KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIA WHITEPAPER 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIA WHITEPAPER 2010"

Transkripsi

1 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIA WHITEPAPER 2010 PUSAT DATA KEMENTRIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2010

2 2010 Kementrian Komunikasi dan Informatika Pusat Data Katalog dalam Terbitan Komunikasi dan Informatika Indonesia / Kalamullah Ramli, Khamami Herusantoso, Hasyim Gautama, Eko Fajar, Siti Meiningsih, Nani Grace Berliana, Budi Triyono, Chichi Shintia Laksani, Irene Muflikh; Sarwoto; Udi Rusadi; Baringin Batubara; Akman Amir; Yudhistira Nugraha; Kunti Pratiwi. Jakarta : Pusat Data, hlm ; 21x 29,7 cm ISBN : Trend TIK 2. Kondisi TIK Saat Ini 3. Kebijakan dan Rencana Editor : Dr Rudi Lumanto ; Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA; Dr. Ir. Ashwin Sasongko, M.Sc; Ir. Cahyana Ahmadjayadi; Drs. Freddy H.Tulung, MUA; Dr. Yan Rianto, M.Eng. Penerbit : Pusat Data Kementrian Komunikasi dan Informatika Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta 10110, Telp/Fax

3

4

5 Bab 1 - Tren TIK PENGANTAR Pembangunan Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di sebuah negara telah dipahami dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah Indonesia juga telah meletakkan pembangunan kominfo ini sebagai salah satu dari beberapa elemen penting pembangunan negara Indonesia secara keseluruhan. Beberapa kebijakan dan strategi pembangunan telah ditetapkan dalam rangka tercapainya harapan akan infrastruktur Kominfo yang lebih baik dan lebih cepat serta layanan layanannya yang berkualitas. Meskipun pemerintah meyakini bahwa pembangunan kominfo yang dilakukan saat ini berada pada jalur yang benar tetapi tidak semua harapan harapan yang ada sebelumnya itu telah dapat direalisasikan. Hal ini dikarenakan salah satunya adalah kondisi geografisnya yang unik dan memiliki dimensi yang kompleks. Diperlukan terus menerus usaha yang komprehensif, intensif dan dengan skala masif sehingga pembangunan kominfo ini segera dapat dirasakan manfaatnya. Pembangunan harus berkelanjutan, hal hal yang dirasa perlu diperbaiki karena adanya kemajuan teknologi maka harus segera diperbaiki, hal hal yang dirasa perlu dilanjutkan maka perlu dilanjutkan sehingga pembangunan ini bisa kontinyu dan berkesinambungan. Buku putih ini diterbitkan salah satunya adalah agar menjadi milestone dan outlook pembangunan kominfo di Indonesia. Sehingga bagi yang sudah lewat bisa dijadikan pelajaran untuk lebih ditingkatkan sedangkan bagi yang berada pada kondisi saat ini, buku putih ini dapat dijadikan acuan untuk melangkah ke depan yang lebih baik. Isinya meliputi tiga bagian besar yaitu tren TIK global saat ini khususnya untuk melihat pengaruh kemajuan teknologi TIK yang sangat cepat, Kondisi TIK Indonesia saat ini dan Gambaran kedepan pembangunan TIK Indonesia Diharapkan dengan keluarnya buku putih ini, seluruh stakeholders pembangunan TIK dapat memahami dan ikut serta mendukung disamping ikut juga mengawasi dan memperbaiki kekurangan kekurangan yang mungkin ada. Semoga TIK Indonesia maju, Indonesia jaya dan masyarakat pun sejahtera. Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

6 Bab 1 - Tren TIK DAFTAR ISI TREN TIK TIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TREN KONVERGEN TREN PITA-LEBAR TREN KOMPUTASI AWAN TREN TV DIGITAL TREN TIK HIJAU KONDISI TIK SAAT INI INFRASTRUKTUR DAN PENGGUNAAN TIK Telekomunikasi Internet dan Komputer TV POS SDM TIK PERBANDINGAN INTERNATIONAL KEBIJAKAN DAN RENCANA KEDEPAN INDIKATOR SUKSES KOMINFO VISI, MISI DAN STRATEGI KOMINFO ROADMAP TIK INDONESIA ROADMAP TV DIGITAL ROADMAP INTERNET (IPV6) ROADMAP SATELIT LAMPIRAN Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

7 Bab 1 - Tren TIK BAB 1 TREN TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi ) Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

8 Bab 1 - Tren TIK 4 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 20101

9 Bab 1 - Tren TIK 1.1 TIK dan Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara sudah diketahui dan banyak dikaji oleh para peneliti, dan memiliki hubungan yang positip, artinya pembangunan TIK akan menghasilkan efek berantai ke meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi. Meskipun angka korelasi ini berbeda antara tiap negara akan tetapi pemahaman bahwa pembangunan TIK secara positif dan pasti akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi perlu diyakini agar kita tidak ragu dan terus kontinyu untuk melanjutkan pembangunan ini. Gambar 1.1 memperlihatkan bagaimana efek berantai yang memperlihatkan dampak pembangunan ini. Dampak pertama yang bisa dilihat adalah sisi (a) infrastruktur (b) peningkatan keterampilan (c) peningkatan penggunaan berbagai aplikasi TIK dalam kehidupan. Pembangunan dan penguatan infrastruktur dalam implementasinya memerlukan investasi yang tinggi dan hasil hasil inovasi agar sesuai peruntukannya. Hal ini membawa kepada terjadinya peningkatan skala elemen produksi, kebutuhan tenaga kerja serta membaiknya produktifitas sejalan dengan menguatnya infrastruktur. Bergeraknya elemen produksi dan produktifitas secara positif akan membangun kekuatan ekonomi sebagai dampak kedua. Dengan alur yang sama, peningkatan ketrampilan SDM dibidang TIK akan membawa kepada terbangunnya kekuatan Intelektual, sedangkan peningkatan berbagai aplikasi TIK dalam kehidupan baik dalam Komunitas online maupun dalam kerangka keterbukaan informasi membawa kepada terbangunnya kekuatan sosial. Tiga kekuatan ini merupakan modal dasar bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Sumber : Japan ICT Whitepaper 2009 Gambar 1.1 Pembangunan Kominfo dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

10 Bab 1 - Tren TIK Hubungan antara TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara secara empiris dikeluarkan pula dalam laporan kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia. Kajian terbaru yang dikeluarkan oleh Bank dunia ini dilakukan untuk melihat dampak TIK baik dari internet dan pita-lebar maupun dari layanan telepon tetap dan bergerak terhadap pertumbuhan ekonominya. Kajian dilakukan di 120 negara antara tahun 1980 dan 2006 dengan metode analisa econometric pertumbuhan. 1.5 High -income economies Low - and middle -income economies Fixed Mobile Internet Broadband (Sumber: World Bank, Extending Reach and Increasing Impact Information & Communications Technology for Development, 2009) Gambar 1.2 Hubungan dampak pembangunan TIK dengan pertumbuhan ekonomi Dari hasil kajian, terlihat bahwa untuk tiap-tiap 10% titik bertambah di penetrasi layanan pita-lebar, ada pertambahan di pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,3% (Qiang 2009). Efek pertumbuhan pita-lebar ini memiliki arti yang sangat signifikan karena ternyata pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih tinggi dibanding dengan jasa teleponi (tetap atau bergerak) dan Internet. Gambar 1.2 memperlihatkan pula bagaimana negara berkembang meskipun dari sisi teknologi dan pembangunan infrastruktur pita-lebar masih tertinggal dibanding negara maju, tetap memiliki keuntungan dan dampak yang tinggi dari pembangunan infrastruktur pita-lebarnya. Dampak dari pertumbuhan akses dan pita-lebar ini masih memiliki potensi menjadi lebih besar dan luas ketika penetrasinya mencapai titik kritis TIK dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Bagaimanakah pembangunan TIK di Indonesia akan berkontribusi pada pertumbuhan Indonesia? Meskipun secara umum sudah diketahui memiliki hubungan yang positif, pertanyaan ini akan dielaborasi dengan melihat adanya korelasi antara beberapa faktor dalam pembangunan TIK dengan terbangunnya 6 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

11 Bab 1 - Tren TIK kekuatan ekonomi, kekuatan intelektual dan kekuatan sosial. Pada kekuatan ekonomi, TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kontribusinya pada input faktor produksi seperti investasi dan penyerapan tenga kerja. Selain itu, TIK juga dapat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan nilai tambah dan produktivitas ,20% Jumlah Perusahaan 200 2,20% 1,20% 0,20% Persentase Jumlah Perusahaan Industri Manufaktur TIK terhadap Total Industri Manufaktur 0-0,80% Investasi Industri Manufaktur TIK Tahun Kontribusi Investasi Industri Manufaktur TIK terhadap Total Investasi Industri Manufaktur Sumber: BPS, diolah Gambar 1.3 Investasi Industri TIK Gambar1.3 memperlihatkan investasi industri TIK dengan melihat kepada jumlah perusahaan. Selama periode , terjadi peningkatan jumlah perusahaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.9%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa kontribusi industri TIK terhadap total jumlah perusahaan sektor industri manufaktur masih rendah dengan rata-rata kontribusi sebesar 1.25%. Data ini juga menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kontribusi industri TIK terhadap total jumlah perusahaan industri manufaktur, khususnya semenjak tahun Meski pada tahun 2007 kontribusi industri TIK meningkat, tapi angkanya masih rendah dibanding tahun Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

12 Bab 1 - Tren TIK ,50% ,00% ,50% ,00% Total Tenaga Kerja Industri Manufaktur TIK Kontribusi Tenaga Kerja Industri Manufaktur TIK terhadap Total Tenaga Kerja Industri Manufaktur Sumber: BPS, diolah Gambar 1.4 Tenaga Kerja Industri TIK Gambar1.4 memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor industri TIK semenjak tahun 2002, sehingga mencapai kurang lebih 173 ribu tenaga kerja di tahun Pada tahun 2001, industri TIK hanya menyerap 2.11 persen dari total tenaga kerjadi industri manufaktur. Namun, setelah itu kontribusi penyerapan tenaga kerja industri TIK terus mengalami peningkatan hingga mencapai 3.75 persen di tahun Rata-rata kontribusi industri TIK terhadap total tenaga kerja industri manufaktur sebesar 3.42% Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerjadi industri TIK mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi ( PDB nominal perkapita ) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.10 yang menunjukkan masih tergolong rendah. Gambar 1.5 memperlihatkan pertumbuhan industri TIK. Selama kurun waktu , nilai tambah industri TIK cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar persen. Meskipun demikian, kontribusi nilai tambah industri TIK terhadap sektor industri manufaktur cenderung mengalami penurunan. Bahkan semenjak tahun 2005 kontribusi nilai tambah industri TIK menunjukkan angka yang terus menurun. Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa nilai tambah industri TIK ini mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan PDB riil dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.72 yang tergolong cukup tinggi. 8 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

13 Bab 1 - Tren TIK 25,00 8,00% 7,00% 20,00 6,00% 15,00 5,00% 4,00% 10,00 3,00% 5,00 2,00% 1,00% 0, ,00% Nilai Tambah Industri Manufaktur TIK Tahun Kontribusi Nilai Tambah Industri Manufaktur TIK terhadap Total Nilai Tambah Industri Manufaktur Sumber: BPS, diolah Gambar 1.5 Nilai tambah industri TIK dan kontribusinya Pada kekuatan intelektual TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya terhadap akumulasi modal manusia. Secara khusus, modal manusia terdiri dari pengetahuan/informasi dan pendidikan sumber daya manusia. TIK berkontribusi terhadap akumulasi modal manusia melalui: (1) Pendidikan/sumber daya manusia yaitu melalui perbaikan dalam pendidikan dari penetrasi pendidikan jarak jauh dengan menggunakan TIK, sehingga angka pertisipasi/tingkat kemajuan pendidikan tinggi meningkat. (2) Pengetahuan/informasi yaitu jaringan seperti internet dll, akan mendorong sharing pengetahuan/ informasi yang dapat dilakukan dengan mudah dan dapat digunakan oleh siapa saja. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

14 Bab 1 - Tren TIK Sumber: Indikator Iptek Nasional (Pappitek, LIPI, 2009), diolah Gambar1.6 Gambaran tingkat pengetahuan melalui indikator publikasi ilmiah Gambar 1.6 memperlihatkan tingkat pengetahuan Indonesia terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari semakin banyaknya jumlah publikasi ilmiah Internasional (per1 juta penduduk) yang mampu dihasilkan setiap tahunnya. Namun demikian, jumlah publikasi yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia masih sangat rendah. Data menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1999 hingga 2008, setiap 1 juta penduduk Indonesia dalam satu tahunnya hanya mampu menghasilkan publikasi tidak lebih dari enam buah. Dari data ini, hasil analisa menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet per 100 penduduk mempunyai hubungan positif dengan jumlah publikasi per 1 juta penduduk dengan nilai koefisien korelasi yang tergolong tinggi, yaitu sebesar Hasil analisa juga menunjukkan bahwa jumlah publikasi per 1 juta penduduk mempunyai hubungan positif yang cukup kuat dengan pertumbuhan PDB riil per kapita dengan nilai koefisien korelasi sebesar Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TIK berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pengetahuan yang berhubungan positif dengan peningkatan penggunaan internet. Pada kekuatan intelektual TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya pada penguatan modal sosial. Modal sosial secara khusus mempertimbangkan dua bidang, yaitu rantai komunitas lokal (kepercayaan, pertukaran, jejaring) dan tata kepemerintahan (pendapat dan akuntabilitas, stabilitas politik dan ketiadaan kekerasan / teroris, efektifitas kepemerintahan, kualitas regulasi, aturan, pengawasan terhadap korupsi). 10 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

15 Bab 1 - Tren TIK Beberapa contoh bagaimana TIK berkontribusi terhadap akumulasi modal sosial misalnya adalah : (1) Rantai komunitas lokal yaitu melalui penggunaan TIK, rantai komunitas lokal akan lebih dalam dan kepercayaan serta stabilitas dalam masyarakat akan meningkat. (2) Kualitas sistem dan organisasi yaitu melalui penggunaan TIK, transparansi organisasi dan sistem akan meningkat dan aktivitas ekonomi yang tidak efisien akan dieliminasi. Sumber : Bank Dunia, diolah Gambar1.7 Gambaran tingkat tata kelola pemerintahan. (degree of governance) Gambar 1.7 memperlihatkan kualitas kepemerintahan suatu negara dinilai dari degree of governance yang merupakan nilai rata-rata dari enam indikator kepemerintahan yang dikembangkan oleh World Bank yaitu voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of law, dan control of corruption. Semenjak tahun 2004 degree of governance Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Jumlah pengguna internet per 100 penduduk mempunyai hubungan yang positif dengan degree of governance dengan nilai koefisien korelasi Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

16 Bab 1 - Tren TIK 1.2 Tren Konvergensi Konvergensi secara harfiah berarti menuju ke satu titik atau atau terjadinya penyatuan. Secara umum istilah konvergensi saat ini merujuk kepada penyatuan berbagai layanan dan teknologi baik teknologi komunikasi, informasi maupun yang terkait dengannya. Teknologi yang tadinya terpisah seperti suara, data dan video dapat menyatu dalam satu sumber daya sehingga dapat langsung berinteraksi satu dengan yang lainnya menciptakan sinergi yang efisien. Pada saat ini, sinergi antara teknologi internet, penyiaran dan telekomunikasi merupakan contoh tren konvergensi yang sudah dirasakan secara langsung. Gambar 1.8 memperlihatkan konvergensi antara fix, wireless dan content. Disamping perkembangan teknologi yang cepat, faktor lain dapat pula menjadi pendorong terjadinya konvergensi seperti meningkatnya kompetisi, kebutuhan akan layanan baru yang lebih murah dsb. Sumber: Morgan Stanley Gambar1.8 Konvergensi antara Fix, Wireless dan Content 12 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

17 Bab 1 - Tren TIK 1.3 Tren Pita-Lebar Gambar : 1.9 Roadmap dan Evolusi Teknologi Pita-lebar Diperkirakan 60% penduduk dunia menggunakan wireless dan lapangan kompetisi akan didominasi wireless Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

18 Bab 1 - Tren TIK Telekomunikasi pita lebar merupakan salah satu arus telekomunikasi dunia saat ini. Setiap negara berusaha untuk membangun infrastruktur pita lebar ini dengan harapan infrastruktur ini akan meningkatkan efisiensi negara dan juga membuka jalan munculnya industri baru. Tren tersebut bisa dilihat dengan jelas pada tabel 1.1 No. Country Region % above 5 Mbps QoQ Change YoY Change Global 20% -5.2 % 1.5% 1 South Korea 65% -7,6% 25% 2 Japan 60% 0.2% 4.8% 3 Romania 48% -4.5% 18% 4 Hongkong 45% -9.0% 16% 5 Sweden 42% -3.7% -13% 6 Latvia 41% 2.9% 75% 7 Denmark 41% 0.7% 16% 8 Netherlands 40% 2.6% 10% 9 Canada 34% 0.9% 47% 10 Belgium 33% -2.9% -1.1% United States 25% -4.3% -2.6% Sumber: The State of Internet, 1st Quarter 2010 Report, Akamai Tabel 1.1 Global Broadband Status 2010 Pada tabel terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan penetrasi akses telekomunikasi pita lebar diberbagai negara. Dua negara Asia, Jepang dan Korea memimpin dalam tingginya persentase jumlah populasi yang menikmati akses pita lebar. Selain tren meningkatnya populasi yang bisa mengakses pita lebar di Dunia, terdapat tren lain yaitu cara masyarakat untuk mengakses informasi seperti diilustrasikan pada gambar Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

19 Bab 1 - Tren TIK Sumber: Morgan Stanley Gambar 1.10 Broadband and Mobile Internet Pada Gambar 1.10 diproyeksikan bahwa jumlah piranti yang mengakses Internet akan bergeser dari medium tradisional seperti mini computer atau desktop sebagai piranti pengolah informasi menjadi piranti-piranti mobile dan spesial untuk menampilkan atau mengakses informasi. Piranti-piranti ini seperti telepon cerdas, tablet, PDA televisi dan piranti-piranti lain yang bukan piranti komputasi. Tren piranti-piranti khusus ini yang akan mendorong pengguna internet semakin banyak dengan sebaran demografi tidak hanya untuk kalangan perkantoran maupun profesional, akan tetapi akan lebih merambah ke segmen baru seperti anak-anak, remaja, orang tua, petani dan segmen lain yang sekarang masih belum lazim untuk memakai Internet. Faktor demografi pengguna dimasa mendatang ini yang harus diperhatikan dalam perencanaan, baik dibidang kebijakan maupun infrastruktur komunikasi. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

20 Bab 1 - Tren TIK Sebagai contoh, dengan semakin banyaknya anak-anak yang mengakses informasi, maka diperlukan suatu lingkungan internet yang bisa menjauhkan unsur-unsur informasi negatif (seperti kekerasan, SARA, kebencian) dari jangkauan anak-anak yang belum matang cara berfikirnya. Contoh lain adalah, karena tren untuk mengakses Internet secara mobile akan semakin naik, maka harus lebih banyak spektrum frekuensi yang di alokasikan untuk komunikasi dua arah. Sehingga tidakkan ada masalah kapasitas frekuensi yang membatasi kemudahan warga negara untuk mengakses informasi secara nirkabel. Tren lain adalah pada persentase traffic yang lewat pada backbone Internet seperti padagambar 1.11 Sumber: Morgan Stanley, 2007 Gambar 1.11 Trend traffic di Internet Pada gambar 1.11 terlihat bahwa pada awal Internet ada maka traffic internet didominasi Oleh FTP, dan protokol lainnya. Pada tahun-tahun itu Internet adalah media untuk Pertukaran informasi para penelitidan akademisi. Akan tetapi semenjak tahun 1998 ketika pengguna internet semakin meluas, maka traffic Web dan Point-to-Point protocol Semakin mendominasi Internet. Dan ini menandakan bahwa deman terhadap akses Pita lebar semakin besar karena baik Web maupun P2P merupakan aplikasi yang Kaya-media (gambar,video) dan memakan banyak bandwidth. 1.4 Tren Komputasi Awan (Cloud Computing) Cloud Computing atau biasa diterjemahkan sebagai Komputasi Awan secara umum dapat dipahami sebagai teknologi pemanfaatan sumber daya komputasi yang terkoneksi secara global melalui jaringan internet (Internet cloud). Dengan memanfaatkan teknologi Cloud Computing, pengguna tidak perlu lagi menyediakan atau memiliki infrastruktur sendiri mulai dari data center sampai ke aplikasi desktop untuk menjalankan suatu sistem TIK yang lengkap. 16 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

21 Bab 1 - Tren TIK Komputasi awan dapat diwujudkan, misalnya dengan penggunaan secara bersama data center yang bertebaran, melalui Internet. Beberapa penggerak terjadinya kembali tren komputasi awan saat ini misalnya adalah Kebutuhan akan penghematan investasi pelanggan (investment saving), Kebutuhan Efisiensi (efficient use of shared infrastructure), Peningkatan kehandalan (reliability) melalui ketersediaan sumberdaya secara elastis (elastic availability), mengurangi ancaman single-point-offailure dan peningkatan utilisasi. tipe Layanan IsL Infrastruktur sbg layanan PsL Platform sbg layanan SsL Software sbg layanan Gambar 1.12 Tipe layanan komputasi awan Software-sebagai-Layanan (SsL) adalah model penyampaian aplikasi perangkat lunak oleh suatu operator yang mengembangkan aplikasi Web yang dapat dioperasikan untuk digunakan oleh pelanggannya melalui Internet. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan investasi untuk pengembangan ataupun pembelian lisensi. Dengan berlangganan via Web, berbagai fitur yang ada dapat langsung digunakan. Platform-sebagai-Layanan (PsL) adalah jasa penyediaan modul-modul yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi di atas platform tersebut. PsL tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memori, media penyimpanan, tenaga untuk proses dan lain-lain yang semuanya diatur oleh penyedia layanan ini. Infrastruktur-sebagai-Layanan (IsL) merupakan layanan yang 'menyewakan' sumber daya informasi dasar yang diantaranya meliputi: media penyimpanan, tenaga pemroses, memori, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan penyewa untuk menjalankan aplikasi miliknya. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

22 Bab 1 - Tren TIK Gambar 1.13 memperlihatkan perbedaan kategori layanan IsL, PsL dan SsL dari sudut pandang lapisan layanan dan otoritas pengelolaan. Beberapa tantangan regulasi dan isu strategis dengan adanya tren komputasi awan ini adalah : (1). Letak penyimpanan data fisik atau lokasi data center (2). Tingkat kerahasiaan (privacy) untuk data publik maupun pemerintahan. Diperlukan sertifikasi untuk melindungi kepentingan umum (3). Keamanan data diperlukan sertifikasi untuk menetapkan standar kemanan minimal (4). Auditing perlunya transparansi dan akses untuk auditor pemerintah (5). Outsourcing diperlukan aturan mengenai outsourcing infrastruktur IT (6). Menumbuh kembangkan Industri Komputasi Awan Nasional (7). Tingkat ketersediaan dan kehandalan tenaga listrik bisa menjadi faktor penghambat bila tidak dibenahi Infastruktur (sebagai Layanan) Platform (sebagai Layanan) Software (sebagai Layanan) Applications Data Runtime Middleware Dikelola pelanggan a Applications Data Runtime Middleware Application s Data Runtime Middleware Applications Data Runtime Middleware O/S O/S O/S O/S Virtualizatio n Servers Storage Networking Virtualization Servers Storage Networking Dikelola Operator Virtualization Servers Storage Networking Virtualization Servers Storage Networking Gambar 1.13 Taksonomi Perbedaan Layanan Komputasi Awan 18 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

23 Bab 1 - Tren TIK 1.5 Tren Penyiaran Digital Penyiaran digital merupakan alternatif sistem penyiaran baru pengganti sistem penyiaran yang selama ini ada yaitu sistem penyiaran analog dengan format standar yang ditetapkan enam sampai tujuh puluh tahun yang lalu yaitu antara tahun Inovasi teknologi yang berkembang, sumber daya yang semakin terbatas dan kebutuhan yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan sistem penyiaran baru menjadi tidak terelakkan. Sistem penyiaran digital menjanjikan solusi dan banyak kelebihan dibanding sistem penyiaran analog. Kelebihan itu antara lain : (1) Pemanfaatan spektrum menjadi lebih optimal. Hal ini karena pada sistem digital Penggunaan adjacent channel menjadi dimungkinkan, memiliki kemampuan SFN (Single Frequency Network) yang membuat penggunaan frekuensi jadi efisien dan dapat diisinya satu kanal dengan banyak program dan data secara multiplex. (2) Gambar dan suara dengan kualitas jauh lebih baik dan prima. (3) Tahan terhadap gangguan interferensi, (misal suara terganggu oleh signal suara radio yang lain) (4) Memberikan peluang bagi munculnya industri/bisnis baru baik dibidang telekomunikasi, media elektronik maupun di industri peralatan dan software. Standar penyiaran digital mengacu kepada dua jenis penyiaran: Siaran Radio Digital (Digital Sound Broadcasting) dan Siaran TV Digital (Digital TV Broadcasting) Gambar 1.14 memperlihatkan standar yang ada saat ini pada kedua jenis penyiaran ini. Gambar 1.14 Standar Penyiaran Digital untuk Radio dan TV Dunia. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

24 Bab 1 - Tren TIK Saat ini hampir 50% lebih negara-negara di dunia mulai beralih atau mulai mengkaji peralihan sistem penyiaran di negaranya masing masing menuju penyiaran digital, sebagaimana yang diperlihatkan di gambar Sementara itu lebih dari 100 negara sudah menetapkan standar penyiaran TV digitalnya menggunakan standar DVB-T termasuk Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 07/P/M.Kominfo/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, telah ditetapkan standar penyiaran digital terestrial untuk Televisi tidak bergerak di Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVB-T) Bab 1. Tren TIK (sumber : wikipedia) Gambar 1.15 Peta dunia transisi penyiaran analog ke digital. 20 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

25 Bab 1 - Tren TIK Immersive TV High image/sound quality Improved realism Large screens (home cinema BW TV Color TV Digital TV Super HDTV HDTV More realism 3D TV Data Digital Broadcasting ~20Mb/s More programming Improved image/sound quality Flexibility of digital production, distribution and transmission Mobile Mobility Interactive Interactivity Data broadcasting Multimedia broadcasting IP-based applications ~1935 Gambar 1.16 Evolusi Sistem Penyiaran TV Teknologi TV saat ini diwarnai dengan munculnya teknologi TV Digital dan HDTV yang memberikan kualitas yang lebih baik. Tentu saja ke depan tren teknologi TV akan menuju mobile TV dengan kemampuan yang lebih canggih seperti 3D TV dan Interaktif TV. Di seluruh dunia terdapat beberapa standar siaran TV digital yakni DTV (Digital Television, standar di Amerika), DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial, standar di Eropa dan Australia) dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial, standar di Jepang). Indonesia sendiri melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tertanggal 21 Maret 2007 telah menetapkan standar DVB-T sebagai standar penyiaran televisi digital terestrial tidak bergerak di Indonesia. Terdapat pula standar digital DVB-H (handheld) yang ditujukan pada perangkat mobile seperti ponsel. Siaran TV di Indonesia diharapkan baru bisa seluruhnya digital tahun 2018, ada tiga tahapan menuju implementasi siaran digital, periode yakni siaran simulcast yaitu siaran berbarengan antara analog dan digital. Pada tahun , sejumlah siaran analog di beberapa wilayah akan dimatikan sebagian. Setelah 2017, seluruh siaran analog akan dimatikan. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

26 Bab 1 - Tren TIK 1.6 TIK Hijau (Green ICT) Banyaknya emisi CO2 di dunia mengakibatkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan seperti terjadinya pemanasan global, perubahan cuaca dsb. Dampak-dampak ini mulai dirasakan dan menjadi kekhawatiran semua pihak karena akan mengganggu ekosistem kehidupan secara keseluruhan. Industri yang menjadi sumber penghasil emisi CO2 saat ini dituntut untuk juga lebih memperhatikan menghasilkan produk produk yang ramah lingkungan dibanding produk produk sebelumnya yang tidak memasukkan faktor ini dalam pertimbangannya. Termasuk dalam industri ini adalah Industri dibidang TIK. Dari 100 persen emisi CO2 di dunia sekitar 2 persen diketahui berasal dari industri TIK. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mengingat penggunaan perangkat TIK di dunia memiliki kecenderungan untuk terus meningkat dengan tajam. TIK adalah salah satu industri yang mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Konsumsi energi oleh TIK meliputi fase: Riset dan pengembangan, Manufaktur, Distribusi, Penggunaan dan Pembuangan. TIK hijau merupakan gerakan yang menuntut industri TIK untuk lebih memperhatikan lingkungan. Tujuan dari TIK hijau adalah TIK yang ramah lingkungan, TIK yang mendukung konservasi sumberdaya dan lingkungan, dengan tujuan akhir yaitu menciptakan masyarakat pengguna TIK dengan dampak lingkungan yang kecil (low-environmental foot-print society). Konsep TIK hijau sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 1.17 memiliki dua bagian yaitu TIK yang hijau (Green of ICT) dan hijau dengan TIK (Green by ICT). Dengan konsep ini, penggunaan TIK yang inovatif dan efisien diprediksi dapat menurunkan sekitar 20% emisi CO2 dari industri lain. Indonesia sebagai negara yang memiliki tren pengguna TIK yang terus meningkat tajam sangat memperhatikan masalah ini. Pemerintah Indonesia berhasil memasukkan dua agenda penting dalam kesepakatan pertemuan menteri menteri TIK negara ASEAN (ASEAN TELMIN) ke sembilan yang salah satunya adalah kebijakan strategis ASEAN Untuk mempromosikan TIK hijau. Gambar 1.17 Konsep TIK Hijau 22 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

27 Bab 1 - Tren TIK Suhu di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhur ata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad tersebut dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1 C di atas rata-rata tahun Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim ditahun itu. Gambar 1.18 Trend Curah Hujan dan Temperatur Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad 20 dengan pengurangan tertinggi terjdi selama perioda Desember-Februari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1982/1983,1986/1987. Dan 1997/1998. Pengaruh perubahan iklim ini akan berpengaruh besar pada tingkat kerawanan Bencana di Indonesia. Sebagai contoh pada tahun terjadi kali bencana alam di Indonesia. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

28 Bab 1 - Tren TIK Bencana-bencana alam ini disebabkan oleh: - 53,3 % adalah bencana terkait hidrometeorolgi (Bappenas dan Bakornas PB, 2006) - Banjir adalah bencana yang paling sering (34%) - diikuti oleh tanah longsor (16%). Sehingga efek pemanasan global tehadap hidrometeorologi Indonesia akan bisa mengakibatkan semakin banyaknya rakyat Indonesia yang terancam oleh bahaya bencana alam seperti tergambar pada gambar ACEH BANDAR SERI BEGAWAN Medan KUALA LUMPUR SUMATERA UTARA SINGAPORE RIAU SUMATERA BARAT JAMBI Palembang SUMATERA BENGKULU SELATAN LAMPUNG KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN Manado TIMUR SUMATERA UTARA Balikpapan SULAWESI TENGAH KALIMANTAN SULAWESI SELATAN SELATAN SULAWESI TENGGARA MALUKU IRIAN JAYA Jakarta Bandung Semarang Surabaya JAWA BARAT JAWA TENGAH YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Dili none very high Sumber : UNOCHA, 2006 Gambar 1.19 Peta Kerawanan Bencana Indonesia Sehingga faktor dampak lingkungan sangat diperhatikan pada pengambilan keputusan penerapan suatu teknologi yang pada akhirnya akan mengurangi resiko Indonesia terhadap bencana yang disebabkan faktor lingkungan. Berikut adalah iilustrasi bahwa TIK yang ramah lingkungan itu sangat penting bagi bangsa Indonesia. Misalkan di Indonesia terdapat orang pengguna ponsel cerdas dan ponsel cerdas itu memakai baterai 1000 yang harus diisi satu kali setiap hari. Maka total konsumsi listrik ponsel cerdas ini adalah ~1 Terawatt per hari. Dan ini merupakan suatu konsumsi energi yang besar (sebagai pembanding kompleks pembangkit Paiton menghasilkan kl listrik sebesar 2.5 Gwatt). Seiring dengan semakin cerdasnya piranti TIK maka biasanya akan semakin banyak energi yang diperlukan, Sehingga peran TIK sangat penting baik sebagai subyek maupun obyek konservasi alam. Ada 2 konsep mendasar TIK Hijau seperti pada gambar Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

29 Bab 1 - Tren TIK Peran TIK sebagai infrastruktur untuk mendukung masyarakat yang ramah lingkungan, atau kita sebut TIK Hijau, bisa dibagi menjadi 2 bagian besar: 1. TIK dan teknologi-teknologi pendukungnya yang ramah lingkungan (atau disebut TIK yang Hijau), 2. TIK sebagai teknologi untuk mendukung masyarakat ramah lingkungan (atau disebut Hijau Dengan TIK) TIK Yang Hijau adalah teknologi-teknologi yang terkait informasi dan komunikasi yang menekankan konservasi sumber daya dan dampak lingkungan sebagai faktor utama dalam desain, penggunaan dan pembuangannya (after use). Banyak alternatif pemilihan teknologi untuk komunikasi dan informasi untuk memecahkan masalah di masyarakat. Untuk saat ini faktor utama dalam pemilihan teknologi di masyarakat adalah biaya (selain faktor lain spesifik lain seperti kehandalan, estetika dll), walaupun pemilihan itu terkadang merugikan jika ditinjau dari segi TIK yang hijau. Sebagai contoh, sebagian besar kantor memilih untuk membeli desktop computer dibanding menggunakan, misal net-top maupun dumb-terminal, dengan alasan bahwa desktop lebih expandable dan lebih powerful. Akan tetapi pada saat pengoperasian desktop computer bisa menghabiskan minimal 100 W daya dibanding ~10 W net-top. Sehingga dirasa perlu agar pemerintah juga memberikan arahan dan himbauan ke masyarakat agar faktor lingkungan juga menjadi pertimbangan pada saat pengadaan barang TIK baik bagi perorangan, swasta maupun pemerintahan. Hijau dengan TIK didefinisikan sebagai teknologi-teknologi TIK yang dapat menghilangkan atau meminimalisir ketidak-efisienan pada penggunaan sumberdaya di masyarakat yang pada akhirnya akan menekan dampak lingkungan (pemanasan global, polusi dll) dari aktifitas masyarakat. Sebagai contoh, dengan penggunaan TIK yang tepat maka penggunaan kertas dapat diminimalisir atau dihilangkan dengan menggunakan digital media. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

30 Bab 1 - Tren TIK Gambar 1.21 memperlihatkan tentang para stake-holder TIK hijau. Pada bagan ini bisa dilihat bahwa TIK Hijau bukan hanya gerakan Nasional, tapi harus bekerjasama pula dengan masyarakat internasional. Di dalam negeri stake holder TIK Hijau adalah Pemerintah, Industri, LPND dan masyarakat pemakai. Peran sentral TIK Hiju adalah Pemerintah, karena tanpa ada arahan dan regulasi dari pemerintah biasanya pihak masyarakat dan Industri akan tidak mempunyai insentif untuk menerapkan TIK Hijau ini. Karena TIK Hijau tidak memberikan keuntungan jangka pendek maupun keuntungan individual. Sehingga untuk menghindari eksternalisasi-cost dan tragedy-of-common maka Pemerintah harus Secara bijaksana menerapkan kebijakan TIK Hijau di negaranya. International Community Koordinasi Transaksi Bisnis & Alih Teknologi Regulasi & Arahan Pemerintah Industri Milestone Riset & Konsultasi Arahan & Regulasi Produk & Solusi Akademik LPND Masyarakat 26 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

31 Bab 1 - Tren TIK Nama Program Tujuan Primer Tujuan Skunder Amerika Green New Deal, Energy Star Penghematan pemakaian Energi Keunggulan Teknologi, Lapangan kerja/industri baru Malaysia Green Technology Policy Energi, Efisiensi Gedung, Transportasi, Pengelolaan sampah Efisiensi, keunggulan teknologi, industri baru Jepang Gerakan Nasional Efisiensi, Green IT Forum Efisiensi Energi, Pemasyarakatan Teknologi Keunggulan Teknologi, industri baru India Energy Conservation Act Efisiensi, standarisasi produk Keunggulan teknologi, trade barier Tabel 1.2 Klasifikasi TIK Hijau Amerika Serikat TIK hijau sudah digagas oleh Pemerintah Amerika semenjak tahun 1990 dengan program Energy Star. Program Energy Star ini bertujuan untuk menekan konsumsi alat-alat TIK khususnya perangkat komputer dengan menetapkan beberapa rule konsumsi listrik. Selain itu TIK hijau mendapat dorongan lebih besar lagi dengan Green New Deal-nya pemerintah Obama. Green New Deal ini merupakan stimulus dari pemerintah untuk proyek-proyek dan manufaktur yang ramah lingkungan. Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

32 Bab 1 - Tren TIK Malaysia Pada tahun 2009, Pemerintah Malaysia mengumumkan Kebijakan Green Technology yang memfokuskan pada 4 sektor: energi, gedung-gedung, pengelolaan sampah dan transportasi. Selain itu, riset dan pengembangan dibidang Green Technology juga mendapat perhatian pada kebijakan ini. Malaysia sudah mempunyai Rancangan Nasional untuk penerapan TIK Hijau. Rancangan ini berupa capaiancapaian nasional dan cara-cara untuk mencapainya. Jepang Semenjak diratifikasinya Kyoto Protocol pada tahun 1997, Pemerintah Jepang mencanangkan gerakan nasional untuk efisiensi penggunaan energi. TIK menjadi salah satu bidang industri yang menjadi harapan untuk menambah efisiensi penggunaan energi di Jepang. Pada tahun 2009 didirikan Forum TIK Hijau yang terdiri dari unsur pemerintah, akademisi dan industri, yang bertujuan untuk memasyarakatkan "best practice" kepada anggota lain dan juga masyarakat internasional. India India, mirip dengan Indonesia, adalah negara yang menghadapi krisis energi dengan adanya boom ekonomi di sana. Terkait dengan itu Pemerintah India membuat undang-undang "Energy Conservation Act 2001" yang berisi antara lain, spesifikasi manager energi, standar label, energi efisiensi di gedunggedung dan pendidikan terhadap pentingnya konservasi energi di sekolah-sekolah. Sebagai pelaksana undang-undang tersebut, Pemerintah India membuat Bureau of Energy Efficiency yang tugasnya antara lain untuk pengujian terhadap standar energi perangkat, pengawasan label dan juga pengawasan perangkat impor yang tidak sesuai dengan standar konservasi energi India. Sehingga undang-undang itu bisa menjadi suatu trade barrier bagi produk-produk yang tidak diproduksi dengan konsep yang ramah lingkungan. Gerakan TIK Hijau perlu dicanangkan secara nasional di Indonesia. Hanya perlu diperhatikan pada penggalakan TIK Hijau ini agar tidak berefek negatif pada Industri nasional. Yaitu misalkan dengan keluarnya biaya-biaya yang akhirnya akan menurunkan daya saing produk Indonesia. Sehingga diperlukan konsep TIK hijau yang cocok dengan keadaan sosio-ekonomi Indonesia. Dan ini merupakan tugas Pemerintah, Industri, Akademisi dan masyarakat untuk membuat konsep dan melaksanakannya di masa mendatang. 28 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

33 Bab 1 - Tren TIK Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

34 Bab 1 - Tren TIK 30 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

35 Bab 1 - Tren TIK BAB 2 KONDISI KOMINFO INDONESIA SAAT INI Indonesia Communication And Information Technology - White Paper

36 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini 2 32 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

37 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini 2.1 INFRASTRUKTUR DAN PENGGUNAAN TIK TELEKOMUNIKASI Tetap Kabel Tetap Nirkabel Poly. (Tetap Nirkabel) Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009 Dalam kurun , kapasitas terpasang jaringan tetap kabel cenderung tidak mengalami peningkatan yang berarti yaitu rata-rata 4% setiap tahunnya. Sedangkan kapasitas terpasang jaringan telepon tetap nirkabel meningkat pesat terutama antara tahun 2008 dan Rata-rata peningkatan kapasitas terpasang jaringan tetap nirkabel sebesar 41% Gambar 2.1 Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel Tetap Kabel Poly. (Tetap Nirkabel) Tetap Nirkabel Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009 Gambar 2.2 Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Jaringan Telepon Tetap Nirkabel, Selama kurun , jumlah pelanggan telepon tetap kabel mengalami penurunan rata-rata 0,67% setiap tahunnya, sedangkan pelanggan telepon tetap nirkabel mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, yaitu 34%. Tren pertumbuhan telepon tetap kabel menunjukkan pola pertumbuhan eksponensial. Indonesia Indonesia Communication Communication And And Information Information Technology Technology - White White Paper Paper

38 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini Pada tahun 2005, Jumlah desa yang memiliki fasilitas telepon kabel adalah desa atau 34,68% dari total desa Indonesia. Tiga tahun kemudian (2008) bertambah menjadi desa (32,76%). Desa yang berada di wilayah Jawa paling banyak memiliki infrastruktur telepon kabel, kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku % % 50% % % % % 0 0% Desa dengan Telepon Kabel 2005 Desa dengan Telepon Kabel 2008 Persentase 2005 Persentase 2008 Sumber: PODES BPS 2005, 2008 Gambar2.3 Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan fasilitas Telepon Kabel, 2005 dan 2008 Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan desa penerima sinyal selular terbanyak dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, kemudian menyusul wilayah Sumatera dan Sulawesi. Peningkatan jumlah desa penerima sinyal selular yang paling signifikan terjadi di wilayah Kalimantan. Tahun 2005 persentase Desa Kalimantan yang terjangkau sinyal seluler hanya 5% dari seluruh desa di Kalimantan, kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 82% % 80% 60% 40% 20% Desa dengan sinyal selular 2005 Desa dengan sinyal selular 2008 Persentase desa 2005 Persentase desa 2008 Sumber : PODES 2005, 2008, Badan Pusat Statistik, diolah untuk kebutuhan indikator TIK Gambar 2.4 Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan Sinyal Selular, 2005 & % 34 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

39 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini Sumber : Susenas 2008, Badan Pusat Statistik Catatan: minimum 1, HP** termasuk telepon lokal nirkabel (FWA) dan telepon selular Gambar 2.5 Distribusi Telepon Kabel dan Telepon Bergerak berdasarkan Pulau, 2008 Distribusi telepon kabel dan telepon bergerak (HP) berdasarkan wilayah di Indonesia memperlihatkan, sebagian besar distribusi kepemilikan telepon kabel (84,79%) maupun telepon bergerak (81,57%) berada di wilayah Jawa dan wilayah Sumatera, sisanya tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara dan Maluku Papua. 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik Gambar 2.6 Distribusi Jaringan Telepon Tetap Kabel dalam Rumah Tangga Indonesia, Dalam periode , ratarata persentase rumah tangga Indonesia yang memilki jaringan telepon kabel adalah 12% dari seluruh rumah tangga Indonesia. Tahun 2007 terjadi peningkatan pemilikan jaringan telepon sebesar 1,5%, namun pada tahun 2008 menurun sebesar 1%. Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan persentase rumah tangga pemilik jaringan telepon terbesar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Selanjutnya disusul oleh wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Indonesia Indonesia Communication Communication And And Information Information Technology Technology - White White Paper Paper

40 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini Pada kurun , pertumbuhan kapasitas telepon tersambung antar provider berbeda-beda. Telkomsel dan Excelkomindo mengalami pertumbuhan positif terhadap kapasitas telepon tersambung yaitu 18% dan 21%. Selanjutnya Indosat memiliki pertumbuhan rata-rata sekitar 13% setahun * * Terpasang Tersambung Telkomsel Indosat Excelkomindo Lainnya Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009 Gambar 2.7 Kapasitas Terpasang dan Tersambung Jaringan Telepon Bergerak Pada tahun 2004, Telkomsel memiliki pelanggan terbanyak dibandingkan dengan provider lainnya yaitu sekitar 16 juta pelanggan. Dalam kurun semester 1, pertumbuhan pelanggan Telkomsel rata-rata 23%. Indosat dan Excelkomindo merupakan provider kedua dan ketiga yang paling banyak dipilih pelanggan. Selama lima tahun terakhir, walaupun jumlah pelanggan Indosat menurun terutama pada tahun 2009, tetapi Indosat tetap mengalami pertumbuhan dengan ratarata 19%. Selanjutnya, jumlah pelanggan Excelkomindo mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dengan rata-rata 21% Telkomsel Indosat Excelkomindo Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009 Gambar 2.8 Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepon bergerak 36 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

41 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik Gambar 2.9 Distribusi Jaringan Telepon Selular dalam Rumah Tangga Indonesia, Berbeda dengan telepon tetap kabel, perkembangan telepon selular dalam rumah tangga di Indonesia dalam kurun memperlihatkan peningkatan. Rasio RT dengan telepon selular terhadap seluruh RT di Indonesia meningkat dari 24,60% pada tahun 2006 menjadi 52,60% pada tahun Hal ini juga terjadi di seluruh wilayah. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah dengan rasio tertinggi sejak tahun 2006 hingga 2008, diikuti wilayah Sumatera dan Jawa. 1,9 1,85 1,8 1,75 1,7 1,65 1,6 1,55 1,5 1,45 1,4 Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik Gambar 2.10 Distribusi kepemilikan nomor telepon selular Rumah Tangga Indonesia, Pada tahun , setiap RT Indonesia memiliki lebih dari satu nomor telepon selular (GSM/CDMA) yaitu dengan rata-rata 1,65. Kepemilikan nomor telepon selular terus meningkat, hal tersebut terjadi di RT diseluruh wilayah Indonesia. Wilayah Maluku dan Papua adalah wilayah yang mempunyai jumlah nomor telepon selular per rumah tangga tertinggi diikuti oleh pulau Kalimantan, Jawa dan sumatera. Indonesia Indonesia Communication Communication And And Information Information Technology Technology - White White Paper Paper

42 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% NAD Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Babel Bengkulu Sumsel Lampung Banten Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kaltim Kalsel Sulsel Sulbar Sulteng Sultra Sulut Gorontalo Maluku Maluku Utara Irjabar Papua Target terhadap total Desa On air terhadap total desa Pencapaian Target Sumber: POSTEL dari Telkomsel dan ICON+ ; per Juli 2010 Gambar 2.11 Sebaran Desa Berdering (USO) di seluruh propinsi di Indonesia USO (Universal Service Obligation) merupakan program penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika pedesaan. Program tersebut dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No.32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dengan tujuan mengatasi ketersediaan telekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa diseluruh Indonesia. Gambar 2.11 menunjukkan perkembangan program tersebut hingga kuartal 2 tahun Target terhadap total desa merupakan persentase jumlah desa target terhadap total desa disetiap propinsi. Desa on air merupakan desa yang sudah tersambung dengan akses telepon dan garis pada grafik menunjukkan pencapaian target yang merupakan persentase desa yang sudah on air terhadap desa target. Pada gambar tersebut terlihat bahwa perkembangan desa berdering masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan persentase pencapaian target desa berdering terhadap total desa masih sangat rendah. Keadaan tersebut juga terjadi di Kepulauan Riau dan provinsi Sumatera Selatan. 38 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010

43 Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini USO USO (Universal Service Obligation) adalah program penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika pedesaan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No.32/ PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. Program tersebut akan mengatasi ketersediaan telekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa di seluruh Indonesia. Pelaksanaan program USO akan mencakup berdering (berbasis voice) untuk desa (untuk desa berdering / berbasis suara), dan desa ibukota kecamatan (untuk desa pintar / berbasis internet). Sebagai informasi, capaian desa pintar dengan target sebanyak 4.218; September 2010 sebesar 1.400; Oktober 2010 sebesar 2.109; Nopember 2010 sebesar 4.218; dan Desember 2010 sebesar atau 136 %. Sedangkan desa berdering pada September 2010 sebesar desa; Oktober desa; Nopember desa; dan Desember desa atau 100%. Program USO ini sepenuhnya dilakukan oleh sejumlah penyelenggara telekomunikasi yang telah dinyatakan sebagai pemenang tender secara terbuka, obyektif dan transparan. USO sangat bermanfaat untuk: Memungkinkan adanya ketersediaan dan keterhubungan akses telekomunikasi bagi seluruh pelosok daerah di Indonesia, baik untuk layanan telekomunikasi berbasis suara (voice) maupun berbasis internet. Ketersediaan fasilitas dan akses telekomunikasi di seluruh daerah akan berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, investasi dan perdagangan. USO juga merupakan bentuk penyediaan fasilitas dan akses telekomunikasi juga akan berkontribusi bagi program E-Government, E-Education, E-Health dan berbagai layanan publik lainnya. Gambar 2.12 Sebaran Rencana Proyek USO Indonesia Indonesia Communication Communication And And Information Information Technology Technology - White White Paper Paper

Tren Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ICT Whitepaper

Tren Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ICT Whitepaper Tren Teknologi Informasi dan Komunikasi 2010 Indonesia ICT Whitepaper TIK dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan TIK akan menghasilkan efek berantai ke meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi Dampak TIK terhadap

Lebih terperinci

Kondisi ICT di Indonesia saat ini Indonesia ICT Whitepaper

Kondisi ICT di Indonesia saat ini Indonesia ICT Whitepaper Kondisi ICT di Indonesia saat ini 2010 Indonesia ICT Whitepaper Kapasitas Jaringan Terpasang Telekomunikasi Jumlah Pelanggan Telekomunikasi Jumlah Desa yang Memiliki Fasilitas Telepon Tetap Jumlah Desa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G DRAFT PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Yudi Herdiana, S.T, M.T. Dekan Fakultas Teknologi Informasi UNIBBA Pembekalan KKN UNIBBA, Senin 14 Agustus 2017 PENDAHULUAN Kemajuan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat

Lebih terperinci

Indonesia Economy : Challenge and Opportunity

Indonesia Economy : Challenge and Opportunity Indonesia Economy : Challenge and Opportunity NUNUNG NURYARTONO Go-Live Round Table Discussion Adelaide 7 November Outline A Fact on Indonesia Economy Problem and Challenge Opportunity Discussion 1 Indonesia

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Information and Communication Technology (ICT), dewasa ini dapat menjadi indikator

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI Gumilang Hardjakoesoema

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan LOGO NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan DR. MUHAMMAD BUDI SETIAWAN, M.ENG Direktur Jenderal SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia Jakarta, 11 December

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya bernama Departemen Penerangan (1945-1999),

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

tu a S n TELEKOMUNIKASI ia DAN INTERNET g a B

tu a S n TELEKOMUNIKASI ia DAN INTERNET g a B Bagian Satu TELEKOMUNIKASI DAN INTERNET 2 TIK 1.1 Teledensitas Dunia Gambar 1.1 : Teledensitas di 5 Belahan Dunia Tahun 2009. Sumber : International Telecommunication Union, 2009 Penetrasi telepon dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dunia berada dalam era globalisasi informasi. Ramalan Marshall McLuhan pada tahun 1960-an bahwa kehidupan dunia akan merupakan suatu kehidupan desa yang mendunia

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat DEPKOMINFO RI Sejarah berdirinya Departemen Komunikasi dan Informatika RI ( DEPKOMINFO RI ) sebagai departemen baru, berdasarkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA Pendahuluan Policy Brief PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA 1. Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal tentang pentingnya peningkatan daya saing pertanian. Di tingkat

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110., Telp/Fax.: (021) 3452841; E-mail : pelayanan@mail.kominfo.go.id DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya kesenjangan informasi (informasi gap) dan kesenjangan dijital (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk 13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI No Nomor Regulasi Nama regulasi Status Regulasi Keterkaitan Keterangan I Peraturan Pemerintah I.1 52 Tahun 2000 Penyelenggaraan Telekomunikasi Dalam proses

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Restaurant adalah salah satu industri di dunia yang berkembang dengan cepat, khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan fleksibilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk melihat pembangunan adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Mobile

Pengantar Teknologi Mobile Pengantar Teknologi Mobile Seiring dengan produktivitas manusia yang semakin meningkat dan kemajuan jaman yang sangat pesat, kebutuhan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat, mudah dan mobile

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia Telekomunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi Peningkatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal pula dengan nama Information and Communication Technology (ICT), khususnya melalui

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Alasan pengembangan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini semakin pesat dan semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu perkembangan pesat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN 2015-2019 DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Eko Kurniawan 55415120005 Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Negara Indonesia saat ini sedang mengalami pembangunan ekonomi di berbagai bidang. Keberhasilan dalam bidang perekonomian disuatu negara akan terlihat dari tingkat

Lebih terperinci

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26 KOPI, Kenyataan bahwa era globalisasi membuat jarak antara suatu daerah dengan daerah lainnya seolah kabur bahkan tak berjarak lagi serta berimplikasi pada semakin meningkatnya arus informasi yang beredar

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014 DAFTAR INFOR PUBLIK INFOR YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 24 Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta 110 Telp.: 021-345 2841; Website http://ppid.kominfo.go.id

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Analisa Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.695, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pita Frekuensi Radio 2.3Ghz. Pita Lebar Nirkabel. Netral Teknologi. RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia IT dan telekomunikasi termasuk salah satu bisnis yang masih sangat cerah di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia IT dan telekomunikasi termasuk salah satu bisnis yang masih sangat cerah di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia IT dan telekomunikasi termasuk salah satu bisnis yang masih sangat cerah di masa mendatang. Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap bangsa dan negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 14 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian dampak konvergensi media pada kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2010

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2010 KOMINFO DAFTAR INFOR PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFOR DAN DOKUMENTASI 2012 KOMINFO KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Jaringan POTS (Plain old telephone service) yang saat ini tersambung dengan kabel tembaga tidak mengahasilkan pendapatan yang signifikan bagi penyedia jaringan.

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berlangsungnya pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, maka transformasi struktural dalam perekonomian merupakan suatu proses yang tidak terhindarkan.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha telekomunikasi makin berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang digunakannya. Telekomunikasi Indonesia yang pada awalnya berupa komunikasi menggunakan

Lebih terperinci

4.1 ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX

4.1 ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX 1. Keputusan Dirjen Postel No : 119/DIRJEN/2000 tentang penggunaan bersama (sharing) pada pita frekuensi 3.4-3.7 GHz oleh dinas tetap (WLL data) dan dinas tetap satelit. Di dalam keputusan ini belum ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang sangat penting dan strategis, karena dengan telekomunikasi pemerintah dan masyarakat bisa mempercepat informasi

Lebih terperinci