PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN WORK COMMUNITY FISHERMAN TO CHANGE FUNCTION TRADISIONAL BUGIS HOUSE IN BAJOE, DISTRICT BONE, SOUTH SULAWESI Andi Sumarni Bambang Heryanto, Ramli Rahim Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Andi Sumarni ST Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Haluoleo Kendari HP : Anisumarni714@yahoo.com

2 Abstrak Arsitektur tradisional bugis cenderung hilang. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi budaya masyarakat nelayan Bajoe terhadap perubahan fungsi rumah tradisional bugis (2) mengkaji perubahan elemen rumah, penataan ruang, bentuk rumah, ornamen dan fasade terhadap daya guna dari ruang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif karena tidak terikat pada variabel. Pendekatan studi kasus dilakukan berdasarkan petunjuk informan untuk rumah tradisional bugis. Studi kasus aplikasi pada rumah nelayan berdasarkan pengaruh budaya terhadap perubahan fungsi pada bangunan. Jenis data fisik yaitu denah, tampak dari rumah. Jenis data non fisik yaitu nilai adat, nilai religi, nilai sosial, nilai prilaku, dan nilai ekonomi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan observasi dengan mewawancarai tiga tokoh adat sebagai nara sumber. Data fisik dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan menggunakan penafsiran atau interpretasi dimana mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan dari latar belakang alami, dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data yang berkenaan dengan rumusan masalah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan fungsi rumah tradisional bugis berubah disebabkan oleh pengaruh budaya masyarakat nelayan Bajoe dimana diambil enam kasus rumah yaitu dua rumah punggawa, dua rumah juragan, dua rumah sawi. Perubahannya terjadi pada tatanan ruangnnya dan sebagian pada penampilan fisik rumah, perubahan terjadi pada posisi tangga yang semula berada diluar rumah sekarang berada didalam rumah, perubahan posisi pintu dan jendela. Perubahan material atap didominasi oleh material penutup atap, pemanfaatan kolong rumah sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat untuk melaut dan sebagai tempat usaha, fungsi ruang yang sebelumya tempat umum kini menjadi khusus. Disimpulkan bahwa pengaruh budaya melaut yang seteleh pulang dari melaut menyimpan peralatan pada kolong rumah dan ruang tamu menyebabkan terjadinya perubahan fungsi rumah tradisional bugis yang mana fungsi rumah tradisional bugis pada kolong rumah digunakan sebagai tempat untuk bersenda gurau kini fungsinya sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat melaut dan tempat untuk mengolah hasil laut. Kata kunci: Budaya, nelayan, perubahan fungsi, arsitektur tradisional, bugis Abstract Bugis traditional architecture tends to disappear. This study aimed (1) identify the fishing community culture Bajoe to change the function of traditional Bugis houses (2) assess changes in elements of house, the arrangement of space, form house, ornamentation and facade of the usability of the space. This type of research is qualitative because it is not bound to the variable. Case study approach is based on the instructions informant for the traditional Bugis houses. Application case studies based on a fisherman's house to change the function of cultural influences on the building. Types of physical data that is the plan, it appears from the house. Non-physical types of data that traditional values, religious values, social values, the behavior, and economic value. The data was collected by means of literature study and observation by interviewing three traditional leaders as a resource. Physical data were analyzed by using descriptive analysis techniques of interpretation or interpretations which reveal symptoms thoroughly and in accordance with the context through the collection of natural background, and tend to use inductive analysis approach. Analytical techniques used to process data relating to the formulation of the problem. These results indicate that changes in the functions of traditional Bugis houses changed due to the influence of culture fishing Bajoe taken six cases in which the two houses courtier houses, two houses skipper, two houses mustard. Change is occurring in order room and partly on the physical appearance of the house, changes occur in the original position of the stairs outside the house is now located inside the house, change the position of doors and windows. Change the roof material is dominated by the roofing material, utilization below the house as a place to store tools for fishing and as a place of business, functions that previously public space has become specialized. It was concluded that the cultural influence of the sea are home to sea after keep the equipment in the living room below the house and leads to changes in the functions of traditional Bugis houses in which the functions of traditional Bugis houses at below the house is used as a place to frolic now function as a place to store fishing equipment and place for seafood processing. Key words: culture, fishing, changes in function, traditional architecture, bugis

3 PENDAHULUAN Arsitektur merupakan suatu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang bersama dengan pertumbuhan suatu suku bangsa oleh karena itu arsitektur adalah merupakan salah satu pendukung kebudayaan. Wujud fisik kebudayaan bugis terungkap pada rumah tradisional yang merupakan adat istiadat bugis sejak dulu. Arsitektur tradisional merupakan bagian dari seluruh kehidupan budaya, masyarakat melakukan proses kehidupan sehari-hari selalu terkait dengan ruangan-ruangan mereka, Ali, (2000). Kebudayaan menghasilkan tingkah laku dan berupa alat atau benda-benda sebagaimana yang diperlukan dalam kehidupan, pada arsitektur tradisional terkandung wujud sosial Suparlan, (1980). Menurut Poespahardojo (1982) bahwa rumah dapat dilihat sebagai pusat kegiatan budaya, dimana rumah merupakan proses bermukim akibat aktivitas dan pola prilaku manusia. Perkembangan bentuk rumah sesuai pola pikir penghuninya dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki. Arsitektur tradisional secara terpadu merupakan wujud sosial, wujud material dari suatu kebudayaan. Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat untuk berlindung dari gangguan cuaca, binatang dan kriminal, tempat pembinaan keluarga, tempat istirahat, dan kerja. Model dan bentuk rumah yang dihuni oleh berbagai suku bangsa di dunia memiliki karakter dan nilai keunikan dalam corak yang khas sebagai cerminan budaya mereka masing-masing. Suparlan (1990) rumah tidak dapat dilihat dan diperlakukan sebagai satuan fisik tetapi sebagai simbol yang mencerminkan jati diri sosial penghuninya. sesuai dengan kehendak, kemampuan, dan peluang yang ada pada setiap saat sejalan dengan proses perkembangan biologis, sosial, dan ekonomi keluarga bersangkutan, rumah memberi peluang untuk mengadakan interaksi dan aktifitas dengan lingkungannya. Hakekat rumah merupakan penjelmaan eksistensi manusia yang tidak statis, melainkan selalu berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Seperti yang dikatakan seorang filsuf Yunani Aristoteles (Bartens, 1992) bahwa manusia adalah zoon politicon, yang dapat diartikan sebagai makhluk sosial yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesamanya, dalam bergaul manusia menginginkan suasana aman, tentram, nyaman, dan bebas, sehingga ia dapat berkarya dan bekerja untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan sesamanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan budaya nelayan sehingga dapat terjadi perubahan fungsi pada rumah tradisional Bugis, memberikan kontribusi positif dalam ilmu arsitektur terutama yang terkait dengan arsitektur Bugis, dan untuk mengetahui

4 bagaimana perubahan elemen rumah, penataan ruang dari masing-masing ruang, bentuk, ornament dan fasade rumah. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kriteria dan kasus penelitian Obyek arsitektur tradisional bugis yang dipilih adalah rumah nelayan Punggawa, rumah nelayan juragan, rumah nelayan sawi. Kriteria dipilih berdasarkan perubahan penataan ruang, berupa pengelompokan ruang, pola hubungan ruang, pola sirkulasi, orientasi ruang, perubahan bentuk rumah, ornamen, fasade, struktur dan bahan. Bagaimana budaya masyarakat nelayan bajoe terhadap perubahan fungsi rumah tradisional bugis. Metode pengumpulan data Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data fisik dan non fisik. Data fisik yaitu (1) denah yaitu hubungan ruang dan fungsi ruang, (2) tampak bangunan, orientasi, (3) Ornamen, (4) bentuk ruang, (5) bentuk fasade. Pengumpulan data fisik dilakukan dengan cara studi literatur dan observasi dengan mewawancarai tiga orang tokoh adat sebagai nara sumber. Data non fisik yaitu (1) nilai adat, (2) nilai religi, (3) nilai sosial, (4) nilai perilaku, (5) ekonomi. Pengumpulan data non fisik dilakukan dengan cara studi literatur dan observasi lapangan. Analisis data Teknik analisis data fisik dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menggunakan penafsiran dengan pendekatan induktif, mengolah data berdasarkan rumusan masalah. Teknik analisis data non fisik menggunakan analisis isi. HASIL Studi kasus Stratifikasi Masyarakat Nelayan Bajoe Stratifikasi budaya masyarakat pesisir dengan pembagian kerja nelayan mencerminkan kebersamaan dan persatuan di dalam komunitas penduduk pesisir, pembagian kerja pada nelayan terbagi atas, (1) punggawa yang memberi modal untuk

5 melaut, (2) juragan sebagai pelaksana dalam nahkoda kapal, sedang sawi sebagai anak buah kapal. Rumah punggawa nelayan Kasus ini adalah Rumah dengan orientasi ke timur, terlihat penambahan ruang terletak pada ruang di bagian kolong rumah yang dipergunakan sebagai ruang usaha yang dibuat berada di dalam rumah, jenis usaha penjualan kebutuhan sehari-hari dan keperluan untuk melaut. Arsitektur rumah panggung tradisional Bugis masih nampak pada bangunan dengan lego-lego pada bagian depan bangunan lantai 2 (dua) dan atap memakai timpa laja, menurut penuturan pemilik rumah ini sudah berubah dari model awal, model rumah panggung yang model awal tanpa ruang tambahan pada lantai kolong. Kini terlihat tambahan pada kolong rumah. Tampilan fisik pada lantai 2 tidak terlalu banyak berubah, karakter rumah panggung terlihat pada bentuk ukiran bagian lego-lego, serta material rumah,menurut penuturan pemiliknya pertama rumah ini dibangun dengan memakai atap dari rumbia, kemudian lantainya dari papan. Perubahan terjadi pada posisi lego-lego bergeser ke sisi rumah, selain itu jendela rumah berubah sebelumnya mempergunakan kayu dan sekarang menggunakan kaca. Budaya melaut oleh masyarakat nelayan Bajoe sehingga terjadi perubahan fungsi yang mana rumah tradisional bugis biasanya bagian bawah digunakan sebagai tempat bercanda kini berubah fungsi sebagai tempat untuk menyimpan jala (alat penangkap ikan) pada bagian kolong rumah, ruang tamu. Pemilik merupakan seorang punggawa nelayan. Halaman dan kolong rumah digunakan sebagai tempat menyimpan perahu, menjual kebutuhan sehari-hari menyimpan box (gabus ikan), sampan, dan pelampung. Rumah juragan nelayan Rumah dengan orientasi ke Barat dimana arsitektur rumah panggung tradisional bugis masih nampak pada bangunan ini, dengan lego-lego didepan. Atap memakai bahan dari seng. Jenis usaha sebagai nelayan dan juragan kapal, pemanfaatan kolong rumah sebagai tempat usaha mengemas ikan merubah fungsi utama dari Kolong rumah. Pemanfaatan kolong rumah mengakibatkan penambahan jumlah ruang pada rumah panggung, dengan mengadakan pengembangan pada kolong rumah berarti memperluas/mengembangkan rumah tinggal. Perubahan ini dilakukan sebagai upaya mengatasi kekurangan ruang pada rumah, fungsi ruang yang sebelumnya masih umum saat ini makin khusus akibat adanya usaha

6 rumah tangga, atap bangunan menggunakan bahan yang terbuat dari seng, memakai tutup bubungan yang disebut Timpa laja. Timpa laja yang bersusun tiga. Dinding rumah pada bagian atas rumah (lantai 02) menggunakan material kayu dan pada bagian bawah rumah (kolong rumah) tetap menggunakan kayu sebagai material dinding. Jendela pada lantai atas rumah menggunakan material dari kaca. Untuk lantai bawah (kolong rumah) terdapat juga jendela. Untuk lantai bangunan pada bagian atas menggunakan kayu/papan sedangkan pada bagian bawah menggunakan material rabat beton. Rumah sawi nelayan Rumah dengan orientasi ke timur, ruang bagian bawah pada rumah tersebut dipakai untuk menyimpan jala, (alat untuk menangkap ikan), perahu, sampan, pelampung, dan ikan sebagai hasil tangkapannya mengerjakan kegiatan seperti, menimbang berat ikan, ada yang dijual diberbagai pasar di Bone, kegiatan dilakukan pada kolong rumah dan mengerjakan jala bila ada yang perlu diperbaiki. Arsitektur rumah panggung tradisional Bugis masih nampak pada bangunan dengan lego-lego pada bagian depan. Ruang di atas dipergunakan sebagai tempat tinggal dan sebagian dipergunakan untuk membuat jala (alat untuk menangkap ikan). Rumah ini atapnya memakai seng, menurut penuturan pemilik rumah ini sudah berubah dari model awal sebanyak 2 kali, model rumah panggung yang model awal tanpa ruang tambahan pada legolego masih beratapkan daun rumbia. Tampilan fisik pada lantai atas tidak terlalu banyak berubah, karakter rumah panggung terlihat pada bentuk bagian lego-lego, dapur lantainya menggunakan bambu. Pemilik merupakan seorang sawi nelayan sama halnya dengan anak buah kapal.halaman dan kolong rumah digunakan sebagai tempat menyimpan perahu, menyimpan sampan dan pelampung. PEMBAHASAN Rumah Tradisional Suku Bugis Berbentuk Empat persegi panjang. Bentuk bangunan yang terdiri dari : (1) Rakkeang, bagian atas dibawah atap, (2) Ale Bola, bagian tengah rumah, (3) Awa Bola, bagian bawah rumah. Tata ruang yang terdiri dari : (1) Lontang Risaliweng, Ruang depan, (2) Lontang Ritengngah, ruang tengah, (3) Lontang Rilaleng, Ruang dalam rumah. Rumah merupakan unit hunian terkecil yang dapat dipandang sebagai jagad kecil. Rancang bangun rumah berlandaskan pada usaha pemenuhan kebutuhan dasar maupun keinginan dan selera penghuni. Dalam pemahaman umum, rumah berfungsi sebagai tempat

7 beristirahat ataupun campuran beristirahat dan bekerja, sekaligus sebagai tempat membangun keluarga baik dalam aspek budaya, sosial, maupun fisik. Rumah tidak dapat dilihat sebagai bentuk fisik bangunan menurut ukuran standar tertentu, tetapi merupakan interaksi rumah dengan mobilitas penghuninya dalam siklus waktu. Rumah mempunyai berbagai macam fungsi yang semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Salah satu faktor penting pewujud bentuk dalam arsitektur adalah fungsi. Karena pada dasarnya arsitektur adalah wadah pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami. Sedangkan aktivitas timbul dari kebutuhan manusia, baik fisik maupun psikologis Arsitektur adalah lingkungan alamiah yang sengaja ditata dan dibangun untuk kepentingan tertentu dalam hidup manusia. Bentuk, fungsi dan simbol adalah perangkat yang saling berhubungan dan secara bersama-sama membentuk wujud keseluruhan dari objek arsitektur. Seluruh kultur dalam sebuah lingkungan dapat saja mempengaruhi dan membentuk cara bagaimana arsitektur dibangun dan dikembangkan. Penyusunan seluruh elemen dalam keutuhan arsitektur tidak bisa ditafsirkan dalam satu frame tunggal atau parsial. Perwujudan bentuk dan keterkaitan dengan fungsi di dalamnya melibatkan banyak aspek yang perlu dilihat secara holistik. Kebudayaan dan Arsitektur Bugis Kebudayaan Bugis seringkali digabungkan dengan kebudayaan Makassar, lalu disebut kebudayaan Bugis-Makassar. Fungsi tersebut berbeda antara satu dengan lainnya tergantung pada tempat dan waktu. Suatu proses bermukim, rumah merupakan bagian yang tidak dapat dilihat sebagai hasil fisik yang rampung semata melainkan merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial budaya penghuninya dalam suatu kurun waktu. Rumah adalah kebudayaan fisik, yang dalam konteks tradisional merupakan bentuk ungkapan yang berkaitan erat dengan kepribadian masyarakatnya. Ungkapan fisiknya sangat dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural dan lingkungan di mana ia tumbuh dan berkembang. Perbedaan wilayah dan latar budaya akan menyebabkan perbedaan pula dalam ungkapan arsitekturalnya. Rumah Bugis adalah satu fenomena menarik yang perlu dilihat latar belakang ungkapannya dalam bentuk dan fungsi ruangnya secara arsitektural. pola bentuk rumah sesuai dengan asal tradisinya. Salah satu faktor penting yang menjadi perhatian masyarakat Bugis mengantisipasi karakter lingkungan yang berbeda membentuk satu lingkungan hunian dengan karakter bentuk dan fungsi rumah yang masih mencirikan tradisi Bugis. Faktor apakah yang mendominasi keberlanjutan bentuk itu dan kendala apakah yang dihadapi dalam upayanya mempertahankan tradisinya dalam wujud bentuk dan fungsi rumah tinggalnya.

8 Arsitektur merupakan hasil karya manusia sebagai tanggapan terhadap adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Arsitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidupnya menjadi lebih baik, sehingga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaannya. Penjelasan perubahan: (1) Pemanfatan kolong rumah sebagai tempat usaha dan hunian telah merubah fungsi utama dari Kolong rumah itu sendiri seperti menjual bahan makanan untuk keperluan sehari-hari dan keperluan untuk dibawah melaut, (2) Pemanfaatan kolong rumah sebagai hunian dan usaha mengakibatkan penambahan jumlah ruang pada rumah panggung, dengan mengadakan pengembangan pada kolong rumah berarti memperluas/mengembangkan rumah tinggal seperti menyimpan jala,menyimpan sampan,pelampung dan perahu. Perubahan ini dilakukan sebagai upaya mengatasi kekurangan ruang pada rumah, (3) Fungsi ruang yang sebelumnya masih umum saat ini makin khusus akibat adanya usaha rumah tangga,menimbang ikan, mengemas ikan dalam box gabus,menyimpan alat-alat untuk keperluan melaut, di kolong rumah, bahkan menyimpan jala (alat untuk menangkap ikan) pada ruang tamu pada lantai 02, (4) Atap bangunan menggunakan bahan yang terbuat dari seng, memakai tutup bubungan yang disebut Timpa laja. Timpa laja yang bersusun 3 (tiga). Akibat adanya kemajuan teknologi bangunan menyebabkan pemilik rumah lebih memilih material yang mudah baik dalam pemasangan serta efisiensi, (5) Faktor Ekonomi yang berpengaruh adalah mata pencaharian isteri Nelayan responden yaitu berjualan sehingga mempengaruhi bagian kolong rumah menjadi tempat usaha,sebagai tempat untuk menyimpan perahu dan peralatan untuk melaut, (6) Faktor Budaya mencari ikan dilaut setelah pulang dari mencari ikan nelayan menyimpan peralatannya di kolong rumah, di ruang tamu,dan di lego-lego sehingga dominan mempengaruhi perubahan fungsi rumah tradiasional bugis dan bertambahnya jumlah penghuni yang berakibat adanya penambahan jumlah ruang, (7) Pemakaian pada bangunan banyak memakai bahan dari kayu, pintu utama telah tetap pada lantai 2 tapi pada lantai bawah (kolong rumah) ada juga tangga dalam tempat usaha yang menghubungkan ke lantai 02, Posisi lego-lego tetap terpasang melintang di depan rumah (lantai 02), pertambahan kamar tidur dibagian belakang pada bagian ruang usaha menyebabkan ruang bertambah, dinding menggunakan kayu/ papan, dan jendela pada lantai atas rumah menggunakan material dari kaca naco Untuk lantai bangunan pada lantai 02 menggunakan papan dan lantai 01 menggunakan rabat beton. Pada tata ruang pengembangan, terjadi penambahan 1 kamar tidur dan ruang makan.

9 Organisasi ruang: Ruang semi privat (ruang makan). Pada tata ruang awal, ruang makan menyatu dengan ruang servis (dapur). Sementara pada tata ruang pengembangan, terpisah dari ruang servis. Orientasi ruang: Meskipun terjadi pengembangan, namun orientasi ruang cenderung tidak mengalami perubahan Pola sirkulasi: Meskipun terjadi pengembangan, namun pola sirkulasi Ornamen ada pada timpa laja bagian atas sewaktu rumah ini dibangun tidak ada ornamen pada bagian atas,setelah rumah di renovasi dari rumah aslinya diberikanlah ornamen pada timpa laja. Analisis Perubahan Objek Penelitian dengan adanya budaya pada nelayan. Perubahan yang terjadi dapat terlihat pada tatanan ruang dan sebahagian penampilan fisik bangunan. Namun terbesar terlihat pada tatanan ruang baik itu pola ruang dan fungsi. Ruang kemudian material bangunan. Ada juga perubahan terkecil juga terjadi pada posisi tangga yang sebelumnya berada di luar sekarang telah berada di dalam rumah. Perubahan posisi pintu dan jendela. Dari segi penampilan fisik penggunaan material sebahagian berteknologi tinggi bercampur dengan bahan alam seperti kayu atau papan terlihat pada elemen pintu dan jendela. Pada lantai bangunan tidak ada perubahan pada lantai atas atau lantai 02 karena sebahagian bangunan masih mempertahankan bangunan lama. Perubahan Tatanan Ruang, Dari pengamatan di lapangan bentuk-bentuk perubahan tatanan ruang rumah panggung tradisional bugis dengan adanya budaya nelayan dan usaha yang bertumpu pada rumah tangga sangat beragam, untuk mengetahui bentuk. Perubahan tersebut indikator yang dipakai adalah perubahan pola ruang dan fungsi rumah. Perubahan Material Analisis Perubahan Objek Penelitian Dari gambar yang dapat dilihat perubahan fungsi rumah tradisional bugis dengan adanya budaya pada nelayan. Perubahan yang terjadi dapat terlihat pada tatanan ruang dan sebahagian penampilan fisik bangunan. Namun terbesar terlihat pada tatanan ruang baik itu pola ruang dan fungsi ruang. Kemudian material bangunan. Ada juga perubahan terkecil juga terjadi pada posisi tangga yang sebelumnya berada di luar sekarang telah berada di dalam rumah. Perubahan posisi pintu dan jendela. Dari segi penampilan fisik penggunaan material sebahagian berteknologi tinggi bercampur dengan bahan alam seperti kayu atau papan terlihat pada elemen pintu dan jendela. Pada lantai bangunan tidak ada perubahan

10 pada lantai atas atau lantai 02 karena sebahagian bangunan masih mempertahankan bangunan lama. Perubahan tatanan ruang, dari pengamatan di lapangan bentuk-bentuk perubahan tatanan ruang rumah panggung tradisional Bugis dengan adanya budaya nelayan dan usaha yang bertumpu pada rumah tangga sangat beragam, untuk mengetahui bentuk perubahan tersebut indikator yang dipakai adalah perubahan pola ruang dan fungsi rumah. Respon Perubahan Material Material Atap Perubahan material atap didominasi oleh perubahan material penutup atap. Berdasarkan pengamatan dilapangan bahwa semua rumah panggung dengan fungsi pendukung Budaya nelayan yang berangkat melaut membawa jala, naik perahu, menangkap ikan dan usaha rumah tangga membuat ikan asin memakai atap seng pada material atapnya. Hal tersebut didasarkan pada kemudahan dalam mendapatkannya di lapangan, tahan lama, dan mudah dalam pemasangan. pada alasan responden yang mengatakan bahwa material pengisi sebelumnya sudah tidak bisa digunakan sehingga digantikan oleh material bahan pengisi jendela kayu dan kaca yang lebih tahan lama, mudah didapatkan dan murah harganya. Sedangkan yang menggunakan kayu pada umumnya mempunyai alasan bahwa memang belum ada penggantian. penambahan kolong rumah sebagai ruang usaha dan hunian menuntut pula penigkatan kualitas ruang dengan penggunaan material papan pada lantai kolong rumah. Untuk lantai 02 penggunaan material lantai tidak berubah, dominan menggunakan kayu/papan hal tersebut dikarenakan pada lantai 02 tidak di lakukan pembongkaran pada saat membangun, dibagian kolong hanya menambah dinding ke atas. Elemen Tangga Data di lapangan terlihat bahwa dari keseluruhan rumah panggung yang mempunyai usaha rumah tangga perubahan terbesar selain penambahan fungsi kolong rumah menjadi hunian dan usaha terjadi pula perubahan pada posisi tangga, dimana tangga yang berada di luar rumah dalam hal ini sejajar dengan panjang rumah (letak menghadap kedepan) namun saat ini berada didalam rumah. Hal ini dikarenakan pada bagian bawah rumah (kolong) telah difungsikan (dijadikan tempat usaha) untuk membuat ikan asin dan pada bagian bawah rumah nelayan disimpan perlengkapan melaut sekaligus perahunya, dimaksudkan agar aktifitas yang berlangsung pada ruang ini tidak terganggu disamping itu pencapaian yang mudah untuk lantai atas dan bawah jika berada di dalam rumah. Posisi pintu utama yang perletakannya berada pada bagian atas (lantai 2) kini telah berubah. Hal tersebut didasarkan pada pemanfaatan kolong rumah sebagai hunian dan menyimpan alat penangkap ikan seperti

11 perahu, jala, sampan, boks ikan dan berusaha, selain itu perpindahan posisi tangga mempengaruhi posisi pintu depan. Ragam Hias Data lapangan menunjukkan bahwa ragam hias yang digunakan pada rumah-rumah panggung tradisional dengan fungsi pendukung usaha yang bertumpu pada rumah tangga di kelurahan Bajoe bentuk flora. Ragam hias ini terdapat pada pintu, jendela, dan atap. Ragam Hias Pada Atap Rumah Pemakaian ragam hias pada bangunan terutama pada bagian atap dikarenakan di karenakan hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang tua-tua mereka. Sudah ada sejak pertama kali rumah itu dibangun sehingga mereka tinggal melanjutkan. Ragam Hias Pada Badan Rumah Data lapangan menjelaskan bahwa ragam hias yang dipakai pada badan bangunan adalah bentuk ragam hias flora dan hiasan modern (profil) ragam hias pada badan rumah meliputi ragam hias yang berada pada bagian tengah (Ale bola), ragam hias pada rumah tradisional adalah hiasan-hiasan yang terdapat pada elemen-elemen fisik seperti Hiasan Pintu, Jendela, dinding pada alasan bahwa ragam hias yang ada pada bangunan hanya merupakan hiasan sehingga dianggap tidak terlalu penting. Kemudian ragam hias yang ada pada bangunan mereka me rupakan ragam hias yang sudah ada sejak rumah itu pertama kali di bangun dimana orang tua-tua mereka tinggal sebelumnya sehingga mereka tinggal meneruskannya. Faktor Dari Dalam Faktor Ekonomi Perubahan fisik rumah panggung tradisional Bugis dengan fungsi pendukung usaha yang bertumpu pada rumah tangga di kelurahan Bajoe di pengaruhi oleh kondisi ekonomi penghuninya. Semakin meningkat perekonomian mereka maka kecenderungan untuk mengadakan perubahan fisik pada rumah mereka lebih besar. Faktor Sosial Pertambahan jumlah penghuni serta ingin menunjukkan aktualisasi diri mereka pada masyarakat merupakan faktor yang juga mempengaruhi perubahan fisik rumah panggung tradisional dengan fungsi pendukung usaha yang bertumpu pada rumah tangga pada dinding rumah mereka sehingga telah dianggap mampu oleh masyarakat disekitarnya. Faktor Dari Luar Karakteristik Usaha yang mereka lakukan mampu mempengaruhi perubahan fungsi rumah panggung. Dimana ada responden yang melakukan usaha dan produksi dalam satu

12 ruangan, sedangkan adapula yang hanya membutuhkan ruang usaha saja untuk melakukan aktifitas usahanya. Berdasarkan ketentuan atau kebutuhan yang harus di penuhi dalam mewujudkan suatu rumah tinggal harus bisa di rubah untuk bisa menjadi rumah usaha yang bisa menampung aktivitas agar kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak terganggu. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini melihat latar belakang budaya masyarakat nelayan Bajoe hubungannya dengan perubahan elemen rumah tradisional bugis dan bagaimana perubahan penataan ruangnya dengan melihat pada rumah punggawa, juragan dan sawi. Arsitektur tradisional merupakan satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan waktu. Sebagai unsur penentu kebijakan diharapkan peran pemerintah untuk mengapresiasikan arsitektur tradisional pada bangunan. Lebih mengembangkan dan menggali unsur-unsur arsitektur tradisional, dengan berbagai inovasi agar lebih mampu berkiprah dalam konteks terkini tanpa melupakan makna-makna yang terkandung dari arsitektur tradisional.

13 DAFTAR PUSTAKA Arya, R Ciri-ciri Karya Bud/" di Batik Tabir Keagungan Rumah Jawa. Basaleng Pengaruh Transformasi Arsitektur Trad/s/ona/ terhadap Kond/s/ Termal Bangunan Kantor Pemerintah. Tesis. Surabaya. ITS Brolin.C.Brent The Failure Of Moderen Architecture. New York. Van Nostrand Reinhold Company Budihardjo, E. Pengaruh Budaya dan Iklim Perancangan Arsitektur Eko, B Jati Dili Arsitektur Indonesia. PT. Alumni, Bandung. Iman, S. Jejak Megalitik Arsitektur Trad/s/ona/ Sumba. Grah llmu. Indrawan WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Laksmi, G. S. Makna ArsitekturSuatu Refleksi Filosofis. Ul. Rafael, R. M. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif. Bandung. Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat dan Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia. Salura, Pumama Colours Of Culture In Architecture. Bandung. Cipta Sarana Salura. Sumalyo, Yulianto. 1987(A). Arsitektur Klasik. Yogyakarta. Gajah Mada Press. Trisutomo, Slamet Arsitektur Bugis : Dan Filosofi ke Aplikasi. Proyek PHK A2. Jurusan Arsitektur, Fatcultas Teknik. Unhas. Wikantiyoso, dkk Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Binaan. Proseding Seminar Nasional. Malang. Arsitektur Unmer Malang. Yudono, Ananto & Wikantari Koeksistensi Nilai Arsitektur Tradisional dan Kontemporer Rumah Panggung pada Hunian Masa Kini. Makassar. Seminar Nasional Jelajah Arsitektur Tradisional Nusantara. Makassar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.

PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE

PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE J U M R A N 3208 201 807 6 April 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Secara geografis, masyarakat nelayan

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG Parada Ichwan Parnanda, Herry Santosa, Iwan Wibisono Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG Oleh : Devy Sarah Sahambangun ( Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ) Fella Warouw ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO Wahyuni Eka Sari¹, Antariksa², Abraham Mohammad Ridjal² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ²Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA SULAWESI SELATAN DI YOGYAKARTA 5.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.1. Penentuan Zoning Pembagian zone ruang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik BAB IV PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4. 1 Pendekatan Konsep Dasar Perencanaan 4. 1. 1 Pendekatan Konsep Tata Ruang Makro Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik bangunan

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. 1 ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG 2 BENTUK alat untuk menyampaikan ungkapan arsitek kepada masyarakat Dalam Arsitektur Suatu wujud yang mengandung maksud

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Andi Nur Fadillah 1, Taufik Arfan 2, Irma Rahayu 3 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE Tipomorfologi Kawasan Permukiman Nelayan Pesisir Pantai Pelabuhan Bajoe Kab. Bone Hamka TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE 1) Hamka 1) Dosen Prodi. Arsitektur

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

MAL MEDIS DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN SEHAT

MAL MEDIS DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN SEHAT MAL MEDIS DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN SEHAT Nurpuspitasari 1, Taufik Arfan 2, Mutmainnah 3 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar E-mail; meonk.itha@gmail.com, taufik.arfan@gmail.com,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR... FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN... i ii iii iii iii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN DESAIN TESIS RANDY PRATAMA SALISNANDA 3210.207.008 PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK ABSTRACT Name Study Program Title : Callin Tjahjana : Chinese Literature : Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Bangunan Masjid Lautze 2 dan Masjid Ronghe Bandung This thesis looks into acculturation in

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

ABSTRAK. STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel)

ABSTRAK. STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel) ABSTRAK Vincent (02220070043) STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel) Bali merupakan daerah pariwisata yang dikenal di mancanegara

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE

TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE FUNCTION AND FORM TRANSFORMATION OF BUGINESE-MAKASSARESE ARCHITECTURE AT COASTAL AREA OF BUTI MERAUKE Atiza Nurhuzna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan

Lebih terperinci

Abstrak_ Perkembangan zaman saat ini menyebabkan pengaplikasian penggunaan bukaan pada

Abstrak_ Perkembangan zaman saat ini menyebabkan pengaplikasian penggunaan bukaan pada Volume 4, Nomor 2, 2017, hlm 107-120 p-issn: 2302 6073, e-issn: 2579-4809 Journal Home Page: http://journal.uin-alauddin.ac.id DOI: https://doi.org/10.24252/nature.v4i2a3 TIPOLOGI BUKAAN PADA RUMAH TRADISIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

Lebih terperinci

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh Saiful Anwar Mahasiswa Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat kebutuhan manusia akan wisata kian berkembang dan menjadi lebih mudah orang-orang melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

PERUBAHAN IDENTITAS RUMAH TRADISIONAL KAILI DI KOTA PALU

PERUBAHAN IDENTITAS RUMAH TRADISIONAL KAILI DI KOTA PALU PERUBAHAN IDENTITAS RUMAH TRADISIONAL KAILI DI KOTA PALU Rosmiaty Arifin Fakultas Teknik Universitas Universitas Muhammadiyah Palu rosmiaty_mimi@yahoo.co.id Abstrak Jatidiri atau identitas karya arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Saat ini industri perhotelan di Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia usaha yang ditandai dengan terus bertambahnya jumlah hotel yang ada. Dengan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Meirinda Putri Aristyani 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sri Utami 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013

Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 POLA TATA RUANG RUMAH DIPERMUKIMAN NELAYAN PADA PERAIRAN DARAT DAN PERAIRAN PERALIHAN DARAT DAN LAUT DI DESA LEMO BAJO KABUPATEN KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA S a n t i Staf Pengajar Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 35 Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Berdasarkan keputusan

Lebih terperinci

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL

Lebih terperinci

PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA. Danarti Karsono ABSTRAK

PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA. Danarti Karsono ABSTRAK PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA Danarti Karsono ABSTRAK Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur Tradisional mempunyai arti sebagai arsitektur yang mencerminkan

Lebih terperinci

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI Vijar Galax Putra Jagat P. 1), Murni Rachmawati 2), dan Bambang Soemardiono 3) 1) Architecture,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE

NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE Hamka Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang, Jl. Bendungan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIK TATA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI PERUMAHAN BTP BLOK AE MAKASSAR PHYSICAL CHANGES IN HOUSE LIVING OF BTP HOUSING BLOCK AE MAKASSAR

PERUBAHAN FISIK TATA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI PERUMAHAN BTP BLOK AE MAKASSAR PHYSICAL CHANGES IN HOUSE LIVING OF BTP HOUSING BLOCK AE MAKASSAR PERUBAHAN FISIK TATA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI PERUMAHAN BTP BLOK AE MAKASSAR PHYSICAL CHANGES IN HOUSE LIVING OF BTP HOUSING BLOCK AE MAKASSAR Andi Endang Trisma 1, Shirly Wunas 2, Ria Wikantari 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG 1 Ita Roihanah Abstrak Hunian merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari dasar kebutuhan hidup pertama manusia. Hunian berada pada

Lebih terperinci

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo

Lebih terperinci

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo Miryanti Putri Budiandari 1, Antariksa 2, Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar Ratna Amanati na_amanati@yahoo.co.id Progam Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Riau Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan)

Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan) TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan) Mohammad Mochsen Sir Labo, Teori, Sejarah

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP Faridatus Saadah, Antariksa, dan Chairil Budiarto Amiuza Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Gambaran beberapa kata kunci dengan pengelompokan dalam tapak dan sekitarnya, dengan pendekatan pada tema : Diagram 3.1.Latar Belakang Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan Bambang Daryanto Staf Pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM Abstrak Salah satu bentuk rumah tradisional Banjar

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone

Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone Syahriana Syam 1 (1), (1) Lab. Sejarah Dan Teori Arsitektur/Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan G23 Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan A.A. Handria Yudha Permana dan Bambang Soemardiono Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perkembangan kota dapat di lihat dari sisi infrastrukturnya dan banyaknya bangunan tinggi pada kota tersebut. Seperti halnya di Negara lain, Jakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diambil adalah, kawasan setubabakan merupakan kawasan yang tepat untuk digunakan sebagai kawasan wisata budaya betawi, terlihat dari sejarah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data yang diperoleh dari BPS tahun 2003 menyatakan bahwa 35.202 penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh kecamatan-kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Fakultas Teknik Universitas Riau, Email: hidayat79_iium@yahoo.com Abstract Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable

Lebih terperinci

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH SKRIPSI OLEH RENI WIDIARTI 110406005 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 2 Mahasiswa dapat menguraikan materi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA Christabel Annora P. Parung¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 MAKNA FUNGSI Fungsi dalam pengertian sederhana adalah kegunaan Fungsi juga dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk memenuhi keinginan Fungsi timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya Gladwin Sogo Fanrensen, Esti Asih Nurdiah Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap)

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Andriani Jamaluddin (1), Afifah Harisah (1), Syahriana Syam (1) rhyasmartcommunity@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari

Lebih terperinci