FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA. Kata kunci : fungsi, city walk, jalur pedestrian, kota Surakarta.
|
|
- Dewi Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA Djumiko Abstrak City walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. City walk yang berada di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta merupakan jalur pedestrian, mempunyai panjang 4 km membentang dari Stasiun Kereta Api Purwosari di pinggir kota bagian Barat sampai Gapura Gladak sebagai pintu masuk kawasan Keraton Surakarta yang berada di pusat kota Surakarta. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan dan analisis, dihasilkan fungsi city walk di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta meliputi: sebagai jalur pedestrian fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindahan kota, sebagai media interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota, sebagai tempat bersantai dan bermain, sebagai penghubung fasilitas kota, dan sebagai tempat parkir. Kata kunci : fungsi, city walk, jalur pedestrian, kota Surakarta. 1. PENDAHULUAN Dalam urban design, city walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space dengan memberikan porsi yang dominan bagi aktifitas pedestrian, maka perlu pembatasan fungsi transportasi kendaraan bermotor. Pengembangan ruas jalan ini dapat menggunakan pendekatan city walk atau mall. 1
2 City walk yang berada di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta merupakan jalur pedestrian, mempunyai panjang 4 km membentang dari Stasiun Kereta Api Purwosari di pinggir kota bagian Barat sampai Gapura Gladak sebagai pintu masuk kawasan Keraton Surakarta yang berada di pusat kota Surakarta. City walk yang baru dibangun sekitar lima tahun lalu menarik untuk diteliti dari aspek fungsi, sehingga dapat diketahui perannya. 2. TINJAUAN JALAN SLAMET RIYADI 2.1. Lokasi Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama di kota Surakarta, terletak di tengah kota membujur dari arah Timur ke Barat, seolah membelah kota menjadi dua bagian menjadi Surakarta bagian Utara dan Selatan. Pada sisi Timur dimulai dari Gapura Gladak Keraton Kasunanan Surakarta, sisi Barat diakhiri Stasiun Kereta Api Purwosari. Panjang Jalan Slamet Riyadi kurang lebih 4 km, terdiri dari beberapa jalur yaitu : a. Jalur tengah untuk mobil, pada sisi Selatan/ tepi jalan terdapat jalur Rel Kereta Api yang masih aktif. b. Jalur lambat terletak pada sisi Utara, untuk becak, sepeda ontel, dan kendaraan lambat lainnya, serta dilengkapi dengan jalur pedestrian. c. Jalur pedestrian yang disebut City Walk berada pada sisi Selatan. Lihat gambar- gambar berikut. Gapura Gladak Stasiun KA Purwosari Utara Jalan Slamet Riyadi Gambar 1. Lokasi Jalan Slamet Riyadi di Kota Surakarta 2.2. Sirkulasi Sirkulasi jalan Slamet Riyadi terdiri dari : 2
3 a. Dari Stasiun Kereta Api Purwosari sampai perempatan jalan Dr. Muwardi terdiri dari dua arah lalu lintas. b. Dari perempatan jalan Dr. Muwardi sampai perempatan Gapura Gladak terdiri dari satu arah lalu lintas, arus lalu lintas dari Barat ke Timur. c. Jalur City Walk diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki. d. Jalur lambat pada sisi Utara diperuntukkan bagi becak dan sepeda ontel, hanya satu arah dari Stasiun Purwosari menuju Gapura Gladak. e. Jalur pedestrian pada sisi utara diperuntukkan bagi pejalan kaki. f. Jalur Kereta Api diperuntukan khusus Kereta Api jurusan Surakarta Wonogiri. Lihat gambar berikut ini. Stasiun KA Purwosari Gapura Gladak Jalan Slamet Riyadi Gambar 2. Jalan Slamet Riyadi dan Lingkungan Sekitar 2.3. Kondisi Lingkungan Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama, menghubungkan antara lingkungan Stasiun Kereta Api Purwosari di Barat dengan lingkungan Gladak di Timur. Di kanan kiri jalan Slamet Riyadi dipenuhi bangunan yang berfungsi antara lain: pertokoan, perkantoran, bank, lembaga pemasyarakatan, pusat perbelanjaaan/ Solo Grand Mall, rekreasi dan olah raga / Taman Sri Wedari, hotel, 3
4 gedung pertemuan/ Wisma Batari, bangunan ibadah/ gereja, museum Radia Pustaka, dan lain-lain. Lihat gambar berikut. Gambar 3. Suasana Jalan Slamet Riyadi pada Sisi Tepi Selatan/ Kiri Terlihat Jalur Kereta Api Gambar 4. Suasana Jalan Slamet Riyadi di Lingkungan Gladak Terlihat Patung Slamet Riyadi 3. CITY WALK DAN JALUR PEDESTRIAN 3.1. Pengertian City Walk Dalam urban design, city walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space dengan memberikan porsi yang dominan bagi aktifitas pedestrian, maka perlu pembatasan fungsi transportasi kendaraan bermotor. Pengembangan ruas jalan ini dapat menggunakan pendekatan city walk atau mall Pengertian Pedestrian Pedestrian berasal dari kata latin pedos, yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai: - One who walks or journey on foot. 4
5 - Person walking in a street.1 One traveling on foot, going or performed on foot.2 Orang berjalan kaki.3 Jalan dipergunakan juga dalam kata kerja berjalan, selain itu diartikan sebagai road, yaitu suatu media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan. Jalan dapat diklasifikasikan dengan membedakan jalur-jalur jalan menjadi dua bagian: - Jalur cepat, digunakan untuk kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. - Jalur lambat, digunakan bagi pejalan kaki atau orang menggunakan kendaraan yang dijalankan dengan tenaga manusia (becak, sepeda) atau kendaraan dengan kecepatan lambat atau sedang. Pejalan kaki sebagai istilah aktif adalah orang/ manusia yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat lain, kecuali mungkin penutup/ alas kaki dan tongkat yang tidak bersifat mekanis. Jadi jalur pedestrian adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan kaki, disempurnakan istilahnya menjadi jalur pejalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall Fungsi Pedestrian Fungsi jalur pedestrian pada daerah perkotaan adalah sebagai berikut: a. Sebagai fasilitas pejalan kaki Dalam suatu kawasan dengan kepadatan tinggi atau pusat-pusat kota dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi sangat diperlukan pemisahan yang jelas antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pergerakan dari masyarakat serta dapat pula memberikan semangat para pejalan kaki di dalam melakukan aktivitasnya untuk menuju pusat kota. Jenis jalur pedestrian ini berfungsi sebagai elemen pelengkap jalan, biasa disebut sebagai trotoar yang perletakannya di kiri dan kanan jalan kendaraan. Fungsi lainnya adalah merupakan penghubung antara fungsi kawasan satu dengan The Advance Learner s Dictionary of Current English, London, Oxford University Press. Davies, Peter, The American Heritage Dictionary of The English Language. Pino. E,T. Wittermans, Kamus Inggris-Indonesia. 5
6 kawasan lainnya, terutama pada kawasan perdagangan, kawasan budaya dan kawasan permukiman. Karena berjalan merupakan sarana transportasi yang berarti, maka dengan adanya pedestrianisasi akan menjadikan suatu kota lebih manusiawi.4 b. Sebagai unsur keindahan kota Suatu perencanaan kota yang baik, setengah dari ruang kotanya merupakan jalan dengan jalur pedestriannya. Jalur pedestrian diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih luas lagi dari sekedar sebagai jalur pejalan kaki. Hal tersebut dapat dicapai bila terjadi korelasi antara jalan dengan kondisi lingkungannya, selain penataan elemen pada trotoar, antara lain: lampu/ penerangan, kotak surat, gardu telepon umum, tempat sampah, bangku duduk, papan pengumuman, bus shelter, dan rambu-rambu lalu lintas. Jenis bahan yang dipergunakan juga akan mempengaruhi keberhasilan perencanaannya. c. Jalur pedestrian sebagai media interaksi sosial Adanya jalur pedestrian memberikan kesempatan kepada masyarakat kota untuk lebih sering bertemu, dibandingkan dengan berkendaraan. Saling mengadakan pertemuan dipandang sebagai salah satu hal yang terkait dengan perilaku sosial masyarakat, dimana segala unsur kehidupan bermasyarakat terjalin di dalamnya. Bila jalur pedestrian dipandang sebagai media pertemuan yang nyaman dalam kehidupan sehari-hari, maka aspek fungsi sosial yang terkandung di dalamnya harus menjadi pertimbangan penuh. Dengan demikian jalur pedestrian ini sebaiknya tidak hanya melayani tujuan individual atau kelompok, melainkan bagi kepentingan masyarakat luas. Jalur pedestrian juga harus dapat memberi kesempatan luas bagi para ibu yang membawa anak-anak mereka untuk dapat bergerak leluasa di tempat-tempat terbuka di daerah pertokoan yang nyaman dan terjamin keamanannya. Jalur-jalur pedestrian sebaiknya dirancang untuk meliput seluruh jangkauan kegiatan dan kehidupan pergerakan. Jalur pedestrian tersebut dapat berupa koridor-koridor pada bangunan pusat perbelanjaan, tepian taman umum, tempat-tempat terbuka 4 Gideon, Golany, New Town Planning, A Wiley-Interscience Publishing, John Wiley & Sons, New York, hal
7 pada perkantoran, tempat bermain anak sebagai sarana interaksi sosial bagi pengembangan jiwa anak tersebut. Jadi area pedestrian dapat mengambil bentuk yang beraneka untuk menyesuaikan fungsinya, dari jalan-jalan yang lebar dan berjalur hijau sampai ruang tertutup kedap cuaca. d. Jalur pedestrian sebagai sarana konservasi kota Dengan adanya jalur pedestrian, jarak antara bangunan dengan jalan makin jauh, atau dengan adanya jalur pedestrian jumlah volume kendaraan menurun atau sama sekali tidak dilalui oleh kendaraan. Oleh karena itu jalur pedestrian dapat berfungsi sebagai penangkal getaran yang terjadi terhadap bangunan akibat kendaraan bermotor yang melewati jalan di depannya. Dengan demikian jalur pedestrian sesuai dengan tujuan konservasi kota. Pedestrian di kawasan konservasi akan memberi kesempatan kepada para pejalan kaki untuk menikmati kotanya dengana aman. e. Jalur pedestrian sebagai tempat bersantai dan bermain Jalur pedestrian mempunyai fungsi tertentu tergantung pada lokasinya. Diantaranya ada yang berwujud sebagai tempat untuk bermain, berjalan-jalan (promenade), santai, tempat makan minum. Bahkan sejak lama jalur pedestrian dianggap sebagai taman bagi perawatan kesehatan. Dalam fungsinya sebagai ruang terbuka, jalur pedestrian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat pasif atau tempat hiburan bagi peristiwa arstistik dan kebudayaan Faktor-Faktor Pendukung Jalur Pedestrian Faktor-faktor pendukung jalur pedestrian yang perlu diperhatikan, meliputi: a. Transit umum Mengembangkan jalur pedestrian pada suatu blok atau sejumlah blok perkotaan harus mempertimbangkan adanya tempat-tempat pemberhentian bus antar kota dan angkutan kota. Pemberhentian bus merupakan salah satu pelengkap jalur pedestrian yang sangat penting untuk melayani para pejalan kaki yang akan pergi ke tempat lain dengan menggunakan bus. Pemberhentian bus ini sebaiknya dirancang secara terpadu sebagai salah satu pembentuk unit jalur pedestrian. b. Perparkiran 7
8 Dengan adanya jalur pedestrian, maka area untuk parkir banyak dipindahkan. Biasanya tempat-tempat parkir tersebut juga diturunkan fungsinya menjadi tempat parkir yang juga berfungsi sebagai jalur pedestrian (semi-mall). Berkurangnya tempat parkir perlu digantikan dengan lokasi-lokasi parkir yang ditempatkan pada jarak jangkau yang layak bagi pejalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur pedestrian. c. Jangkauan pelayanan kawasan pedestrian Bila suatu blok jalan raya tertutup bagi kendaraan truk maupun bus, maka pengiriman barang, pengangkutan sampah, pelayanan darurat seperti ambulan, pemadam kebakaran perlu disedikan tempat-tempat tertentu bagi bongkar muat barang, dan bagi pelayanan darurat diupayakan agar mobil-mobil dapat masuk ke dalam kawasan tersebut. Atau pada jam-jam tertentu jalan dapat dibuka untuk kendaraan bermotor. d. Sirkulasi para pejalan kaki Kelancaran sirkulasi bagi pejalan kaki dan keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan merupakan salah satu tujuan utama. Metode untuk mengurangi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan adalah sistem penyekat waktu dan ruang di antara keduanya. Sistem penyekat waktu adalah pemisahan ke dua jalur pada jam tertentu. Sistem penyekat ruang adalah pemisahan ke dua jalur tersebut. Sistem penyekat waktu dapat mempergunakan rambu-rambu lalu lintas sebagai alat bantu, sedangkan penyekat ruang dapat menggunakan jembatan penyeberangan di atas jalan atau di bawah permukaan tanah. Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki, dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan jalur pedestrian. Agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang dapat menampung kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut, maka perancang perlu mengetahui katagori perjalanan para pejalan kaki dan jenis-jenis titik simpul yang ada, dan menarik bagi pejalan kaki. Kebanyakan perjalanan para pejalan kaki relative dekat. Katagori perjalanan para pejalan kaki, meliputi: 8
9 - Perjalanan dari dan ke terminal, jalur pedestrian dirancang dari tempat ke lokasi-lokasi yang berhubungan satu dengan pusat prasarana transportasi dan sebaliknya, antara lain tempat parkir dan halte bus. - Perjalanan fungsional, jalur pedestrian dirancang untuk tujuan tertentu seperti untuk melakukan pekerjaan bisnis, berbelanja, makan-minum, pulang dan pergi ke dan tempat bekerja. - Perjalanan dengan tujuan rekreasi, jalur pedestrian dirancang dalam kaitan dengan waktu luang pemakainya, misalnya: nonton film, ke konser musik atau melihat pertandingan olah raga. Titik-titik simpul dari perjalanan pejalan kaki, merupakan tempat yang penting bagi pejalan kaki dan diklasifikasikan menjadi: - Titik simpul primer atau titik simpul terminasi, yaitu titik simpul yang dikaitkan dengan modus transfer dimana perjalanan pejalan kaki dimulai dan diakhiri, seperti misalnya: tempat-tempat parkir dan halte bus dan angkutan umum lainnya. - Titik simpul sekunder, yaitu tempat yang menarik bagi pejalan kaki, seperti misalnya: kantor, toko, dan restaurant. e. Bangunan-bangunan yang ada di lingkungan jalur pedestrian Bangunan yang ada secara keseluruhan dapat menampakkan karakter tertentu sesuai dengan fungsi bangunannya, misalnya bangunan perkantoran, perbelanjaan dan sebagainya. Dengan demikian pedestrian yang dibuat tidak merusak karakter bangunan dan lingkungan setempat. Kehadiran jalur pedestrian diharapkan justru akan memperkuat karakter bangunan yang ada. f. Perlengkapan jalan Pada jalur pejalan kaki umumnya terdapat perabot jalan (street furniture) seperti: tempat duduk, bak bunga, lampu penerangan, bak sampah, rambu-rambu jalan, halte bus, telepon umum, bus surat dan lain-lain. 9
10 4. HASIL DAN ANALISIS City walk jalan Slamet Riyadi kota Surakarta dari hasil observasi lapangan dapat dijelaskan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Sebagai Jalur Pedestrian Fasilitas Pejalan Kaki Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama kota Surakarta, jalan ini menghubungkan pusat kota Surakarta dengan daerah pinggir kota yang berada pada sisi Barat menuju Kartosuro. Pada ujung jalan Slamet Riyadi sisi Barat terdapat Stasiun Kereta Api Purwosari, ujung sisi Timur sampai Gapura Gladak sebagai pintu gerbang masuk kawasan Keraton Surakarta Hadiningrat. Panjang jalan Slamet Riyadi kurang lebih 4 km, sepanjang tepi kanan-kiri jalan dipenuhi berbagai fungsi bangunan seperti: pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, restoran, bank, rumah sakit, kawasan budaya, dan lain-lain. Mengingat fungsi jalan Slamet Riyadi sebagai jalan utama, maka keberadaan city walk menjadi sangat penting. Hal ini dimaksudkan city walk sebagai jalur pedestrian untuk menghubungkan fasilitas publik satu dengan lainnya, sehingga mudah untuk mencapainya dan terpisah dari jalur kendaraan. City walk yang berupa Jalur pedestrian dimulai dari stasiun Kereta Api Purwosari sampai Gapura Gladak, posisi jalur pedestrian berada pada sisi tepi Selatan Jalan Slamet Riyadi, panjang jalur pedestrian kurang lebih 4 m dengan lebar 6 m. Jalur pedestrian ini digunakan masyarakat untuk berjalan kaki menuju dari satu tempat ke tempat lain, dan aktivitas lain seperti pedagang kaki lima (PKL). Jalur ini juga dilengkapi dengan jalur khusus untuk difabel, yaitu jalur untuk penyandang cacat. Gambar 5. Pejalan Kaki dan PKL Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk Gambar 6. Pejalan Kaki Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk 10
11 Gambar 7. Pejalan Kaki dan PKL Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk Gambar 8. Pejalan Kaki Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk b. Sebagai Unsur Keindahan Kota City walk yang berupa jalur pedestrian dibuat dari paving berpola khusus, serta diberikan warna, sehingga nampak indah. Sepanjang jalur pedestrian dilengkapi dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang, sehingga nampak indah dan teduh. Jalur pedestrian merupakan ruang terbuka dilengkapi perabot jalan seperti: selter, kursi untuk duduk, tempat sampah, papan informasi, iklan, dan lain-lain. Gambar 9. City Walk Berupa Jalur Pedestrian dengan Deretan Pohon yang Teduh Gambar 10. Selter dari Rangka Besi dengan Tanaman Merambat Gambar 11. Kursi Duduk di Jalur Pedestrian/ City Walk Gambar 12. Tempat Sampah di Jalur Pedestrian/ City Walk 11
12 Gambar 13. Elemen Estetika Dipasang Pada Taman di City Walk Gambar 14. Petunjuk Informasi yang Unik Berupa Wayang (Gareng) c. City walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Media Interaksi Sosial City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan masyarakat untuk berinteraksi sosial, seperti: duduk-duduk sambil makan bersama, jalan-jalan, bersepeda, dan lain-lain. Gambar 15. Beberapa Kelompok Pejalan Kaki Sedang Berinteraksi Sosial Gambar 16. Beberapa Kelompok Orang Sedang Duduk dan Makan Bersama di City Walk/ Jalur Pedestrain Gambar 17. Sekelompok Pengunjung Sedang Duduk Santai dan Berbincang Sambil Menikmati Makanan Gambar 18. Beberapa Kelompok Pejalan Kaki Sedang Saling Berinteraksi Sosial 12
13 d. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Sarana Konservasi Kota Disepanjang jalan Slamet Riyadi terdapat beberapa bangunan tua yang dilestarikan/ dikonservasi, di antaranya meliputi: Loji Gandrung (rumah dinas Wali Kota Surakarta), Museum Radya Pustaka, bangunan eks Kantor Kodim, Gedung Pertemuan Batari. Dengan adanya jalur pedestrian yang berada di depan bangunan yang dilestarikan, maka jarak jalur cepat kendaraan terhadap bangunan menjadi agak jauh, sehingga getaran akibat kendaraan dapat diredam. Disamping itu, dengan adanya jalur pedestrian, bangunan yang dilestarikan menjadi lebih mudah dinikmati para pejalan kaki. Gambar 19. Bangunan Loji Gandrung Yang Dikonservasi Gambar 20. Museum Radya Pustaka Yang Dikonservasi Gambar 21. Bangunan Eks Kantor Kodim Yang Dikonservasi Gambar 22. Gedung Pertemuan Batari Yang Dikonservasi e. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Tempat Bersantai Dan Bermain City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan masyarakat untuk bermain musik, duduk-duduk santai, dan lain-lain. 13
14 Gambar 23. Pelajar Sedang Bermain Musik di Jalur Pedestrian City Walk Gambar 24. Sekelompok Pejalan Kaki Sedang Duduk Santai di Jalur Pedestrian f. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Penghubung Fasilitas Kota City walk/ jalur pedestrian dari Stasiun Kereta Api Purwosari sampai Gapura Gladak sepanjang 4 km, dibagi menjadi 6 segmen dengan masing-masing segmen mempunyai fasilitas publik yang penting, seperti berikut ini: 1. Segmen pertama dimulai dari Purwosari Brengosan, dengan fasilitas publik berupa: stasiun Purwosari, pusat perbelanjaan. Gambar 25. Bangunan Stasiun Kereta Api Purwosari Gambar 26. Pusat Perbelanjaan Center Point 2. Segmen kedua, Brengosan-Gendengan, dilengkapi dengan rumah sakit, gedung pameran, restoran/ wisata kuliner. Gambar 27. Restoran Diamon Gambar 28. Rumah Sakit Slamet Riyadi 14
15 3. Segmen ketiga dari Gendengan-Stadion terdapat pusat perbelanjaan Solo Grand Mall (SGM) dan pedagang kaki lima/ PKL untuk kuliner. Gambar 29. Pusat Perbelanjaan Solo Grand Mall Gambar 30. Deretan PKL untuk Kuliner 4. Segmen keempat, Stadion-Ngapeman, terdapat fasilitas berupa stadion R. Maladi Sriwedari dan THR Sriwedari (Taman Hiburan Rakyat), serta Museum Radya Pustaka, dan gedung pertemuan. Gambar 31. Stadion R. Maladi Sriwedari Gambar 32. Pintu Masuk Taman Sriwedari Gambar 33. Museum Radya Pustaka Gambar 34. Gedung Pertemuan Grha Wisana Niaga 5. Segmen kelima, Ngapeman-Yos Sudarso, terdapat wisata belanja Pasar Ngarsopuro, dan budaya( Pura Mangkunegaran). 15
16 Gambar 35. Pasar Ngarsopuro Gambar 36. Pura Mangkunegaran 6. Segmen keenam, Yos Sudarso-Gladag terdapat pusat belanja Pusat Grosir Solo (PGS) dan kuliner pada malam hari, yakni Gladag Langen Bogan (Galabo), serta kawasan budaya berupa Keraton Kasunanan Surakarta, Mesjid Agung, Benteng Vasterburg, Pasar Gede, dan Bank BCA. Gambar 37. Keraton Kasunanan Surakarta Gambar 39. Benteng Vastenburg Gambar 38. Mesjid Agung Surakarta Gambar 40. Pasar Gede Surakarta 16
17 Gambar 41. Pusat Perbelanjaan Pusat Grosir Solo (PGS) Gambar 42. Bank BCA g. Sebagai Tempat Parkir City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan untuk parkir mobil dan sepeda motor, umumnya parkir menempati di depan bangunan kantor, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan gedung pertemuan. Gambar 43. Parkir Mobil di City Walk/ Jalur Pedestrian Gambar 44. Parkir Sepeda Motor di City Walk/ Jalur Pedestrian 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan tentang fungsi city walk di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta, maka fungsi city walk sebagai berikut: a. Sebagai jalur pedestrian fasilitas pejalan kaki. b. Sebagai unsur keindahan kota. c. Sebagai media interaksi sosial. d. Sebagai sarana konservasi kota. e. Sebagai tempat bersantai dan bermain. 17
18 f. Sebagai penghubung fasilitas kota. g. Sebagai tempat parkir Saran City walk yang berupa jalur pedestrian idealnya hanya digunakan untuk pejalan kaki, penyandang cacat/ difabel, bersepeda ontel, dan pendukung aktifitas seperti pedagang kaki lima secara terbatas. Sedangkan parkir mobil dan sepeda motor dipindahkan pada tempat parkir yang disediakan secara khusus, seperti parkir di dalam tapak, dan bangunan khusus untuk parkir. 6. DAFTAR PUSTAKA Alpern, Andrew, Handbook of Spesiality Elements in Architecture, Mc Graw Hill, New York, Barnet, Jonathan, An Introduction to Urban Design, Harper & Row, New York, Gideon, Golany, New Town Planning, A Wiley-Interscience Publishing, John Wiley & Sons, New York. K. Untermann, Richard, Accommodating The Pedestrian, Adapting Towns and Neighborhoods for Walking and Bicycling, Van Nostrand Reinhold Company, New York, Lynch, Kevin, The Image of The City, MIT. Press, Cambridge, Shirvani, Hamid, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold, New York, Tandy, Cliff, Hanbook of Urban Landscape, The Architectural Press, London, Tandy, Cliff, Roads and Traffic in Urban Areas, Institution of Highway and Transportation with the Departement of Transport, London, Internet : city walk Biodata Penulis: Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( sekarang). 18
PENGARUH TANDA PADA WAJAH ARSITEKTUR KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi. Djumiko. Abstrak
PENGARUH TANDA PADA WAJAH ARSITEKTUR KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi Djumiko Abstrak Tanda merupakan suatu tulisan, gambar, lambang, bendera, atau sesuatu gambar. Fungsi tanda digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) Pusat Rekreasi Area Car Free : Suatu bentuk kesatuan koordinasi yang merupakan induk dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciKAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP)
KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP) ABSTRAKSI Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi
Lebih terperinciUrban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)
Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA
33 IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA Kuncoro Harsono, Yayi Arsandrie, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG
PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG Sisca Novia Angrini Universitas Muhammadiyah Palembang Jl. Jend. Ahmad Yani No.13, Seberang Ulu I, Palembang email: siscaangrini@gmail.com Abstrak Jalan Kolonel
Lebih terperinciPENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR
PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut
Lebih terperinciARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR
ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan
Lebih terperinciBAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG
BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN
IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa
Lebih terperinci1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Garuda Mas City Walk Bernuansa Islami, perlu diketahui tentang: Garuda Mas : Merupakan penggal jalan di Desa Pabelan,
Lebih terperinciKONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam
KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu
Lebih terperinciANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengenal bahwa Yogyakarta adalah daerah yang terkenal sebagai kota pelajar, dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah penduduknya, terutama
Lebih terperinciPERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK
PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta
Lebih terperinciKAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG
KAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Sintia Dewi Wulanningrum 1 1 Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email: sintiadewe@gmail.com
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan
86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN PERILAKU
BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, fungsi utama jalan raya sebagai sarana untuk
Lebih terperinciPUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU
PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU Ahda Mulyati dan Fitria Junaeny Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako ahdamulyati@gmail.com Abstrak Perkembangan Kota Palu diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang dibagi menjadi dua yaitu tugas pembangunan dan tugas umum pemerintah. Tugas pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan berpotongan (Abubakar, 1990). Lalu-lintas pada masing- masing kaki persimpangan
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR PEDESTRIAN UNTUK DISABILITAS NAMA : LUTFI LANDRIAN NPM : 24312278 JURUSAN DOSEN : TEKNIK ARSITEKTUR : AGUNG WAHYUDI, ST., MT. 2015 ABSTRAKSI Nama : Lutfi Landrian,
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul 1. Sport : sport atau olahraga merupakan tarjemahan dari kata sport yang berasal dari bahasa latin, disportare, yang berarti menghibur diri. Selain itu pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang Pejalan Kaki Jalur Ruang pejalan kaki Pengertian Pada masa lalu, perancangan ruang pejalan kaki di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang
Lebih terperinciTerdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:
Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciV. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep
37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN
BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar
Lebih terperinciThreshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,
Lebih terperinciSTUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK
STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)
Lebih terperinciIdentifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan
Lebih terperinciNo Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciJALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM
JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM PENGERTIAN PEDESTRIAN Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pejalan Kaki Menurut Pratama (2014) pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir
Lebih terperinciELEMEN ELEMEN PELENGKAP JALUR PEDESTRIAN TERHADAP KENYAMANAN PEJALAN KAKI
PENGARUH ELEMEN ELEMEN PELENGKAP JALUR PEDESTRIAN TERHADAP KENYAMANAN PEJALAN KAKI ( Studi Kasus : Penggal Jalan Pandanaran, Dimulai dari Jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda ) Danoe Iswanto ABSTRAKSI
Lebih terperinciLAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya
Lebih terperinciBAB II TINJAU PUSTAKA
BAB II TINJAU PUSTAKA A. Tinjauan Umum Diambil dari berbagai referensi yang ada, trotoar mempunyai pengertian sebagai berikut: 1. Bagian jalan disediakan untuk pejalan kaki yang biasanya sejajar dengan
Lebih terperinci6.1 Peruntukkan Kawasan
6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan
BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 /2011 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini
BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan
Lebih terperinciTingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya
Lebih terperinciSTUDI KEBERADAAN CITY WALK TERHADAP FUNGSI PERUNTUKAN (Study kasus City Walk Jl. Slamet Riyadi Surakarta) Eny Krisnawati. Abstrak
STUDI KEBERADAAN CITY WALK TERHADAP FUNGSI PERUNTUKAN (Study kasus City Walk Jl. Slamet Riyadi Surakarta) Eny Krisnawati Abstrak Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti yang sangat luas karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU (BEHAVIOURISME) Tandal dan Egam (2011) menyatakan perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pejalan Kaki (Pedestrian) Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya didapat sebuah kesimpulan bahwa kondisi eksisting area sekitar stasiun Tanah Abang bersifat tidak ramah terhadap para pejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014
BAB III. TINJAUAN LOKASI III.1 Lokasi Lokasi merupakan salah satu strategi pemasaran. Lokasi yang strategis di pusat kota atau dekat dengan pusat kegiatan manusia merupakan pilihan yang tepat untuk mendirikan
Lebih terperinciIdentifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :
TEMU ILMIAH IPLBI 6 Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi : Persepsi Pejalan Kaki terhadap di Kawasan Pusat Kota Bandung Witanti Nur Utami (), Hanson E.Kusuma () () Prodi Studi Magister Rancang Kota,
Lebih terperinciKompasiana Pembangunan Jalan Seperempat Dari Pertumbuhan Jumlah Kendaraan. Media Sosial Online. Jakarta Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Akuntomo, Priyo. 2007. Evaluasi Kinerja Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di Ruas Jalan Legian Kabupaten Badung. Skirpsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Arikunto, Suharsimi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ
BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang
Lebih terperinciBEHAVIOR SETTING TOKO BUNGA DI JALUR PEDESTRIAN SOLO CITY WALK ( Studi Amatan: Perempatan Nonongan - Gapura Gladak Di Surakarta) Tri Hartanto.
BEHAVIOR SETTING TOKO BUNGA DI JALUR PEDESTRIAN SOLO CITY WALK ( Studi Amatan: Perempatan Nonongan - Gapura Gladak Di Surakarta) Tri Hartanto Abstrak Upaya Pemerintah Kota Solo untuk meningkatkan aktivitas
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen
No.315, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU. Sarana Prasarana. Pejalan Kaki. Perkotaan. Pemanfaatan. Penyediaan. Perencanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci