PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE"

Transkripsi

1 PERUBAHAN BENTUK HUNIAN SUKU BAJO AKIBAT PENGARUH INTERAKSI DENGAN SUKU BUGIS DI KABUPATEN BONE J U M R A N April 2010

2 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayanpun menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks, seperti : 1) kemiskinan, kesenjangan sosial, 2) keterbatasan akses modal, teknologi, 3) kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi, 4) sumber daya manusia (SDM) yang rendah, 5) degradasi sumberdaya lingkungan, 6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional.

3 Di kelurahan BajoE, Komunitas suku Bugis sebagai penduduk asli sudah banyak berinteraksi dengan beberapa suku pendatang. Antara lain suku Bajo, karena mereka mempunyai kesamaan mata pencaharian sebagai nelayan. Interaksi kedua suku ini sudah berlangsung cukup lama sehingga memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan baik dari segi budaya, tatanan kehidupan maupun permukimannya.

4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana wujud interaksi suku Bugis dengan suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone? 2. Bagaimana perubahan bentuk hunian suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone? 3. Apakah perubahan bentuk hunian suku Bajo akibat pengaruh interaksi suku Bugis dengan suku Bajo?

5 Tujuan Penelitian, Untuk mengetahui perubahan bentuk hunian suku Bajo akibat interaksi dengan suku Bugis di Kelurahan BajoE Kab. Bone. Sasaran Penelitian, 1. Teridentifikasinya suatu bentuk interaksi dua komunitas berbeda yakni suku Bugis dengan suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone. 2. Teridentifikasinya perubahan bentuk hunian suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone. 3. Teridentifikasinya hubungan interaksi suku Bugis dengan suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone.

6 Batasan Penelitian 1. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada perubahan bentuk hunian suku Bajo ketika mereka memulai membuat babaroh tahun 1930-an sampai tahun Sedangkan pembahasan sebelum tahun 1930-an hanya digunakan sebagai data pendukung dalam kajian perubahan bentuk hunian suku Bajo. 2. Titik berat dalam penelitian ini adalah menggali dan mengkaji wujud interaksi suku Bugis dan suku Bajo dari segi aspek fisik dan non fisik sebelum dan setelah mereka berinteraksi. 3. Pengkajian perubahan bentuk hunian suku Bajo dilakukan berdasarkan teori transformasi kebudayaan dan beberapa landasan teoritik lainnya.

7 Mamfaat Penelitian 1. Memberikan masukan, pandangan dan pemahaman bagi masyarakat awam tentang keaneka ragaman arsitektur tradisional termasuk arsitektur tradisional yang ada di Kabupaten Bone, khususnya di permukiman suku Bajo. 2. Memberikan informasi atau masukan kepada pemerintah Kabupaten Bone untuk tetap memelihara, mengembangkan dan melindungi permukiman suku Bajo, termasuk budaya tradisional yang ada di dalamnya. 3. Pentingnya mengetahui bahwa perubahan bentuk hunian dalam arsitektur tradisional bisa diakibatkan karena pengaruh interaksi sosial, ekonomi dan budaya.

8 BAB 2 KAJIAN TEORI Rumah Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Ronald, A, 1992: 38 dalam Ronald, A, 2005: 25) telah didefinisikan bahwa perumahan sebagai salah satu tempat tinggal yang mengandung pengertian ruang tinggal, habitat (tempat hidup), tempat berenung (kontemplasi) dan tempat untuk mengadakan kontak sosial (pertemuan sesama umat manusia).

9 Kebutuhan akan perumahan merupakan manifestasi keinginan untuk memperoleh tempat tinggal yang dapat menampung kegiatan-kegiatan antara lain : Melaksanakan ibadat secara tenang dan khidmat. Melakukan komunikasi secara matafisik dengan pihak lain secara gaib. Mengembangkan sandang, pangan dan papan dalam bentuk kesempurnaan. Melakukan kegiatan bermasyarakat secara bebas dalam batasbatas tertentu, berusaha secara bebas dalam lingkup tertentu, belajar secara tenang dan tentram dan mempertahankan diri dari tindakan kejahatan yang bisa timbul setiap saat (Ronald, A, 2005: 5).

10 Rumah dan Budaya Hubungan antara rumah dan kebudayaan menurut Rapoport (1969 : 47) bahwa rumah dan lingkungan merupakan suatu ekspresi masyarakat tentang budaya, termasuk didalamnya agama, keluarga, struktur sosial dan hubungan sosial antar individu. Selanjutnya Rapoport mengatakan bahwa dalam banyak kasus faktor budaya menjadi sangat penting sebagai faktor yang menentukan bentuk rumah. Adapun ikim merupakan faktor yang memodifikasi bentuk.

11 Ruang dan Privasi Dalam suatu ruang permukiman, rumah merupakan ruang privat tempat pembinaan etika moral penghuninya. Privat atau privasi menunjukkan adanya batas-batas perilaku dalam interaksi sosial dimana privasi adalah kontrol selektif interaksi antara manusia secara individu atau kelompok dengan yang lainnya. Batasan privasi berupa norma-norma yang disepakati oleh kelompok yang kemudian diwujudkan dalam batas-batas fisik spasial. Dalam masyarakat yang primitif sekalipun, seperti masyarakat i Kung Bushmen dari padang Kalahari di Afrika Selatan, secara intuitif (naluriah) mereka selalu menciptakan a sense of place atau rasa ruang (Canter, D, 1977; 158). Walaupun hanya dengan sekedar tongkat yang dipancangkan di tanah dan beberapa benda milik yang lain diletakkan mengitarinya, adalah merupakan simbol rumah mereka telah terbentuk.

12 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metodologi kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama, karena ada data yang hanya dapat ditemui pada sekelompok orang yaitu data tentang persepsi, nilai-nilai budaya dan adat istiadat (pada kepala kampung, tokoh masyarakat suku Bajo dan suku Bugis). Sedangkan data lainnya dapat diperoleh melalui pengisian kuisioner pada sejumlah sampel yang telah dipilih.

13 Populasi Sampel dan Besarnya Sampel 1. Masyarakat suku Bajo di dusun Bajo Kelurahan BajoE (pemuka adat dan masyarakat umum) dengan jumlah sampel yang dapat mewakili di lokasi penelitian secara acak. 2. Masyarakat suku Bugis yang ada di sekitar pantai baik di dusun Bajo maupun lokasi sekitarnya. Metode Pelaksanaan Survei, A. Teknik Kuisioner, B. Teknik Observasi Langsung, C. Teknik Komunikasi Langsung,.

14 BAB 4 PERUMAHAN TRADISIONAL SUKU BUGIS DAN SUKU BAJO Rumah Bugis berbentuk empat persegi panjang (sesuai dengan falsafah hidup). Pola penataan spatial, Secara vertikal : 1. Rakkeang (bagian atas di bawah atap) 2. Alo Bola (bagian tengah) 3. Awa Bola (bagian bawah) Secara Horisontal : 1. Lontang risaliweng (ruang depan) 2. Lontang ritengngah (ruang tengah) 3. Lontang rilaleng (ruang dalam) Pola penataan stilistika yaitu : 1. Atap (berbentuk prisma) 2. Bukaan (pada dinding dan pintu) 3. Ragam Hias (dari flora, fauna atau kaligrafi) R. Tidur R. Tidur Ruang Keluarga Ruang Makan Ruang Tamu Wc Dpr R. Tidur Tamping Rakkean g Ale Bola Awa Bola Lontang Rilaleng (Private) Lontang Ritengnga (Private) Lontang Risaliwen g (Semi Private) Semi Publik

15 Susunan Vertikal dan Horisontal Rumah Tradisional Suku Bajo Pamuka Rumak Dapur K. Tidur Dialan Rumak R. Tamu/Keluarga Dia Rumak

16 Beberapa Penambahan Ruang dan Ornamen Rumah Tradisional Bugis dan Suku Bajo

17 Penggunaan Material Rumah Tradisional Suku Bugis sudah menggunakan material modern untuk konstruksi rumah, sementara rumah tradisional suku Bajo pada awalnya masih menggunakan material yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini terlihat penggunaan seng sebagai penutup untuk rumah Bugis, sementara rumbia penutup atap rumah tradisonal sukubajo. Untuk lantai dan dinding rumah tradisional suku Bugis sudah menggunakan papan, sementara rumah tradisional suku Bajo masih kombinasi papan dan bambu. Langit-langit rumah tradisonal suku Bugis sudah menggunakan kayu lapis atau kayu profil sebagai penutup sedangkan rumah tradisional suku Bajo masih menggunakan kain, Karoro sebagai penutup.

18 Tampang Rumah Tradisional Suku Bugis dan Suku Bajo

19 BAB 5 ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Lokasi Penelitian Kecamatan Tanete Riattang Timur secara kewilayahan terdiri dari 8 wilayah Kelurahan. Dengan luas wilayah keseluruhan 48,88 km2, atau Ha. Kelurahan BajoE salah satu wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, dimana di dalamnya ada wilayah permukiman Suku Bajo. Lokasi penelitian di Kelurahan BajoE, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kab. Bone, terletak 6 km sebelah Timur Kota Watampone. Sebelah Utara Kelurahan BajoE berbatasan langsung dengan Kelurahan Panyula, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kading dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cellu.

20 PETA KAB. BONE Lokasi Penelitian

21 Lingkungan Alam Lingkungan alam Kelurahan BajoE berada di tepi pantai Teluk Bone memanjang dari Utara ke Selatan sekitar 3 km. Batas air surut dari darat adalah 1 km dari pantai. Pada waktu surut, perahu-perahu nelayan tidak dapat dibawa ke lokasi dekat permukiman mereka, demikian pula sebaliknya, yang berada di sekitar lokasi permukiman tidak dapat dibawa keluar.

22 Gugusan Karang Pada bagian Timur BajoE ke arah Selatan terdapat gugusan karang yang jumlahnya mencapai 63 karang dan termasuk kelompok sappa di BajoE. Sedangkan di sebelah Utara pantai BajoE, di sekitar Belopa terdapat 13 buah pulau karang dan disekitar Kolaka terdapat 4 pulau karang. Karang-karang tersebut telah diberi nama oleh orang Bajo sebagai tempat mencari hasil laut (sappa).

23

24 Data Fisik Rumah 1. Susunan Ruang Vertikal Rumah Bajo Analisa dan Pembahasan Darat Transisi Di Air

25 2. Susunan Ruang Horisontal Rumah Bajo K. Tdr K. Tdr K. Tdr R. Keluar ga R. Tamu Dapur/Wc K. Tdr R. Tamu R. Keluarg a Wc Dapur R. Keluarga/R. Makan K. Tdr K. Tdr K. Tdr R. Tamu Darat Transisi Di Air

26 3. Stilistika Rumah Tradisional Suku Bajo - Terjadinya bentuk atap dari model lancai menjadi lebih lancip. - Penambahan beberapa bukaan baik tampak depan maupun tampak sampingnya - Adanya penambahan ornamen pada pada bubungan seperti papan silang yang mengikuti bentuk ornamaen atap rumah tradisional suku Bugis.

27 4. Tampang Rumah Tradisional suku Bugis (depan, belakang dan samping)

28 6. Material Rumah Bugis (lantai, dinding, plafon dan atap) Lantai Dinding Plafon Atap

29 7. Ornamen - Penambahan perabotan rumah tangga yang bersifat sementara. - Penambahan tulisan tulisan kaligrafi, foto keluarga dan ornamen lain pada dinding ruang tamu.

30 2. Data Non Fisik Rumah - Bentuk hunian pada awalnya - Alasan pindah hunian dari bidok ke rumak - Alasan mengurug lahan - Alasan membangun rumah di tepi pantai - Bentuk/ciri khas hunian suku Bugis - Bentuk hunian suku Bajo - Budaya suku Bugis - Budaya Bugis yang biasa dipakai suku Bajo - Alasan suku Bajo mengikuti budaya suku Bugis

31 Perubahan Bentuk Hunian Suku Bajo di Kel. BajoE Babaroh Rumak Papondok

32 Alasan pindah dari bidok ke rumah Alasan mengurug lahan

33 Dari hasil diskripsi di atas menunjukkan bahwa ada kecendrungan perubahan bentuk hunian suku Bajo mengikuti bentuk hunian suku Bugis di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone.

34 Wujud interaksi suku Bugis dengan suku Bajo bisa kita lihat pada : Kerja sama dalam berlayar Kerja sama dalam pembuatan perahu Kerja sama dalam pengolahan ikan 100 % responden sudah menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa pengantar sehari-hari

35 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan melalui interview/pengamatan dengan responden tentang perilaku suku Bugis yang kemudian diikuti oleh suku Bajo. Dari perilakuperilaku yang diikuti suku Bajo, akhirnya menjadi budaya suku Bajo yang serupa dengan budaya suku Bugis. Budaya inilah yang nantinya menjadi faktor penyebab berubahnya bentuk hunian suku Bajo akibat adanya interaksi dengan suku Bugis Di bawah ini diperlihatkan tabel interaksi sosial, ekonomi dan budaya antara suku Bugis dengan suku Bajo yang berdampak pada perubahan tatanan kehidupan serta perubahan pada bentuk hunian suku Bajo.

36 TABEL INTERAKSI SUKU BUGIS DENGAN SUKU BAJO Tabel 5.4. Interaksi suku Bugis dengan suku Bajo No Interaksi Suku Bajo Suku Bugis Dampak Kelembagaan Perkawinan Pembuatan Perahu Pemasaran Hasil Laut Hanya mau menikah dengan komunitasnya sendiri. Awalnya hanya menggunakan layar sebagai penggerak perahu. Memasarkan hasil laut ke berbagai daerah. Pengolahan Ikan Mengawetkan hanya dengan cara mengeringkan. Bebas menikah dengan suku mana saja. Sudah menggunakan perahu motor dalam berlayar. Terbatas hanya di permukimannya saja. Mengawetkan dengan cara mengasinkan, pemberian es supaya lebih segar. Suku Bajo sudah ada yang menikah dengan suku lain. Sekarang suku Bajopun sudah menggunakan perahu motor. Suku Bajopun sudah mulai memasarkan ke daerah lain. Suku Bajo sudah mengawetkan dengan cara menegeringkan, mengasinkan dan pemberian es. Pengaruh terhadap bentuk hunian suku Bajo Penambahan kamar/bilik untuk anggota keluarga yang baru menikah. Dibutuhkan ruang yang lebih besar untuk menyimpan alat perahu motor terutama pada bagian kolong. Dan membuat kamar tersendir supaya aman dari pencurian. Perlu perlakuan khusus untu peralatan fish box supaya tetap awet. Seperti mengurug/merabat dengan beton lantai dasar. Peningkatan kegiatan pengolahan ikan sedikit meningkatkan ekonomi mereka sehingga merubah bentuk hunian sudah tidak menjadi masalah lagi. Seperti penambahan kamar dan perabotnya.

37 anjutan tabel 5.4. Interaksi suku Bugis dengan suku Bajo No Interaksi Suku Bajo Suku Bugis Dampak Perlakuan terhadap ari-ari Perilaku terhadap sakit Tingkat Pendidikan Ekonomi orang Perilaku terhadap tamu Perilaku terhadap privasi anggota keluarga Setelah melahirkan mereka membuang ariari ke laut. Jika ada yang sakit masih menggunakan pengobatan tradisional (jasa dukun). Tingkat pendidikan sangat rendah akibat lebih banyak di laut daripada di darat. Hanya bergantung pada nelayan. Menerima tamu cukup dengan duduk bersila. Tempat tidur orang tua, nenek, anak hanya dipisahkan kain atau perabotan rumah tangga. Menanam ari-ari di sekitar rumahnya, lalu ditanami pohon. Sudah mempercayakan pengobatan medis pada anggota keluarga yang sakit. Tingkat pendidikan sudah tinggi karena faktor kebutuhan. Selain sebagai nelayan juga usaha sampingan seperti, perdagangan, pelihara ternak dan pertukangan. Menggunakan kursi pada ruang tamu. Kamar utama untuk orang tua pada bagian depan dan kamar anak/nenek bag. dalam. Saat ini suku Bajo sudah menanam ari-ari bayinya. Sebagian suku Bajo sudah ke dokter jika ada anggota keluarga yang sakit. Sebagian masyarakat suku Bajo sudah mulai mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Sudah mulai menambah bidang usaha seperti perdagangan, pertukangan dan ABK. Sebagian besar suku Bajo sudah menggunakan kursi pada ruang tamunya. Sudah membuat skatskat pada ruang-ruang utama. Pengaruh terhadap bentuk hunian suku Bajo Tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan bentuk hunian. Tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan bentuk huniannya. Tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan bentuk huniannya. Menambah ruang usaha pada lantai dasar. Penambahan elemen semi tetap pada ruang tamu seperti kursi tamu, fotofoto, tulisan arab dan beberapa hiasan lain untuk memperindah ruang tamu. Merubah perletakan ruang-ruang dengan membuat skat-skat untuk bilik anggota keluarga.

38 Lanjutan tabel 5.4. Interaksi No Interaksi Suku Bajo Suku Bugis Dampak Prosesi Perkawinan Perilaku saat makan Perilaku terhadap tamu pada Kebiasaan terhadap rumah baru Pergeseran fungsi hunian Hanya mengundang keluarga saja. Awalnya suku Bajo makan dengan posisi melantai. Awalnya mereka menerima tamu hanya pada lantai atas. Melakukan upacara dalam mempersiapkan lokasi, penentuan lokasi, mendirikan rumah dan penghormatan terhadap penghuni laut dan darat. Awalnya babaroh sebagai tempat istirahat sementara dan mengolah ikan. Mengundang seluruh keluarga dan kerabatnya. Sudah menggunakan kursi dan meja pada saat makan. Selain lantai atas lantai bawah (kolong) pun terkadang dipakai untuk menerima tamu karena lebih santai dan terbuka. Hanya melakukan syukuran pada saat pindah rumah dengan mengundang keluarga dan kerabat terdekatnya. Rumah sebagai tempat membina keluarga, dan sebagai tempat usaha. Suku Bajo mengundang tidak hanya sebatas keluarga tapi termasuk kerabatnya. Saat ini suku Bajo sudah menggunakan kursi dan meja pada saat makan. Tamu tertentu diterima di lantai atas sementara kerabat dekat bisa diterima di lantai bawah. Sekarang ini suku Bajo sudah melakukan barasanji jika ada yang pindah rumah dan tidak lagi melakukan ritualritual tertentu. Hunian suku Bajo selain tempat membina keluarga juga sebagai tempat mengolah hasil laut, menyimpan hasil laut dan tempat usaha. Pengaruh terhadap bentuk hunian suku Bajo Dibutuhkan ruang yang lapang dan kokoh sehingga perlu mengganti material yang lebih kuat dan melakukan ekspansi terhadap ruang-ruangnya. Penambahan ruang makan dan penataan perletakan perabotnya. Penambahan ruang pada lantai dasar atau cukup dengan mengurug/merabat supaya kelihatan bersih. Menyesuaikan hal-hal yang dianggap pamali dalam mendirikan rumah seperti posisi pusat rumah yang tepat. Merubah dimensi rumah karena kebutuhan jumlah anggota keluarga dan membuat perlakuan khusus pada bagian kolong untuk mengolah hasil laut.

39 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka bisa ditarik suatu kesimpulan yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yakni : 1. Secara deskripsi, bahwa akibat interaksi antara suku Bugis dengan suku Bajo menghasilkan akulturasi budaya. Wujud akulturasi budaya tersebut bisa dilihat antara lain pada perubahan bentuk hunian suku Bajo. Wujud akulturasi yang lain yakni bahasa. Bahwa dari hasil wawancara dengan responden semuanya sudah menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa pengantar.

40 2. Terkait dengan perubahan bentuk hunian suku Bajo, dari hasil analisa dan pembahasan diperoleh data-data sebagai berikut : Secara vertikal : terjadi perubahan fingsi pada bagian kolong rumah, dimana sebelumnya hanya berfungsi untuk menambatkan perahu berubah fungsi menjadi sebagai tempat usaha, tempat istirahat dan tempat bermain untuk anak-anak. Perubahan ini cendrung mengikuti fungsi kolong rumah tradisional suku Bugis yang menggunakan kolong rumah untuk berbagai macam aktivitas. Secara horisontal : rumah tradisional suku Bajo sudah melakukan penambahan atau penyekatan ruang-ruang sebagai wujud untuk menciptakan privasi dalam rumah. Seperti pemisahan antara ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Perubahan ini dilakukan seiring dengan pengaruh interaksi di lingkungan sekitarnya terutama bentuk hunian suku Bugis.

41 Secara stilistika : tampak adanya perubahan kemiringan pada atap rumah suku Bajo dimana pada awalnya berbentuk prisma landai sekarang berubah bentuk menjadi lebih lancip mengikuti bentuk hunian suku Bugis. Selain itu adanya perubahan pada sistem bukaan, dimana kondisi sekarang lebih banyak menggunakan jendela dibandingkan sebelumnya hanya sedikit jendela bahkan tidak ada sama sekali. Perubahan yang lain yakni, adanya penambahan ornamen-ornamen pada atap bubungan yang diberi simbolsimbol budaya Bugis seperti bentuk papan silang. Tampang rumah suku Bajo : dilihat dari tampak depan, belakang maupun samping rumah tradisional sudah mengalami perubahan bentuk. Hal yang paling spesifik bisa kita lihat pada tampak depannya dengan penambahan timpak laja dan lego-lego yang merupakan ciri khas rumah Bugis.

42 Material : sebagian besar masyarakat suku Bajo yang mempunyai kemampuan ekonomi, sudah menggunakan material-material modern sebagai bahan utama untuk konstruksi. Hal sudah berbeda dengan sebelumnya yang sebagian besar bahan konstruksi rumahnya mengambil dari lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut terlihat dari penggunaan papan untuk lantai dan dinding dimana sebelumnya menggunakan bambu/rumbia untuk lantai dan dinding. Skat ruangan sebelumnya hanya menggunakan kain, sekarang diganti dengan kayu lapis atau papan olahan. Pada langit-langit, jika sebelumnya hanya menggunakan kain atau karoro bahkan tidak ada penutup sama sekali, sekarang sudah menggunakan kayu lapis atau kayu profil. Untuk atap jika material sebelumnya lebih banyak menggunakan rumbia sebagai penutup, sekarang sebagian besar sudah menggunakan seng sebagai penutup atap. Ornamen : untuk memperindah ruang tamu, beberapa ornamen-ornamen biasanya ditempatkan dalam ruangan seperti foto keluarga, tulisan kaligrafi ataupun patung-patung binatang dari kayu. Selain itu adanya penempatan beberapa perabotan rumah tangga yang bersifat sementara.

43 SARAN-SARAN 1. Dalam hal berinteraksi dengan suku Bugis atau suku-suku lainnya di lingkungan permukiman suku Bajo, sebaiknya suku Bajo lebih memilah-milah budaya yang sesuai untuk bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 2.Perubahan bentuk hunian yang dilkukan suku Bajo sebaiknya tidak terpengaruh dengan bentuk hunian suku lain. Dalam melakukan perubahan-perubahan bentuk huniannya untuk tidak meninggalkan makna-makna simbolik budayanya sehingga identitas dan ciri khas budayanya tetap terjaga. Karena arsitektur tradisional suku Bajo merupakan bagian warisan arsitektur nusantara yang harus tetap terpelihara. 3.Terkait dengan akulturasi budaya sebaiknya pemerintah Kab. Bone memberikan kesempatan untuk mengaprisiasikan budaya suku Bajo disetiap acara pesta adat agar budaya suku Bajo tetap lestari termasuk melindungi dan menjaga permukiman tradisional suku Bajo di Kelurahan BajoE Kabupaten Bone.

44 TERIMA KASIH

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE Tipomorfologi Kawasan Permukiman Nelayan Pesisir Pantai Pelabuhan Bajoe Kab. Bone Hamka TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE 1) Hamka 1) Dosen Prodi. Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional

Lebih terperinci

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai identifikasi perubahan rumah tradisional desa Kurau, dalam upaya memberikan kontribusi secara deskriptif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG Oleh : Devy Sarah Sahambangun ( Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ) Fella Warouw ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain menempati

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR... FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN... i ii iii iii iii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PEKERJAAN MASYARAKAT NELAYAN BAJOE TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI KELURAHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN WORK COMMUNITY FISHERMAN TO CHANGE FUNCTION TRADISIONAL

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI

LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI 134 LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI 1 Informasi Data Diri Responden Hasil kuisioner berikut merupakan informasi data diri responden.yang berjumlah 37 orang. DOMISILI RESPONDEN Q1 - JENIS KELAMIN 24% 30%

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone

Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tranformasi Ruang Awa bola Pada Rumah Tradisional Nelayan Di Pesisir Pantai Kabupaten Bone Syahriana Syam 1 (1), (1) Lab. Sejarah Dan Teori Arsitektur/Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG 1 Ita Roihanah Abstrak Hunian merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari dasar kebutuhan hidup pertama manusia. Hunian berada pada

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data yang diperoleh dari BPS tahun 2003 menyatakan bahwa 35.202 penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh kecamatan-kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

Raziq Hasan Hendro Prabowo Department of Architecture Gunadarma University Jakarta, Indonesia

Raziq Hasan Hendro Prabowo Department of Architecture Gunadarma University Jakarta, Indonesia Perubahan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Bugis di Kawasan Pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara (Form and Function Change of the Buginese Traditional Architecture At Kamal Muara Coastal Area, North

Lebih terperinci

Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013

Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 POLA TATA RUANG RUMAH DIPERMUKIMAN NELAYAN PADA PERAIRAN DARAT DAN PERAIRAN PERALIHAN DARAT DAN LAUT DI DESA LEMO BAJO KABUPATEN KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA S a n t i Staf Pengajar Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

UKDW PENDAHULUAN. GEDUNG GEREJA GKST BUKIT MORIA di KOTA PALU SULAWESI TENGAH CHRISMANTO LAULA PULAU SULAWESI KOTA PALU

UKDW PENDAHULUAN. GEDUNG GEREJA GKST BUKIT MORIA di KOTA PALU SULAWESI TENGAH CHRISMANTO LAULA PULAU SULAWESI KOTA PALU PENDAHULUAN PROFIL Kota palu secara geografis berada di wilayah kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Terletak di sebelah garis khatulistiwa pada astronomis 0,36º LU- 0,56º LU dan 199,45º BT- 120,01º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap)

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Andriani Jamaluddin (1), Afifah Harisah (1), Syahriana Syam (1) rhyasmartcommunity@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian mayarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian

Lebih terperinci

Identifikasi Rumah Nelayan Dalam Pembagian Zonasi Permukiman

Identifikasi Rumah Nelayan Dalam Pembagian Zonasi Permukiman IDENTIFIKASI RUMAH NELAYAN DALAM PEMBAGIAN ZONASI PERMUKIMAN DI KAWASAN DANAU TEMPE IDENTIFICATION OF HOUSE FISHERMAN SETTLEMENT IN THE DISTRIBUTIONOF ZONING IN THE LAKE TEMPE Faris Jumawan¹, Suhartina²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini fokusnya adalah Pola Permukiman Suku Bajo di Torosiaje Laut, kawasan pemukiman perairan laut. Suku Bajo di Desa Torosiaje Laut lebih tertarik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang 47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Sejarah Desa Pahawang Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan Cina. Hawang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

Makna Ruang Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong

Makna Ruang Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Makna Ruang Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong Devy S. Sahambangun (1), Fella Warouw (2), Judi O. Waani (2) (1) Mahasiswa, Prodi Magister Arsitektur, Pascasarjana,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan akhir dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan pada Bab V sebagai berikut : Kesimpulan secara umum menggambarkan bagaimana pola spasial

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan kembali kawasan wisata pantai Camplong, Sampang menggunakan racangan arsitektur yang bertema rekontekstualisasi arsitektur nusantara dengan penerapan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Penerapan Konsep Perancangan Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari proses melanjutkan atau mencari keberlanjutan sebuah tradisi dengan cara

Lebih terperinci

Teritori pada Rumah Tradisional Mandar, di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar

Teritori pada Rumah Tradisional Mandar, di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Teritori pada Rumah Tradisional Mandar, di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar Idham Munady Barlim (1), Afifah Harisah (1), Abdul Mufti Radja (1) imbarlim3@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1). I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota di Pulau Kalimantan memiliki kaitan yang erat terhadap sungai. Hal ini dikarenakan kota-kota tersebut merupakan kota yang mengalami perkembangan dari jejalur

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 100 101 A Identitas responden Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA NO VARIABEL INDIKATOR NO BUTIR PERTANYAAN 1. Kondisi Demografis (variabel mata pencaharian dan pendapatan tercover di bagian

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko. IDNTIFIKASI CIRI-CIRI PRUMAHAN DI KAWASAN PSISIR KASUS KLURAHAN SAMBULI DAN TODONGGU KCAMATAN ABLI KOTA KNDARI Djumiko Abstrak Kawasan pesisir merupakan daerah pantai/ tepi laut, yaitu kawasan dimana daratan

Lebih terperinci

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email

Lebih terperinci

GENIUS LOCI KAMPUNG LOS DI KELURAHAN MALALAYANG I TIMUR MANADO. Claudia Susana Punuh

GENIUS LOCI KAMPUNG LOS DI KELURAHAN MALALAYANG I TIMUR MANADO. Claudia Susana Punuh Sabua Vol.5, No.2: 261-267Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN GENIUS LOCI KAMPUNG LOS DI KELURAHAN MALALAYANG I TIMUR MANADO Claudia Susana Punuh Mahasiswa S2 Program Studi Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar Ratna Amanati na_amanati@yahoo.co.id Progam Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Riau Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya yang tergolong miskin secara garis besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal di pesisir pantai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, ) ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, 1873-1924) Oleh NOVALINDA NIM : 27105006 Istana Maimun merupakan salah satu peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE

TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE FUNCTION AND FORM TRANSFORMATION OF BUGINESE-MAKASSARESE ARCHITECTURE AT COASTAL AREA OF BUTI MERAUKE Atiza Nurhuzna

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang BAB V KESIMPULAN Berdasarkan sejarah awal keberadaannya, Perumahan Pahandut Seberang merupakan perpaduan dari dua tipe kronologis. Tipe kronologis pertama dengan kedatangan kelompok etnis Dayak sebagai

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek peneltian ini adalah dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak budaya. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah Objek Wisata Pulau Pahawang,

Lebih terperinci