DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 i POLA ASUH MAKAN DAN KESEHATAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH RIZMA ARIEFIANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ii ABSTRACT RIZMA ARIEFIANI. Feeding and Home Health Practices in Food-secure and Food-insecure Households and It s Impacts to Underfive Nutrition in Banjarnegara, Central Java Province. Under direction of HADI RIYADI. This study aimed to analyze the impacts of parenting practices (feeding and home health practices) on underfive children s nutritional status in different level of household food security. The study design was a cross-sectional study. The locations were purposively selected at the rural food insecure area in Banjarnegara (Kecamatan Pejawaran and Kecamatan Punggelan). Total samples of the study were 300 children and their families. Data on parenting practices were collected through personal interviews used questionnaire and nutritional status was calculated by using WHO-NCHS z-score. The study showed that 37.3 percent of households were categorized as very food-insecure, while 31.7 percent and 31.0 percent categorized as food-insecure and foodsecure, respectively. The average scores of feeding and home health practices among samples were categorized as low (49.0%) and middle (73.1%) respectively, and children of group very food-insecure had the lowest score of parenting practices. There was a significantly difference among the groups in the scores of sample s feeding practices. The study showed that about 86 percent of children were categorized as normal (BB/TB indicator), but there were 11.6 percent categorized as wasting, while 32.0 percent and 54.3 percent categorized as underweight and stunting, respectively. Statistical analyses showed significant difference in term of nutritional status. There was a significant correlation between child s nutritional status (BB/U and TB/U) and home health practices, and between child s nutritional status (BB/U, TB/U and BB/TB) and household food security. The study showed that child s nutritional status (TB/U) was influenced by feeding practices, home health practices, household food security and father s occupation. Keywords: underfive children, parenting practices, nutritional status, household food security

3 iii RINGKASAN RIZMA ARIEFIANI. Pola Asuh Makan dan Kesehatan pada Rumah Tangga yang Tahan dan Tidak Tahan Pangan serta Kaitannya dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari pola asuh makan dan kesehatan serta kaitannya dengan status gizi anak balita pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga anak balita dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga; (2) mengidentifikasi pola asuh makan dan kesehatan anak balita, (3) mengidentifikasi konsumsi energi dan protein anak balita, (3) mengidentifikasi status kesehatan anak balita, (4) mengidentifikasi status gizi anak balita, (5) menganalisis hubungan antara pola asuh, konsumsi pangan dan status kesehatan dengan status gizi anak balita, (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari studi Kajian Ketahanan Pangan dan Alokasi Sumberdaya Keluarga serta Keterkaitannya dengan Status Gizi dan Perkembangan Anak di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Responden adalah ibu yang memiliki anak berumur bulan, sedangkan contoh adalah anak dari responden yang pada saat pengambilan data berumur bulan. Contoh berasal dari dua kecamatan yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Punggelan. Pada setiap kecamatan, dipilih tiga desa yang sesuai dengan kondisi umum kecamatan. Setiap desa diambil 50 contoh dengan metode simple random sampling. Total contoh pada penelitian ini adalah 300 contoh (6 desa). Data primer terdiri dari karakteristik anak balita, karakteristik keluarga, tingkat ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh makan dan kesehatan, status kesehatan anak balita, antropometri anak balita dan konsumsi pangan anak balita dengan recall 2x24 jam. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor kecamatan lokasi penelitian. Data diolah dengan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 13.0 for Windows. Analisis statistik yang dilakukan, yaitu uji ANOVA, uji Spearman dan uji Regresi Logistik dengan metode Backward Wald. Sebagian besar (59.3%) keluarga anak balita merupakan keluarga kecil ( 4 orang). Orangtua anak balita masih dalam usia produktif, yaitu rata-rata 34.7 tahun untuk ayah dan 30.0 tahun untuk ibu. Rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu adalah 6.4 tahun dan 6.8 tahun atau setara dengan lulusan SD. Sebagian besar ayah (52.9%) bekerja sebagai petani/peternak/berkebun, sedangkan ibu (45.7%) tidak bekerja (ibu rumah tangga). Berdasarkan kategori BPS (Rp /kap/hari), keluarga anak balita yang miskin sebanyak 39.0 persen. Jumlah keluarga miskin di Kecamatan Pejawaran lebih banyak daripada Kecamatan Punggelan. Akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi dan kesehatan pada umumnya baik dengan rata-rata skor sebesar 81.2 persen, sedangkan pengetahuan gizi ibu tergolong kurang dengan rata-rata skor sebesar 44.1 persen. Sebagian besar (37.3%) rumah tangga tergolong sangat tidak tahan pangan (TKE <70%) berdasarkan cut off point jumlah kalori rumah tangga. Jumlah rumah tangga sangat tidak tahan pangan di Kecamatan Pejawaran lebih banyak daripada Kecamatan Punggelan.

4 Pola asuh makan anak balita pada umumnya tergolong kurang dengan rata-rata skor sebesar 49.0 persen, sedangkan pola asuh kesehatan anak balita tergolong sedang dengan rata-rata skor sebesar 73.1 persen. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata skor pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan (44.9% dan 72.1%) paling rendah dibandingkan rumah tangga tidak tahan pangan (50.8% dan 73.0%) dan rumah tangga tahan pangan (51.9% dan 74.4%). Hal ini berarti pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada rumah tangga tahan pangan lebih baik daripada rumah tangga tidak tahan pangan. Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara pola asuh makan balita (p<0.05), namun tidak ada perbedaan yang nyata pola asuh kesehatan (p>0.05) pada ketiga kelompok rumah tangga. Konsumsi energi dan protein anak balita meningkat seiring dengan meningkatkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Rata-rata konsumsi energi dan protein anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan (874 kkal dan 22.4 g) paling rendah dibandingkan rumah tangga tidak tahan pangan (973 kkal dan 25.8 g) dan rumah tangga tahan pangan (1098 kkal dan 25.8 g). Berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein, ditemukan lebih dari 30.0 persen anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan dan tidak tahan pangan yang mengalami defisit energi dan protein tingkat berat (<70%). Hal ini diduga berkaitan dengan pola asuh makan yang kurang baik, sehingga anak balita cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan yang rendah zat gizi daripada makanan di rumah. Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara konsumsi energi (p<0.01) dan protein (p<0.01) anak balita pada ketiga kelompok rumah tangga. Pada umumnya (81.3%) anak balita pernah mengalami sakit dengan frekuensi sakit sebanyak 3 kali (49.2%) dan selama >14 hari sakit (38.1%) dalam tiga bulan terakhir. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah panas/demam (67.2%). Uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara frekuensi sakit (p>0.05) dan lama sakit (p>0.05) anak balita pada ketiga kelompok rumah tangga. Prevalensi anak balita underweight dan stunting sebesar 32.0 persen dan 54.3 persen, sehingga masalah kesehatan masyarakat di daerah penelitian tergolong sangat tinggi. Prevalensi anak balita wasting sebesar 11.6 persen, sehingga masalah kesehatan masyarakat di daerah penelitian tergolong tinggi. Jika dilihat berdasarkan kelompok rumah tangga, prevalensi anak balita underweight dan stunting pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan (47.3% dan 67.0%) paling tinggi dibandingkan rumah tangga tidak tahan pangan (42.1% dan 56.8%) dan rumah tangga tahan pangan (3.3% dan 36.6%). Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara status gizi anak balita indeks BB/U, TB/U dan BB/TB (p<0.01) pada ketiga kelompok rumah tangga. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa status gizi (BB/U dan TB/U) berhubungan nyata dengan pola asuh kesehatan (p<0.05 dan p<0.01), namun status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB) tidak berhubungan nyata dengan pola asuh makan (p>0.05), tingkat kecukupan energi dan protein (p>0.05), serta frekuensi sakit dan lama sakit (p>0.05). Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi malnutrisi global (BB/U) adalah pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan gizi ibu, ketahanan pangan rumah tangga dan tingkat kecukupan protein anak balita; faktor-faktor yang mempengaruhi malnutrisi kronik (TB/U) adalah pekerjaan ayah, ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan; faktor-faktor yang mempengaruhi malnutrisi akut (BB/TB) adalah usia ibu, pekerjaan ayah, status sosial ekonomi keluarga, ketahanan pangan rumah tangga dan tingkat kecukupan energi anak balita. iv

5 v POLA ASUH MAKAN DAN KESEHATAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH RIZMA ARIEFIANI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

6 vi Judul Skripsi : Pola Asuh Makan dan Kesehatan pada Rumah Tangga yang Tahan dan Tidak Tahan Pangan serta Kaitannya dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Nama : Rizma Ariefiani NIM : I Disetujui : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. NIP Diketahui : Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP Tanggal Lulus:

7 vii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pola Asuh Makan dan Kesehatan pada Rumah Tangga yang Tahan dan Tidak Tahan Pangan serta Kaitannya dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, kritik dan saran, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku Dosen Penguji dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku Dosen Pemandu Seminar, yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi. 3. Dr. Ir. Drajat Martianto, MS, yang telah mengizinkan penulis untuk ikut serta dalam penelitian dan membimbing penulis selama penulisan skripsi. 4. Dr. Rimbawan selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membantu penulis dalam perkuliahan awal semester. 5. Orangtua tercinta, Arief Lutfi dan Indriani, atas kasih sayang, doa serta dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. 6. Sahabat-sahabat penulis (Nyit, Yani Ji dan Bang Iwan), atas bantuan, doa, semangat dan kenangan yang diberikan selama masa perkuliahan. 7. Asisten penelitian (Teh Medina, Mba Yuli, Kak Aqsa, dan Kak Aris), atas bantuannya; teman-teman penelitian (Esta, Dede, Rama, Nuy, Chandry, Endah, dan Dinda), atas dukungan dan kerjasamanya; teman-teman GMSK (40 dan 41), GM (42, 43 dan 44), kelas A23 TPB (2005) dan asrama A3 kamar 368 (2005), atas dukungan, semangat dan keceriaan yang diberikan; serta seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga skrispsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Agustus 2009 Rizma Ariefiani

8 viii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1987 sebagai anak tunggal dari pasangan Arief Lutfi dan Indriani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SD Negeri Manggarai 01 Pagi Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 115 Jakarta hingga tamat pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMU Negeri 68 Jakarta dan tamat pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Setelah satu tahun menjalani masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dengan Minor Teknologi Pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Semasa kuliah, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI), staf Divisi Infokom Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) periode 2006/2007 dan sekretaris Divisi Infokom Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI) periode 2007/2008. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan, diantaranya MPD OTAG (2007), MPF HERO (2007), IFOODEX (2007), E SPENT (2008) dan FUNNY FAIR (2008). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu, Kecamatan Sawangan, Kota Depok pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2008 dan Internship Dietetika (ID) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor pada bulan Februari sampai dengan Maret Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.

9 ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Ketahanan Pangan Rumah Tangga... 4 Karakteristik Keluarga... 5 Besar Keluarga... 5 Umur Orangtua... 5 Pendidikan Orangtua... 6 Pekerjaan Orangtua... 6 Status Sosial Ekonomi Keluarga... 6 Pengetahuan Gizi dan Akses Ibu terhadap Informasi Gizi dan Kesehatan. 7 Pola Pengasuhan Anak Balita... 8 Pola Asuh Makan... 8 Pola Asuh Kesehatan Konsumsi Pangan Anak Balita Status Kesehatan Anak Balita Status Gizi Anak Balita KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Banjarnegara Kecamatan Pejawaran Kecamatan Punggelan Karakteristik Anak Balita Karakteristik Keluarga Besar keluarga Umur Orangtua Pendidikan Orangtua Pekerjaan Orangtua Status Sosial Ekonomi Keluarga Akses Ibu terhadap Informasi dan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pengetahuan Gizi Ibu Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pola Pengasuhan Anak Balita Pola Asuh Makan... 39

10 x Pola Asuh Kesehatan Konsumsi Pangan Anak Balita Status Kesehatan Anak Balita Status Gizi Anak Balita Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Hubungan Antara Pola Asuh, Konsumsi Pangan dan Status Kesehatan dengan Status Gizi Anak Balita Hubungan Pola Asuh Makan dan Kesehatan dengan Status Gizi Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Hubungan Frekuensi Sakit dan Lama Sakit dengan Status Gizi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

11 xi DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman 1 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak Klasifikasi masalah gizi berdasarkan prevalensi underweight, stunting Jenis dan cara pengumpulan data primer Kategori status gizi berdasarkan baku WHO-NCHS Sebaran status gizi anak balita di Kecamatan Pejawaran, Kecamatan Punggelan dan Kabupaten Banjarnegara Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Desa Pejawaran, Desa Sidengok dan Desa Giritirta Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Desa Punggelan, Desa Karangsari dan Desa Kecepit Jumlah keluarga di Desa Punggelan, Desa Karangsari dan Desa Kecepit menurut tingkat kesejahteraannya Sebaran anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin Sebaran jumlah anggota keluarga anak balita Sebaran umur ayah dan ibu pada keluarga anak balita Sebaran tingkat pendidikan ayah dan ibu pada keluarga anak balita Sebaran pekerjaan ayah dan ibu pada keluarga anak balita Sebaran alokasi pengeluaran pada keluarga anak balita Sebaran keluarga anak balita berdasarkan kategori kemiskinan BPS Sebaran ibu berdasarkan akses terhadap informasi dan pelayanan gizi dan kesehatan pada keluarga anak balita Sebaran ibu berdasarkan tingkat pengetahuan gizi pada keluarga anak balita Sebaran tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan keragaan riwayat menyusui dan penyapihan Sebaran anak balita berdasarkan keragaan praktek pemberian makan Sebaran anak balita berdasarkan pola asuh makan pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan keragaan pola asuh kesehatan preventif Sebaran anak balita berdasarkan pola asuh kesehatan pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga... 44

12 xii 24 Sebaran anak balita berdasarkan konsumsi energi dan protein pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan status sakit dalam tiga bulan terakhir pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan jenis penyakit dalam tiga bulan terakhir pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan frekuensi sakit dalam tiga bulan terakhir pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan lama sakit dalam tiga bulan terakhir pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan status gizi (BB/U) pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan status gizi (TB/U) pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan status gizi (BB/TB) pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran anak balita berdasarkan pola asuh dan status gizi Sebaran anak balita berdasarkan kecukupan zat gizi dan status gizi Sebaran anak balita berdasarkan status kesehatan dan status gizi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malnutrisi... 56

13 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Halaman 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita Cara pemilihan contoh Sebaran anak balita berdasarkan z-skor indeks BB/U Sebaran anak balita berdasarkan z-skor indeks TB/U Sebaran anak balita berdasarkan z-skor indeks BB/TB... 52

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Halaman 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi dan kesehatan pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan pengetahuan gizi ibu pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan pola asuh makan pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga contoh berdasarkan keragaan pola asuh kesehatan pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga Hasil uji ANOVA variabel penelitian Hasil uji Spearman variabel penelitian Hasil uji Regresi Logistik variabel penelitian... 76

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada akhir tahun 1990-an hingga sekarang telah membawa dampak negatif terhadap kemiskinan, ketahanan pangan dan status gizi masyarakat (Tabor, Soekirman & Martianto 2000). BPS mencatat angka kemiskinan pada tahun 2008 mencapai juta orang atau persen jumlah penduduk Indonesia. Kemiskinan tidak hanya menurunkan daya beli masyarakat termasuk daya beli makanan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, tetapi juga ketersediaan bahan makanan dan barang kebutuhan pokok lainnya. Semakin miskin suatu keluarga, semakin rendah kemampuan pembelian pangannya (UNICEF 2001 dalam Martianto et al. 2008). Pada saat tingkat pendapatan mendekati suatu titik dimana rumah tangga tidak mampu membeli kebutuhan pangan, maka ketahanan pangan dan status gizi kelompok rawan akan terganggu. Salah satu akibat langsung dari penurunan daya beli masyarakat akan pangan adalah meningkatnya prevalensi kurang gizi, terutama pada anak balita. Data Departemen Kesehatan tahun 2007 memperlihatkan 4 juta anak balita Indonesia mengalami kurang gizi dan 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Jika ditinjau dari tinggi badan, diketahui sebanyak 25.8 persen anak balita Indonesia memiliki tubuh pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan (Khomsan 2008). Keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak menentukan kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya faktor gizi, kesehatan dan praktek pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain (Briawan & Herawati 2005). Hasil studi Akmal (2004) menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan baik memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Anak balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Sukarni (1994) menyebutkan beberapa alasan yang memperkuat pernyataan tersebut, antara lain status imunisasi, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan yang pesat dan kelangsungan hidup anak balita sangat tergantung pada penduduk dewasa, terutama keluarga. Keluarga merupakan unit sosial pertama yang bertanggung

16 2 jawab terhadap proses perkembangan individu. Sebagai orang terdekat, ibu sangat berperan dalam pengasuhan anak. Pemberian makan (feeding) dan perawatan (caring) ibu dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, baik secara positif maupun negatif (Fitriana, Hartoyo & Nasoetion 2007). Menurut Satoto (1990), faktor yang cukup dominan terhadap meluasnya keadaan gizi kurang adalah perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak balita. Selain itu, perawatan kesehatan anak balita juga perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena anak belum mampu merawat diri sendiri, kondisi fisik masih lemah dan sangat peka terhadap serangan penyakit. Anak yang tidak terawat, baik fisik maupun makanannya, beresiko tinggi menderita gizi kurang. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banjarnegara meningkat 7.62 persen dalam kurun waktu lima tahun. Penduduk miskin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2001 tercatat kepala keluarga (KK) yang setara dengan persen jumlah penduduk dan meningkat menjadi KK atau persen pada tahun Kemiskinan mengakibatkan puluhan ribu penduduk di 89 desa di Kabupaten Banjarnegara mengalami rawan pangan dan ribuan lainnya mengalami krisis pangan (Kompas Cyber Media 2006). Peta Kerawanan Pangan tahun 2007 menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah resiko tinggi rawan pangan. Kerawanan pangan memberi konsekuensi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan masyarakat. Indikator utama memburuknya keadaan gizi dan kesehatan adalah meningkatnya kasus gizi buruk di masyarakat (Sandjaja 2000). Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara (2008) melaporkan bahwa jumlah kasus gizi buruk (BB/TB) pada anak balita di Kabupaten Banjarnegara meningkat dari 15 kasus pada bulan Januari menjadi 54 kasus pada bulan Desember tahun Peningkatan jumlah anak balita gizi buruk sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan hilangnya satu generasi (lost generation). Mempertimbangkan situasi yang disebutkan di atas, merupakan hal yang menarik untuk mengetahui bagaimana ketidaktahanan pangan rumah tangga akan memberikan pengaruh terhadap pola asuh dan status gizi anak balita, khususnya yang berusia bulan, di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

17 3 Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola asuh makan dan kesehatan serta kaitannya dengan status gizi anak balita pada berbagai tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga anak balita dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. 2. Mengidentifikasi pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan, tidak tahan pangan dan tahan pangan. 3. Mengidentifikasi konsumsi energi dan protein anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan, tidak tahan pangan dan tahan pangan. 4. Mengidentifikasi status kesehatan anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan, tidak tahan pangan dan tahan pangan. 5. Mengidentifikasi status gizi anak balita pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan, tidak tahan pangan dan tahan pangan. 6. Menganalisis hubungan antara pola asuh, konsumsi pangan dan status kesehatan dengan status gizi anak balita. 7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tambahan dalam hal pola pengasuhan dan status gizi anak balita, serta berguna bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dan praktek pengasuhan yang tepat bagi anak di wilayah penelitian ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian keluarga lebih lanjut dan memperkaya literatur tentang keluarga, terutama yang berkaitan dengan pola pengasuhan dan status gizi anak balita.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumah Tangga Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah suatu keadaan dimana setiap rumah tangga mempunyai akses terhadap makanan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu gizinya. Engle, Menon dan Haddad (1997) mengemukakan bahwa pada tingkat rumah tangga, ketahanan pangan ditentukan oleh kemampuan rumah tangga untuk mengelola dan mengalokasikan pendapatan untuk makanan bagi seluruh anggotanya, budaya serta kebiasaan makannya. Ketahanan pangan rumah tangga juga terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Soekirman 2000). Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting untuk dipantau secara terus menerus karena masih banyak rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan. Suryana (2004) menemukan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami defisit energi dan protein dibawah standar kecukupan yang direkomendasikan (2000 kkal dan 52 g protein per kapita per hari). Kelompok defisit energi ini pada tahun 2003 mencapai juta jiwa dan 81.5 juta jiwa diantaranya juga disertai dengan defisit protein. Ketidaktahanan pangan rumah tangga dapat berdampak buruk pada status gizi anak balita. Ketidaktahanan pangan di tingkat rumah tangga umumnya disebabkan oleh kurangnya kesempatan memperoleh pendapatan yang mencukupi serta tingginya harga pangan. Jumlah orang miskin mencerminkan kelompok yang tidak memperoleh pendapatan dalam jumlah cukup. Semakin besar jumlah orang miskin, semakin rendah akses terhadap pangan dan semakin tinggi derajat kerawanan pangan di daerah tersebut (Deptan RI 2002). Pengklasifikasian ketahanan pangan rumah tangga kedalam tahan pangan (food secure) dan tidak tahan pangan (food insecure) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Pengukuran yang paling umum digunakan adalah pengukuran dengan indikator out put, yaitu konsumsi pangan (intake energi) atau status gizi individu, khususnya wanita hamil dan balita (Masithah 2002). Rumah tangga disebut tidak tahan pangan, jika intake energi atau status gizi lebih rendah dari cut off point (kebutuhan minimum). Tujuh puluh persen dari kebutuhan energi biasanya digunakan sebagai cut off point untuk konsumsi pangan (Zeitlin & Brown 1990).

19 5 Karakteristik Keluarga Keluarga adalah satuan terkecil dari masyarakat yang sekurangkurangnya terdiri dari orangtua dan anak. Orangtua, khususnya ibu, sebagai pengasuh dan pendidik anak dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak (Suhardjo 1989). Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal pengasuhan anak. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh karakteristik yang khas bagi keluarga tersebut, meliputi besar keluarga, umur orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, status sosial ekonomi keluarga, serta pengetahuan gizi dan akses ibu terhadap informasi gizi dan kesehatan. Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Menurut Cahyaningsih (1999) dalam Akmal (2004), besar keluarga akan mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak. Semakin besar suatu keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orangtua. Jika jarak anak pertama dengan yang kedua kurang dari satu tahun maka perhatian ibu terhadap pengasuhan kepada anak yang pertama akan berkurang setelah kedatangan anak berikutnya, padahal anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus (Sukarni 1994). Besar keluarga mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran pangan rumah tangga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran pangan menurun seiring dengan peningkatan besar keluarga. Menurut Suhardjo (2003), terdapat pengaruh antara laju kelahiran dan keadaan gizi keluarga pada masyarakat miskin. Keluarga akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit. Anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Umur Orangtua Orangtua, terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak, sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orangtua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998).

20 6 Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua merupakan aspek yang mempengaruhi keefektifan komunikasi dalam keluarga. Pendidikan orangtua secara tidak langsung akan mempengaruhi komunikasinya dengan anak, diantaranya berkaitan dengan pola asuh. Orangtua yang berpendidikan rendah mungkin hanya sedikit pengetahuannya tentang kesehatan dan perkembangan anak, sehingga pengasuhan anak hanya sekedar mengikuti orangtuanya yang terdahulu atau para tetangga. Latar belakang pendidikan ibu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga, termasuk dalam hal konsumsi pangan keluarga seharihari. Tingkat pendidikan ibu juga menentukan aksesnya kepada pengasuhan yang tepat dan akses ke sarana kesehatan (Engle, Menon & Haddad 1997). Hasil penelitian Madanijah (2003) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain, seperti kesehatan. Ibu dengan pendapatan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki akses terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan gizi, seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, sehingga beresiko tinggi memiliki anak yang kurang gizi (Sukarni 1994). Pada masyarakat tradisional, biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah, melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurut Satoto (1990), ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak. Ibu yang bekerja di luar rumah akan menaikkan nilai sosialnya, namun pada saat yang sama ibu yang bekerja mengakibatkan menurunnya kesehatan anak-anak. Status Sosial Ekonomi Keluarga Perbedaan tingkat ekonomi keluarga menyebabkan adanya perbedaan nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola pengasuhan orangtua terhadap anaknya. Semakin otoriter pengasuhan anak, semakin besar kemungkinan anak untuk tidak patuh (Hurlock

21 7 1998). Pada umumnya sifat pola asuh yang lebih otoritarian dijumpai pada keluarga dengan kondisi ekonomi rendah dan pada anak-anak yang tinggal di pedesaan (Briawan & Herawati 2005). Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga, baik pangan maupun nonpangan selama satu tahun terakhir. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan cenderung lebih dominan daripada kebutuhan nonpangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka pengeluaran untuk nonpangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi (Husaini et al. 2000). Hal ini sesuai dengan Hukum Engel bahwa semakin tinggi pendapatan maka persentase pendapatan yang dikeluarkan untuk pangan semakin kecil. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan keadaan status gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang. Kondisi ini akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga (Riyadi et al. 1990). Pengetahuan Gizi dan Akses Ibu terhadap Informasi Gizi dan Kesehatan Pengetahuan gizi merupakan penyebab berbagai masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Penelitian Sandjaja (2000) tentang penyimpangan positif (positive deviance) status gizi anak balita dan faktor-faktor yang berpengaruh memperoleh hasil bahwa pengetahuan gizi ibu tentang sumber vitamin dan mineral berperan nyata terhadap resiko terjadinya gizi kurang pada balita di Kabupaten Sukabumi dan Gunung Kidul. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi melalui cara pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutu daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. Namun, tingkat pendidikan umum ibu yang lebih tinggi tanpa disertai dengan pengetahuan di bidang gizi ternyata tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan untuk keluarga (Riyadi et al. 1990). Selanjutnya, Sediaoetama (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi ibu akan semakin baik pula susunan menu keluarga. Hal ini

22 8 dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga. Kurangnya kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri merupakan hambatan bagi ibu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh anak (Satoto 1990). Selain pengetahuan gizi, akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu untuk merawat anaknya lebih baik. Berbagai informasi gizi dan kesehatan dapat diperoleh dengan melihat atau mendengar sendiri, melalui alat-alat komunikasi seperti membaca surat kabar/majalah, mendengarkan siaran radio, menyaksikan siaran televisi atau melalui penyuluhan (Engle, Menon & Haddad 1997). Pola Pengasuhan Anak Balita Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, dan memberikan kasih sayang. Hal tersebut seluruhnya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, sifat pekerjaan seharihari, dan sebagainya (Soekirman 2000). Kejadian gizi kurang pada anak sangat ditentukan oleh praktek pengasuhan dalam keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Zeitlin et al. (1991) menunjukkan bahwa keluarga berpendapatan rendah dapat memiliki anak sehat dan bergizi baik bila ibu memberikan pengasuhan yang memadai dan tepat. Penelitian juga membuktikan bahwa kualitas pengasuhan yang diberikan ibu mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang anak (Engle, Menon & Haddad 1997). Pola Asuh Makan Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kualitas makanan dan gizi yang dikonsumsi. Sementara itu, kualitas makanan dan gizi sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan oleh keluarga. Karyadi (1985) mendefinisikan pola asuh makan sebagai praktek-praktek pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan. Anak balita merupakan konsumen pasif yang sangat bergantung pada orangtuanya, terutama ibu, dalam menerima apa yang dikonsumsi. Sebagai gate keeper, yaitu orang yang menentukan bahan makanan yang dibeli dan bagaimana bahan makanan tersebut disiapkan, ibu sangat berperan dalam

23 9 menentukan keadaan gizi anak (Karyadi 1985). Perilaku konsumsi yang salah menyebabkan rendahnya konsumsi pangan dan mempengaruhi status gizi anak. Menurut Gable dan Lutz (2000), terdapat tiga bentuk gaya pengasuhan makan yang diterapkan orangtua kepada anaknya, yaitu otoriter, permisif dan demokratis. Gaya pengasuhan otoriter berarti orangtua menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak, sehingga membatasi pilihan dan preferensi pangan anak. Gaya pengasuhan makan permisif berarti anak dapat menentukan sendiri makanan yang dikonsumsi, baik jenis maupun jumlah makanan. Gaya pengasuhan makan demokratis berarti anak dan orangtua secara bersama-sama menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak dimana orangtua mengawasi makanan yang disajikan dan anak menentukan sendiri jumlah makanan yang dikonsumsi. Riwayat Menyusui dan Penyapihan Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan, karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan yang sangat pesat (Sediaoetama 2006). Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah ASI (Air Susu Ibu). ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, tidak ada susu buatan manusia yang dapat memberikan perlindungan kekebalan tubuh bayi seperti kolostrum (Krisnatuti & Yenrina 2000). Titiek dan Budiarso (1998) dalam Purwandani (2005) menerangkan bahwa pola pemberian ASI yang dianjurkan, yaitu pemberian ASI segera setengah jam setelah bayi lahir, kemudian pemberian ASI saja sampai bayi berumur 4-6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian ASI dilanjutkan dengan frekuensi sesuai dengan kehendak bayi hingga berumur sekitar dua tahun (Suhardjo 1989). Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak juga harus benar. Menurut Krisnatuti dan Yenrina (2000), pemberian makanan pada bayi terlalu dini akan menimbulkan gangguan kesehatan, seperti sakit perut, diare, sembelit, infeksi, kurang darah, alergi, dan sulit tidur pada malam hari. Sebaliknya, pemberian makanan yang terlambat akan menghambat pertumbuhan bayi. Bayi berumur 4-6 bulan telah siap menerima makanan setengah padat, yang disebut dengan masa penyapihan. Penyapihan berarti suatu proses dimana bayi secara perlahan-lahan dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Malnutrisi sering terjadi pada masa ini karena banyak keluarga yang tidak

24 10 mengerti kebutuhan khusus bayi dan cara membuat MP-ASI yang bergizi. MP- ASI sebaiknya mengandung energi dan protein tinggi, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, serta dapat diproduksi dari bahan pangan lokal (Muchtadi 2002). Praktek Pemberian Makan Sejak dilahirkan dan dilanjutkan hingga beberapa tahun, makanan anakanak tergantung pada orang lain, terutama keluarga. Kondisi lingkungan keluarga akan menentukan kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap jenis makanan tertentu. Menurut Anwar (1989), makanan yang dikonsumsi anakanak harus berupa sumber yang baik dan sekurang-kurangnya mengandung lima macam zat gizi utama dalam jumlah yang cukup. Penyelenggaraan makan untuk anak, yaitu dalam hal keindahan dan variasi hidangan, juga perlu diperhatikan agar tampak menarik bagi anak. Selain itu, orangtua seharusnya memberikan pujian ketika anak berhasil menghabiskan makanannya. Anak-anak usia prasekolah sering mengalami fase sulit makan. Penyediaan makanan dalam jumlah yang cukup dan beraneka ragam jenisnya belum menjamin akan dikonsumsi oleh anak. Penurunan nafsu makan anak disebabkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan dan sebagian anak sudah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan tidak disukai. Jika masalah makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, karena jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke dalam tubuhnya berkurang (Khomsan 2004). Konsumsi pangan anak dapat dipengaruhi oleh orang dewasa dalam keluarga. Menurut Engle, Menon dan Haddad (1997), praktek pengasuhan makan terdiri dari pemberian makan yang sesuai umur dan kemampuan anak, kepekaan ibu atau pengasuh mengetahui waktu makan anak dan menumbuhkan nafsu makan anak, serta menciptakan situasi makan yang baik, seperti memberi rasa nyaman saat makan. Hasil penelitian Ogunba (2006) menyebutkan bahwa perilaku ibu yang benar selama memberi makan akan meningkatkan konsumsi pangan anak dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi anak. Pola Asuh Kesehatan Pola asuh kesehatan adalah cara dan kebiasaan orangtua atau keluarga melayani kebutuhan kesehatan anak balita. Engle, Menon dan Haddad (1997) mengemukakan bahwa salah satu pola asuh yang berhubungan dengan kesehatan dan status gizi anak balita adalah pola asuh kesehatan. Pola asuh ini

25 11 meliputi perawatan kesehatan yang sifatnya preventif, seperti pemberian imunisasi maupun perawatan ibu ketika anak sakit. Bayi dan anak merupakan individu pasif, sehingga perawatan kesehatannya merupakan tanggung jawab individu dewasa di sekitarnya, terutama orangtuanya. Menurut Satoto (1990), pola asuh kesehatan yang diterapkan pada anak balita perlu dilakukan secara sungguh-sungguh karena anak belum mampu merawat diri sendiri, kondisi fisik masih lemah dan sangat peka terhadap serangan penyakit. Perawatan kesehatan anak balita akan mempengaruhi status kesehatannya. Anak balita yang tidak terawat dengan baik akan mudah terserang penyakit. Perawatan Kesehatan Preventif Anak-anak membutuhkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh secara terus-menerus. Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah tercapainya kenaikan pertumbuhan yang memadai, bukan hanya sekedar mencegah kurang gizi (Sukarni 1994). Joshi (1994) dalam Engle, Menon dan Haddad (1997) mengemukakan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Kenaikan berat badan setiap bulan adalah indikator kesehatan anak yang paling peka. Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang memungkinkan dilakukannya pengamatan yang terarah dan sederhana terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak. KMS harus disimpan oleh ibu di rumah dan selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter (Sukarni 1994). Pemberian imunisasi secara lengkap kepada anak dapat mempengaruhi status gizinya secara positif karena tubuh akan memiliki daya tahan terhadap penyakit-penyakit berbahaya, yang seringkali dapat mengakibatkan cacat atau kematian. Setiap tahun terdapat 1.7 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang sudah tersedia. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi terhadap penyakit. Anak yang telah berumur satu tahun seyogyanya telah mendapatkan imunisasi lengkap, yaitu BCG, Polio tiga kali, DPT tiga kali, dan campak (Anonim 2009). Praktek Higiene Anak Balita Range et al. (1997) dalam Yulia (2008) menyatakan bahwa pola asuh kesehatan tidak terlepas dari praktek hidup bersih yang diterapkan oleh ibu.

26 12 Kebersihan adalah faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Menurut Depkes RI (1997), anak harus dapat belajar menjaga kesehatannya sendiri sejak dini, antara lain memotong kuku setiap minggu dan menjaga kebersihannya, menggosok gigi dua kali sehari, mandi dengan sabun dua kali sehari, mencuci rambut (keramas), mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah, dan sebagainya. Pola asuh kesehatan anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Hasil penelitian di Ghana yang dilakukan oleh Klemesu dan Margaret (2000) mengungkapkan bahwa pendidikan yang dimiliki ibu sangat berhubungan dengan pola asuh kesehatan. Ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi memiliki skor praktek hidup bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih rendah. Konsumsi Pangan Anak Balita Pangan adalah kebutuhan pokok manusia, yang menurut Maslow menduduki peringkat pertama dari kebutuhan lainnya. Setiap individu membutuhkan pangan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, layak, aman dikonsumsi, dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau (Khomsan 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2002), konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Mengkonsumsi pangan tidak hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga untuk kecerdasan dan kemampuan fisik tubuh. Kebutuhan pangan harus dipenuhi dalam jumlah yang cukup karena kekurangan atau kelebihan pangan akan berdampak negatif terhadap kesehatan. Konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, pengeluaran uang untuk keperluan rumah tangga, pengetahuan gizi, dan ketersediaan pangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin sangat rawan terhadap gizi kurang. Anak-anak tersebut cenderung mengkonsumsi energi dan protein lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya (Khomsan 2003). Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya makanan yang

27 13 dikonsumsi anak tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004). Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi kalori dan protein. Kebutuhan kalori biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur, dan susu (Hardinsyah & Martianto 1992). Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG adalah kebutuhan (Estimated Average Requirement). Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan AKG tahun 2004, yang disajikan pada Tabel 1. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya. Tabel 1 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak Golongan Usia Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) 0-6 bulan bulan tahun tahun tahun Sumber: Hardinsyah dan Tambunan (2004) AKE (Kal/ Kap/ Hari) AKP (g/ Kap/ Hari) Metode recall merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menilai konsumsi pangan individu. Responden diminta untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan beserta jenis pangan penyusunnya 24 jam yang lalu. Jumlah makanan yang dicatat biasanya dalam bentuk masak yang dinyatakan dalam ukuran rumah tangga (URT), kemudian dikonversikan dalam satuan berat. Kelebihan metode ini adalah murah serta hemat waktu dan kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan daya ingat seseorang serta tergantung dari keahlian pencacatan enumerator (Kusharto & Sa diyyah 2007). Status Kesehatan Anak Balita Menurut King dan Burgess (1995) dalam Masithah (2002), gizi kurang pada anak balita akan berpengaruh pada kurangnya energi serta daya tahan dan imunitas terhadap infeksi. Rendahnya daya tahan dan imunitas terhadap infeksi

28 14 pada anak yang kurang gizi menyebabkan anak lebih mudah sakit. Pelletier et al. (1995) menyimpulkan bahwa lebih dari setengah kematian bayi disebabkan oleh kurang gizi yang berkaitan dengan penyakit infeksi (Yoon et al. 1997). Anak balita biasanya memperoleh berbagai infeksi, khususnya ketika usia 6 bulan hingga 3 tahun, diantaranya batuk dan pilek, malaria dan campak. Infeksi menyebabkan kurang gizi karena mengurangi konsumsi pangan sementara kebutuhan zat gizi tubuh meningkat. Anak balita kurang gizi membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dari penyakitnya daripada anak yang bergizi normal (King & Burgess 1995 dalam Masithah 2002). Anak balita yang kurang gizi jauh lebih mudah terkena diare daripada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Hal ini disebabkan anak balita harus menciptakan kekebalan terhadap bermacam-macam organisme pada saat mereka juga sedang membutuhkan banyak bahan makanan untuk pertumbuhan (Sukarni 1994). Anak-anak yang mengalami kurang gizi akan menderita diare selama 3 hari, batuk selama 4 hari dan demam selama 3 hari setiap bulan, sehingga dalam sebulan anak akan sakit selama 10 hari. Kurang gizi pada anak balita berhubungan dengan peningkatan persen kejadian diare dan persen lamanya diare (McGuire & Austin 1987 dalam Masithah 2002). Status Gizi Anak Balita Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana anak memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orangtua dan lingkungannya. Disamping itu, anak balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Santoso & Lies 2004). Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Riyadi (2001) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbtion) dan penggunaan (utilization) zat gizi. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak. Anak balita merupakan salah satu kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi makro, terutama Kurang Energi Protein (KEP). Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai dengan dua macam sindrom yang jelas, yaitu Kwashiorkor karena kurang konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein. Kwarsiorkor

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumah Tangga 4 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumah Tangga Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah suatu keadaan dimana setiap rumah tangga mempunyai akses terhadap makanan

Lebih terperinci

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Feeding Practices in Food-secure and Food-insecure Households

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara merupakan satu dari 29 kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomi, Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga 20 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga Konsep ketahanan pangan menurut World Food Conference on Human Rights 1993 dan World Food Summit 1996 memiliki arti setiap orang pada setiap saat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

FOOD COPING STRATEGY RUMAH TANGGA YANG TINGGAL DI WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH

FOOD COPING STRATEGY RUMAH TANGGA YANG TINGGAL DI WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH i FOOD COPING STRATEGY RUMAH TANGGA YANG TINGGAL DI WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH NUR SEPSIYANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d² 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 30 TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA, KONDISI LINGKUNGAN, MORBIDITAS, DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA RUMAHTANGGA DI DAERAH RAWAN PANGAN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH ESTA TSANIA SOBLIA

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS POLA KONSUMSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Oleh : SUCI PUJIYANTI A54104040 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3):

Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SERTA PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI ZAT GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI (The Effect of Breastfeeding, Nutrition Consumption, and Completeness of Healthy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola* HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Labuhan Deli terletak di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah + 4,50 km 2 dengan jarak antara Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0. METODE PENELITIAN Desain Penelitian, Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilakukan pada bulan Agustusi 2012. Desain penelitian

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan dicapai, meningkatnya

Lebih terperinci

POLA ASUH MAKAN DAN KESEHATAN ANAK BALITA PADA KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PANGALENGAN 1 Cica Yulia 2, Euis Sunarti 3, Katrin Roosita 4

POLA ASUH MAKAN DAN KESEHATAN ANAK BALITA PADA KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PANGALENGAN 1 Cica Yulia 2, Euis Sunarti 3, Katrin Roosita 4 POLA ASUH MAKAN DAN KESEHATAN ANAK BALITA PADA KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PANGALENGAN 1 Cica Yulia 2, Euis Sunarti 3, Katrin Roosita 4 PENDAHULUAN Anak merupakan kelompok individu yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI) 28 METODOLOGI Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang berasal dari berbagai instansi terkait. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH

GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH Siti Maryam 1, Fadli A. Gani 2 1 Dosen Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

(STUDI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK) SKRIPSI. Oleh: Ika Fransischasari NIM

(STUDI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK) SKRIPSI. Oleh: Ika Fransischasari NIM HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DENGAN K E J A D I A N P E N Y A K I T I N F E K S I ( D I A R E ) S E R T A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA BALITA (STUDI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN TRENGGALEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RENA NINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita PERAN KELUARGA PRASEJAHTERA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA DEPOK KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG 7 Cipto Roso ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci