Arief Riyanda Page 23
|
|
- Yulia Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III TINJAUAN KOTA KUDUS 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA KUDUS Kondisi Fisik Kota a. Letak Geografis Kabupaten Kudus secara keseluruhan memiliki luas wilayah sebesar Ha atau sekitar 1,31% luas propinsi Jawa Tengah, terbagi menjadi 9 kecamatan dan 124 Desa serta 7 kelurahan, dengan : -Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Kab. Pati -Sebelah Timur : Kabupaten Pati -Sebelah Selatan : Kabupaten Grobobogan dan Kab. Pati -Sebelah Barat : Kabupaten Demak Gambar 3.1 gambar batas-batas kabupaten Kudus Sumber : google.com Letak Kbupaten Kudus antara 100 o 36 dan 110 o 50 Bujur Timur dan antara 6o51 dan 7o16 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam, yang ditunjukkan dengan ketinggian wilayah berkisar antara 5 sampai meter di atas permukaan air laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter diatas permukaan air laut berada di kecamatan Undaan. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berda di kecamatan Dawe, yang berupa daratan tinggi dengan ketinggian 1,600 meter diatas permukaan air laut. b. Kependudukan Berdasarkan data kepundudukan, jumlah penduduk yang terdapat di wilayah Kabupaten Kudus pada tahun 2002 sebesar jiwa yang tersebar di masing-masing kecamatan. Kecamatan Kota memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu sejumlah jiwa (12,77%). Sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu kecamatan Bae yaitu sejumlah jiwa (11,74%). Laju pertumbuhan penduduk alami adalah sebesar 2,00%. Dari perkembangan penduduk dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 terjadi penurunan jumlah penduduk Kota Kudus yang sangat tinggi pada tahun 1999, yaitu sebanyak jiwa, untuk kemudian pertumbuhan meningkat pada tahun Dengan melihat kondisi pertumbuhan penduduk tersebut yang berfluktuasi terutama pada tahun 1998, maka diambil angka pertumbuhan pada tahun 1999 sampai tahun 2002 dengan tingkat pertumbuhan relatif konstan yaitu 2,00% tiap tahun Kondisi Non Fisik Kota a. Keadaan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Masyarakat Kudus masih berpegang teguh pada tradisi yang telah lama ada dalama kehidupan mereka. Bahasa jawa, Upacara tradisional, kegiatan-kegiatan keagamaan masih kental dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekentalan kegiatan keagamaan disebabkan adanya kebudayaan Islam di sekitar daerah Kudus Kulon ( Masjid Menara Kudus) yang merupakan daerah pertama kali masuknya agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kudus. Arief Riyanda Page 23
2 Namun demikian kegiatan perdagangan dan industri di Kudus cukup pesat. Pendapatan perekonomian kota yang berasal dari industrial 72%, perdagangan 19%, dan kegiatan perbankan 9%, Kegiatan-kegiatan yang paling dominan berkembang di kota Kudus adalah sektor perdagangan dan industri, disamping sektor-sektor lain seperti pemerintahan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain. Perkembangan yang pesat dari sektor-sektor produktif inilah yang mendorong pengalihan kegiatan kota dari agraris menjadi industri dan meningkatkan terbentuknya struktur ekonomi kota. KEGIATAN KOTA (%) SWP Pariwisata Olahraga Industri Pendidikan Perdagangan Pemerintahan Permukiman JUMLAH (%) I II III IV V Tabel 3.1 Pendistribusian kegiatan Kabupaten Kudus Sumber : RUTRK b. Distribusi Kegiatan Kabupaten Kudus terbagi kedalam 5 Sub Wilayah Pembangunan (SWP), adapun wilayah Kota Kudus masuk ke dalam SWP I. Tiap SWP mengatur pendistribusian kegiatan yang berlangsung setiap harinya dalam kota. Tiap-tiap SWP mempunyai fungsi dominan sendiri, yang ditentukan berdasarkan pada kemampuan tiap wilayah. Berdasarkan kemampuan tiap wilayah tersebut, maka dapat ditentukan fungsi dominan dari tiap SWP Kebijakan dan Rencana Perkembangan Kota A. Fungsi dan peranan Kota Kudus Sebagai pusat perkembangan yang meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, Pati dan Rembang, Kota Kudus mempunyai peran primer terhadap daerah hinterlandnya baik dalam skala Kabupaten Kudus maupun skala wilayah pembangunan, dan bertindak sebagai : -Sebagai pusat kegiatan Industri -Sebagai pusat kegiatan Perdagangan -Sebagai pusat pelayanan Pariwisata sekunder Disamping itu Kota Kudus juga dilalui jalur transportasi regional Jakarta Surabaya yang tentunya akan membawa pengaruh yang besar bagi pertumbuhan Kota Kudus baik terhadap fisik Kota maupun sosial ekonominya. Pusat perdagangan yang ada di Kota Kudus adalah terdapat di wilayah SWP I yang mencakup Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae, dan Kecamatan Mejobo. Adapun Kecamatan Kota Kudus merupakan pusat perkembangan dari SWP I. B.Rencana Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Kota Kabupaten Kudus dibagi menjadi beberapa Sub Wilayah Pembangunan, meliputi : 1. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I, meliputi Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae dan Kecamatan Mejobo dengan pusat pengembangan di Kecamatan Kota Kudus. Arief Riyanda Page 24
3 2. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II,meliputi kecamatan Jekulo dengan pusat pengembangan di ibukota Kecamatan Jekulo. 3. Sup Wilayah pembangunan (SWP) III, meliputi Kecamatan Dawe dan Kecamatan Gebog,dengan pusat pengembangan di kecamatan dawe. 4. Sup Wilayah pembangunan (SWP) IV,Meliputi Kecamatan Undaan,dengan pusat pengembangan di ibu kota Kecamatan Undaan. 5. Sup Wilayah pembangunan (SWP) V, meliputi Kecamtan Kaliwungu, dengan pusat pengembangan di ibu kota Kecamatan Kaliwungu. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)tahun yang merupakan landasan bagi penentuan tata guna lahan di Kabupaten Kudus. Ditetapkan 8 macam atau kelompok kegiatan utama yang akan dikembangakan dalam tiap SWP.Kegiatan-kegiatan ini akan dikembangkan sebagai fungsifungsi dominan dalam setiap SWP. Sesuai dengan fungsi dan peran Kota Kudus sebagai pusat kegiatan sektor-sektor strategis,maka kegiatan yang paling dominan adalah industri,perdagangan,jasa,pemerintahan,pendidikan dan pemukiman. Perkembangan yang pesat pada sektor-sektor tersebut yang mendorong pengalihan kota dari agraris menjadi non agraris yang mempercepat terbentuknya struktur ekonomi kota. Berdasarkan RUTRK Kota Kudus , Kota Kudus dibagi menjadi 5 bagian wilayah kota (BWK),yaitu: 1. BWK 1,di pusat kota dengan luas 1.439,834 Ha,prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi perkantoran /pemerintahan,perdagangan,jasa,pusat olahraga dan permukiman dengan kepadatan sedang. 2. BWK II,di bagian barat kota kudus dengan luas wilayah 2.577,159 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan perumahan berkepadatan sedang. 3. BWK III, di bagian timur kota kudus dengan luas wilayah 1.580,911 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi pusat pendidikan, kegiatan industri (kecil dan rumah tangga) dan perumahan berkepadatan sedang. 4. BWK IV, di bagian selatan kota kudus dengan luas wilayah 3.013,802 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputiindustri (non polutan),perdagangan,dan perumahan berkepadatan sedang. 5. BWK V, di bagian utara kota kudus dengan luas wilayah 1.524,781 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi perumahan berkepadatan sedang dan industri non polutan Peraturan bangunan setempat 1. Rencana Kepadatan Bangunan Kepadatan dan ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan(KLB). KDB merupakan maksimum perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan atau bangunan dalam tiap petak peruntukan. Sedangkan KLB adalah prosentase luas lantai total bangunan yang terbangun pada lahan yang ada. KLB berkaitan dengan pengaturan rencana jumlah lantai bangunan yang diijinkan dalam suatu lahan. Berdasarkan RDTR Kota Kudus , ketinggian bangunan di Kota Kudus dapat diatur dengan penetapan sebagai berikut: No. Fungsi jalan dan jenis bangunan KDB KLB Ketinggian bangunan Arteri primer 1 Perumahan 50% 1,5 1-3 Bangunan komersial 70% 2,1 1-3 Bangunan non komersial 60% 1,8 1-3 Arief Riyanda Page 25
4 Arteri sekunder Perumahan 70% 2,1 1-3 Bangunan komersial 80% Bangunan non komersial 70% 2,8 1-4 Klektor premier Perumahan 60% 1,8 1-3 Bangunan komersil 70% 2,1 1-3 Bangunan non komersil 60% 1,8 1-3 Kolektor sekunder Perumahan 70% 2,1 1-3 Bangunan komersil 80% 3,2 1-4 Bangunan non komersil 70% 2,8 1-4 Lokal Perumahan 50% Bangunan komersil 60% 1,2 1-2 Bangunan non komersil 50% Tabel 3.2 Peraturan pembangunan Sumber : RUTRK Garis Sempadan bangunan Garis sempadan bangunan bertujuan untuk memberikan batas keamanan bagi penduduk dan lingkungannya. Beberapa kegunaan lain, untuk mempermudah tim pemadan kebakaran dalam menjalankan tugas pengamanan, memberi ruang untuk masuknya cahaya srta pertimbangan estetis. a. Garis sempadan muka bangunan Pemberian garis sempadan muka bangunan di dasarkan pada rencana penggunaan dan pengembangan serta struktur jalan. Penentuan garis sempadan muka bangunan pada masing-masing ruas jalan di atur sebagai berikut: - Jalan arteri primer, berkisar antara m dari as jalan - Jalan arteri sekunder, berkisar antara m dari as jalan - Jalan kolektor primer, berkisar antara m dari as jalan - Jalan kolektor sekunder, berkisar antara m dari as jalan b. Garis sempadan samping dan belakang bangunan Garis sempadan samping dan belakang bangunan yang berbatasan dengan persil tetangga ditetapkan sebagai berikut -untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau berjarak 1,5 m Untuk bangunan berderet sampai ketinggian 3 lantai dapat berhimpit. Arief Riyanda Page 26
5 3.2 Tinjauan umum Dinas Perhubungan Kabupaten Kudus Gambar 3. 1 Denah kantor Dishub Gambar 3.2 Denah ruang UJI KIR Arief Riyanda Page 27
6 Gambar 3.3 Site Plan Dishub Arief Riyanda Page 28
7 Tampak Bangunan Dinas Perhubungan kab. Kudus Tampak bangunan Uji KIR Dinas Perhubungan Arief Riyanda Tampak samping bangunan uji kir Page 29
8 Luasan Permen PU Existing No. Jenis Ruang Kapasitas Satuan M 2 /org atau m 2 /unit 1 Ruang Kepala Dinas Ruang Kerja 1 Unit 14 Permen PU 12 Ruang Tamu 1 Unit 12 Permen PU - Ruang Rapat 1 Unit 14 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 10 Permen PU - Ruang Tunggu 1 Unit 12 Permen PU - Ruang Istirahat 1 Unit 5 Permen PU - Toilet 1 Unit 3 Permen PU 3 2 Ruang Sekretaris Dinas Ruang Kepala Sekretaris Dinas Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 9 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Subbag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Ruang Kerja Kasubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Subbag Keuangan Ruang Kerja KaSubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Subbag Umum dan Kepegawaian Ruang Kerja Kasubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - Arief Riyanda Page 30
9 3 Bidang laluu lintas dan angkutan jalan Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Penyimpanan Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi lalu lintas Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi angkutan jalan Ruang Kerja Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - 4 Bidang keselamatan dan sarana Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi keselamatan Ruang Kerja Kasi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi sarana Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 11 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 11 Orang 0,4 Permen PU - Arief Riyanda Page 31
10 Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,25 Permen PU - 5 Bidang kominfo Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi informatika Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Ruang Simpan Kasi 1 Unit 2 Permen PU - Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi komunikasi Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Ruang Simpan Kasi 1 Unit 2 Permen PU - Ruang Staff 11 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 11 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - 6 Kelompok UPT Ruang Kepala UPT per-parkiran Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang UPT terminal Ruang Kerja 1 Unit 8 Permen PU 6 Koordinator Penyuluh Pertanian Koordinator Ruang Penyuluh 35 Orang 2,2 Permen PU - Pertanian Penyimpanan Arsip 35 Orang 0,4 Permen PU - Tabel 3.1. Perbandingan standar besaran ruang permen pu dan existing Sumber : analisa pribadi Arief Riyanda Page 32
11 Ruang penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b terdir atas: a. ruang ibadah; b. lobi; c. ruang pusat data (server); d. ruang arsip; e. ruang perpustakaan; f. ruang penyimpanan barang; g. ruang pusat cctv; h. ruang sentral telepon; i. ruang pos penjagaan keamanan; k. ruang kantin pegawai; l. ruang sumber tenaga diesel (Genset); m. ruang LPSE; n. ruang pantry; o. ruang media center; p. toilet; r. ruang panel listrik; s. ruang merokok; Jumlah Karyawan Dishub = 150 orang Umur Bangunan = = 35 tahun Dengan Perbandingan ruang dengan standar pemerintah, UU pasal 48 tahun 2013 tentang sarana prasarana bangunan kantor pemerintahan, maka bangunan Dinas Perhubungan Kabupaten Kudus dinyatakan Tidak Memenuhi Standar dan layak untuk di Redesain. Arief Riyanda Page 33
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2004-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI
BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 KEMENPAN RB. Sarana. Prasarana. Kantor. Standar. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2003 SERI D.15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN KORIDOR PANDEGLANG SAKETI - LABUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kebijakan pemerintah untuk memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur kebijakan pemerintahan dan pembangunan daerah masing-masing
Lebih terperinciTERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI
TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Bidang Pemerintahan : 1. 01 Pendidikan Unit Organisasi : 1. 01. 01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA 1 PENDAPATAN DAERAH 110.228.000,00 87.384.000,00 (22.844.000,00) 79,28 1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2008-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,
SALINAN BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PERIODE 2005-2010 DENGAN
Lebih terperinciW A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT
W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG INTENSITAS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG 6.1. Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Dari analisa yang dilakukan dalam Bab V, berikut adalah perhitungan perkiraan kebutuhan besaran
Lebih terperinciREDESAIN KANTOR DINAS PERHUBUNGAN,KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KUDUS
REDESAIN KANTOR DINAS PERHUBUNGAN,KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KUDUS REDESAIN KANTOR DINAS PERHUBUNGAN,KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KUDUS Ole : Arief Riyanda, M. Said Indraswara, Septana
Lebih terperinciTERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng
TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,
Lebih terperinciLAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan
LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota
Lebih terperinciArief Riyanda Page 34
BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Dasar Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam menyusun Laporan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SLAWI KABUPATEN TEGAL DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA DAN SEBAGIAN MATERI RENCANA TEKNIK
Lebih terperinci2015, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
No.2045, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Sapras Kantor. Standar. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota
BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
Lebih terperinciBAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS
ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS M. Debby Rizani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar
BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Kota ini dahulu bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian
Lebih terperincipotensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan didorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Timur merupakan daerah yang memiliki potensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan
Lebih terperinci28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No
28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19
BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Tinjauan Kota Pekanbaru 1. Letak dan Luas Kota Pekanbaru terletak antara 101 14-101 34 Bujur Timur dan 0 25-0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI. BUPATI BERAU Menimbang : a. bahwa dalam upaya tertatanya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 1998 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 1998 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA IBUKOTA KECAMATAN BOROBUDUR TAHUN 1998 SAMPAI DENGAN 2003
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu: a) Data primer Data primer atau data pokok ini merupakan
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG DI KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan citra resolusi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kabupaten Jepara 3.1.1. Tinjauan Kabupaten Jepara Posisi geografis Kabupaten Jepara merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari provinsi Jawa Tengah, yaitu pada
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN
PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA IBUKOTA KECAMATAN NGRAMPAL
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sejalan dengan lajunya pembangunan di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Melawi, maka sektor transportasi merupakan salah satu salah satu unsur penunjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA NGRAMBE
Lebih terperinciTA Sekolah Alam Gunungpati
BAB 5 PROGRAM RUANG DAN KONSEP PERANCANGAN 5.1. Program Ruang Dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan besaran ruang adalah melalui jenis dan fungsi ruang, jumlah pengguna, jenis aktivitas, fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat
Lebih terperinciKABUPATEN KUDUS. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN KUDUS
KABUPATEN KUDUS Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN KUDUS Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG
BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG 3.1 Tinjauan Kota Semarang 3.1.1 Kondisi Fisik dan Non Fisik Kota Semarang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dengan
Lebih terperinciTENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKata Kunci : Transposrtasi, Bandara, Terminal Penumpang Bandara Pusako Anak Nagari, Ikon Daerah
TERMINAL PENUMPANG BANDARA PUSAKO ANAK NAGARI KAB. PASAMAN BARAT TERMINAL PENUMPANG BANDARA PUSAKO ANAK NAGARI KAB. PASAMAN BARAT Oleh : Ricky Masri, Abdul Malik, Bharoto Keberadaan Bandar Udara Pusako
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciDINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123
DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 123 Dinas Perhubungan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.
No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN
Lebih terperinci6.1 Program Dasar Perencanaan
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TIDAR DI KOTA MAGELANG 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Kelompok Ruang Luar ruangan (m 2 ) A. Kelompok Ruang Luar 1 - Area Penurunan Penumpang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,
Lebih terperinciRumah Susun Di Muarareja Kota Tegal
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS A. Keadaan Geografi Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, terletak diantara 4 Kabupaten yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciLP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI
IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota
BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Lampung,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan
Lebih terperinciREDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR
REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR Oleh : Khoirunnisa D. Ayu, Septana Bagus Pribadi, Sukawi Sistem transportasi menjadi bagian
Lebih terperinciTERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto
TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto Terminal merupakan suatu sarana fasilitas yang sangat dibutuhkan masyarakat berkaitan dengan transportasi darat.
Lebih terperinciKEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan
Lebih terperinciRUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS (direncanakan tahun 2020) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI
Lebih terperinciTERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA
TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA Oleh : Johansyah, Abdul Malik, Bharoto Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah
Lebih terperinciTerminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)
Lebih terperinciPengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP 5.1. Dasar Studi Besaran Studi besaran ruang lebih terinci dan dianalisa berdasarkan standar dan asumsi.
Lebih terperinci