BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan manusia yang ada pada tempatnya sekarang merupakan proses migrasi yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan jutaan tahun silam. Begitu pula orang-orang yang mendiami Asia Tenggara daratan dan kepulauan, pulau-pulau di sekitar lautan Hindia dan Pasifik Selatan yang tidak lain mereka adalah bangsa Austronesia 1, dengan kemampuan navigasi yang baik tidak mengherankan ¼ bagian belahan dunia dihuni oleh mereka. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan, menunjukkan bahwa bangsa Austronesia berasal dari Tiongkok bagian pesisir tenggara (Devin, 2009:1-2). Salah satu jalur migrasi yang dilalui bangsa Austronesia ialah Kepulauan Nusantara, Menurut Bridsell, ada dua jalur persebaran bangsa Austronesia di Nusantara, yaitu jalur utara melewati Paparan Sunda di Kalimantan menuju Sulawesi lalu ke Pulau Sula, dari sini terbagi lagi dalam dua jalur, pertama melewati Halmahera, Waigeo dan masuk ke Pulau Irian/Paparan Sahul dan kedua melalui Pulau Buru, Pulau Seram terus masuk ke Paparan Sahul dan terus menyebar ke Australia. Sedangkan jalur selatan melewati bagian timur paparan sunda di Bali, melewati pulau Lombok, Sumbawa, Flores, Timor-Timor, Tanibar dan terus ke Paparan Sahul. 1 Istilah Austronesia pertama kali diberikan oleh ahli linguistik untuk menyebut suatu rumpun bahasa yang hampir secara mayoritas dituturkan di Asia Tenggara, kepulauan Micronesia, Melanesia kepulauan dan Polinesia. Tapi pada perkembangan selanjutnya istilah Austronesia juga digunakan untuk menyebut suatu komunitas yang berbudaya Austronesia serta menuturkan bahasa Austronesia. Austronesia sendiri berasal dari kata yunani austr artinya selatan dan nesos artinya pulau. 1

2 Foto 1.1: Peta sebaran Bangsa Austronesia, mulai dari barat di Madagaskar hingga timur di Pulau Paskah dan utara di Taiwan hingga di selatan New zealand ( Tinggalan budaya bangsa Austronesia yang cukup banyak ditemukan di Nusantara berkaitan dengan kematian yaitu wadah kubur dari kayu, yang ditemukan di beberapa daerah dan salah satunya berada di kepulauan Sulawesi, khususnya dalam wilayah budaya Toraja 2 yang termasuk dalam ras Proto Melayu. Seperti Kabupaten Enrekang misalnya, memiliki tinggalan wadah kubur kayu, dalam masyarakat setempat disebut Duni 3 dan Mandu 4 tetapi benda yang dimaksud pada dasarnya sama, namun dalam tulisan ini menggunakan istilah duni mengingat istilah ini lebih populer. 2 Suku toraja yang dalam hal ini bukan secara wilayah administratif tetapi wilayah budaya toraja, yang masuk didalamnya kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju di daerah Kalumpang, Kabupaten Pinrang di Suppirang, Kabupaten Sidrap di Lombok, dan daerah-daerah pegunungan di Kabupaten Luwu (Larompang, Suli, Belopa, Bajo, Padang sappa, Ulu Salu, Kanna, Pantilang, Bua, Lamasi, Batu Sitanduk, Palopo, Seko dan Rongkong) (Fatmawati,2003:5-6). 3 Duni: ialah wadah penguburan orang meninggal, istilah ini digunakan di daerah Kaluppini. 4 Mandu: dapat diartikan sebagai gua, akan tetapi tidak semua gua diartikan sebagai mandu. Gua yang dapat diartikan sebagai mandu adalah gua yang dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan mayat pada masa lampau, namun dalam perkembangan belakangan pengertian mandu mulai mengalami perubahan menjadi sebuah peti kayu yang difungsikan sebagai wadah kubur atau tempat penyimpanan mayat, Istilah ini dikenal hanya di Enrekang pada situs Tonton I dan II, Situs Tumpang di anggeraja, situs To Mila, Situs Liang Galotok, Situs Liang To Jolo. 2

3 Beberapa situs yang ditemukan memiliki duni antara lain di Situs Liang Datu atau yang biasa disingkat Situs Landatu 5, Situs Tonton 1 & Tonton 2, Situs Leoran, Situs yang ada di Kaluppini dan beberapa situs lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui, duni merupakan wadah yang digunakaan sebagai tempat menyimpan mayat dan ditempatkan pada ceruk atau tebing pada bukit karst. Bentuk duni yang banyak ditemukan yaitu bentuk yang menyerupai perahu 6, serta hampir semua situs di Enrekang bentuk wadahnya persegi empat panjang dengan berbagai varian penutup wadah. Melihat gejala arkeologis yang disebutkan dan jika dikaitkan dengan wilayah budaya 7 ini merupakan sesuatu yang unik, seperti yang diketahui di Tana Toraja (Tondok Lempongan Bulan Matari Allo) memiliki banyak tinggalan wadah kubur yang disebut erong seperti pada Situs Kete kesu, bentuknya menyerupai perahu, rumah adat Toraja bahkan ada beberapa erong yang ditemukan berbentuk anatomi binatang seperti Kerbau dan Babi, jika dilihat dari wadahnya mempunyai bentuk segiempat panjang, bulat lonjong atau oval. Di Mamasa pada Situs Buntu Balla dan Paladan, bentuk wadah kuburnya berbentuk persegi empat dan ada juga wadah kubur yang bentuknya hampir dikatakan bulat, besar-besar dan menyerupai anatomi binatang Kerbau serta ada juga wadah yang memadukan bentuk kepala Kerbau dengan kepala Kuda. Perbedaan-perbedaaan di atas membuat penulis untuk, pertama ingin mengetahui apa yang melatar belakangi perbedaan tersebut dengan mengambil Situs Liang Datu (Enrekang) sebagai example utama dan mengambil Situs Kete kesu (Toraja) dan Situs Paladan dan Buntu Balla (Mamasa) sebagai contoh pembanding, untuk itulah akan dilakukan perbandingan/studi komparasi, pengambilan contoh pada ketiga situs tersebut didasarkan pada jumlah dan jenis temuannya yang cukup refresentatif, kondisi temuanya 5 Situs Landatu akan di jadikan situs pembanding mengingat temuannya yang cukup representatife. 6 hal ini berkaitan dengan kedatangan nenek moyang mereka 7 Wilayah budaya yang di maksud Enrekang, Toraja dan Mamasa. 3

4 yang masih dapat diidentifikasi, kondisi medan yang dapat dijangkau oleh penulis dan adanya kedekatan wilayah dari ketiga situs tersebut. Kedua penulis menggunakan studi komparasi singkronik mengingat ketiga tempat tersebut mempunyai latar belakang kebudayaan yang sama serta berada dalam satu wilayah yang sama (Koentjaraningrat, 2007:4), disamping itu manfaat yang didapat dari penelitian ini ialah kita dapat melihat proses perubahan tinggalan budaya serta sebagai penanda/pelacak penyebaran akan keberadaan suatu ras/bangsa tertentu. Ketiga, diharapkan penelitian semacam ini akan menambah minat para peneliti muda untuk melakukan studi komparasi, dan tidak hanya berkutat pada penelitian deskripsi analitik. Keempat perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang Situs Landatu mengingat duni yang ada di situs tersebut sebagian sudah dalam keadaan lapuk sehingga perlu dilakukan penyelamatan data dan sekiranya Situs Liang Datu mendapat perhatian, sama halnya seperti situs-situs yang lain. 1.2 Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Peranan Kabupaten Enrekang dalam proses migrasi Suku Toraja memang memegang peranan penting, menurut Albert C. Kruyt dan Adriani mengatakan bahwa Enrekang merupakan daerah yang dilalui dalam jalur imigrasi Suku Toraja dan tempat bermukim pertama kali, serta tempat berkembangnya budaya Toraja yang berada di daerah Rura dan Bambapuang yang termasuk dalam Kabupaten Enrekang sekarang. Tidak mengherankan bila di kabupaten tersebut banyak tinggalan arkeologi ditemukan khususnya yang menyangkut dengan wadah kubur yaitu duni, yang juga memiliki kesamaan dengan bentuk wadah kubur di Toraja dan Mamasa, walaupun begitu jika diamati secara cermat terdapat beberapa perbedaannya seperti yang dijelaskan di atas. 4

5 Hal inilah yang menjadi pertanyaan bagi penulis, mengapa dalam suatu kebudayaan yang sama tetapi dalam hal tinggalan budayanya berbeda dan apa yang menyebabkan hal tersebut, maka penulis kemudian merumuskannya dalam bentuk pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: 1. Apa persamaan dan perbedaan duni pada Situs Liang Datu (Enrekang) dengan wadah kubur di Toraja dan Mamasa? 2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi perbedaan dan persamaan bentuk-bentuk duni pada Situs Liang Datu dengan wadah kubur di Toraja dan Mamasa? 1.3 Kerangka Hipotesis Nama Toraja digunakan pertama kali dalam penelitian Albert C. kruyt dan Adriani untuk mengganti nama Arfuru, nama Toraja sendiri diambil dari nama yang biasa digunakan orang Luwu untuk menyebut orang-orang yang bermukim di sebelah barat ke arah pedalam yang pada umumnya menempati daerah ketinggian di jazirah Sulawesi, dengan sebutan riaja atau raja (darat atau atas) yang kemudian dikenal menjadi nama suatu etnis, yaitu Toraja. Ada dua gelombang migrasi yang masuk ke wilayah budaya Toraja, migrasi pertama adalah kelompok pendukung kebudayaan megalitik yang disebut Steenhouwers (kelompok pemecah batu). Mereka diperkirakan datang dari dua arah, pertama (dari utara) diduga berasal dari kepulauan Jepang, memasuki Sulawesi Utara, terus ke Sulawesi Tengah dan masuk ke Sulawesi Selatan. Kedua, melalui sungai Sa dan yang dimulai dari muara hingga ke hulu dengan menggunakan perahu, dan tiba di suatu tempat bernama Bambapuang yang sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Enrekang dan menyebar lagi ke jazirah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. 5

6 Migrasi kedua adalah kelompok pendukung kebudayaan tembikar yang disebut De Pottenbakkers (pembuat tembikar), diperkirakan masuk melalui arah timur antara daerah Malili dan Wotu di pantai Teluk Bone dan terus menyebar ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Migrasi kedua ini turut serta membawa kebudayaan baru, terutama dalam kehidupan religi yang mengenal sejumlah dewa dan upacara keagamaan, kehidupan sosial mulai mengenal sistem pelapisan sosial dan sejumlah aturan-aturan hidup, dan kehidupan ekonomi yang memperkenalkan teknik irigasi dan penanaman padi. Awalnya Enrekang dan Tana Toraja hanyalah satu daerah, pada waktu itu penduduk mula-mula bertempat tinggal di suatu kampung bernama Bambapuang yang dikenal sekarang sebagai Kampung Rura dan disitu juga diperkirakan berkembangnya budaya Toraja, setelah berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun lamanya tinggal di Bambapuang, akhirnya sebagian besar penduduk meninggalkan tempat tersebut yang dibagi dalam tujuh kelompok yang menyebar ke arah utara Sulawesi Selatan dan sebagian lagi tetap tinggal di Bambapuang. Baik penduduk yang berimigrasi maupun yang tetap tinggal di Bambapuang kemudian melanjutkan kebudayaan Toraja yang lebih kompleks. Budaya Toraja sama halnya dengan budaya yang ada di seluruh dunia, yang pada umumnya memiliki tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat;218: 1980). Salah satu unsur yang paling menonjol dalam budaya Toraja yaitu sistem religi, masyarakat Toraja sejak zaman dulu mengenal adanya kepercayaan yang disebut Aluk Todolo, hal ini juga terdapat dibeberapa tempat yang masih masuk dalam kesatuan wilayah budaya Toraja, namun dalam hal penyebutannya berbedabeda seperti di Kabupaten Enrekang disebut Aluk Tojolo dan di Mamasa lebih dikenal dengan Aluk Tumatua, tapi pada dasarnya kepercayaan tersebut adalah sama yakni 6

7 berorientasi tentang adanya kehidupan sesudah kematian dan mengatur segala aspek kehidupan manusia pendukungnya. Menurut L.T.Tangdilintin dalam bukunya yang berjudul Upacara Pemakaman Adat Toraja (1981:1), ia berpendapat bahwa: Penamaan Aluk Todolo adalah berdasarkan pada perinsip pelaksanaan dalam segala hal terutama kegiatan yang menyangkut pemujaan dan upacara, yang harus mendahulukan acara atau upacara kurban persembahan sajian kepada Tomembali Puang yang dinamakan pula todolo yaitu leluhur orang toraja Falsafah Aluk Todolo merupakan konsep tentang hidup dan mati serta kesinambungan proses kehidupan, orang mati dianggap hanya mengalami perubahan wujud dan perpindahan dari alam fana ke alam puya, sehingga hidup dan mati tidak terdapat batas yang jelas, kehidupan manusia di dunia fana dianggap sama dengan kehidupan di alam arwah, dan untuk mencapai alam arwah dan menjadi setengah dewa diperlukan syaratsyarat seperti bekal kubur dan rangkaian upacara serta pengorbanan oleh para kerabat yang ditinggalkan sesuai dengan status sosial semasa hidupnya, dipihak lain pemenuhan syaratsyarat tersebut akan mendatangkan kesejahteraan bagi kerabat yang ditinggalkan (Akin duli,2002:3, Paranoan,M Tangdilintin,L.T.2009). Aluk Todolo mengandung ketentuan-ketentuan bahwa manusia dan segala isi bumi harus menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua (sang pencipta) yang dilakukan dalam bentuk sajian persembahan. Ajaran Aluk Todolo mengenal tiga oknum yang harus dipuja yaitu: 1. Puang Matua (Sang Pencipta) 2. Deata-Deata (Sang Pemelihara) sebagai pemelihara serta menguasai isi bumi supaya seluruh isi bumi ini dapat dipergunakan oleh manusia untuk memuja dan menyembah kepada Puang Matua. 7

8 3. Tomembali Puang (arwah leluhur) yang mempunyai tugas memperhatikan perbuatan serta memberikan berkat bagi manusia turunannya. Ajaran Aluk Todolo juga mengenal dua macam dasar dan aturan upacara sebagai upacara yang berpasangan atau berlawanan yang dikenal dengan nama Aluk Simuane Tallang yang masing-masing: 1. Aluk Rambu Tuka atau Aluk Rampe Matallo, berkaitan dengan upacara syukuran yang dilaksanakan pada pagi hari sampai tengah hari di sebelah timur dan utara rumah tongkonan. 2. Aluk Rambu Solo atau Aluk Rampe Matampu adalah upacara yang ditujukan pada arwah. Upacara rambu solo dilakukan pada sore hari di sebelah barat dan selatan rumah tongkonan. Wujud budaya Toraja yang erat kaitanya dengan rambu solo ialah wadah kubur. Penamaan terhadap wadah kubur dibeberapa tempat berbeda-beda seperti, Toraja yang disebut Erong, Mamasa yang biasa mereka sebut dengan Tedong-Tedong, bangka-bangka dan batutu. dan Enrekang disebut Mandu atau Duni. yang pada dasarnya menggunakan bahan kayu sebagai bahan utama dalam pembuatan wadah kubur tersebut. Setiap wadah kubur memiliki makna tertentu hal ini didasarkan pada tingkat status sosial mereka didalam masyarakat, yang dapat dilihat pada ukiran, mulai dari yang sederhana sampai memiliki nilai seni ukir yang tinggi yang terdapat pada wadah tersebut, bentuk dan tata letaknya juga sangat mempengaruhi. 8

9 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Para pakar arkeologi sepakat bahwa dalam disiplin ilmu arkeologi memiliki tiga tujuan yaitu 1). Merekonstruksi sejarah budaya, 2). Merekonstruksi tingkah laku/cara-cara hidup manusia masa lampau, dan 3). Menjelaskan proses-proses budaya. Dengan melihat ketiga tujuan arkeologi tersebut maka tujuan umum yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini yaitu merekonstruksi tingkah laku/cara-cara hidup manusia masa lampau, namun secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan duni di Situs Liang Datu dengan wadah kubur lainnya di daerah pembanding. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi bentuk-bentuk duni pada Situs Liang Datu berbeda dengan bentuk Erong di Toraja dan Tedong-tedong di Mamasa Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan bagi instansi terkait untuk lebih memberi perhatian dan pemanfaatan pada Situs Liang Datu. 2. Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data tambahan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Metode Penelitian Penelitian yang berbasis karya ilmiah tentunya tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai, untuk mencapai hasil yang maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem kerja yang sistematik yang terangkum dalam sebuah 9

10 metodologi. Metode yang digunakan tentu tidak lepas dari metode keilmuan yang mendasarinya yang dalam hal ini menggunakan metode arkeologi. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaannya dimulai dari tahap Metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode penafsiran data. Berikut penjabaran masingmasing tahap Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan metode awal yang digunakan untuk mencari data-data yang berkaitan dengan penelitian di Situs Liang Datu, Situs Kete kesu, Situs Buntu Balla, dan Situs Paladan yang berasal dari referensi buku-buku, makalah, artikel, hasil penelitian mahasiswa arkeologi yang dituangkan dalam bentuk skripsi, ditambah laporan penelitian dari instansi-instansi yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian, serta data-data geografis pada masing-masing daerah penelitian. 2. Survei lapangan Survei dilakukan dengan cara survei permukaan, dengan mengamati bentuk-bentuk wadah duni pada Situs Liang Datu, pola hias maupun ada tidaknya bekal kubur didalamnya, kemudian dilakukan pendeskripsian pada tiap-tiap duni yang sudah dibuat dalam satu form isian yang memuat segala hal. Begitu pun pada Situs Kete kesu dilakukan hal yang sama seperti yang dilakukan di Situs Liang Datu, tetapi pada Situs Paladan dan Situs Buntu Balla tidak dilakukan pengamatan secara langsung melainkan dilakukan studi pustaka saja, karena data kedua situs sudah ada. 10

11 1. Deskripsi Deskripsi yang dimaksud disini terbagi atas dua yaitu, deskripsi lingkungan yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kondisi di dalam dan di luar Situs Liang Datu serta jenis-jenis vegetasi yang berada di sekitarnya (arah hadap gua, orientasi, ketinggian dan sebagainya), dan yang kedua deskripsi temuan yang meliputi, bentuk/jenis temuan, ragam hias, ukuran (cm), bekal kubur/temuan lain, teknik pembuatan, letak wadah kubur, bahan yang digunakan, arah hadap, fungsi dan penggunaan warna. Kesepuluh kategori di atas kemudian dikelompokkan lagi dalam atribut-atribut terkecil. 2. Dokumentasi Hal yang tidak kalah pentingnya ialah melakukan pendokumentasian yang terdiri dari pemotretan, penggambaran dan penentuan titik koordinat. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan kamera digital, dengan mengambil foto lingkungan yang berada di sekitar situs baik di dalam situs maupun di luar situs, foto temuan duni dengan mengambil dari semua sudut (tampak depan-belakang, samping kiri dan kanan, serta tampak atas). Penggambaran dilakukan dengan cara manual pada duni dan pembuatan peta situs. Penggambaran dilakukan guna mengetahui hal-hal yang detail yang terdapat pada duni seperti pola hias dan bentuk duni yang memiliki keunikan. sedangkan pembuatan peta situs dilakukan dengan menggunakan sistem polygon tertutup dengan tingkat ketelitian atau grade 4 yaitu pengukuran menggunakan kompas, klinometer, rol meter, milimeterblok, hal ini dilakukan guna melihat pola sebaran duni pada situs Liang Datu. Mengingat kondisi Situs Liang Datu yang tidak terlalu besar dan jarak antara duni yang satu dengan duni yang lain tidak terlalu jauh, maka tidak dilakukan 11

12 pembagian grid melainkan hanya dilakukan pembagian wilayah berdasarkan ruang/chamber yang ada. Menentukan titik koordinat (ploting) lokasi situs, dengan menggunakan GPS Garmin Etrex dengan menggunakan sistem UTM (Universal Transverse Mercator). Sistem ini digunakan secara umum dalam sistem pemetaan, selain tingkat akurasi yang baik, sistem UTM ini juga memproyeksikan bidang bumi yang dapat digunakan hampir disemua tempat Metode Pengelolaan Data Tahap pengelolaan data dilakukan setelah diperoleh data pada tahap pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder, tahapan ini bersifat induktif. Mengingat data yang akan diambil secara kualitatif dan kuantitafik yang cukup banyak, maka pada tahap pengelolaannya digunakan statistik sederhana yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian yaitu distribusi frekuensi dan korelasi. Distribusi frekuensi salah satu cara untuk mengatur atau menyusun data dengan mengelompokkan data-data berdasarkan ciri-ciri penting dari sejumlah besar data, ke dalam beberapa kelas dan kemudian disusun dalam bentuk tabel dan diagram. Distribusi frekuensi yang digunakan ialah distribusi kategori. Setelah dilakukan tahap di atas, kemudian dilakukan korelasi atau mencari hubungan antara satu data dengan data yang lain. tahapan selanjutnya adalah perbandingan atau studi komparasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, hal ini bertujuan untuk menarik kesimpulan secara umum. 12

13 1.5.3 Metode Penafsiran Data Metode penafsiran data bersifat memberikan penjelasan, terutama menjawab persoalan-persoalan yang disesuaikan dengan tujuan serta permasalahan yang dirumuskan yang kemudian dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan secara umum yang didasarkan pada pengumpulan data berupa tinjauan pustaka, survei lapangan, dan tahap pengelolaan data dari hasil analisis yang telah dilakukan. Metode yang dimaksud disini adalah usaha penulis dalam memberikan gambaran secara deskriptif dari uraian yang dianalisis terhadap tinggalan duni pada Situs Liang Datu yang akan dikaji. Hasil analisis yang telah dilakukan diharapkan akan menghasilkan data pembanding yang nantinya akan menghasilkan persamaan dan perbedaan dari setiap wadah kubur yang dimaksud, serta mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi penyebab terjadinya perbedaan tersebut. 13

14 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah untuk memberikan uraian dari masing-masing bab per bab maka dari itu penulis membagi ke dalam 5 (lima), adapun penjabaran masing-masing bab dapat dilihat pada uraian di bawah ini: 1. BAB I Pendahuluan, latar belakang masalah, permasalahan dan pertanyaan penelitian, kerangka hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. 2. BAB II Gambaran Wilayah, meliputi kondisi geografis, sistem kepercayaan dan sistem sosial masyarakat disekitar situs di kabupaten Enrekang, Toraja dan Mamasa. 3. BAB III Deskripsi Objek Penelitian, yang dimaksud dalam bab ini adalah deskripsi temuan yang ada di Situs Liang datu, di Situs Kete kesu dan Situs Buntu Balla dan Situs Paladan. dan istilah-istilah yang digunakan dalam tahapan analisis. 4. BAB IV Analisis Wadah Kubur, berisi analisis terhadap masing-masing temuan yang ada ditiap-tiap situs, beserta penjelasan-penjelasannya. 5. BAB V Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya. 14

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan

BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan analisis yang bersifat analisis tipologi terhadap wadah kubur. Analisis tipologi ialah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini KATA PENGANTAR Sembah syukur yang sebesar-besarnya saya hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini lahir dalam bentuknya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin,

Lebih terperinci

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TANA TORAJA

ARSITEKTUR TANA TORAJA PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA) Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1 Profil Kabupaten Luwu A. Sejarah Luwu Sejarah Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

KONDISI GEOGRAFIS CHINA CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush

Lebih terperinci

Coon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih.

Coon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih. Coon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih. Ras putih di Iran pindah ke Asia Timur: menyeberang ke Jepang jadi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster angin selatan dan kata Greek 1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN CROSS AND ADU MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN Sudah siap membahas Kondisi Ono Niha sebelum Kekristenan? KATANYA: BERASAL DARI TETEHOLI ANA A YANG DITURUNKAN DI GOMO SIHAYA-HAYA, DAN KEMUDIAN MENYEBAR

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. /

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. / Winda Setya M. / 14148128 Najwa Ilham K. /14148157 Masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sering perkembangan zaman terutama dalam era globalisasi saat ini kemajuan penggunaan komputer begitu pesat, teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang. Secara astronomis lokasi penelitian berada pada 0 00 00 LU - 0º10 30 LU dan 111º28 30

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Perguruan Tinggi Program Studi Mata Pelajaran Semester / SKS Pertemuan ke Standar

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera) Sub Topik: - Alur Persebaran Manusia di Pulau Sumatera - Suku-suku di Pulau Sumatera - Dinamika Peradaban di Pulau Sumatera Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,

Lebih terperinci

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN Shandra Stephany Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun, 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, sebagai awalnya dilihat fenomena yang terjadi di Desa Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena laut merupakan perekat persatuan dari ribuan kepulauan nusantara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Utama dan Mahadewi (2012), penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah

Lebih terperinci

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA 1. Asal Nama Indonesia 1. Hindia Herodotus (485-425 SM). 2. Nederlandsch Oost Indie Cornelis de Houtman Nederlandsch Indie. 3. Insulinde Edward Douwes Dekker : Multatuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Geografi Indonesia Sumber: Tiara Agustin, 2012 GAMBAR 4.1. Peta Geografi Indonesia Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A.

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A. SELAMAT PAGI KELOMPOK 2 1. Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A. [20] RAS / ETNIS 1. Diferensiasi Sosial berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur : media cetak (buku), media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA

PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1-10 ISSN 2089-8916 PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA Mashuri JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS TADULAKO

Lebih terperinci

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemetaan geologi merupakan salah satu bentuk penelitian dan menjadi suatu langkah awal dalam usaha mengetahui kondisi geologi suatu daerah menuju pemanfaatan segala sumber daya yang terkandung

Lebih terperinci

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2. 1. Perhatikan tahapan zaman pra aksara berikut ini! 1. Mesilitikum 2. Neolitikum 3. Megalitikum 4. Paleolitikum 5. Legam SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.1

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA Andrianus Pasa Abstrak Tulisan ini merupakan suatu analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa atau kelompok etnik dan ras yang tersebar diseluruh bagian penjuru Indonesia. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Peta co-tidal Perairan Indonesia Arah rambatan konstanta Pasut ditentukan dengan menganalisis kontur waktu air tinggi (satuan jam) suatu perairan. Jika kontur waktu air

Lebih terperinci

SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution of Potential Prehistoric Cultures in Enrekang, South Sulawesi

SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution of Potential Prehistoric Cultures in Enrekang, South Sulawesi Kapata Arkeologi, 12(2), 113-124 ISSN (cetak): 1858-4101 ISSN (elektronik): 2503-0876 http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2 1. Berdasarkan teori geologi modern, Indonesia terbentuk dari pertemuan beberapa lempeng benua yaitu... Lempeng Eurasia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut

Lebih terperinci

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.503, 2014 KEMEN.KP. Perikanan Negara Republik Indonesia. Wilayah Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran Nopsi Marga Handayani 14148118 Sekar Manik Pranita - 14148159 Perjalanan Panjang Manusia Sebelum abad ke-18 Gagasan evolusi muncul Abad ke-18

Lebih terperinci