RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P ( ) KTP PPS Unnes RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Perguruan Tinggi Program Studi Mata Pelajaran Semester / SKS Pertemuan ke Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu : Akademi Teknik PIKA : Desain Interior : Perkembangan Arsitektur Tradisional : 3 (tiga) / 2 SKS : 11 (sebelas) : Mengenal ragam bentuk arsitektural dan pola ruang hingga ornamen yang ada di dalam bangunan tradisional : Memahami konsep budaya dan pengaruhnya pada bentuk dan pola tata ruang dalam arsitektur tradisional Toraja. : - Menjelaskan kebudayaan Toraja - Mengidentifikasikan bentuk dan orientasi rumah tradisional Toraja - Mengidentifikasikan pola ruang rumah tradisional Toraja - Menggambarkan ornamen tradisional Toraja : 2 x 50 menit tatap muka A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu untuk: Menjelaskan kebudayaan dan kepercayaan Toraja Mengidentifikasikan bentuk dan orientasi rumah tradisional Toraja Mengidentifikasikan pola ruang rumah tradisional Toraja Menggambarkan ornamen tradisional Toraja B. Materi Pembelajaran Kebudayaan dan kepercayaan Toraja Tana Toraja secara administrasi masuk dalam Kabupaten Toraja, terdiri dari 9 kecamatan dan 32 desa. Luas wilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiri dari pegunungan dan dataran tinggi (25%). Wilayah Tana Toraja terletak sekitar 350 Km di utara kota Makassar, antara 2 40'-3 25' lintang selatan dan ' ' bujur timur. Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut terdapat Sungai Sa dang yang mengalir dari utara ke selatan serta berpengaruh secara sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Toraja (Sumalyo, 2001). Menurut L. I. Tangdilintin dalam Yulianto Sumalyo (2001), kepercayaan asli masyarakat Toraja adalah Aluk Todolo yang artinya agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo = nenek moyang). Menurut ajaran Aluk Todolo, di luar diri manusia terdapat 3 unsur kekuatan dan wajib dipercayai kebenaran dan kebesarannya, yaitu Puang Matua, Deata dan To Membali Puang (Todolo). Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal dua macam pembagian yaitu Rambu Solok (upacara kedukaan) dan Rambu Tuka (upacara kegembiraan). Eka Kurniawan A.P ( ) 1

2 Bentuk dan orientasi rumah tradisional Toraja Gambar: Rumah Adat Toraja/ Tongkonan (sumber: ) Rumah adat Toraja disebut Tongkonan. Kata Tongkonan menurut Abdul Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), berasal dari kata Tongkon yang berarti 'tempat duduk', mendapat akhiran 'an' maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat duduk. Dahulu Tongkonan adalah pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo kemudian menjadi konsep dasar terwujudnya bentukan rumah Tongkonan seperti yang terlihat pada gambar berikut. Gambar: Potongan Samping Tongkonan (sumber: Stephany, 2009:31) Eka Kurniawan A.P ( ) 2

3 Pola ruang rumah tradisional Toraja Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai bentuk pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan geometris ruang selalu dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja (banua) terdiri dari tiga bagian berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. 1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang melambangkan sorga dan dianggap paling sakral; 2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan manusia (padang); 3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat kehidupan makhluk setan; 4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala dewa Pong Tulak Padang; 5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di alam sorga teratas (ulunna langi) dan ini disimbolkan dengan matahari dan pergerakannya; 6) Rumah bangsawan suku Toraja, terdapat ruang tengah di kaki rumah yang tidak difungsikan, disimbolkan sebagai riri posi atau tempat tali pusar; Gambar: Konsep Kosmologi Rumah Toraja (sumber: Dewi, 2003:41) 7) Pada badan rumah terdapat ruang yang menjadi orientasi (axis mundi), atau disimbolkan sebagai pusat alam semesta (petuo), dalam satu sumbu vertikal dengan ruang di atasnya. Ruang di bawah rumah (kaki panggung) dianggap sebagai ruang yang sangat berbahaya, terdapat kekuatan Eka Kurniawan A.P ( ) 3

4 yang dapat mengganggu kehidupan manusia; 8) Padi dan air sebagai sumber kehidupan terdapat di sebelah utara rumah; 9) Tapak rumah akan dibangun mengikuti aliran sungai Sa dan. Aliran sungai dari arah utara ke selatan juga merupakan salah satu sumbu orientasi perumahan suku Toraja pada umumnya, selain juga mengikuti orientasi timur-barat sesuai lintasan pergerakan matahari; 10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko, asal nenek moyang masyarakat Toraja sebelumnya; 11) Kuburan juga diletakkan di sebelah selatan; 12) berdekatan dengan gunung Bamba Puang yang legendaris itu; 13) Kuburan bagi para bangsawan diposisikan lebih tinggi daripada kuburan masyarakat biasa. Kuburan ini dikelilingi oleh pohon kelapa untuk membantu para roh mencapai alam atas. Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan. 14) Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai pengejawantahan wajah pemilik rumah itu, sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti juga sisi barat, tempat matahari terbenam; 15) Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian yang berada di sebelah selatan. Kondisi ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang pemakaman. Jenasah kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah jenasah itu masih hidup; 16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya jenasah dikeluarkan melalui pintu yang terletak di sisi barat rumah. Sisi selatan dan sisi barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat peninggalan benda-benda pusaka; 17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan; 18) Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para penghuni, dilambangkan sebagai jantung. Ornamen tradisional Toraja Ornamen dalam bahasa Toraja disebut passuraq, yang berasal dari akar kata suraq sinonim dengan kata surat, yang artinya, berita, tulisan atau gambaran (Anwar Thosibo, 2011). Etnis Toraja menggambar passuraq sama seperti bentuk aslinya (einmalig) yang memiliki artikulasi. Artikulasi passuraq ternyata identik dengan tulisan, namun bukan dalam modus seperti alphabet Latin atau hiragana Jepang tetapi dalam representasi yang lain yaitu karya seni ukir kayu yang di dalam obyek gambarnya memiliki tataran ikonis dan tataran plastis. Eka Kurniawan A.P ( ) 4

5 Contoh Ukiran/ Passurak Toraja (Wegymantung, 2009) Pa tedong (ukiran kepala kerbau) Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Ne Limbongan (menggambarkan danau) Mengandung arti Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu danau. Pa bulu Lodong (rumbai ayam jago) Mengandung makna keperkasaan dan kearifan Pa Barre Alo (ukiran matahari) Melambangkan kebesaran dan kebanggaan bagi orang Toraja. Pa Bambo Uai (binatang air yang berenang) Bermakna manusia harus cepat dan tepat dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi dengan hasil berlipat dan memuaskan. C. Metode Pembelajaran Ceramah dan pemberian tugas D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Dosen menunjukkan gambar rumah tradisional Toraja dan menanyakan kepada peserta didik mengenai gambar tersebut. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi untuk melestarikan arsitektur tradisional Indonesia. 2. Kegiatan Inti Dosen menjelaskan secara klasikal mengenai Kebudayaan dan kepercayaan Toraja, bentuk dan orientasi rumah tradisional Toraja, pola ruang rumah tradisional Toraja dan ornamen tradisional Toraja. Peserta didik mendiskusikan bentuk ornamen tradisional Toraja Tanya jawab mengenai arsitektur tradisional Toraja. Eka Kurniawan A.P ( ) 5

6 3. Kegiatan Penutup Peserta didik ditugaskan untuk mendesain ornamen tradisional Toraja. Desain dikumpulkan dan didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Menarik kesimpulan materi. E. Sumber Belajar/ Bahan/ Alat Media Pembelajaran Arsitektur Tradisional Indonesia : Tana Toraja Frick, Heinz Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Sutedjo, Suwondo. Pencerminan Nilai Budaya dalam Arsitektur di Indonesia. Jakarta: Djambatan LCD projector F. Penilaian Portofolio dalam bentuk membuat desain ornamen tradisional Tradisional Tana Toraja. Rubrik Penilaian Rubrik Penilaian Indikator Kesesuaian desain dengan materi Ketepatan penggunaan garis dan warna Keindahan dan Kerapian Nilai rata-rata Komentar Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Deskripsi (Alasan) Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Memuaskan 4 > 80 Baik Cukup Kurang 1 < 55 Mengetahui, Semarang, 30 September 2011 Ketua Program Studi, Dosen Pengampu, Ign. Ngesti Yuwono, ST Eka Kurniawan A.P, ST Eka Kurniawan A.P ( ) 6

7 Lampiran 1. SAP (Satuan Acara Perkuliahan) Eka Kurniawan A.P ( ) 7

8 Eka Kurniawan A.P ( ) 8

9 Eka Kurniawan A.P ( ) 9

10 Lampiran 2. BAHAN AJAR KONDISI GEOGRAFIS & PENDUDUK ARSITEKTUR TANA TORAJA Tana Toraja secara administrasi masuk dalam Kabupaten Toraja, terdiri dari 9 kecamatan dan 32 desa. Luas wilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiri dari pegunungan dan dataran tinggi (25%). Wilayah Tana Toraja terletak sekitar 350 Km di utara kota Makassar, antara 2 40'-3 25' lintang selatan dan ' ' bujur timur. Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut terdapat Sungai Sa dang yang mengalir dari utara ke selatan serta berpengaruh secara sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Toraja (Sumalyo, 2001). Gambar 1. Peta Sulawesi Menunjukkan Lokasi Tana Toraja (sumber: ) Istilah Toraja Sa'dang dipakai untuk menyebut wilayah dan kelompok etnis di kawasan Sungai Sa'dang. Sebutan tersebut untuk membedakan dengan kelompok dan tempat dengan sebutan Toraja-Mamasa, berada di sebelah baratnya beberapa puluh kilometer, dipisahkan oleh lembah dan gunung. Menurut legenda suku Toraja- Mamasa berasal dari suku Toraja-Sa'dang yang merantau ke arah barat, tidak kembali dan membentuk masyarakat Toraja di tempatnya yang baru. Di Tana Toraja terdapat dua pusat kota, Makale dan Rantepao. Makale berfungsi sebagai pusat administrasi di selatan, sedangkan Rantepao 18 Km di utara Makale, lebih berfungsi sebagai pusat pelayanan dan jasa. Eka Kurniawan A.P ( ) 10

11 Menurut Laporan Kuliah Kerja Toraja 1975 Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia dalam Wegymantung (2009), Suku Toraja yang ada sekarang ini bukanlah suku asli, tapi merupakan suku pendatang. Menurut kepercayaan atau mythos yang sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja berasal dari khayangan yang turun pada sebuah pulau Lebukan. Kemudian secara bergelombang dengan menggunakan perahu mereka datang ke Sulawesi bagian Selatan. Di pulau ini mereka berdiam disekitar danau Tempe dimana mereka mendirikan perkampungan. Perkampungan inilah yang makin lama berkembang menjadi perkampungan Bugis. Diantara orangorang yang mendiami perkampungan ini ada seorang yang meninggalkan perkampungan dan pergi ke Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah Enrekang. Orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja. Sistem pemerintahan yang dikenal di Toraja waktu dulu adalah sistim federasi. Daerah Toraja dibagi menjadi lima daerah yang terdiri atas : 1. Makale 2. Sangala 3. Rantepao 4. Mengkendek 5. Toraja Barat. Daerah-daerah Makale, Mengkendek, dan Sangala dipimpin masing-masing oleh seorang bangsawan yang bernama Puang. Daerah Rantepao dipimpin bangsawan yang bernama Parengi, sedangkan.daerah Toraja Barat dipimpin bangsawan bernama Ma Dika. Didalam menentukan lapisan sosial yang terdapat didalam masyarakat ada semacam perbedaan yang sangat menyolok antara daerah yang dipimpin oleh Puang dengan daerah yang dipimpin oleh Parengi dan Ma Dika. Pada daerah yang dipimpin oleh Puang masyarakat biasa tidak akan dapat menjadi Puang, sedangkan pada daerah Rantepao dan Toraja Barat masyarakat biasa bisa saja mencapai kedudukan Parengi atau Ma Dika kalau dia pandai. Hal inilah mungkin yang menyebabkan daerah Rantepao bisa berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan yang terjadi di Makale. KEPERCAYAAN Menurut L. I. Tangdilintin dalam Yulianto Sumalyo (2001), kepercayaan asli masyarakat Toraja adalah Aluk Todolo yang artinya agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo = nenek moyang). Menurut ajaran Aluk Todolo, di luar diri manusia terdapat 3 unsur kekuatan dan wajib dipercayai kebenaran dan kebesarannya, yaitu Puang Matua, Deata dan To Membali Puang (Todolo). Eka Kurniawan A.P ( ) 11

12 a. Puang Matua Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua atau Sang Pencipta mulanya pada leluhur pertama yang disebut Datu La Ukku' yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya. Oleh karena itu menurut kepercayaan ini, manusia harus menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua atau Sang Pencipta diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap hidup dan ungkapan ritual antara lain berupa sajian, persembahan maupun upacara-upacara. Merupakan unsur kekuatan yang paling tinggi sebagai pencipta alam semesta. Dalam pelaksanaan persembahan kurban, hewan yang dpersembahkan untuk Puang Matua adalah kerbau, babi dan ayam. Puang Matua bersemayam di langit / dunia atas Puang Matua memberikan kebahagiaan sesuai dengan kelakuan, baik atau jahat. Upacara untuk Puang Matua dilakukan di Utara / depan tongkonan b. Deata Setelah Puang Matua menurunkan Aluk kepada Datu La Ukku sebagai manusia pertama, kemudian memberikan kekuasaan kepada para Deata atau Dewa untuk menjaga dan me-melihara manusia. Oleh karena itu Deata disebut pula sebagai Pemelihara yang menurut Aluk Todolo tidak tunggal tetapi di golongan menjadi tiga yaitu: Deata Langi (Sang Pemelihara Langit menguasai seluruh isi langit dan cakrawala) Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada di bumi) Deata Tangngana Padang (Sang Pemelihara Tanah, menguasai isi bumi). Masing-masing golongan terdiri dari beberapa Deata yang menguasai bagianbagian tertentu misalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain. Upacara untuk deata dilakukan di sebelah Timur tongkonan. c. To Membali Puang To Membali Puang atau Todolo (Leluhur) merupakan arwah leluhur yang juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi berkah kepada para keturunannya dan menempati dunia bawah. Selain memberi berkah juga bertugas mengawasi perbuatan dan perilaku manusia keturunannya. Upacara untuk to membali puang diadakan di Barat tongkonan. Eka Kurniawan A.P ( ) 12

13 Upacara Adat (Wegymantung, 2009) Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal dua macam pembagian yaitu Rambu Solok dan Rambu Tuka. Rambu Solok merupakan upacara kedukaan yang meiliputi 7 tahapan, yaitu : a. Rapasan b. Barata Kendek c. Todi Balang d. Todi Rondon e. Todi Sangoloi f. Di Silli g. Todi Tanaan Rambu Tuka merupakan upacara kegembiraan, yang juga meliputi 7 tahapan, yaitu : a. Tananan Bua b. Tokonan Tedong c. Batemanurun d. Surasan Tallang e. Remesan Para f. Tangkean Suru g. Kapuran Pangugan Gambar 2. Kubur Batu Tebing Toraja (pa tane) (sumber: ) Karena mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan sekarang. Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solok. Dua pokok inilah yang merangkaikan upacara-upacara adat yang masih dilakukan dan cukup terkenal. Dalam upacara Rambu Solok, jenazah yang akan dikubur sudah di simpan lama dan nantinya akan dikuburkan di gunung batu. Eka Kurniawan A.P ( ) 13

14 ORIENTASI RUMAH Pandangan Aluk Todolo mengenai angapan tentang alam raya / makro kosmos diklasifikasikan sebagai berikut (Sumalyo, 2001) : Orientasi Timur Barat Orientasi Utara Selatan Orientasi Atas Bawah Orientasi Empat Arah Angin a. Orientasi Timur Barat Timur adalah matallo, tempat terbitnya matahari yang memiliki makna bahagia, terang dan sumber kehidupan. Alu matallo adalah upacara kebahagiaan. Perangkat upacara disebut rambu tuka. Barat adalah matampu, tempat matahari terbenam yang memiliki makna kedukaan, kegelapan dan sumber kedukaan. Alu matampu adalah upacara kedukaan. Perangkat upacara disebut rambu solo. b. Orientasi Utara Selatan Utara adalah paling utama, disebut uluna lino yang berarti kepala dunia. Utara memiliki makna kepala, depan dan atasan yang dihormati dan dalam interior sebagai tempat suci dan terhormat. Selatan disebut pollo na lino yang berarti dasar dunia. Selatan memiliki makna kaki, bawahan dan pengikut belakang serta dalam interior sebagai tempat kotor. c. Orientasi Atas Bawah Benua atas, berada di langit, sebagai laki-laki dan bersifat baik. Benua bawah, berada di bawah air, sebagai wanita dan bersifat buruk. Benua tengah, berada di permukaan bumi, diangap sebagai tempat pertemuan benua atas dan bawah dimana terjadi keharmonisan dan keseimbangan d. Orientasi Empat Arah Angin Empat arah angin membentuk segi empat dan diproyeksikan sbb : Azas kehidupan tentang kelahiran manusia Azas kehidupan tentang eksistensi (kehadiarn manusia) Azas kehidupan tentang pengabdian manusia dalam makrokosmos. Azas kehidupan tentang kematian manusia. Eka Kurniawan A.P ( ) 14

15 TONGKONAN Gambar 3: Rumah Adat Toraja/ Tongkonan (sumber: ) Kata Tongkonan menurut Abdul Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), berasal dari kata Tongkon yang berarti 'tempat duduk', mendapat akhiran 'an' maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat duduk. Dahulu Tongkonan adalah pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan dapat diartikan beberapa fungsi, antara lain pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan pera-turan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinami-sator, motivator dan stabilisator sosial, sehingga fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi meliputi segala aspek kehidupan. Apabila mempelajari letak dan upacara-upacara yang dilaksanakan, melalui simbol-simbolnya akan diketahui bahwa Tongkonan adalah simbol sosial dan simbol alam raya. Oleh karena itu, orang Toraja sangat men"sakral"kan Tongkonan. Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo kemudian menjadi konsep dasar terwujudnya bentukan rumah Tongkonan seperti yang terlihat pada gambar berikut. Eka Kurniawan A.P ( ) 15

16 Gambar 4: Potongan Samping Tongkonan (sumber: Stephany, 2009:31) Keterangan gambar: a. Atap dan bagian muka, terutama bagian ber-bentuk segitiga dari dinding muka dinamakan sondong para atau lido puang (wajah dari dewa-dewa), melambangkan Dunia Atas b. Dunia Tengah, dunia dari manusia; bagian muka sebelah utara paling berhubungan dengan bagian dari matahari terbit (untuk upacara di bagian timur) c. Dunia bawah: Sama seperti Pong Tulak Padang memegang dunia di atas, jadi rumah disangga dengan jiwa yang tinggal dalam Bumi (menurut beberapa orang Toraja, Tulak Padang sendiri yang menyangga rumah) d. Lubang, yang dibuka pada bagian dalam atap untuk upacara-upacara dari sebelah timur. PENATAAN RUANG Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai bentuk pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan geometris ruang selalu dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja (banua) terdiri dari tiga bagian berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. 1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang melambangkan sorga dan dianggap paling sakral; 2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan manusia (padang); 3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat kehidupan makhluk setan; 4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala dewa Pong Tulak Padang; 5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di alam sorga teratas (ulunna langi) dan ini disimbolkan dengan matahari dan pergerakannya; 6) Rumah bangsawan suku Toraja, terdapat ruang tengah di kaki rumah yang tidak difungsikan, disimbolkan sebagai riri posi atau tempat tali pusar; Eka Kurniawan A.P ( ) 16

17 Gambar 5: Konsep Kosmologi Rumah Toraja (sumber: Dewi, 2003:41) 7) Pada badan rumah terdapat ruang yang menjadi orientasi (axis mundi), atau disimbolkan sebagai pusat alam semesta (petuo), dalam satu sumbu vertikal dengan ruang di atasnya. Ruang di bawah rumah (kaki panggung) dianggap sebagai ruang yang sangat berbahaya, terdapat kekuatan yang dapat mengganggu kehidupan manusia; 8) Padi dan air sebagai sumber kehidupan terdapat di sebelah utara rumah; 9) Tapak rumah akan dibangun mengikuti aliran sungai Sa dan. Aliran sungai dari arah utara ke selatan juga merupakan salah satu sumbu orientasi perumahan suku Toraja pada umumnya, selain juga mengikuti orientasi timur-barat sesuai lintasan pergerakan matahari; 10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko, asal nenek moyang masyarakat Toraja sebelumnya; 11) Kuburan juga diletakkan di sebelah selatan; 12) berdekatan dengan gunung Bamba Puang yang legendaris itu; 13) Kuburan bagi para bangsawan diposisikan lebih tinggi daripada kuburan masyarakat biasa. Kuburan ini dikelilingi oleh pohon kelapa untuk membantu para roh mencapai alam atas. Eka Kurniawan A.P ( ) 17

18 Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan. 14) Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai pengejawantahan wajah pemilik rumah itu, sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti juga sisi barat, tempat matahari terbenam; 15) Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian yang berada di sebelah selatan. Kondisi ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang pemakaman. Jenasah kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah jenasah itu masih hidup; 16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya jenasah dikeluarkan melalui pintu yang terletak di sisi barat rumah. Sisi selatan dan sisi barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat peninggalan bendabenda pusaka; 17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan; 18) Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para penghuni, dilambangkan sebagai jantung. Menurut Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), rumah Tongkonan terdiri atas ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan dan berbentuk persegi panjang. Ruang pada bagian badan Tongkonan terbagi atas tiga bagian, yaitu: - Ruang bagian depan (Tangdo ) disebut kale banua menghadap bagian utara. Tempat penyajian kur-ban pada upacara persembahan dan pemujaan kepada Puang Matua. - Ruang tengah (Sali) lebih luas dan agak rendah dari ruang lainnya. Terbagi atas bagian kiri (barat) tempat sajian kurban hewan dalam upacara Aluk Rambu Solo dan bagian kanan (timur) tempat sajian kurban persembahan dalam upacara Aluk Rambu Tuka. - Ruang belakang (Sumbung) disebut pollo banua (ekor rumah) berada dibagian selatan, tempat masuknya penyakit. Eka Kurniawan A.P ( ) 18

19 Selain itu, pola penataan ruangnya berdasarkan pada pembagian keempat titik mata-angin seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 6: Denah Tongkonan (sumber: Stephany, 2009:32) Penataan ruang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan ritual di dalam tongkonan yang terletak pada tata letak penyajian hidangan yang mengikuti arah Timur-Barat menurut kepercayaan Aluk Todolo. Pada upacara rambu tuka, sajiannya dihidangkan di bagian timur sedangkan untuk upacara rambu solo, sajiannya dihidangkan di bagian Barat dalam Tongkonan. Berikut penjabaran dari perwujudan kepercayaan Aluk Todolo pada tiap ruang dalam dari Tongkonan, yaitu Bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat: - Bagian Utara Tongkonan disebut Ulunna lino (kepala dunia) atau lindo puang (wajah raja-raja). Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan, atasan, bagian yang dihormati, dan dianggap sebagai tempat suci tempat bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa memasuki rumah. Areal ini terletak pada bagian depan Tongkonan dan dalam pelaksanaan ritual berfungsi untuk upacara persembahan dan pemu-jaan kepada Puang Matua. - Bagian Selatan disebut pollo na lino (ekor dunia) dikonotasikan sebagai kaki, bawahan, ekor, pengikut dan tempat kotor. Di selatan bagi masyarakat Toraja, terdapat alam Puya tempat roh-roh orang yang telah meninggal dan dijaga oleh Pong Lalondong. Bagian ini digunakan sebagai tempat ruang tidur bagi anggota keluarga yang mana posisi kepala menurut kepercayaan mereka harus menghadap ke utara untuk memperoleh berkah dari Puang Matua agar terhindar dari segala jenis penyakit. Eka Kurniawan A.P ( ) 19

20 - Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe=sisi; allo=matahari) dikonotasikan sebagai kehidupan, mewakili kebahagiaan, terang, kesukaan, dan kegiatan yang menunjang kehidupan-tempat perapian diletakkan. Fungsi religiusnya sebagai areal pelaksanaan ritual Aluk Rambu Tuka, tempat pemujaan Deata-deata (penguasa dan pemelihara bumi) dan terletak pada sisi kanan ruang dalam Tongkonan. - Bagian Barat tempat terbenamnya matahari (rampe matampua), merujuk pada kematian dan mewakili unsur gelap, kedukaan, dan semua hal yang mendatangkan kesusahan. Bagian barat ruang ini secara religius berfungsi sebagai tempat membaringkan tubuh mayat dengan kepala menghadap ke selatan tempat alam Puya berada dan tempat upacara pertama orang mati yang dilakukan dalam Tongkonan. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat pemujaan Tomembali Puang (arwah para leluhur yang telah menjadi dewa atau biasanya disebut todolo) dalam pelaksanaan ritual Aluk Rambu Solo dan terletak pada sisi kiri ruang dalam Tongkonan. Bagian Timur dan Barat terletak pada sisi kanan dan kiri dari ruang tengah. Pembagian antara bagian kanan dan kiri ditandai dengan pata (kayu melintang dari ruang depan ke belakang dan membagi badan rumah secara simetris yang terdapat pada lantai). Eka Kurniawan A.P ( ) 20

21 ORNAMEN Ornamen dalam bahasa Toraja disebut passuraq, yang berasal dari akar kata suraq sinonim dengan kata surat, yang artinya, berita, tulisan atau gambaran (Anwar Thosibo, 2011). Etnis Toraja menggambar passuraq sama seperti bentuk aslinya (einmalig) yang memiliki artikulasi. Artikulasi passuraq ternyata identik dengan tulisan, namun bukan dalam modus seperti alphabet Latin atau hiragana Jepang tetapi dalam representasi yang lain yaitu karya seni ukir kayu yang di dalam obyek gambarnya memiliki tataran ikonis dan tataran plastis. Pada tataran ikonis, gambar passuraq diandaikan mewakili obyek tertentu yang dapat diketahui melalui persepsi dunia-hidup sehari-hari yang masih berlangsung, sementara pada tataran plastis, kualitas ekspresi gambar passuraq berguna untuk menyampaikan konsep-konsep yang abstrak. Seperti halnya bahasa tulisan, passuraq merupakan sistem pembuka dan penyimpan makna realitas masyarakat Toraja, karena itu maka passuraq tidak sekedar komunikatif tetapi juga sebagai tempat kreatifitas seni. Dalam kapasitas seni inilah pribadi passuraq - sebagai seorang perupa dan seorang sejarawan - memiliki kebebasan untuk merefleksikan apa yang dilihat dan dialami dalam dunia imajinasinya. Menurut Kornelius Kadang dalam Anwar Thosibo (2011) menyatakan bahwa terdapat kurang lebih 125 motif gambar passuraq yang pernah diciptakan, yang masing-masing menggambarkan realitas kehidupan dan ada 75 motif hanya dikhususkan untuk Tongkonan. etnis Toraja mengklasifikasi gambar passuraq ke dalam 4 kategori berdasarkan ketentuan adat. Pertama dinamakan Garontok Passuraq, yaitu gambar utama dan dianggap sebagai pangkal atau dasar untuk memahami budaya Toraja. Kedua dinamakan Passuraq Todolo, dianggap sebagai penggambaran realitas hidup orang dewasa sejak berkeluarga sampai kakek nenek. Ketiga dinamakan Passuraq Malollek, yaitu penggambaran realitas hidup kelompok remaja muda mudi. Keempat dinamakan Passuraq Pakbarean, dianggap sebagai penggambaran berbagai aneka macam kehidupan yang berhubungan dengan suasana yang penuh kegembiraan dan kesenangan pada masa kanak-kanak. Eka Kurniawan A.P ( ) 21

22 Contoh Ukiran/ Passurak Toraja (Wegymantung, 2009) Pa tedong (ukiran kepala kerbau) Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Ne Limbongan (menggambarkan danau) Mengandung arti Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu danau. Pa bulu Lodong (rumbai ayam jago) Mengandung makna keperkasaan dan kearifan Pa Barre Alo (ukiran matahari) Melambangkan kebesaran dan kebanggaan bagi orang Toraja. Pa Bambo Uai (binatang air yang berenang) Bermakna manusia harus cepat dan tepat dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi dengan hasil berlipat dan memuaskan. Pa ulu Karua Artinya diharapkan dalam keluarga muncul orang yang berilmu. Padaun Peria (ukiran kuncup bunga peria) Artinya larangan untuk berzinah dan untuk menjaga kesucian, seperti kuncup bunga peria Eka Kurniawan A.P ( ) 22

23 Berikut beberapa contoh aplikasi ornamen/passurak pada Tongkonan (Dewanto, 2011) : Gambar 7: Passurak pada Pintu Masuk (sumber: ngga.jpg ) Gambar 8: Denah Tongkonan (sumber: ulawesi6890.jpg ) Eka Kurniawan A.P ( ) 23

24 DAFTAR PUSTAKA Dewanto, Rudy Rumah Toraja Tongkonan. (diunduh 20 September 2011) Stephany, Shandra Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan. (diunduh 18 September 2011) Sumalyo, Yulianto Kosmologi dalam Arsitektur Toraja. (diunduh 18 September 2011) Thosibo, Anwar Mengungkap Masa Lampau Etnis Toraja Melalui Seni Ukir Ornamen Passurak sebagai Sumber Sejarah. (diunduh 18 September 2011) Wegymantung Asal Usul Suku Toraja. (diunduh 20 September 2011) Wegymantung Ukiran Toraja. Ukiran_Toraja. (diunduh 20 September 2011) Eka Kurniawan A.P ( ) 24

ARSITEKTUR TANA TORAJA

ARSITEKTUR TANA TORAJA PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA) Program Studi Desain

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN Shandra Stephany Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA

PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako Abstrak Salah satu ciri yang kuat pada

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA

PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1-10 ISSN 2089-8916 PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA Mashuri JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS TADULAKO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA

SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA Asitektur Indonesia terdiri dari klasik-tradisional, vernakular dan bangunan baru kontemporer. Arsitektur klasik-tradisional adalah bangunan yang dibangun oleh zaman kuno.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014)

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 777-782 777 Aplikasi Kosmologi pada Interior Tongkonan (Studi Kasus Interior Tongkonan Di Desa Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara) Kevin Samuel Hosen, Lintu Tulistyantoro

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU

PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU 1) Alfiah & Elsa Supriyani 1) Dosen Tetap Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO Dina Toding, Indah Rizki, Mic Finanto Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA Christabel Annora P. Parung¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan manusia yang ada pada tempatnya sekarang merupakan proses migrasi yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan)

TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan) TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan) 1 St. Hadidjah Sultan, 2 Karina Mayasari 1,2 Balai Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA Yulianto Sumalyo Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin Makasar ABSTRAK Modernisme dalam arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang berdasarkan kebutuhan adat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Toraja yang menetap di pegunungan

Lebih terperinci

Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1

Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada   1 Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 75-84 SILAU NA TONGKONAN SEBAGAI SEBUAH REALITAS TONDOK 1 Imam Indratno, 2 Sudaryono, 3 Bakti Setiawan, 4 Kawik Sugiana 1 Mahasiswa S3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA

MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA Model Tektonika Arsitektur Tongkonan Toraja (Mochsen Sir dkk.) MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA Mohammad Mochsen Sir 1, Shirly Wunas 2, Herman Parung 3, Jhon Patandu 3 Mahasiswa Program Doktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA Andrianus Pasa Abstrak Tulisan ini merupakan suatu analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Andi Eka Oktawati 1, Wasilah Sahabuddin 2 1 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar 2 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 154 158 KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

Kecenderungan Wujud Arsitektur Tradisional Duri terhadap Arsitektur Tradisional Bugis dan Toraja di Kabupaten Enrekang

Kecenderungan Wujud Arsitektur Tradisional Duri terhadap Arsitektur Tradisional Bugis dan Toraja di Kabupaten Enrekang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kecenderungan Wujud Arsitektur Tradisional Duri terhadap Arsitektur Tradisional Bugis dan Toraja di Kabupaten Enrekang Zulkarnain AS Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Pertanyaan Asal anda darimana? Sejak usia berapa anda mulai memahami mengenai adat Toraja? Apakah keluarga anda masih menjalankan

Lebih terperinci

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN

PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 PERANAN TERNAK KERBAU DALAM MASYARAKAT ADAT TORAJA DI SULAWESI SELATAN (The Role of Buffalo in Culture Toraja Ethnic in South Sulawesi) MATHEUS

Lebih terperinci

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jorong Petok adalah sebuah Jorong yang terletak di Kenagarian Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Masyarakat Jorong Petok pada umumnya bekerja sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni 128 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis ini adalah mencakup tiga aspek yaitu Konsep kosmologis rumah bugis, beserta

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT

NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT Suryo Tri Harjanto Dosen Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Indonesia dikenal dengan negara banyak pulau. Masing-masing pulau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA

TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA 1 TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA A. Pendahuluan Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu: 1.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN

D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN Arti Dan Makna Ukiran, Lukisan, Kriya Tanah Toraja Ukiran Toraja bukan hanya sebagai gambar yang diciptakan begitu saja untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang,

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang, BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upacara mangupa upa pangaranto dimulai dengan pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA

BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA 4.1. Filosofi AlukTodol Todolo olo Aluk Todolo kepercayaan dianut oleh masyarakat Toraja artinya adalah agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, ama/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber berupa jurnal ilmiah, artikel, buku ataupun internet.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci