LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM Seni Kerajinan Tenun Songket Desa Jinengdalem Oleh : Luh Joni Erawati Dewi, ST, M.Pd NIDN Ketua Tim Pengusul Putu Agus Mayuni, S.Pd, M.Si NIDN Anggota Tim Pengusul UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015 i

2 ii

3 RINGKASAN Desa Jinengdalem dikenal dengan produksi kain tenun songketnya. Pekerjaan menenun dikerjakan oleh kaum ibu rumah tangga. Minimnya upah tenun menyebabkan mereka menenun hanya sebagai selingan saja. Pada saat musim tanam atau panen padi mereka berhenti menenun dan beralih pekerjaan agar cepat memperoleh upah. Penenun biasanya mendapat bahan dasar kain songet dari pengepul songket dan kalau sudah jadi kainnya harus diserahkan kembali ke pengepul. Minimnya upah menenun disadari pengepul songket. Namun mereka juga tidak bisa menaikkan upahnya karena menyesuaikan dengan harga jualnya agar bisa bersaing dengan produk kain songket dari daerah Bali lainnya. Saat ini kain songket dibuat berdasarkan pesanan. Pesanan bisa datang dari lokal Bali maupun dari Jakarta. Kalau ada kain lebih, kain tersebut dijual ke toko-toko di Singaraja. Dalam kegiatan ini, pengepul dipilih sebagai mitra. Berdasarkan pengakuan mitra, ada permasalahan menyangkut produksi dan pemasaran kain songket ini. Pada bidang produksi, motif kain songket Jinengdalem kurang kaya dibanding dengan kain songket dari daerah Bali lainnya. Pada bidang pemasaran, pemasaran masih terbatas untuk memenuhi pesanan maupun untuk pasar lokal di Singaraja. Solusi atas masalah pertama adalah disepakati memperkaya motif dengan membangkitkan kembali motif-motif lawas yang memang asli dari daerah Buleleng. Motif lawas itu sekarang tidak diproduksi dan pengepul/penenun tidak mengetahui keberadaan motif itu. Motif itu didapat dari kolektor songket kuno. Dengan itu, kain songket yang dibuat mempunyai keunikan tersendiri sehingga songket yang dihasilkan bisa menjadi barang seni bukan hanya barang kerajinan saja. Solusi untuk masalah kedua adalah memperluas wilayah pemasaran dengan bekerja sama dengan perusahaan di Jakarta. Selain itu, kain songket ini bisa dipasarkan di obyek wisata di Bali seperti di artshop di pasar seni Ubud maupun di artshop di Tenganan. Melalui diskusi dan pendampingan, transfer Ipteks yang dilakukan adalah mewujudkan seni kerajinan tenun songket sehingga songket yang dihasilkan mempunyai keunikan, keindahan, dan merupakan suatu kebanggaan bagi pemiliknya. Pemasaran diperluas dengan lebih aktif mendekati konsumen melalui kerjasama dengan perusahaan maupun artshop di sentra pariwisata di Bali. Kata kunci : kain songket, penenun, pengepul, motif iii

4 PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan berkah-nya kepada penulis, sehingga tersusunlah laporan kegiatan IbM yang berjudul IbM Seni Kerajinan Tenun Songket Desa Jinengdalem. Penulis sungguh sangat menyadari, bahwa penulisan laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan dari perbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha yang telah memberikan kesempatan melakukan kegiatan IbM sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. 2. Ibu Seriponi dan Luh Irmayani atas bantuannya selama kegiatan IbM ini. 3. Teman-teman di jurusan Manajemen Informatika dan PKK FTK Undiksha atas kerja samanya. 4. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas kekeliruan dan kesalahan yang terdapat dalam laporan ini dan berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Singaraja, 10 Oktober 2015 Penulis iv

5 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... v BAB 1. PENDAHULUAN... 1 BAB 2. TARGET DAN LUARAN... 3 BAB 3. METODE PELAKSANAAN... 4 BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI... 6 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI... 7 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... 9 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN... 9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 13 ARTIKEL FOTO-FOTO KEGIATAN v

6 BAB 1. PENDAHULUAN Desa Jinengdalem terletak di kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng. Desa ini berjarak kurang lebih 8 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Untuk mencapai desa Jinengdalem bisa menggunakan kendaraan motor atau pun mobil. Adapun batas-batas wilayah desa Jinengdalem yaitu: sebelah utara berbatasan dengan desa Penarukan, sebelah timur berbatasan dengan desa Sinabun, sebelah selatan berbatasan dengan desa Alas Angker dan di sebelah barat berbatasan dengan desa Pengelatan. Desa ini dikenal sebagai penghasil kain songket sutra. Dinamakan songket karena dihubungkan dengan proses menyungkit atau menjungkit benang lungsi dalam membuat pola hias (Kartiwa, 1989). Keindahan kain songket ini tidak disangsikan lagi. Beberapa desainer terkenal mengambil kain songket Jinengdalem untuk diolah menjadi produk berkualitas. Kain songket Jinengdalem dibuat oleh penenun-penenun yang berdomisili di desa Jinengdalem. Penenun tersebut kebanyakan para ibu rumah tangga. Para ibu biasanya menenun sebagai selingan saat tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Mereka menenun saat tidak sedang musim padi baik menanam padi atau memanen padi. Atau yang harus bekerja di rumah agar bisa mengasuh anak. Para penenun biasanya mengambil bahan benang untuk membuat kain songket dari seseorang yang disebut pengepul songket, sekaligus nanti produk kain songket yang dihasilkan dijual ke pengepul songket juga. Berdasarkan wawancara dengan penenun songket, mereka tidak menenun pada saat musim padi baik menanam maupun memanen padi. Hal ini dikarenakan upah kerja tanam dan panen padi lebih tinggi dibanding upah menenunnya. Untuk selembar kain songket berukuran 104 x 200 cm diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu bulan dengan upah yang diperoleh sebesar rupiah. Jika dalam satu bulan mereka bekerja rata-rata 25 hari maka upah per harinya adalah rupiah. Dibandingkan dengan upah dalam musim padi, per hari mereka bisa mendapat sampai rupiah. Rendahnya upah tenun songket ini juga disadari oleh pengepul songket. Mereka tidak bisa menaikkan upah tenun tersebut dengan alasan menyesuaikan dengan harga jual. Mereka tidak bisa menjual dengan harga tinggi karena pemasarannya masih sulit. Para pengepul bisa membantu para penenun dengan memberikan bahan berupa benang yang sudah siap untuk ditenun, dengan catatan barang yang sudah jadi harus dijual kembali ke pengepul tersebut. Berdasarkan wawancara dengan pengepul songket, ibu Ketut Sriponi, pemilik usaha Poni s di Jinengdalem, menyatakan produk songket Jinengdalem tidak kalah kualitasnya 1

7 dengan songket dari daerah Bali lainnya. Bahan benang yang dipakai, pewarnaannya, dan kerapian tenunannya sama. Namun, Ibu Poni menyadari kekurangan dari songket Jinengdalem adalah kurang kaya akan motif. Cenderung juga para penenun menyederhanakan/ mengurangi motif-motif yang sudah ada dari dahulu agar cepat selesai, sehingga cepat mendapatkan uang. Usaha poni s memiliki kurang lebih sepuluh orang penenun. Biasanya ibu poni menerima pesanan dari warga lokal Bali, baik untuk dipakai sendiri maupun untuk dijual kembali. Pesanan tersebut diberikan kepada penenun untuk dikerjakan sekaligus dengan bahan benangnya. Ibu Poni menyadari jika mengandalkan pesanan lokal Bali saja akan sulit rasanya berkembang. Ibu Poni juga mengikuti pameran-pameran di Jakarta setiap tahunnya. Harga jual di Jakarta memang lebih tinggi di banding harga jual di Bali. Namun, event pameran itu biasanya tidak berlangsung lama, dan kadang penjualannya pun tidak stabil, kadang ramai kadang sepi. Gambar 1. Motif Patrasari Pengepul songket lainnya, ibu Wayan Sudari, juga mengalami permasalahan sama. Pemasaran produk kain songketnya juga terbatas pada tingkat lokal Bali saja. Jika dalam seminggu tidak ada konsumen datang yang membeli produknya maka produknya akan dijual 2

8 ke toko-toko di Singaraja. Tentunya harga jual ke toko lebih rendah karena toko akan menjual kembali barang tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi pengepul selaku mitra dalam proposal ini adalah motif yang kurang variatif dan wilayah pemasaran yang masih terbatas di pasar lokal. Setelah diskusi dengan mitra, muncul ide untuk mencari solusi permasalahan yaitu memperkaya motif tenun songket Jinengdalem dan mencari partner usaha yang bersedia memasarkan hasil tenun songket Jinengdalem. BAB 2. TARGET DAN LUARAN Target dari pengabdian ini adalah usaha tenun sri poni dan usaha tenun wayan sudari. Kedua usaha ini menjadi mitra dalam pengabdian ini. Luaran pengabdian berupa diproduksinya kain tenun songket dengan motif-motif yang lebih variatif. Luaran berupa kain tenun songket produk desa Jinengdalem dengan lima motif yang belum diproduksi saat ini. Motif tersebut adalah motif naga, motif pot, wayang, bade, kembang taman. Gambar 2. Motif Naga 3

9 Gambar 3. Motif Pot BAB 3. METODE PELAKSANAAN Untuk permasalahan motif yang kurang beragam, pengusul bekerjasama dengan mitra untuk membangkitkan kembali motif-motif songket yang sudah lawas, yang memang berasal dari Buleleng. Tujuannya adalah agar songket produksi daerah Buleleng memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan produk songket dari daerah lainnya. Kain songket produk Jinengdalem tidak hanya sebagai barang kerajinan songket tetapi sebagai wujud seni kerajinan yang patut diapresiasi dan dijaga keberlangsungannya. Dahulu Buleleng terkenal akan produk songketnya. Desa penghasil songketnya adalah desa Beratan, kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng. Desa Beratan kurang lebih berjarak sepuluh km dari desa Jinengdalem. Akan tetapi, sekarang sudah tidak ada lagi penenun di desa Beratan. Pengusul sudah menelusuri produk-produk songket Beratan melalui penelitian dengan snowball sampling sehingga didapatkan kurang lebih sepuluh motif songket Buleleng yang sudah tidak diproduksi lagi di Buleleng (disebut motif lawas). Pengusul mendapat dokumentasi foto songket dari toko antik di Tenganan dan dari sebuah puri (kerajaan) di Denpasar. Mereka menyimpan songket produk Buleleng dengan baik, meskipun beberapa sudah robek dimakan jaman. Tim pengusul memberikan foto-foto tersebut kepada mitra. Dengan kerja sama tim pengusul dan mitra, beberapa dari motif lawas ini akan dikerjakan kembali. Harapannya dengan munculnya motif-motif lawas yang memang asalnya dari Buleleng akan memperkaya khazanah motif songket Jinengdalem. 4

10 Untuk permasalahan pemasaran, pengusul sudah mempresentasikan contoh produk mitra berupa songket Jinengdalem ke sebuah perusahaan yaitu PT. Kawan Lama Sejahtera di Jakarta. Pengusul juga menyampaikan motif lawas songket Buleleng dan keistimewaannya dalam bentuk foto. Pihak perusahaan sangat tertarik dengan songket produk desa Jinengdalem, kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng. Akhirnya muncul kesepakatan, perusahaan akan bersedia untuk menampung produk songket Jinengdalem maupun memasarkannya. Perusahaan akan membeli produk songket yang dihasilkan dengan harga yang sesuai dengan tingkat kerumitan pekerjaannya. Selain itu, produk kain songket desa Jinengdalem juga bisa dipasarkan di beberapa pasar seni (art shop) di Bali. Pengusul sudah melakukan survey di beberapa artshop di Ubud, artshop di Tenganan, belum ada yang menjual kain songket produk desa Jinengdalem. Fokus Permasalahan Motif kurang bervariasi, kurang kaya motif Manajemen usaha Solusi Implementasi motif lawas songket Buleleng. Motif diperoleh dari kolektor songket, dan artshop. Pengusul bisa memfoto songket lawas tersebut. - Pemasaran ke PT. Kawan Lama Sejahtera - Konsinyasi dengan artshop di pasar seni Ubud, Gianyar, Bali - Konsinyasi dengan artshop di desa Tenganan Pagringsingan, Karangasem, Bali Dalam pengabdian ini tim pengusul akan melakukan diskusi, pendampingan terhadap mitra dalam mengimplementasikan motif lawas tersebut. Pengabdian ini akan dilaksanakan dalam waktu delapan bulan. Selama 8 bulan ini akan diproduksi kain tenun songket dengan lima motif lawas. Produk kain yang dihasilkan dalam bentuk kemben(sarung) dengan ukuran 102 x 200 cm. Motif lawas yang diimplementasikan yaitu motif bade, motif wayang, motif pot, motif kembang taman, dan motif naga. Alokasi waktu untuk pengimplementasian masing-masing motif ini kurang lebih dua bulan. Motif lawas ini mempunyai kerumitan tersendiri dan sangat berbeda dengan motif-motif songket yang beredar sekarang. 5

11 Tim pengusul akan melakukan pendampingan terhadap mitra selama proses pencelupan benang untuk memperoleh warna benang yang diinginkan. Mitra berperan dalam kegiatan mencelup benang. Proses memotif harus dikerjakan mitra dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung benangnya. Hal ini bisa dilakukan berulang kali sampai terbentuk motif yang diinginkan. Selama proses pembuatan motif ini pengusul melakukan pendampingan. Selesai membuat motif, proses menenun akan dimulai. Proses menenun dilakukan selama kurang lebih satu bulan untuk membuat selembar kain songket. Selanjutnya, mitra bisa memasarkan songket yang dibuat tersebut melalui perusahaan PT. Kawan Lama Sejahtera, artshop di Ubud dan di Tenganan. BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) memiliki motivasi kuat dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui berbagai pusat layanan yang dimilikinya, antara lain Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat Layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat Layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Jumlah kegiatan P2M dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8 judul dibiayai institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Dalam program penerapan IPTEKS bagi masyarakat ini diperlukan kepakaran yang mengetahui tentang berbagai persoalan dan kebutuhan yang dihadapi mitra. Berdasarkan analisis situasi yang ada, maka permasalahan mitra pengrajin songket di desa Jinengdalem adalah kurang bervariasinya motif kain songket Jinengdalem kecamatan Buleleng. Manajemen usaha pemasaran kain songket Jinengdalem juga perlu dibenahi dengan bekerja sama dengan perusahaan yang mengapresiasi dan siap memasarkan produk songket Jinengdalem. Tim pengusul kegiatan sangat tertarik dengan budaya Bali dan kegiatan ini sebagai wujud kepedulian tim akan keberlangsungan seni budaya Bali. Anggota tim juga mempunyai pemahaman di bidang tata busana yang sangat erat kaitannya dengan kain songket. 6

12 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI Selama tiga bulan, sesuai dengan fokus permasalahan pertama yaitu motif kurang bervariasi maka sudah dilaksanakan proses pendampingan terhadap mitra. Adapun proses pendampingan dilakukan selama kegiatan pemilihan warna dan kombinasi warna, pembuatan motif pot, pembuatan motif wayang, pembuatan motif naga, motif bade, motif kembang taman. Proses memotif motif-motif ini agak sulit dilakukan mengingat motif-motif ini belum pernah dibuat sebelumnya. Setelah memotif dilakukan proses menenun. Tidak semua penenun bersedia menenun motif-motif yang diberikan. Alasannya motifnya rumit, sulit kombinasi warnanya, berat tarikannya. Sehingga motif-motif ini hanya penenun tertentu saja yang membuatnya untuk menjamin kerapian tenunan, keindahannya. Hasil tenunan masingmasing penenun bervariasi tergantung dari keterampilan si penenun. Berikut adalah gambar kain songket yang sudah dihasilkan. Motif Pot 7

13 Motif Wayang Motif Naga 8

14 Motif Bade Motif Kembang Taman Fokus masalah kedua, yaitu, manajemen usaha. Untuk kegiatan IbM ini sudah dilakukan perluasan wilayah pemasaran produk. Sampai saat ini baru beberapa lembar kain yang dihasilkan mengingat proses menenun selembar kain memakan waktu sampai satu 9

15 bulan. Untuk membantu pemasaran produk kain songket ini sudah dilaksanakan kerjasana dengan art shop di pasar Ubud. Pemilik art shop adalah Ni Kadek Murtini yang tinggal di Br. Kutuh Kaja, Petulu, Ubud. Produk kain songket sudah dipajang di art shop Pasar Ubud. Pemajangan Kain Pemajangan Kain 10

16 Selain itu, beberapa produk kain songket sudah dipasarkan di Jakarta. Prosuk songket desa Jinengdalem Singaraja, Buleleng, juga dibeli oleh PT. Kawan Lama Sejahtera. BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Sesuai dengan proposal, tahapan berikutnya adalah melanjutkan proses menenun. Untuk sekali memotif, bisa dihasilkan empat lembar kain songket. Untuk produk kain songket berikutnya akan dipasarkan di art shop di desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem. BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Dari tulisan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. a. Terkait dengan permasalahan kurang bervariasinya motif kain songket produk desa Jinengdalem Buleleng, telah dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam proses pencelupan dan pembuatan kombinasi warna yang dilanjutkan dengan pendampingan dalam membuat motif. Motif-motif yang dibuat adalah motif pot, motif wayang, motif naga, motif bade, dan motif kembang taman. Ke lima motif ini sudah berhasil dibuat. b. Terkait dengan permasalahan manajemen usaha, dilakukan perluasan wilayah pemasaran. Pemasaran kain sebelumnya mayoritas di pasarkan di pasar lokal Singaraja, Buleleng. Sekarang produk kain songket ini juga dipasarkan di art shop di Ubud maupun di art shop di desa Tenganan Pegringsingan. Saran yang bisa diberikan terhadap kegiatan ini adalah diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk menjaga keberadaan tenun songket Jinengdalem Singaraja ini. Pemerintah sudah sering mengadakan event-event pameran di daerah lokal Singaraja. Akan tetapi, belum dievaluasi seberapa banyak pameran tersebut bisa mendongkrak keberadaan songket. Apakah dengan diadakannya pameran bisa menjamin lebih banyak kain songket terjual sehingga penenun bertambah semangat kerjanya. Hal lain yang bisa dilakukan Pemerintah yaitu membantu keberadaan penenun untuk tetap menjaga kualitas karyanya dengan mendirikan koperasi penenun yang mencakup simpan pinjam, penjualan bahan baku benang dan sekaligus juga memasarkan produk kain yang dihasilkan. 11

17 Partisipasi pihak swasta juga diperlukan untuk menjaga keberlangsungan songket Jinengdalem ini, seperti halnya yang dilakukan oleh Cita Tenun Indonesia (CTI). Selain itu, perlu ditumbuhkan kesadaran akan kebanggaan produk lokal bangsa sendiri, sehingga nantinya tumbuh keinginan untuk memiliki dan mencintai kain songket Jinengdalem Singaraja. DAFTAR PUSTAKA Kartiwa, S Kain Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan. 12

18 LAMPIRAN 13

19 Artikel Revitalisasi Motif Untuk Meningkatkan Daya Saing Kain Tenun Songket Buleleng Luh Joni Erawati Dewi, Putu Agus Mayuni Jurusan Manajemen Informatika FTK Undiksha Singaraja Bali luhdewi@yahoo.com ABSTRAK Kain songket merupakan salah satu produk kerajinan di Bali. Terdapat beberapa sentra kerajinan tenun songket di Bali di antaranya di desa Sidemen, di Karangasem, desa Gelgel di Klungkung, desa Jinengdalem di Buleleng, dan di Kabupaten Negara. Songket Bali mempunyai berbagai ragam hias/motif yang sangat unik dan indah. Fokus kegiatan ini menyasar pada para penenun songket di desa Jinengdalem Singaraja. Permasalahan yang ditemui adalah kurang bervariasinya motif songket dan kesulitan dalam memasarkan kain songket. Tujuan dari kegiatan IbM ini adalah membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh penenun songket di Singaraja. Metode yang dilakukan dengan melakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam proses pewarnaan benang, dan pendampingan dalam membuat motif yaitu motif pot, wayang, naga, bade, kembang taman. Permasalahan dalam kesulitan memasarkan kain songket dibantu dengan melakukan kerjasama dengan art shop di objek tujuan wisata di Bali seperti Ubud dan Tenganan Pegringsingan. Kata kunci: motif, penenun, songket. 1. PENDAHULUAN Bali banyak memiliki objek-objek wisata yang sudah dikenal di dunia seperti wisata alam, wisata budaya, kuliner. Bali juga menghasilkan produk-produk seni yang bernilai tinggi seperti seni lukis, seni patung, seni gambelan, seni kerajinan dan lain-lainnya. Bali juga dikenal dengan kerajinan songketnya. Pusat kerajinan songket di Bali ada di Kabupaten Klungkung, Karangasem, Buleleng dan Negara. Masing-masing daerah mempunyai ragam hias/motif yang unik dalam produk kain songketnya. Di daerah Kabupaten Buleleng (Bali Utara) terdapat sebuah desa yang penduduknya masih banyak yang bekerja sebagai penenun. Desa tersebut bernama desa Jinengdalem. Kebanyakan penenun tersebut adalah ibu rumah tangga. Menenun adalah pekerjaan sampingan mereka, dikerjakan saat tidak ada pekerjaan bertani karena hasil menenun masih kalah dibanding pekerjaan bertani. 14

20 Saat ini, harga selembar kain songket produk Jinengdalem ukuran 100 x 200cm berkisar antara 2-3 juta. Untuk membuat kain ini diperlukan waktu +/- 1 bulan. Ongkos/upah menenunnya antara ribu rupiah. Upah ini lebih rendah dibandingkan bekerja sebagai buruh tanam padi atau panen padi yang berkisar 100 ribu rupiah/hari saat musim padi. Rendahnya ongkos menenun membuat semakin sedikit orang yang mengambil pekerjaan ini. Saat ini, penenunnya adalah para ibu rumah tangga. Generasi muda lebih memilih untuk mengambil pekerjaan lain. Menenun dianggap pekerjaan yang sedikit upahnya dan pekerjaannya rumit. Kondisi ini jika dibiarkan berlanjut, lama kelamaan jumlah penenun berkurang terus sehinggga kerajinan songket di Buleleng akan bisa hilang. Pasar songket saat ini berkisar di Bali, maupun di Jakarta. Di Bali kain songket sering dikenakan pada saat ada upacara keagamaan ataupun pada acara-acara penting karena songket masih dianggap istimewa. Songket Jinengdalem juga dipasarkan di wilayah Bali dan Jakarta. Harga kain songket Jinengdalem masih relatif lebih mahal dari songket asal Bali lainnya. Selain dari harga, songket Buleleng masih kalah dari segi motif. Seperti yang diungkapkan seorang pengepul songket dari desa Jinengdalem. Motif songket Buleleng dirasakan kurang variatif dan beberapa motif songket yang dibuat sekarang adalah bagian dari motif songket lawas. Penenun tidak mau membuat karena motif lawas lebih rumit sehingga waktu tenunnya lebih lama. Penenun ingin bisa menyelesaikan kain tenunnya lebih cepat sehingga lebih cepat dapat uangnya. Dari paparan di atas, fokus permasalahan yang diangkat dalam kegiatan ini adalah bagaimana caranya agar kerajinan songket di Buleleng bisa berlanjut dan mampu bersaing dengan kain songket lainnya baik di Bali maupun nasional. Meningkatkan daya saing songket ini bisa dilakukan dengan memperkaya motif songket Buleleng. Selain itu, diperlukan untuk memperluas wilayah pemasaran baik di pasar Bali maupun Nasional. BAB 2. TARGET DAN LUARAN Target dari pengabdian ini adalah usaha tenun sri poni dan usaha tenun wayan sudari. Kedua usaha ini menjadi mitra dalam pengabdian ini. Luaran pengabdian berupa diproduksinya kain tenun songket dengan motif-motif yang lebih variatif. Luaran berupa kain tenun songket produk desa Jinengdalem dengan lima motif yang belum diproduksi saat ini. Motif tersebut adalah motif naga, motif pot, wayang, bade, kembang taman. BAB 3. METODE PELAKSANAAN 15

21 Untuk permasalahan motif yang kurang beragam, pengusul bekerjasama dengan mitra untuk membangkitkan kembali motif-motif songket yang sudah lawas, yang memang berasal dari Buleleng. Tujuannya adalah agar songket produksi daerah Buleleng memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan produk songket dari daerah lainnya. Kain songket produk Jinengdalem tidak hanya sebagai barang kerajinan songket tetapi sebagai wujud seni kerajinan yang patut diapresiasi dan dijaga keberlangsungannya. Dalam pengabdian ini tim pengusul akan melakukan diskusi, pendampingan terhadap mitra dalam mengimplementasikan motif lawas tersebut. Pengabdian ini akan dilaksanakan dalam waktu delapan bulan. Selama 8 bulan ini akan diproduksi kain tenun songket dengan lima motif lawas. Produk kain yang dihasilkan dalam bentuk kemben(sarung) dengan ukuran 102 x 200 cm. Motif lawas yang diimplementasikan yaitu motif bade, motif wayang, motif pot, motif kembang taman, dan motif naga. Alokasi waktu untuk pengimplementasian masing-masing motif ini kurang lebih dua bulan. Motif lawas ini mempunyai kerumitan tersendiri dan sangat berbeda dengan motif-motif songket yang beredar sekarang. Tim pengusul akan melakukan pendampingan terhadap mitra selama proses pencelupan benang untuk memperoleh warna benang yang diinginkan. Mitra berperan dalam kegiatan mencelup benang. Proses memotif harus dikerjakan mitra dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung benangnya. Hal ini bisa dilakukan berulang kali sampai terbentuk motif yang diinginkan. Selama proses pembuatan motif ini pengusul melakukan pendampingan. Selesai membuat motif, proses menenun akan dimulai. Proses menenun dilakukan selama kurang lebih satu bulan untuk membuat selembar kain songket. Selanjutnya, mitra bisa memasarkan songket yang dibuat tersebut melalui perusahaan PT. Kawan Lama Sejahtera, artshop di Ubud dan di Tenganan. BAB 4. HASIL YANG DICAPAI Selama tiga bulan, sesuai dengan fokus permasalahan pertama yaitu motif kurang bervariasi maka sudah dilaksanakan proses pendampingan terhadap mitra. Adapun proses pendampingan dilakukan selama kegiatan pemilihan warna dan kombinasi warna, pembuatan motif pot, pembuatan motif wayang, pembuatan motif naga, motif bade, motif kembang taman. Proses memotif motif-motif ini agak sulit dilakukan mengingat motif-motif ini belum pernah dibuat sebelumnya. Setelah memotif dilakukan proses menenun. Tidak semua penenun bersedia menenun motif-motif yang diberikan. Alasannya motifnya rumit, sulit kombinasi warnanya, berat tarikannya. Sehingga motif-motif ini hanya penenun tertentu saja 16

22 yang membuatnya untuk menjamin kerapian tenunan, keindahannya. Hasil tenunan masingmasing penenun bervariasi tergantung dari keterampilan si penenun. Fokus masalah kedua, yaitu, manajemen usaha. Untuk kegiatan IbM ini sudah dilakukan perluasan wilayah pemasaran produk. Sampai saat ini baru beberapa lembar kain yang dihasilkan mengingat proses menenun selembar kain memakan waktu sampai satu bulan. Untuk membantu pemasaran produk kain songket ini sudah dilaksanakan kerjasana dengan art shop di pasar Ubud. Pemilik art shop adalah Ni Kadek Murtini yang tinggal di Br. Kutuh Kaja, Petulu, Ubud. Produk kain songket sudah dipajang di art shop Pasar Ubud. BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari tulisan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. a. Terkait dengan permasalahan kurang bervariasinya motif kain songket produk desa Jinengdalem Buleleng, telah dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam proses pencelupan dan pembuatan kombinasi warna yang dilanjutkan dengan pendampingan dalam membuat motif. Motif-motif yang dibuat adalah motif pot, motif wayang, motif naga, motif bade, dan motif kembang taman. Ke lima motif ini sudah berhasil dibuat. b. Terkait dengan permasalahan manajemen usaha, dilakukan perluasan wilayah pemasaran. Pemasaran kain sebelumnya mayoritas di pasarkan di pasar lokal Singaraja, Buleleng. Sekarang produk kain songket ini juga dipasarkan di art shop di Ubud maupun di art shop di desa Tenganan Pegringsingan. Saran yang bisa diberikan terhadap kegiatan ini adalah sebagai berikut. 1. Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk menjaga keberadaan tenun songket Jinengdalem Singaraja ini. Pemerintah sudah sering mengadakan event-event pameran di daerah lokal Singaraja. Akan tetapi, belum dievaluasi seberapa banyak pameran tersebut bisa mendongkrak keberadaan songket. Apakah dengan diadakannya pameran bisa menjamin lebih banyak kain songket terjual sehingga penenun bertambah semangat kerjanya. Hal lain yang bisa dilakukan Pemerintah yaitu membantu keberadaan penenun untuk tetap menjaga kualitas karyanya dengan mendirikan koperasi penenun yang mencakup simpan pinjam, penjualan bahan baku benang dan sekaligus juga memasarkan produk kain yang dihasilkan. 17

23 2. Partisipasi pihak swasta juga diperlukan untuk menjaga keberlangsungan songket Jinengdalem ini, seperti halnya yang dilakukan oleh Cita Tenun Indonesia (CTI). 3. Selain itu, perlu ditumbuhkan kesadaran akan kebanggaan produk lokal bangsa sendiri, sehingga nantinya tumbuh keinginan untuk memiliki dan mencintai kain songket Jinengdalem Singaraja. 18

24 Foto-foto kegiatan 19

25 20

26 21

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI BERBASIS WEB UNTUK PERANGKAT DESA DI DESA TENGANAN, KECAMATAN MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM. Oleh : Luh

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK PELATIHAN PEMBUATAN DOKUMENTASI PRODUK UNTUK PENGRAJIN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG Oleh : Luh Joni Erawati Dewi, ST, M.Pd 197606252001122001 I Ketut Purnamawan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG

PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG Luh Joni Erawati Dewi 1, Ni Ketut Kertiasih 2, I Ketut Purnamawan 3 1,2,3 Jurusan Manajemen Informatika FTK UNDIKSHA Email: joni.erawati@undiksha.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali Ida Ketut Kusumawijaya STIE Triatma Mulya, Badung, Bali ik_kusumawijaya@yaho.com ABSTRAK Tujuan pelaksanaan PKM ini adalah metode pengelolaan usaha

Lebih terperinci

KERAJINAN WAYANG KACA DAN SAAB MOTE. oleh, Rai Sujanem

KERAJINAN WAYANG KACA DAN SAAB MOTE. oleh, Rai Sujanem KERAJINAN WAYANG KACA DAN SAAB MOTE oleh, Rai Sujanem Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Desa Nagasepaha merupakan pusat berbagai

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt Oleh: Ketua Tim Pengusul Dra. Ni

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI Putu Adi Suprapto 1), Kadek Cahya Dewi 2), Ni Wayan Dewinta Ayuni 3} 1) Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Email: putuadisuprapto@gmail.com

Lebih terperinci

UNDIKSHA Ikut Pentas Budaya dan Pameran dalam Buleleng Festival 2013

UNDIKSHA Ikut Pentas Budaya dan Pameran dalam Buleleng Festival 2013 UNDIKSHA Ikut Pentas Budaya dan Pameran dalam Buleleng Festival 2013 Buleleng Festival (Bulfest) dibuka secara resmi oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, pada hari Jumat tangal 23 Agustus 2013 sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI

IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI 476 IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI Ni Luh W. Sayang Telagawathi STIE Triatma Mulya gemilangsuryawan@gmail.com ABSTRAK Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M MANAJEMEN DESA WISATA JIPANGAN (Mono Tahun) Oleh: Yohana Ari Ratnaningtyas, S.E., M.Si. NIDN 00 050273 04 Agnes WidyasmoroS.Sn., M.A.. NIDN 00

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAHUN 2017/2018

PANDUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAHUN 2017/2018 PANDUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAHUN 2017/2018 I. PENDAHULUAN Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat umum maupun masyarakat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kain ikat merupakan salah satu kain dengan teknik tenun. Kata ikat sendiri berarti dengan mengikat atau menyatukan. Teknik tenun ikat ini sendiri sudah ada sejak zaman

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK PIA SALAK SRADHA DI DESA SIBETAN KARANGASEM. Oleh:

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK PIA SALAK SRADHA DI DESA SIBETAN KARANGASEM. Oleh: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK PIA SALAK SRADHA DI DESA SIBETAN KARANGASEM Oleh: Ketua: Ni Luh Wayan Sayang Telagawathi, S.E.,M.Si NIP. 19761110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Tegallalang merupakan salah satu desa dari 64 jumlah desa yang ada di wilayah Kabupaten Gianyar dan terletak kurang lebih 17 km dari pusat kota Gianyar. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR...... ABSTRAK...... DAFTAR ISI...... DAFTAR TABEL...... DAFTAR LAMPIRAN...... Halaman i ii iii iv vi vii ix

Lebih terperinci

IbM SONGKET JINENGDALEM

IbM SONGKET JINENGDALEM IbM SONGKET JINENGDALEM I Made Pradana Adiputra 1, Gede Putu Agus Jana Susila 2, I Gd Mahendra Darmawiguna 3 Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: depradana@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada Oleh: Drs. I Made Suarjana, M.Pd. (Ketua) NIP. 196012311986031022 I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd.

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBUATAN HANDICRAFT DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS SUATU UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN KELUARGA DI KOTA TEBING TINGGI Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I. 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.

BAB I. 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. BAB I 1. Judul Tema Pemberdayaan Tenun Rangrang sebagai Pendukung Pariwisata di Desa Suana, Nusa Penida, Klungkung 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. 3. Bidang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 PROGRAM PENDAMPINGAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) ETAP 1 Nelly Masnila, 2 Faridah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN Oleh Nyoman Ayu Permata Dewi Mahasiswa Pasca Sarjana Pengkajian Seni ISI Denpasar Email :permatayu94@gmail.com ABSTRAK Kain

Lebih terperinci

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG Ketua : Fridayana Yudiaatmaja, M.Sc / 0012047414 Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M Songket Jinengdalem Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M Songket Jinengdalem Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M Songket Jinengdalem Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Oleh: I Made Pradana Adiputra,SE,SH,M.Si, 0009117307 Ketua Tim Pengusul Gede Putu Agus Jana Susila,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTIF KERAJINAN TENUN SONGKET DI DESA SIDEMEN, KARANGASEM, BALI. (Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan Di SMA) Oleh :

PERKEMBANGAN MOTIF KERAJINAN TENUN SONGKET DI DESA SIDEMEN, KARANGASEM, BALI. (Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan Di SMA) Oleh : PERKEMBANGAN MOTIF KERAJINAN TENUN SONGKET DI DESA SIDEMEN, KARANGASEM, BALI (Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan Di SMA) Oleh : Agustiana Wikrama Tungga Wika Atmaja, NIM 0914021001 (e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang industri merupakan suatu program pemerintah untuk mencapai pembangunan nasiaonal. Oleh karena

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI BIDANG KEGIATAN PKM-Kewirausahaan Diusulkan oleh : Dwi Fera Wati 8111414176 2014 Diva Aureli S. 8111414182 2014 Setyo Puji W. 8111412161

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS STRATEGI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KAIN SONGKET SUTRA BERDASARKAN METODE FULL COSTING PADA WEAVING CENTER PONI S PENGERAJIN TENUN SONGKET SUTRA DI DESA JINENGDALEM 1 Ni Putu Ayu Astiti Sari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM) PENGEMBANGAN TENUN SONGKET SEBAGAI PRODUK DESAIN INTERIOR. Tahun ke 1 dari Rencana 1 Tahun.

LAPORAN AKHIR PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM) PENGEMBANGAN TENUN SONGKET SEBAGAI PRODUK DESAIN INTERIOR. Tahun ke 1 dari Rencana 1 Tahun. LAPORAN AKHIR PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM) PENGEMBANGAN TENUN SONGKET SEBAGAI PRODUK DESAIN INTERIOR Tahun ke 1 dari Rencana 1 Tahun Oleh: Siti Zulfa Yuzni, ST, M.Si NIDN: 0003027006, Ketua Tim Pengusul

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pembuatan makalah ini dibutuhkan beberapa metode, antara lain. 1. Kajian pustaka Berupa data yang didapat dari buku-buku referensi mengenai tenun

Lebih terperinci

PROPOSAL RENCANA KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016

PROPOSAL RENCANA KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016 PROPOSAL RENCANA KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DESA : BUNGA MEKAR KECAMATAN : NUSA PENIDA KABUPATEN : KLUNGKUNG PROVINSI : BALI Disusun oleh : 1. Muin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG

INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG Ni Luh W. Sayang Telagawathi STIE Triatma Mulya Badung, Bali gemilangsuryawan@gmail.com ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI Margarettha*ª, Nela Safelia** dan Hasriati Nasution* *Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNJA **Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan RPP Bermuatan Kebudayaan Lokal dan Pendidikan Karakter Bangsa Untuk Guru-Guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Tejakula

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL Oleh Drs. Putu Yasa, M.Si (Ketua) NIP. 196111041987031002 Drs. I Made

Lebih terperinci

MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG

MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG Ni Ketut Widiartini Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha email:

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungguh sangat sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wilayah pegunungan sampai

BAB I PENDAHULUAN. sungguh sangat sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wilayah pegunungan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisatawan dari berbagai penjuru dunia mengunjungi Indonesia dengan berbagai alasan. Bagaimana tidak, Indonesia menawarkan beragam destinasi pariwisata yang memang telah

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT Mudjiati Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Garut merupakan merupakan

Lebih terperinci

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN AKHIR KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2016 SOSIALISASI MOTIF DAN BUDAYA KARAWO MELALUI PELATIHAN APLIKASI TEMPLATE KARAWO YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN TEMATIK REVOLUSI MENTAL UNIVERSITAS UDAYANA TEMA: INDONESIA BERSIH, INDONESIA TERTIB, DAN INDONESIA MELAYANI

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN TEMATIK REVOLUSI MENTAL UNIVERSITAS UDAYANA TEMA: INDONESIA BERSIH, INDONESIA TERTIB, DAN INDONESIA MELAYANI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN TEMATIK REVOLUSI MENTAL UNIVERSITAS UDAYANA TEMA: INDONESIA BERSIH, INDONESIA TERTIB, DAN INDONESIA MELAYANI JUDUL KEGIATAN: Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Potensi

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG DAN KARANGASEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman budaya salah satunya yaitu kerajinan tangan. Menurut Hakim (2012

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI DESAIN DALAM MENUNJANG DAYA SAING PRODUK TRADISIONAL

DIVERSIFIKASI DESAIN DALAM MENUNJANG DAYA SAING PRODUK TRADISIONAL DIVERSIFIKASI DESAIN DALAM MENUNJANG DAYA SAING PRODUK TRADISIONAL I Made Sukerta, I Made Legawa, Eka Martiningsih* dan Anom Adiaksa** *Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar ** Dosen Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KAPEIN (KAOS PEMUDA INDONESIA) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN.

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KAPEIN (KAOS PEMUDA INDONESIA) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN. USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KAPEIN (KAOS PEMUDA INDONESIA) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan oleh: 1. ELISA ESTI RAHAYU (B0115021) 2. ANI SUYANTI (B0115005) 3. BEKTI MARDIASTUTI

Lebih terperinci

Komang Bayu Trisna 1, Ni Kadek Sinarwati 1, Ni Luh Gede Erni Sulindawati 2

Komang Bayu Trisna 1, Ni Kadek Sinarwati 1, Ni Luh Gede Erni Sulindawati 2 ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN KAIN TENUN SONGKET KHAS JINENGDALEM DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) (Studi Pada Usaha Tenun Songket Desa Jinengdalem, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembagalembaga non-pemerintah lainnya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SEKACA (SEPATU KAIN PERCA) MEMANFAATKAN BARANG BEKAS MENJADI BARANG LAYAK PAKAI BIDANG KEGIATAN:

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SEKACA (SEPATU KAIN PERCA) MEMANFAATKAN BARANG BEKAS MENJADI BARANG LAYAK PAKAI BIDANG KEGIATAN: USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SEKACA (SEPATU KAIN PERCA) MEMANFAATKAN BARANG BEKAS MENJADI BARANG LAYAK PAKAI BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN DIUSULKAN OLEH: 1. DESTI RISQIANA (7101415257) angkatan

Lebih terperinci

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN: Volume 1 Nomor 6 Desember 2016

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN: Volume 1 Nomor 6 Desember 2016 IBM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN UNIT MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) KERAJINAN DARI KAIN LIMBAH DI DESA GATAK DAN MERINTIS USAHA BARU BAGI MASYARAKAT DESA GULI BOYOLALI Edy Susena, S.Kom, M.Kom,. Dewi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU

PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU PEDOMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STKIP PGRI LUBUKLINGGAU UNIT PELAKSANA TUGAS PENELITIAN PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017 0 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RANSEL CONSERVATION (RANCO) dengan Berbagai Warna dan Desain Menarik Sebagai Inovasi Pembuatan Tas Ransel Ramah Lingkungan Di Kampus Konservasi UNNES

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL Pelatihan Pembuatan dan Implementasi Perangkat Pembelajaran Berorientasi I2M3 dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar di Gugus XIV Kecamatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN KAIN ENDEK DI DESA KALIANGET KEC. SERIRIT, KAB. BULELENG UNTUK PENGANGGURAN GUNA MENYONGSONG MEA 2016

MANAJEMEN PROYEK PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN KAIN ENDEK DI DESA KALIANGET KEC. SERIRIT, KAB. BULELENG UNTUK PENGANGGURAN GUNA MENYONGSONG MEA 2016 MANAJEMEN PROYEK PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN KAIN ENDEK DI DESA KALIANGET KEC. SERIRIT, KAB. BULELENG UNTUK PENGANGGURAN GUNA MENYONGSONG MEA 2016 Oleh : Putu Lanang Oka Udayana NIM 1405021009 I Made

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, dari mulai Sabang sampai dengan Merauke, Indonesia memiliki budaya yang beribu jumlahnya. Budaya yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

BISNIS PLAN JILBAB SHOP BISNIS PLAN JILBAB SHOP Oleh : Citra Mulia 1110011211190 Dosen : Yuhelmi, S.E, M.M Mata Kuliah : Kewirausahaan 1 I. LATAR BELAKANG Bukittinggi merupakan sebuah kota yang berada di Sumatera Barat yang dikenal

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENJUALAN JILBAB BERBAHAN SATIN VELVET DAN KATUN BERKUALITAS NAMUN HARGA MURAH

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENJUALAN JILBAB BERBAHAN SATIN VELVET DAN KATUN BERKUALITAS NAMUN HARGA MURAH PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENJUALAN JILBAB BERBAHAN SATIN VELVET DAN KATUN BERKUALITAS NAMUN HARGA MURAH BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan oleh: 1. Ratna Dewi Murtiana NIM F3615055

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selendang Songket hasil tenunan dari Sumatera Selatan adalah hasil kerajinan tangan yang sudah turun menurun. Selendang songket ini adalah selendang khas Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA) BERBASIS TRI HITA KARANA (THK)

PANDUAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA) BERBASIS TRI HITA KARANA (THK) PANDUAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA) BERBASIS TRI HITA KARANA (THK) LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012 1 PENGEMBANGAN DESA BINAAN

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PENYULUHAN CINTA PRODUK LOKAL UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL DALAM MENGHADAPI MEA BIDANG KEGIATAN :

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PENYULUHAN CINTA PRODUK LOKAL UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL DALAM MENGHADAPI MEA BIDANG KEGIATAN : PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PENYULUHAN CINTA PRODUK LOKAL UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL DALAM MENGHADAPI MEA BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIUSULKAN OLEH : 1. PRAPLIYATI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dari penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Manding maka dapat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS. Pelatihan Pemanfaatan ICT dan Komputer untuk Pembuatan Perangkat Ajar Bagi Guru-Guru SD di Desa Peliatan

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS. Pelatihan Pemanfaatan ICT dan Komputer untuk Pembuatan Perangkat Ajar Bagi Guru-Guru SD di Desa Peliatan LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Pemanfaatan ICT dan Komputer untuk Pembuatan Perangkat Ajar Bagi Guru-Guru SD di Desa Peliatan I Made Gede Sunarya, S.Kom.,M.Cs /198307252008011008 (Ketua) I Gede

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA Disusun Oleh Nama : Wakhid Wisnu W NIM : 11.01.2912 Kelas : D3 TI-02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Restoran merupakan sebuah tempat yang didirikan dengan tujuan komersial yang melayani pelanggan serta menyajikan makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi. Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA. Disusun Oleh :

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA. Disusun Oleh : LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN PPM KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : PEMPATAN : RENDANG : KARANGASEM : BALI Disusun Oleh

Lebih terperinci

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, April 2016 IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL Mardinawati 1), Iham Sayekti 2), Susena 3) 1,3) Jurusan Akuntansi, 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGEMBANGAN DESA MITRA DAN PENARIKAN MINAT MASYARAKAT PADA BIDANG PERTANIAN

PANDUAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGEMBANGAN DESA MITRA DAN PENARIKAN MINAT MASYARAKAT PADA BIDANG PERTANIAN PANDUAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGEMBANGAN DESA MITRA DAN PENARIKAN MINAT MASYARAKAT PADA BIDANG PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 Daftar Isi Daftar Isi... ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Menyimak kata Pis Bolong terasa aneh bagi kebanyakan orang, oleh karena pis bolong adalah sebutan lain dari uang kepeng

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAAN PENGGUNAAN KIT LISTRIK BAGI GURU IPA SMP/MTS NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN BULELENG Oleh Dewi Oktofa Rahmawati, S.Si., M.Si./ 0010127001 Luh Putu Budi

Lebih terperinci