Terapi Akne Inflamasi dengan Azitromisin Dosis Denyut Kasus Seri
|
|
- Widyawati Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN KASUS Terapi Akne Inflamasi dengan Azitromisin Dosis Denyut Kasus Seri (Azithromycin Pulse Dose in the Treatment of Inflammatory Acne Serial Cases) Devi Artami Susetiati, Febrina Rismauli Panggabean, Dwi Retno Adi Winarni Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Rumah Sakit Dr. Sardjito Indonesia Abstrak Latar Belakang: Akne merupakan penyakit inflamasi kronis dan biasanya terjadi pada usia dewasa muda. Terapi sistemik seperti antibiotika dan hormonal telah digunakan untuk pengobatan akne. Azitromisin merupakan antibiotik yang baru-baru ini digunakan sebagai terapi akne. Beberapa macam protokol azitromisin dengan dosis denyut dapat dipakai sebagai terapi alternatif dalam pengobatan akne. Kasus: Tiga kasus penderita akne berusia 22 dan 24 tahun dengan keluhan jerawat di wajah. Lesi akne berupa komedo, papul eritem, pustula dan nodul. Pasien pertama dan kedua diterapi azitromisin mg pada hari pertama diikuti mg pada hari kedua sampai kelima setiap bulan dan kasus ke-3 diterapi azitromisin mg selama 4 hari setiap bulan. Semua kasus diberikan selama 4 bulan. Perbaikan lesi dengan menilai derajat keparahan akne menggunakan Global Acne Grading System (GAGS). GAGS sebelum terapi adalah 20, 23 dan 30, setelah terapi 12, 8 dan 9. Diskusi: Antibiotika oral seperti doksisiklin, eritromisin, tetrasiklin, minosiklin dan trimetoprim telah digunakan sebagai terapi akne inflamasi selama lebih dari 30 tahun. Penggunaan obat-obat ini memerlukan kepatuhan yang tinggi oleh karena waktu paruh yang pendek sehingga obat harus diminum beberapa kali dalam sehari. Kemampuan azitromisin berada dalam jaringan dengan cepat dan waktu paruh yang lama sebagai dasar obat ini dapat digunakan dalam bentuk dosis denyut. Sayangnya belum ada data tentang standarisasi dosis optimum dan frekuensi pemberian azitromisin untuk akne. Kata kunci: akne inflamasi, azitromisin, dosis denyut Abstract Background: Acne vulgaris is a common inflammatory disorder caused by multifactorial factors, affecting virtually young adults. Systemic antibiotics and hormone therapy have been used in the treatment of acne for many years. Azythromycin is one of the antibiotics that has been recently prescribe for treatment of acne. There are several protocols pulse dose regimen of oral azythromycin as an alternative therapy in acne treatment. Case: Three cases of acne inflammatory in women age 22 and 24 years. The lesions consisting of comedones, papules, pustules and nodule. The first and second patient, azythromycin was administered 500 mg on the first day and 250 mg daily for a further four days per month. The third patient received azythromycin 500 mg daily for four consecutive days per month. All cases were treated with azythromycin pulse dose in 4 months. Improvement was assessed by Global Acne Grading System (GAGS). GAGS score of the three patients before treatment were 20, 23 and 30, after completing therapy were 12, 8 and 9, respectively. Discussion: In the past 30 years, numerous systemic antibiotics mainly doxycycline, erythromycin, tetracycline, minocycline and trimethoprime have assumed the main role in the management of acne patients with inflammatory papules and cysts. Because the short half-life of commonly prescribed antimicrobials necessitates administration several times a day. Due to pharmacokinetic profile of azythromycin by rapid and extensive uptake from the circulation, these factors allow for a single dose regimen for treating acne. However, there are no data about the optimum dose and frequency of azythromycin in the treatment of acne. Key words: inflammatory acne, azythromycin, pulse dose Korespondensi: Devi Artami Susetiati, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada Rumah Sakit Dr. Sardjito. Jl. Kesehatan No. 1 Yogyakarta. Indonesia. Telp PENDAHULUAN Akne merupakan penyakit inflamasi kronik yang terjadi pada unit pilosebaseus. Penyakit ini terjadi terutama pada usia dewasa muda dan dapat sembuh sendiri. Akne juga merupakan penyakit multifaktorial yang berkembang di dalam folikel Pengarang Utama 2 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP (SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990) 79
2 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009 sebaseus. Patofisiologi akne terjadi karena adanya 4 faktor yang saling berpengaruh yaitu hiperkeratinisasi folikuler, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, peningkatan produksi sebum, dan inflamasi. 1,2,3 Predileksi akne terutama di daerah wajah kemudian punggung, dada, dan bahu. Pada dada dan punggung lesi akne cenderung lebih banyak pada daerah sekitar garis tengah tubuh (midline). 1 Lesi non inflamasi berupa komedo sedangkan lesi inflamasi mempunyai gambaran polimorfik. Lesi akne inflamasi superfisial dibagi menjadi papul, pustul, dan makula. Sedangkan lesi yang berkembang lebih dalam berupa nodul dan pustul dalam (deep pustules). 3 Berbagai macam terapi sistemik telah digunakan untuk mengobati akne seperti antibiotik, terapi hormonal, dan kadang-kadang kortikosteroid. Azitromisin merupakan salah satu antibiotik yang baru-baru ini dipergunakan sebagai terapi akne. Antibiotika ini mempunyai efektivitas yang sama dengan doksisiklin. Azitromisin merupakan agen antibakterial yang mengandung nitrogen dan merupakan derivat metil dari eritromisin dengan mekanisme kerja dan penggunaan yang mirip dengan eritromisin. 4 Ada berbagai macam protokol pemberian dosis azitromisin dalam pengobatan akne. 4,5,6 Berikut dilaporkan kasus seri terapi akne dengan menggunakan 2 macam protokol pemberian azitromisin dosis denyut. Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan wawasan terapi alternatif akne selain terapi standar yang biasanya digunakan untuk pengobatan akne. dinilai dengan menggunakan Global Acne Grading System (GAGS) diperoleh nilai 20, kemudian ditegakkan diagnosis akne nodularis. Pasien diberi terapi azitromisin mg pada hari pertama lalu diikuti mg pada hari kedua sampai kelima setiap bulan. Pada saat kontrol kedua, status dermatologis pasien tampak adanya perbaikan. Pada dahi dan kedua pipi sudah tidak ditemukan pustul dan nodul lagi. GAGS menurun menjadi 14. Terapi antibiotika dilanjutkan sesuai dengan protokol. Tanggal 10 September 2007 pasien melakukan kunjungan ketiga. Status dermatologis pasien secara umum mengalami perbaikan, tidak ditemukan papul eritem pada dahi sehingga GAGS turun menjadi 12. Terapi dilanjutkan sesuai dengan terapi pada saat kontrol kedua. A. Kunjungan I GAGS 20 KASUS 1 Seorang perempuan, berumur 24 tahun, datang pertama kali berobat tanggal 28 Juli 2007 dengan keluhan jerawat pada wajah sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat pengobatan sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan mendapat terapi berupa obat oles. Selain obat-obatan dari dokter tersebut, pasien juga memakai sabun wajah, obat anti akne dan alas bedak yang beredar di pasaran. Pada pemeriksaan fisik tanda vital semua dalam batas normal. Pemeriksaan status dermatologis dahi tampak komedo tertutup, papul eritem, multipel, tersebar, dan terdapat beberapa milia. Kedua pipi tampak komedo tertutup dan terbuka, papul eritem, multipel, dengan beberapa pustul dan nodul soliter di pipi kiri. Hidung tampak beberapa komedo tertutup. Dagu tampak komedo tertutup, papul eritem, multipel dengan beberapa pustul. Derajat keparahan akne B. Kunjungan III GAGS 12 KASUS 2 Seorang perempuan, berumur 22 tahun, datang pertama kali berobat tanggal 28 Juli 2007 dengan keluhan utama jerawat pada wajah sejak ia duduk di bangku SMA. Pasien pernah berobat ke salon memperoleh krem malam, krem pagi, dan obat jerawat yang dioleskan 2 sehari. Selain itu ia juga menggunakan sabun wajah, bedak, pembersih, dan penyegar dari salon tersebut. 80
3 Laporan Kasus Terapi Akne Inflamasi dengan Azitromisin Dosis Denyut (Kasus Seri) Pada pemeriksaan fisik tanda vital semua dalam batas normal. Pemeriksaan status dermatologis pada dahi tampak komedo tertutup dengan beberapa papul eritem. Pada kedua pipi tampak komedo terbuka, papul eritem, pustul, multipel tersebar dengan masingmasing pipi terdapat nodul soliter. Hidung tampak komedo tertutup dan terbuka dengan beberapa papul eritem. Dagu tampak komedo tertutup dan terbuka, multipel tersebar. Nilai GAGS diperoleh sebesar 23. Diagnosis yang ditegakkan pada saat itu yaitu akne nodularis. Terapi yang diberikan azitromisin tablet mg pada hari pertama yang kemudian diikuti mg selama empat hari setiap bulan. Pada saat kontrol kedua, tampak perbaikan status dermatologis dengan tidak ditemukan lagi pustul dan nodul pada kedua pipi, lalu pada dahi dan hidung sudah tidak ditemukan papul eritem. GAGS diperoleh nilai sebesar 12. Terapi dilanjutkan sesuai terapi pada saat kontrol pertama. Kunjungan ketiga, September 2007 dilakukan pemeriksaan status dermatologis. Lesi pada wajah didominasi dengan komedo tertutup dan terbuka. Pada kedua pipi sudah tidak ditemukan lagi papul eritem, lesi sekarang berupa komedo tertutup/terbuka, A. Kunjungan I GAGS 23 B. Kunjungan II GAGS 12 B. Kunjungan III GAGS 8 makula eritem, dan skar pitted. GAGS turun menjadi 8. Terapi yang sama dilanjutkan sampai 12 minggu. KASUS 3 Pasien seorang perempuan, berumur 22 tahun, datang pertama kali berobat pada tanggal 16 Juli 2007 dengan keluhan jerawat bertambah banyak dan besar selama 3 bulan terakhir ini. Pasien belum pernah berobat ke dokter kulit maupun dokter umum. Pasien pernah mencoba beberapa kali facial di salon dan memakai beberapa produk kosmetika yang ada di pasaran. Riwayat penyakit dahulu, sejak pasien duduk di bangku SMA sering berjerawat yang bersifat kumat-kumatan. Jerawat timbul bila pasien menjelang haid, kelelahan, dan menghadapi ujian. Pemeriksaan fisik tanda vital semua dalam batas normal. Pemeriksaan status dermatologis pada dahi tampak komedo tertutup, papul eritem, skar pitted, multipel dan tersebar. Dahi bagian pelipis kanan tampak beberapa nodul. Kedua pipi tampak komedo tertutup dan terbuka, papul eritem, skar pitted, multipel tersebar dengan beberapa pustul dan nodul. Pada hidung tampak komedo terbuka dengan papul eritem soliter. Dagu tampak komedo tertutup dan terbuka, beberapa pustul dan nodul. GAGS diperoleh nilai sebesar 30. Diagnosis yang ditegakkan pada saat itu yaitu akne nodularis. Terapi yang diberikan azitromisin tablet mg selama 4 hari berturutturut setiap bulan. Pada saat kontrol kedua pada tanggal 6 Agustus 2007 diperoleh perbaikan status dermatologis yaitu tidak ditemukan lagi nodul dan pustul di wajah. GAGS turun menjadi 15. Terapi dilanjutkan sesuai dengan terapi pada saat kunjungan pertama. Kunjungan ketiga dilakukan 1 bulan kemudian, pasien mengalami perbaikan yaitu tidak ditemukan papul eritem pada dahi dan kedua pipi sehingga GAGS turun lagi menjadi 9. Terapi antibiotik dilanjutkan sesuai dengan terapi pada saat kontrol pertama dan kedua. 81
4 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009 PEMBAHASAN Selama lebih dari 30 tahun, antibiotika oral seperti doksisiklin, eritromisin, tetrasiklin, minosiklin, dan trimetoprim telah dipergunakan sebagai terapi akne inflamasi seperti papul dan kista. Obat-obat antibiotika tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek, sehingga harus diminum beberapa kali dalam sehari. Hal ini tentu saja memerlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dari pasien. 5,8,9 Tetrasiklin merupakan obat antibiotik pilihan pertama untuk terapi akne tetapi tetrasiklin mempunyai banyak efek samping seperti fotosensitivitas, pigmentasi kuku dan kulit, folikulitis gram negatif, kontak hipersensitivitas, fixed drug eruptions, kandidiasis oral dan vagina, sistemik lupus eritematosus, dan lain-lain. 5 Doksisiklin sebenarnya mempunyai efek samping umum yang relatif lebih sedikit seperti gangguan gastrointestinal dan fotosensitivitas. Akan tetapi banyak terjadi putus obat sebelum waktunya untuk pemakaian obat-obatan seperti doksisiklin, tetrasiklin, dan eritromisin. 8 Azitromisin merupakan antibiotik berspektrum luas dari golongan makrolid. Semua golongan makrolid mempunyai mekanisme kerja melalui penghambatan sintesis protein dengan cara pengikatan secara reversibel pada 23 S ribosomal RNA di dalam subunit 50S. Pada azitromisin terdapat penambahan nitrogen yang mensubstitusi metil pada rantai C-9a. Adanya penambahan ini menyebabkan azitromisin mampu melawan bakteri gram positif, gram negatif, dan bakteri anaerob. Azitromisin mempunyai kemampuan 4 8 kali lebih besar dibandingkan dengan eritromisin dalam melawan H. influenza, Moraxella catarrhalis, Legionella spp., Helicobacter pylori, Borrelia burgdorferi, Pasteurella multocida, Chlamydia spp., Campylobacter spp., dan Mycobacterium avium. Azitromisin juga memperlihatkan afinitasnya pada jaringan yang mengalami inflamasi, dan aktivitas melawan bakteri anaerob termasuk P. acnes. 8,10 Azitromisin dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum yang relatif rendah, kurang lebih 0,4 mg/ml. Sembilan puluh persen isolat Propionibacterium acnes secara in vitro dapat diinhibisi oleh azitromisin pada minimum inhibitory concentration 0,15 µg/ml atau kurang. Bagaimanapun azitromisin dapat penetrasi hampir ke semua jaringan dan selsel fagositik dengan konsentrasi jaringan kali melebihi konsentrasi serum, sehingga dapat meningkatkan kemampuan sel-sel fagositik dalam membunuh bakteri. Obat ini juga dapat diabsorbsi dengan baik dan cepat dari darah ke dalam jaringan. Selain itu ia juga mempunyai waktu paruh yang panjang (24 96 jam) sehingga memungkinkan pemberian sekali sehari. 8,10,11 Kemampuan azitromisin berada di dalam jaringan dengan cepat dan waktu paruh yang lama itulah maka obat ini dapat digunakan dalam bentuk dosis denyut (pulse dose). Sayangnya belum ada data tentang standarisasi berapa dosis optimum dan frekuensi pemberian azitromisin untuk terapi akne. Masih banyak protokol pemberian azitromisin yang digunakan untuk pengobatan akne. 5 Pada laporan kasus ini dilakukan pengamatan dua macam protokol pemberian azitromisin yaitu pemberian 500 mg per hari selama empat hari berturut-turut setiap bulannya dan pemberian 500 mg pada hari pertama yang diikuti 250 mg/hari selama empat hari berturut-turut setiap bulannya selama tiga bulan. Perbaikan klinis secara nyata diperoleh setelah tiga bulan pemakaian azitromisin oral. Kasus pertama tampak penurunan nilai 20 pada awal terapi menjadi 12 pada bulan ketiga. Penurunan nilai GAGS pada kasus pertama sebesar 40%. Kasus kedua diperoleh nilai GAGS pada awal terapi 23, setelah tiga bulan menurun menjadi 8. Penurunan nilai GAGS pada kasus kedua sebesar 65%. Sedangkan kasus ketiga nilai GAGS pada awal terapi sebesar 30 menjadi 9 pada akhir terapi. Sehingga diperoleh penurunan nilai GAGS sebesar 70%. Berdasarkan pemantauan terhadap ketiga kasus di atas, tampak bahwa kasus ketiga mempunyai perbaikan klinis yang paling baik. Akan tetapi hal tersebut belum dapat dijadikan patokan karena dalam laporan kasus ini tidak ada pembanding untuk protokol pemberian azitromisin dosis 500 mg selama empat hari setiap bulannya. Ketiga pasien dalam laporan kasus ini semuanya tidak diberikan terapi topikal, seperti retinoid atau topikal antibiotika, dengan maksud untuk melihat efektivitas antibiotika azitromisin oral. Antibiotika oral sebaiknya tidak diberikan untuk akne ringan karena untuk jenis akne ini cukup diberikan obat-obatan topikal. 5 Pemilihan penilaian derajat keparahan akne dipilih Global Acne Grading Systems (GAGS) oleh Doshi dkk. Metode penilaian ini praktis dan dapat cepat dilakukan selama pasien melakukan kunjungan di poliklinik (kurang lebih menghabiskan waktu 15 menit per kunjungan pasien). GAGS dinilai berdasarkan 6 lokasi yaitu wajah (dibagi 5 tempat) dan dada/punggung atas. Kemudian penilaian lesi kulit 82
5 Laporan Kasus Terapi Akne Inflamasi dengan Azitromisin Dosis Denyut (Kasus Seri) pada masing-masing tempat tersebut dikalikan dengan faktor yang berdasarkan kekasaran area permukaan, distribusi, dan kepadatan unit pilosebaseus. Besarnya faktor perkalian tersebut yaitu bernilai 2 untuk dahi dan kedua pipi, nilai 1 untuk hidung dan dagu, serta nilai 3 untuk dada dan punggung atas. Kemudian nilai yang diperoleh disesuaikan dengan kelompok tingkat keparahan yaitu 1 18 termasuk ringan, menengah, parah, lebih dari 39 sangat parah. Garis batas wajah ditentukan oleh garis rambut, garis rahang, dan telinga. Pemeriksaan ini praktis karena tidak diperlukan kaca pembesar, dan cahaya yang terang. 7 Keuntungan terapi akne dengan azitromisin ini di antaranya meningkatkan kepatuhan pasien, mempunyai efek samping gastrointestinal yang ringan, obat tidak bersifat fototoksik, belum ada data yang menemukan adanya resistensi terhadap P. acnes, aman digunakan bagi ibu hamil dan menyusui, dan hanya sedikit obat yang berinteraksi dengan azitromisin (antasid dan digoksin). Kerugian obat ini adalah harga obat per tablet yang jauh lebih mahal dibandingkan harga obat antibiotik yang sering dipergunakan. Akan tetapi apabila ditinjau dari segi keuntungannya, maka harga yang mahal ini akan memberikan keuntungan yang jauh lebih banyak. Pada kasus tidak ditemukan adanya keluhan efek samping obat azitromisin. Derajat keparahan akne pada pasien dinilai secara objektif dengan menggunakan GAGS dan diperoleh penurunan sebesar 40 70% selama tiga bulan. Secara subjektif pasien juga merasakan adanya perbaikan lesi yang nyata. Berdasarkan laporan kasus di atas belum dapat disimpulkan pilihan terapi yang paling baik dari kedua macam protokol yang telah dipergunakan sehingga diperlukan penelitian dengan jumlah subjek yang besar untuk membandingkan bermacam-macam protokol terapi akne dengan azitromisin dosis denyut. KEPUSTAKAAN 1. Thiboutot DM, Strauss JS. Diseases of the sebaceous glands. In: Freedberg IM, Eizen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Dermatology in General Medicine. 6 th ed. New York: McGraw-Hill; p Gollnick HPM, Cunliffe WJ, Berson D, Dreno B, Finlay A, Leyden JJ, et al. Management of acne. J Am Acad Dermatol 2003; 49: S Cunliffe WJ, Gollnick HPM. Acne Diagnosis and Management. London: Martin Dunitz Ltd; Naieni FF, Akrami H. Comparison of three different regimens of oral azithromycin in the treatment of acne vulgaris. Indian J Dermatol 2006; 51: Kus S, Yucelten D, Aytug A. Comparison of efficacy of azithromycin vs. doxycycline in the treatment of acne vulgaris. Clin Exp Dermatol 2005; 30: Parsad D, Pandhi R, Nagpal R, Negi KS. Azithromycin monthly pulse vs daily doxycycline in the treatment of acne vulgaris. J Dermatol 2001; 28: Doshi A, Zaheer A, Stiller MJ. A comparison of current acne grading systems and proposal of a novel system. Int J Dermatol 1997; 36: Fernandez-Obregon AC. Azithromycin for the treatment of acne. Int J Dermatol 2000; 39: Singhi MK, Ghiya BC, Dhabhai RK. Comparison of oral azithromycin pulse with daily doxycycline in the treatment of acne vulgaris. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2003; 69: Parsad D, Pandhi R, Dogra S. A guide to selection and appropriate use of macrolides in skin infections. Am J Clin Dermatol 2003; 4: Kapadia N, Talib A. Acne treated successfully with azithromycin. Int J Dermatol 2004; 43:
Terapi Akne Vulgaris Berat dengan Azitromisin Dosis Denyut
Laporan Kasus Terapi Akne Vulgaris Berat dengan Azitromisin Dosis Denyut Satya Wydya Yenny, Wahyu Lestari SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr M Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.
1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering
Lebih terperinciTERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai Syarat Kelulusan Program Sarjana Kedokteran Umum RIMA ADJANI NUGROHO G2A009122
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti komedo, papul,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris
Lebih terperinciTERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :
TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran
Lebih terperinciABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung
ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS
ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS Regina, 2004. Pembimbing : Endang Evacuasiany,Dra.,MS.,AFK.,Apt dan Slamet Santosa, dr., M Kes. Akne vulgaris adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ruang lingkup disiplin ilmu kesehatan kulit. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat penelitian : Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka
Lebih terperinciTERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada unit pilosebasea yang ditandai dengan seborrhea, formasi komedo terbuka dan tertutup, pustula dan papula yang
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENAMBAHAN BEDAK PADAT TERHADAP JUMLAH LESI AKNE VULGARIS (Penelitian Klinis pada Mahasiswi Penderita Akne Vulgaris yang Diberi Terapi Standar Tretinoin 0,025% + TSF 15) LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik
Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acne vulgaris (jerawat) merupakan suatu penyakit kulit yang paling umum terjadi pada remaja, dalam beberapa kasus jerawat dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di
Lebih terperinciPENGGUNAAN KLINDAMISIN ORAL PASIEN AKNE VULGARIS SEDANG DI POLIKLINIK RSCM JAKARTA TAHUN 2009
Artikel Asli PENGGUNAAN KLINDAMISIN ORAL PASIEN AKNE VULGARIS SEDANG DI POLIKLINIK RSCM JAKARTA TAHUN 2009 Irma Bernadette Simbolon Sitohang, Wresti Indriatmi Makes Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.
BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel
Lebih terperinciThe Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta
The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau yang biasa disebut jerawat adalah suatu penyakit pada folikel rambut dan jaringan sebasea yang pada umumnya dapat sembuh sendiri, biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda (Purdy dan DeBerker, 2007). Prevalensi yang mencapai 90 %
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris termasuk salah satu penyakit yang paling umum ditemui di praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi kronik unit pilosebaseus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).
Lebih terperinciADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI
SKRIPSI PENANGANAN JERAWAT (Acne vulgaris) MENGGUNAKAN TERAPI HERBAL KAPSUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI PONDOK PESANTREN AL HADY, MALANG. RIZKA DEWI DAMAYANTI 151410483003 PROGRAM
Lebih terperinciKORELASI ANTARA RESPONS PIGMENTASI AKIBAT PAJANAN MATAHARI DENGAN DERAJAT PARUT AKNE VULGARIS
Artikel Asli KORELASI ANTARA RESPONS PIGMENTASI AKIBAT PAJANAN MATAHARI DENGAN DERAJAT PARUT AKNE VULGARIS Istiana Fiatiningsih, Kristiana Etnawati, Agnes Sri Siswati Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akne vulgaris merupakan kelainan yang sering dijumpai pada struktur kelenjar sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul,
Lebih terperinciABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) PADA ACNE VULGARIS YANG TERINFEKSI Staphylococcus sp.
ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) PADA ACNE VULGARIS YANG TERINFEKSI Staphylococcus sp. SECARA IN VITRO Arlene Angelina, 2010. Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si Pembimbing
Lebih terperinciJerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.
Written by DR. Santi Hoesodo Merah dan ranum! Kalau untuk buah-buahan sih ok saja. Tapi untuk keadaan berjerawat. Aduh...siapa juga yang mau. Penulis ingat semasa SMA kalau ada teman yang berjerawat besar
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUANNISA PRATITA DEVI G0008040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciKELAIANAN KELENJAR SEBASEA DAN KELENJAR EKRIN. Betty Ekawati Irianto Departement Dermato & venereology FK UII be Queen Skin & genital Care Centre
KELAIANAN KELENJAR SEBASEA DAN KELENJAR EKRIN Betty Ekawati Irianto Departement Dermato & venereology FK UII be Queen Skin & genital Care Centre INTRODUCTION Acne is an inflammatory disorder on pilosebaceous
Lebih terperinciINTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis
Lebih terperinciHUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015
HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciPHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN
1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),
Lebih terperinciRESISTENSI ANTIBIOTIK PROPIONIBACTERIUM ACNES DARI BERBAGAI LESI KULIT AKNE VULGARIS DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Artikel Asli RESISTENSI ANTIBIOTIK PROPIONIBACTERIUM ACNES DARI BERBAGAI LESI KULIT AKNE VULGARIS DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Reti Hindritiani, Asmaja Soedarwoto, Kartika Ruchiatan, Oki Suwarsa,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA SKAR AKNE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA SKAR AKNE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro DESKANITA
Lebih terperinciMDVI Vol 42 No. 4 Tahun 2015;
MDVI Vol 42 No. 4 Tahun 2015; 157-162 Artikel Asli PENAMBAHAN FOTOTERAPI LIGHT EMITTING DIODE SINAR BIRU-MERAH PADA TERAPI LINI PERTAMA PASIEN AKNE VULGARIS DERAJAT SEDANG (Analisis efektivitas, keamanan,
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP ACNE RINGAN
ABSTRAK PENGARUH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP ACNE RINGAN Nadia Elizabeth, 2006. Pembimbing I : Winsa Husin, dr.,msc., Mkes. Pembimbing II : Dian Puspitasari, dr., SpKK. Penampilan kulit
Lebih terperinciJURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
PENGARUH PENAMBAHAN BEDAK PADAT TERHADAP JUMLAH LESI AKNE VULGARIS (PENELITIAN KLINIS PADA MAHASISWI PENDERITA AKNE VULGARIS YANG DIBERI TERAPI STANDAR TRETINOIN 0,025% + TSF 15) Olivia Jovina Priyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Akne vulgaris adalah suatu kelainan pada unit. pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja.
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Akne adalah suatu kelainan pada unit pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja. Penyakit ini bermanifestasi sebagai lesi pleiomorfik yang terdiri atas komedo, papul,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEK DARK CHOCOLATE DAN MILK CHOCOLATE DENGAN KONTROL DALAM MEMICU PENINGKATAN LESI AKNE PADA AKNE VULGARIS DERAJAT RINGAN SKRIPSI
PERBANDINGAN EFEK DARK CHOCOLATE DAN MILK CHOCOLATE DENGAN KONTROL DALAM MEMICU PENINGKATAN LESI AKNE PADA AKNE VULGARIS DERAJAT RINGAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro
Lebih terperinciPROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
PROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Muhammad Mizwar 2 Marlyn Grace Kapantow 3 Pieter Levinus Suling Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciKata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi
ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN POLI GIGI TENTANG PENGGUNAAN TABLET ASAM MEFENAMAT 500 Mg DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Nurlailiani 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Maria Ulfah 3 Penyakit gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam
Lebih terperinciBuah Lycopersicum esculentum Mempunyai Efek Terapi terhadap Penurunan Jumlah Akne Vulgaris
ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 13 No. 3: 181-186, September 2013 Buah Lycopersicum esculentum Mempunyai Efek Terapi terhadap Penurunan Jumlah Akne Vulgaris Lycopersicum esculentum Fruit Have a
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,
Lebih terperinciArtikel Asli ABSTRAK ABSTRACT
Artikel Asli EFEKTVTAS TERAP GEL NASNAMD 4% DBANDNGKAN DENGAN KOMBNAS GEL BENZOL PEROKSDA 5% DAN KLNDAMSN 1,2% PADA PASEN AKNE VULGARS DERAJAT RNGAN ATAU SEDANG Marita Amiranti, Endang Sutedja, Kartika
Lebih terperinciPENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diasusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Akne vulgaris merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang sering dijumpai,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1 Definisi Akne vulgaris merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang sering dijumpai, dikarateristikkan dengan adanya papul folikular non inflamasi (komedo)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher
Lebih terperinciGAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DOTS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2009
GAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DOTS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2009 Oleh: MIRNA RAMZIE 070100217 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciINTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA
INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA Ruli Yanti ¹; Amaliyah Wahyuni, S.Si, Apt ²; drg. Rika Ratna Puspita³
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Permasalahan kulit pada wajah merupakan hal yang menjadi perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut jerawat merupakan permasalahan
Lebih terperinciBagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Yuli Sulistiyowati, Agnes Sri Siswati, Uji Potensi Antibakteri Sodium Ascorbyl Phosphate... ARTIKEL PENELITIAN Uji Potensi Antibakteri Sodium Ascorbyl Phosphate terhadap Propionibacterium acnes In Vitro
Lebih terperinciDISUSUN OLEH: INGGRID NOURMALYDZA
2 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2013-2015 Laporan Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.
PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh : NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM 070100232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT SECARA IN VITRO
ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT SECARA IN VITRO Putri Sion Ginting Pembimbing I Pembimbing II : Dr. Savitri Restu Wardhani.,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.
33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Lingkup ilmu : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Lingkup lokasi : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh terhadap serangan penyakit dari luar dan menjaga suhu
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan jaringan / organ yang paling vital serta cermin dari kesehatan dan kehidupan manusia. Fungsi kulit adalah
Lebih terperinciTHE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract
THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. Medical Faculty of Lampung University Abstract
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI
HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program Studi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA AKNE VULGARIS 2.1 Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Definisi Kualitas Hidup WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan
Lebih terperinciSugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...
Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan
Lebih terperinciPROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012
PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciAngka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012
Angka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012 Alyssa Amelia V.U 1, Athuf Thaha 2, Mutia Devi 2 1. Pendidikan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR
ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR Almiya Khansa Putri, 2017 Pembimbing I : R. Amir Hamzah, dr., M.Kes., SpKK Pembimbing II: Dani, dr., M.Kes Dermatitis Atopik
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dita Mayasari G0012063 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS Pada siswi SMA/MA/SMK yang menderita akne vulgaris JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika
Lebih terperinciNama Jurnal : European Journal of Ophthalmology / Vol. 19 no. 1, 2009 / pp. 1-9
Judul Jurnal : Efektifitas Penggunaan Levofloxacin Yang di Berikan Tiga Kali Sehari Untuk Pengobatan Konjungtivitis Bakterial Ditinjau Secara Klinis dan Mikrobiologis Nama Jurnal : European Journal of
Lebih terperinci6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti
Mengidentifikasi peran perawat dalam terapi obat Mengidentifikasi langkah-langkah proses keperawatan dalam terapi obat Menentukan prinsip-prinsip pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan rencana terapi
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Sriyani Indah Simanjuntak Pembimbing I : dr. Diana Krisanti Jasaputra
Lebih terperinci