6.1 TUJUAN PEMANFAATAN RUANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6.1 TUJUAN PEMANFAATAN RUANG"

Transkripsi

1 6.1 TUJUAN PEMANFAATAN RUANG Tujuan pengembangan Kota Sei Rampah, sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah : Terwujudnya Kota Sei Rampah Menjadi Kota IDAMAN (Indah Damai dan Nyaman) Untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui Rencana Umum Tata Ruang Kawasan (RUTRK) Kota Sei Rampah , maka ditetapkan beberapa tujuan pemanfaatan ruang Kota Sei Rampah, yaitu ; 1. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan pusat perdagangan dan jasa serta tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang pesat; 2. Mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dan harmonis baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun daya dukung lingkungan; 3. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana umum sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk air bersih, telepon dan transportasi; 4. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana umum yang dapat dijangkau oleh segenap warga; 5. Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien dengan memperhatikan aspirasi masyarakat; 6. Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di Kota Sei Rampah yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan kecamatan dan kabupaten, sehingga diharapkan terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar Kawasan Perkotaan Sei Rampah dengan daerah belakangnya; 7. Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Kota Sei Rampah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Laporan Akhir VI - 1

2 6.2 RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KOTA Rencana Pengembangan dan Distribusi Penduduk Perkembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah untuk masa yang akan datang akan menyebabkan pertambahan penduduk. Dengan perkembangan ini akan mengakibatkan penyempitan lahan sehingga dapat mengalami perubahan fungsi. Kawasan Perkotaan Sei Rampah yang memiliki luas area sekitar ha, untuk tahun perencanaan diperkirakan masih dapat menampung pertambahan jumlah penduduk yang meningkat. Perkembangan jumlah penduduk yang nantinya terjadi akan mengalami perubahan dan pergeseran yang diperkirakan dapat tersebar dengan merata di seluruh wilayah perencanaan. Dimana direncanakan kedepannya perkembangan penduduk di Kota Sei Rampah tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota, tetapi lebih diarahkan menyebar diseluruh kawasan perencanaan. Rencana pendistribusian penduduk di Kawasan Perkotaan Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan (tahun 2016) sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju, yaitu penyebaran dan pemerataan penduduk di seluruh Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Rencana penyebaran penduduk ini disesuaikan dengan orientasi dan kecenderungan perkembangan fisik perkotaan dan rencana alokasi kawasan permukiman serta fasilitas pendukungnya. Semakin dekat dengan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa atau pusat pelayanan (jaringan jalan utama, pusat kegiatan lainnya) mempunyai kecenderungan kepadatan penduduk yang relatif tinggi, sebaliknya semakin jauh dari kawasan kegiatan perdagangan jasa maka tingkat kepadatannya relatif semakin rendah. Pada tahun 2016 di Kawasan Perkotaan Sei Rampah pendistribusian penduduk hasil proyeksi diperkirakan berjumlah jiwa, yang dibagi dalam 4 BWK yaitu : BWK Pusat Kota (Desa Firdaus dan Sei Rampah) dengan jumlah penduduk yang diperkirakan sebanyak : Jiwa dangan kepadatan penduduk 18 Jiwa/Ha. BWK Utara (Desa Pematang Pelintahan dan Sei Rejo) dengan jumlah penduduk sebanyak Jiwa dengan kepadatan 7 Jiwa /Ha. BWK Selatan (Desa Pematang Ganjang dan Silau Rakyat) dengan jumlah penduduk sebanyak Jiwa dengan kepadatan 6 Jiwa /Ha. BWK Barat (Desa Firdaus Estate dan Cempedak Lobang) dengan jumlah penduduk sebanyak Jiwa dengan kepadatan 4 Jiwa /Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pendistribusian dan kepadatan penduduk di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan Tabel VI.1. Laporan Akhir VI - 2

3 Laporan Akhir VI - 3

4 TABEL VI.1 RENCANA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN Luas Tahun 2011 Tahun 2016 No Pembagian BWK Desa Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan (Ha) (Jiwa) (Jiwa/Ha) (Jiwa) (Jiwa/Ha) I BWK Pusat Kota Firdaus Sei Rampah II BWK Utara Pem. Pelintahan Sei Rejo III BWK Selatan Pem. Ganjang Silau Rakyat IV BWK Barat Firdaus Estate Cempedak Lobang Kota Sei Rampah Sumber : Hasil Analisis Rencana Sistem Pusat Pelayanan Berdasarkan hasil analisa dan arahan struktur tata ruang seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa untuk membentuk struktur tata ruang Kota Sei Rampah akan dikembangkan beberapa pusat-pusat pelayanan baru yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan antar kawasan serta didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan yang lebih kecil (pusat desa). Pengembangan struktur pelayanan kegiatan di Kota Sei Rampah dikembangkan melalui 1 (satu) pusat pertumbuhan utama sebagai Pusat Kota, tiga pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai Sub Pusat Kota (Pusat BWK) dan 4 (empat) pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai pusat lingkungan (Pusat Desa) Pusat Kota dikembangkan sebagai kota jenjang pertama dan Sub Pusat Kota merupakan kota jenjang kedua, serta pusat-pusat lingkungan merupakan kota jenjang ketiga. Tata jenjang dan fungsi dari setiap pusat-pusat pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut : A Pusat Kota, merupakan jenjang I, dengan fungsi dan skala pelayanan sebagai berikut : Pusat Kota merupakan pusat pelayanan utama yang mempunyai jangkauan pelayanan regional (tidak hanya terbatas pada Kota Sei Rampah akan tetapi juga melayani kotakota lain disekitarnya di Kabupaten Serdang Bedagai). Pusat Kota terletak di jalan arteri Laporan Akhir VI - 4

5 sekunder mempunyai fasilitas yang paling lengkap dibandingkan dengan Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan. Pusat Kota diarahkan pada pusat BWK (BWK Pusat Kota) yang terdapat di Desa Sei Rampah Pekan. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain : Pusat Perdagangan dan jasa regional, seperti : pasar, pasar induk, pertokoan, swalayan, supermarket dan pelayanan jasa keuangan; Pusat Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai; Pusat Pelayanan Umum, seperti : pendidikan sampai dengan perguruan tinggi (akademi dan diploma), Kesehatan sampai dengan rumah sakit (minimal type c) dan peribadatan; Pelayanan rekreasi dan olah raga skala pelayanan kabupaten berupa lapangan olah raga, ruang terbuka, alun-alun kota, taman kota dan sebaginya. B. Sub Pusat Kota, dengan ciri dan fungsi sebagai berikut : Sub Pusat Kota sebagai pendukung pusat kota, mempunyai jangkauan pelayanan terbatas pada Kota Sei Rampah dan bagian wilayah kota saja. Sub Pusat Kota berorientasi ke Pusat Kota yang mempunyai fasilitas hampir sama dengan Pusat Kota, namun mempunyai skala pelayanan yang terbatas. Sub Pusat Kota terletak di jalan arteri sekunder. Sub Pusat Kota ini dikembangkan pada pusat-pusat BWK seperti Sei Rejo, Firdaus Estate dan Pematang Ganjang. Kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan pada pusat ini antara lain : Perkantoran pemerintahan tingkat desa serta bangunan umum lainnya; Pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas; Kesehatan sampai dengan puskesmas; Perdagangan skala bagian wilayah kota dan desa; Pelayanan rekreasi dan olah raga skala bagian wilayah kota dan desa; C. Pusat Lingkungan/Desa dengan ciri dan fungsi sebagai berikut : Pusat Lingkungan/Desa berorientasi ke Pusat Kota dan Sub Pusat Kota, yang terletak di jalan Kolektor dan Lokal yang berfungsi menghubungkan pusat lingkungan dengan pusat kota dan sub pusat kota atau pusat lingkungan dengan pusat lingkungan lainnya. Pusat lingkungan juga berfungsi sebagai pelayanan langsung jasa distribusi barang-barang kebutuhan untuk kebutuhan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain : Laporan Akhir VI - 5

6 Kegiatan jasa dan perdagangan skala desa dan lingkungan; Pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat pertama; Kesehatan skala lingkungan (posyandu, kadang-kadang sampai dengan puskesmas pembantu); Pelayanan rekreasi dan olah raga skala lingkungan (taman dan lapangan olah raga); Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur pelayanan kegiatan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar Rencana Sistem Jaringan Transportasi Rencana sistem jaringan transportasi di Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan terdiri dari rencana jaringan jalan, sub terminal dan jaringan kereta api. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : A. Rencana Jaringan Jalan Rencana jaringan jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ; rencana jalan tol, rencana jalan lingkar dan rencana jalan lokal. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Rencana jalan tol yang dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah mengikuti Rencana Pembangunan Ruas Jalan Tol Medan Tebing Tinggi yang dibuat oleh Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga. Ruas jalan Tol tersebut melewati wilayah perencanaan Kota Sei Rampah yaitu : desa Firdaus Estate dan Pematang Ganjang. Rencana jalan tol tersebut direncanakan untuk lalu lintas regional dengan kecepatan rata-rata 100 Km/jam dengan jumlah lajur 2 x 2 lajur, lebar median 5,5 meter, lebar bahu dalam : 1,5 meter, lebar bahu luar 3,0 meter dan lebar rumija 40 meter; 2. Pengembangan rencana jalan lingkar luar, meliputi ruas jalan yang menghubungkan pusat BWK (sub pusat kota) dengan pusat BWK lainnya, yaitu : ruas jalan dari simpang jalan Sido Rejo menuju desa Firdaus Estate menuju jalan Pelidaan menuju desa Pematang Ganjang menuju ke jalan Negara menuju jalan Bedagai menuju Desa Sei Rejo dan kembali lagi kejalan Sido Rejo. Laporan Akhir VI - 6

7 Laporan Akhir VI - 7

8 3. Pengembangan rencana jalan lingkar dalam, meliputi : ruas jalan mulai dari : Simpang Jalan Perumnas menuju desa Firdaus Estate - menuju jalan SMA Negeri/Rambung Sialang menuju jalan Pelidaan menuju jalan Mesjid menuju kantor Telkom menuju jalan Panglima Sudirman menuju jalan Bedagai menuju jalan Stasiun menuju desa Sei Rejo menuju jalan Sentosa Kebun Sayur dan kembali ke persimpangan jalan Perumnas. 4. Rencana jalan lokal yang akan dikembangkan adalah jalan yang menghubungkan pusat desa/pusat blok dengan pusat desa lainya, yaitu jalan-jalan perkebunan yang ada saat ini ditingkatkan menjadi jalan lokal. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jaringan jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.3. B. Rencana Fungsi Jalan Fungsi jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah : 1. Jalan Arteri Primer, yaitu rencana jalan Tol Tol Medan Tebing Tinggi. Lebar dan ketentuan yang berlaku disesuaikan dengan ketentuan yang dibuat oleh Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga. 2. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan lingkar luar dan jalan negara. Jalan negara saat ini fungsinya sebagai jalan arteri primer. Namun dengan adanya rencana jalan tol yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, maka jalan negara yang melewati Kota Sei Rampah direncanakan menjadi jalan Arteri Sekunder. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9,7 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 3,35 meter ditambah lebar bahu 2 1,5 meter; 3. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan lingkar dalam dan jalan-jalan yang menghubungkan jalan Arteri Sekunder dengan jalan Arteri Sekunder lainnya. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 1,5 meter; 4. Jalan Lokal adalah semua jaringan jalan lain di luar tersebut di atas. Jalan-jalan lokal adalah jalan-jalan menuju komplek perumahan, perkantoran dan sekolah yang diperuntukkan untuk kenderaan bermotor roda tiga dan empat. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 7 Meter, yang terdiri dari : satu 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 2,0 meter; Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fungsi dan penampang jalan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.4 dan Tabel VI.2 berikut : Laporan Akhir VI - 8

9 Laporan Akhir VI - 9

10 Laporan Akhir VI - 10

11 Type Jalan Jumlah Lajur TABEL VI.5 STANDAR PENAMPANG MELINTANG JALAN LUAR KOTA Lebar Lajur (m) Pinggir Aspal (m) Lebar Perkerasan (m) Lebar Bahu Dalam (m) Lebar Bahu Luar (m) Lebar Median (m) Lebar Badan Jalan (m) I 4 3,5 0,5 2 x 8 2,5 1, ,0 II 4 3,5 0,2 2 x 7,4 2,0 1,0 3 23,8 III 2 3,5 0,2 7,4 2,5 1,0-14,4 IV 2 3,5 0,2 7,4 2,0 0,5-12,4 V 2 3,35 0,2 7,1 1,5 0,5-11,1 VI 2 3,35-6,7 1, ,7 VII 2 3,0-6,0 1, ,0 VIII 2 2,75-5,5 1, ,5 IX 1 3,0-3 2, ,0 Sumber : HW and TE in Developing Countries C. Terminal Salah satu penunjang sistem transportasi jalan adalah tersedianya fasilitas terminal, baik yang melayani lingkup regional ataupun lokal (kota kecamatan). Berdasarkan fungsinya sebagai kota pusat pemerintahan kabupaten, sudah sepantasnya di Kota Sei Rampah direncanakan satu unit terminal. Akan tetapi mengingat jaraknya dengan terminal terdekat (Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi) maka terminal yang dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah sub terminal type c yang dialokasikan di desa Sei Rampah Pekan. D. Rencana Rute Angkutan Umum Untuk melayani kebutuhan angkutan umum di Kota Sei Rampah telah ada rute angkutan umum antara Kota Sei Rampah dengan kota kecamatan lainnya. Secara operasional, kendaraan umum tersebut masih langka atau terbatas dan jenis kendaraan umum yang ada berupa kendaraan non bis dan beca untuk angkutan lokal. Dengan kondisi yang demikian itu, maka arus pergerakan yang terjadi masih relatif rendah. Untuk pengaturan rute angkutan umum di Kota Sei Rampah ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : Rencana pengembangan berbagai kegiatan yang akan berlangsung di Kota Sei Rampah (pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan dan permukiman). Dengan adanya berbagai kegiatan tersebut menyebabkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang pada prinsipnya akan menimbulkan pola dan jumlah pergerakan; Laporan Akhir VI - 11

12 Rencana pengembangan transportasi secara keseluruhan (fungsi jalan, terminal dan fasilitas transportasi lainnya); Adanya berbagai alternatif angkutan yang berkembang di Kota Sei Rampah (ojeg/rbt, beca dan jenis angkutan lainnya) yang merupakan fasilitas pelayanan transportasi. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut diatas, maka pengaturan rute angkutan umum di Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan adalah : Angkutan umum regional yang menghubungkan Kota Sei Rampah dengan ibukota kabupaten lainnya diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan negara; Angkutan umum luar kota yang menghubungkan Kota Sei Rampah dengan ibukota kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai, diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan Bedagai, jalan pelidaan dan jalan Sido Rejo. Angkutan umum dalam kota yang menghubungkan pusat kota dengan pusat-pusat lingkungan dan pusat kegiatan, diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan linfgkar luar dan jalan lingkar dalam serta jalan kolektor/penghubung. E. Angkutan Kereta Api Pada wilayah perencanaan Kota Sei Rampah terdapat jaringan kereta api yang melintasi wilayah perencanaan. Jaringan kereta api tersebut telah dilengkapi dengan stasiun kereta api dengan fasilitas yang minim. Dengan kondisi perkembangan yang ada maka pengembangan jaringan kereta api hingga saat ini masih memadai dan tetap dipertahankan seperti semula. Pengembangannya hanya diarahkan pada peningkatan fungsi stasiun, pemeliharaan dan perbaikannya saja. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan terminal, rute angkutan umum dan angkutan kereta api di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.5. Laporan Akhir VI - 12

13 Laporan Akhir VI - 13

14 6.2.4 Rencana Jaringan Sistem Utilitas Rencana Jaringan Listrik Berdasarkan studi yang telah dilakukan di Indonesia, perkiraan kebutuhan listrik untuk Kota Sei Rampah dapat diperkirakan. Beberapa ketentuan terhadap kebutuhan listrik tersebut adalah : Kebutuhan listrik untuk perumahan adalah 180 VA/org atau 900 Watt/KK. Kebutuhan listrik untuk fasilitas umum/sosial adalah 9 VA/orang atau sebesar 5% dari kebutuhan perumahan. Kebutuhan listrik untuk komersial dan lain-lain adalah 25% dari kebutuhan perumahan atau sebesar 45 VA/orang. Dalam memperkirakan kebutuhan listrik di Kota Sei Rampah dipergunakan standar kebutuhan yaitu 900 VA/KK. Sejalan dengan pengembangan Kota Sei Rampah di segala bidang pada masa mendatang, maka permintaan pelayanan listrik juga akan meningkat terutama dengan meningkatnya sektor industri dan perdagangan. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan listrik dan rencana jaringan listrik di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan Tabel VI.3 TABEL VI.3 PERKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN No Jenis Penggunaan Jlh Penduduk Standrad Kebutuhan (VA/Org) (Jiwa) (Jiwa) VA KVA VA KVA 1 Domestik 42,816 43, ,706,880 7,707 7,899,120 7,899 2 Sarana Umum/Sosial 42,816 43, , , Komersial/Lain-lain 42,816 43, ,926,720 1,927 1,974,780 1,975 J u m l a h ,018,944 10,019 10,268,856 10,269 Sumber : Hasil Analisis Laporan Akhir VI - 14

15 Laporan Akhir VI - 15

16 Rencana Jaringan Telepon Perkiraan kebutuhan pelayanan telepon di Kota Sei Rampah adalah menggunakan standar proporsi kapasitas pelayanan sambungan per 50 penduduk yaitu minimal 1 SST. Angka tersebut merupakan angka perbandingan antara jumlah sambungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan sambungan telepon untuk kegiatan lain adalah sebagai berikut : Kebutuhan sambungan telepon untuk sarana umum/sosial adalah 1 SST untuk 250 penduduk. Kebutuhan sambungan teelepon untuk kegiatan komersial adalah 1 SST setiap 150 penduduk. Kebutuhan untuk Telepon Umum adalah 1 SST setiap 1000 penduduk. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan telepon dan rencana jaringan telepon di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VI.4 dan Gambar 6.7. TABEL VI.4 PERKIRAAN KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN No. Jenis Jumlah Penduduk Standrad Kebutuhan Penggunaan (SST/ORG) (jiwa) (jiwa) (sst) (sst) 1 Sambungan Langsung (RT) 42,816 43,884 1/50 org Sarana umum/sosial 42,816 43,884 1/250 org Komersial/lain-lain 42,816 43,884 1/150 org Telepon Umum 42,816 43,884 1/1000 org JUMLAH 1,313 1,346 Sumber : Hasil Analisis Rencana Jaringan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kota Sei Rampah didasarkan atas beberapa kegiatan yang menggunakan air bersih, seperti untuk kegiatan Domestik (Rumah Tangga) sebesar 150 liter/orang/hari, Hidran Umum sebesar 40 liter/orang/hari, Komersial/Industri sebesar 30 liter/orang/hari, dan untuk Fasilitas Sosial sebesar 15 liter/orang/hari. Selain kebutuhan air yang disebutkan dia atas, total kebutuhan air untuk Kota Sei Rampah harus ditambahkan dengan tingkat kebocoran yang mungkin timbul sebesar 20% dari penggunaan kegiatan perkotaan. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan dan rencana jaringan air bersih di Kota Sei Rampah samapai tahun 2016 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.5 dan Gambar 6.8. Laporan Akhir VI - 16

17 Laporan Akhir VI - 17

18 Laporan Akhir VI - 18

19 TABEL IV.5 PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN Jlh Penduduk Standard Kebutuhan No Jenis Penggunaan (l/org/hr) (Jiwa) (Jiwa) (l/hari) (m3/hari) (l/hari) (m3/hari) 1 Domestik 42,816 43, ,422,400 6,422 6,582,600 6,583 2 Hidran Umum 42,816 43, ,712,640 1,713 1,755,360 1,755 3 Komersial/Industri 42,816 43, ,284,480 1,284 1,316,520 1,317 4 Pelayanan Sosial 42,816 43, , , JUMLAH 10,061,760 10,062 10,312,740 10,313 5 Tingkat Kebocoran 20 % 2,012,352 2,012 2,062,548 2,063 TOTAL KEBUTUHAN 12,074,112 12,074 12,375,288 12,375 Sumber : Hasil Analisis Saluran Air Buangan dan Drainase Volume air buangan setiap hari secara umum diperkirakan % dari volume kebutuhan air bersih. Untuk perkiraan volume air buangan di Kota Sei Rampah dipakai standard perhitungan air buangan minimal (70 % dari kebutuhan air bersih ) dengan asumsi bahwa wilayah kota masih lebih luas kawasan tidak terbangun sehingga peresapan air tinggi. Berdasarkan asumsi di atas dapat dihitung perkiraan volume air buangan sampai akhir tahun perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan voleme air buangan dan rencana jaringan drainase di Kota Sei Rampah samapai tahun 2016 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.6 dan Gambar 6.9. TABEL IV.6 PERKIRAAN VOLUME AIR BUANGAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN No Tahun SANITASE/DRAINASE Standart Kebutuhan/Jumlah Kebutuhan Air Bersih 1 Limbah Air Kotor (M3) 12,074 12,375 70%xAir Bersih 8,452 8,663 Jumlah Penduduk (jiwa) 2 Septicktank/Rt 42,816 43,884 1 unit (5 penduduk) 8,563 8,777 (Unit) 3 Septicktank umum/mck 42,816 43,884 1 unit (1000 pddk) ( Unit) Sumber : Hasil Analisis Laporan Akhir VI - 19

20 Laporan Akhir VI - 20

21 Sistem Pembuangan Sampah Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan sistem pengumpulan sampah. Sistem pengumpulan sampah yang diusulkan adalah sistem pembuangan terbuka atau Open Dumping, dengan lokasi pembuangan akhir yang jauh letaknya dari permukiman penduduk. Jenis pengumpulan sampah terdiri dari : 1. Pengumpulan sampah rumah tangga (house hold / domestic waste). 2. Pengumpulan sampah sampar (market waste). 3. Pengumpulan sampah pertokoan dan jalan. Adapun peralatan yang digunakan untuk pengumpulan sampah terdiri dari : 1. Keranjang sampah dengan volume 25 liter. 2. Gerobak pengumpul sampah dengan volume 720 liter. 3. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan volume 10 m Truk. Untuk menentukan peralatan yang dibutuhkan maka terlebih dahulu harus diketahui volume sampah yang dihasilkan. Kriteria-kriteria yang diambil untuk menentukan banyaknya peralatan dan volume samapah tersebut adalah : 1. Sampah Rumah Tangga : Volume sampah : 2 liter/orang/hari. Peralatan : keranjang sampah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk. Frekuensi pengumpulan setiap hari. 2. Sampah di daerah komersial : Volume sampah : 0,25 liter/orang/hari. Peralatan : keranjang samapah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk. Frekuensi pengumpulan setiap hari. 3. Sampah yang dihasilkan pada sarana umum/sosial : Volume sampah : 0,5 liter/orang/hari. Peralatan : keranjang samapah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk. Frekuensi pengumpulan setiap hari. Laporan Akhir VI - 21

22 Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas maka dapat dihitung volume sampah dan banyaknya peralatan yang dibutuhkan untuk Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 seperti Tabel IV.7. Sedangkan skematik pola pengelolaan persampahan dan rencana sistem persampahan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.10 dan Gambar TABEL IV.7 PERKIRAAN VOLUME SAMPAH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN Jlh Penduduk Standard Timbulan/kebutuhan No Keterangan (l/org/hari) l/hari m3/hari l/hari m/hari 1 Domestik 42,816 43, , , Sarana Umum/Sosial 42,816 43, , , Komersial 42,816 43, , , Total Timbulan Sampah , , Kebutuhan Bak/Tong unit/50l 2,355-2,414 - Sampah 6 Kebutuhan Gerobak unit/2m Sampah 7 Kebutuhan TPS unit /6 m Kebutuhan Truk unit/18 m Sampah (3 trip) Sumber : Hasil Analisis GAMBAR 6.10 SKEMATIK POLA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SEI RAMPAH PEWADAHAN PENGUMPULAN PEMINDAHAN PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR Rumah TPS Kontainer Truk Kontainer Tangga 6 m 3 6 m 3 TPA Pasar TPS Kontainer Truk Kontainer 6 m 3 6 m 3 TPA Perdagangan Truk Kontainer & Jasa 6 m 3 TPA Perkantoran Truk Kontainer 6 m 3 TPA Laporan Akhir VI - 22

23 Laporan Akhir VI - 23

24 6.3 RENCANA PEMANFAATAN RUANG KOTA Rencana Pemanfaatan Ruang Kota merupakan rencana fisik kota yang berorientasi kepada pengembangan dan perencanaan lingkungan seperti kawasan lindung dalam kota dan kawasan budidaya perkotaan Kawasan Lindung Dalam Kota Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sedangkan sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah : 1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa; 2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam; Kawasan lindung yang terdapat di Kota Sei Rampah meliputi kawasan perlindungan setempat, seperti : sempadan sungai dan kawasan hijau kota. Sempadan sungai yang dimaksud adalah jalur hijau disepanjang kiri dan kanan sungai, sedangkan kawasan hijau kota adalah jalur hijau sepanjang rel kereta api dan ruang terbuka hijau kota. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jalur Hijau Sempadan Sungai Tujuan dikembangkannya sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai serta melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai dan mengamankan aliran sungai. Penentuan sempadan sungai ini didasarkan pada :» Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,» Berdasarkan peraturan diatas ditetapkan garis sepadan sungai yaitu : 100 meter di kiri dan kanan untuk sungai besar (di luar kawasan permukiman); 50 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil/anak sungai (di luar kawasan permukiman); meter di kiri dan kanan untuk sungai besar (di dalam kawasan permukiman); 1 5 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil/anak sungai (di dalam kawasan permukiman); Laporan Akhir VI - 24

25 Berdasarkan pedoman di atas maka sempadan sungai yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan Sei Rampah adalah sebesar meter di kiri dan kanan untuk Sungai Rampah dan 3 5 meter di kiri dan kanan untuk sungai Sei Rambung, Sei Pangkalan dan Sei Gempolan. 2. Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api adalah jalur sepanjang kiri dan kanan yang terdapat pada rel kereta api. Lebar jalur hijau Sempadan Rel Kereta Api ditetapkan sebesar 18 meter dikiri dan kanan rel kereta api. 3. Kawasan Hijau Kota Kawasan Hijau Kota yang akan dikembangkan antara lain adalah ruang terbuka hijau (RTH) kota yang meliputi taman, ruang terbuka, lapangan olah raga, pusat rekreasi dan kawasan cadangan. Taman kota akan dikembangkan pada setiap pusat BWK dan pusat lingkungan yang dilengkapi dengan tempat bermain. Luasannya tergantung dari skala pelayannya. Ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka pemakaman dan ruang terbuka untuk alun-alun kota (lapangan terbuka). Pusat rekreasi kota yang akan dikembangkan adalah berupa taman dan waduk/danau buatan yang berfungsi sebagai taman rekreasi dan sekaligus untuk menghindari genangan air pada pusat kota. Kawasan ini akan dikembangkan pada kawasan rawarawa yang ada di desa Pematang Ganjang dan Silau Rakyat Kawasan Budidaya Perkotaan Kawasan budidaya adalah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan diluar kawasan lindung. Penetapan kawasan ini menitik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budaya sesuai dengan fungsi sumber budaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Pengarahan kawasan budidaya dalam RUTRK Kota Sei Rampah adalah : a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdaya guna dan hasil guna, serasi seimbang dan berkelanjutan; b. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan bididaya yang berbeda; c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan bididaya tertentu kejenis yang lain. Laporan Akhir VI - 25

26 Proses penentuan kawasan budidaya ini mengacu kepada : 1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi pembatas bagi penetapan kawasan budidaya; 2. Kriteria menurut Pedoman Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Daerah yang diterbitkan oleh kelompok Kerja Tim Tata Ruang Nasional; 3. Kebijaksanaan pembangunan; 4. Program sektoral yang akan dilaksanakan; 5. Rencana struktur yang akan dilaksanakan; 6. Hasil masukan analisa fisik, sosial, ekonomi dan struktur ruang. Adapun kawasan budidaya tersebut berupa : A. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman terdiri dari tiga tipe jenis perumahan yaitu rumah besar, sedang dan kecil. Untuk perumahan besar diarahkan di jalan utama arteri sekunder dan pusat BWK, sedangkan perumahan sedang dan kecil diarahkan berada di sub pusat kota dan pusat lingkungan maupun antara pusat kota dengan subpusat kota. Pengembangan kawasan perumahan terutama diarahkan di Desa Firdaus. Pengembangan kawasan permukiman di Kota Sei Rampah sampai tahun 2016, adalah : a) Pembangunan sarana dan prasarana permukiman yang memadai terutama penyediaan air bersih, jalan dan listrik; b) Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah dan fungsional; c) Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah tinggal yang layak huni; d) Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke lahan-lahan pertanian dan perkebunan; Pada dasarnya, setiap penggunaan lahan tidak dibenarkan penggunaan yang bercampur baur. Akan tetapi tata guna lahan dengan penggunaan tunggal untuk kawasan permukiman hampir tidak mungkin dilakukan mengingat : Kawasan perumahan adalah kawasan permukiman bagi penduduk; Dalam kawasan permukiman selalu dibutuhkan adanya sarana-sarana pelengkap yang disebut dengan istilah penyempurna ; Disamping itu masih diperlukan adanya jaringan fasilitas kebutuhan sehari-hari berupa toko-toko; Laporan Akhir VI - 26

27 Dengan demikian, pembagian tata guna lahan pada kawasan perumahan tidak bersifat kaku atau murni kawasan perumahan. Didalamnya dengan diatur sedemikian rupa sehingga tidak merusak tata lingkungan, dapat saja diijinkan didirikan bangunan khusus. Penggunaan tanah bagi kawasan perumahan diperinci sebagai berikut : a. Perumahan Type Besar : Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau perdagangan atau administrasi; Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter; Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; Luas persil M 2 atau lebih. b. Perumahan Type Sedang : Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan kantor berhimpitan; Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter; Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar renggang, bangunan bertingkat, Luas persil M 2 atau lebih. c. Perumahan Type Kecil : Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan; Laporan Akhir VI - 27

28 Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter; Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter; Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan flat, bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang; Luas persil M 2 atau lebih. B. Fasilitas Pelayanan Umum Kawasan fasilitas pelayanan umum terdiri dari pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Untuk fasilitas pelayanan umum skala kabupaten seperti kawasan pendidikan (SLTP hingga SLTA) diarahkan menyebar di setiap BWK, Kesehatan (Rumah Sakit) diarahkan di jalan utama kota tepatnya disekitar Desa Firdaus, untuk fasilitas pelayanan umum skala lingkungan seperti Taman, Warung/kios, TK dan Posyandu diarahkan pada setiap pusat-pusat lingkungan. C. Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan yang ada di Desa Sei Rampah Pekan tetap dipertahankan menjadi kawasan perdagangan, dan ditingkatkan pelayanannya menjadi Pusat Perdagangan dan Jasa Regional (Central Business District/CBD) yang terdiri dari pertokoan, pasar, super market, pelayanan jasa keuangan dan perbankkan. Hal ini dilakukan karena dengan adanya rencana jalan Tol, jalan lingkar luar dan lingkar dalam Kota Sei Rampah, maka permasalahan kemacetan yang ada selama ini di pusat kota dapat teratasi, sehingga kawasan perdagangan tersebut bisa ditingkatkan lagi fungsi dan pelayanannya. D. Kawasan Pemerintahan/Perkantoran Kawasan pemerintahan/perkantoran (Civic Center) yang terdiri dari kantor Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor DPRD, kantor dinas-dinas dan kantor instansi lainnya yang ada dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai direncanakan berada pada satu kawasan. Alokasi rencananya diarahkan di Desa Firdaus (BWK Pusat Kota), tepatnya disekitar perbatasan Kecamatan Sei Rampah dengan Kecamatan Teluk Mengkudu yang berada di Jalan Negara. Dengan demikian maka struktur ruang Kota Sei Rampah terdiri dari dua kegiatan utama yaitu kegiatan Pemerintahan (Civic Center) dan kegiatan jasa dan perdagangan (Central Business District). Laporan Akhir VI - 28

29 E. Kawasan Cadangan Kawasan cadangan merupakan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang pada saat ini dapat dipertahankan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Kawasan ini juga merupakan lahan cadangan pengembangan fisik perkotaan di masa mendatang. Berdasarkan lokasinya lahan-lahan yang dikembangkan sebagai kawasan cadangan adalah pada bagian Utara Kota di Desa Sei Rejo dan Pematang Pelintahan, pada bagian Barat di Desa Cempedak Lobang, bagian Selatan Desa Silau Rakyat dan Pematang Ganjang. Lebih jelasnya mengenai Rencana Pemanfaatan Ruang di Kota Sei Rampah sampai dengan rencana tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel VI.8 dan Gambar TABEL VI.8 RENCANA PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN No BWK/Desa Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) I BWK PUSAT KOTA Firdaus Perumahan dan Permukiman, Pemerintahan dan bangunan umum, 534 fasilitas pelayanan umum (pendidikan sampai dengan perguruan tinggi/akademi, kesehatan sampai dengan rumah sakit, perdagangan dan jasa lokal, peribadatan), Ruang terbuka, jalur hijau dan kawasan konservasi (lapangan Firdaus) 2 Sei Rampah Perumahan dan Permukiman, Perdagangan dan Jasa regional (pasar, pertokoan, swalayan), stasiun dan sub terminal, fasilitas pelayanan 640 umum (pendidikan sampai dengan perguruan tinggi/akademi, kesehatan sampai dengan rumah sakit dan peribadatan), Ruang terbuka dan jalur hijau, II BWK UTARA Sei Rejo Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, 739 pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan 2 Pematang Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, 258 Pelintahan pendidikan sampai dengan sekolah menengah, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan III BWK SELATAN Pematang Ganjang Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan 2 Silau Rakyat Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, 921 pendidikan sampai dengan sekolah menengah, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan IV BWK BARAT Firdaus Estate Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, 48,75 pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan 2 Cempedak Lobang Sumber : Rencana Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), pusat rekreasi, ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan ,93 Laporan Akhir VI - 29

30 Laporan Akhir VI - 30

31 6.4 RENCANA PENGATURAN BANGUNAN Rencana pengaturan bangunan terdiri dari pengaturan kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan dan sempadan sungai. Secara lebih ringkas dapat diuraikan sebagai berikut; Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan ditunjukkan melalui pengaturan besar kecilnya nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) serta jumlah lantai maksimum dalam suatu penggunaan lahan pada kawasan tertentu. Pengaturan KDB dan KLB serta pengaturan jumlah lantai maksimum ini dimaksudkan agar tercapai wujud kawasan secara tiga dimensi (horizontal dan vertikal) yang serasi sesuai dengan penggunaan lahan masing-masing kawasan. Untuk lahan-lahan yang terletak pada kawasan permukiman mempunyai intensitas penggunaan ruang yang tinggi. Sebaliknya untuk kawasan yang terletak jauh dari permukiman seperti kawasan pertanian dan perkebunan, intensitas penggunaan ruangnya rendah. Dengan gambaran seperti ini, maka rencana intensitas penggunaan ruang Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut : A. Kawasan Permukiman : Kawasan Permukiman lebih dominan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%. B. Kawasan Pemerintahan Kawasan Pemerintahan yaitu kawasan tempat pemerintahan menyusun kebijakan, program, proyek pembangunan bersama dengan Stakeholder lainnya serta sebagai salah satu tempat memberikan pelayanan pada masyarakat baik kepentingan sosial maupun ekonomi. Kawasan Pemerintahan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan seperti halnya kawasan permukiman sehingga KDB maksimal sebesar 60%. C. Kawasan Perdagangan Dan Jasa Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual maupun transakasi antara distributor dengan pembeli maupun penjual, orientasinya profit (pertimbangan ekonomi) lebih dominan. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan calon pembeli paling utama sehingga ketersediaan lahan parkir yang Laporan Akhir VI - 31

32 memadai dan aksesibilitas yang tinggi menjadi salah satu persyaratan bagi kawasan perdagangan dan jasa. Semakin tinggi aksesibilitasnya ada kecenderungan semakin mengecil KDB-nya dan semakin meningkat KLB-nya kearah perkembangan secara vertikal. KDB minimal 40% dijalan Arteri dan KDB maksimal 80% di jalan lokal. D. Fasilitas Sosial Fasilitas sosial membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kepadatan bangunan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VI.9 TABEL VI.9 RENCANA KDB DAN KLB DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 KLB NO RENCANA PEMANFAATAN RUANG KDB (%) MIN MAK 1 Permukiman ,5 0,6 1,0 1,3 2 Pendidikan dasar dan menengah ,5 0,6 1,0 1,2 3 Peribadatan ,5 0,6 1,0 1,2 4 Perdagangan dan Jasa (skala regional) ,4 1,6 2,1 2,4 5 Perdagangan (skala lokal dan lingkungan) ,6 0,7 1,2 1,4 6 Pemerintahan dan bangunan umum ,5 0,6 1,0 1,2 7 Kesehatan ,5 0,6 1,0 1,2 8 Industri ,6 0,7 1,2 1,4 9 Terminal 20 0,2 0,4 10 Pemakaman Taman dan lapangan olah raga Jalur Hijau (sempadan sungai dan rel kereta api) Ruang terbuka hijau Sumber : Rencana Rencana Pengaturan Ketinggian Bangunan Secara teknis sebenarnya perhitungan ketinggian bangunan dilakukan dengan menetapkan besar sudut yang ditarik dari titik tengah ROW jalan (As jalan) sampai batas garis sempadan bangunan (GSB). Umumnya ketinggian maksimal bila sudutnya 60 derajat dan minimal bila sudutnya 30 derajat. Jika GSB ditetapkan sebesar ½ ROW maka pengaturan ketinggian bangunan di Kota Sei Rampah dapat ditetapkan dengan uraian sebagai berikut : Laporan Akhir VI - 32

33 A. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Arteri Sekunder ; Berdasarkan rencana fungsi dan jaringan jalan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk jalan arteri sekunder adalah : 9,7 meter yang terdiri dari 2 lajur 3,35 meter tambah bahu jalan 2 1,5 meter. Maka ketinggian bangunan adalah : Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = (4,85 + 4,85) = 16,80 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 5 lantai. Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (4,85 + 4,85) = 5,60 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 2 lantai. B. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Kolektor Sekunder ; Lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk adalah : 9 meter yang terdiri dari 2 lajur 3,0 meter tambah bahu jalan 2 1,5 meter. Maka ketinggian bangunan adalah : Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = (4,5 + 4,5) = 15,58 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 5 lantai. Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (4,5 + 4,5) = 5,19 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 1 lantai. C. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Lokal ; Lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk adalah : 7 meter yang terdiri dari satu lajur X 3,0 meter tambah bahu jalan 2 2 meter. Maka ketinggian bangunan adalah : Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = (3,5 + 3,5) = 12,12 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 3 lantai. Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (3,5 + 3,5) = 4,04 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 1 lantai. Lihat Tabel VI.10. TABEL VI.10 RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 KETINGGIAN BANGUNAN NO FUNGSI JALAN MINIMUM MAKSIMUM 1 Arteri Sekunder 2 lantai (6 meter) 5 lantai (17 meter) 2 Kolektor Sekunder 1 lantai (5 meter) 5 lantai (16 meter) 3 Lokal 1 lantai (4 meter) 3 lantai (12 meter) Sumber : Hasil Analisis Laporan Akhir VI - 33

34 6.4.3 Rencana Pengaturan Sempadan Bangunan Rencana sempadan bangunan merupakan seperangkat ketentuan yang diperuntukkan bagi pengaturan batas lahan yang dapat dibangun dengan lahan yang tidak dapat dibangun agar terwujud kondisi letak bangunan yang teratur dan memenuhi kriteria keamanan, kelestarian dan keindahan lingkungan, oleh sebab itu sasaran yang ingin terwujud dari rencana pengaturan sempadan bangunan adalah : Terwujudnya lingkungan yang teratur yang memenuhi kriteria keamanan lingkungan, kelestarian lingkungan dan keindahan lingkungan; Tersedianya ketentuan teknis pembangunan lingkungan terutama untuk lahan yang dapat dibangun dan lahan-lahan yang tidak dapat dibangun; Tersedianya ketentuan teknis yang jelas mengenai batas antara petak peruntukan dengan daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan; Dalam pengaturan sempadan bangunan ini, beberapa aspek yang akan menjadi obyek penanganan dan pengaturan sempadan bangunan ini meliputi, pangaturan rencana sempadan pagar, rencana sempadan muka dan samping bangunan yang menghadap ke jalan, serta sempadan belakang bangunan dan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan. Sehubungan rencana pengaturan sempadan bangunan ini beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan penentuannya adalah : Kondisi eksisting kawasan; Rencana fungsi jaringan jalan yang melalui setiap kawasan; Rencana penggunaan lahan yang direncanakan pada setiap kawasan; Pertimbangan keamanan, kelestarian dan estetika lingkungan; Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kebijaksanaan pengaturan sempadan bangunan pada kawasan perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut : A. Sempadan Pagar. Rencana pengaturan sempadan pagar penentuannya dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah setiap lahan peruntukan yang menghadap ke jalan tersebut. Adapun besar kecilnya lebar/jarak sempadan pagar dari sumbu jalan, ditentukan dengan perhitungan setengah dari daerah milik jalan pada jalan yang bersangkutan, dengan demikian dapat diartikan bahwa sempadan pagar setiap lahan peruntukan adalah berimpit atau sama dengan batas daerah milik jalan. Lihat Tabel VI.11. Laporan Akhir VI - 34

35 No Fungsi Jalan TABEL VI.11 RENCANA SEMPADAN PAGAR DI KOTA SEI RAMPAH Badan Jalan/Damaja Lebar Parit (meter) Damija (damaja + parit (Meter) Sempadan Pagar* (meter) 1 Arteri Sekunder 9,7 meter 2 13,7 7 2 Kolektor Sekunder 9 meter 1, Lokal 7 meter 1 9 4,5 Sumber : Hasil Analisis Keterangan : *) Diukur dari sumbu jalan B. Sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan (GSB). Rencana pengaturan sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan, penentuannya didasarkan jarak yang dihitung mulai dari batas tepi Daerah Milik Jalan (Damija) kearah petak peruntukan yang menghadap kejalan tersebut, yaitu sampai ujung terluar bangunan yang bersangkutan. Besar kecilnya jarak sempadan bangunan minimal ini ditentukan berdasarkan penetapan Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) dan masing-masing fungsi jalan. Garis Sempadan Bangunan ini ditetapkan sebesar 1/2 ROW + 1 dibulatkan kebilangan genap. Oleh sebab itu rencana sempadan muka bangunan dan samping bangunan yang menghadap kejalan, sama atau berimpit dengan batas terluar kiri-kanan daerah pengawasan jalan masing-masing fungsi jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel VI.12. No TABEL VI.12 RENCANA SEMPADAN MUKA BANGUNAN DAN SAMPING BANGUNAN DI KOTA SEI RAMPAH Fungsi Jalan Badan Jalan/Damaja Lebar Parit (meter) Damija (damaja + parit (Meter) Sempadan muka dan samping bangunan* (meter) 1 Arteri Sekunder 9,7 meter 2 13,7 8 2 Kolektor Sekunder 9 meter 1, Lokal 7 meter Sumber : Hasil Analisis Keterangan : *) GSMB diukur dari batas tepi Daerah Milik Jalan (Damija). Laporan Akhir VI - 35

36 C. Sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan. Rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari batas petak sampai keujung terluar bangunan. Penentuan jarak sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, besaran jarak minimalnya ditentukan langsung dengan pertimbangan keamanan perjalanan dan penanganan kebakaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, serta keteraturan tata letak bangunan. Berdasarkan pertimbangan ini, maka rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan ditetapkan minimal 1 meter, yang berarti jarak antar bangunannya minimal 2 meter. Laporan Akhir VI - 36

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA 5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA Pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai bagian dari Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN

7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN 7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari materi Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota

Lebih terperinci

4.1 ANALISIS REGIONAL

4.1 ANALISIS REGIONAL 4.1 ANALISIS REGIONAL Kota Sei Rampah (yang menjadi wilayah perencanaan) terdiri dari 8 (delapan) desa yang merupakan bagian yang terpilih dari 17 (tujuh belas) desa yang terdapat di Kecamatan Sei Rampah.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2004-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

3.1 PENETAPAN BATAS WILAYAH PERENCANAAN

3.1 PENETAPAN BATAS WILAYAH PERENCANAAN Sebagai langkah awal dalam proses penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan (RUTRK) Kota Sei Rampah 2006 2016, terlebih dahulu harus dipahami kondisi wilayah Kota Sei Rampah secara umum melalui tinjauan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN TEMON TAHUN 2008-2013 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA (RUTRK) KAJEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PERIODE 2005-2010 DENGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN 5.1 Umum Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2008-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA IBUKOTA KECAMATAN NGRAMPAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR BAGAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Outline Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA LOHBENER

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN RENCANA DETAIL TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Tahun 2001 Nomor 28 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA (RUTRK)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SLAWI KABUPATEN TEGAL DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA DAN SEBAGIAN MATERI RENCANA TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI. PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI. BUPATI BERAU Menimbang : a. bahwa dalam upaya tertatanya

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Arief Riyanda Page 23

Arief Riyanda Page 23 BAB III TINJAUAN KOTA KUDUS 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA KUDUS 3.1.1 Kondisi Fisik Kota a. Letak Geografis Kabupaten Kudus secara keseluruhan memiliki luas wilayah sebesar 21.516 Ha atau sekitar 1,31% luas propinsi

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 21 TAHUN : 01 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 01 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang : a.

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata`ala, atas rahmat dan karunia-nya laporan pertengahan () dalam rangka penyusunan RDTR Kawasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SENGETI TAHUN 2001-2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib pembangunan fisik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA IBUKOTA KECAMATAN SIDOHARJO

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang Standar Minimal Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar No 1. Kasiba/ Lisiba - Badan Pengelola Kawasan - Rencana terperinci tata ruang - Jumlah ijin lokasi

Lebih terperinci

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN NO. 010/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA (Ordonansi No.158 tanggal 13 Juni 1969) BAB I. KETENTUAN UMUM (Pasal 1 Pasal 2) Revisi Terkhir: Ordonansi No. 350 Tanggal 1 Agustus 2003 BAB II.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA UTARA KOTA ADMINISTRASI Profil Kota Kota Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli

Lebih terperinci

ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam

ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam BAB V ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN 5.1 ANALISA HOME INTERVIEW Dari hasil wawancara dan kuisioner yang disampaikan kepada masyarakat, secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN LEBAR JALAN PADA PERUMAHAN BUKIT SEJAHTERA INDRAYANI

KAJIAN PEMODELAN LEBAR JALAN PADA PERUMAHAN BUKIT SEJAHTERA INDRAYANI KAJIAN PEMODELAN LEBAR JALAN PADA PERUMAHAN BUKIT SEJAHTERA INDRAYANI Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 E-mail : iiend_sumantri@yahoo.com

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN Salah satu fungsi rencana tata ruang adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan program lima tahunan dan program tahunan. Indikasi program pembangunan merupakan penjabaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN ALUN-ALUN WATES TAHUN 2010-2014

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA LELEA KABUPATEN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 51 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DAN GARIS SEMPADAN SUNGAI/SALURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENJABARAN STATUS KAWASAN, PEMANFAATAN LAHAN DAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG YANG BERKAITAN DENGAN TATANAN FISIK BANGUNAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SLIYEG KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Kota Binjaitahun 2000 2010 telah mengalami penurunan menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGGARA TAHUN 2016-2036 I. UMUM Suatu wilayah/kawasan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN 2012-2032 I. UMUM Ruang dilihat sebagai wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 41 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG

Lebih terperinci