Oleh: Hetty Gultom, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Hetty Gultom, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Transkripsi

1 PENGATALOGAN BAHAN PERPUSTAKAAN Oleh: Hetty Gultom, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 PENGATALOGAN BAHAN PERPUSTAKAAN oleh: Hetty Gultom, S.Sos. (Pustakawan Universitas Sumatera Utara) PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

3 Kata Pengantar Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat mempersembahkan karya tulis ini kepada para pembaca yang budiman. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan menambah khasanah perbendaharaan keilmuan perpustakaan yang tergolong masih sedikit di negeri kita terutama di Sumatera Utara. Semoga dapat bermanfaat untuk mempermudah pekerjaan para rekan pustakawan dan para mahasiswa bidang studi perpustakaan. Karya ini juga sekaligus dapat penulis manfaatkan untuk kenaikan pangkat. Khusus kepada para guru saya selama mengikuti pendidikan formal demikian juga kepada para senior yang menambah kemapanan dan semua pihak yang telah menanamkan kebaikan, saya mengucapkan terima kasih, seraya berdoa agar Allah SWT segera memberikan limpahan rakhmat kepada kalian,. Amin. Sebagai penutup pengantar ini, penulis mengutip pepatah tiada gading yang tak retak, yang berarti bahwa karya ini pun tidak luput dari kekurangan. Karena itu penulis mengharapkan kritik membangun untuk penyempurnaan karya ini. Medan, 22 Juni Hetty Gultom, S.Sos. Kata Pengantar i

4 Daftar Isi Halaman I. GARIS-GARIS BESAR PENGKATALOGAN BAHAN PUSTAKA.. 1 II. PENGKATALOGAN DESKRIPTIF. 1 A. Susunan Deskripsi.. 1 B. Sumber Informasi Utama.. 2 C. Singkatan.. 2 D. Tanda Baca. 3 E. Pola Deskripsi Bibliografi.. 4 F. Daerah Deskripsi Daerah Judul dan Penanggung jawab karya Daerah Edisi Daerah Impresum 8 4. Daerah Kolasi/Deskripsi Fisik Daerah Seri Daerah Catatan Daerah ISBN 13 III. PENGKATALOGAN SUBYEK 14 A. Analisis Subyek 14 B. Urutan Sitasi.. 16 C. Cara Menentukan Subyek 17 D. Deskripsi Indeks.. 17 E. Dewey Decimal Classification (DDC) 18 F. Penggunaan DDC 22 G. Prosedur Penentuan Notasi 23 DAFTAR PUSTAKA 26 Pengkatalogan Bahan Pustaka Page i

5 PENGKATALOGAN BAHAN PERPUSTAKAAN I. GARIS BESAR PROSES PENGKATALOGAN Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan: 1) Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, impresum, kolasi, catatan, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD; 2) Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka. Dalam pe II. PENGKATALOGAN DESKRIPTIF A. SUSUNAN DESKRIPSI Dalam proses katalogisasi bagian-bagian pada suatu bahan pustaka dideskripsikan/diuraikan menjadi 7 daerah yaitu: Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 1

6 1. Judul dan pernyataan kepengarangan 2. Edisi 3. Penerbitan atau impresum 4. Deskripsi fisik 5. Seri 6. Catatan 7. Nomor standar (ISBN) B. SUMBER INFORMASI UTAMA Deskripsi bibliografi suatu bahan pustaka seperti judul, pengarang, penerbit, dan sebagainya merupakan bagian yang akan tercantum dalam katalog. Sumber informasi utama mengenai deskripsi bibliografi itu diambil dari bahan pustaka yang bersangkutan, misalnya pada buku, brosur atau bahan pustaka tercetak lainnya, informasi tersebut terdapat di halaman judul dan halaman lain dari dokumen tersebut. Apabila informasi mengenai deskripsi bahan pustaka tidak tercantum dalam dokumen, atau diambil dari luar dokumen, atau pun dibuat sendiri oleh pembuat katalog, maka informasi tersebut dicantumkan dalam tanda kurung siku. Daerah Unsur Informasi Sumber Informasi Utama 1 Judul dan Kepengarangan Halaman Judul 2 Edisi Halaman Judul dan Halaman Permulaan Lainnya 3 Impresum Halaman Judul dan Halaman Permulaan Lainnya 4 Kolasi Terbitan itu sendiri (Dari halaman mana saja pada terbitan tersebut 5 Seri monograf Terbitan itu sendiri (Dari halaman mana saja pada terbitan tersebut 6 Catatan Terbitan itu sendiri atau dari luar terbitan 7 ISBN Terbitan itu sendiri C. SINGKATAN Beberapa informasi dalam deskripsi bibliografi dapat ditulis dalam bentuk singkatan. Singkatan yang digunakan dalam deskripsi bibliografi harus konsisten, berikut adalah singkatan yang sering digunakan: Daerah Singkatan Arti 1 et al. dkk. Ed. Eds. 2 ed. rev. 3 s.l. s.n. et alli (dan lainnya) dan kawan-kawan editor editor lebih dari satu edisi revisi sine loco (tempat terbit/cetak tidak diketahui) sine nomine (nama penerbit/percetakan tidak diketahui Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 2

7 s.a. 4 ill. ilus. cm. hlm. p. sine anno (tahun terbit/cetak tidak diketahui illustrasi ilustrasi sentimeter halaman pagina/page D. TANDA BACA Penulisan setiap daerah deskripsi bibliografi didahului oleh tanda baca yaitu: titik, spasi, tanda pisah, tanda pisah (. --), dan di dalam setiap daerah terdapat pula tanda baca yang telah ditentukan. Berikut ini uraian susunan deskripsi dan tanda bacanya: 1. Daerah judul dan pernyataan kepengarangan 2. Daerah edisi Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi Judul Utama / Judul Pokok : Anak judul = Judul sejajar / Pernyataan kepengarangan yang pertama, Pernyataan kepengarangan yang kedua dan selanjutnya yang sama peran dan kontribusinya ; Pernyataan kepengarangan berikutnya yang berbeda peran dan kontribusinya Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi. -- Tempat terbit / Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi tersebut 3. Daerah impresum Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi. -- Tempat terbit : Nama penerbit, Tahun terbit 4. Daerah kolasi Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi. -- Jumlah halaman : Pernyataan ilustrasi ; Ukuran + Bahan yang disertakan Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 3

8 5. Daerah seri Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi. -- (Pernyataan seri/judul seri) : Pernyataan anak seri ISSN ; Nomor seri 6. Daerah catatan Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru. 7. Daerah ISBN dan harga Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru. E. POLA DESKRIPSI Uraian deskripsi bibliografi disajikan dalam berbagai macam pola, yaitu cara penulisan bagian-bagian daerah deskripsi bibliografi yang berkaitan dengan pengaturan dan pembagian paragraf. Umumnya terdapat dua pola, yaitu: 1) Pola berparagraf yang digunakan untuk penulisan katalog dengan tajuk entri utama pada pengarang atau badan korporasi, dan 2) Pola indensi menggantung, yang digunakan untuk penulisan katalog dengan judul sebagai tajuk entri utama. Dua pola tersebut banyak digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, yaitu seperti contoh berikut: 1) Pola berparagraf Pengarang sebagai tajuk entri utama Tajuk entri utama Judul utama : anak judul = Judul sejajar : anak judul sejajar / Pernyataan kepengarangan pertama, pernyataan kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi sama ; kepengarangan pertama dengan kontribusi berbeda, kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi berbeda. -- Edisi / Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi. -- Tempat terbit : Nama penerbit, Tahun terbit. Jumlah halaman : pernyataan ilustrasi ; ukuran buku + Lampiran. -- (Pernyataan seri : anak seri, ISSN ; nomor seri) Catatan ISBN Subjek Jejakan Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 4

9 2) Pola indensi menggantung Judul sebagai tajuk entri utama Tajuk entri utama Judul utama : anak judul = Judul sejajar : anak judul sejajar / Pernyataan kepengarangan pertama, pernyataan kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi sama ; kepengarangan pertama dengan kontribusi berbeda, kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi berbeda. -- Edisi / Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi. -- Tempat terbit : Nama penerbit, Tahun terbit. Jumlah halaman : pernyataan ilustrasi ; ukuran buku + Lampiran. -- (Pernyataan seri : anak seri, ISSN ; nomor seri) Catatan ISBN Subjek Jejakan F. DAERAH DESKRIPSI BAHAN PUSTAKA 1. Daerah Judul dan Pernyataan Penanggungjawab/Kepengarangan Daerah ini memuat informasi tentang judul utama/judul pokok dari suatu karya, judul sejajar/paralel yang merupakan judul terjemahan dan anak judul (apabila ada pada halaman judul). a. Judul utama / judul pokok a.1. Cantumkan judul utama seperti apa yang tercantum pada sumber informasi utama, kecuali tanda baca dan huruf kapital disesuaikan dengan yang berlaku The big money Sensus penduduk 1971 Pemberantasan hama padi a.2. Jika judul utama terdiri dari nama orang atau badan korporasi yang bertanggung jawab atas karya tersebut, maka cantumkan nama tersebut sebagai judul utama Byron (suatu buku puisi) a.3. Jika bahan pustaka yang sedang dikatalog merupakan volume, atau bagian yang terpisah atau suplemen dari suatu penerbitan yang lebih besar, maka cantumkan judul utama sebagai judul dari karya yang lebih besar diikuti oleh bagian yang lebih kecil Petunjuk pengolahan tanah. Buku 1 Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 5

10 a.4. Judul utama yang panjang dapat dipersingkat hanya bila tidak menghilangkan informasi yang penting didalamnya. Jangan menghilangkan lima kata pertama dalam judul utama. Nyatakan penghilangan tersebut dengan tanda penghilangan ( ) Prosiding seminar nasional klinik teknologi pertanian sebagai basis, Manado, 9-10 Juni 2004 a.5. Jika pada sumber informasi utama (halaman judul) suatu bahan pustaka tidak terdapat judul utama, maka beri judul utama dari halaman lain atau dibuat sendiri yang dicantumkan dalam kurung siku [Petunjuk teknis jagung] b. Judul Sejajar / Paralel Jika pada halaman judul suatu bahan pustaka muncul judul dalam dua atau lebih bahasa, maka tetapkan salah satu sebagai judul utama dan lainnya sebagai judul sejajar. Penulisan judul sejajar didahului oleh spasi, sama dengan, spasi ( = ) Pemberantasan hama padi = Pest control on rice (Catatan: Pest control on rice adalah judul sejajar) c. Anak judul c.1. Cantumkan informasi judul lain yang ada pada sumber informasi utama sebagai anak judul. Apabila anak judul terlalu panjang dapat diabaikan, tetapi dinyatakan dalam daerah catatan. Penulisan anak judul didahului dengan spasi, titik dua, spasi ( : ) AGROVOC : multilingual agricultural thesaurus (Catatan: multilingual agricultural thesaurus adalah anak judul) c.2. Jika judul memerlukan penjelasan, maka buat informasi tambahan ringkas sebagai anak judul yang dituliskan sama dengan bahasa judul utamanya dan dicantumkan dalam kurung siku Lokakarya hasil penelitian Badan Litbang Pertanian : [prosiding] (Catatan: kata prosiding dalam kurung siku adalah informasi tambahan) d. Pernyataan penanggungjawab / kepengarangan d.1. Cantumkan nama orang atau badan korporasi yang bertanggung jawab atas suatu karya baik sebagai penulis, editor, penyusun, penterjemah dan sebagainya, sesuai dengan bentuk dan urutan yang dituliskan/tercantum di sumber informasinya, didahului dengan spasi, garis miring, spasi ( / ) Angka kemiskinan di Indonesia / Biro Pusat Statistik Pertumbuhan tanaman tebu di daerah Cirebon / Oleh Anto Sugiarto Pemanfaatan lahan sawah / Penyusun Ahmad Ginanjar, Suhaemi; Editor Edi Suwandi, Marzuki Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 6

11 d.2. Jika nama pengarang, penerbit dan sebagainya merupakan bagian integral dari judul, maka cantumkan apa adanya dan tidak perlu diulang pada pernyataan penanggung jawab/kepengarangan. Lima tahun perjalanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi. (Catatan: Contoh diatas adalah judul buku, sedangkan nama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, serta Balai Penelitian Padi yang juga merupakan nama pengarang tidak dicantumkan lagi di daerah penanggung jawab) d.3. Jika pernyataan penanggung jawab tunggal mencantumkan nama lebih dari tiga orang atau badan korporasi yang mempunyai kontribusi yang sama, maka tuliskan nama yang pertama dan hilangkan nama kedua dan seterusnya, diikuti dengan tanda penghilangan dan keterangan tambahan yang sesuai (... [et al.] ) Potensi tebu konsumsi rakyat di Kepulauan Mentawai / oleh Yusri Gondok... [et al.] (Catatan: Buku ditulis oleh Yusri Gondok, Achmad Baihaki, Solehuddin, dan Samijan) Anthurium reproduction technique with tissue culture / Harry Smith... [et al.] ; edited by Nicole. (Catatan: Buku ditulis oleh Harry Smith, Barry, Samuel dan Nirrine serta diedit oleh Nicole) d.4. Gelar, kualifikasi dan sebagainya yang dihubungkan dengan nama perorangan seperti Prof., Dr., Drs., Ir., M.B.A., M.Si. dan sebagainya dihilangkan. Petunjuk teknis pengembangan koleksi perpustakaan / oleh Surya Mansyur dan Sulastuti Sophia. (Catatan: dalam halaman judul tercantum pengarang buku ini adalah Drs. Surya Mansyur, MLS. dan Dra. Sulastuti Sophia, MS.) 2. Daerah Edisi Pernyataan edisi dicantumkan seperti yang ada pada sumber informasi utama, biasanya pada halaman balik judul. Kalau tidak ada edisi maka cetakan terakhir dapat digunakan. a. Kata-kata pernyataan edisi diganti dengan singkatan. Singkatan baku yang digunakan adalah: Pernyataan edisi yang Singkatan yang digunakan tercantum New edition New ed. Revised edition Rev. ed. Edited by Ed. by Third edition 3 rd ed. Edisi kelima Ed. 5 Cetakan ketiga Cet. 3 Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 7

12 b. Pernyataan penanggung jawab yang sehubungan dengan edisi, tetapi tidak semua buku yang dikatalogisasi harus ada penanggung jawab edisi tersebut Pengantar klasifikasi persepuluhan Dewey / oleh Towa P. Homakonda. -- Ed. 5 A dictionary of modern English usage / by H.W. Fowler. -- 2nd ed. / revised by Ernest Gowers 3. Daerah Publikasi / Impresum Daerah ini memuat informasi tentang tempat terbit, nama penerbit atau distributor dan sebagainya, dan tahun buku tersebut diterbitkan. a. Tempat penerbitan, distribusi dan sebagainya a.1. Cantumkan nama tempat penerbit sebagaimana yang tertera pada terbitan tersebut. Jakarta London Soerabaja Batavia a.2. Jika suatu penerbit mempunyai lebih dari 2 tempat, maka cantumkan nama tempat yang pertama saja, atau boleh juga ditulis nama tempat yang lainnya apabila diperlukan, ditulis dengan menggunakan tanda baca titik koma ( ; ) New York ; London Jakarta ; Semarang a.3. Apabila nama tempat penerbit tidak tercantum pada buku yang dikatalogisasi, tetapi dapat diperkirakan, maka cantumkan tempat penerbit yang diperkirakan tersebut diikuti dengan tanda tanya dalam kurung siku. [Surabaya?] [Canberra?] a.4. Jika tempat penerbit sama sekali tidak diketahui, maka cantumkan s.l. (sine loco) dalam kurung siku [s.l.] b. Nama Penerbit, distributor dan sebagainya b.1. Cantumkan nama penerbit, distributor dan sebagainya seperti yang tercantum dalam sumber informasi didahului oleh tanda spasi, titik dua, spasi ( : ) : Balai Pustaka b.2. Jika suatu penerbit mempunyai lebih dari 2 tempat, maka cantumkan nama tempat yang pertama saja, atau boleh juga ditulis yang lainnya apabila diperlukan : MacGraw-Hill : Penebar Swadaya ; Sumur Bandung b.3. Cantumkan nama penerbit, distributor dan sebagainya dalam bentuk singkatan yang sudah baku, dapat dimengerti dan mudah untuk diidentifikasi : UI Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 8

13 : FAO b.4. Hilangkan kata yang menunjukkan fungsi bentuk perusahaan Nama yang tertera pada sumber informasi CV. Sumur Bandung Da Capo, Inc. UI Press Nama yang dicantumkan Sumur Bandung Da Capo UI Press b.5. Jika nama penerbit sama sekali tidak diketahui, maka cantumkan s.n. (sine nomine) : [s.n.] c. Tahun terbit, tahun distribusi dan sebagainya c.1. Cantumkan tahun penerbitan, distribusi dan sebagainya dari edisi ke dalam daerah edisi pada katalog. Jika tidak ada pernyataan edisi, maka cantumkan tahun penerbitan pertama dari karya yang sedang dikatalog, dan cantumkan dalam huruf Arab. Penulisan tahun terbit didahului tanda koma dan spasi (, ), 2005, 1990 c.2. Apabila tahun terbit tidak diketahui, maka cantumkan tahun cetak terakhir atau kalau tidak ada tahun cetak maka cantumkan tahun copy right yang didahului dengan c, 2006, c 2003 c.3. Apabila tahun terbit, cetak dan copy right tidak diketahui, maka cantumkan tahun terbit perkiraan diikuti tanda tanya (? ), atau didahului oleh circa (ca.) dan ditulis dalam kurung siku., [2000?], [ca. 2000] Contoh penulisan pada daerah publikasi / impresum secara lengkap: Jakarta : Gramedia, 2005 Rome : FAO, 2004? Surabaya : [s.n.], 1999 New York ; London : MacGraw-Hill, c 1989 Jakarta ; Bandung : Penebar Swadaya ; Sumur Bandung, Daerah kolasi / deskripsi fisik Daerah ini memuat informasi tentang jumlah halaman, ilustrasi, ukuran buku dan keterangan lampiran. Pilih singkatan yang akan digunakan secara konsisten. a. Jumlah volume / halaman a.1. Cantumkan jumlah halaman atau jumlah jilid dari karya yang sedang dikatalog Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 9

14 324 hal. 27 p. vii, 57 p. Hal. A K (Catatan: penulisan nomor halaman pada dokumen aslinya memakai huruf) a.2. Untuk karya yang terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid bernomor halaman secara berkesinambungan, misalnya jilid I terdiri dari halaman 1-254, jilid II halaman , dan jilid III terdiri dari halaman Apabila perpustakaan memiliki volume lengkap, maka penulisannya sebagai berikut: 3 jil. (765 p.) - Apabila perpustakaan tidak memiliki volume lengkap, dan misalnya hanya memilik volume II saja, penulisannya sebagai berikut: p a.3. Untuk karya yang terdiri dari beberapa jilid dan masing-masing jilid dimulai dengan nomor baru, misalnya jilid I terdiri dari halaman 1-54, jilid II halaman 1-34, dan jilid III terdiri dari halaman 1 35, maka penulisannya sebagai berikut: 3 jil. (54, 34, 35 p.) a.4. Jika halaman dari suatu volume tidak bernomor tetapi jumlahnya mudah diketahui, maka berikan nomor dalam kurung siku, tetapi jika nomor tidak dapat diketahui, maka cantumkan perkiraan nomor halaman tanpa kurung siku dan diawali dengan ca. [205] p. ca. 200 p. b. Keterangan Ilustrasi b.1. Gambar, photo, grafik, dan sebagainya, dimasukkan ke dalam ilustrasi, didahului spasi, titik dua, spasi : ill. : ilus. b.2. Apabila diperlukan dan dianggap penting, berikan singkatan dari jenis ilustrasi yang terdapat dalam karya tersebut dengan susunan alfabet dipisahkan oleh koma : ill., map, photo b.3. Cantumkan jumlah ilustrasi apabila jumlah ilustrasi tersebut dapat diketahui dengan mudah/cepat atau apabila ilustrasi tersebut didaftar dan ditetapkan nomornya/jumlahnya pada bahan pustaka yang bersangkutan. : 48 ill. : ill., 12 map b.4. Apabila dokumen tersebut semuanya/didominasi oleh ilustrasi : semua ill. c. Ukuran buku Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 10

15 c.1. Cantumkan ukuran buku dengan mengukur tinggi dari jilid buku tersebut dalam sentimeter (cm.). Penulisan didahului tanda spasi, titik koma, spasi ( ; ) c.2. Apabila buku berukuran konvensional, maka lakukan pembulatan hasil pengukuran dalam satuan sentimeter terdekat ke atas (misalnya tinggi buku 20,3 cm., maka cantumkan 21 cm.). ; 21 cm. ; 32 cm. c.3. Apabila lebar buku kurang dari setengah tinggi buku atau lebih besar dari tinggi buku, maka cantumkan tinggi x lebar buku tersebut ; 20 x 8 cm. ; 20 x 34 cm. c.4. Apabila buku terdiri dari beberapa volume/jilid dengan ukuran yang berbeda, maka cantumkan ukuran buku yang terkecil sampai yang terbesar ; cm. ; cm. d. Bahan yang disertakan d.1. Apabila dokumen dilengkapi dengan bahan yang disertakan, maka penulisannya didahului oleh spasi, tanda tambah, spasi ( + ) + lampiran d.2. Apabila buku disertai oleh bahan dalam bentuk fisik yang berbeda, misalnya suatu buku disertai satu set CD atau peta sebagai pelengkap dari buku tersebut + 1 CD + 2 peta Contoh penulisan pada daerah kolasi / deskripsi fisik secara lengkap: xii, 256 p. : ill. ; 45 cm. 3 jil. (54, 34, 35 p.) : ill. ; cm. + 1 CD 5. Daerah Seri Daerah ini memuat informasi tentang judul seri, judul sejajar, anak judul seri, pernyataan penanggung jawab sehubungan dengan seri tersebut, ISSN yang berhubungan dengan seri tersebut, dan penomoran seri. Daerah ini dicantumkan dalam tanda kurung biasa. a. Judul Seri Apabila dokumen merupakan salah satu seri dan judul seri tertera dalam dokumen tersebut, maka cantumkan judul seri tersebut yang diawali dengan tanda kurung buka (Seri Pengembangan Pertanian) b. Judul sejajar/paralel Cantumkan judul sejajar/paralel apabila judul tersebut tertera pada dokumen, penulisannya didahului oleh spasi, sama dengan, spasi ( = ) Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 11

16 = Agriculture Developmental Series = Biology Series c. Anak Judul Seri Cantumkan anak judul seri, apabila tertera pada dokumen. Penulisannya didahului oleh spasi, titik dua, spasi ( : ) : Buah-buahan : Binatang d. Pernyataan Penanggung Jawab Cantumkan pernyataan penanggung jawab baik orang atau badan korporasi yang berhubungan dengan seri, yang tertera pada dokumen. Penulisannya didahului oleh spasi, garis miring, spasi ( /) / Surachmat / John Smith e. International Standard Serial Number (ISSN) Nomor ISSN dicantumkan apabila tertera pada dokumen. Penulisan diawali oleh koma, spasi (, ) dan singkatan huruf ISSN disertakan, ISSN , ISSN X f. Nomor Seri Cantumkan nomor seri dari dokumen apabila nomor tersebut tertera pada dokumen yang dikatalogisasi. Gunakan singkatan baku, seperti no untuk nomor atau jil. untuk jilid, dan cantumkan penomoran dalam angka arab. Penulisan didahului dengan spasi, titik koma, spasi dan akhiri dengan kurung tutup. ; 6) ; no. 12) Contoh penulisan pada daerah seri secara lengkap: (Seri Biologi : Binatang ; no. 12) (Seri pengembangan pertanian = Agriculture Developmental Series : Buah- buahan / Surachmat, ISSN ; 6) 6. Daerah Catatan Daerah ini memuat informasi yang dianggap perlu dikemukakan untuk memperjelas atau menambah keterangan tentang setiap daerah deskripsi bibliografis, dan susunan informasi mengikuti urutan daerah. Informasi yang biasa diberikan dalam daerah catatan adalah: a. Judul dan kepengarangan Judul asli : Three notable stories Terjemahan dari: Three notable stories Thesis (MS) - Institut Teknologi Bandung, 2006 Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 12

17 b. Edisi Edisi revisi dari: The portable Dorothy Parker Cetak ulang dari Ekonomi dan keuangan c. Kolasi Terdiri dari 2 jilid, Jilid 1 : Botani, Jilid 2 : Zoology Dilengkapi dengan 1 CD yang dikemas terpisah d. Impresum/penerbitan Terbit juga di Bandung oleh Sumur Bandung tahun 1999 e. Isi dokumen / Catatan tambahan Bibliografi : hal Termasuk bibliografi 256/Ref/2005 (Catatan : Nomor ini menunjukkan nomor induk buku) (Catatan : Nomor ini menunjukkan notasi klasifikasi) 7. Daerah ISBN dan Harga International Standard Book Number (ISBN) tidak selalu dimiliki oleh setiap dokumen. Cantumkan nomor standard tersebut apabila terdapat pada dokumen. Apabila dalam dokumen tersebut terdapat satu atau lebih ISBN, cantumkan salah satu ISBN yang khusus untuk dokumen yang sedang dikatalogisasi sesuai dengan yang tertulis. a. ISBN ISBN ISBN b. Harga Informasi tentang harga dokumen boleh dicantumkan, namun apabila tidak diperlukan pencantumkan juga tidak menjadi masalah ISBN : Rp ISBN : Rp Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 13

18 III. PENGATALOGAN SUBYEK Dalam penentuan subyek buku atau bahan pustaka lainnya diperlukan analisis subyek yang akurat dengan dibantu sarana daftar tajuk subyek komprehensif, sedangkan dalam katalogisasi proses pembuatan tajuk subyek disebut mengkatalog subyek. Pengatalogan subjek bertujuan menggunakan kata-kata (istilah) yang seragam untuk bahan pustaka perpustakaan mengenai subyek tertentu. Subyek adalah topik yang merupakan kandungan informasi (content) dalam buku, pita video, dan bentuk rekaman lainnya yang terdapat pada koleksi perpustakaan. Sedangkan tajuk subjek adalah kata (-kata) yang digunakan dalam katalog perpustakaan untuk meringkas kandungan informasi tersebut. Istilah tajuk subyek dapat juga diartikan sebagai suatu istilah atau kosa kata yang terkendali dan berstruktur untuk menyatakan suatu konsep subyek bahan pustaka. Sebagai kosa kata atau frase, karena tidak selalu terdiri atas satu suku kata, melainkan dapat berbentuk dua atau lebih suku kata, tetapi bukan suatu kalimat. Dikatakan terkendali karena diarahkan untuk menggunakan istilah yang tetap untuk menyatakan konsep yang sama, meskipun banyak istilah padanannya. Sedangkan berstruktur karena ada kaitan antara tajuk yang satu dengan tajuk yang lain, sesuai dengan struktur ilmu dan pengetahuan. Tajuk subjek biasanya dicantumkan pada bagian awal entri katalog yang disusun dalam katalog subyek berabjad, baik dalam katalog bentuk kartu, bentuk buku, bentuk mikro, maupun OPAC (Online Public Access Katalog). Pada makalah ini akan di bahas bagaimana cara analisis subyek dan bagaiman cara menggunakan tajuk subyek. A. Analisis Subyek Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang memadai, sebab di sinilah pengindeks dituntut kemampuannya untuk menentukan subyek apa yang dikandung dalam bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang mendasar perlu dikenali pengindeks dalam menganalisis subyek yakni jenis konsep dan jenis subyek. Dengan mengenali ketiga hal tersebut akan membantu dalam menetapkan pada atau dalam subyek apa suatu dokumen ditempatkan. Berikut akan dibahas ketiga hal tersebut secara ringkas. 1. Jenis Konsep Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep yaitu: a. Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kategori: 1) Disiplin Fundamental. Meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Oleh para ahli disiplin fundamental dikelompokkan menjadi 3 yakni ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu kemanusiaan. 2) Sub disiplin, merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental. Misalnya dalam disiplin ilmu fundamental alam, sub disiplinnya terdiri atas fisika, kimia, biologi, dsb. b. Fenomena (topik yang dibahas), merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian dari disiplin ilmu. Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 14

19 Misalnya pendidikan remaja. Pendidikan merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan remaja adalah fenomena yang menjadi objek atau sasarannya. c. Bentuk, ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan menjadi 3 jenis: 1) Bentuk Fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, dsb. 2) Bentuk Penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu: a) Menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll. b) Memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis, sistematis, dsb. c) Menyajikannya untuk kelimpok tertentu, misalnya bahasa Inggris untuk pemula, Psikologi untuk ibu rumah tangga. 3) Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subyek. Misalnya Filsafat Sejarah disini yang menjadi subyeknya adalah sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk intelektual. 2. Jenis Subyek Dalam kegiatan analisis subyek dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu: a. Subyek Dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya: Pengantar Ekonomi, yaitu menjadi subyek dasaranya Ekonomi. b. Subyek Sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya Pengantar ekonomi Pancasila terdiri dari subyek dasar ekonomi dan faset Pancasila. c. Subyek Majemuk, yaitu subyek yang teridiri dari subyek dasar disertai fokus dari dua atau lebih fasaet. Misalnya: Hukum adat di Indonesia. Subyek dasarnya yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat (faset jenis) dan Indonesia (faset tempat). d. Subyek Kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya Pengaruh agama Hindu terhadap agama Islam. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu Agama Hindu dan Agama Islam. Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks terdapat 4 (empat) fase, yaitu: 1) Fase Bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan ialah subyek yang disajikan. Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 15

20 Misalnya Statistik untuk wartawan subyek yang diutamakan ialah Statistik bukan wartawan. 2) Fase Pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi. Misalnya pengaruh Abu Merapi terhadap Pertanian di D.I Yogyakarta. Disini subyek yang diutamakan ialah Pertanian bukan Abu Merapi. 3) Fase Alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek lain. Disini subyek yang diutamakan ialah subyek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya: Penggunaan alat kimia dalam analisis darah. Disini yang diutamakan adalah Darah bukan Kimia. 4) Fase Perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain. Untuk menentukan subyek mana yang akan diutamakan, ketentuannya sebagai berikut: Pada subyek yang dibahas lebih banyak. Misalnya: Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jika Islam lebih banyak dibahas, utamakan subyek Islam dan sebaliknya. B. Urutan Sitasi Pada subyek yang disebut pertama kali. Misalnya Perpustakaan dan Masyarakat ditetapkan pada subyek Perpustakaan Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai perpustakaan. Misalnya Hukum dan Kedokteran. Di Fakultas Hukum akan ditetapkan subyek Hukum dan bila di perpustakaan kedokteran akan ditempatkan dalam subyek Kedokteran. Agar diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam penentuan subyek dan (nomor kelas) maka Ranganathan menggunakan konsep yang dikenal Urutan Sitasi. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal dengan akronim P-M-E- S-T, yakni: P - Personality (Wujud) M - Matter (Benda) E - Energy (Kegiatan) S - Space (Tempat) T - Time (Waktu) Konstruksi Jembatan Beton Tahun 20-an di Indonesia. Jembatan - Personality (P) Beton - Matter (M) Konstruksi - Energy (E) Indonesia - Space (S) Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 16

21 Tahun 20-an - Time (T) C. Cara Menentukan Subyek Sebelum pustakawan atau pengindeks dapat menempatkan suatu bahan pustaka pada kelas atau penggolongan yang sesuai, pustakawan perlu mengetahui lebih dahulu subyek apa yang dibahas dalam buku tersebut, sudut pandangan yang dianut penulis serta bentuk penyajiannya. Untuk itu pengindeks perlu mengetahui bagaimana membaca buku secara teknis untuk mengetahui isi buku. Beberapa langkah untuk mengetahui isi buku secara cepat adalah sebagai berikut: 1. Judul buku tidak selalu mencerminkan isi yang dibahasnya, bahkan kadang-kadang membingungkan. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut. Sebagai contoh buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Si Hijau Yang Cantik, Gema Tanah Air, tidak dapat ditentukan subyeknya begitu saja. Untuk memperoleh keterangan atau petunjuk lebih jauh perlu dilihat anak judul (judul tambahan), serta judul seri (kalau ada). Namun demikian kadang-kadang judul buku dengan mudah memberikan petunjuk tentang isinya, seperti Ekonomi, Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya. 2. Kata pengantar sebuah buku dapat memberikan petunjuk kepada pengklasir, tentang, maksud dan ide suatu bahan pustaka yang disampaikan kepada pembaca, dan sasaran masyrakat pembaca. Kata pengantar biasanya dibuat oleh pengarang. Tetapi ada kalanya dibuat oleh ahli dalam bidangnya atas pemintaan pengarang. 3. Daftar isi sebuah buku merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang subyek buku tersebut, karena memuat secara terperinci tentang pokok bahasan perbab, serta subbab. 4. Bibliografi atau sumber yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun buku dapat memberikan petunjuk tentang subyek suatu buku. 5. Pendahuluan suatu buku biasanya memberikan informasi tentang sudut pandang pengarang tentang subyek, dan ruang lingkup pembahasan. 6. Apabila dari langkah di atas pengklasir belum bisa menemukan subyek buku maka langkah yang perlu dilakukan adalah membaca teks buku secara keseluruhan atau sebagian, atau mencari smber informasi dari timbangan bku pada koran atau majalah ilmiah terpercaya, serta bisa juga dari katalog penerbit. 7. Meminta pertolongan dari orang yang ahli dalam bidangnya. Ini merupakan jalan keluar terakhir apabila pengklasir mengalami kesulitan dalam menentukan subyek buku yang tepat. D. Deskripsi Indeks Setelah mengetahui subyek suatu bahan pustaka melalui analisis subyek, selanjutnya menerjemahkan ke dalam kata-kata atau lambang-lambang yang terdapat Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 17

22 dalam Bahasa Indeks (Index Language). Bahasa Indeks merupakan Bahasa yang terawasi (Control Language) sedangkan hasil dari analisis subyek disebut dengan Bahasa Alamiah (Natural Language). Kegiatan menerjemahkan ini merupakan Deskripsi Indeks untuk bahan pustaka tersebut. Beberapa sistem Bahasa Indeks adalah sebagai berikut: 1. Daftar Tajuk Subyek Yaitu mendaftarkan sejumlah istilah atau kata-kata dengan memberikan acuan atau penunjukan seperti istilah see, see also, dsb. Tajuk subyek yaitu frase (kosakata) yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan pustaka. Daftar Tajuk Subyek misalnya Sears List Subject Headings edited by Barbara M. Wesby (1997), Pedoman tajuk subyek untuk Perpustakaan (PTSP) oleh Perpustakaan Nasional RI (1994), Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan, Edisi Ringkas oleh J.N.B. Tairas dan Soekarman K. (1990), dll. 3. Skema Klasifikasi Klasifikasi adalah pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan pustaka. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan. dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat. menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya. memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah. untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi. Beberapa Skema Klasifikasi yang terkenal: a. Dewey Decimal Classifications (DDC) oleh Melvil Dewey (1875) b. Colon Classifications (CC) oleh S.R Ranganathan (1933) c. Universal Decimal Classifications (UDC) oleh Paul Otlet (1905) d. A Bibliographic Classifications oleh H. E. Bliss (1935) e. Library of Congress Classifications (1899) f. Subject Classifications oleh J. D. Brown (1906) g. Readers International Classifications (1961) E. Dewey Decimal Classification (DDC) DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai simbol notasinya. Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan, indeks Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraian berikut ini. a. Bagan (Schedules) Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi). Dalam Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 18

23 DDC ini semakin khusus suatu subyek, semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya. Pembagiannya dari umum ke khusus. Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti: 1) Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya. Contoh dalam subyek Insecta (insecta) terdapat summary. Pembagian yang lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam summary tersebut diperinci lebih lanjut dalam bagan. 2) Formerly also Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek tersebut notasinya dulu pada... Misal, pada notasi terdapat subyek Tawhid [formerly also ]. ini berarti dulu notasinya pada tetapi sekarang pada (lihat bagan hal. 229). Istilah Formerly pada prinsipnya sama dengan Istilah formerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud. Contoh notasi Perception theory [formerly ]. 3) Class here Merupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun untuk menentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di bawah tajuk tersebut. Contoh advertising and public relations mendapat notasi 659. Di bawahnya diikuti dengan istilah class here publicity, ini berarti karya tentang publicity ditempatkan sama pada subyek Advertising and public relation (lihat bagan hal. 352). 4) Relocated to DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besar sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan formerly yang notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9] Built-in church furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to , ini berarti notasi untuk subyek built-in church furniture sekarang sudah tidak digunakan lagi dan dipindahkan pada notasi (lihat bagan). 5) Centered heading Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan dalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek Biography of specific classes of perseons dalam bagan dinyatakan pada notasi Pada kasus seperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan). 6) Optional number, prefer. Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC. Contoh untuk konsep riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu, DDC menyarankan agar ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi subdivisi standard -092 dari tabel 1 (lihat ). 7) If prefered Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilih salah satu alternatif. Contoh untuk konsep bibliografi subyek notasinya 016. Bila pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya. Misal Bibliografi kedokteran pada notasi , tetapi pemakai DDC dapat juga menempatkan pada notasi (lihat bagan). 8) Acuan see Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek rubber mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek rubber products see (lihat bagan) Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 19

24 9) Instruksi Add to Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil pembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal pada notasi Collection development ini specific types of institutions diikuti dengan perintah Add to base number the number following 02 in Contoh Pengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi Notasi 77 diambilkan dari notasi subyek college and university library Bila notasi tersebut diperinci adalah sebagai berikut: notasi dasar Collection development in specific types of institutions Collection development in academic libraries (lihat bagan). 10) Dan lain-lain. b. Indeks Relatif (Relative Index) Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat Indeks Relatif. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilahistilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek yang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi suatu subyek adalah melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks relatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang sedang diklasifikasikan. c. Tabel-Tabel Kecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabeltabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri, selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7 tabel pembantu/pelengkap, yakni: 1) Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions) Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan bentuk yang diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentuk terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah dan geografi. Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni: a) Tidak ada instruksi b) Terdapat dalam bagan (lengkap) c) Terdaftar sebagian d) Ada instruksi penggunaan dua nol (00) Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 20

25 e) Instruksi penggunaan tiga nol (000) 2) Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons) Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), missal Angkatan Laut Indonesia. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasi wilayah Indonesia yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2 ini aalah sebagai berikut: a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1). b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksi from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata Geographical, treatment, treatment by specific continents, countries, dan sebagainya. Untuk geografi suatu wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk geografi suatu wilayah. Misalnya Geografi Jepang, Geografi Indonesia dan sebagainya. Cara pembentukannya, anka dasar geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel 2. 3) Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, for Specific Literary Forms). Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut subdivisi masing-masing sastra. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi, dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol), notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820, dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3 ini adalah: a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap b) Tidak terdaftar dalam bagan 4) Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages) Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut masing bahasa (Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasa terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama. Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470. Cara penambahan Tabel 4 ini: a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap b) Belum terdaftar dalam bagan c) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih dikenal d) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries). 5) Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups). Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yang bersangkutan. Adapun cara penambahannya, adalah: a) Ada perintah Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 21

26 b) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkan notasi 6) Bahasa (Languages) Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam bahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur an kemudian ditambahkan dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6. Cara penggunaan Tabel 6 ini adalah: a) Ada perintah b) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini. Contoh untuk karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan di Argentina) mendapat notasi ) Orang (Groups of Persons). Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyek yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terapat pada Tabel 7. Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut: a) Ditambahkan langsung b) Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1. F. Penggunaan DDC Setiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC atau menggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah ini, diantaranya: Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama), ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya. Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh gambaran yang lebih jelas. Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya. Pahami indeks relatif dan penyusunannya. Prinsip Klasifikasi DDC Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya. Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas. Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak seimbang klasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas. Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yang sama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan atau dibahas. Misal Pengantar sosiologi dan ekonomi. Rangkuman : Sosiologi / ekonomi Sosiologi : Disiplin ilmu Ekonomi : Disiplin ilmu maka subyek yang diutamakan adalah sosiologi, karena yang pertama dibahas. Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 22

27 Apabila menemukan bahan pustaka yang membahas 3 subyek atau lebih, maka klasifikasikan pada subyek yang lebih luas. Misal Pelajaran matematika, Kimia, dan Fisika klasifikasikan pada nomor 500 (eksakta). Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak terdapat nomor klasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling dekat dengan subyek itu dan tidak diperkenankan membuat nomor baru sendiri. G. Prosedur penentuan notasi Setiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas. Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebut dengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaitu angka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka arab. Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara huruf dan angka. Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf disebut notasi campuran. Notasi haruslah bersifat hirarkis karena harus mencerminkan urutan structural sebuah klasifikasi. Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan sampai detail sesuai dengan truktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap hirarki disiplin ilmu dapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi. Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relative karena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek. Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan tabeltabel pembantu untuk memperluas notasinya. Pemilihan notasi dapat dilakukan melalui indeks atau langsung pada bagan, untuk itu perhatikan uraian berikut ini. a. Melalui indeks relatif Indeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusun secara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang tercantum dalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabel pembantu, langkahlangkahnya: Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek. Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks. Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk melihat dan menguji kebenarannya. _ Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam bagan. b. Melalui bagan Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusun menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secara universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama. Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut seksi. Begitu seterusnya. Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya sebagai berikut: Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis. Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya. Golongkan subyek tersebut pada kelas utama. Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yang tepat. Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 23

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA Oleh: Gatot Subrata, S.Kom

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA Oleh: Gatot Subrata, S.Kom KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA Oleh: Gatot Subrata, S.Kom Abstrak: Sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) adalah sistem klasifikasi fundamental yang mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan subyek

Lebih terperinci

oleh: HETTY GULTOM, S.Sos.

oleh: HETTY GULTOM, S.Sos. Analisis Subjek Bahan Pustaka oleh: HETTY GULTOM, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 4 Analisis Subjek Bahan Pustaka oleh: Hetty Gultom, S.Sos. (Pustakawan Universitas Sumatera

Lebih terperinci

TAJUK SUBYEK. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom

TAJUK SUBYEK. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom TAJUK SUBYEK Oleh: Gatot Subrata, S.Kom Abstrak: Analis subyek adalah kegiatan menganalisa subyek atau pokok bahasan dari suatu bahan pustaka secara konseptual dan menterjemahkan dalam notasi sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai

Lebih terperinci

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS PENGKATALOGAN / PENGINDEKSAN PENGKATALOGAN DESKRIPTIF PENGINDEKSAN SUBYEK FISIK BAHAN PUSTAKA ISI BAHAN PUSTAKA DESKRIPSI BIBLIOGRAFI ANALISIS SUBYEK TAJUK ENTRI UTAMA PENERJEMAHAN: MENJADI TAJUK SUBYEK

Lebih terperinci

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalog Pengatalogan ( cataloging ) berasal dari kata katalog yang berarti suatu daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan yang disusun secara sistematis,

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 Pengertian KATALOG??? Pengertian KATALOGISASI??? Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu instusi yang berfungsi untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di universitas, akademik, maupun

Lebih terperinci

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap atau komprehensif dari suatu bahan pustaka

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Pengolahan bahan pustaka telah dilakukan orang sejak zaman dahulu kala, dalam upaya mempermudah para pemakai perpustakaan menggunakan

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN DDC. Oleh: Fiqru Mafar

MENGGUNAKAN DDC. Oleh: Fiqru Mafar MENGGUNAKAN DDC Oleh: Fiqru Mafar Skema umum Klasifikasi Schedules Notasi Index Number building Schedules Skema pengelompokan berdasarkan nomor urut tertentu, mulai dari yang paling umum ke yang paling

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 46 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

RAGAM BAHAN PUSTAKA. UMUM: Mencakup semua bidang ilmu pengetahuan KHUSUS: khusus yang hanya mencakup salah. menurut bagian-bagian dan seksi-seksi

RAGAM BAHAN PUSTAKA. UMUM: Mencakup semua bidang ilmu pengetahuan KHUSUS: khusus yang hanya mencakup salah. menurut bagian-bagian dan seksi-seksi TAJUK SUBJEK RAGAM BAHAN PUSTAKA UMUM: Mencakup semua bidang ilmu pengetahuan KHUSUS: khusus yang hanya mencakup salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terinci menurut bagian-bagian dan seksi-seksi Prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan pusat informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan juga mempunyai peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan pusat informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan juga mempunyai peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tajuk Subjek Ada beberapa alat temu balik informasi yang diketahui termasuk salahsatunya katalog subjek. Katalog subjek merupakan alat temu kembali informasi di perpustakaan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA Makalah ini disampaikan pada pelatihan pustakawan di SDN Mangliawan II Pakis Malang Tanggal 26 November 2011 OLEH : SETIAWAN, S.Sos (Pustakawan Pertama) UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Mulyati

Disusun Oleh : Mulyati Disusun Oleh : Mulyati Kegiatan pengolahan bahan pustaka dapat dibagi menjadi tiga kelompok 1. Pra-Katalog Merupakan awal dari kegiatan pengolahan bahan pustaka. Pra-katalog ini meliputi pengadaaan bahan

Lebih terperinci

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 6 MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA A. Pengertian Y PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA Juhaeri ang dimaksud dengan pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan yang berkenaan dengan bahan pustaka, sejak bahan pustaka tiba di perpustakaan, sampai tersusun

Lebih terperinci

TAJUK SUBYEK BAHAN PUSTAKA

TAJUK SUBYEK BAHAN PUSTAKA TAJUK SUBYEK BAHAN PUSTAKA Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk

Lebih terperinci

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani A. PENDAHULUAN Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Katalog Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu

Lebih terperinci

KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA

KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA Makalah ini disampaikan pada pelatihan pustakawan di SDN Mangliawan II Pakis Malang Tanggal 26 November 2011 OLEH : SETIAWAN, S.Sos Pustakawan Pertama UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi. digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perpustakaan Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang ada di perguruan tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka PENDAHULUAN Anglo-American Cataloguing Rules (selanjutnya disingkat AACR) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin banyaknya sumber-sumber informasi, maka semakin meningkat pula kebutuhan manusia untuk dapat

Lebih terperinci

3. Pengindeksan Dokumen

3. Pengindeksan Dokumen 3. Pengindeksan Dokumen Dasar-Dasar Dokumentasi (Modul 3) by Yuni Nurjanah Page 1 Bahasa Indeks (bhs sehari-hari dunia pusdokifo), adalah: Bahasa sehari yang digunakan oleh unit informasi untuk memeri

Lebih terperinci

KATALOGISASI DAN KLASIFIKASI

KATALOGISASI DAN KLASIFIKASI KATALOGISASI DAN KLASIFIKASI Peranannya dalam sistem temu kembali informasi information retrieval system pada Perguruan Tinggi Disampaikan Workshop "Katalogisasi" yang dilaksanakan oleh HMD D3 Ilmu Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA. Menurut Sulistyo Basuki ( 1994 : 324 ) pengatologan adalah proses menyusun entri bagian katalog.

BAB II SISTEM PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA. Menurut Sulistyo Basuki ( 1994 : 324 ) pengatologan adalah proses menyusun entri bagian katalog. BAB II SISTEM PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalogisasi atau penatalogan merupakan kegiatan yang utama dalam proses pengolahan buku agar siap dimanfatkan oleh pemakai atau pengguna. kegiatan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 46 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENGEMBANGAN

BAB III HASIL PENGEMBANGAN 22 BAB III HASIL PENGEMBANGAN A. Analisa Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan suatu proses untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan oleh pengguna terhadap produk yang akan dibuat. Rancangan

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2

Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2 Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2 Revisi Panduan : 24 Maret 2015 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1. Persiapan Untuk dapat melakukan pemasukan data bibliografi dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 9 PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK. Pengindeksan kata Derivative indexing. 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing

PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK. Pengindeksan kata Derivative indexing. 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing Bahasa indeks Indexing language (Controlled vocabulary atau kosakata terkendali Pengindeksan kata Derivative indexing Bahasa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN RSC

PEDOMAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN RSC PEDOMAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN RSC INVENTARISASI Weeding dan Stock Opname Weeding dan stock opname merupakan kegiatan penyiangan dan penghitungan koleksi perpustakaan dengan tujuan untuk menjaga koleksi

Lebih terperinci

Klasifikasi dan Tajuk Subyek

Klasifikasi dan Tajuk Subyek Klasifikasi dan Tajuk Subyek Makalah dipresentasikan pada Diklat Perpustakaan Sekolahdi Sekolah Dasar Negeri Purwodadi I Kecamatan Blimbing Kota Malang Pada tanggal 15 Oktober 2011 Oleh: Ika Yuslina UPT

Lebih terperinci

PELATIHAN KLASIFIKASI BUKU DAN PEMBUATAN KARTU KATALOG BUKU BAGI PETUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DI KOTA SINGARAJA.

PELATIHAN KLASIFIKASI BUKU DAN PEMBUATAN KARTU KATALOG BUKU BAGI PETUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DI KOTA SINGARAJA. PELATIHAN KLASIFIKASI BUKU DAN PEMBUATAN KARTU KATALOG BUKU BAGI PETUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DI KOTA SINGARAJA oleh, I Ketut Artana Unit Perpustakaan Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no.1 MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR 2000

Lebih terperinci

ANALISIS SUBJEK VERBAL

ANALISIS SUBJEK VERBAL ANALISIS SUBJEK VERBAL B. Mustafa mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com P endekatan subjek dalam era elektronik menjadi cara yang utama dalam mencari informasi. Mesin-mesin pencari informasi di internet

Lebih terperinci

KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN

KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN PUST2290 1.1 P KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN erpustakaan merupakan tempat yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkannya. Informasi dapat diperoleh dari berbagai jenis bacaan yang

Lebih terperinci

Katalogisasi KATALOGISASI DOKUMEN. Sri Rahayu. 1. Pendahuluan

Katalogisasi KATALOGISASI DOKUMEN. Sri Rahayu. 1. Pendahuluan Katalogisasi KATALOGISASI DOKUMEN Sri Rahayu 1. Pendahuluan Perpustakaan sebagai pusat informasi menyajikan koleksi dalam bentuk yang berbeda-beda, baik koleksi tercetak seperti buku, majalah, tesis, disertasi,

Lebih terperinci

DATABASE PERPUSTAKAAN

DATABASE PERPUSTAKAAN DATABASE PERPUSTAKAAN Oleh : Ubudiyah Setiawati PENDAHULUAN Perpustakaan perguruan tinggi bagian dari fasilitas yang sifatnya terbuka bagi civitas akademik, bahkan perpustakaan yang berstatus sebagai perpustakaan

Lebih terperinci

KOMPARASI BAGAN SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN UNIVERSAL DECIMAL CLASSIFICATION (UDC)

KOMPARASI BAGAN SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN UNIVERSAL DECIMAL CLASSIFICATION (UDC) KOMPARASI BAGAN SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN UNIVERSAL DECIMAL CLASSIFICATION (UDC) Skripsi Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 26 PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Oleh: Sulastuti Sophia Pusat Perpustakaan dan PenyebaranTeknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2002

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1

Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 1. Persiapan Kegiatan pengolahan bahan pustaka merupakan tahapan penting dalam otomasi perpustakaan.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA Makalah dipresentasikan pada Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Perpustakaan Bagi Petugas Perpustakaan Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Tanggal 14-18

Lebih terperinci

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN 1982-2012 KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG Evi Novita Sari 1, Malta Nelisa 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan

Lebih terperinci

MODUL I TERBITAN BERSERI SEBAGAI SUMBER INFORMASI

MODUL I TERBITAN BERSERI SEBAGAI SUMBER INFORMASI MODUL I TERBITAN BERSERI SEBAGAI SUMBER INFORMASI KB 1. PENGERTIAN TERBITAN BERSERI * Terbitan Berseri berisi tulisan atau informasi orisinil dan biasanya belum pernah diterbitkan dalam bentuk apapun dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri

Lebih terperinci

MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI

MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI Sarana temu kembali dapat berupa: 1. Susunan koleksi dokumen. 2. Katalog perpustakaan yang dapat berbentuk kartu, buku, lembaran kertas, OPAC dll. KATALOG TERBITAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 32 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Oleh Surya Mansjur Sulastuti Sophia Akhmad Syaikhu Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Katalog dan Minat Baca

Katalog dan Minat Baca Katalog dan Minat Baca Oleh Ika Laksmiwati Sejarah peradaban manusia di mulai dengan kehidupan yang sangat sederhana. Pada awalnya manusia hanya membutuhkan makanan dan tempat untuk bertahan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut F.Rahayuningsih dalam bukunya pengelolaan perpustakaan (2007 : 12) menyatakan bahwa, kegiatan-kegiatan pokok perpustakaan sebagai berikut : 1. Pengembangan

Lebih terperinci

Berikut ini sekilas ilustrasi proses penelusuran sebuah informasi oleh pemakai unit informasi / perpustakaan.

Berikut ini sekilas ilustrasi proses penelusuran sebuah informasi oleh pemakai unit informasi / perpustakaan. TAHAPAN PENELUSURAN INFORMASI Oleh Arief Surachman Berikut ini sekilas ilustrasi proses penelusuran sebuah informasi oleh pemakai unit informasi / perpustakaan. Pemakai Kebutuhan Pencatatan Analisa Penelusuran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA)

KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA) KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA) SUHARYANTO Yogyakarta, 5 April 2018 PERPUSTAKAAN NASIONAL RIS PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES Oleh M. Syam Suryanto, S.Sos UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2015 Daftar Isi Halaman Judul

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Oleh: Ir. Abdul R. Saleh, M.Sc dan Drs. B. Mustafa, M.Lib. 2 PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem dari sistem pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X Iin Fridayani Veronika Purba 1, Malta Nelisa 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 22 SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2001 1 Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian

Lebih terperinci

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini HUBUNGAN PERSEPSI PEMUSTAKA TENTANG SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TELUSUR ELEKTRONIK DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Oleh Nia Hastari

Lebih terperinci

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN 2014 Oleh : Sri Mulyani Butir kegiatan pustakawan Adalah kegiatan kepustakawanan yang dilakukan pustakawan dan dihargai

Lebih terperinci

Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan sekolah Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 2 4 Tujuan... 3 5 Koleksi...

Lebih terperinci

MENGKLASIFIKASI DAN MENENTUKAN TAJUK SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN

MENGKLASIFIKASI DAN MENENTUKAN TAJUK SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN MENGKLASIFIKASI DAN MENENTUKAN TAJUK SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN Oleh Widodo 1 A. Pendahuluan Bahan perpustakaan yang telah diterima dan diyakini dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan harus segera diolah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jerry Fith Gerald (1981:5) Sistem

BAB III LANDASAN TEORI. mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jerry Fith Gerald (1981:5) Sistem BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jerry Fith Gerald (1981:5) Sistem adalah suatu jaringan kerja

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI Nanik Arkiyah A. PENGANTAR Sistem temu kembali informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting. Tanpa sistem temu kembali,

Lebih terperinci

Panduan Pemasukan Data melalui SIPISIS for Windows

Panduan Pemasukan Data melalui SIPISIS for Windows Panduan Pemasukan Data melalui SIPISIS for Windows SIPISIS merupakan program automasi bagi sistem sirkulasi buku atau jenis pinjaman lainnya, pada suatu Perpustakaan. SIPISIS juga menyediakan catalog umum/catalog

Lebih terperinci

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh:

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh: Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh: Disusun Oleh: Nama : Heri Purnomo NIM : 015856697 Pokjar : Wonogiri

Lebih terperinci

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 37 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI MAJALAH

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 37 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI MAJALAH Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 37 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI MAJALAH Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Lebih terperinci

PETUNJUK RINGKAS CARA PENGINDEKSAN MAJALAH DAN MONOGRAF ANALITIK

PETUNJUK RINGKAS CARA PENGINDEKSAN MAJALAH DAN MONOGRAF ANALITIK Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 10 PETUNJUK RINGKAS CARA PENGINDEKSAN MAJALAH DAN MONOGRAF ANALITIK Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

3.1. Deskripsi Bibliografi

3.1. Deskripsi Bibliografi 3. Pengindeksan Dokumen Dasar-Dasar Dokumentasi (Modul 3) by Yuni Nurjanah Page 1 Pendeskrepsian Dokumen: 1. Apa judulnya 2. Siapa penanggung jawab isinya 3. Siapa badan penerbitnya 4. Kapan diterbitkan

Lebih terperinci

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS

IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS PADA SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) Oleh : Danang Dwijo Kangko LATAR BELAKANG Hampir 50% Petugas perpustakaan tidak menggunakan tajuk subjek dalam katalog dan pangkalan

Lebih terperinci

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses PERPUSTAKAAN PTA MAKASSAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Hal : 2 Revisi ke : Tgl. Efektif : Modul : Pengolahan Bahan Pustaka Tujuan : Melakukan proses pengkatalogan buku Ruang lingkup : Buku baru untuk diproses

Lebih terperinci

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Oleh : LELY EMILIYANA, S.Sos. NIP : 19750101 200112 2 002 POLITEKNIK NEGERI MEDAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia perpustakaan dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri

Lebih terperinci

KOSAKATA. Penjelasan istilah perpustakaan

KOSAKATA. Penjelasan istilah perpustakaan KOSAKATA Indonesian Penjelasan istilah perpustakaan 2D Graphic Istilah yang digunakan dalam katalog untuk menggambarkan karya seni visual seperti karya cetak/gambar cetak atau poster. 3D Object Benda fisik

Lebih terperinci

DIR Instruksi Kerja Pengelolaan Sumber Pustaka dan Referensi: Instruksi dan Kebijakan Pengolahan Koleksi Perpustakaan

DIR Instruksi Kerja Pengelolaan Sumber Pustaka dan Referensi: Instruksi dan Kebijakan Pengolahan Koleksi Perpustakaan 1/6 1. Tujuan 100% kebijakan pengolahan koleksi perpustakaan dipenuhi. 2. Ruang Lingkup Seluruh koleksi Perpustakaan Politeknik Negeri Batam baik yang berbentuk digital maupun non digital 3. Istilah/Singkatan/Definisi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 34 PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2005 Seri Pengembangan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Klasifikasi 2.1.1 Pengertian Klasifikasi Ada beberapa pendapat mengenai pengertian klasifikasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001 : 574) dinyatakan bahwa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif dipilih karena peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan perlu dipaparkan mengenai profil dan tugas pokok dari perpustakaan IPB. Berkenaan dengan kebijakan pengembangan/pengadaan koleksi, dalam pelaksanaan tugasnya

Lebih terperinci

PENGORGANISASIAN INFORMASI KITAB KUNING: Suatu pengantar praktis dalam mengklasifikasi kitab kuning di Perpustakaan Pesantren

PENGORGANISASIAN INFORMASI KITAB KUNING: Suatu pengantar praktis dalam mengklasifikasi kitab kuning di Perpustakaan Pesantren PENGORGANISASIAN INFORMASI KITAB KUNING: Suatu pengantar praktis dalam mengklasifikasi kitab kuning di Perpustakaan Pesantren Makalah Disampaikan pada Diklat Calon Tenaga Pustakawan Pesantren Mahasiswa

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka

PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka PETUNJUK TEKNIS INPUT DATA TERBITAN BERKALA MAJALAH/ JURNAL/ BULETIN/ TERBITAN BERKALA LAINNYA Untuk Tingkat Deskriptor Pustaka Oleh : Agustiawan Perpustakaan ISI Yogyakarta sebagai unit penunjang Tri

Lebih terperinci

OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS) Oleh Mufid, S.Ag., SS., M.Hum NIP

OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS) Oleh Mufid, S.Ag., SS., M.Hum NIP OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS) Oleh Mufid, S.Ag., SS., M.Hum NIP. 197504062001121002 Dipresentasikan Pada Pelatihan Senayan Di Perpustakaan Sekolah Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Sebagai bagian dari pengetahuan, ilmu pengetahuan lebih bersifat

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN PROPOSAL

PANDUAN PENULISAN PROPOSAL PANDUAN PENULISAN PROPOSAL A. BAGIAN AWAL 1. Halaman Sampul Luar Pada halaman sampul luar berisi komponen : a. Judul Penelitian/Proposal dan mengandung didalamnya tempat penelitian dilaksanakan. b. Tulisan

Lebih terperinci

DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION. Apabila Kita pergi ke sebuah perpustakaan, kemudian kita mencari buku yang

DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION. Apabila Kita pergi ke sebuah perpustakaan, kemudian kita mencari buku yang DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION Apabila Kita pergi ke sebuah perpustakaan, kemudian kita mencari buku yang kita perlukan pada sebuah sistem catalog computer yang tersedia, setelah memasukkan judul buku dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI Garis Besar Tata Cara Penulisan Skripsi Jenis

Lebih terperinci

Cara Menjadi Pustakawan Ahli Pertama yang Sukses: Penyamaan Persepsi Butir-Butir Kegiatan Pustakawan Ahli Pertama

Cara Menjadi Pustakawan Ahli Pertama yang Sukses: Penyamaan Persepsi Butir-Butir Kegiatan Pustakawan Ahli Pertama Cara Menjadi Pustakawan Ahli Pertama yang Sukses: Penyamaan Persepsi Butir-Butir Kegiatan Pustakawan Ahli Pertama Luthfiati Makarim Lokakarya Pustakawan 2017 Gedung Teater Perpustakaan Nasional RI 9 Januari

Lebih terperinci

Perpustakaan sekolah SNI 7329:2009

Perpustakaan sekolah SNI 7329:2009 Standar Nasional Indonesia Perpustakaan sekolah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 2 4 Tujuan...

Lebih terperinci

PETUNJUK PENCETAKAN KARTU KATALOG DENGAN PROGRAM WP ATAU MS-WORD

PETUNJUK PENCETAKAN KARTU KATALOG DENGAN PROGRAM WP ATAU MS-WORD Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 5 PETUNJUK PENCETAKAN KARTU KATALOG DENGAN PROGRAM WP ATAU MS-WORD Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1 FORMAT LAPORAN KULIAH MAGANG KERJA MAHASISWA PROGRAM S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA A. KANDUNGAN ISI LAPORAN Secara umum, laporan Kuliah Magang Kerja Mahasiswa terdiri dari tiga

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2015

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2015 PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2015 BAGIAN AWAL 1. Sampul Depan Sampul depan adalah halaman judul tugas

Lebih terperinci

LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI

LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI LAYANAN REFERENSI DAN PROMOSI KOLEKSI REFERENSI Materi disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Mutu Tenaga Pustakawan STAH Santika Dharma Malang Di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang Oleh: Nining

Lebih terperinci