5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA"

Transkripsi

1 5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA Pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai bagian dari Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual. Tujuan tersebut pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai perlu dirumuskan kebijaksanaan yang mendasari perencanaan kota. Kebijaksanaan ini meliputi 3 (tiga) aspek, antara lain : Aspek Strategis ; yaitu kebijaksanaan dasar perencanaan kota yang meliputi penentuan fungsi kota, pengembangan kegiatan kota dan pengembangan tata ruang kota. Hal ini merupakan penjabaran dan pengisian dari rencana-rencana tata ruang yang telah disusun sebelumnya maupum program-program pembangunan daerah. Penentuan fungsi dan peranan Kota Sei Rampah dapat juga ditetapkan berdasarkan potensi dan kondisi wilayahnya; Aspek Teknis ; yaitu kebijaksanaan dasar perencanaan kota yang ditujukan untuk mengefesiensikan penggunaan lahan kota, memberikan fasilitas dan utilitas secara tepat, mengefesiensikan pola transportasi, menjaga kelestarian dan mewujudkan kualitas lingkungan permukiman; Aspek Pengelolaan ; yaitu kebijaksanaan perencanaan kota yang telah mempertimbangkan aspek hukum dan perundangan agar rencana dapat dilaksanakan, aspek koordinasi dalam penyusunan/pelaksanaan serta sumber pembiayaan rencana. Hal ini diwujudkan dalam kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam penentuan fungsi kota, pengembangan kegiatan dan pengembangan tata ruang kotanya Sesuai dengan ketiga aspek di atas, maka tujuan pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah dapat dirumuskan sebagai berikut : Laporan Akhir V - 1

2 1. Menciptakan keseimbangan Kawasan Kota Sei Rampah dengan kota-kota lain disekitarnya maupun dengan daerah pinggirannya; 2. Menciptakan keserasian dan keselarasan antara kawasan pusat pemerintahan dengan pusat perdagangan dan kawasan lainya (permukiman dan industri); 3. Memberikan pengarahan pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di Kawasan Kota Sei Rampah yang lebih luwes agar fungsi dan peranan Kota Sei Rampah secara mikro dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian Kawasan Kota Sei Rampah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan maupun transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai eksistensinya dapat lebih tegas dan dipertahankan; 4. Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di Kawasan Kota Sei Rampah yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan kecamatan, kabupaten dan regional sehingga diharapkan terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar Kawasan Kota Sei Rampah dengan daerah disekitarnya; 5. Menciptakan pola tata ruang Kawasan Kota Sei Rampah yang serasi dan optimal, melalui : Alokasi kegiatan fungsional yang tepat di dalam ruang fisik kota dengan mempertimbangkan hubungan fungsional antar elemen kegiatan fungsional tersebut; Indikasi rencana mengenai pola jaringan transportasi yang mampu mewujudkan proses interaksi yang optimal; Penyebaran fasilitas dan utilitas kota secara tepat dan merata sesuai dengan tingkat kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. 6. Menciptakan keadaan lingkungan Kawasan Kota Sei Rampah yang seimbang, serasi dan harmonis, melalui : Perkiraan mengenai kebutuhan yang optimal untuk elemen-elemen kota (fasilitas dan utilitas); Usaha pencegahan pencemaran lingkungan biotis dan abiotis; Pemanfaatan dan pelestarian elemen-elemen alamiah yang artifisial yang mengandung nilai-nilai khusus. 7. Meningkatkan produktivitas Kawasan Kota Sei Rampah, sebagai usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran dari Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota Sei Rampah adalah sebagai berikut : Laporan Akhir V - 2

3 Memanfaatkan sumber-sumber alam yang tersedia serta mengembangkan kegiatankegiatan yang diberikan pada kehidupan kota, serta memanfaatkan lapangan kerja bagi penduduk dalam rangka pencapaian sifat kota Self Contained ; Meningkatkan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi yang lengkap meliputi penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan perdagangan serta jasa-jasa yang tidak hanya melayani penduduk kota saja, melainkan juga melayani daerah sekitarnya; Menyediakan dan meningkatkan penyediaan fasilitas kehidupan kota yang meliputi prasarana maupun sarana transportasi seperti perbaikan jalan dan jembatan, pembuatan jalan dan jembatan, pembuatan sub terminal angkutan, penyediaan dan pengaturan rute angkutan umum dan lain-lain, yang ditujukan untuk merangsang perkembangan Kawasan Kota Sei Rampah; Menyediakan dan meningkatkan sarana utilitas kota seperti ; air minum/bersih, listrik, sanitasi, pembangunan dan peningkatan saluran drainase kota, telepon, persampahan dan lain-lain; Menciptakan kondisi/bentuk-bentuk lingkungan yang baik ditinjau dari komposisi, efisiensi penggunaan, keindahan dan kenikmatan, diantaranya dengan mengadakan penyebaran/redistribusi penduduk dan fasilitas/pelayanan yang merata ke seluruh wilayah kota; Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota Sei Rampah dimaksudkan agar Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai rencana pembangunan jangka panjang yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai maupun masyarakat Kawasan Kota Sei Rampah itu sendiri. 5.2 PENETAPAN FUNGSI DAN PERANAN KAWASAN KOTA SEI RAMPAH Kawasan Kota Sei Rampah pada masa mendatang diarahkan agar dapat berfungsi dan berperan lebih besar dalam pembangunan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mendukung pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah secara keseluruhan perlu usaha dan antisipasi dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk mendayagunakan potensi yang ada dengan kebijaksanaan, diantaranya : Meningkatkan usaha pembangunan di segala bidang; Meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan perumahan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk; Laporan Akhir V - 3

4 Mempertahankan sebagian kawasan non terbangun sebagai kawasan pertanian dan perkebunan, konservasi, ruang terbuka hijau dan resapan, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup; Meningkatkan dan mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa beserta sarana pendukungnya (sub terminal, parkir dan pergudangan/terminal barang); Meningkatkan dan merehabilitasi prasarana dan sarana kota yang ada sesuai dengan tingkat kebutuhan; Meningkatkan sistem transportasi; Membangun dan mengembangkan jasa pelayanan transit, seperti jasa penginapan, jasa konsumsi dan jasa perbaikan kendaraan. Berdasarkan kondisi eksisting, kawasan perkotaan Sei Rampah mempunyai potensi tinggi dalam sektor pertanian, perkebunan, jasa, perdagangan dan industri. Dengan ditetapkannya Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai maka fungsi dan peranan Kota Sei Rampah manjadi meningkat, yaitu bukan saja melayani Kota Sei Rampah dan sekitarnya akan tetapi juga melayani seluruh Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka fungsi dan peranan Kawasan Kota Sei Rampah dapat diarahkan sebagai berikut : A. Fungsi Utama : Pusat pelayanan pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai; Pusat perdagangan dan jasa (lokal dan regional); Pusat pengembangan transportasi (Kota transit); Pusat permukiman; Pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya dan sebagainya); B. Fungsi Sekunder/Pendukung, yaitu : Pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian tanaman pangan (padi) dan perkebunan (kelapa sawit dan karet) bagi wilayah disekitarnya; Pusat pelayanan bagi wilayah disekitarnya; Uraian dari masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pusat Pelayanan Pemerintahan Laporan Akhir V - 4

5 Sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai, sudah barang tentu Kawasan Kota Sei Rampah harus dapat berfungsi dan berperan lebih besar dibanding dengan kota-kota lainnya yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Kegiatan pelayanan pemerintahan yang dikembangkan adalah Pusat Pelayanan Pemerintahan Kabupaten beserta sarana dan prasarananya seperti : Kantor Dinas-dinas, Kantor DPRD, Perumahan Dinas dan sebagainya; b. Perdagangan dan Jasa Kawasan Kota Sei Rampah memiliki wilayah belakang berupa kawasan pertanian dan perkebunan yang cukup luas dan didukung keberadaan berbagai jenis kegiatan. Semua kegiatan tersebut mendukung fungsi sebagai koleksi dan distribusi barang dari dan ke Kawasan Kota Sei Rampah. Kegiatan perdagangan dan jasa tumbuh dan berkembang dengan mendasarkan pada kekuatan wilayah sekitarnya. c. Pengembangan Transportasi Sebagai wilayah yang dilalui jalur jalan Lintas Nasional, jalur kereta api dan rencana jalan tol maka Kawasan Kota Sei Rampah sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat pengembangan transportasi atau sebagai kota transit. d. Permukiman Kawasan Kota Sei Rampah diarahkan sebagai kawasan permukiman berupa perumahan dengan segala fasilitas pelayanannya. Fungsi ini menunjang pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan dan penyediaan hunian bagi masyarakat dan pegawai negeri sipil di Kawasan Kota Sei Rampah. e. Pelayanan Sosial Sebagai wilayah yang akan dikembangkan dengan fokus pelayanan pemerintahan, jasa dan perdagangan dan permukiman, Kawasan Kota Sei Rampah harus menyediakan jenis dan jumlah fasilitas yang lebih beragam dan lengkap dibandingkan pusat-pusat permukiman lain di sekitarnya (Kabupaten Serdang Bedagai). Fungsi pelayanan ini terdiri dari berbagai hirarki, mulai pelayanan lingkungan, sub kota (kecamatan), hingga pelayanan regional dengan skala luas (kabupaten), seperti kesehatan sampai dengan rumah sakit, pendidikan sampai dengan perguruan tinggi dan sebagainya. f. Distribusi dan Koleksi Laporan Akhir V - 5

6 Sebagai pusat distribusi dan koleksi hasil-hasil pertanian dan perkebunan bagi wilayah belakangnya yang pada umumnya merupakan kawasan pertanian dan perkebunan yang cukup luas. g. Pusat Pelayanan Wilayah sekitarnya Kota Sei Rampah bukan saja melayani Kecamatan Sei Rampah, tapi juga wilayah belakang bahkan Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga Kota Sei Rampah dapat menjadi pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan wilayah sekitarnya. 5.3 STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KOTA Untuk mencapai fungsi kota tersebut dalam pengembangan kegiatannya, maka strategi pembangunan yang akan dilakukan disamping mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya juga mengembangkan sarana dan prasarana penunjang Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Pengembangan sarana dan prasarana transportasi merupakan hal yang penting di dalam pembangunan Kawasan Kota Sei Rampah. Kota dan desa yang ada disekitar Kawasan Kota Sei Rampah baik yang berada dalam Kabupaten Serdang Bedagai maupun diluar wilayah kabupaten yang pada umumnya perlu dihubungkan dengan Kawasan Kota Sei Rampah. Sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan adalah : Penyediaan sub terminal angkutan kota dan pedesaan serta perhentiannya maupun terminal barang; Penyediaan stasiun kereta api pembantu; Jaringan jalan ditingkatkan pemeliharaan dan pengembangannya. Khususnya peningkatan jalan lingkungan menjadi jalan kolektor sehingga arus lalu lintas tidak terakumulasi ke arah pusat kota, dimana pada pusat kota merupakan lokasi kegiatan fungsional wilayah; Pembangunan jalan elak (jalan lingkar) untuk menghindari kemacetan lalu lintas pada pusat kota, karena pusat kota merupakan pusat kegiatan dari seluruh wilayah seperti, perdagangan, jasa, pusat pemerintahan, industri dan permukiman; Penyediaan dan pengaturan jumlah dan rute angkutan umum; Pengembangan Kawasan Perdagangan Laporan Akhir V - 6

7 Kegiatan perdagangan di Kawasan Kota Sei Rampah berkembang cukup pesat dengan adanya peranan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Namun demikian pengembangan perdagangan di Kota tersebut perlu untuk terus ditingkatkan. Pengembangan kawasan perdagangan ini khususnya di dalam skala regional antar wilayah, dimana kegiatan perdagangan ini perlu dibenahi dalam arti pemenuhan berbagai fasilitas penunjang perdagangan seperti lahan parkir, tempat bongkar muat/terminal barang. Sehingga arus distribusi dan koleksi barang kebutuhan bagi penduduk kota dan juga regional dapat terpenuhi. Untuk itu lahan yang harus tersedia untuk fasilitas perdagangan ini cukup luas dan diperlukan penambahan lahan yang ada. Apabila lahan yang tersedia tidak mencukupi maka perlu dicari alternatif lahan lainnya untuk kawasan perdagangan tersebut Pengembangan Kependudukan Kebijaksanaan kependudukan perlu diperhatikan mengingat penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan. Kebijaksanaan kependudukan yang akan dibahas adalah meliputi pengendalian jumlah penduduk dan pengaturan kepadatan penduduk. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : A. Pengendalian Jumlah Penduduk Perkembangan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan selama periode terjadi peningkatan pertambahan penduduk sebesar 0,49% pertahun. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara (sebesar 1,37% pertahun pada periode ) maka laju pertumbuhan Kota Sei Rampah tersebut tergolong rendah. Untuk itu dalam usaha agar pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Sei Rampah tidak melebihi dari jumlah penduduk yang diproyeksikan dalam RUTR ini, maka tingkat kelahiran perlu dikendalikan. Sejalan dengan ini perlu diusahakan tingkat perkembangan penduduk secara intensif, melalui program Keluarga Berencana (KB). B. Pengaturan Kepadatan Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kota Sei Rampah Tahun 2016 sebesar Jiwa dan dibandingkan dengan luas wilayah perencanaan seluas Ha, maka rata-rata kepadatan penduduk Kota Sei Rampah sampai dengan akhir tahun perencanaan (2016) adalah sebesar 8 Jiwa/Ha. Tingkat kepadatan tersebut masih tergolong rendah. Namun untuk menjaga distribusi dan penyebaran penduduk secara merata maka perlu ditetapkan tingkat kepadatan penduduk di Kota Sei Rampah. Laporan Akhir V - 7

8 Tingkat kepadatan penduduk dalam Kawasan Kota Sei Rampah diatur menjadi 3 (tiga) yaitu ; kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Kepadatan penduduk tinggi, yaitu antara jiwa/ha berada pada lingkungan perumahan yang mendekati kegiatan utama kota (pusat kota); Kepadatan penduduk sedang, yaitu antara jiwa/ha diarahkan di lingkungan perumahan yang terletak di daerah transisi, yaitu antara pusat kota dengan daerah pinggiran kota. Kepadatan penduduk rendah, yaitu kurang dari 50 jiwa/ha akan diarahkan ke daerah pinggiran kota Strategi Pengembangan Tata Ruang Luas wilayah efektif perencanaan Kawasan Kota Sei Rampah lebih kurang Ha. Pola penggunaan lahan seperti terlihat sekarang ini merupakan penjabaran dari kegiatan sosial ekonomi dalam wujud tata ruang. Perkembangan Kawasan Kota Sei Rampah akan menyebabkan pergeseran penggunaan lahan, seperti penggunaan lahan untuk perumahan berubah menjadi perdagangan, perkantoran, dan lain-lain. Begitu pula lahan yang semula merupakan kawasan belum terbangun seperti pertanian dan perkebunan akan beralih fungsi menjadi kawasan perumahan. Perkembangan seperti ini sudah selayaknya diarahkan dan dikendalikan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota Sei Rampah, sehingga diperoleh pola tata ruang yang serasi, teratur, dan seimbang juga tidak mengabaikan kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu ditetapkan kebijaksanaan pengembangan ruang kota sebagai berikut : 1. Pengembangan fisik kota sampai tahun 2016 secara umum dilaksanakan secara ekstensif dan intensif. Pengembangan fisik secara ekstensif yaitu penambahan kawasan fungsional kota dengan memanfaatkan lahan yang belum terbangun dan layak untuk dikembangkan. Ekstensifikasi ini diprioritaskan pada lahan yang relatif kurang subur, hal ini menurut pertimbangan bahwa dari segi pembiayaan akan lebih murah dalam membebaskan lahan dari penduduk, serta akan mengurangi dampak sosial yang diakibatkan dari pembebasan lahan tersebut. Intensifikasi dilakukan dengan memanfaatkan lahan pada kawasan yang belum dimanfaatkan secara optimal atau lahan kosong yang kurang potensial. Kebijaksanaan ini diambil guna menghindari pembongkaran bangunan yang telah ada. 2. Pembatasan perkembangan fisik kota hingga tidak melampaui batas wilayah yang layak dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Laporan Akhir V - 8

9 5.3.5 Strategi Pembangunan Perumahan Kebutuhan perumahan adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan eksistensinya. Karenanya dewasa ini pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan perumahan penduduk untuk seluruh lapisan masyarakat melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) guna memudahkan penduduk memiliki perumahan atau rumah. Didalam menyusun Arahan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota Sei Rampah, diperkirakan kebutuhan dan pola alokasi perumahan merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan guna memberikan arahan dalam usaha menyediakan ruang bagi pembangunan perumahan penduduk pada masa mendatang dan dalam usaha mengarahkan lokasi pengembangan kawasan perumahan dalam struktur tata ruang kota. Arahan lokasi pengembangan kawasan perumahan secara fisik pada umumnya harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : Tidak terganggu oleh polusi (air, udara dan suara); Mempunyai kemudahan untuk pencapaian yang relatif baik ke tempat kerja dan pusatpusat pelayanan; Mudah untuk pengembangan intrastruktur yang dibutuhkan (jaringan jalan, jaringan air minum, jaringan listrik dan jaringan utilitas lainnya). Sedangkan kebutuhan ruang perumahan penduduk ini pada umumnya ditentukan oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat, antara lain : Tingkat pendapatan golongan masyarakat; Status sosial golongan masyarakat; Pola budaya masyarakat setempat yang tercermin dari kecenderungan perkembangan kawasan perumahan penduduk. Dalam upaya merangsang seluruh aspek-aspek tersebut didalam pengembangan kawasan perumahan di Kawasan Kota Sei Rampah, maka kebijaksanaan pola alokasi perumahan ditetapkan sebagai berikut : 1. Seluruh lapisan masyarakat penduduk Kawasan Kota Sei Rampah berhak membangun perumahan yang layak yang memenuhi unsur-unsur sehat, nyaman dan bebas polusi, tergantung kepada kemampuan sosial ekonomi masing-masing penduduk; 2. Dalam upaya mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, maka penyediaan ruang kawasan pengembangan perumahan diusahakan agar tidak berbaur dengan kegiatan fungsional yang lain. Bebas polusi mudah bagi pengembangan intrastruktur dan mudah mencapai tempat kerja dan pusat-pusat pelayanan. Laporan Akhir V - 9

10 5.3.6 Strategi Pengembangan Fasilitas dan Utilitas Sesuai dengan fungsi kota yang akan dikembangkan maka diperlukan adanya fasilitas-fasilitas utama berupa : - Fasilitas pemerintahan; - Fasilitas pelayanan umum kota atau lingkungan perumahan; - Fasilitas perdagangan dan jasa; - Fasilitas pendidikan; - Fasilitas kesehatan; - Fasilitas peribadatan; - Fasilitas rekeasi dan olah raga; - Jaringan jalan/transportasi; - Fasilitas penunjang lainnya. Elemen-elemen tersebut direncanakan sebagai berikut : 1. Penyediaan fasilitas umum dipusatkan pada tiga kawasan yaitu di pusat kota untuk melayani kegiatan kota dan wilayah kabupaten; sub pusat kota untuk melayani kegiatan pada bagian wilayah kota; pusat lingkungan untuk melayani kegiatan pada tiap-tiap lingkungan. Direncanakan penyediaan fasilitas umum tersebut secara lengkap dan tepat sesuai dengan skala pelayanannya; 2. Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa diarahkan untuk menunjang kelancaran arus barang dari pusat-pusat produksi ke pusat-pusat perdagangan, konsumen, dan penyaluran bahan pokok kebutuhan masyarakat; 3. Pengembangan fasilitas pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perluasannya diarahkan pada tiap-tiap pusat lingkungan; 4. Pengembangan fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk kota dan juga penduduk pada daerah sekitarnya; 5. Penyediaan utilitas kota terdiri dari listrik, saluran pembuangan air hujan dan air kotor, jaringan telepon, air bersih dan persampahan dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan. Untuk penyediaan listrik dan telepon direncanakan dengan jaringan PT. PLN dan PT. Telkom. Untuk saluran pembuangan direncanakan pembangunannya oleh Pemerintah dan swadaya masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pengadaannya diharapkan dapat ditangani oleh PDAM dan sebagian lainnya secara individu dari sumur, mata air dan sungai; Laporan Akhir V - 10

11 6. Pengembangan sistem transportasi direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat melayani secara sistematis dan efisien, melayani hubungan antar kota, antar kabupaten maupun antar propinsi. 5.4 KONSEP PENGEMBANGAN Konsep desain pengembangan tata ruang dibuat sebagai patokan awal sebelum merencanakan tata ruang suatu lokasi atau wilayah. Konsep tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dalam penggambaran kondisi suatu lokasi sehingga hanya hal penting saja yang termuat. Penyusunan konsep tata ruang didasarkan pada beberapa aspek sebagai berikut : Kebijaksanaan pengembangan wilayah; Kondisi eksisting, mencakup karakter dari lokasi terutama kondisi fisik, jaringan jalan, penyebaran penduduk dan pusat - pusat kegiatan; Konsep-konsep teoritis tentang perencanaan; Kondisi wilayah makro yang berpengaruh terhadap wilayah perencanaan. Pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah dapat mengikuti beberapa konsep pengembangan. Pengajuan hanya satu konsep pengembangan tanpa ada pembanding tidak menghasilkan suatu konsep yang cukup baik. Berdasarkan pemikiran tersebut dan disesuaikan dengan : Struktur komponen kegiatan utama yaitu permukiman, perdagangan, bangunan umum dan kawasan terbuka. Didasarkan pada struktur ruang eksisting. Kecenderungan perkembangan. Pembentukan jaringan utama pergerakan berupa jaringan jalan primer dan sekunder dan jalan lainnya. Perumusan konsep pengembangan untuk Kawasan Kota Sei Rampah, yang diajukan terdiri dari 3 (tiga) alternatif konsep agar dapat dibandingkan satu sama lain dan diperoleh konsep yang terbaik. Konsep pengembangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Alternatif I (Konsep Linier) Konsep pengembangan ini dibuat berdasarkan arah dan kecenderungan perkembangan Kawasan Kota Sei Rampah pada saat sekarang (eksisting) yang cenderung mengikuti jaringan jalan utama (linier). Konsep ini menggambarkan pusat kota (Sei Rampah) Laporan Akhir V - 11

12 berada pada bagian inti wilayah kota, yang dikelilingi oleh kawasan campuran (pemerintahan, perdagangan dan jasa, permukiman, fasilitas umum dan pertanian). Pada bagian luar wilayah Pusat Kota, terdapat kawasan perumahan yang juga menyebar mengikuti jaringan jalan utama. Konsep pengembangan ini masih relevan untuk diterapkan namun perlu modifikasi akibat perkembangan yang ada. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep pengembangan alternatif I dapat dilihat pada Gambar Alternatif III (Konsentris/Memusat) Konsep ini menggambarkan bahwa kegiatan perkotaan hanya bertumpu pada pusat kota saja seperti : kegiatan jasa dan perdagangan, pemerintahan, pendidikan dan kesehatan serta permukiman terletak pada suatu kawasan. Atau konsep ini sering disebut dengan istilah konsep memusat. Keuntungan dari Konsep ini adalah : o Tidak perlu menyediakan fasilitas yang banyak, karena semua fasilitas telah tersedia pada pusat kota. o Tidak memerlukan lahan yang cukup banyak, o Tidak perlu menyediakan jaringan jalan yang banyak, karena semua fasilitas bertumpu pada suatu tempat, o Kawasan diluar pusat kota, masih dapat dikembangkan untuk kegiatan budidaya, tertutama lahan pertanian. Kelemahan dari Konsep ini adalah : o Bertumpunya semua kegiatan kota pada suatu tempat, akan menyebabkan beban yang cukup tinggi bagi kawasan tersebut (kepadatan tinggi), sehingga kawasn tersebut terkesan kumuh; o Kepadatan bangunan yang tinggi, akan menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kota, sehingga cenderung menimbulkan polusi, baik polusi udara, suara dan rawan akan kebakaran; o Terjadi kemacetan lalu lintas pada pusat-pusat kota, yang justru akan menimbulkan banyak kerugian baik waktu dan biaya; o Mengakibatkan biaya yang cukup besar dalam pemeliharaan sarana dan prasarana kota, karena banyak bangunan yang akan terkena pembonggkaran; o Harga lahan di pusat kota menjadi tinggi, karena semakin banyaknya permintaan; Mengenai konsep pengembangan alternatif II dapat dilihat pada Gambar 5.2. Laporan Akhir V - 12

13 Laporan Akhir V - 13

14 Laporan Akhir V - 14

15 3. Alternatif II (Multi Nuclei/Banyak Inti) Konsep pengembangan ini didasari pada pemikiran mengembangkan Kawasan Kota Sei Rampah berdasarakan potensi yang dimiliki maupun keadaan fisik wilayahnya. Keadaan tersebut kemudian dibandingkan dengan konsep-konsep/teori perencanaa kota yang ada yang diperkirakan sesuai dengan keadaan dan kondisi fisik wilayah Kawasan Kota Sei Rampah. Berdasarkan teori tersebut dapat digambarkan pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai berikut : - Kawasan perkantoran Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai ditetapkan sebagai pusat kota; - Pusat-pusat BWK akan dikembangkan sebagai Sub Pusat Kota yang mempunyai fasilitas sama dengan Pusat Kota tapi skala pelayanannya lebih kecil; - Dengan demikian Kawasan Kota Sei Rampah terdiri dari pusat kota yang dikelilingi oleh sub-sub pusat kota; - Pada wilayah transisi (antara pusat kota dengan sub pusat kota) dilingkupi oleh kawasan campuran dimana bagian luarnya terdapat perumahan yang mengelilingi pusat Kota dan sub pusat kota; - Selain itu pada daerah transisi dapat juga dikembangkan kawasan pertanian. Hal ini dapat menimbulkan efek ganda yaitu, selain kawasan pertanian yang merupakan sektor andalan yang harus dikembangkan, kawasan pertanian tersebut dapat juga menjadi ruang terbuka hijau, yaitu jalur hijau pembatas antara Pusat Kota dengan Sub Pusat Kota, yang sering disebut dengan istilah Green Belt. - Untuk mencegah timbulnya kesenjangan antara pusat kota dengan sub pusat kota, maka pada tiap-tiap sub pusat kota juga disediakan prasarana dan sarana yang memadai sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayahnya. Untuk lebih jelasnya mengenai alternatif konsep pengembangan alternatif III dapat dilihat pada Gambar 5.3. Laporan Akhir V - 15

16 Laporan Akhir V - 16

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN Salah satu fungsi rencana tata ruang adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan program lima tahunan dan program tahunan. Indikasi program pembangunan merupakan penjabaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2004-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga. Pokok Bahasan Konsep Sanitasi Lingkungan Proses pengelolaan air minum; Proses pengelolaan air limbah; Proses pengelolaan persampahan perkotaan; Konsep dasar analisis system informasi geografis (GIS) untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

4.1 ANALISIS REGIONAL

4.1 ANALISIS REGIONAL 4.1 ANALISIS REGIONAL Kota Sei Rampah (yang menjadi wilayah perencanaan) terdiri dari 8 (delapan) desa yang merupakan bagian yang terpilih dari 17 (tujuh belas) desa yang terdapat di Kecamatan Sei Rampah.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH ( RTRW ) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BENER

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN 3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN Tujuan penataan ruang wilayah Kota Medan mencerminkan keterpaduan pembangunan antarsektor, antarkecamatan, dan antarpemangku kepentingan. Tujuan penataan ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA LELEA KABUPATEN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB II KETENTUAN UMUM BAB II KETENTUAN UMUM 2.1. Pengertian Umum Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai BAB I P E N D A H U L U A N Bab I atau Pendahuluan ini secara garis besar berisikan latar belakang isi buku rencana selain itu dalam sub bab lainnya berisikan pengertian RTRW, Ruang Lingkup Materi Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

Kawasan Cepat Tumbuh

Kawasan Cepat Tumbuh Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI RIAU Oleh : Dr.Ir.H. DWI AGUS SUMARNO, MM., M.Si Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 12 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG IBU KOTA KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SLIYEG KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

TERMINAL BUS PURWOKERTO (Pendekatan Konsep Post Modern)

TERMINAL BUS PURWOKERTO (Pendekatan Konsep Post Modern) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS PURWOKERTO (Pendekatan Konsep Post Modern) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA DETAIL, TATA RUANG KOTA DRIYOREJO KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA LOHBENER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA DENGAN KEDALAMAN MATERI RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA IBUKOTA KECAMATAN NGRAMPAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata`ala, atas rahmat dan karunia-nya laporan pertengahan () dalam rangka penyusunan RDTR Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG (RUTR) KAWASAN PERKOTAAN REDELONG IBUKOTA KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA NGRAMBE

Lebih terperinci

BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH 62 BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH 7.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

permasalahan karena: Pasarlegi ruang KEC. SAMBENG

permasalahan karena: Pasarlegi ruang KEC. SAMBENG 1.1. LATAR BELAKANG Kota merupakan suatu organisme yang terus hidup serta dinamis dalam pertumbuhannya. Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan cenderung menimbulkan berbagai masalah

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14 TAHUN 1987(14/1987) Tanggal :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 72 PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011-2031 I. UMUM. Latar belakang disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

REDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI BAB I PENDAHULUAN BAB I. Universitas Sumatera Utara 4. Universitas Sumatera Utara

REDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI BAB I PENDAHULUAN BAB I. Universitas Sumatera Utara 4. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I 4 PENDAHULUAN REDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI 1.1 Latar Belakang Stasiun adalah salah satu tempat perpindahan moda, dimana dalam jumlah besar manusia dan kendaraan berkumpul

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 2 SERI E NO. SERI 2 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN

7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN 7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari materi Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kota

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA BAB 4 4.1 INDIKASI PROGRAM Indikasi program merupakan penjabaran lebih lanjut kebijakan dan strategi pengembangan kawasan perencanaan ke dalam program-program atau proyek-proyek pembangunan. Penyusunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO,

Lebih terperinci