BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SIRKUIT MOTOCROOS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SIRKUIT MOTOCROOS"

Transkripsi

1 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP SIRKUIT MOTOCROOS Pada BAB II ini menguraikan pemahaman mengenai judul yang diambil, yaitu Pemahaman Terhadap Sirkuit Motocross, di mana dalam penjelasannya meliputi : Pemahaman Terhadap Sirkuit, Pemahaman Terhadap Motocross, Tinjauan Objek Sejenis dan Spesifikasi Umum Sirkuit Motocross. 2.1 Pemahaman Terhadap Sirkuit Pengertian Sirkuit Sirkuit merupakan jalan yang melingkar atau berbentuk lingkaran yang dipergunakan untuk berbagai perlombaan (Poewardarminta,1978) Sirkuit merupakan suatu lintasan yang saling berhubungan antara titik satu dengan titik yang lain sehingga membentuk pola yang melingkar. ( Ikatan Motor Indonesia, Peraturan Balap Motor,2007) 7

2 Sirkuit adalah suatu arena tertutup, baik permanen maupun temporer, dimana permulaan atau start dan pengakhiran atau finish terletak pada satu titik tangkap yang sama dan dibangun atau disesuaikan secara khusus untuk balapan mobil dan motor. (Sumber : Federation Internationale del Automobile (FIA) dalam buku tahunannya, Yearbook of Automobile Sport, 2002) Jadi Sirkuit pada umumnya merupakan suatu tempat untuk mewadahi suatu pertandingan/latihan balap yang menjadi tempat untuk bersaing. Sirkuit itu sendiri meliputi ruang/lapangan, lintasan, serta fasilitas-fasilitas umum lainnya Identifikasi Jenis-Jenis Serta Fungsi Sirkuit Balap Motor Sesuai Jenis Kejuaraanya a. Sirkuit Road Racing Merupakan sirkuit untuk balapan yang dilombakan di jalan umum, seperti lintasan Isle of Man TT ( Tourist Trophy), Grand Prix Macau dan beberapa lintasan di Ireland. Karena disebabkan oleh bahaya yang tak terlepaskan dari jalan raya seperti jalur sempit, trotoar jalan, dan tembok-tembok, sekarang dipindahkan ke lintasan-lintasan yang dibangun khusus. b. Sirkuit Racing Merupakan sirkuit yang dirancang khusus untuk motor-motor produksi masal yang dimodifikasi bersaing satu dengan lainnya di sirkuit yang juga dirancang khusus. Contoh kejuaraannya seperti: MotoGP (balapan kelas puncak yang melombakan motor yang dirancang khusus untuk balap dan tidak dijual bebas) dan World Superbike (balap yang melombakan motor produksi masal dan dijual bebas namun dengan modifikasi sesuai ketentuan). c. Sirkuit Classic Racing Merupakan sirkuit yang digunakan untuk motor yang telah dimodifikasi secara besar-besaran dari era awal biasanya motor-motor sebelum pertengahan tahun 70-an. 8

3 d. Sirkuit Motocross Sirkuit dengan lintasan berlumpur (tanah), biasanya menampilkan motor yang melompat melewati jarak yang jauh e. Sirkuit Supermoto Merupakan sirkuit gabungan antara balap jalanan dan motorcross. Lintasannya juga menggunakan perpaduan antara jalanan dan lintasan berlumpur. f. Sirkuit Speedway Merupakan sirkuit yang berbentuk lonjong ( oval) dimana para pembalap berlomba dengan gaya khas speedway yaitu mengepotkan (membelok dengan menggeser roda belakang) g. Sirkuit Ketahanan Motor (Enduro) Merupakan sirkuit dengan lintasan alam dan dilombakan dalam jangka waktu yang panjang. h. Sirkuit Drag Race Motor Pada sirkuit ini pembalap memacu motornya melewati dua lintasan lurus sejauh seperempat mil. 2.2 Spesifikasi/ Standar Sirkuit Motocross Lintasan (Sumber : Peraturan dan Standar Sirkuit Motocross. Ikatan Motor Indonesia, 2014) A. Umum Lintasan dapat dibuat permanen atau sementara. Penggunaan bahan harus semata - mata alami ( pasir atau tanah ). Lintasan tidak boleh melewati genangan air dan tidak terlalu berbatu.penggunaan beton diatas lintasan dilarang. 9

4 B. Panjang Lintasan Panjang lintasan tidak boleh kurang dari meter (walaupun panjang lintasan harus dikurangi karena kondisi yang jelek) dan tidak boleh lebih dan meter ukuran garis center. C. Lebar Lintasan Lebar pada titik tertentu tidak boleh kurang dari 5 meter. Minimum lebar yang direkomendasikan adalah 8 meter. Dilintasan tidak diperbolehkan adanya rintangan ( pohon ). : Gambar 2.1 : Standar Panjang dan Lebar Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia,2014. D. Jarak bebas Jarak bebas antara lintasan dengan semua rintangan yang ada diatas permukaan tanah harus minimum 3 meter. E. Kecepatan Lintasan harus mempunyai batas kecepatan maximum 55 km per jam (kecepatan rata - rata diambil untuk / dari 1 balapan yang komplit) dan tidak boleh terdapat lintasan lurus yang terlalu panjang. 10

5 F. Keamanan penonton dan pembalap Semua tempat dimana penonton dilarang masuk harus dipasang pagar atau rintangan. Pagar penonton harus kuat dan cukup tinggi untuk mengontrol penonton. Lebar dan memadai untuk keamanan pembalap dan penonton. Lebar daerah netral bisa berbeda - beda menurut keadaannya, akan tetapi tidak boleh kurang dari 1 meter. Pada daerah bebas harus dipasang pagar atau rintangan dibagian penonton dan dipasang pembatas disisi bagian lintasan. Pemasangan pembatas didaerah bebas harus tidak lebih tinggi dari 500 mm diatas permukaan tanah dan mempunyai lebar / diameter maximum 25 mm. Pembatas lintasan harus dipasang dengan pita (untuk keamanan tali tidak diperbolehkan). Bahan dari pembatas harus terbuat dari kayu (mudah patah) atau bahan yang fleksibel. Gambar 2.2 : Standar Keamanan Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

6 G. Rintangan Perhatian yang khusus harus diberikan pada sudut dari awalan jump. Setiap jump harus mempunyai nomer lokasi dan harus terpasang juga tertulis di peta sirkuit. Tinggi, lebar dan panjang dari setiap jump harus tertulis didalam laporan formulir inspeksi dan tidak diijinkan diganti dari ukurannya. H. Daerah Start Daerah start harus dipasang pagar untuk mendapatkan standar keamanan yang baik untuk orang - orang, dan diperlukan batas batas didaerah ini untuk pemegang pas tanda masuk sesuai dengan fungsinya. 1. Penempatan pintu start Pintu start harus berada pada garis melintang yang sama, jadi semua pembalap mempunyai kesempatan yang sama. Untuk Kejuaraan Nasional tidak diperbolehkan adanya baris kedua.pintu start yang harus disediakan adalah sebanyak 30 posisi (minimum). 2. Lintasan Lurus tempat start Panjang dari lintasan lurus setelah start tidak boleh lebih dari 125 meter (jarak dari pintu start ketitik dalam tikungan pertama ). Minimum panjang lintasan lurus setelah start adalah 80 meter. Gambar 2.3 : Standar Daerah Start Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

7 I. Waiting zone Harus ada pagar yang memberi keamanan pada di daerah ini serta menempatkan petugas untuk memeriksa orang - orang yang berhak masuk sesuai dengan urutan/waktu masuknya. Didaerah ini harus mendapat keamanan yang baik untuk menghindari segala kemungkinan sekecil mungkin untuk orang orang yang tidak mempunyai pas masuk. Dianjurkan untuk semua orang di daerah ini harus berpakaian baik dan beseragam team agar terlihat profesional. Jam dengan waktu resmi panitia harus terlihat jelas yang harus dipasang diatas pintu masuk waiting zone Gambar 2.4 : Standar Keamanan dan waiting zone Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia 2014 J. Pos signal Harus ada nomer dari pos signal panitia (pos bendera) diseluruh lintasan untuk keterangan kepada pembalap pada saat balapan. Pos harus tersendiri dan menunjukkan lokasi terpilih, dengan begitu tanda yang diberikan akan terlihat jelas untuk pembalap. Tempat dimana posisi panitia pos signal berada harus mempunyai keamanan yang paling baik. Pos harus terletak 13

8 dengan baik agar dapat menjamin seluruh pandangan lintasan dapat terlihat oleh panitia. K. Pencatat Waktu dan Lap Scorer Pencatat waktu dan lap scorer harus berada pada satu garis dengan garis finish. Garis putih melintas harus dibuat didepan pencatat waktu dan tempat pencatat waktu harus berhadapan dengan lintasan. L. Daerah perbaikan dan signal Sepanjang lintasan harus ada suatu daerah untuk perbaikan dan signal selama balapan. Daerah perbaikan dan signal harus dipasang pagar untuk member keamanan yang baik terhadap orang - orang yang membutuhkannya didaerah ini dan petugas akan mengawasi dan memberikan ijin kepada orang - orang yang berhak masuk kedaerah ini sesuai dengan pas masuknya. Gambar 2.5 : Standar Daerah Perbaikan Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

9 M. Paddock Pembalap Paddock pembalap harus ada, apabila kondisi memungkinkan disesuaikan pada area melintang dan harus mempunyai ukuran yang cocok dengan syarat - syarat tertentu menurut lokasi dan jenis kejuaraan (disesuaikan dengan kondisi di lapangan ). Dasar tanah daerah paddock harus dapat dilalui oleh kendaraan penggangkut kendaraan pembalap dalam kondisi / cuaca apapun juga. Perhatian khusus harus diberikan untuk saluran pembuangan air. Penempatan dan pengaturan parkir didaerah paddock harus dijamin dapat menampung kendaraan yang diperlukan. Jalan untuk keluar masuk daerah paddock harus dapat dilalui setiap saat oleh kendaraan yang akan lewat. Gambar 2.6 : Standar Paddock Pembalap Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia 2014 N. Pintu Start Pintu start harus melintang dan melipat / turun pada saat dipergunakan. Rancangan konstruksi tersebut harus kuat dan kaku. Harus dapat dikontrol secara manual atau dengan remote. Petugas pembuka pintu 15

10 start dan mekanikal alat pembuka harus tertutup total dari penglihatan pembalap, dengan begitu tidak akan ada perbedaan antara pembalap. Minimum tinggi dari pintu start tersebut 500 mm. Lebar dari konstruksi dasar beton dari pintu start tidak boleh lebih dari 600 mm. Pembatas dibelakang pintu start harus terpasang agar pembalap tidak dapat memundurkan kendaraannya. Jarak antara pintu start dengan pembatas dibelakang harus 3 meter. Untuk Kejuaraan Nasional pintu start harus dengan cara individual melipat / turun dengan minimum lebar untuk 30 meter (1 meter untuk setiap kendaraan). Gambar 2.7: Standar Pintu Start Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia Rintangan Terdapat berbagai jenis rintangan dalam sirkuit motorcross diantaranya yaitu: a. Single Jump Single jump merupakan jenis rintangan yang terdiri dari satu dompak atau lompatan yang memiliki tinggi 1-2 meter dengan kemiringan sudut maksimal yaitu

11 Gambar 2.8 : Rintangan Single Jump Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia 2014 b. Double Jump Double Jump merupakan jenis rintangan yang terdiri dari dua dompak atau lompatan dengan tinggi 1-2 meter dengan kemiringan sudut maksimal yaitu Gambar 2.9 : Rintangan Double Jump Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia 2014 c. Table Top Table top merupakan rintangan berbentuk trapesium. Rintangan ini merupakanpenggabungan antara gunungan dengan bidang persegi panjang. Ketinggian maksimum dari loncatan adalah 2 meter dengan sudut maksimal Panjang bidang table atau bidang atas adalah 2 meter. Gambar 2.10 : Rintangan Table Top Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

12 d. Camel Camel merupakan sebuah rintangan yang mengambil atau terinspirasi dari punggung unta yang terdiri dari dua gunungan yang memiliki ketinggian yang berbeda. Gunungan yang lebih rendah terletak di bagian depan. Ketinggian maksimal dari loncatan kedua adalah 1,5 meter dengan sudut maksimal Gambar 2.11 : Rintangan Camel Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia 2014 e. Superball Super Ball merupakan rintangan yang bergelombang yang diakibatkan oleh bentuk rintangan yang terdiri dari setengah bola yang tersusun banyak. Gambar 2.12 : Rintangan Superball Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia Fasilitas Penunjang dan Pemasangan Instalasi Sirkuit Motocross A. Lokasi kantor panitia Lokasi dan kantor panitia harus terletak di pintu masuk sirkuit B. Paddock Pembalap Paddock pembalap harus dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet untuk pria dan wanita dan diusahakan adanya tempat air minum. 18

13 Tidak boleh diadakan pemungutan biaya untuk penggunaan fasilitas tersebut, dan harus tetap terjaga kebersihannyn selama kejuaraan berlangsung. Didaerah paddock pembalap harus tersedia pos medical dan pos pemadam kebakaran. Juga harus terdapat peralatan yang perlu untuk scrutineering dan pemerikasan administrasi didaerah tertutup. Papan pengumuman panitia harus terpasang di deerah ini. C. Pemasangan Instalasi Pers Minimum pemasangan instalasi untuk ruang pers harus tersedia 1 ruang kerja dengan meja dan kursi (diusahakan tersedia mesin ketik). Ruang pers harus mempunyai petugas dan harus mengetahui apa yang diperlukan media dan harus buka untuk minimum satu jam setelah seluruh balapan selesai. Orang - orang yang diperbolehkan masuk ke ruangan ini adalah : Pers, Jury, utusan IMI Daerah, IMI Representativ dan utusan Industri. Gambar 2.13 : Standar Instalasi Ruang Pers Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

14 D. Tribun Penonton Persyaratan secara umum : Gambar2.14 : Standar Ukuran Pembatas Tribun Penonton Sumber: Metric Handbook Antar 2 gang masksimal memuat 42 tempat duduk Gambar 2.15: Standar maksimal seats Tribun Penonton Sumber: Metric Handbook Antaraa gang dengan dinding atau pembatas maksimal memuat 28 tempatt duduk. Antaraa gang dengan gang utama maksimal 72 temapt duduk Garis pandang agar seorang penonton tidak terhalang pandangan oleh orang di depannya ditentukan 12cm 20

15 Gambar 2.16: Garis Pandang Tribun Penonton Sumber: Metric Handbook Gambar 2.17: Garis Pandang Tribun Penonton untuk Penyandang Cacat Sumber: Metric Handbook Tribun boleh bertingkat apabila jarak pandang melebihi jarak optimal. Tidak ada kolong di bawah tempat duduk Tribun khsus untuk penyandang cacat harus : - Dibagian terdepan atau dibagian belakang tribun penonton - Tribun dapat dilalui kuris roda dengan lebar minimal 1,4m dan lebar tambahan minimal 0,9m 21

16 Untuk meningkatkan garis pandangan sudut dasar tribun dapat dibuat dalam 2 atau lebih sudut yang lebih besar berdasar perhitungan tanjakan yang digunakan. Gambar 2.18: Sudut Kemiringan Tribun Penonton Sumber: Metric Handbook.2008 Gambar 2.19: Jenis Tempat duduk mempengaruhi Pandangan Sumber: Metric Handbook

17 2.2.4 Persyaratan Umum Rancangan Persyaratan umum suatu sirkuit motocross yaitu meliputi: 1. Pelayanan kesehatan Semua kejuaraan harus mempunyai pelayanan kesehatan yang dikoordinator oleh Kepala Kesehatan yang bekerja untuk Panitia. Team kesehatan dan peralatannya harus tersedia sesuai dengan kebutuhannya.rencana pertolongan pertama / evakuasi untuk orang yang cidera harus disiapkan sebelum balapan oleh Panitia dan Koordinator Kesehatan. Adapun persyaratan umum kesehatan yaitu : Koordinasi Kesehatan-dokter agar mengikuti rapat juri Adanya ruang Pertolongan pertama ( PPPK) Jumlah dokter dan perawat, jumlah PPPK, jumlah ambulance yang sesuai adanya radio komunukasi dan tandu disetiap pos kesehatan informasi terhadap rumah sakit Jarak ke rumah sakit Seluruh fasilitas kesehatan harus tetap berada disirkuit sampai dengan 30 menit setelah balapan terahkir selesai Adanya fasilitas penunjang seperti landasan untuk helicopter (helipad) untuk mempercepat penanganan terhadap kecelakan dari pembalap, karena motocross merupakan olahraga yang extreme dan berbahaya. 2. Pelayanan pemadam kebakaran Pelayanan pemadam kebakaran harus disiapkan diseluruh lintasan (pada titik tertentu) dan juga didaerah paddock pembalap, waiting zone, daerah start dan daerah perbaikan dan signal. Merokok dilarang didaerah paddock, waiting zone, perbaikan dan signal 3. Keamanan Persyaratan keamanan merupakan yang paling penting dalam perancangan bangunan, untuk mengantisipasi adanya kecelakaan, maka 23

18 diperlukan perancangan yang dapat menghindari manusia dari ancaman bahaya, antara lain: a. Kebakaran Dengan memfasilitasi setiap ruangan dengan alat pemadam kebakaran. Dan juga dengan memberikan fasilitas tangga darurat. b. Bencana Alam Dengan memperkuat konstruksi bangunan maupun atap, dan juga memperhitungkan bahaya bencana alam, seperti gempa bumi. c. Keamanan Lintasan Antara track lintasan motocross dengan penonton harus diberi jarak untuk keamanan. Semua tempat dimana penonton dilarang masuk harus dipasang pagar atau rintangan. Pagar penonton harus kuat dan cukup tinggi untuk mengontrol penonton. Lebar dan memadai untuk keamanan pembalap dan penonton. Lebar daerah netral bisa berbeda - beda menurut keadaannya, akan tetapi tidak boleh kurang dari 1 meter. Pada daerah bebas harus dipasang pagar atau rintangan dibagian penonton dan dipasang pembatas disisi bagian lintasan. Pemasangan pembatas didaerah bebas harus tidak lebih tinggi dari 500 mm diatas permukaan tanah dan mempunyai lebar / diameter maximum 25 mm. Pembatas lintasan harus dipasang dengan pita (untuk keamanan tali tidak diperbolehkan). Bahan dari pembatas harus terbuat dari kayu (mudah patah) atau bahan yang fleksibel. Gambar 2.20 : Standar Keamanan Sirkuit Motocross Sumber: Ikatan Motor Indonesia

19 4. Kenyamanan Dalam setiap gedung yang mewadahi suatu kegiatan manusia pasti harus memberikan kenyamanan bagi penghuninya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengguna/pembalap motocross, penonton, dan juga pengelola. Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang: a. Kenyamanan Pandangan Kenyamanan Pandangan ditujukan pada Pembalap, penonton, dan juga panitia. Kriteria yang harus dipenuhi yaitu, pandangan penonton ke arena sirkuit tidak terhalang struktur, pembalap dapat melihat seluruh arena sirkuit, pandangan penonton tidak terhalang oleh penonton didepannya. 2.3 Pemahaman Terhadap Motocross Pengertian Motocross Motocross adalah kejuaraan cross country yang dilaksanakan didalam sirkuit dengan menggunakan rintangan - rintangan. (sumber : Peraturan Motocross Ikatan Motor Indonesia 2014) Motorcross Merupakan jenis motor yang dikhususkan untuk melalui medan berat seperti medan berbatu atau berlumpur. Mempunyai ciri kontur ban kasar, yang menyerupai pacul atau tahu. Motor ini mempunyai torsi besar dan tahan banting. Jarak body dan tanah relatif tinggi. Motorcross kurang memiliki kelebihan pada top speed, namun lebih mengutamakan akselerasi. Motor ini juga memiliki jenis suspense yang lebih daripada motor lain karena penggunaanya di medan berat Peraturan Dalam Motocross (sumber : Peraturan Motocross Ikatan Motor Indonesia 2014) A. Kendaraan Perlombaan in terbuka untuk kendaraan jenis Motocross dan Enduro sesuai dengan buku peraturan teknik FIM (Appendix 01, FIM Motocross Technical Rules). 25

20 B. Lintasan Panjang lintasan minimum 1200 Meter dan tidak lebih dan 2000 meter dengan lebar minimum 8 Meter dan lebar lintasan pada titik tertentu tidak kurang dari 5 meter, diusahakan jarak bebas antara lintasan dan semua rintangan diatas tanah harus minimum 3 meter. Lintasan tidak dapat diluluskan jika dilintasan terdapat genangan air yang dalam atau terlalu banyak batu atau terdapat bagian lurus dilarang dengan kecepatan yang tinggi, adapun kecepatan maximum adalah 55 km/jam. C. Pembalap a. Kelas 65 cc (umur minimum 10 tahun dan maksimum 12 tahun) b. Kelas 85 cc (umur minimum 11 tahun dan maksimum 14 tahun ) c. Kelas MX2 Junior (umur minimum 13 tahun dan maksimum 17 tahun, Pembalap kategori ini tidak pernah terdaftar dalam Kategori MX2 Grade A dan B Tahun 2011 dan sebelumnya. ( Maksimum 2 tahun masuk 3 besar dikelas ini harus naik ke MX 2 ) d. Kelas MX2 ( umur di atas 15 tahun ) D. Kelas Kelas-kelas untuk kejuaraan Nasional Motocross adalah : Tabel 2.1 : Kelas-kelas kejuaraan Nasional Motocross No Kejuaraan Nasional Motocross Minimum cc Maksimum cc 1 Kelas 65 cc 2 tak 50 cc 65 cc Kelas 85 cc 2 2 tak 80 cc 85 cc 4 tak 75 cc 150 cc 3 Kelas 125 cc 26

21 2 tak 100 cc 125 cc 4 tak 175 cc 250 cc Sumber : Ikatan Motor Indonesia KajianTerhadap Proyek Sejenis Sirkuit Motocross Pangkung Tibah, Kabupaten Tabanan Sirkuit pangkung tibah ini terletak di Desa Pangkung Tibah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Berjarak 6 Km dari kota Tabanan. Sirkuit pangkung tibah ini dirancang oleh Bapak Wawan Gustaf (Ikatan Motor Indonesia P rovinsi Bali) pada tahun Sirkuit motocross Pangkung Tibah merupakan satusatunya sirkuit motocross yang berada dekat dengan pantai. Sirkuit Pangkung Tibah ini dikelola oleh masyarakat desa Pangkung Tibah. Rintangan Double Jump 1 Rintangan Camel Rintangan Table Top 2 Rintangan Single Jump Rintangan Table Top Rintangan Super Ball Rintangan Single Jump Rintangan Super Ball 1 3 Daerah Start Rintangan Single Jump Gambar 2.21: Denah sirkuit motocross Pangkung Tibah Sumber : Dokumentasi pribadi Keterangan: 1. Area Menonton 2. Area Peddock Pembalap 3. Area Panitia Secara fisik sirkuit ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : Panjang lintasan meter Lebar lintasan pada track lurus maupun tikungan yaitu 8m 27

22 Jumlah tikungan yang dimiliki yaitu berjumlah 20 tikungan. Rintangan Rintangan pada sirkuit Pangkung Tibah ini terdiri dari : - 2 table top dengan tinggi 2 meter - 3 buah single jump dengan tinggi 1,5-2 meter - 2 buah double jump dengan tinggi 1,5-2 meter - 2 buah Superball - 1 buah camel Fasilitas-Fasilitas Penunjang Fasilitas-fasilitas penunjang pada sirkuit ini diantaranya yaitu : - Area Parkir - Area Paddock Pembalap dengan luas area sekitar 150 m 2. Fasilitas Paddock pada sirkuit ini masih bersifat bongkar pasang tergantung penyelenggaraan event. - Tempat suci - Fasilitas-fasilitas lainnya seperti menara pemantau, waiting zone, ruang panitia dan lain-lain bersifat tidak permanen (bongkar pasang). Gambar 2.22: sirkuit motocross Pangkung Tibah Sumber : Dokumentasi pribadi 28

23 2.4.2 Sirkuit Motocross Perancak, Kabupaten Jembrana Sirkuit Motocross Perancak terletak di Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Berjarak kurang lebih 190 km dari kota Depasar dengan waktu yang ditempuh kurang lebih 3 jam perjalanan.sirkuit Perancak yang dibangun pada tahun 1992 ini merupakan salah satu sirkuit dengan Area terluas di Bali dengan luas site 9 hektar dan luas parkir 2 hektar. Rintangan Table Top Rintangan Double Jump Daerah Start Rintangan Double Jump Rintangan Single Jump Rintangan Single Jump Gambar 2.23:Denah sirkuit motocross Perancak Keterangan: 1. Area Penonton 2. Gedung Serbaguna 3. Area Penonton 4. Pengelola 5. Panitia Lomba 6.Paddock 7.Menara Kontrol Spesifikasi Sirkuit Motocross Perancak: Panjang Lintasan yaitu 1200 Meter Lebar Lintasan adalah 8-10 Meter Lebar Lintasan pada daerah start yaitu 25 meter Terdapat 10 buah Tikungan Rintangan : 2 rintangan Single Jump, 2 table Top dan 2 double jump. Fasilitas-fasilitas penunjang pada sirkuit ini diantaranya yaitu : - Area Parkir - Area Paddock Pembalap. Fasilitas Paddock pada sirkuit ini masih bersifat bongkar pasang tergantung penyelenggaraan event. - Menara Kontrol 29

24 - Tempat suci - Toilet umum - Gedung Pengelola - Gedung serbaguna - Fasilitas-fasilitas lainnya seperti, waiting zone, ruang panitia perlombaan dan lain-lain bersifat tidak permanen (bongkar pasang). Gambar 2.24: Sirkuit Motocross Perancak Sumber : Sirkuit Motocross Lamantuha,Kalimantan Tengah Sirkuit Motocross Lamantuha terletak di desa Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sirkuit Lamantuha ini dikelaola oleh Surya Sawit Sejati Otomotif dan merupakan salah satu sirkuit terbaik dengan standar nasional di Indonesia. Sirkuit Lamantuha brjarak hanya 2 km dari Bandar Udara Iskandar Muda Pangkalan Bun. Spesifikasi Sirkuit Motocross Lamantuha: Lintasan - Panjang lintasan yaitu meter - Lebar minimum lintasan yaitu 8 meter - Jenis permukaan tanah yaitu tanah pasir - Kecepatan rata-rata pada saat perlombaan yaitu 50 km/jam - Jumlah Pos lintasan yaitu 12 pos 30

25 Daerah Start - Lebar dari pintu start yaitu 16 meter untuk 16 pembalap - Panjang lintasan lurus depan start 100 meter Paddock Pembalap - Terletak di belakang dan samping pintu start - Jenis permukaan tanah beton - Terdapat 2 buah toilet Keamanan - Rumah sakit terdekat berjarak 2 km - Waktu tempuh ke rumah sakit 5 menit - Jumlah PPPK di dalam sirkuit 3 buah/tandu Penonton - Letaknya disekeliling lintasan - Jarak pandang langsung - Jalan masuk (kendaraan umum, pribadi dll) aspal - Parkir cukup luas Gambar 2.25: Lintasan sirkuit Lamantuha Sumber : Rusharmono, Luwi.Ikatan Motor Indonesia

26 Tabel 2.2 : rintangan sirkuit Lamantuha Sumber : Rusharmono, Luwi.Ikatan Motor Gambar 2.26: Pintu Start dan tikungan pertama sirkuit Lamantuha Sumber : Rusharmono, Luwi.Ikatan Motor Indonesia

27 Gambar 2.27: Tribun Penonton dan Waiting Zone sirkuit Lamantuha Sumber : Rusharmono, Luwi.Ikatan Motor Indonesia.2005 Gambar 2.28: Rintangan Sirkuit Lamantuha Sumber : Rusharmono, Luwi.Ikatan Motor Indonesia

28 2.4.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis Berdasarkan dari tinjauan diatas, kesimpulan dari ketiga objek tersebut menjelaskan fasilitas yang terdapat pada Sirkuit Motocross, klasifikasi, lokasi, dan manajemen pengelolaan yang dapat dilihat pada table 2.1 dibawah ini. Tabel 2.3 Kesimpulan Objek Sejenis dan Pertimbangannya No Kriteria Sirkuit Sirkuit Sirkuit Motocross Pertimbangan Motocross Motocross Pangkung Terhadap Desain Perancak Lamantuha Tibah 1. Lokasi Desa Desa Perancak Desa Pasir Kabupaten Tabanan Pangkung Tibah, Tabanan, Bali., Jembrana, Bali Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah 2 Klasifikasi Sirkuit Motocross n Sirkuit Motocross Sirkuit Motocross berstandar Nasional Sirkuit Motocross berstandar Nasional 3. Fungsi dan Sebagai Arena Sebagai Arena Sebagai Arena Sebagai arena Peranan pertandingan Motocross, Arena latihan (sewa), Tempat mononton motocross pertandingan Motocross dan road race, Arena latihan (sewa), Tempat mononton motocross, pertandingan Motocross, Arena latihan (sewa), Tempat mononton motocross perlombaan Motocross, sebagai tempat untuk berlatih olah raga motocross khususnya di Tabanan. Sebagai tempat menonton,rekreasi serta meningkatkan kunjungan wisatawan. 34

29 4. Fasilitas dan - Area parkir - Area parkir ± Area Parkir, Area Parkir, Paddock Ruang ± 15 are, 20 are, Paddock pembalap, menara paddock paddock pembalap, pengawas, Waiting pembalap 150 pembalap, Menara zone, Ruang m 2, Menara Menara pengawas, Pemeriksaan mesin, Pengawas Pengawas, Pos Waitung zone, Ruang Panitia, Ruang 4m 2, Pos Kesehatan, ruang panitia, Pengelola, Ruang Kesehatan 25 Waiting zone, ruang undangan, Tribun m 2, Waiting Ruang Panitia pengecekan Penonton, Toilet, zone 30 m 2, Lomba, Ruang mesin, Toilet tempat suci, ruang Ruang Panitia pengelola, umum, toko. kesehatan, Helypad, 60 m 2, toilet umum, gudang, toku Tempat suci. Tempat suci, marchendise/souvenir, gedung foodcourt, serbaguna. 5. Manajemen Dikelola oleh Dikelola oleh Dikelola oleh Dikelola oleh Swasta Pengelolaan Masyarakat Setempat setempat, Masyarakat Setempat setempat, swasta (Surya Sawit Sejati Otomotif) dan bekerja sama dengan masyarakat setempat serta pemerintah selaku pemberi izin dan lainnya. Sumber: Hasil Observasi 35

30 2.5 Spesifikasi Umum Sirkuit Motocross di Tabanan Pengertian Sirkuit Motocross merupakan suatu tempat untuk mewadahi suatu pertandingan/latihan motocross. Sirkuit itu sendiri meliputi ruang/lapangan, lintasan, serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya Fungsi Sirkuit Motocross A. Fungsi Utama Fungsi utama dari sebuah sirkuit yaitu sebagai wadah atau arena untuk perlombaan kendaraan bermotor. Sirkuit juga bisa difungsikan sebagai tempat untuk latihan atau mengasah kemapuan pembalap, sebagai tempat untuk menyalurkan hobi serta sebagai tempat untuk pembinaan olah raga bermotor B. Fungsi Penunjang Fungsi penunjang sebuah sirkuit yaitu sebgai tempat untuk menonton/ menyaksikan kegiatan balap bagi masyarakat pecinta otomotif Tujuan A. Tujuan Utama Mampu memfasilitasi dan menampung para pecinta/ penggemar otomotif khususnya motocross baik mewadahi aktifitas dalam perlombaan, latihan maupun pembinaan olah raga. A. Tujuan Penunjang Sebagi tempat untuk mengalihkan hal-hal negatif bagi para generasi muda di Bali seperti balapan liar dijalan, mabuk-mabukan hingga penggunaan narkoba serta dengan adanya sirkuit Motocross ini berpengaruh bagi pariwisata di Bali dengan menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanagara untuk datang ke Bali, tidak hanya sebagai peserta namun juga sebagai penonton olah raga Motocross ini Fasilitas-fasilitas Sirkuit Motocross A. Fasilitas Pembalap 36

31 Fasilitas pembalap meliputi lintasan motocross, paddock, waiting zone, pit lane, daerah pelayanan darurat. B. Fasilitas Penunjang meliputi : area parkir, ruang wartawan, ruang pers, ruang pameran C. Fasilitas Umum meliputi triun penonton, area parkir, toilet, tempat suci, souvenir, cafetaria D. Fasilitas Pengelola meliputi : kantor pengelola operasional sirkuit dan fasilitas penunjang secara keseluruhan. Seperti ruang staf, ruang rapat, dan lain-lain Persyaratan Lokasi Lokasi terletak di tempat yang strategis, mudah dicapai serta daerah yang memiliki minat tinggi di dunia otomotif khususnya Motocross. Agar nantinya sirkuit ini dapat berfungsi secara optimal. Lokasi terletak di daerah yang cukup jauh dari pemukiman penduduk karena sirkuit motocross ini memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Memiliki akses transportasi yang baik dan mudah serta ukuran lahan yang cukup luas untuk menampung semua kegiatan dan fasilitas yang akan diwadahi. Adanya sarana penunjang dan pelengkap di sekitar site seperti tersedianya jaringan utilitas Civitas Pembalap, mekanikal, pers, juri, panitia lomba, manajemen balap, penonton, dokter, pengelola, dan official Aktivitas kegiatan yang diwadahi Aktivitas/ kegiatan utama yang diwadahi yaitu perlombaan serta latihan motocross serta aktifas lainnya untuk menunjang perlombaan seperti aktifitas di dalam paddock. 37

32 Aktifitas penunjang yaitu kegiatan pengelolaan dan perawatan sirkuit. Serta aktifitas dari wartawan amupun penonton perlombaan Sistem Pengelolaan Sirkuit Motocross Sistem pengelolaan sirkuit ini adalah bentuk kerjasama dari pihak swasta dengan pemerintah. Dimana pihak swasta berperan sebagai pengelola operasional sirkuit serta pendanaan operasional, sedangkan pemerintah sebagai pemberi perijinan pembangunan 38

MOTOCROSS DI TABANAN

MOTOCROSS DI TABANAN LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 SIRKUIT MOTOCROSS DI TABANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian dalam kaitannya pada perancangan dan perencanaan Sirkuit Motocross di Tabanan. 1.1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia otomotif di Indonesia telah lama berkembang, dimulai sejak masuknya berbagai jenis kendaraan dari luar negeri pada jaman penjajahan. Beberapa organisasi

Lebih terperinci

BAB II SIRKUIT DRAG RACE

BAB II SIRKUIT DRAG RACE BAB II SIRKUIT DRAG RACE 2.1. Drag race Drag race adalah salah satu cabang olahraga otomotif. Pada saat ini bidang olahraga otomotif di kenal di Indonesia ada beberapa cabang, antara lain formula 1, reli,

Lebih terperinci

BANGUNAN FASILITAS SIRKUIT BALAP OTOMOTIF ROAD RACE DI SEMARANG

BANGUNAN FASILITAS SIRKUIT BALAP OTOMOTIF ROAD RACE DI SEMARANG LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN FASILITAS SIRKUIT BALAP OTOMOTIF ROAD RACE DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disususn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir. Sirkuir Motocross dan Supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda, Klungkung BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir. Sirkuir Motocross dan Supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda, Klungkung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan memelihara kebugaran dan kesehatan jasmani. Dalam perkembangannya olahraga dijadikan kegiatan untuk mencari prestasi maupun hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SIRKUIT INTERNASIONAL SURAKARTA

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SIRKUIT INTERNASIONAL SURAKARTA TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SIRKUIT INTERNASIONAL SURAKARTA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Akselerasi Definisi akselerasi adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Umumnya, percepatan dilihat sebagai gerakan suatu obyek yang semakin cepat ataupun

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERATURAN BALAP MOTOR TAHUN 2017

PERUBAHAN PERATURAN BALAP MOTOR TAHUN 2017 PERUBAHAN PERATURAN BALAP MOTOR TAHUN 2017 A. Region 3 (Bali NTB NTT) dan Region 2 (Jawa) digabungkan. B. Kelas Utama dalam Kejuaraan Nasional Balap Motor tahun 2017 : 1. Kelas Bebek 150cc 4 Langkah Tune

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK. : Jl. Sukarno Hatta Kecamatan Panyeliukan Bandung Timur. : IMI Jabar (Ikatan Motor Indonesia Jawa Barat)

BAB II DESKRIPSI PROYEK. : Jl. Sukarno Hatta Kecamatan Panyeliukan Bandung Timur. : IMI Jabar (Ikatan Motor Indonesia Jawa Barat) BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Lokasi : Jl. Sukarno Hatta Kecamatan Panyeliukan Bandung Timur Luas Lahan : 50,800m2 Peraturan GSB Peraturan KDB : Minimum ½ x lebar rumija : 60% (50800 X 60% =30480M2)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 Umum Nama Proyek Tema Sifat Proyek Pemilik Proyek Pemilik Dana Lokasi Luas Lahan : BANDUNG BADMINTON CENTER : Form Follow Function : Fiktif : Pemerintah : Pemerintah : Jalan

Lebih terperinci

otomotif dapat dijadikan alternatif untuk lebih mengoptimalkan potensi tersebut.2 Sirkuit

otomotif dapat dijadikan alternatif untuk lebih mengoptimalkan potensi tersebut.2 Sirkuit BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia olahraga otomotif dilndonesia yang sangat pesat, dibuktikan dengan banyaknya kejuaraan yang berlangsung di Indonesia baik yang bertaraf nasional

Lebih terperinci

SIRKUIT DRAG RACE DI YOGYAKARTA

SIRKUIT DRAG RACE DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam segala hal membawa dampak terhadap perilaku kehidupan masyarakat. Mulai dari perilaku kebudayaan, sosial, kemasyarakatan dan dari individu

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BANJAR BARU INTERNATIONAL CIRCUIT DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH

BANJAR BARU INTERNATIONAL CIRCUIT DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH BANJAR BARU INTERNATIONAL CIRCUIT DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH Oleh : Bio Bhirawan, Edy Darmawan, Bambang Suyono Indonesia merupakan negara yang memiliki peminat khusus dalam dunia otomotif khusus nya

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. BalapDrag (Drag race)merupakankompetisidimanadua kendaraan berupa mobil atau sepeda motor bersainguntukmenjadiyang pertamamenyeberangi garisfinishdariawalberdiri,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Otomotif merupakan olahraga yang banyak diminati di seluruh dunia. Begitu juga dengan Indonesia. Olahraga otomotif merupakan salah satu cabang yang sangat diminati

Lebih terperinci

SIRKUIT MOTOR PEMALANG

SIRKUIT MOTOR PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKUR ( PPA ) SIRKUIT MOTOR PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, hampir semua kalangan masyarakat mempunyai kendaraan khususnya sepeda motor. Dalam perkembanganya sepeda motor tidak hanya digunakan sebagai layaknya

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. SIRKUIT TERPADU TAWANG MAS DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur High Tech)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. SIRKUIT TERPADU TAWANG MAS DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur High Tech) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SIRKUIT TERPADU TAWANG MAS DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur High Tech) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang

SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang SURAT KEPUTUSAN No : 005/IMI - JABAR/SK-JUKLAK ADV. MOTOR/WIS/A/I/2014 Tentang PERATURAN PENYELENGGARAAN EVENT ADVENTURE MOTOR RAPAT KERJA PROVINSI 2013 IKATAN MOTOR INDONESIA JAWA BARAT BAB I PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN BAB 6 DESAIN PERANCANGAN 6.1 IDENTITAS PROYEK Nama Proyek : Re-desain GOR Saparua Bandung Tema : Structure Expose Pemilik Proyek : Pemerintah Sumber Dana : Swasta Jenis Bangunan : Gedung Olahraga Basket

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SIRKUIT ROAD RACE DI OBYEK WISATA WADUK CACABAN KABUPATEN TEGAL

Lebih terperinci

REGULASI INDONESIA GRAVITY SERIES KLANGON RELOAD ) Jenis lomba : Individual Downhill - DHI. 2) Kategori peserta : No Kategori Tahun lahir Umur

REGULASI INDONESIA GRAVITY SERIES KLANGON RELOAD ) Jenis lomba : Individual Downhill - DHI. 2) Kategori peserta : No Kategori Tahun lahir Umur REGULASI INDONESIA GRAVITY SERIES KLANGON RELOAD 2017 1) Jenis lomba : Individual Downhill - DHI 2) Kategori peserta : No Kategori Tahun lahir Umur 1 Peewee 2003-2005 12-14 tahun 2 Men Youth 2001-2002

Lebih terperinci

PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016

PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016 PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016 Peraturan lomba MONASTANA JAKARTA OPEN 2016 di adopsi dari peraturan yang sudah sering digunakan pada kejuaraan di Indonesia dan FIRS (Federation Internationale de Roller

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali di dunia secara resmi di trek balap Brookland. Trek tersebut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kali di dunia secara resmi di trek balap Brookland. Trek tersebut merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Antusias masyarakat dunia mulai dari masa lampau terhadap perkembangan otomotif sangatlah tinggi, sampai-sampai mereka memacu kendaraan

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan bagian penting dari masyarakat saat ini. Setiap hari manusia butuh Informasi yang cepat dan akurat. Media infomasi seiring waktu berkembang

Lebih terperinci

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

PERATURAN KOMPETISI RC ROCK CRAWLING

PERATURAN KOMPETISI RC ROCK CRAWLING PERATURAN KOMPETISI RC ROCK CRAWLING Pengantar Panduan peraturan ini bertujuan untuk menstandarisasikan peraturan kompetisi Radio Control jenis Rock Crawling yang diselenggarakan di Indonesia. Peraturan

Lebih terperinci

SIRKUIT DAN PUSAT PELATIHAN BALAP MOTOR DI YOGYAKARTA

SIRKUIT DAN PUSAT PELATIHAN BALAP MOTOR DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SIRKUIT DAN PUSAT PELATIHAN BALAP MOTOR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia otomotif di Indonesia saat ini sangat pesat, dibuktikan dengan banyak diselenggarakan event-event olahraga bertaraf nasional dan semakin maraknya

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2. 1. Deskripsi Umum Nama proyek : Bandung Automotif center Status : Proyek Fiktif Fungsi bangunan : Bangunan komersil bidang otomotif Sumber dana : Pemerintah daerah (BPD) Lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus

Lebih terperinci

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan

Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan Perkiraan dan Referensi Harga Satuan Perencanaan No Bidang kategori 1 Pemerintahan Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Pemeliharaan Hydrant Pembangunan Hydrant Kering Pemeliharaan pertitik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Pendahuluan I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Balap sepeda trek setidaknya sudah ada sejak tahun 1980. Dalam perkembangannya, lintasan yang digunakan awalnya terbuat dari bahan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLISI TIDUR (ROAD HUMPS) Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat pengendali pemakai jalan sebagai alat pembatas kecepatan, dan memiliki banyak nama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parkir Parkir adalah lalu lintas berhenti yang ditinggal pengemudi saat mencapai suatu tempat tujuan dengan jangka waktu tertentu. Perilaku pengendara kendaraan bermotor memiliki

Lebih terperinci

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016 Manajemen Pesepeda Latar Belakang 2 Lebih dari setengah jumlah perjalanan seseorang dalam sehari < 4 km Bisa ditempuh dengan bersepeda < 20 menit Perjalanan pendek yang ditempuh dengan kendaraan bermotor,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 07/MEN/ IV/2005 TENTANG STANDAR TEMPAT PENAMPUNGAN CALON TENAGA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Studi Parkir Studi ini dilaksanakan dengan maksud agar memperoleh informasi tentang fasilitas ruang parkir yang ada. Adapun informasi yang diperoleh berupa karakteristik-karekteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi serta kemajuan di bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi serta kemajuan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang permesinan, berbagai alat diciptakan untuk mempermudah dan menambah

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI

BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK 4.1.1 ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI Gambar 4.1 sirkulasi arah matahari Sirkulasi Matahari pagi akan masuk pada bagian timur dari tapak, untuk itu pada

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG) A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA APA ITU DISABILITAS? Penyandang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN 2012, No.279 46 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN A. UJIAN PRAKTIK SIM A B. UJIAN PRAKTIK SIM B I C. UJIAN PRAKTIK

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/3/2016

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/3/2016 Manajemen Pesepeda Latar Belakang 2 Lebih dari setengah jumlah perjalanan seseorang dalam sehari < 4 km Bisa ditempuh dengan bersepeda < 20 menit Perjalanan pendek yang ditempuh dengan kendaraan bermotor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul Judul DP3A ini adalah Bangunan Fasilitas Road Race Dan Game Center Di Solo Baru Pengertian Judul dapat ditelusuri dari masing-masing arti kata yaitu sbb : Bangunan

Lebih terperinci

SIRKUIT INTERNASIONAL SENTUL

SIRKUIT INTERNASIONAL SENTUL SIRKUIT INTERNASIONAL SENTUL TUGAS AKHIR RA 09.1381 RESALDI NOVYAN 3203 100 040 MENTOR Ir. RISWANTO Definisi objek sirkuit internasional adalah suatu tempat dilaksanakannya berbagai pertandingan balap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan ruang parkir disingkat SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor,

Lebih terperinci

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO Agus Surandono 1, Ardinal Putra Ariya 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email:

Lebih terperinci

INFORMASI KONTES ROBOT ELEKTRO FAIR 2018

INFORMASI KONTES ROBOT ELEKTRO FAIR 2018 INFORMASI KONTES ROBOT ELEKTRO FAIR 2018 SYARAT PENDAFTARAN : 1. Membawa nama tim dan daftar nama anggota tim (nama lengkap peserta dan guru pembimbing, setiap tim terdiri atas maksimal 3 (tiga) siswa

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Klasifikasi Fungsi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE Pada bab ini dibahas potensi dan permasalahan obyek wisata Ceking Terrace, yang nantinya akan berpengaruh terhadap penataan dan pengembangan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Satuan Ruang Parkir Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan suatu kendaraan (mobil penumpang, bus/truk,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci