.1 Pengertian Model Makroskopis Bonding Antar Lapis Perkerasan Beraspal Model makroskopis adalah model yang
Lebih terperinciLaporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan
Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL
4-1 BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4.1 Data Teknis Gambar 4.1 Rencana Gedung Wisma Asia II a. Nama Proyek : Gedung Wisma Asia II b. Lokasi Proyek : Jl. Tali Raya, Slipi Jakarta Barat 4-2 Gambar 4.2 Peta
Lebih terperinci4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )
TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6
LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6 Berikut ini merupakan langkah-langkah pemodelan analisa
Lebih terperinciKarakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage HELDYS NURUL SISKA, YUKI ACHMAD
Lebih terperinciLaporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR
Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut
Lebih terperinciVII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis
VII EASTISITAS Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mempelajari bab elastisitas adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep elastisitas pada kehidupan
Lebih terperinciBab II STUDI PUSTAKA
Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan
Lebih terperinciKUAT GESER TANAH. Materi Kuliah : Mekanika Tanah I Oleh : Tri Sulistyowati
KUAT GESER TANAH Materi Kuliah : Mekanika Tanah I Oleh : Tri Sulistyowati DEFINISI Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong
Lebih terperinciKeywords: expansive clay, SiCC column, triaxial, UU, CU. Kata-kata kunci: lempung ekspansif, kolom SICC, triaksial, UU, CU
BULETIN TEKNIK SIPIL Full Paper KARAKTERISTIK KUAT GESER TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI SEKITAR KOLOM SICC Mei Liya Faridatun Kharoza a, Agus Setyo Muntohar a * a Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur
BAB I PENDAHUUAN 1.1. atar Belakang Masalah Dalam perencanaan struktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur dibebani
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Studi Eksperimental 4.1.1 Pendahuluan Model dari eksperimen ini diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu berupa balok beton bertulang untuk balkon yang
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan
Lebih terperinci1. Tegangan (Stress) Tegangan menunjukkan kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda. Perhatikan gambar berikut
ELASTISITAS Kebanyakan dari kita tentu pernah bermain dengan karet gelang. Pada saat Anda menarik sebuah karet gelang, dengan jelas Anda dapat melihat karet tersebut akan mengalami perubahan bentuk dan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Konstruksi suatu timbunan di atas tanah lunak dengan elevasi muka air tanah yang tinggi akan menyebabkan peningkatan tekanan air pori. Akibat perilaku tak terdrainase
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Binus Square merupakan sebuah apartemen yang berlokasi di Jl. Budi Raya, Kemanggisan, Jakarta Barat. Jumlah lantai apartemen Binus Square
Lebih terperinciBAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS
IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang
Lebih terperinciI. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER
I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubstitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang digunakan dari desa Belimbing sari kec. Jabung,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 OBJEK PENULISAN Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope Stability) pada dasar galian basement pada Proyek Gedung Jakarta Pusat. 3.2
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH (SIL211) KUAT GESER TANAH. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknolog Pertanian Institut Pertanian Bogor
MEKANIKA TANAH (SIL211) KUAT GESER TANAH Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknolog Pertanian Institut Pertanian Bogor 1 KERUNTUHAN AKIBAT GESER Tanah umumnya runtuh akibat geser strip footing
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 KRITERIA KERUNTUHAN MOHR COULOMB Keruntuhan geser (shear
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III Bab III Metode Penelitian METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan 2 metode yang digunakan dalam pehitungan pondasi tiang tiang akibat beban
Lebih terperinciKarakteristik Kuat Geser Puncak, Kuat Geser Sisa dan Konsolidasi dari Tanah Lempung Sekitar Bandung Utara
Karakteristik Kuat Geser Puncak, Kuat Geser Sisa dan Konsolidasi dari Tanah Lempung Sekitar Bandung Utara Frank Hendriek S. NRP : 9621046 NIRM : 41077011960325 Pembimbing : Theodore F. Najoan.,Ir.,M.Eng.
Lebih terperinciAnalisis Daya Dukung Tiang Tunggal Statik pada Tanah Lunak di Gedebage
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 206 Analisis Daya Dukung Tiang Tunggal Statik pada Tanah Lunak di Gedebage WANDA ASKA ALAWIAH, YUKI
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KONSTANTA PEGAS TANAH TERHADAP RESPON TEGANGAN DAN PENURUNAN PADA PONDASI PELAT (MAT FOUNDATION) ABSTRAK
STUDI PENGARUH KONSTANTA PEGAS TANAH TERHADAP RESPON TEGANGAN DAN PENURUNAN PADA PONDASI PELAT (MAT FOUNDATION) Andreas Nugraha NRP: 0621011 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. ABSTRAK Permasalahan
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER
BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.
Lebih terperinciHukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT
Hukum Hooke Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan Ir. lisabeth Yuniarti, MT Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship) Untuk merancang struktur yang dapat berfungsi dengan baik, maka kita memerlukan
Lebih terperinciUJI KONSOLIDASI CONSTANT RATE OF STRAIN DENGAN BACK PRESSURE PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BATUNUNGGAL (BANDUNG SELATAN)
UJI KONSOLIDASI CONSTANT RATE OF STRAIN DENGAN BACK PRESSURE PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BATUNUNGGAL (BANDUNG SELATAN) Indri Astari NRP : 9821019 Pembimbing : Ibrahim Surya.,Ir.,M.Eng FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciMengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam
Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba
Lebih terperinciSTUDI DIFERENTIAL SETTLEMENT AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN SIRTU PADA KELOMPOK TIANG DI BAWAH PONDASI TANGKI
STUDI DIFERENTIAL SETTLEMENT AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN SIRTU PADA KELOMPOK TIANG DI BAWAH PONDASI TANGKI Oleh: Komarudin Fakultas Teknik Universitas Wiralodra, Jawa Barat ABSTRAK Kondisi tanah berlapis
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR ANALISIS
BAB III PROSEDUR ANALISIS Dalam melakukan perencanaan desain, secara umum perhitungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: perencanaan secara manual dan perencanaan dengan bantuan program. Dalam perhitungan secara
Lebih terperinciPEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG ABSTRAK
PEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG Jhony NRP: 0721003 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Balok tinggi adalah balok yang mempunyai rasio
Lebih terperinciBAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV
BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Umum
BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Perhitungan dalam melakukan perencanaan desain pondasi secara umum dapat terbagi menjadi dua cara, yaitu perhitungan dengan cara manual dan perhitungan dengan bantuan program.
Lebih terperinciCara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium
SNI 2815:2009 Standar Nasional Indonesia Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan
Lebih terperinciBAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3
BAB III UJI LABORATORIUM 3.1. Benda Uji Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 dimensi, tiga lantai yaitu dinding penumpu yang menahan beban gempa dan dinding yang menahan
Lebih terperinciTOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21
TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran
Lebih terperinciDAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)
DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS) Siska Rustiani Irawan Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik
Lebih terperinciPENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G)
PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G) Marti Istiyaningsih 1, Endah Kanti Pangestuti 2 dan Hanggoro Tri Cahyo A. 2 1 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciAdapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai.
Bab 3 3 METODOLOGI Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai Pemilihan tema Pengumpulan data Studi literatur Menentukan
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB IV MODULUS YOUNG Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN
143 BAB 6 SIFAT MEKANIK BAHAN Bahan-bahan terdapat disekitar kita dan telah menjadi bagian dari kebudayaan dan pola berfikir manusia. Bahan telah menyatu dengan peradaban manusia, sehingga manusia mengenal
Lebih terperinci