PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN"

Transkripsi

1 PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN AKRAMUZZEIN. D Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc. Akhir-akhir ini permintaan akan produk peternakan semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dan kesadaran orang-orang terhadap pentingnya pangan bergizi. Susu merupakan produk peternakan yang bergizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tingkat produksi dan kualitas susu tergantung pada status nutrisi ternak yang menghasilkannya. Komputer dapat dimanfaatkan untuk menganalisa kondisi ternak sapi perah secara akurat dan efisien. Pada penelitian ini, sebuah program komputer dibuat menggunakan Microsoft Access dengan tahapan analisa sistem, desain solusi, uji program dan implementasi program. Analisa sistem dan desain solusi digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan status reproduksi ternak dengan memasukkan data identitas peternak, data individu ternak, status reproduksi ternak dan evaluasi kecukupan nutrien. Data identitas peternak berupa nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, mulai beternak, kelompok ternak dan tempat tinggal. Data individu ternak berupa kode ternak, tanggal lahir, status fisiologis, bobot badan dan body score ternak. Data reproduksi berupa tanggal melahirkan, periode laktasi, bulan laktasi dan produksi susu harian. Peubah untuk evaluasi kecukupan nutrien adalah jumlah pemberian pakan dan rataan kebutuhan nutrisi ternak. Data yang tersedia digunakan untuk mengkaji program yang dibuat. Hasil pengolahan data dengan program dapat memberikan informasi mengenai status kepemilikan ternak, populasi ternak, kecukupan nutrien dan kondisi ternak berupa status fisiologis dan produksi susu. Kata-kata kunci: program, sapi, pakan, susu, peternak, koperasi

3 ABSTRACT Feed Evaluation Program for Dairy Cattle at Farmer and Cooperative Level Using Microsoft Access Akramuzzein, I. G. Permana, and T. Toharmat The demand on animal products increases in line with the increase in human population and their awareness on their nutritive value. Milk is a highly nutritive animal product which has high economic value. However, milk yield and its nutritive value are influenced by the nutritional status of the cows. Computer can be used as a tool to evaluate efficiently and accurately the nutritional status of dairy herd. In the present study, a computer program was developed using Microsoft Access by analyzing system, creating solution design, test and implementation program. System analysis and solution design were used to evaluate the nutrient requirement and reproduction status of the animal by entering the data of farmer identity (name, date and place of birth, education status, start of farming, animals ownership and address), animal identity (code, date of birth, physiology status body score and body weight), feeding aspects (feeding and nutrient requirement), and animal reproduction status (age at first calving, lactation period, lactation month and daily milk yield). The available data was used to evaluate the developed program. The output of the program indicated the ownership of the animal, population, nutritional and physiological status and milk yield. Key words: program, cows, feed, milk, farmer, cooperative

4 PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS AKRAMUZZEIN D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS Oleh: AKRAMUZZEIN D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 6 Maret 2009 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc. NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tanggal 16 Februari Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Suriani dan Ibu Rumiati. Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karang Mekar 2 Banjarmasin tahun kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 3 Banjarmasin pada tahun dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjarmasin pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) sebagai Staf Biro Informasi dan Teknologi ( ), Ketua Biro Informasi dan Teknologi ( ) dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan magang kerja di Mixed Farming Blora, Jawa Tengah tahun Penulis menyusun skripsi dengan judul Pembuatan Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan IPB. Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan bimbingan Bapak Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan Bapak Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau sampai akhir zaman. Skripsi dengan judul Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternkan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang yang akan membalasnya. Bogor, Maret 2009 Penulis

8 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program Evaluasi Kecukupan Nutrien Deskripsi Database Profil Peternak Deskripsi Database Individu Ternak Deskripsi Database Bahan Pakan Deskripsi Database Pemberian Pakan Deskripsi Database Pemberian Pakan Deskripsi Fungsi Tombol Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Masa Laktasi... 26

9 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Pembuatan Program Data Pada Suatu Peternakan Rancangan Fisik Aplikasi Alur Penggunaan Program Form Menu Utama Program Hubungan Relasi Antar Tabel Contoh Laporan Profil Peternak Form Kepemilikan Ternak Form Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Entry Data Produksi Susu Contoh Laporan Produksi Ternak Contoh Laporan Produksi Peternak... 30

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Diagram Alir Edit Data Program Form Peternak Form Individu Ternak Form Pakan Form Laporan Produksi Peternak Form Laporan Produksi Ternak Data Kandungan Nutrien Pakan... 40

11 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ii ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Deskripsi Sapi Perah... 3 Produksi Susu Sapi Perah... 3 Penentuan Bobot Badan Sapi Perah... 4 Pakan... 5 Manajemen Pakan... 5 Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah... 6 Kecukupan Nutrien Pada Sapi Dara... 7 Kecukupan Pakan Sapi Dewasa... 7 Tolak Ukur Kebutuhan Zat Makanan... 8 Siklus Reproduksi Sapi Perah... 9 Sistem Informasi Microsoft Office Access Sistem Informasi Berbasis Komputer METODE Lokasi dan Waktu Materi Software dan Data Pendukung Hardware Pendukung Metode Analisa Sistem Desain Solusi Uji Program Implementasi Program... 17

12 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Aplikasi Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Desain Program dan Database Pembuatan Aplikasi Profil Peternak Kepemilikan Ternak Evaluasi Pemberian Pakan Produksi Susu Manfaat Aplikasi Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program Evaluasi Kecukupan Nutrien Deskripsi Database Profil Peternak Deskripsi Database Individu Ternak Deskripsi Database Bahan Pakan Deskripsi Database Pemberian Pakan Deskripsi Database Pemberian Pakan Deskripsi Fungsi Tombol Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Masa Laktasi... 26

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Pembuatan Program Data Pada Suatu Peternakan Rancangan Fisik Aplikasi Alur Penggunaan Program Form Menu Utama Program Hubungan Relasi Antar Tabel Contoh Laporan Profil Peternak Form Kepemilikan Ternak Form Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak Entry Data Produksi Susu Contoh Laporan Produksi Ternak Contoh Laporan Produksi Peternak... 30

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Diagram Alir Edit Data Program Form Peternak Form Individu Ternak Form Pakan Form Laporan Produksi Peternak Form Laporan Produksi Ternak Data Kandungan Nutrien Pakan... 40

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri peternakan semakin meningkat baik usaha peternakan skala kecil hingga skala besar. Keadaan ini didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat akan protein hewani yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan protein nabati dalam memenuhi kebutuhan protein yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Susu merupakan salah satu produk ternak yang bernilai gizi tinggi yang ketersedian baik kualitas maupun jumlahnya harus terjamin. Sapi perah sebagai penghasil susu utama saat ini pengembangannya masih terpusat di pulau Jawa. Namun masyarakat di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sudah mulai mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Untuk menunjang pengembangan sapi perah tersebut, pemerintah melakukan sosialisasi cara beternak sapi perah terutama dengan menerapkan Good Farming Practices. Peternak masih menggunakan pola beternak tradisional karena tingkat pendidikan para peternak yang rendah serta kurangnya informasi yang diterima. Tingkat pendidikan peternak sangat bervariasi dan sebagian besar peternak berpendidikan Sekolah Dasar. Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam pengembangan sapi perah, peran teknologi informasi sangat dibutuhkan. Penggunaan teknologi berupa komputer merupakan salah satu cara yang dapat digunakan peternak sebagai alat bantu dalam mengelola informasi peternakan. Sistem informasi berupa evaluasi kecukupan pemberian pakan dan data recording sapi perah sangat diperlukan bagi peternak. Informasi yang mendukung program ini antara lain database peternak, data populasi ternak, status reproduksi ternak, dan evaluasi kecukupan pemberian pakan. Informasi tersebut akan lebih mudah digunakan jika dikemas dalam paket program komputer. Dalam penelitian ini disusun suatu paket program komputer yang dikembangkan dan dikaji dalam kajian ini akan disediakan fasilitas search untuk mempercepat pencarian, memudahkan dalam input data serta sistem jaminan keamanan data.

17 Program ini disusun dengan menggunakan Microsoft Access sehingga mudah digunakan oleh peternak atau koperasi dalam membantu analisa data. Perumusan Masalah Kendala yang dihadapi kalangan peternak masih sangat banyak, baik dari segi ternak, lingkungan, informasi maupun keterbatasan penguasaan teknologi. Penggunaan teknologi khususnya komputer dalam usaha peternakan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan masih terbatasnya data peternak dan keadaan individu ternak. Data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi suatu peternakan sapi perah, hasil produksi susu dan evaluasi pemberian pakan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun aplikasi sistem informasi berupa data recording dan evalusi pemberian pakan sapi perah dengan menggunakan Program Microsoft Acces. 2

18 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Sapi Perah Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang dikemabangkan di Indonesia adalah Fries Holland (FH).Menurut Sudono (1999) bangsa sapi FH merupakan penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis. Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah sesuai dengan yang dinyatakan Sutardi (1980) adalah (1) warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3) bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5) tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9) temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10) bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800 kg dan (11) produksi susu dapat mencapai liter/ekor/laktasi. Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah mulai dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun berturut-turut yaitu , , , , dan ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Populasi sapi perah diperkirakan akan terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah. Produksi Susu Sapi Perah Produksi susu di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi, tetapi tidak dapat meningkatkan produksi rata-rata nasional yang masih berkisar 10 kg/ekor/hari. Produksi susu pada tahun 2002 adalah ton dan meningkat pada tahun 2006 menjadi ton (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu adalah bangsa sapi, lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus, umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, serta makanan dan tata laksana (Sudono, 1999).

19 Produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Periode laktasi normal pada sapi yang dikawinkan dan bunting setiap 12 bulan adalah 44 minggu atau 305 hari (Tillman, 1986). Menurut Sutardi dan Djohari (1979), produksi air susu erat hubungannya dengan umur atau seringnya beranak. Produksi akan naik sampai umur 6 tahun. Rendahnya produksi sapi muda kemungkinan karena sebagian besar makanan dipakai untuk pertumbuhan. Penurunan produksi yang terlalu dini disebabkan selang kelahiran terlalu panjang dan kemungkinan kurang gizi pada masa pertumbuhan, sehingga umur beranak pertama kali terlalu tua. Kurva laktasi sapi perah dapat menggambarkan dinamika produksi susu sepanjang laktasi. Sapi dengan kurva laktasi yang landai mempunyai tingkat persistensi yang tinggi daripada sapi dengan kemiringan kurva laktasi yang curam. Pengetahuan tentang kurva laktasi dapat memudahkan pemberian makan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Hal ini karena jumlah pemberian pakan dapat disesuaikan dengan perkiraan produksi susu pada waktu tertentu. Dalam aspek genetik, pengetahuan kurva laktasi dapat dijadikan dasar seleksi untuk meningkatkan efisiensi produksi (Tekerli et al., 2000). Penentuan Bobot Badan Sapi Perah Bobot badan adalah informasi yang diperlukan dalam menghitung jumlah pemberian pakan. Bobot badan sapi dapat diketahui dengan menimbang langsung atau dengan menduganya dengan menggunakan ukuran lingkar dada. Lingkar dada diukur pada bidang yang terbentuk mulai dari pundak sampai dasar dada di belakang siku dan tulang belikat. Untuk mengukur lingkar dada dipakai pita ukur sapi atau pita ukur lainnya. Ukuran lingkar dada tersebut dapat digunakan untuk menaksir bobot badan sapi perah menggunakan rumus Schoorl (Sariubang et al., 2004) (Lingkar Dada(cm) + 22) Bobot badan (kg) =

20 Pakan Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Bahan makanan sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999). Sapi perah biasa mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap. Namun ketersedian pakan masih menjadi masalah dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam jangka panjang. Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembangbiak. Kualitas hijauan perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum, karena efek perpaduan penggunaan konsentrat dan hijauan ditentukan oleh kualitas hijauan. Semakin baik kualitas hijauan, efek penggunaan dan penambahan jumlah konsentrat akan semakin bertambah yang ditunjukkan dengan peningkatan produksi susu (Suryahadi, 1997). Jika hijauan yang diberikan berkualitas tinggi seperti leguminosa maka dibutuhkan pemberian konsentrat yang mengandung 10% protein kasar (PK), jika menggunakan hijauan kualitasnya rendah maka kandungan PK sekitar 18-20%. Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan konsentrasi komponen susu yaitu konsumsi bahan kering (BK) dan konsumsi nutrien (Sutardi, 1980). Tingkat konsumsi menentukan jumlah tersedianya energi dan prekursor komponen susu. Manajemen Pakan Reaves et al., 1973 menyatakan bahwa manajemen pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha 5

21 pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang. Kebutuhan Nutrisi Sapi perah Kebutuhan sapi perah terdiri atas kebutuhan pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi (Sutardi, 1981). Sedangkan nutrien dalam pakan harus seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisi tubuh ternaknya, untuk memenuhi kuantitas maupun kualitas dari pakan yang diberikan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan bahan kering, TDN, protein kasar dan mineral (Anggorodi, 1994). Menurut Sutardi (1981) jumlah pemberian pakan dapat diperkirakan berdasarkan jumlah kebutuhan bahan kering. Kebutuhan sapi perah akan bahan kering berkisar antara 2,2-3,5% dari bobot hidup. Besarnya kebutuhan ini bergantung pada produksi susu, kondisi tubuh dan keadaan lingkungan. Sapi perah dengan bobot hidup yang tinggi akan membutuhkan konsumsi bahan kering yang tinggi, tetapi kebutuhan per kg bobot hidup akan semakin rendah. Nutrien yang diperhitungkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ternak biasanya dinyatakan dalam bentuk energi. Energi didefinisikan sebagai sumber kemampuan untuk melakukan kerja dan dibutuhkan oleh semua proses hidup (Ensminger et al., 1990). Defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu, laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kandungan protein dalam susu (Reaves et al., 1973), sedangkan kelebihan energi dalam pakan akan mengakibatkan penimbunan lemak pada jaringan adipose tubuh. Kebutuhan sapi perah akan energi bervariasi menurut bobot hidup, laju pertumbuhan, produksi susu dan kadar lemak susu. Protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu (Sudono, 1999). Kondisi tubuh yang normal membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup, defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut sehingga menurunkan konsumsi. Defisiensi protein yang berlangsung terus-menerus mengakibatkan penurunan konsumsi bahan kering ransum, produksi susu, bahan kering tanpa lemak dan kadar protein susu, anak yang dilahirkan kecil, pertumbuhan 6

22 terhambat dan daya tahan terhadap penyakit menurun (Ensminger et al., 1990). Kelebihan protein masih dapat ditolerir tanpa membahayakan ternak selama timbunan hasil fermentasi tidak meracuni jaringan tubuh, seperti halnya ammonia. Sapi perah membutuhkan jenis mineral yang sangat banyak walaupun jumlahnya hanya sedikit. Mineral berpengaruh besar terhadap produksi sehingga penggunaanya harus tepat karena penggunaan berlebih dapat mengakibatkan keracunan. Kebutuhan mineral esensial sapi perah yang tepat belum diketahui dengan pasti sehingga kebutuhan mineral sapi perah dibatasi pada kalsium (Ca) dan fosfor (P). Kecukupan Nutrien Pada Sapi Dara Pada prinsipnya, pakan sapi dara sama dengan pakan pedet lepas sapih. Namun kadar protein pada bahan konsentratnya lebih rendah dari pakan pedet. Protein dan energi bisa diperoleh dari rumput, hijauan kering, atau pastura (padang rumput) yang baik. Namun, jika hijauan atau rumput tersebut berkualitas rendah, harus ditambah pakan konsentrat yang berkadar protein 15-16%. Pemberian pakan mempengaruhi perkembangan sapi dara, baik perkembangan tubuhnya maupun alat reproduksinya. Target bobot badan sapi dara umur 8-14 bulan adalah kg. Pemberian pakan berupa rumput 10% dan konsentrat 1-1,5% dari bobot hidup. Contoh konsentrat untuk sapi dara adalah konsentrat yang terdiri atas 55% bungkil kelapa, 40% dedak halus, dan onggok (Sutardi, 1981). Kecukupan Pakan Sapi Dewasa Sapi dewasa yang sedang berada pada masa produksi disebut juga sapi laktasi. Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Jika jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, tingkat produksi susunya tidak akan maksimal. Secara kasar di lapangan, jumlah konsentrat yang diberikan adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Konsentrat lebih berpengaruh terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan berkualitas (Sutardi, 1981). Pemberian rumput segar secara kasar di lapangan berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang 7

23 dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Rumput atau pakan sumber serat yang mengandung nilai gizi tinggi biasanya berupa hasil ikutan tanaman kacang-kacangan. Tolak Ukur Kebutuhan Zat Makanan Nutrien di dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi susu dan untuk perkembangan fetus (Mortenson dan Joergenson, 1974). Kondisi tubuh dan produksi susu yang optimum dapat dipertahankan dengan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan tingkat produksi susunya (Sutardi, 1981). Alokasi nutrien pada sapi perah laktasi ada 3 tahap, yaitu: (1) selama masa laktasi pertama dan kedua produksi susu berhubungan dengan umur beranak, (2) pada laktasi ketiga, produksi susu tidak dipengaruhi oleh umur beranak, (3) pada laktasi berikutnya, sapi telah melewati bobot badan dan produksi susu maksimum (Schmidt, 1971). Bulan laktasi dapat dijadikan tolok ukur kebutuhan akan nutrien khusunya untuk pertumbuhan (Sutardi et al., 1979). Pada bulan laktasi kesatu selera makan yang rendah akan mengakibatkan konsumsi yang rendah, tetapi produksinya tinggi. Sebaliknya pada laktasi ketiga, sapi mencapai puncak konsumsi sehingga diperlukan makanan yang lebih tinggi. Pada bulan laktasi kelima sampai ketujuh, bobot sapi dan produksinya tidak dapat menggambarkan kebutuhan akan makanan. Hal ini disebabkan karena makanan banyak digunakan untuk pemulihan kondisi tubuh (Toharmat, 1982). Maltz et al. (1991) menunjukkan bahwa kali beranak dan potensi produksi merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan karena mempengaruhi efisiensi pemberian pakan. Perbedaan potensi produksi susu menunjukkan perbedaan pembagian masukan energi terhadap produksi susu dan penambahan bobot sapi. Semakin bertambahnya bulan laktasi, tambahan kebutuhan TDN dan PK diatas kebutuhan hidup pokok per kg air susu yang dihasilkan semakin meningkat. Sedangkan dengan bertambahnya umur, kebutuhan TDN dan PK cenderung menurun (Suparwi, 1990). 8

24 Siklus Reproduksi Sapi Perah Siklus reproduksi sapi perah harus diperhatikan dengan baik. Siklus reproduksi pada sapi perah berpengaruh besar terhadap jumlah produksi dan efisiensi pemeliharaan yang sangat penting dalam upaya mempertahankan kelangsungan usaha peternakan (Sudono, 1999). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam tata laksana mencapai efisiensi produksi susu diantaranya adalah (a) umur beranak pertama, (b) lama laktasi, (c) masa kering, dan (d) efisiensi reproduksi berupa calving interval, service per conception, calving rate dan lama kosong. Pada manajemen dan pemberian pakan yang baik, umur beranak pertama sapi Fries Holland adalah pada umur 2 2,5 tahun. Masa laktasi adalah masa sapi menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering, sehingga lama laktasi berkisar antara 8-10 bulan. Produksi susu per hari menurun setelah laktasi 2 bulan, demikian pula kadar lemak susu setelah 1 2 bulan tetapi mulai konstan dan naik sedikit demi sedikit setelah 2 3 bulan masa laktasi (Sudono, 1999). Masa kering umumnya berkisar antara 6 9 minggu. Masa kering yang terlalu lama menunjukkan gangguan reproduksi sehingga sulit untuk dijadikan bunting kembali, sedangkan masa kering yang terlampau pendek dapat menyebabkan terjadinya longevity (lama hidup berproduksi) yang pendek. Menurut Lush dalam Sudono (1999) bahwa sapi yang mempunyai longevity yang panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit makanan yang dimakan, dengan demikian akan lebih efisien dalam biaya produksi susu. Efisiensi reproduksi merupakan gambaran pengaruh keturunan dan manajemen pemeliharaan yang dapat mempengaruhi biaya produksi yang dinilai secara ekonomis. Beberapa ukuran efisiensi reproduksi adalah: (a) calving interval, (b) Service per conception (SC), dan (c) calving rate. Calving interval (CI) merupakan jarak setiap kali beranak. CI yang baik adalah bulan, sedangkan yang panjangnya lebih dari 13 bulan tidak ekonomis karena produksi rata-rata per hari didasarkan atas per CI mempunyai kecederungan menurun (Sudono, 1999). Service per conception (SC) merupakan rasio banyaknya kawin per jumlah bunting sapi, sehingga semakin kecil angka yang dihasilkan, maka ternak tersebut 9

25 sangat efisien dalam berproduksi jika dilihat dari umur ternak yang tersisa. Menurut Sudono (1999) jika angka SC lebih dari 1,85 pada suatu peternakan, maka perlu diadakan analisa dan perbaikan dalam reproduksi sapi di peternakan tersebut. Untuk di Indonesia, SC yang baik adalah kurang dari dua (Sudono, 1999). Calving Rate (CR) adalah persentase bunting per tahun sapi beranak, semakin tinggi persentasenya maka akan semakin baik. CR yang baik harus diikuti dengan service period yang cukup, yaitu selama dua bulan (Sudono, 1999). Sistem Informasi Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Informasi didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (events) nyata yang digunakan sebagai pengambilan keputusan (Hartono, 2000). Dalam membuat sistem informasi, data sangat dibutuhkan untuk mengolah dan menganalisa kejadian yang lalu, sekarang maupun kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kumpulan data tersebut dikumpulkan dalam satu tempat berupa basis data. Basis data (database) adalah sekumpulan informasi mengenai suatu subjek tertentu yang memiliki keterkaitan logis, lengkap dan terstruktur (Nugroho, 2004). Basis data merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan dasar dalam penyedian informasi bagi para pemakai. Sistem basis data (database system) adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Database management System (DBMS) adalah paket perangkat lunak yang komplek digunakan untuk memanipulasi database (Hartono, 2000). Penerapan sistem informasi sebenarnya tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya tetapi akan lebih efektif jika menggunakan komputer. Sistem informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah computer-based atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer (Wahyono, 2003). Eriyatno (1999) mengemukakan tahapan pendekatan sistem yang meliputi analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, permodelan sistem, verifikasi model dan implementasi. 10

26 Microsoft Office Access Microsoft Access adalah program untuk merancang, membuat dan mengolah database. Program ini merupakan salah satu program database yang banyak digunakan untuk mengolah data karena mudah dipakai, fleksibel dan diintegrasikan dengan aplikasi lain (Rizky, 2006). Pengertian database pada Microsoft Access adalah sekumpulan objek yang terdiri dari tabel, query, form, report, pages, macro dan module. Terdapat empat jenis database yang sering dikenal, yaitu (1) Hierarchy, (2) Network, (3) Reletional dan (4) Object Oriented. Pemilihan jenis database yang digunakan disesuaikan dengan keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan atau sistem yang akan dibangan. Dari keempat jenis database tersebut, jenis Database Relational-lah yang paling sering digunakan (Haryanto, 2007). Aplikasi Sistem Informasi Pertanian Aplikasi yang menggunakan komputer sebagai alat bantu banyak digunakan pada bidang pertanian. Beberapa aplikasi yang sudah tersedia adalah Cotton Production Model (CPM) yang digunakan untuk memprediksi hasil produksi kapas (Gossypium hirsutum L) yang mempertimbangkan kondisi tanah, cuaca, kultivasi dan urutan manajemen pemeliharaan. Selain itu, pada bidang peternakan terdapat juga The Dairy Greenhouse Gas Model (DairyGHG) untuk menentukan estimasi jumlah emisi gas dan karbon (C) pada kawasan usaha sapi perah yang menerapkan konsep greenhouse (United States Department of Agriculture, 2009). Perangkat lunak sistem informasi yang telah diaplikasikan pada bidang peternakan dalam penelitian Institut Pertanian Bogor beberapa diantaranya adalah FeedFor, SITRus dan APIKKP. FeedFor merupakan program formulasi ransum sapi pedaging yang dibuat dengan metode linier yang bertujuan meminimalkan harga ransum (Andre, 2004). SITRus merupakan sistem informasi ternak ruminansia yang menampilkan populasi dan produksi ternak secara nasional serta potensi lahan dalm menghasilkan hijauan (Krisyiawan, 2007). Sedangkan APIKKP merupakan sistem informasi yang dibuat untuk mempermudah pengguna dalam melihat perkembangan kualitas kimia bahan pakan dari waktu ke waktu (Suwignyo, 2008). 11

27 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai bulan Januari 2009 di Laboratorium Komputer, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Software dan Data Pendukung Software yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini adalah Sistem Operasi Microsoft Windows XP, Microsoft Office Access 2003 dan Corel Draw 11. Sumber informasi yang digunakan berupa data sekunder kondisi peternakan sapi perah hasil survei di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Cibungbulang-Bogor yang dilakukan mahasiswa Departemen INTP tahun Komposisi pakan dan status kebutuhan nutrisi sapi perah menggunakan rekomendasi dari Sutardi (1981). Hardware Pendukung Spesifikasi komputer yang digunakan pada penyusunan aplikasi ini adalah processor AMD Athlon 3200+, memori 1 Gigabyte (Gb), harddisk dengan kapasitas 80 Gb yang ditunjang dengan satu buah printer. Metode Tahap-tahap dalam mendesain program aplikasi ini antara lain: (a) analisis sistem, (b) desain solusi atau permodelan sistem, (c) uji program/aplikasi, dan (d) implementasi program. Analisa Sistem Analisa sistem merupakan tahap awal dari seluruh proses pembuatan aplikasi. Dalam tahap ini dilakukan identifikasi masalah secara cepat dan tepat yang dibutuhkan dalam pengembangan sapi perah ditingkat peternak atau koperasi Alur pembuatan program dapat dilihat pada Gambar 1.

28 Mulai Analisa Sistem Permodelan Sistem Cukup Tidak Ya Pengujian Implementasi Memuaskan Tidak Ya Selesai Gambar 1. Alur Pembuatan Program Informasi yang akan dianalisis meliputi: (a) data peternak pada suatu kawasan peternakan (koperasi atau kelompok ternak), (b) data ternak, (c) evaluasi pemberian pakan, dan (d) reproduksi ternak. Analisa kebutuhan data yang diinginkan tersebut sangat penting untuk diketahui, sehingga data yang cukup harus didapat agar program yang akan dibuat dapat berjalan sebagaimanamestinya. Sumber informasi yang diperlukan berdasarkan data yang ada pada suatu peternakan dapat dilihat pada Gambar 2. 13

29 Kawasan Peternakan Data Peternak Sapi Perah Kondisi Reproduksi dan produksi Pemberian Pakan Evaluasi Kecukupan Nutrisi Gambar 2. Data Pada Suatu Peternakan Berdasarkan gambar di atas, sumber informasi yang selama ini ada pada suatu kawasan peternakan masih berupa data mentah dalam bentuk catatan. Data tersebut dapat dianalisis untuk mengetahui kecukupan nutrien maupun kondisi reproduksi ternak yang mereka miliki. Dari identifikasi data yang dapat diperoleh dari kawasan tersebut, dapat dilihat input yang akan dimasukkan dalam suatu database dan luaran (output) dalam pembuatan aplikasi ini. Data yang akan digunakan dan kebutuhannya dalam pembuatan program ini berdasarkan gambar di atas dapat dilihat pada Tabel 1. Penggunaan jenis pakan setiap kawasan biasanya tidak berbeda jauh antar masing-masing peternak, kecuali dalam hal jumlah pemberiannya. Jadi dalam pembuatan program ini dimasukkan data penggunaan pakan secara umum dalam kawasan tersebut. Kandungan nutrien pakan yang menjadi pertimbangan dalam evaluasi kecukupan nutrien terdiri dari bahan kering (BK), Total Digestible Nutrien (TDN), protein kasar (PK), kalsium (Ca) dan fosfor (P). Kandungan nutrisi pakan yang diberikan menggunakan rekomendasi dari Sutardi (1981). Kandungan nutrisi dapat diubah sesuai kualitas pakan yang telah dianalisis dan terdapat atau dipakai dalam kawasan peternakan tersebut. 14

30 Tabel 1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program No. Jenis Data Input Data Kebutuhan 1 Identitas Peternak Nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, mulai beternak, kelompok ternak, alamat Identitas dan tingkat pengetahuan peternak 2. Data Ternak Kode Ternak Status Fisiologis Body Score Tanggal Lahir Bobot Badan 3. Evaluasi Nutrisi Pemberian Pakan Kebutuhan Nutrisi Data individu ternak Induk laktasi, sapi kering, dara, pedet dan pejantan Body score ternak Data sebenarnaya atau diperkirakan jika hanya diketahui umur ternak Bobot badan terbaru yang dapat diperkirakan berdasarkan lingkar dada Jenis dan jumlah hijauan/konsentrat yang diberikan per hari Nutrien yang dibutuhkan untuk hidup pokok dan produksi Untuk pencarian individu ternak Untuk pencarian kondisi ternak per hari, minggu maupun bulan Pertimbangan efisiensi produksi Mengetahui umur ternak dan hubungannya dengan kondisi reproduksi dan produksi ternak Sebagai pertimbangan kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi Untuk mengetahui jumlah nutrien yang diberikan pada ternak Sebagai pertimbangan kecukupan nutrien untuk produksi 4. Reproduksi Tanggal Melahirkan Periode Laktasi dan bulan laktasi Produksi Harian Tanggal melahirkan Periode laktasi dan bulan laktasi Produksi susu dalam L/ekor/hari Sebagai pertimbangan efisiensi produksi Untuk catatan perkembangan ternak Untuk melihat produktivitas 15

31 Sumber informasi yang dimasukkan (entry) tersebut dapat menentukan/memperkirakan siklus reproduksi berupa tanggal melahirkan, awal masa kering dan laktasi, selain itu dapat digunakan untuk mengetahui produksi susu dalam bentuk grafik selama masa laktasi. Sedangkan evaluasi nutrisi yang ditampilkan dalam program ini berupa kecukupan nutrisi untuk berproduksi yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Evaluasi Kecukupan Nutrien Nutrien Pemberian Kebutuhan * Kecukupan Nutrien BK (% bobot badan) BK 1 BK 2 BK 1 -BK 2 TDN (kg) TDN 1 TDN 2 TDN 1 -TDN 2 PK (kg) PK 1 PK 2 PK 1 -PK 2 Ca (g) Ca 1 Ca 2 Ca 1 -Ca 2 P (g) P 1 P 2 P 1 -P 2 Keterangan: * Kebutuhan dihitung berdasarkan Sutardi (1981) Bagian pendukung dalam program ini berupa fasilitas pencarian yang memudahkan dalam mengetahui populasi ternak dalam suatu kawasan menurut statusnya. Selain itu, perkembangan peternakan tersebut dapat dipantau dari produksi rata-rata tiap peternak maupun ternak yang dapat diketahui dalam aplikasi ini. Desain Solusi Setelah mengetahui masalah secara selanjutnya adalah mendesain solusi yang akan digunakan. Pembuatan aplikasi ini menggunakan Microsoft Office Access 2003 yang digunakan sebagai database dan tampilan secara keseluruhan. Fokus utama tahapan ini adalah mengaplikasikan hasil rekayasa model dan hasil rekayasa desain fisik database ke dalam desain detail. Desain detail kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan antar muka dan pengkodean aplikasi ke dalam program komputer. Rancangan fisik aplikasi dituangkan dalam gambar input/output sistem (Gambar 3) yang menunjukkan berbagai input, proses dan pelaporan yang akan dibangun dalam aplikasi. 16

32 Basis Data Input - Data Peternak - Data Ternak - Kondisi Reproduksi Ternak - Pemberian Pakan - Kebutuhan Nutrisi Proses - Analisa produksi - Analisa kecukupan nutrien Output - Profil peternak dan individu ternak - Populasi ternak - Produksi ternak - Kecukupan nutrien yang diberikan dari pemberian pakan Gambar 3. Rancangan Fisik Aplikasi Input data menggunakan tabel yang terdapat dalam program Microsoft Office Access dan diolah menggunakan query agar dapat menentukan output yang diinginkan secara otomatis. Penggunaan form juga diharuskan agar dapat menampilkan data yang harus dimasukkan selanjutnya oleh pengguna dalam mengolah data kawasan peternakan tersebut. Dalam tahap ini juga dilakukan coding dalam Microsoft Access untuk mendapatkan output secara maksimal sesuai dengan tujuan dari pembuatan program. Uji Program Setelah tahapan desain solusi dan pembuatan kode program dalam Microsoft Access, tahap berikutnya adalah melakukan test atau uji program tersebut. Jika ada kesalahan atau bug maka dilakukan perbaikan. Implementasi Program Setelah semua metode atau tahap di atas dilakukan dan program sudah jadi, maka langkah selanjutnya adalah implementasi program yaitu menjalankan program yang sudah jadi dan siap pakai. Data hasil survei dimasukkan dalam database untuk selanjutnya disimpan dalam program. Dari data tersebut dapat terlihat hasil output secara maksimal dengan gambaran nyata kondisi kawasan peternakan tersebut. Gambaran penggunaan program yang selesai dibuat dapat dilihat pada Gambar 4. 17

33 Mulai Menu Utama Tidak Ya Data Analisa Search Report Selesai Gambar 4. Alur Penggunaan Aplikasi 18

34 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Aplikasi Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Peternakan yang baik memiliki data yang disimpan dan dapat digunakan untuk analisa usaha. Australia sebagai salah satu negara produsen hasil peternakan sapi perah melihat masa depan peternakannya dengan menggunakan alat bantu atau sistem yang modern sebagai database, analisa usaha, tenaga kerja dan sistem pemerahan modern peternakan sapi perah (García et al., 2005). Alat bantu tersebut dapat berupa komputer yang mudah digunakan untuk dalam usaha tersebut. Sistem aplikasi evaluasi pemberian pakan sapi perah dirancang menggunakan Microsoft Office Access Program ini dipilih karena kebanyakan komputer sudah dilengkapi produk Microsoft Office. Selain itu, Microsoft Access banyak digunakan dalam pengelolaan database. Program ini merupakan aplikasi perangkat lunak yang dikembangkan untuk dijalankan di lingkungan sistem operasi Windows. Sistem operasi minimal yang dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi ini adalah Microsoft Windows 98. Perangkat keras yang dibutuhkan adalah komputer dengan spesifikasi minimal prosesor 233 Mhz dan RAM 128 MB. Tampilan menu utama program dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Form Menu Utama Program

35 Desain Program dan Database Analisa data yang ada dalam suatu peternakan perlu dilakukan untuk mengevaluasi kondisi peternakan tersebut. Sehingga diperlukan suatu desain yang dapat memberikan gambaran maupun solusi yang dapat membantu perkembangan kawasan peternakan. Data tersebut diolah untuk mendapatkan informasi yang cukup unik, dalam hal ini berupa data kepemilikan ternak dan evaluasi kecukupan nutrien ternak pada tiap peternak. Data yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi ini berupa data peternak dan individu ternak yang mereka miliki. Data diambil dari Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Sapi Perah di Cibungbulang-Bogor sebagai simulasi kegunaan atau fungsi dari aplikasi yang dibuat. Dalam pembuatan aplikasi ini, data dikelompokkan ke dalam beberapa tabel yang masing-masing saling terhubung. Tabel yang dibuat sebanyak 5 buah yang terdiri dari database peternak, ternak, pakan, pemberian pakan dan produksi susu harian. Database peternak disimpan dengan nama Tb_Peternak yang mendeskripsikan data dan kondisi peternak itu sendiri yang dapat dilihat dari umur, pengalaman sampai alamat tempat tinggalnya. Tempat yang disediakan untuk memasukkan data peternak pada aplikasi ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi Database Profil Peternak No Field Tipe Data Keterangan 1. Nama * Text Nama Peternak 2. Tempat Lahir Text Tempat Lahir Peternak 3. Tanggal Lahir Date/Time Tanggal Lahir Peternak 4. Pendidikan Text Pendidikan Peternak 5. Mulai Beternak Date/Time Mulai Beternak Beternak 6. Kelompok Ternak Text Kelompok Ternak 7. Alamat Text Alamat Peternak Keterangan: * Primary key Proses yang sama digunakan dalam pembutan database ternak, pakan, pemberian pakan dan produksi susu harian. Tabel atau tempat yang disediakan untuk memasukkan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4-7. Pembuatan tabel tersebut memiliki harus memenuhi kebutuhan dalam menganalisis evaluasi kecukupan 20

36 nutrien ternak, sehingga jenis data yang biasa diambil dalam kawasan tersebut harus dimasukkan secara tepat. Pada aplikasi ini tabel ternak, tabel pakan, tabel pemberian pakan dan tabel produksi harian masing-masing disimpan dengan nama Tb_Ternak, Tb_Pakan, Tb_Pemberian Pakan, dan Tb_Produksi Harian. Tabel 4. Deskripsi Database Individu Ternak No Field Tipe Data Keterangan 1. Nama Peternak Text Nama Peternak 2. Kode Ternak * Text Kode Ternak 3. Tanggal Lahir Date/Time Tanggal Lahir Ternak 4. Status Fisiologis Text Status Fisiologis Ternak 5. Lingkar Dada Number Lingkar Dada 6. Body Score Number Body Score Ternak 7. Periode Laktasi Number Periode Laktasi Ternak 8. Tanggal Melahirkan Date/Time Tanggal Melahirkan Ternak Keterangan: * Primary key Tabel 5. Deskripsi Database Bahan Pakan No Field Tipe Data Keterangan 1. Jenis Pakan * Text Jenis Pakan 2. BK Number Bahan Kering 3. TDN Number Total Digestible Nutrient 4. PK Number Protein Kasar 5. Ca Number Kalsium 6. P Number Fosfor Keterangan: * Primary key Tabel 6. Deskripsi Database Pemberian Pakan No Field Tipe Data Keterangan 1. Nama Peternak Text Nama Peternak 2. Jenis Pakan Text Jenis Pakan 3. Pemberian Number Jumlah Pemberian 4. Status Fisiologis Text Status Fisiologis Ternak 21

37 Tabel 7. Deskripsi Database Data Produksi Susu Harian No Field Tipe Data Keterangan 1. Kode Ternak Text Kode Ternak 2. Tanggal Produksi Date/Time Tanggal Produksi Ternak 3. Produksi Harian Number Produksi Harian Ternak Pembuatan Aplikasi Pembuatan program sistem informasi ini didasari pada kebutuhan peternak atau koperasi pada suatu kawasan usaha ternak dalam mengevaluasi keadaan atau kondisi peternakan tersebut. Dalam hal ini, koperasi atau peternakan sapi perah membutuhkan alat bantu yang dapat digunakan untuk menyimpan dan menggambarkan keadaan peternak maupun ternak yang ada pada kawasan tersebut. Keinginan ini dapat dibantu sebuah aplikasi komputer menggunakan Microsoft Access yang biasanya sudah terinstalasi disebuah komputer. Primary key (kunci utama) merupakan bagian dari suatu tabel dan harus digunakan karena berfungsi dalam membuat hubungan atau relasi antar tabel. Selain itu, primary key digunakan agar tidak terjadi duplikat dalam suatu data. Pada aplikasi ini, primary key dibuat pada nama peternak, kode ternak dan jenis pakan. Tabel yang telah dibuat harus dihubungkan satu sama lain, hal ini dilakukan agar terjadi sinkronisasi antar tabel. Tabel peternak sebagai pusat data harus dihubungkan dengan tabel ternak agar kepemilikan ternak beserta data individu ternak itu sendiri dapat diakses melalui peternak. Jadi dengan hanya melihat peternak saja, pengguna (user) aplikasi ini dapat melihat ternak yang mereka miliki dan kondisi ternak tersebut. Hubungan relasi antar tabel tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Profil Peternak Program ini memungkinkan user dapat melihat data pribadi atau profil peternak. Profil peternak yang ditampilkan berupa nama, tempat dan tanggal lahir, umur, pendidikan, mulai beternak, pengalaman, dan alamat tempat tinggal peternak. Data yang ditampilkan berupa report yang dapat dilihat pada Gambar 7. 22

38 Gambar 6. Hubungan Relasi Antar Tabel Gambar 7. Contoh Laporan Profil Peternak Profil peternak pada report di atas merupakan hasil entry data yang dilakukan oleh user. Data pribadi peternak dan ternak yang mereka miliki terlebih dahulu dientry melalui form entry. Form entry terdiri dari Data Peternak, Data Individu 23

39 Ternak, Data Pakan dan Data Produksi Harian. Pada form tersebut terdapat tombol (button) yang memiliki fungsi yang berbeda. Tombol tersebut dibuat untuk memudahkan proses editing, penambahan data, penyimpanan data dan reporting. Keterangan tentang fungsi tombol-tombol tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Selain itu, terdapat juga tombol tambahan lain yang dapat membantu proses pengolahan data. Tampilan form entry data yang dibuat dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 8. Deskripsi Fungsi Tombol No Simbol Fungsi Tombol 1. Add Record untuk menambah data baru 2. Delete Record untuk menghapus data yang sudah ada 3. Save Record untuk menyimpan data hasil penambahan atau editing 4. Preview Report untuk melihat laporan analisa 5. Close Form untuk keluar dari form Perubahan data yang sudah tersimpan dapat dilakukan dengan mencari data tersebut dan merubahnya secara langsung dan disimpan dengan nama yang sama. Dalam melakukan entry data pada nama peternak dan kode ternak tidak diizinkan adanya duplikasi karena dapat membuat data menjadi sulit terbaca, sehingga program ini menutup kemungkinan terjadinya hal tersebut. Profil peternak dapat diakses melalui Form Entry Data Peternak dengan memilih tombol preview. Kepemilikan Ternak Data kepemilikan ternak dapat dilihat pada form Kepemilikan Ternak meliputi Kode Ternak, Umur Ternak, Status Fisiologis, Bobot Badan, Body Score, Periode Laktasi, Tanggal Melahirkan, dan Rataan Produksi Susu. Form tersebut juga dapat menggambarkan keadaan ternak yang mereka miliki, dalam hal ini berupa kondisi reproduksi dan rataan produksi susu yang didapat dari entry data produksi susu harian. Rataan bobot badan juga ditampilkan dengan harapan dapat menentukan rataan kebutuhan nutrien pada tiap peternak. Profil ternak yang ditampilkan berdasarkan status fisiologis ternak yang terdiri dari sapi laktasi, kering, 24

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Sapi Perah Produksi Susu Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Sapi Perah Produksi Susu Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Sapi Perah Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya Fries Holland,

Lebih terperinci

Gambar 5. Form Menu Utama Program

Gambar 5. Form Menu Utama Program HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Aplikasi Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Peternakan yang baik memiliki data yang disimpan dan dapat digunakan untuk analisa usaha. Australia sebagai salah satu negara produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI SKRIPSI MAROLOB HENDRO PURBA PROGRAM STUD1 NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI NENENG LASMANAWATI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut:

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut: BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Untuk dapat menjalankan sistem yang dibuat ini diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu. Adapun kebutuhan perangkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden (Keppres)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Komputer, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada Bulan September

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN SKRIPSI NUR HAFIZAH TRISTY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pemerintahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pemerintahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Mukhtar (2006) menyatakan bahwa perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pemerintahan Belanda pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar masih dikelola secara sederhana/tradisional oleh peternak. Hal tersebut disebabkan latar belakang pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI (Evaluation of feeding practice on lactating dairy cowsusing NRC 2001 standard: study case from

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN.1. Sapi Perah Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

APLIKASI PENGEMBANGAN INFORMASI KOMPOSISI KIMIA PAKAN HASIL ANALISA PROKSIMAT MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI JUPRI SUWIGNYO

APLIKASI PENGEMBANGAN INFORMASI KOMPOSISI KIMIA PAKAN HASIL ANALISA PROKSIMAT MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI JUPRI SUWIGNYO APLIKASI PENGEMBANGAN INFORMASI KOMPOSISI KIMIA PAKAN HASIL ANALISA PROKSIMAT MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI JUPRI SUWIGNYO PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein(FH) memiliki ciri badan menyerupai baji, terdapat belang berbentuk segitiga putih di dahi, warna tubuhbelang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN

ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG Dalam industri sapi potong, manajemen pemeliharaan pedet merupakan salahsatu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Diperlukan penanganan yang tepat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah. Oleh:

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah. Oleh: i MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Laktasi Tengah Oleh: Kelas E Kelompok 6 Fazri S. Supriatna 200110140198 Gregorius Felix 200110140225 Yuliani 200110140280 Andhika M.

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU)

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA SKRIPSI MUHAMMAD VAMY HANIBAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci