G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Tandikai, Tandike : A. B dan K Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 0 25'57" LS, '01,69" BT Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : 2438 m dml, 1740 m dari Kota Padang : Padang, Bukittinggi, Padang Panjang : Strato Volcano : Desa Ganting, Kec.Sepuluh Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Koordinat ,2 LS, dan ,6 BT Elevasi: 1247mdpl PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Pendakian dilakukan dari arah timur dari Kampung Ganting melalui Lalo, melalui jalan setapak sampai ke Puncak, dengan waktu tempuh 6 jam (Hamidi 1970), juga dapat dicapai dari sebelah barat laut dari kampung Malalak, kemudian tiba di Rimbo Piatu dengan merintis jalan untuk sampai di Puncak (Kemerling 1919)

2 Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Hasil erupsi G. Tandikat pada masa lampau banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung di G. Tandikat, sumberdaya alam berupa tempat tersimpannya cadangan air tanah, untuk irigasi, air minum di kota-kota dan lainnya. Juga terdapat beberapa mata air panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan. Sumberdaya panas bumi di daerah ini belum diexplorasi, padahal sumberdaya alam ini sangat murah dan sangat bermanfaat untuk keperluan energi listrik dan industri. Wisata G. Tandikat mempunyai pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata.di sekitar G. Tandikat ini terdapat perkebunan markisa, mata air panas, air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak tempat tempat yang baik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. SEJARAH LETUSAN letusan 1914 Diketahui telah terjadi dua kali letusan dalam sejarah yaitu letusan tahun 1889 dan Letusan 1889 Kegiatan dari kawah B ini terjadi pada 19 Pebruari petang hari. Di atas puncaknya tampak tiang asap tinggi dan nyala api, terasa getaran gempa bumi dan terdengar suara letusan. Hujan abu jatuh di sekitarnya. Pada 20 Pebruari, di malam hari memperlihatkan agak kuat, diselingi beberapa istirahat pendek dan panjang. Sampai 17 April 1889 G. Tandikat masih mengeluarkan tiang asap, kadang-kadang dengan hujan abu.. Pada 27 Maret 1889 juga G. Marapi kegiatanya mulai meningkat. Pada 29 Maret 1889 abu yang jatuh di atas jalan kereta api antara Padang Panjang Bukittinggi dengan ketebalan sampai 1 cm. Kepulan tiang asap terlihat lagi pada 3 dan 4 Desember 1889 yang pada pagi hari kelihatan jelas dari Bukittinggi. Letusan 1914 Pada 31 Mei kira-kira pukul 9 malam terjadi letusan. Material letusan berjatuhan di sekitar puncak.

3 Menurut Administratur Veen ( Natuurk. Tijdschr. Nederl. Ind. 1915, p. 188 ) terjadi leleran lava yang mengalir di bagian puncaknya saja. Menurut Kemmmerling ( 1921, p.26 ), yang terjadi bukan leleran lava tetapi lemparan bom gunungapi pijar. Karaker Letusan Berdasarkan produk yang dihasilkan G. Tandikat dari peta Geologi Gunungapi menurut Zainuddin dkk, menunjukan bahwa hasil endapan G. Tandikat tidak ditemukan adanya endapan piroklastik jatuhan, hanya ditemukan aliran piroklastik dan aliran lava. Data letusan yang tercatat hanya abu tipis dan tampak di sekitar kawah. Karakter letusannya cenderung bertipe strombolian dan aliran lava yang terkadang menghasilkan pula aliran piroklastik. GEOLOGI G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas granit tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Barisan. Hasil letusan lampau dari gunung Kembar ini menutupi daerah seluas 247 km 2, dan 143 km 2 adalah bahan letusan G. Tandikat (Neuman Van Padang 1951). Bahan letusan yang dikeluarkan gunung Kembar menempati bidang datar seluas 210 km 2, dan 120 km 2 hasil letusan G. Tandikat dan 90 km 2 dari G. Singgalang, (Kemmerling 1921). Endapan hasil letusan G. Tandikat ini tersebar ke arah selatan-baratdaya yaitu ke Dataran Pariaman, dan ke arah timur terbatas sampai Batang Air Singgalang Kecil dan Batang Air Anai, ke barat sampai Batang Air Mangui, sedangkan ke bagian utara terhalang oleh G. Singalang. Kegiatan letusan berpindah-pindah kearah selatanbaratdaya. Di daerah puncaknya terdapat Kawah A yang besar dengan diameter m, kelilingnya 3925 m. Kawah ini terbuka kearah Batang Air Paraman Sani dan Batang Air Singgalang kecil. Terdapatnya bukaan ini karena pematang kawah tersebut roboh, dan yang terbesar kearah selatan dengan terbentuknya jurang yang dalam. (Verbeek 1883). Didalam kawah besar ini tumbuh kerucut baru dengan kawah B agak eksentris, berbentuk corong dengan garis tengah m, kelilingnya 1209 m, dengan kemiringan tebing kawah mencapai o C dengan kedalaman mencapai 150 m. Selain Kawah A dan B, terdapat pula 9 lubang bekas letusan kecil (buah dalam kawah B dan 6 buah pada lereng kerucut B), dengan garis tengah antara m dan kedalaman antara 4 30 m.

4 Morfologi Morfologi G. Tandikat sangat dipengaruhi bukan hanya oleh aktivitas gunung apinya, tetapi dipengaruhi pula oleh susunan batuan dan aktivitas gunungapi disekitarnya, seperti batuan dasar tersier Tua, aktivitas vulkanik Maninjau dan gunungapi Singgalang. Didaerah G. Tandikat ini terbagi menjadi beberapa kelompok morfologi, yaitu : Satuan Morfologi Perbukitan Tua Satuan ini menempati daerah sekeliling G. Tandikat, yang dicirikan oleh bentuk perbukitan berelief kasar sampai sedang dengan lembah-lembah yang relatif dalam dan terjal, serta banyak ditemui jeram-jeram dengan garis ketingian berkisar antara meter diatas muka laut. Kelompok ini mempunyai beberapa puncak-puncak bukit antara lain : Bt. Karikih, Bt. Tjantjang Baning, Bt. Birah Tingi, Bt. Upang-upang, Bt. Djadjaran, Bt. Batu Barong, Bt. Ubang Badar, Bt. Padang Satoempak, Bt. Tilaboeng. Pada bagian barat satuan ini terdapat sungai B. Air Manggu yang berlembah sangat terjal dan dalam, tersusun oleh batuan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik tua produk Kaldera Maninjau. Seperti di bagaian tenggara terdapat Bt. Karikih yang berrelief kasar dengan lereng yang sangat erjal. Daerah ini disusun oleh batuan beku granit dan batuan metamorf yang mempunyai tingkat pelapukan relatif tingi yang dipengaruhi oleh sesar normal, sehingga di sekitar lembah anai sering terjadi longsoran-longsoran. Sedangkan di bagian timur timurlaut terdapat Bt. Tilaboeng dan Bt. Padang Satoempak yang berelief kasar sedang dengan lereng relatif terjal. Satuan ini tersusun oleh lava, aliran piroklastik produk G. Singgalang. Satuan Morfologi Kerucut G. Tandikat, terbagi menjadi 4 sub satuan yaitu : Satuan Morfologi Puncak dan Kawah, terdapat di sekitar puncak Satuan Morfologi Tubuh, terdapat pada tubuh G. Tandikat Satuan Morfologi Lereng dan Kaki, terdapat pada bagian bawah kerucut Satuan Morfologi Dataran, terdapat pada bagian kaki kerucut Tandikat. Stratigrafi Batuan di G. Tandikat dan sekitarnya dikelompokan kedalam beberapa Kelompok satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, antara lain : Satuan Batuan Tua merupakan batuan dasar yang terbentuk sebelum pembentukan G. Tandikat, penyebarannya terdapat disekeliling G. Tandikat tersebut, terdiri dari :

5 Satuan Batuan Dasar yang tersusun dari batuan granit dan batuan metamorf, yang terdapat di sebelah tenggara yaitu di sekitar lembah Anai dan Bt. Karikih. Batuan Produk Kaldera Maninjau, merupakan satuan yang menyebar di sebelah barat dan selatan. Satuan batuan disebelah barat membentuk tebing-tebing yang curam dan dalam, merupakan dinding luar kaldera maninjau. Pada bagian selatan umumnya membentuk bukit-bukit yang relatif terjal, seperti di sepanjang jalan raya Sitjintjin, Sungai Durian dan Kampung Tandikat. Satuan batuan ini didominasi oleh aliran pikoklastik dan jatuhan piroklastik, yang terdiri dari fragmen batu apung yang berukuran maksimum 20 cm, serabut-serabut gelas, litik bertekstur andesitik berukuran pasir kerikil, mineral mafik, berwarna putih sampai kekuningan, dan lepas-lepas sampai agak kompak. Setempat-setempat terdapat lapisan-lapisan batu pasir kasar yang kaya akan kuarsa. Batuan ini mencerminkan produk suatu letusan Besar di masa lalu. Batuan Produk G. Singgalang Satuan batuan ini merupakan hasil endapan aktifitas G. Singgalang, tersebar di bagian utara dan timur daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari lava andesit yang bertekstur porfiritik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang mengandung batu apung (Pumis). Singkapan yang baik ditemukan di sepanjang tebing S. Singgalang, pada Bukit batas pemisah produk G. Singgalang dengan produk G. Tandikat. Satuan batuan ini ditemukan juga di Bt.Padang Satoempak dan Bt. Tilaboeng. Batuan Produk G. Tandikat Satuan Batuan produk Gunungapi Tandikat dibentuk oleh dua titik erupsi, yaitu Kawah A dan Kawah B. Dari Kawah A dihasilkan 24 aliran lava (Tl 1 Tl 24 ) dan 4 aliran piroklastik (Tap 1 Tap 4 ), sedangkan dari Kawah B dihasilkan satu aliran lava (Tl 25). Satuan-satuan batuan tersebut adalah terdiri dari : Aliran Piroklastik Tandikat Satuan batuan ini menyebar memanjang membentuk sebuah punggungan terjal dengan dinding lembah yang curam seperti di sekitar S. Malancar dan Kampung Malancar, di bagian barat menutupi produk kaldera Maninjau. Terdapat pula aliran piroklastik lainnya yang membentuk morfologi kipas di bagian selatan, seperti terdapat di sekitar Bt. Silasung, Bt. Bulaan, Kandang Ampek dan Perkampungan Bungakaju.

6 Satuan batuan ini secara umum mudah runtuh (tidak kompak), berwarna abu-abu, coklat, tersusun oleh fragmen litik, mengambang dalam matriks berukuran pasir kasar terpilah buruk, kemas terbuka bentuk fragmen menyudut- menyudut tanggung, sangat padat. Dengan fragmen dari batuan andesitik berwarna abu-abu, tekstur fanerik, kristalin, subhedral anhedral, ukuran fenokris maksimum 0.4 cm, porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen, tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan mineral mafik. Satuan aliran piroklastik ini terbagi menjadi empat satuan dari muda ke tua adalah : aliran piroklastik 1 sampai aliran piroklastik 4, dengan nama Tap 1 Tap 4, (peta Geologi G. Tandikat) Aliran Lava Tandikat Satuan batuan lava Tandikat ini mempunyai kenampakan dilapangan terkadang berupa bukit, atau berupa punggungan dengan ujung-ujung lava membentuk bukit atau tersebar berupa umpulan bongkah batuan atau tersingkap di lembah sungai, yang umumnya terkekarkan. Untuk satuan batuan lava ini terurai menjadi beberapa satuan lava yang terpisah karena umurnya tidak sama dan jenis lavanya agak berbeda. Namun secara umun lava ini terdiri dari batuan lava andesitik yang berwarna abu-abu terang sampai gelap, terkadang tampak mempunyai textur porfiritik, dengan fenokris dari plagioklas dan piroksen dengan masa dasar halus, ada yang bervesikuler ada yang tidak. Berdasarkan hasil pemetaan geologi gunungapi terbagi menjadi 25 satuan lava Tandikat yang tersusun mulai dari Lava Tandikat 1 (Tl 1 ) sampai dengan Lava Tandikat 25 ( Tl 25 ) Lahar Tandikat Satuan lahar ini secara umum tersebar dibagian kaki G. Tandikat, pada daerah morfologi dataran yang dicirikan oleh aliran sungai yang landai. Satuan Batuan ini merupakan satuan batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua dengan ciri-ciri, warna kecoklatan, kadang terlihat adanya perlapisan dengan struktur sedimen, atau berupa breksi batuan lahar, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk bongkah-bongkah batuan bersudut mengambang dalam masa dasar berukuran pasir sampai abu dan cukup kompak. Satuan Aluvial Satuan ini merupakan satuan batuan termuda yang tersebar pada aliran sungai yang datar dan berkelok, berupa hasil endapan batuan yang berlangsung terus sampai kini.

7 Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan ditafsirkan berdasarkan pengamatan di lapangan, ditunjang dengan penafsiran foto udara dan peta topografi. Berdasarkan ciri-ciri gejala struktur yang dapat diamati di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa G. Tandikat merupakan daerah yang mengalami penurunan, ini dibuktikan dengan adanya sesar normal di sebelah timur, sebelah barat dan utara, yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh sistim Sesar semangko (Sesar Sumatera) yang berarahkan barat laut tenggara. Berikut ini uraian singkat dari beberapa struktur geologi yang berkembang disekitar G. Tandikat. Sesar Batang Anai Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah utara selatan, memanjang 11.5 km dimana blok bagian timur relatif naik dibandingkan blok bagian barat. Sesar ini merupakan pembahas antara batuan dasar dan produk G. tandikat, sedangkan batuan yangt tersesarkan adalah batuan dasar. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai dan gawir-gawir yang dalam dan curam serta memanjang. Sesar Lembah Anai Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah timur laut barat daya, blok bagian tenggara relatif naik terhadap blok bagian barat laut. Sesar ini mempunyai panjang 4 km dan merupakan penyebab terbentuknya Lembah Anai dan diperkirakan pembentukannya akibat adanya ketidakstabilan setelah akhir pembentukan Sesar Batang Anai. Ciri-ciri sesar inin di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang, zone hancuran di sepanjang jalan raya Lembah Anai pada musim hujan, serta shear joint yang kedudukannya berkisar N 125 o E/75 o dan N 330 o E/46 o, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan dasar. Sesar Batang Air Manggu Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal bararah hampir utara selatan, memanjang sepanjang 8 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan penyebab terbentuknya lembah yang sangat dalam dan terjal di sebelah barat yang dilalui Batang Air manggu, sedangkan batuan yang tersesarkan

8 adalah batuan vulkanik produk kaldera Manijau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir gawir yang dalam, curam dan memanjang, adanya triangular facet yang terdapat pada dinding luar sebelah timur Kaldera Maninjau. Sesar Rimba Piatu Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah sejajar dengan Sesar Batang Air Manggu, panjangnya 10 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan pembatas antara produk kaidera maninjau dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk kaldera Maninjau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan berupa bukit yang antara lain Bt. Rimba Piatu dan G. Sanggul. Sesar Batang Air Singgalang Bukit Struktur sesar ini terdapat disebelah timur daerah penelitian, merupakan sesar normalberarah hampir barat laut - tenggara sepanjang 4 km, blok bagian barat daya relatif turun dibandingkan blok bagian timur laut. Sesar ini merupakan pembatas produk G. Singggalang dan produk G. Tandikat sebelah timur, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain : kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Sesar Kampung Lalo Struktur sesar ini terdapat di bagian timur laut daerah penelitian, merupakan sesar normal, memanjang hampir barat timur sepanjang 5 km, blok bagian selatan relatif turun dibandingkan blok bagian utara. Sesar in melalui Kampung Lalo dan merupakan pembatas antara rpoduk G. Singggalang dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan lembah yang sempit dan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Sesar Puncak G. Tandikat Struktur sesar ini terdapat di puncak G. Tandikat, merupakan sesar normal berarah utara selatan, panjang 3.5 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini penyebab terbentuknya rekahan dinding kawah A kearah selatan, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik G. Tandikat sendiri, yaitu aliran lava Tandikat 11 dan 19 (Tl 11 dan Tl 19). Ciri-ciri sesar ini lapangan antara lain

9 adanya lembah yang sempit dan memanjang, adanya gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Keberadaan Struktur di daerah ini menunjukan bahwa komplek G. Tandikat sangat terpengaruh oleh Struktur Sesar Semangko, menunjukan pula daerah G. Tandikat berada pada daerah yang relatif lemah. Struktur Kawah Di daerah G. Tandikat terdapat minimal 11 buah kawah. Kawah A terdapat di puncak G. Tandikat yang merupakan kawah paling besar dengan diameter meter, terbuka kearah selatan ( Hulu Batang Air Paraman Sari ) dan ke arah timur ( Hulu Batang Air Singgalang Katjil ). Didalam Kawah A muncul Kawah B yang letaknya eksentrik berbentuk corong, berbaris tengah meter, kedalamnan kawahnya sekitar 100 meter. Selain Kawah A dan Kawah B, terdapat pula 9 buah lubang bekas letusan kecil yaitu 3 buah di dalam Kawah B dan pada lereng bagian luarnya sebanyak 6 buah, berdiameter meter dan kedalaman antara 4 30 meter. Kelurusan Vulkanik Kelurusan vulkanik dijumpai di puncak G. Tandikat, bearah utara selatan. Kemungkinan besar aktifitas G. Singgalang dan G. Tandikat dikontrol oleh kelurusan vulkanik ini. Karena keduanya merupakan gunungapi kembar dan berdekatan. GEOFISIKA Seismik Kegiatan kegempaan G. Tandikat dimonitor oleh seismograf dari jenis PS 2, dimana trandusernya ditempatkan di daerah lereng G.Tandikat kurang lebih 1 jam perjalanan dari Pos PGA, sedangkan rekordernya ditempatkan di kantor pos pengamatan G. Tandikat di Desa Ganting. Gempa yang terekam adalah Gempa Vulkanik Dangkal, Gempa Vulkanik Dalam, Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Tektonik Jauh. GEOKIMIA Kimia Batuan Dari hasil analisis petrografi menunjukan bahwa batuan G. Tandikat pada umumnya bersifat andesitik. Lava-lava G. Tandikat mempunyai kandungan SiO 2 berkisar antara 55.06% berat, dan K 2 O berkisar antara 1.39% berat.

10 Analisa Kimia Batuan G. Tandikat SiO FeO 3.65 Fe 2 O Al 2 O FeO MnO 0.35 P 2 O CaO 8.04 MgO 3.06 Na 2 O 2.41 K 2 O 1.39 S total 0.68 H 2 O o L 0.60 Hilang dibakar 1.29 Total Geokimia Air Telaga kawah Sebelah timur Telaga kawah sebelah barat Kekeruhan Jernih Jernih Warna mgpt/1 Bau Tidak ada Tidak ada Rasa Tidak ada Tidak ada PH 3,6 3,6 Sisa kering 260,0 260,0 mg/1 Sisa pijar 200,0 200,0 mg/1 Hilang dalam 60,0 60,0 mg/1 pemijaran Kesadahan 3,2 3.0 od Ca++ 6,1 6.1 mg/1 Mg++ 10,6 9.2 mg/1 SiO2 18, mg/1 Zat organic 1,2 1.2 mg/1 CO2 (bebas ) 61,8 61,8 mg/1 HCO mg/1 CO mg/1 Fe+++(Total) mg/1 Mn mg/1 SO mg/1 C mg/1 NO mg/1 Na+ & K+ ( dihit. Sb. Na mg/1 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Pemantauan yang dilakukan adalah dengan metoda visual dan instrumental, yang dilakukan dari Pos Pengamatan G. Api Tandikat, pada posisi, 100 o 22,004 BT dan 0 o 25,147 LS di Kampung Cikadungduang, Desa Ganting, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.

11 Visual Pengamatan visual dilakukan baik dari Pos Pengamatan maupun pengamatan visual di sekitar kawah. Kegiatan Gunungapi Tandikat masih berpusat di dalam kawah B, kawah yang memiliki kedalaman kurang lebih 150 m dari puncak. Di dalam kawah ini juga terdapat tembusan-tembusan solfatara dan fumarola aktif dengan asapnya yang khas putih tipis mencapai tinggi antara 2 sampai 25m dari dasar kawah. Seismik Peralatan permanen yang digunakan untuk memonitor kegempaan G. Tandikat selama 24 jam terdiri dari satu unit seismograf PS 2 sistim pancar, dengan sensor seismografnya ditempatkan pada tubuh G. Tandikat pada posisi Stasiun 100 o 21,607 BT dan 0 o 25,139 LS, di ketinggian 1350 m dpl.dengan alat perekam ditempatkan di pos PGA tersebut. Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu, pengukuran deformasi, pengukuran metoda geolistrik, pengukuran geomagnit dan pengukran metoda geokimia gas dan air. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, sebaran jenis produk erupsi terdahulu, dan studi lapangan. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat dibagi dalam tiga tingkat kerawanan dari rendah ke tinggi yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ) Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan gas racun. Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang letaknya terdekat dengan sumber erupsi atau daerah puncak dan sekitarnya. Kawasan ini diberlakukan untuk semua gunungapi aktif tipe A sehubungan dengan perkembangan yang terjadi belakangan ini di beberapa gunungapi kawasan puncak digunakan untuk

12 bangunan dan atau hunian tetap/permanen ataupun kegiatan lain yang bersifat komersial. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dari bahaya letusan gunungapi di Kawasan Rawan Bencana III. Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian, yaitu: a. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda aliran massa berupa: lava, kemungkinan awan panas dan atau gas racun. b. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda material lontaran: berupa bom vulkanik dan lontaran batu lainnya, serta jatuhan piroklastik (hujan abu lebat). Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan kemungkinan aliran piroklastik (awan panas) atau gas racun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lava, lahar, kemungkinan awan panas dan atau gas beracun. 2. Kawasan rawan bencana terhadap lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi terlanda oleh aliran massa berupa lahar dan lontaran, seperti: hujan abu dan kemungkinan lontaran batu (pijar).

13 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat

14 DAFTAR PUSTAKA G. Suantika dkk, 1995, Pengamatan Visual dan Pemasangan Seismograf PS 2 dan pengamatan seismik di G. Tandikat, Sumbar. G Suantika dkk, 1998, Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat. Zainuddin dkk, Laporan Pemetaan Geologi G. Tandikat, Kab. Padang Pariaman Sumbar. K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal S. Hamidi. 1970, Laporan Pemeriksaan G. Tandikat dan Daerah Bahayanya Waziel Effendi dkk, 1995, Laporan Pemetaan Geologi Foto G. Tandikat dan Sekitarnya, Kab. Padang Pariaman, Sumbar.

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

G. TALANG, SUMATERA BARAT

G. TALANG, SUMATERA BARAT G. TALANG, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Talang, Salasi, Sulasih : Danau Talang dan Danau Kecil Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 58'42" LS dan 1 4'46"BT Kecamatan Kota

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur 4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur G. Iya KETERANGAN UMUM Nama : G. Iya Nama Lain : Endeh Api Nama Kawah : Kawah 1 dan Kawah 2 Tipe Gunungapi : Strato Lokasi Geografis : 8 03.5' LS dan 121 38'BT Lokasi

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku 5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku G. Lawarkawra di P. Nila, dilihat dari arah utara, 1976 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kokon atau Lina Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 6 o 44' Lintang

Lebih terperinci

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Puet Sague, Puet Sagu atau Ampat Sagi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 4 55,5 Lintang Utara dan 96 20 Bujur Timur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,

Lebih terperinci

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA 6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA G. Ambang (Kunrat, S. L. /PVMBG/2007) KETERANGAN UMUM Nama : G. Ambang Nama Lain : - Nama Kawah : Kawah Muayat, Kawah Moyayat Lokasi : a. Geografi : 0 o 44' 30" LU dan 124

Lebih terperinci

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur 4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur Puncak G. Rokatenda dilihat dari laut arah selatan P. Palue (Agustus 2008) KETERANGAN UMUM Nama : G. Rokatenda Nama Kawah : Ada dua buah kawah dan tiga buah kubah

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan

Lebih terperinci

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara 6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tonkoko Nama Kawah : - Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Administratif: termasuk Desa Makewide, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963 4.2. G. AGUNG, Bali KETERANGAN UMUM Nama Lain : Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api Lokasi a. Geografi Puncak : 08 20' 30 Lintang Selatan dan 115 30' 30 Bujur Timur b. Administratif : Kab. Karangasem,

Lebih terperinci

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur 4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Morfologi puncak G. Inerie (sumber PVMBG) Nama Lain Tipe Gunungapi : Ineri, Rokkapiek : Strato dengan bentuk kerucut sempurna Lokasi Geografis Administratif

Lebih terperinci

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara 7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab.

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku 5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku Puncak G. Legatala dilihat dari arah Kampung Lesturu, 1978 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Serua, Sorek Lokasi a. Geografi b. Administratif : : 6 o 18' Lintang Selatan

Lebih terperinci

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunung Tutong, Boer Moetelong, G. Telong Lokasi A. Geografis Puncak : 4 o 38'47" - 4 o 88'32" Lintang Utara dan 96 o 44'42" - 96 o

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) dan Pardiyanto (1979) (gambar 2.1), daerah penelitian termasuk ke dalam

Lebih terperinci

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara 6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Mahawoe, Roemengas : Mahawu, Wagio, Mawuas : Kota Tomohon, Sulawesi

Lebih terperinci

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur 4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur Gunungapi Ebulobo (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah Lokasi Geografis Administratif Ketinggian Tipe Gununapi Kota Terdekat Pos Pengamatan

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Pulau Lombok terbentuk oleh suatu depresi yang memanjang (longitudinal depresion), yang sebagian besar sudah terisi dan tertutupi oleh suatu seri gunungapi

Lebih terperinci

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur 4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur Komplek G. Inie Lika dengan latar depan Kota Bajawa (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah : Inielika, Koek Peak : Strato : Wolo Inielika;

Lebih terperinci

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku 5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001) KETERANGAN UMUM

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

G. MARAPI, SUMATERA BARAT G. MARAPI, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Nama Lapangan Solfatara : Merapi, Berapi (Neumann van Padang, 1951, p.22) : Kaldera Bancah (A), Kapundan Tuo (B), Kabun Bungo (C), Kapundan

Lebih terperinci

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

G. SUNDORO, JAWA TENGAH G. SUNDORO, JAWA TENGAH KETERANGAN UMUM Nama Lain : Sindoro, Sendoro Nama Kawah : 1. Kawah Puncak : Segoro Wedi (Z1), Segoro Banjaran (Z2,Z3 dan Z4), Kawah Kawah Barat, Kawah Timur, Gua Walet Utara (K1),

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur 4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Nama Lain : Pulu Komba, Pulu Kambing II, Pulu Betah Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administrasi : Batutara terletak di pulau berbentuk

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007 AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 27 UMAR ROSADI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada bulan Oktober akhir hingga November 27 terjadi perubahan aktivitas vulkanik G. Semeru. Jumlah

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122 Sari

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur 4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif :

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini untuk letak daerah penelitian, manifestasi panasbumi, geologi daerah (geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan batuan ubahan) dikutip dari Pusat Sumber

Lebih terperinci

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah 6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah (a) (b) Erupsi G. Colo 1983 (a), Lapangan fumarola, di selatan danau kawah G. Colo (b) KETERANGAN UMUM Nama : G. Colo Nama Lain : - Lokasi Geografi Administratif

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 ESTU KRISWATI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Selama Januari - Maret 2008 terdapat 2 gunungapi berstatus Siaga (level 3) dan 11

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Berdasarkan pembagian Fisiografis Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) (gambar 2.1) dan menurut Pardiyanto (1970), daerah penelitian termasuk

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

G. KERINCI, SUMATERA BARAT G. KERINCI, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain : Peak of Indrapura, G. Gadang, Berapi Kurinci, Korinci Lokasi a. Geografi b. Administratif : : 1 41'50"LS dan 101 15'52"BT Kabupaten Kerinci, Propinsi

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu. G. KABA, BENGKULU KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kaaba Nama Kawah : Terdapat 8 kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur 4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur (a) Gunungapi Sirung (a) dan kawah (b) (b) KETERANGAN UMUM Nama Lain : - Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis : Kawah A, Kawah B, dan Kawah D : Strato dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi beberapa zona fisiografi (Gambar 2.1), yaitu: 1. Dataran Aluvial Jawa bagian utara. 2. Antiklinorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara 6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : G. Ruwang, Aditinggi, Duang atau Duwang Lokasi a. Geografis Puncak b. Administratif : : 2 18 LU dan 125 22 BT Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi

Lebih terperinci

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur 4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur G. Egon, NTT KETERANGAN UMUM Nama Lain : Namang Kawah : Kawah di bagian puncaknya, berukuran 525 m x 425 m, dengan kedalaman antara 47,5 m - 195 m, tebing yang tinggi

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara 6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara Erupsi G. Karangetang 2010 (Prambada, O./PVMBG/2010) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunungapi Siau Nama Kawah : Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3. 1 Geomorfologi 3. 1. 1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak pada kompleks gunung api Tangkubanparahu dengan elevasi permukaan berkisar antara

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI 3.1.1. Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung

Lebih terperinci

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG KERINCI DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 1 I. Pendahuluan Kabupaten Kerinci merupakan

Lebih terperinci

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi. BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK 1.Dike Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul di permukaan bumi karena

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009 BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009 Kushendratno Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Selama periode Mei Agustus 2009 terdapat 4 gunungapi berstatus

Lebih terperinci

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku 5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku G. Wurlali dilihat dari arah selatan, 2008 (Kristianto, 1994) KETERANGAN UMUM Nama Lain : G. Wuarlili Nama Kawah : Natarweru Posisi Geografi administrasi : : 7

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah 15 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Bangunjiwo yang merupakan lokasi ini, merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta,

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian II.1 Tatanan Geologi Daerah Jawa Bagian Barat II.1.1 Fisiografi. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Jawa Bagian Barat skala 1:500.000 (Gafoer dan Ratman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci