MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2"

Transkripsi

1 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Galisto A. Widen F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Galisto A. Widen F Dilahirkan pada tanggal 13 Febuari 1982 di desa Rodok, Kalimantan tengah Menyetujui, Bogor, Januari 2006 Dr. Ir. Tineke Mandang., MS Dosen pembimbing I Dr. Ir. I Dewa Made S., M.Agr Dosen pembimbing II Mengetahui, Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian

4 Galisto A. Widen. F Modifikasi Instrumen Pengukur Gaya Tarik (Pull) dan Kecepatan Maju Traktor Roda 2. Di bawah Bimbingan : Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Dr. Ir. I Dewa Made S., M.Agr RINGKASAN Traktor roda 2 telah banyak digunakan di Indonesia terutama untuk pengolahan tanah pada lahan sawah. Dengan banyaknya produk traktor yang ada baik dari dalam maupun luar negeri, maka perlu dilakukan pengujian tenaga tarik dari traktor tersebut untuk kondisi lahan-lahan pertanian di Indonesia. Tentunya untuk mendapatkan tenaga tarik yang nyata (riil) perlu dilakukan pengujian dilapangan yaitu dengan mengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju dari traktor tersebut. Dimana, tenaga tarik berbanding lurus dengan perkalian antara gaya tarik (pull) dengan kecepatan maju traktor yang diuji. Banyak metode pengujian yang digunakan untuk menentukan gaya tarik dan kecepatan maju traktor roda 2. Tetapi, banyak dari metode-metode pengujian yang umum digunakan tidak effisien baik dari jumlah tenaga kerja maupun biaya untuk melakukan pengujian tersebut. Sedikitnya dibutuhkan 4 orang dalam mengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor untuk menentukan tenaga tarik dan dibutuhkan biaya kurang lebih Rp 300 ribu untuk biaya tenaga kerja, konsumsi dan bahan bakar. Instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor roda 2 yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk mengurangi biaya dan jumlah tenaga kerja pada pengujian traktor khususnya untuk menentukan tenaga tarik traktor roda 2. Instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2 terdiri dari a) rangka utama, b) sensor (loadcell), c) drum penggulung kawat sling, d). mekanisme batang hubung, dan e) sistem pembebanan (pengereman). Rangka utama dan batang hubung dibuat dengan menggunakan besi siku dan besi pejal dengan ukuran 4x4 cm. Silinder penggulung kawat berdiameter 32 cm dan lebar 18 cm terbuat dari pipa besi dan besi plat. Sistem pembebanan terdiri dari roda sepeda dan besi ulir untuk menekan roda sepeda sehingga memberikan efek pengereman. Pengukuran gaya tarik dilakukan dengan menempatkan drum penggulung tali sling pada titik gandeng (hitch point) traktor kemudian traktor dimajukan dalam jarak tertentu dengan berbagai tingkat pembebanan (pengereman). Keluaran dari sensor (loadcell) gaya tarik ditampilkan pada alat peraga (handy strain meter), keluaran dari handy strain dalam satuan (mε) perlu diubah menjadi satuan gaya tarik yaitu Newton dengan menggunakan persamaan yang didapat pada prose kalibrasi. Instrumen pengukur kecepatan maju terdiri dari sensor cahaya yaitu photo interuptor, piringan bercelah, rangkaian tambahan dan AVO meter. Sensor photo interuptor terdiri dari 2 bagian yaitu emitter dan photo dioda, sinar inframerah yang dihasilkan oleh emitter mempengaruhi besarnya tegangan bias masa pada photo dioda. Piringan bercelah yang berputar memungkinkan radiasi inframerah diterima oleh photo dioda dengan frekuensi sesuai dengan jumlah celah yang terdapat pada piringan tersebut. Rangkaian tambahan dibuat untuk menghitung jumlah pulsa dari sensor dan mengubah pulsa tersebut menjadi digital kemudian diubah kembali menjadi analog untuk ditampilkan oleh alat peraga (AVO meter). Piringan bercelah dan sensor ditempatkan pada poros drum penggulung kawat sling pada instrumen

5 pengukur gaya tarik, kecepatan maju didapat dengan mengubah keluaran (volt) dari instrumen pengukur kecepatan maju menjadi kecepatan putar (rpm) drum penggulung tali sling, kemudian kecepatan putaran drum penggulung tali sling diubah menjadi kecepatan maju traktor yang diuji (kecepatan linier). Uji fungsional dilakukan untuk mengevaluasi kedua instrumen hasil perancangan. Sebelum dilakukan uji lapang, kedua instrumen dikalibrasi terlebih dahulu untuk medapatkan karakteristik dari kedua instrumen. Berdasarkan hasil kalibrasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) didapatkan persamaan Y=0.4589X dengan R 2 = dimana Y adalah beban (kg) dan X adalah regangan loadcell (mε). Berdasarkan hasil kalibrasi sensor kecepatan maju traktor didapatkan persamaan Y= x dengan R 2 = dimana Y merupakan kecepatan putar drum penggulung tali sling (rpm) dan X merupakan tegangan keluaran yang terbaca pada AVO meter (Volt). Berdasarkan hasil uji fungsional, instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2 menunjukkan bahwa instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2 dapat berfungsi seperti yang diharapkan yaitu mengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2. Semua bagian dari instrumen sudah dapat berfungsi dengan baik. Rangka utama dapat menopang drum penggulung kawat sling, batang hubung dan load cell. Batang hubung juga mampu menahan berat dari drum penggulung kawat sling dan tidak rusak akibat tarikan traktor. Sedangkan pada instrumen pengukur kecepatan maju menunjukkan sensor kecepatan maju dapat berfungsi dengan baik walaupun terdapat beberapa kekurangan. Baik pada saat kalibrasi maupun uji fungsional sensor photo interuptor mengalami gesekan dengan piringan bercelah, gesekan yang terjadi mengakibatkan tutup bercelah dari sensor yang terbuat dari plastik terkikis. Gesekan yang terjadi dapat mengakibatkan celah pada sensor tertutup sehingga mengurangi intensitas cahaya inframerah dari transmitter menuju ke photo dioda yang mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat. Berdasarkan hasil uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2 dan instrumen pengukur kecepatan maju perlu dapat disimpulkan sebaiknya instrumen pengukur gaya tarik (pull) digunakan pada lahan pengujian yang permanen. Dimana, instrumen ini dipasangkan dengan menggunakan baut dan mur pada permukaan lahan yang disemen atau dibeton karena selama ini instrumen tersebut diikatkan pada ban trailer maupun pada lower link traktor roda 4. Perlunya modifikasi sistem pemberi beban (pengereman) sehingga dapat menghasilkan tanaga tarik yang besar (optimal). Hal ini bisa dilakukan dengan mengganti semua sistem pemberi beban atau mengganti roda yang lama dengan roda yang baru yang memiliki tapak yang besar. Instrumen pengukur kecepatan maju perlu dimodifikasi sedemikian rupa, terutama pada bagian sensor cahaya (photo interuptor) sehingga pengaruh cahaya dari luar dapat dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi pengaruh cahaya dari luar adalah dengan menutupi sensor tersebut. Piringan bercelah yang digunakan sebagai perlakuan bagi sensor photo interuptor sehingga menghasilkan pulsa perlu diperbaiki atau diganti dengan yang baru sehingga piringan tersebut tidak bergesekan dengan sensor cahaya (photo interuptor).

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME yang telah memberikan segala kasih dan anugerah-nya kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Modifikasi Instrumen Pengukur Gaya Tarik (Pull) dan Kecepatan Maju Traktor Roda 2. Penulisan skripsi ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Pertanian (Lab. TMBP) dan Laboratorium Instrumentasi dan Kontrol (Bagian Ergotronika). Penelitian ini berlangsung selama 8 bulan, dimulai dari tanggal 3 April 2005 sampai dengan tanggal 11 September Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu baik dalam persiapan, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini kepada : 1. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS, sebagai dosen pembimbing akademik I (satu) yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian sampai penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. I Dewa Made S., M.Agr, sebagai dosen pembimbing II (dua) yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian sampai penulisan skripsi ini. 3. Ir. Sri Mudiastuti, M. Eng, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS, atas bantuan dan sarannya selama pelaksanaan penelitian ini dilakukan. 5. Bapak Abas dan bapak Muhalimin selaku teknisi Laboratorium TMBP yang telah membantu dalam pembuatan kedua instrumen. 6. Bapak, ibu (alm), o m dan tante beserta seluruh keluarga atas doa, kasih sayang dan dukungan kepada penulis. 7. Teman-teman di Teknik Pertanian IPB dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Bogor, Januari 2006 Penulis i

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 2 A. Traktor Roda B. Gaya Tarik (Pull) dan Pengukurannya... 3 C. Kecepatan Maju Traktor dan Pengukurannya... 7 D. Tenaga tarik (Drawbar Power) E. Slip roda F. Material Konstruksi Rangka III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian B. Alat dan Bahan C. Tahapan Penelitian a. Analisis masalah b. Perancangan konsep c. Konstruksi intrumen d. Pengujian e. Dokumentasi IV. ANALISIS RANCANGAN DAN KONSTRUKSI ALAT A. Instrumen Pengukur Gaya Tarik B. Instrumen Pengukur Kecepatan Maju ii

8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Instrumen Pengukur Gaya Tarik (Pull) a. Pembuatan alat pengukur gaya tarik (pull) traktor roda b. Kalibrasi alat pengukur gaya tarik traktor roda 2 (pull) B. Instrumen Pengukur Kecepatan Maju a. Pembuatan instrumen pengukur kecepatan maju b. Kalibrasi sensor kecepatan maju C. Uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan instrumen pengukur sensor kecepatan maju a. Uji fungsional instrumen pengukur drawbar pull b. Uji Fungsional sensor kecepatan maju VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran VII. DAFTAR PUSTAKA VIII. LAMPIRAN iii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Kisaran nilai gaya traktor roda 2 dengan jarak antar sirip cm... 4 Tabel 2 Kisaran nilai kecepatan maju traktor roda Tabel 3 Bagian-bagian dari instrumen pengukur gaya tarik (pull) Tabel 4 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc) Tabel 5 Data pengukuran gaya tarik ( pull) dengan menggunakan instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda Tabel 6 Data pengukuran kecepatan maju traktor roda 2 diukur manual dan slip roda (diukur manual) Tabel 7 Data kecepatan maju traktor roda 2 dengan menggunakan instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 dan slip roda (diukur manual) Tabel 8 Gaya tarik ( pull), tenaga tarik (drawbar power) dan kecepatan maju traktor roda iv

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Pengukuran beban tarik traktor 2 roda menggunakan beban traktor roda Gambar 2 Dynamometer sederhana untuk mengukur gaya tarik traktor... 5 Gambar 3 Perlengkapan pengukuran kemampuan traksi roda bersirip gerak dengan sirip berpegas dan sirip karet pada tanah basah... 6 Gambar 4 Instrumen pemberi beban tarik... 7 Gambar 5 Grafik hubungan antara kecepatan maju traktor dengan gaya tarik traktor secara teoritis pada berbagai macam tingkat transmisi traktor... 8 Gambar 6 Grafik hubungan tenaga maksimum yang tersedia untuk sebuah traktor.. 9 Gambar 7 Grafik hubungan antara slip roda dengan gaya tarik (drawbar pull) traktor Gambar 8 Berbagai bentukmaterial baja yang digunakan untuk membuat rangka.. 12 Gambar 9 Tahapan penelitian Gambar 10 Proses konstruksi instrumen Gambar 11 Kombinasi emmiter-penyensor, (a)photo Interupter; (b) reflektor Gambar 12 Skema pengujian Gambar 13 Gaya-gaya yang bekerja pada instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan traktor uji Gambar 14 Diagram metode pengujian instrumen pengukur kecepatan maju dan gaya tarik (pull) traktor roda Gambar 15 Skema kalibrasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) Gambar 16 Skema kalibrasi instrumen pengukur kecepaan maju Gambar 17 Material untuk membuat rangka (a) besi siku (angle) (b) besi kotak pejal (hollow square) Gambar 18 Drum penggulung kawat Gambar 19 Piringan bercelah yang terbuat dari PCB Gambar 20 Rangka utama v

11 Gambar 21 Sensor pengukur gaya tarik Gambar 22 Drum penggulung kawat Gambar 23 Komponen batang hubung Gambar 24 Sistem pembebanan (pengereman) Gambar 25 Kalibrasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) Gambar 26 Grafik hubungan antara regangan loadcell (mε) dengan beban mati (kg) Gambar 27 Sensor cahaya (photo interuptor) Gambar 28 Piringan bercelah yang terbuat dari PCB Gambar 29 (a) Pengecekan timer pada rangkaian tambahan, (b) rangkaian tambahan Gambar 30 Pulsa dari IC 556 yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan 2 jenis pulsa yaitu astabil dan monostabil multivibrator Gambar 31 Alat AVO meter digital Gambar 32 Peralatan yang digunakan pada saat kalibrasi instrumen pengukur kecepatan maju Gambar 33 Grafik hubungan antara kecepatan putar (rpm) dengan tegangan (V) keluaran dari instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda Gambar 34 (a) Instrumen diikatkan pada lower link traktor roda 4 pada saat pengujian di Leuwikopo; (b) Instrumen diikatkan pada roda trailer pada saat instrumen digunakan untuk pengujian roda besi di lahan sawah baru Gambar 35 (a) Gaya tarik pada instrumen tidak horizontal melainkan membentuk sudut dengan bidang horizontal; (b) Skema posisi tali sling pada saat pengujian membentuk sudut α Gambar 36 Sistem pengereman yang bergesekan dengan rangka Gambar 37 Persiapan uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor roda Gambar 38 Peralatan yang diperlukan pada saat uji fungsional instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda vi

12 Gambar 39 Grafik hubungan antara kecepatan maju dengan slip roda traksi Gambar 40 Grafik hubungan antara kecepatan maju dengan gaya tarik (pull) Gambar 41 Grafik hubungan antara tenaga tarik (drawbar power) dengan gaya tarik (pull) Gambar 42 Grafik hubungan antara tenaga tarik (drawbar power) dengan kecepatan maju traktor roda vii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar detail sistem pembebanan (pengereman) Lampiran 2. Gambar detail drum penggulungan kawat sling Lampiran 3. Instrument pengukur gaya tarik (pull) traktor roda Lampiran 4. Data hasil kalibrasi Instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda Lampiran 5. Skema perangkaian instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda Lampiran 6. Skema Instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 (Sensor photo interuptor) Lampiran 7. Piringan bercelah yang terbuat dari PCB Lampiran 8. Skema Instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 (Rangkaian tambahan) Lampiran 9. Skema perangkaian timer pada instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 (rangkaian tambahan) Lampiran 10. Data hasil kalibrasi sensor kecepatan maju traktor roda Lampiran 11. Data hasil pengukuran slip roda traksi traktor roda viii

14 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan traktor pertanian khususnya traktor roda 2 pada pertanian lahan sawah di Indonesia memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan kapasitas, effisiensi dan kenyamanan kerja. Jumlah traktor roda 2 di Indonesia sekitar 27 ribu unit. Jumlahnya akan terus meningkat mengingat kebutuhan nasional untuk menggarap lahan sawah seluas 8.5 ribu juta ha di Indonesia, yaitu sekitar 532 ribu unit (Sugondo, 1999). Penggunaan traktor khususnya traktor roda 2 untuk pengolahan sawah kadangkala mengalami hambatan seperti kurangnya tenaga tarik yang dihasilkan. Besarnya tenaga tarik yang dapat diberikan oleh traktor umumnya dibatasi oleh alat traksinya dan kondisi lahan (Gill dan Berg, 1968). Gaya tarik (pull) yang maksimum didapatkan pada saat gaya traksi maksimum dan tahanan guling yang minimum. Kondisi lahan di lapangan tidak selalu sesuai dengan rancangan traktor dan alat traksinya, hal ini dapat menyebabkan kemampuan traksi traktor menurun. Salah satu cara untuk meningkatkan tenaga tarik traktor adalah dengan meningkatkan gaya traksi dari traktor tersebut. Berbagai alat traksi telah banyak dikembangkan dan dibuat untuk meningkatkan tenaga tarik traktor salah satunya adalah roda besi bersirip. Untuk itu, diperlukan metode pengujian kemampuan traksi roda sirip di lahan sawah. Selain itu, instrumen pengujian yang lebih akurat dan lengkap serta effisien perlu dirancang dan dibuat untuk mengukur pengaruh dari alat traksi terhadap tenaga tarik traktor. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi instrumen untuk mengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor roda 2 hasil rancangan Rangkuti (2002). Instrumen yang dimodifikasi meliputi : 1. Instrumen pengukur gaya tarik (pull). Modifikasi dilakukan terhadap sensor pengukur gaya tarik dan rangka instrumen. 2. Instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2. Modifikasi dilakukan terhadap rangkaian sensor cahaya, rangkaian tambahan dan alat peraga. 1

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR RODA 2 Menurut sakai et al.,(1998), traktor roda 2 mempunyai banyak nama yaitu : traktor berporos tunggal, traktor tangan, traktor kebun, traktor jalan dan sebagainya. Berdasarkan tenaga dari mesin yang digunakan oleh traktor roda 2 dapat dibagi menjadi 5, yaitu: 1. Tipe Mini Tiller (2-3 PS) Ini adalah tipe terkecil dari traktor roda 2. Mesin ini digunakan untuk berkebun di sekitar rumah, bukan untuk suatu usaha tani profesional. Mesin ini disebut motor-tiller atau cultivatior tanpa roda. 2. Tipe Traksi (4-6 PS) Mesin ini digunakan untuk membajak dengan bajak dan mengangkut dengan gandengan dan tidak dipakai untuk pengolahan dengan rotari. Mesin ini dapat disebut power tiller dan mampu untuk menggantikan dan mengungguli ternak sebagai sumber tenaga tarik. 3. Tipe Ganda (5-7 PS) Tipe ini berukuran sedang, berada antara tipe traksi dan tipe gerak. Traktor jenis ini dapat melakukan pembajakan dan menggunakan bajak rotari dengan lebar lintasan yang sempit. Kinerja multigunanya lebih baik dibandingkan dengan tipe gerak tetapi kinerja pembajakannya lebih rendah. 4. Tipe Gerak (7-14 PS) Mesin ini mengolah tanah dengan menyalurkan tenaga tarik traktor secara mekanis pada alat pengolahan tanah yang dipasang di belakang kedua roda traktor. Ini adalah mesin khusus untuk mengolah tanah. Mesin khusus yang dilengkapi dengan alat pengolah tanah rotari disebut rotary power tiller. Rotary power tiller melakukan pemotongan tanah dan penggaruan dalam sekali lintasan, sehingga petani menikmati mudahnya pengolahan tanah dibanding dengan tenaga ternak menarik bajak. Akan tetapi kinerja 2

16 multigunanya rendah karena ukurannya besar dan berat. Berat traktor bersama alat pengolah tanah rotari adalah kgf. 5. Tipe Thai (8-12 PS) Ini adalah mesin dengan struktur sederhana yang dibuat secara lokal menggunakan motor diesel dengan pendinginan air, batang kendalinya lebih panjang, dan lebih berat dari traktor roda 2 tipe traksi yang biasa. Berat mesin dengan roda sangkar adalah kg gaya, yang kuat untuk membajak dan menarik trailer, akan tetapi kemampuan multigunanya sangat terbatas. Traktor roda 2 dan peralatannya dapat dimiliki petani karena harganya murah dan dapat dioperasikan oleh semua anggota keluarga karena sederhana dan mudah dikendalikan. Petani juga dapat diyakinkan bahwa hampir semua pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tenaga ternak, dapat juga dikerjakan oleh traktor roda 2, sementara pengetahuan teknis dari usaha tani konvensional masih terus dapat mereka gunakan (Sakai et al., 1998). B. GAYA TARIK (PULL) DAN PENGUKURANNYA Suastawa et al. (2000) menyatakan bahwa drawbar pull merupakan gaya tarik (pull) bersih yang diperlukan agar sebuah traktor dapat bergerak di atas suatu permukaan bidang gerak. Drawbar pull yang dihasilkan tergantung pada jenis mesin yang digunakan dan kondisi tanah dimana traktor digunakan serta distribusi berat pada roda traksi. Menurut Crossley dan Kilgour (1983) traktor konvensional berukuran sedang beroperasi dengan 20% slip akan menarik sekitar 75 % berat traktor tersebut dalam kondisi yang bagus. Traktor dengan ukuran yang lebih kecil memiliki karakteristik yang sama, tetapi akan beroperasi dengan slip yang lebih besar karena diameter roda yang lebih kecil. Artinya traktor dengan berat 750 kgf akan menarik sekitar 5.5 kn dalam kondisi traksi yang baik dan sekitar 3 kn dalam kondisi traksi yang sangat buruk gaya tarik traktor roda 2 mungkin akan bernilai rendah dan mesin yang digunakan mungkin akan bekerja dalam keadaan dimana dibutuhkan tenaga yang lebih besar. 3

17 Gaya tarik optimum (pull) traktor roda 2 dengan roda besi bersirip pada saat mengolah lahan di sawah yang bertekstur debu-berpasir-liat menurut Triratanasirichai (1991) sebesar 400 N. Roda besi bersirip yang digunakan adalah roda besi bersirip kaku dengan jarak antar sirip yang berbeda-beda, yaitu : cm, cm, cm, cm dan sudut sirip yang berbeda juga, yaitu : 15, 30, 45, 60, dan 75. Kisaran gaya tarik traktor roda 2 disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kisaran nilai gaya traktor roda 2 dengan jarak antar sirip cm (Triratanasirichai, 1999) Jenis tanah Efesiensi traksi (%) Slip (%) Drawbar power (watt) Tenaga Pada poros roda (watt) Gaya tarik (pull) (N) Berpasir Tanah sawah Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa gaya tarik traktor roda 2 pada tanah sawah berkisar 240 N- 400 N. Sedangkan pada tanah berpasir gaya tarik traktor roda 2 berkisar antara N-256 N. Gambar 1. Pengukuran gaya tarik traktor 2 roda menggunakan beban traktor roda 4 (Triratanasirichai, 1999) 4

18 Metode pengukuran gaya tarik traktor roda 2 yang digunakan Triratanasirichai (1999) dilakukan dengan memberi beban yang ditarik oleh traktor roda 2, yaitu sebuah traktor roda 4. Cara ini dapat mengukur gaya tarik yang dapat dihasilkan oleh traktor roda 2. Untuk mengukur gaya tariknya digunakan sebuah sensor (loadcell) yang dipasang diantara kawat penarik dan traktor roda 4 (pemberi beban/traktor beban) seperti yang disajikan pada gambar 1. Dengan metode yang hampir mirip Crossley dan Kilgour (1983) menggunakan beban tarik berupa traktor (pengereman sebagai beban) atau trailer yang diisi dengan beban. Instrumen yang digunakan adalah sebuah dynamometer yang terdiri dari batang hubung sederhana dan pegas (gambar 2). Gaya tarik yang terjadi dapat dicari dengan menggunakan rumus: R b P a = R b P =...(1) a di mana : P = gaya tarik (pull) a = jarak dari pivot ke rantai b = panjang cantilever dari pivot R = dynamometer Rantai dihubungkan ke traktor uji Traktor beban Gambar 2. Dynanometer sederhana untuk mengukur gaya tarik traktor (Crossley dan Kilgour, 1983) 5

19 Dalam skala laboratorium, Sudianto (2000) telah melakukan pengukuran kemampuan traksi roda besi bersirip pada tanah basah dalam bak tanah. Pada bak tanah ini terdapat sebuah roda besi bersirip yang digerakkan oleh motor listrik. Roda besi yang digerakkan akan menarik kawat yang dihubungkan dengan pemberat yang menahan laju dari roda. Diantara rangka penarik dan bebannya dipasang sebuah transducer gaya tipe cincin untuk mengukur gaya tarik atau beban tariknya. Beban tarik dapat diatur sesuai keinginan dengan menambah atau mengurangi jumlah beban mati pada sistem pembebanannya seperti dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Perlengkapan pengukuran kemampuan traksi roda bersirip gerak dengan sirip berpegas dan sirip karet pada tanah basah (Sudianto, 2000) Rangkuti (2002) telah merancang instrumen pemberi beban tarik pada traktor roda 2 untuk mengukur besarnya gaya tarik (pull) traktor roda 2, pada saat dioperasikan pada lahan sawah. Unit pemberi beban tarik yang dibuat terdiri dari unit pengereman ban sepeda, drum penggulung kawat sling dan pengatur ketinggian kawat (gambar 4). 6

20 Sistem pembebanan (pengereman) Drum penggulung kawat sling Pengatur ketinggian kawat sling Gambar 4. Instrumen pemberi beban tarik (Rangkuti,. 2002) C. KECEPATAN MAJU TRAKTOR DAN PENGUKURANNYA Kecepatan maju traktor merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengetahui tenaga tarik yang dihasilkan traktor roda 2. Menurut Sakai et al.,(1998) kecepatan maju traktor roda 2 untuk kegiatan pengolahan lahan pertanian berkisar antara 0.25 m/s 1.2 m/s. Kisaran kecepatan maju traktor roda 2 disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Kisaran nilai kecepatan maju traktor roda 2 (Sakai et al.,1998). Jenis kegiatan Kecepatan maju traktor roda 2 cm/detik km/jam m/detik Pengolahan tanah dengan rotary Berbagai kerja dilapangan* Membajak Transportasi** - 15, 20, , 5.6, 8.3 Catatan : * melumpur, menyiangi, menanam, membabat, dan sebagainya. ** UU lalu lintas menentukan kecepatan legal. kecepatan maksimum mungkin ditentukan oleh kebiasan lokal Rangkuti (2002) membuat instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 dengan menggunakan prinsip putar dari silinder gulungan lilitan kawat sling yang ditarik traktor. Instrumen pengukur kecepatan maju ini dibuat menggunakan sensor photo dioda yang membaca masukan berupa cahaya yang melewati celah (lubang) pada sisi piringan yang berputar. Celah pada piringan ini akan dibaca oleh sensor berupa data berlogika 1 dan 0. Data-data 7

21 tersebut akan diolah oleh rangkaian elektronik digital to analog converter (DAC) yang akan mengubah data digital menjadi analog dan dihubungkan ke data analyzer. Metode pengukuran kecepatan maju dari traktor roda 2 yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur waktu yang diperlukan traktor roda 2 untuk menempuh jarak tertentu. Kecepatan maju traktor dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: s v =...(2) t di mana : s = jarak tempuh (m), t = waktu tempuh (detik), dan v = kecepatan maju traktor (m/detik) Hubungan antara kecepatan maju dengan gaya tarik (pull) traktor dapat dilihat pada gambar 5. Berdasarkan gambar 5, dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan maju maka drawbar pull akan semakin rendah. Drawbar pull teoritis (kn) (effisiensi 100%) Keterangan : Traktor yang digunakan diasumsikan memiliki : Tenaga mesin maksimum rpm Berat 1450 kgf (14.2kN) Ukuran roda Roda Kecepatan maju (m/s) Transmisi 1 205/1 4 51/ /1 5 31/1 3 75/1 6 19/1 Gambar 5. Grafik hubungan antara kecepatan maju traktor dengan gaya tarik (drawbar pull) traktor secara teoritis pada berbagai macam tingkat transmisi traktor (Crossley dan Kilgour, 1983). 8

22 D. TENAGA TARIK (DRAWBAR POWER) Drawbar power dari traktor adalah tenaga yang dihasilkan pada titik gandeng (drawbar) dan dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan tarik. Besarnya drawbar power dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: Db = DbP V...(3) di mana : Db = drawbar power (watt) Dbp = drawbar pull rata-rata(n) V = kecepatan maju rata-rata (m/s) Traktor dengan tenaga yang sama belum tentu memiliki gaya tarik maupun kecepatan maju yang sama. Traktor dengan tenaga 10 kw akan memiliki gaya tarik yang besar dan kecepatan maju yang rendah jika traktor ini digunakan untuk pengolahan tanah atau kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan gaya tarik yang besar. Sedangkan, untuk kegiatan transportasi yang lebih memerlukan kecepatan dibandingkan gaya tarik akan memiliki kecepatan yang tinggi dengan gaya tarik yang kecil. Drawbar pull (kn) Tenaga maksimum (diasumsikan) 10 kw Kecepatan maju (m/s) Gambar 6. Grafik hubungan tenaga maksimum yang tersedia untuk sebuah traktor (Crossley dan Kilgour, 1983). 9

23 Hubungan antara tenaga tarik (drawbar power), gaya tarik (pull) dan kecepatan maju dapat dilihat pada gambar 6. Pada titik A dengan gaya tarik sebesar 1 kn dan kecepatan 10 m/s umumnya digunakan untuk transportasi, karena dengan gaya tarik (pull) yang kecil traktor tidak akan dapat menarik implemen untuk mengolah tanah. Pada titik B dengan gaya tarik (pull) sebesar 10 kn dan kecepatan 1 m/s dapat digunakan untuk mengolah tanah atau menarik implemen karena dengan gaya tarik (pull) yang maksimum traktor dapat digunakan untuk menarik implemen dalam pengolahan tanah seperti bajak bahkan pada kondisi tanah yang keras sekalipun. E. SLIP RODA Slip roda merupakan perbandingan antara selisih jarak tempuh aktual dan jarak tempuh teoritis. Slip roda traksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jtt Jb S = 100%...(4) Jtt Dalam hal ini : S : slip roda traksi (%) Jtt : jarak tempuh teoritis tanpa beban dalam 10 putaran roda (m) Jb : jarak tempuh aktual dalam 10 putaran roda traksi dengan beban (m) Putaran roda teoritis dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Jtt = 10 (2π r g ) = 20π r g...(5) Dalam hal ini : Jtt : jarak tempuh teoritis tanpa beban dalam 10 putaran roda (m) r g : jari-jari gelinding roda traksi (m) Hubungan slip dengan gaya tarik (drawbar pull) ditunjukan pada gambar 7. Berdasarkan grafik pada gambar 7, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi drawbar pull (gaya tarik pada titik gandeng traktor) maka slip akan menjadi semakin besar. Slip dikatakan tidak ekonomis jika slip yang terjadi berada diatas 15%, dimana gaya tarik yang meningkat akan mengakibatkan kecepatan maju berkurang dan mulai mengurangi tenaga tarik traktor sampai kondisi dimana traktor akan mengalami spin out (100% slip) (Crossley dan Kilgour, 1983). 10

24 Gambar 7.Grafik hubungan antara slip roda dengan gaya tarik (drawbar pull) traktor (Crossley dan Kilgour, 1983). F. MATERIAL KONSTRUKSI RANGKA Pengertian terhadap material adalah dasar untuk mempelajari sifat dari struktur rangka dan dipilih karena syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu rangka tersebut. Struktur rangka akan mendapatkan beban dua dimensi atau bahkan tiga dimensi yang kompleks, dan sifat dasar struktur pada material konstruksi ditentukan pada spesimen sederhana yang dibebankan pada penarikan (torsion) dan tekanan (compression). Bahan konstruksi rangka yang dipilih disesuaikan dengan beban yang akan ditangguhkan terhadap suatu pembebanan, kondisi dari suatu fungsi struktur dan kemudahan untuk mendapatkan bahan konstruksi yang dibutuhkan. Adapun bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan rangka adalah baja, besi, kayu dan plastik. Umumnya material yang digunakan untuk membuat rangka memiliki berbagai bentuk seperti I-beam, Z bars, angle, channel, tee bars, U bars dan hollow square seperti yang ditunjukan pada gambar 8, terbuat dari baja yang dibentuk dengan cara ditekan (press) dan dicetak (Smith, 1964). 11

25 Angle I-beam Channel Z-bars Tee bar Hollow square U-bars Rectangle Gambar 8. Berbagai bentuk material dari baja yang digunakan untuk membuat rangka (Smith, 1964) 12

26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2005 sampai dengan bulan September Modifikasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor dilakukan di Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian (lab. TMBP) serta Laboratorium Instrumentasi dan Kontrol (Bagian Ergotronika), Uji fungsional (uji lapang) dilakukan pada lahan rumput di lahan percobaan Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian (lab. TMBP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Pembuatan instrumen Peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan instrumen ini adalah: a. Instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor roda 2. Silinder penggulung kawat dengan diameter luar 32 cm Roda sepeda dengan ukuran 20 Load cell (Kyowa LT-5TSA71C (1µε = 2 kgf)) Handy strain meter Kawat sling Bantalan (Bearing) Baut dan mur Besi siku Besi kotak pejal Peralatan bengkel b. Instrumen pengukur kecepatan maju traktor Sensor Photo interuptor DAC 0808 IC 7493, 7475, 324, 556 AVO meter digital 13

27 Komponen elektronik (potensio, capasitor, resistor, dan lain-lain) Kabel Solder Oscilloscope Power supply 2. Kalibrasi Instrumen Motor listrik variabel Beban mati 3. Uji fungsional Traktor roda 2 Lahan pengujian Patok Stopwatch Meteran C. TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian yang dilakukan mengikuti proses perancangan suatu produk yang ditunjukkan pada gambar 9, tahapan penelitian yang dilakukan meliputi : 1. Analisis masalah Untuk menentukan tenaga tarik traktor dibutuhkan nilai gaya tarik (pull) dan kecepatan maju traktor tersebut. Dalam uji performansi traktor untuk menentukan tenaga tarik dibutuhkan sedikitnya 4 orang pekerja untuk mengukur gaya tarik dan kecepatan maju traktor uji. Biaya bahan bakar traktor (traktor uji dan traktor beban) dan uang makan pekerja dalam sekali pengujian kurang lebih membutuhkan Rp Untuk mengukur gaya tarik (pull) umumnya menggunakan beban berupa traktor atau sering disebut dengan traktor beban. Penggunaan traktor beban terkadang menemui hambatan terutama jika lahan pengujian yang tersedia tidak terlalu luas dan susah dijangkau oleh traktor beban (umumnya menggunakan traktor roda 4) sehingga mengakibatkan kerugian berupa waktu dan peningkatan biaya pengujian. 14

28 Kecepatan maju traktor umumnya diukur dengan menggunakan metode sederhana yaitu dengan mengukur waktu tempuh traktor uji untuk menempuh jarak tertentu (10 m). Dengan menggunakan metode ini, dibutuhkan beberapa orang untuk mencatat waktu dan mengukur jarak tempuh traktor tersebut sehingga membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Perancangan instrumen pengukur gaya tarik dan kecepatan maju traktor dimaksudkan untuk mengurangi masalah-masalah seperti yang telah disebutkan diatas seperti biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja dan efisiensi waktu pengujian. Mulai Analisis masalah Perancangan Konstruksi instrumen Pengujian Dokumentasi Selesai Metode pengukuran tenaga tarik traktor yang tidak effisien : 1. Jumlah tenaga kerja banyak 2. Membutuhkan biaya lebih besar 3. Lahan percobaan yang dibutuhkan besar/luas Instrumen sederhana untuk menentukan tenaga tarik traktor, terdiri dari : 1. Instrumen pengukur gaya tarik traktor 2. Instrumen pengukur kecepatan maju traktor Instrumen pengukur gaya tarik traktor -rangka -sistem pembebanan -sensor (Loadcell) -drum penggulung kawat Instrumen pengukur kecepatan maju traktor -sensor photo interuptor -AVO meter -rangkaian tambahan -piringan bercelah Slip Roda traksi Gaya tarik (pull) traktor uji Kecepatan maju traktor uji Photo Gambar Teknik Data-data pengujian Laporan penelitian (skripsi) Gambar 9. Tahapan penelitian 15

29 2. Perancangan konsep Instrumen ini dibuat untuk mengukur gaya tarik (pull) traktor dan kecepatan maju traktor. Dengan mengetahui nilai gaya tarik (pull) dan kecepatan majunya maka nilai tenaga tarik (drawbar power) dapat dicari dengan menggunakan persamaan 3. Gaya tarik (pull) diukur dengan menggunakan Loadcell yang dipasang pada rangka. Loadcell yang digunakan memiliki sensor strain gauge untuk mendeteksi gaya tarik (pull), keluaran berupa regangan dari strain gauge diperagakan oleh Handy strain meter dalam satuan mikro strain (mε). Instrumen pengukur kecepatan maju, dirancang untuk mengukur kecepatan putar drum penggulung kawat sling. Drum tersebut berputar karena adanya tarikan dari traktor yang diuji, kecepatan maju traktor uji didapatkan dengan mengubah kecepatan putar drum penggulung kawat menjadi kecepatan linier. Instrumen pengukur kecepatan maju menggunakan sebuah sensor cahaya photo interuptor dan rangkaian tambahan untuk mengolah sinyal keluaran dari sensor dan menampilkan keluaran dalam bentuk digital maupun analog. Keluaran dari sensor akan diperagakan dengan menggunakan AVO meter digital, keluaran berupa tegangan listrik dalam satuan volt (V). 3. Konstruksi instrumen Instrumen pengukuran yang akan dirancang yaitu, instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2, proses perancangan dapat dilihat pada gambar 10. a. Instrumen pengukur gaya tarik (pull) Pembuatan dan perakitan instrumen pengukur gaya tarik (pull) dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Teknik penyambungan digunakan teknik pengelasan dengan menggunakan las listrik serta menggunakan baut dan mur untuk menyatukan bagianbagian utama dari instrumen pengukur gaya tarik (pull). Bagian utama instrumen pengukur gaya tarik (pull) dapat dilihat pada tabel 3. 16

30 Gambar 10. Proses konstruksi instrumen Mulai Pengumpulan alat dan bahan Instrumen pengukur gaya tarik (pull) Rangka Instrumen pengukur kecepatan maju Sensor photo interuptor Loadcell dan handy strain Piringan bercelah perangkaian Rangkaian tambahan selesai Tabel 3. Bagian - bagian dari instrumen pengukur gaya tarik (pull) No. Nama bagian Dasar rancangan 1 Rangka utama Sebagai dudukan dari komponenkomponen lainnya seperti loadcell dan mekanisme batang hubung sejajar 2 Loadcell Sensor yang digunakan untuk mengukur gaya tarik (pull) traktor. Loadcell yang digunakan adalah tipe Kyowa LT-5TSA71C (1µε = 2 kgf) dengan beban minimum 2 kg dan beban maksimum 5000 kg (5 ton) 3 Handy strain meter Alat peraga untuk menampilkan keluaran dari loadcell dengan satuan (mε) 17

31 Tabel 3. Bagian - bagian dari instrumen pengukur gaya tarik (pull) (lanjutan) 4 Mekanisme batang hubung sejajar Berfungsi sebagai penghantar gaya tarik dari tali sling sampai ke loadcell 5 Sistem pembeban Digunakan untuk memberi beban dengan sistem pengereman. Terdiri dari roda sepeda, rem dan sambungan (menghubungkan roda sepeda dengan poros drum penggulung kawat) 6 Drum penggulung kawat Untuk menggulung kawat sling sling (15 m) terdiri dari drum, poros drum dan kawat sling. Drum penggulung kawat, poros dan bantalan (bearing) menggunakan hasil rancangan Rangkuti (2002) b. Instrumen pengukur kecepatan maju Instrumen pengukur kecepatan maju yang dibuat menggunakan sensor photo interruptor (gambar 11) serta piringan bercelah dari PCB sebagai perlakuan bagi sensor dan rangkaian tambahan yang berfungsi mengolah keluaran dari sensor menjadi sinyal yang diinginkan. Rangkaian tambahan menggunakan komponen utama yaitu berbagai jenis IC yang diperlukan dan komponen lain seperti resistor, capasitor dan lain-lain. Keluaran dari Instrumen pengukur kecepatan maju diperagakan dengan menggunakan AVO meter digital tipe DT-830B. Sebagian besar pembuatan dan pengecekan instrumen pengukur kecepatan maju dilakukan di laboratorium Instrumentasi dan Kontrol (Bagian Ergotronika). Pada kegiatan kalibrasi dan uji fungsional dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian (lab.tmbp). 18

32 Transmitter Receiver Gambar 11. Kombinasi emmiter - penyensor, (a) Photo interuptor; (b) reflektor (Woollard, Barry G) 4. Pengujian Pengujian terhadap rancangan dilakukan setelah instrumen pengukur telah selesai dibuat, terdiri dari kalibrasi dan uji fungsional. Uji fungsional dilakukan untuk melihat kinerja dari kedua instrumen, yaitu instrumen pengukur kecepatan maju dan instrumen pengukur beban tarik. Skema pengujian ditampilkan pada gambar 12. Traktor uji V Gaya tarik (pull) penahan Drum penggulung kawat Titik gandeng (hitch point) Gambar 12. Skema pengujian 19

33 (a) (b) Gambar 13. Gaya-gaya yang berkerja pada (a) instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan (b) traktor uji Pada pengujian kedua instrumen tersebut, diasumsikan gesekan yang terjadi antara tali sling dengan drum penggulung kawat sling dan tegangan yang terjadi pada rangka serta penahan instrumen pengukur gaya tarik supaya tidak tertarik oleh traktor uji tidak mempengaruhi gaya tarik (pull) dan kecepatan maju dari traktor yang diuji. Sambungan pada rangka yang dilakukan dengan cara pengelasan diasumsikan tidak mengalami regangan dan keausan pada material (baja) yang mengalami pemuluran. Gaya-gaya yang bekerja baik pada instrumen pengukur gaya tarik dan 20

34 traktor uji dapat dilihat pada gambar 13, sedangkan pada gambar 14 ditampilkan diagram metode pengujian instrumen pengukur kecepatan maju dan gaya tarik (pull) traktor roda 2. mulai kalibrasi Instrumen pengukur gaya tarik (pull) kalibrasi Instrumen pengukur kecepatan maju Uji lapang Slip roda Kecepatan maju traktor uji Gaya tarik (pull) traktor uji Pengolahan data Kesimpulan dari uji fungsional Modifikasi Selesai Gambar 14. Diagram metode pengujian instrumen pengukur kecepatan maju dan gaya tarik (pull) traktor roda 2 a. Kalibrasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) Sebelum dilakukan pengujian di lapangan, instrumen pengukur gaya tarik (pull). Kalibrasi ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara gaya tarik (pull) dengan regangan yang terukur oleh loadcell. Metode kalibrasi untuk instrumen pengukur gaya tarik (pull) adalah dengan membalikkan instrumen seperti terlihat pada gambar 15. Pada saat kalibrasi dilakukan drum penggulung kawat ditahan oleh penahan 21

35 (besi pipa) sehingga poros silinder penggulung kawat tidak berputar (diam), kemudian beban mati diberikan pada ujung kawat sling. Tali penahan instrumen Beban dengan berbagai tingkat pembebanan Gambar 15. Skema kalibrasi instrumen pengukur gaya tarik (pull) Pada saat kalibrasi, kawat diberikan beban mati dari tingkat beban terkecil sampai dengan tingkat beban terbesar. Setelah itu kalibrasi diulangi dengan cara yang sama tetapi dimulai dari tingkat beban terbesar ke tingkat beban terkecil. Beban yang digunakan dalam kalibrasi terdiri dari 5 tingkat beban, yaitu 20 kg, 40.2 kg, 49.7 kg, kg, dan kg. Dengan adanya beban yang diberikan maka loadcell akan tertarik dan menyebabkan sensor (strain gauge) yang terdapat didalamnya akan meregang. Regangan yang terjadi pada sensor dapat dibaca dengan menggunakan handy strain meter. Data yang didapat dari kalibrasi, kemudian diproses untuk mendapatkan hubungan antara regangan yang pada loadcell dengan tingkat beban pada proses kalibrasi untuk mendapatkan nilai gaya tarik (pull) pada ujperformansi traktor roda 2. b. Kalibrasi Instrumen Pengukur Kecepatan Maju Traktor Kalibrasi dilakukan dengan mengunakan putaran dari poros motor listrik yang berbeda-beda, yaitu 25 rpm sampai dengan 100 rpm 22

36 dan sebaliknya. Putaran (rpm) dari motor listrik tersebut dapat diketahui dengan mengukur jumlah putaran poros motor listrik dan waktunya untuk melakukan jumlah putaran tersebut atau dengan menggunakan thachometer untuk mengukur kecepatan putar motor listrik tersebut. Keluaran dari sensor kecepatan putar berupa tegangan (V) akan terbaca pada AVO meter. Dari kalibrasi ini akan diperoleh hubungan antara kecepatan putar dengan tegangan keluaran dari sensor. Skema kalibrasi instrumen pengukur kecepatan maju dapat dilihat pada gambar 16. Motor listrik variabel Piringan bercelah Sensor photo interuptor AVO meter digital Rangkaian tambahan Catu daya Gambar 16. Skema kalibrasi instrumen pengukur kecepatan maju c. Uji fungsional Pengujian dilakukan pada lahan rumput di Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian (lab. TMBP). Metode pengujian yang dilakukan adalah metode uji fungsional. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah semua mekanisme yang bekerja pada kedua instrumen dapat berjalan sesuai dengan rancangan, jika terdapat kekurangankekurangan pada kedua instrumen tersebut maka akan dimasukan sebagai saran kedalam skripsi penelitian. 1) Uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull) Pada uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull), yang perlu untuk diperhatikan adalah mekanisme penyaluran daya 23

37 dari kawat sling menuju loadcell apakah telah berjalan sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Kemudian, perlu diperhatikan apakah sistem pengereman sudah berfungsi dengan baik, sehingga dapat memberikan beban tarik yang cukup untuk digunakan dalam mengukur gaya tarik traktor. Dan, perlu juga diperhatikan kondisi rangka secara keseluruhan terutama pada sambungan yang menggunakan baut dan mur apakah dapat menahan gaya tarik (pull) dari traktor. Pada uji fungsional instrumen pengukur gaya tarik (pull) traktor, dilakukan pengukuran gaya tarik traktor pada tingkat kecepatan putar mesin yang sama dengan beban tarik yang berbeda-beda. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat kinerja dari instrumen tersebut, yaitu mengukur gaya tarik (pull) dari traktor roda 2. 2) Uji fungsional instrumen pengukur kecepatan maju Uji fungsional instrumen pengukur kecepatan maju traktor roda 2 dilakukan untuk melihat kinerja dari sensor dan piringan bercelah dalam menghasilkan pulsa sebagai input untuk rangkaian tambahan. Uji fungsional yang dilakukan juga meliputi pengukuran kecepatan maju traktor roda dua pada beban tarik yang berbedabeda. Tujuan dari pengujian ini secara keseluruhan adalah melihat kinerja dari instrumen pengukur kecepatan maju untuk mengukur kecepatan maju traktor roda 2. Pengujian ini dilakukan bersama-sama dengan pengujian instrumen pengukur gaya tarik (pull) dengan tujuan mendapatkan nilai gaya tarik (pull) dan kecepatan maju trator roda 2 pada berbagai tingkat beban tarik untuk mendapatkan tenaga tarik dari traktor tersebut. 3) Prosedur pengujian Pada pengambilan data (pengukuran) di lapangan dengan menggunakan kedua instrumen tersebut akan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut : 24

38 1. Persiapkan kedua instrumen pengukur gaya tarik (pull) dan kecepatan maju. 2. Buat jarak lintasan sepanjang 10 m. Tempatkan patok setiap interval 2 m dari titik awal sampai titik akhir lintasan tersebut. 3. Hidupkan traktor penarik. Kemudian tentukan kecepatan putar mesin traktor pada 2500 rpm dengan menarik tuas gas. 4. Sambungkan tali sling dari instrumen pengukur gaya tarik (pull) dengan traktor uji dan atur beban tarik pada instrumen dengan memutar tuas pengereman. 5. Traktor penarik digerakkan maju dengan menggunakan perseneling L-1, ukur dan catat waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 10 m dengan menggunakan stopwatch. 6. Ukur dan catat jarak tempuh 5 putaran roda untuk mendapatkan slip roda traksi. 7. Selama proses penarikan, catat 7 data pengukuran yang ditunjukkan oleh handy strain meter dan AVO meter pada jarak yang telah ditentukan. 8. Pengukuran dilakukan pada beberapa tingkat beban tarik. 9. Dari data-data yang didapat tentukan kecepatan maju rata-rata, gaya tarik (pull) rata-rata, slip roda traksi dan tenaga tarik (drawbar power). 10. Buat kurva hubungan antara kecepatan maju traktor-gaya tarik (pull), kecepatan maju traktor slip roda dan gaya tarik (pull)- tenaga tarik (drawbar power). Setelah dilakukan pengkalibrasian alat dan uji fungsional, maka dilanjutkan pada tahap perancangan berikutnya yaitu pengevaluasian produk yaitu instrumen pengukur gaya tarik dan kecepatan maju traktor roda 2 berdasarkan hasil kalibrasi dan uji fungsional yang dilakukan di laboratorium lapangan Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian (lab. TMBP). Hasil evaluasi dari kedua instrumen tersebut dimasukan kedalam skripsi penelitian. 25

39 e) Dokumentasi Selama penelitian dilakukan, banyak dokumen-dokumen penelitian yang dihasilkan seperti gambar sketsa maupun gambar teknik yang dihasilkan selama perancangan konsep. Gambar-gambar yang dihasilkan selama perancangan konsep akan diubah menjadi gambar-gambar detail dan mencakup keseluruhan instrumen yang telah dirancang. Gambargambar ini akan berguna sebagai informasi maupun panduan, jika instrumen atau komponennya akan diperbaiki (modifikasi) maupun dibuat ulang. Selain gambar-gambar teknik juga dihasilkan foto-foto selama penelitian. Foto-foto yang dihasilkan diambil selama proses pembuatan sampai dilakukan uji fungsional terhadap kedua instrumen tersebut. Selain sebagai dokumentasi foto-foto ini juga sebagai bukti bahwa instrumen ini telah dibuat, dikalibrasi dan telah dilakukan pengujian terhadap kedua instrumen tersebut. Terdapat juga dokumen berupa perhitungan teknik yang dihasilkan selama proses perancangan. Perhitungan teknik yang dilakukan hanya mencakup bagian-bagian atau komponen dari instrumen yang penting saja. Dokumen-dokumen penelitian berupa gambar teknik, perhitungan teknis, dan foto penelitian dihimpun menjadi satu dalam skripsi penelitian. 26

40 IV. ANALISIS RANCANGAN DAN KONSTRUKSI ALAT A. INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) Bagian-bagian utama instrumen pengukur gaya tarik (pull) adalah : a. Rangka utama Rangka utama dibuat dengan menggunakan besi siku dan besi kotak berlubang (gambar 17) dengan ukuran 4 cm x 4 cm dan tebal 0.3 cm serta besi plat dengan ukuran 3 cm x 0.4 cm. (a) Besi siku (angle) (b) Besi kotak pejal (hollow square) Gambar 17. Material untuk membuat rangka (a) besi siku (angle), (b) besi kotak pejal (hollow square) b. Mekanisme batang hubung sejajar Mekanisme batang hubung sejajar berfungsi sebagai dudukan drum penggulung kawat dan loadcell, serta meneruskan gaya dari traktor ke load cell. Batang hubung terbuat dari besi siku dan besi kotak berlubang dengan ukuran 4 cm x 4 cm dan tebal 0.3 cm serta besi plat dengan ukuran 3 cm x 0.4 cm. Gaya tarik (pull) dapat dicari dengan menggunakan rumus : fs ls = pull ld...(6) di mana : fs = strain yang terbaca oleh sensor (mε) Ls = jarak sensor-titik vipot Pull = tarikan traktor Ld = panjang pivot- drum penggulung kawat sling 27

41 c. Sistem pembebanan Untuk memberi beban digunakan roda sepeda dan sistem pengeremannya. Sistem pembebanan ini berfungsi sebagai beban tarik bagi traktor yang diuji. Pada roda sepeda diberi tambahan berupa sambungan yang terbuat dari besi bubutan untuk menyambungkan roda sepeda dengan poros drum penggulung kawat. Gambar teknik sistem pembebanan dapat dilihat pada lampiran 1. d. Drum penggulung kawat sling Karena kawat sling yang digunakan sepanjang 15 m dengan diameter kawat 6 mm maka drum penggulung kawat dirancang dengan menggunakan pipa besi dengan diameter 32 cm, lebar 18 cm dengan tebal 5 mm dapat dilihat pada gambar 18. Sedangkan rangka penggulung kawat dibuat dari besi plat berdiameter 31 cm dan tebal 5 mm. Gambar teknik drum penggulung kawat sling dapat dilihat pada lampiran 2. Gambar 18. Drum penggulung kawat sling e. Poros drum penggulung kawat Poros yang digunakan adalah poros yang telah dibuat oleh Rizal Rangkuti (2002), poros drum penggulung kawat yang digunakan berdiameter 25 mm. Menurut Sularso dan K. Suga (1997) dalam Rangkuti (2002), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fc P (kw)... (7) di mana : Pd = Daya rencana ((kw) 28

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Desrial 1), Y. Aris Purwanto 1) dan Ahmad S. Hasibuan 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Email: desrial@ipb.ac.id, Tlp.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING Design and Performance Test of the Curve Wheel Lug of Hand Tractor to Soil Processing at Dry Area Agricultural

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL Tahapan analisis rancangan merupakan tahap yang paling utama karena di tahap inilah kebutuhan spesifik masing-masing komponen ditentukan. Dengan mengacu pada hasil

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 27 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga bulan Agustus 2010 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB. 3.2 PARAMETER

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari september 20 sampai dengan November 20 di laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo,

Lebih terperinci

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Spesifikasi roda besi yang diuji Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung Diameter Rim 900 mm 452 mm 700 mm Jumlah Rim 2 buah 2 buah 2 buah Lebar Rim 220

Lebih terperinci

KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS. Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F

KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS. Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F KEKUATAN SIRIP BERPEGAS DENGAN MEKANISME POROS PUNTIR OLEH PEMBEBANAN STATIS Oleh : SLAMET EKA DANNY PRIYADI F14103101 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah V HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah Tahapan identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui masalah serta kebutuhan yang diperlukan agar otomasi traktor dapat dilaksanakan. Studi pustaka dilakukan

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh : ARI SEMBODO F14101098 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan perancangan desain yang dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2011 di Lab. Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3. Diagram Alur Perakitan Trolley Crane Jalan Elektrik dengan Daya Angkat Manual Proses perancangan alur kerja perakitan Trolley CraneHoistJalan Elektrik dengan Daya AngkatManual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci