KEEFEKTIFAN ORGANISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEEFEKTIFAN ORGANISASI"

Transkripsi

1 KEEFEKTIFAN ORGANISASI ( EFEKTIVITAS ORGANISASI ) Disusun oleh : Heru Harmawan M. Chusnul Syaichudin PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAGEMENT UNIVERSITAS MERCUBUANA 2009

2 DAFTAR ISI ABSTRAK 1 I. PENDAHULUAN Devinisi dan Pengertian 2 II. PENDEKATAN KEEFEKTIFAN ORGANISASI Goal Attainment Approach System Approach Constituences Approach Balance Score-card Approach Competing Value Approach 14 III. OPERASIONALISASI KE EMPAT PENDEKATAN Operasionalisasi Pendekatan Tujuan Operasionalisasi Pendekatan Sistem Operasionalisasi Pendekatan Constituen Operasionalsasi Pendekatan Nilai Bersaing 20 IV. PERBANDINGAN KE EMPAT PENDEKATAN 22 study kasus 23 komentar terhadap Jurnal 24 Kesimpulan 25 V. PENUTUP 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN Jurnal Pengaruh Budaya terhada Efektifitas Organisasi

3 ABSTRACT Suatu organisasi didirikan untuk tetap eksis dan berkembang walau berada ditengah persaingan yang semakin berat, untuk hal itu suatu organisasi harus pandai memilih strategi guna menggapai cita-citanya, berbagai usaha harus dilakukan dengan segala keterbatasan, maka hanya organisasi yang efektiflah yang akan mampu bersaing dan berkembang. Ukuran keefektifan dapat diukur dari berbagai pendekatan yaitu : pendekatan tujuan (Goal Approach), pendekatan system (Sisten Aproach), pendekatan Constituen (Constituent Approach) dan pendekatan Balance-scorecard (Balance-Scorecard Approach), semua ini dilakukan guna pencapaian tujuan. 1

4 I. PENDAHULUAN Bagaimanakah kita menentukan bahwa sebuah sistem itu bisa bekerja secara efektif atau tidak, hal itu tentunya bukan suatu hal yang mudah untuk diutarakan, karena efektif atau tidak harus melalui suatu ukuran atau penilaian. Suatu contoh misalnya sebuah Fakultas disalah satu perguruan tinggi, apakah sudah melakukan tugasnya dengan berhasil? apa yang menjadi ukurannya? Apakah jika semua lulusannya memperoleh pekerjaan setelah lulus, apakah hal tersebut menyatakan kepada kita bahwa fakultas tersebut efektif? Atau apakah kita harus melihat kenaikan prosentase penerimaan mahasiswa baru, jumlah publikasi ilmiah para dosen, atau jumlah gaji rata-rata dari para alumninya atau para staf dosennya? Atau contoh yang lain, jika pabrik Toyota jika dirata-ratakan 1 karyawan bisa menyelesaikan 57,7 unit mobil dalam setahun sedangkan Ford 1 karyawan hanya bisa menyelesaikan 44.,6 unit mobil, maka apakah dapat dikatakan bahwa Toyota lebih effektive dari pada Ford? tentu saja kita tidak bisa langsung menjawabnya, mengapa demikian? tentu saja masih banyak ukuran/besaran lain yang harus diperhitungkan dalam menilai keefektifan suatu organisasi. Contoh diatas dimaksudkan untuk secara sepintas melihat masalah yang akan dijumpai jika kita menentukan atau mengukur keefektifan organisasi. 1.1 Definisi & Pengertian Berdasarkan kajian historis tentang perkembangan konsep keefektifan organisasi dapat dilihat pada awalnya sekitar tahun 1950-an, dimana keefektifan diartikan secara sederhana sebagai sejauh mana sebuah organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya. Definisi tersebut terkesan memiliki makna yang belum jelas, sebab masih timbul pertanyaan misalnya : tujuan siapa? tujuan jangka panjang atau pendek? dan lain sebagainya. Kemudian sekitar tahun 1960-an dan awal 1970-an kajian tentang keefektifan orgnanisasi menghasilkan tiga puluh kriteria berbeda yang semua mengaku mampu untuk mengukur keefektifan organisasi. Namun tidak dapat disangkal akibat dari 2

5 adanya keanekaragaman organisasi yang dievaluasi serta faktor subyektivitas serta minat para penilai yang bervariasi, maka menyebabkan beberapa kriteria terkesan saling bertentangan, misalnya untuk kriteria efisiensi tentu akan dicapai melalui penggunaan sumber semaksimal mungkin. Hal ini ditandai dengan tidak adanya sisa/kelonggaran. Kebalikannya, untuk kriteria fleksibilitas/adaptasi hanya dapat dicapai jika ada kelebihan (surplus) alias harus ada sisa/kelonggaran. Secara singkat 30 kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini yang menggambarkan keefektivan organisasi: Tabel 1.1.: Kriteria tentang Keefektifan Organisasi 1. Keefektifan keseluruhan 2. Produktivitas 3. Efisiensi 4. Laba 5. Kualitas 6. Kecelekaan 7. Pertumbuhan 8. Kemangkiran 9. Pergantian pegawai 10. Kepuasan kerja 11. Motivasi 12. Moral/semangat juang 13. Kontrol 14. Konflik/solidaritas 15. Fleksibilitas/penyesuaian 16. Perencanaan & penetapan tujuan 17. Konsensus tentang tujuan 18. Internalisasi tujuan organisasi 19. Konsesus tentang keberhasilan 20. Keterampilan interpersonal manajerial 21. Keterampilan manajerial 22. Manajemen Informasi & komunikasi 23. Kesiapan 24. Pemanfaatan lingkungan 25. Evaluasi pihak luar 26. Stabilitas 27. Nilai SDM 28. Partisipasi & pengaruh yang digunakan bersama 29. Penekanan pada pelatihan & pengembangan 30. Penekanan pada performa Pada perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1980-an dalam buku berjudul In Search of Exellence karya dari Tom Peters dan Robert Waterman setelah mengakaji lebih dari empat puluh dua perusahan yang dianggap mempunyai pengelolaan baik dan sangat efektif, disebutkan menuurut mereka ada delapan karakteristik umum yang dipunyai perusahanperusahaan tersebut : 1) Mereka mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan; 2) Mereka selalu dekat dengan para pelanggan agar mengerti secara penuh kebutuhan pelanggan; 3) Mereka memberi para pegawai suatu tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk semangat kewiraswastaan (entrepreneurial spirit); 3

6 4) Mereka berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para pegawainya; 5) Para pegawai mengetahui apa yang diinginkan perusahaan, dan para manajer terlibat aktif pada masalah disemua tingkat; 6) Mereka selau dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami; 7) Mereka mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung; 8) Mereka menggabungkan kontrol yang ketat dan desentralisai untuk mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar dibagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan resiko serta inovasi; Oleh karena keefektifan organisasi sulit untuk didefinisikan secara formal dan bulat maka pada dewasa ini terdapat kesepakatan umum bahwa keefektifan organisasi membutuhkan kriteria majemuk disebabkan fungsi organisasi yang berbeda-beda harus dievaluasi dengan menggunakan karakteristik yang berbeda-beda pula, dan bahwa keefektifan organisasi harus mencakup penilaian pada aspek cara-caranya/means (process), maupun hasilnya/ends (outcomes). Dalam pembahasan selanjutnya akan disajikan tentang berbagai pendekatan yang pernah dilakukan untuk mengkaji konsep keefektifan organisasi dan kemudian membandingkan antar pendekatanan-pendekatan tersebut. 4

7 II. PENDEKATAN KEEFEKTIFAN ORGANISASI Dalam membahas tentang keefektifan organisasi secara garis besar dapat dibedakan dalam empat pendekatan yang masing-masing mempunyai asumsiasumsi dan masalah-masalahnya serta bagaimana nilai atau pengaruhnya terhadap para manajer Pendekatan Pencapaian Tujuan ( goal attainment approach ) Asumsi-asumsi Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian, agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus sah. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat di mengerti. Ketiga, tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada konsensus atau kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut. Akhirnya, kemajuan ke arah tujuan-tujuan tersebut harus dapat diukur. Masalah-masalah Pendekatan pencapaian tujuan penuh dengan masalah yang menyebabkan penerapannya secara eksklusif dapat di pertanyakan. Banyak dari masalah tersebut berhubungan secara langsung dengan asumsi-asumsi yang telah kita sebut sebelumnya. Bukan suatu masalah apabila anda membahas tujuan secara umum, namun jika anda menggunakan pendekatan pencapaian tujuan anda harus bertanya : tujuan siapa? Menejemen puncak? Jika demikian, siapa yang termasuk di dalamnya, dan siapa yang tidak? Beberapa organisasi besar, 5

8 hanya melihat para vice-president serta yang berada di atasnya saja yang termasuk manejemen puncak. Juga mungkin dari beberapa para pengambil keputusan yang benar-benar mempunyai kekuasaan dan pengaruh di dalam organisasi tetapi bukan anggota dari manajemen senior. Ada beberapa kasus orang-orang dengan pengalaman bertahun-tahun atau yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu mempunyai pengaruh yang signifigan (penting) dalam menentukan tujuan organisasi mereka (mereka adalah bagian dari dominant coalition), meskipun mereka tidak termasuk di antara kader eksekutif senior. Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Tujuan-tujuan resmi cenderung untuk sangat dipengaruhi oleh standar sosial yang di inginkannya. Pernyataan-pernyataan yang di kemukakan seperti menghasilkan produk bermutu dengan harga yang bersaing, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, memastikan bahwa usaha-usaha produktif kita tidak akan mencemari lingkungan, mempertahankan reputasi kita dalam integritas, dan menerima orang cacat dan dari golongan minoritas dapat diambil dari brosur-brosur perusahaan. Pernyataan-pernyataan resmi yang samar yang bukan diberikan tanpa pamrih ini dapat berbunyi enak tetapi jarang sekali memberikan kontribusi terhadap pengertian tentang apa yang sebetulnya hendak di capai oleh sebuah organisasi. Dengan adanya kemungkinan bahwa tujuan-tujuan yang resmi dan yang sebenarnya dapat berbeda, maka suatu penilaian tentang organisasi mungkin harus memasukan juga pernyataan yang di buat oleh dominant coalition ditambah dengan sebuah daftar tambahan yang dibuat atas dasar pengamatan mengenai apa yang sebenarnya di lakukan oleh para anggota dalam organisasi. Tujuan jangka pendek dari sebuah organisasi kerap kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya. Misalnya, tujuan jangka pendek utama sebuah perusahaan diarahkan kepada masalah keuangan untuk meningkatkan modal kerja sebanyak 20 juta dalam jangka waktu duabelas bulan mendatang. Tetapi tujuan lima tahunnya adalah untuk meningkatkan pangsa pasar produknya 6

9 dari 4% menjadi 10%. Dalam menerapkan pendekatan pencapaian tujuan, tujuan-tujuan mana yang jangka pendek atau jangka panjang yang harus di gunakan? Fakta bahwa organisasi mempunyai tujuan majemuk juga menciptakan kesulitan. Tujuan-tujuan tersebut dapat saling bersaing dan seringkali saling tidak cocok. Pencapaian kualitas produk yang tinggi dan biaya per unit yang rendah, misalnya, bisa saling bertentangan satu sama lain. Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsikan harus ada kesepakatan terhadap tujuan. Dengan adanya trujuan majemuk dan kepentingan yang berbeda-beda dalam organisasi, maka kesepakatan tersebut mungkin tidak dapat terjadi kecuali bila tujuan-tujuan tersebut di nyatakan dalam istilah yang mendua dan samarsamar untuk memberi kesempatan kepada berbagai kelompok yang berkepentingan untuk menginterpretasikannya sesuai dengan kepentingan pribadi mereka. Hal ini, sebetulnya, dapat menerangkan mengapa kebanyakan tujuan resmi organisasi-organisasi besar secara tradisional di buat secara luas dan tidak nyata. Tujuannya adalah untuk menentramkan berbagai kelompok yang berkepentingan dalam organisasi. Tujuan majemuk harus diatur sesuai dengan kepentingannya, jika kita menginginkan tujuan tersebut berarti bagi para anggota. Tetapi bagaimana anda dapat mengalokasikan kepentingan yang relatif terhadap tujuan-tujuan yang mungkin saling tidak cocok dan mewakili kepentingan yang berbedabeda? Jika ditambahkan pada fakta tersebut, bahwa personalia dan hubungan kekuasaan dalam organisasi berubah, demikian juga kepentingan yang dikaitkan dengan tujuan yang berbeda-beda tersebut maka anda mulai menyadari kesukaran yang akan dihadapi dalam mengoperasionalkan pendekatan tujuan. Pengertian terakhir perlu diberikan sebelum kita menyimpulkan bagian mengenai masalah-masalah pada pendekatan pencapaian tujuan. Mungkin saja bagi banyak organisasi tujuan tidak mengatur perilaku. Pernyataan umum yang mengatakan bahwa kesepakatan tentang tujuan harus dibuat sebelum tindakan dilakukan mengaburkan fakta bahwa kesepatakan itu tidak 7

10 mungkin terjadi kecuali jika ada sesuatu yang nyata, di mana hal tersebut dapat terjadi. Dan sesuatu yang nyata ini ternyata bisa berupa tindakan yang sudah dilakukan. Dalam hal tertentu, tujuan resmi hanya rasionalisasi untuk menjelaskan tindakan yang telah lalu, bukan pemandu ke masa depan. Organisasi mungkin bertindak lebih dahulu, baru kemudian menciptakan tujuan untuk membenarkan apa yang telah terjadi. Jika hal ini benar, maka pengukuran keefektifan organisasi dengan mensurvei dominant coalition bukan menghasilkan benchmark (standar) yang dapat dijadikan pembanding performa yang sebenarnya, tetapi lebih berupa deskripsi formal mengenai pandangan dominant coalition tentang performa sebelumnya. Apa arti dari semua ini? Tampaknya hanya orang yang naif yang akan menerima pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen senior untuk menggambarkan tujuan organisasi. Seperti yang disimpulkan oleh seorang penulis setelah menemukan bahwa perusahaan-perusahaan ternyata mengedarkan set tujuan yang berbeda-beda: pertama untuk para pemegang saham, kedua untuk para pelanggan, ketiga untuk para pegawai, keempat untuk masyarakat umum, dan masih ada yang kelima untuk manajemen sendiri, maka pernyataan formal tentang tujuan organisasi harus diperlakukan sebagai dongeng yang dihasilkan oleh sebuah organisasi untuk mempertanggungjawabkan, menjelaskan, atau merasionalkan eksistensinya terhadap audience tertentu ketimbang sebagai indikasi yang sah dan dapat dipercaya mengenai tujuan. Nilainya bagi Para Manajer Masalah-masalah tersebut, meskipun pasti memberatkan, tidak harus ditafsirkan sebagai tuduhan yang tidak beralasan tentang tujuan. Organisasiorganisasi itu ada untuk mencapai tujuan masalahnya terletak pada identifikasi dan pengukurannya. Keabsahan dari tujuan-tujuan yang diidentifikasi tersebut mungkin dapat ditingkatkan secara mencolok dengan (1) memastikan bahwa masukan diterima dari semua orang yang mempunyai pengaruh penting dalam merumuskan tujuan-tujuan yang resmi, meskipun 8

11 mereka bukan bagian dari manajemen senior, (2) menyertakan tujuan yang sebenarnya yang diperoleh melalui pengamatan perilaku para anggota organisasi; (3) mengakui bahwa organisasi mengejar tujuan jangka pendek maupun jangka panjang; (4) menekankan tujuan-tujuan yang nyata, yang dapat diverifikasi dan dapat diukur ketimbang menggantukan diri pada pernyataan-pernyataan tidak jelas yang hanya mencerminkan harapan masyarakat; dan (5) melihat tujuan sebagai kesatuan yang dinamis yang berubah dari waktu ke waktu ketimbang melihatnya sebagai pernyataan tentang tujuan yang kaku dan tetap. Jika para manajer bersedia menghadapi kompleksitas yang terdapat pada pendekatan pencapaian tujuan tersebut maka mereka bisa memperoleh informasi yang cukup mendasar untuk menilai keefektifan sebuah organisasi. Tetapi masih ada banyak hal yang bersangkut paut dengan keefektifan organisasi ketimbang hanya mengidentifikasi dan mengukur hasil tertentu Pendekatan Sistem (system approach) Asumsi asumsi Pendekatan sistem terhadap EO mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negatif terhadap performa keseluruhan sistem. Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil. Kelangsungan hidup membutuhkan penggantian yang terus-menerus untuk sumber daya yang dikonsumsi. Bahan baku harus diamankan, lowongan yang terjadi karena pengunduran diri dan pensiunnya para pegawai harus diisi, lini produksi yang menurun harus diganti, perubahan dalam ekonomi dan selera 9

12 para konsumen atau pelanggan harus diantisipasi dan dihadapi, dan seterusnya. Kegagalan untuk mengganti akan mengakibatkan kemunduran dan, mungkin, kematian organisasi. Masalah-masalah Dua kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan sistem ada hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Pengukuran tujuan akhir tertentu dapat dianggap mudah dibandingkan dengan percobaan untuk mengukur variabel proses, seperti fleksibilitas respons terhadap perubahan lingkungan atau kejelasan dari komunikasi intern. Masalahnya adalah istilah itu mungkin dapat menjelaskan apa yang dimaksud oleh orang awam, tetapi pengembangan alat ukur yang sah dan andal untuk memperoleh kuantitas atau intensitasnya agaknya tidak mungkin. Ukuran apa pun yang digunakan, oleh karenanya, dapat dipertanyakan secara terus-menerus. Di dalam olah raga, seringkali dikatakan bahwa yang diperhitungkan adalah apakah anda menang atau kalah, bukan bagaimana anda memainkan pertandingan tersebut. Dapat dipertanyakan apakah hal tersebut juga berlaku bagi organisasi. Jika tujuan sudah tercapai, apakah cara-caranya masih penting? Sasarannya adalah untuk menang, bukan untuk pergi ke pertandingan dan kalah dengan baik! Masalahnya dengan pendekatan sistem, paling tidak menurut para kritikusnya, adalah pendekatan itu berfokus pada cara-cara yang diperlukan untuk mencapai keefektifan daripada kepada keefektifan organisasi itu sendiri. Kritik ini akan lebih berarti jika kita mengkonseptualkan pendekatan pencapaian tujuan dan pendekatan sistem sebagai pendekatan yang berorientasi kepada tujuan. Yang pertama menggunakan tujuan akhir, yang lain cara-cara tujuan. Dari perspektif ini dapat diperdebatkan bahwa karena keduanya menggunakan tujuan, maka anda sebaiknya menggunakan yang lebih berarti dan yang (walalupun mempunyai masalah pengukuran sendiri) lebih mudah untuk dikuantifikasikan, yaitu pendekatan pencapaian tujuan. 10

13 Nilainya bagi Para Manajer Para manajer yang menggunakan pendekatan sistem terhadap EO cenderung kurang mementingkan hasil yang cepat. Mereka kemungkinan besar tidak akan membuat keputusan yang menukar kesejahteraan jangka panjang dan kelangsungan hidup organisasi dengan membuat mereka tampak sehat dalam jangka pendek. Selain itu, pendekatan sistem meningkatkan kesadaran para manajer tentang adanya saling ketergantungan di antara aktivitas-aktivitas organisasi. Keunggulan akhir dari pendekatan sistem adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samar atau tidak dapat diukur. Para manajer organisasi masyarakat seringkali menggunakan kemampuan untuk mendapatkan penambahan anggaran sebagai ukuran keefektifan menggantikan kriteria masukan dengan kriteria keluaran Pendekatan Konstituens-Strategis (strategic-constiutencies approach) Asumsi-asumsi Pendekatan pencapaian tujuan memandang organisasi sebagai kesatuan yang sengaja dibuat, rasional, dan mencari tujuan. Pendekatan konstituensistrategis memandang organsisasi secara berbeda. Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang berkepentingan (vested interests) bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di masa depan. Kiasan dari arena politik selanjutnya mengasumsikan bahwa organisasi mempunyai sejumlah konstituensi dengan berbagai tingkat kekuasaan, yang masing-masing mencoba untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi, setiap konstituensi juga mempunyai sekumpulan nilai yang unik, sehingga preferensi mereka tidak mungkin bisa sesuai. 11

14 Masalah-masalah Seperti halnya pendekatan sebelumnya, yang ini pun bukannya tanpa masalah. Dalam praktek, tugas untuk memisahkan konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah untuk diucapkan, tetapi sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk hari ini. Bahkan jika konstituensi di dalam lingkungan dapat diidentifikasi dan diasumsikan relatif cukup stabil, apa sebenarnya yang memisahkan konstituensi strategis dari yang hampir merupakan konstituensi strategis? Di manakah anda membuat pemisahan itu? Dan bukankah kepentigan setiap anggota dominant coalition sangat mempengaruhi apa yang ia persepsikan sebagai sesuatu yang strategis? Seorang eksekutif dalam fungsinya di bagian akunting kemungkinan besar tidak akan melihat dunia atau konstituensi strategis organisasi dengan pandangan yang sama seperti seorang eksekutif yang berfungsi di bagian pembelian. Akhirnya, mengidentifikasikan harapan yang dianut oleh konstituensi strategis mengenai organisasi menimbulkan masalah. Bagaimana anda dapat memperoleh informasi tersebut secara tepat. Nilai bagi Para Manajer Jika kelangsungan hidup penting bagi sebuah organisasi, maka adalah kewajiban para manajer untuk mengerti kepada siapa (dalam arti konstituensi) organisasi itu bergantung untuk kelangsungan hidupnya. Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata. Jika manajemen mengetahui dukungan dari siapa mereka butuhkan supaya organisasi dapat mempertahankan kesehatannya, maka mereka dapat memodifikasi urutan preferensi tujuantujuannya sesuai dengan kebutuhannya untuk mencerminkan hubungan kekuasaan yang berubah dengan para konstituensi strategisnya. 12

15 2.4. Pendekatan Balance-scorecard (Balance scorecard Approach) Balance Screcard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan oleh Kaplan pada tahun 1992, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran kinerja (performance measurement). Pengukuran kinerja ini dengan menentukan pendekatan efektif yang seimbang (balance) Pendekatan tersebut berdasarkan empat perspektif yaitu : 1. Perspektif Financial 2. Perspektif Pelanggan 3. Perspektif Proses bisnis internal. 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif Financial Ukuran financial memang sangat penting terutama didalam memberikan tindakan ekonomis yang sudah diammbil. Ukuran kinerja finansial memberikann petunjuk apakah strategi perusahaan implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak didalam meningkatkan keuntungan perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas melalui pengukuran laba operasi, return on capital employed (ROCE) atau economic value added serta terciptanya arus kas. Perspektif Pelanggan. Didalam perspektif pelanggan balance-scorecard, manajemen harus mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing. Perspektif ini biasanya terdiri dari beberapa ukuran utama atau ukuran generic keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri dari kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas dan pangsa pasar pada segmen sasaran. Perpektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis ini untuk mengartikulasikan strategi yang berorientasi 13

16 kepada pelamggan dan pasar yang akan memberikan keuntungan finansial dimasa depan yang lebih besar. Perspektif Proses Bisnis Internal Didalam perspektif Proses Bisnis Internal, para eksekutif mengidentifikasikan berbagai proses internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial perusahaan. Perspektif proses bisnis internal mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja yang mendasar antara pendekatan tradisional dan pendekatan balance scorecard. Pada pendekatan tradisional, perusahaan hanya berusaha memantau dan meningkatkan proses bisis yang sudah ada dalam upaya memenuhi ukuran finansial, tetapi pendekatan balance scorecard harus mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial, atau harus mampu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dimasa yang akan datang 2.5. Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (competing-values approach) Asumsi-asumsi Sebelum menyajikan pendekatan nilai-nilai bersaing secara eksplisit, terlebih dahulu kami perlu menetapkan asumsi yang menjadi dasar penciptaannya. Mari kita mulai dengan asumsi bahwa tidak ada kriteria paling baik untuk menilai keefektifan sebuah organisasi. Tidak ada tujuan tunggal yang dapat disetujui oleh semua orang dan juga tidak ada konsensus yang menetapkan tujuan mana yang harus didahulukan dari yang lainnya. Oleh karena itu, konsep EO itu sendiri subyektif, dan tujuan yang dipilih seorang penilai berdasarkan atas nilai-nilai pribadi, pereferensi serta minatnya. Hal ini dapat dilihat jika kita mengambil sebuah organsisasi dan 14

17 melihat bagaimana kriteria mengenai EO berubah untuk mencerminkan kepentingan si penilai. Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh daripada hanya pengakuan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar kriteria EO yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar mengenai nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik. Masalah-masalah Karena model nilai-nilai bersaing meliputi tujuan maupun caranya, maka model ini mengatasi masalah yang timbul jika kita menggunakan pendeketan pencapaian tujuan (goal-attainment) atau sistem. Nilai-nilai bersaing mencakup konstituensi strategis tetapi tidak berbuat apa-apa untuk mengurangi masalah seperti yang timbul karena digunakannya pendekatan ini, seperti yang telah kami singgung. Metodologi nilai-nilai bersaing membuat pendekatan ini lebih baik dalam menilai persepsi dari konstituensi mengenai seberapa baik sebuah organisasi itu mengerjakan kedelapan kriteria ketimbang menjelaskan kriteria mana yang ditekankan konstituensinya. Penggunaan daur hidup untuk menentukan model EO mana yang harus diperhatikan oleh manajemen sangat menarik, tetapi lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan apakah model-model tentang keefektifan itu benar-benar berubah dengan cara yang dapat diramalkan seiring dengan perkembangan organisasi-organisasi tersebut melalui daur hidup mereka. 15

18 Nilai Bagi Para Manajer Nilai-nilai bersaing mengakui bahwa kriteria majemuk dan kepentingankepentingan yang saling bertentangan mendasari setiap usaha dalam menentukan dan menilai EO. Selain itu, dengan mengurangi sejumlah besar kriteria keefektifan ke dalam empat model organisasi yang secara konseptual jelas, maka pendekatan nilai-nilai bersaing dapat membantu manajer dalam mengidentifikasi kecocokan dari berbagai kriteria bagi konstituensi yang berbeda-beda serta daur hidup yang berbeda-beda pula. 16

19 III. OPERASIONALISASI KEEMPAT PENDEKATAN 3.1. Operasionalisasi Pendekatan Tujuan Pendekatan pencapaian tujuan mungkin paling nyata terlihat pada Management by Objectives ( MBO ) yang menilai keefektifan dengan cara seberapa jauh organisasi mencapai tujuan tujuan khusunya yang telah ditetapkan secara bersama oleh pimpinan dan anggotanya. Tujuan tersebut secara nyata dapat dibuktikan dan diukur, serta kondisi kondisi yang memungkinkan tujuan itu terpenuhi juga telah ditentukan. Tingkatan sejauh mana masing-masing tujuan harus dipenuhi juga telah ditetapkan, dan juga dibandingkan antara prestasi sebenarnya dengan tujuan yang ada Operasionalisasi Pendekatan Sistem Pandangan sistem melihat pada faktor-faktor seperti hubungan dengan lingkungan untuk memastikan adanya penerimaan yang terus menerus dari masukan serta penerimaan yang menguntungkan dari keluaran, fleksibilitas respons terhadap perubahan lingkungan, efisiensi yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran, kejelasan komunikasi intern, tingkat konflik diantara kelompok dan tingkat kepuasan kerja pegawai. Lebih berorientasi pada cara tanpa mengabaikan tujuan akhir yang dijadikan salah satu determinan penting dari EO. Hubungan timbal balik yang penting terdapat antara variabel variabel dalam sistem yang dapat diubah menjadi rasio EO, yatiu meliputi rasio output/input (O/I), transformation/input (T/I), transformation/output (T/O), perubahan dalam input/output (δ I/O), seperti yang terlihat dalam contoh di tabel berikut ini : 17

20 TABEL 3.1 : Contoh Ukuran Keefektifan Sistem Berbagai Jenis Organisasi VARIABEL SISTEM PERUSAHAAN RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI O / I Laba atas investasi Σ total pasien yang dilayani Σ publikasi fakultas T / I Perputaran Investasi modal Biaya untuk sistem persediaan dalam teknologi informasi kesehatan T / O Volume penjualan Σ total pasien Σ mahasiswa yang sembuh yang lulus dilayani δ I / O Perubahan modal Perubahan Σ pasien Perubahan Σ mhswa kerja yang dilayani yang mendaftar Sumber : William M.Evan. Organization Theory and Organizational Effectiness: an An Exploratory Analysis, Kent, Ohio, 1976, hal yang diolah Aplikasi sistem yang lain terhadap EO adalah pemeriksaan manajemen (management audit), yang dkembangkan oleh Jackson Martindell yang dimaksudkan untuk menganalisis aktivitas-aktivitas utama dalam sebuah perusahaan bisnis, meliputi aktivitas masa lalu, masa kini dan masa mendatang, serta untuk memastikan bahwa organisasi memperoleh usaha masksimal dari sumber-sumber dayanya. Martindell mengajukan konsep penilaian dalam sepuluh performa yatiu meliputi bidang : fungsi ekonomi, struktur organisasi; kesehatan pendapatan; pelayanan terhadap pemegang saham; penelitian dan pengembangan; dewan direksi; kebijakan keuangan; efisiensi produksi; kegiatan penjualan; erta evaluasi eksekutif. Sejumlah kriteria tersebut meskipun hanya relevan untuk organisasi komersial namun dapat dimodifikasi juga untuk organisai nirlaba. Pendekatan sistem lain digunakan oleh para peneliti dari Universitas Michigan untuk mempelajari prestasi tujuh lima perusahaan asuransi. Mereka mempelajari sepuluh dimensi keefektifan meliputi : business volume; produstion cost; new-member productivity; youthfulness of members; business mix; workforce growth; devotion to management; maintenance cost; member productivity; dan market penetration. 18

21 3.3. Operasionalisasi Pendekatan Konstituensi - Strategis Langkah awal mengaplikasikan perspektif ini dapat dengan jalan meminta dominant coalition mengidentifikasikan konstiuen strategis yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi yang kemudian dapat dikombinasi atau disatukan dalam sebuah daftar. Daftar ini kemudian dievaluasi untuk menentukan kekuasaan relatif masing-masing, dilanjutkan dengan mengidentifikasi harapan-harpan dan tuntutan yang dimiliki para kosntituen tersebut. Tahap terakhir adalah membandingkan berbagai harapan tersebut, menentukan harapan yang bersifat umum dan yang tak sesuai, memberikan bobot relatif serta membuat urutan preferensi dari berbagai tujuan bagi organisasi yang sebenarnya merupakan gambaran kekuasaan relatif dari masing-masing konstituen strategis yang ada. Keefektifan organisasi dinilai berdasarkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai tujuan tersebut. Di dalam tabel dibawah ini akan diperlihatkan contoh kriteria EO dari konstituen strategis yang dipilih : TABEL 3.2 : Kriteria EO yang Khas dari Konstituen strategis yang Dipilih KONSTITUENSI KRITERIA EO YANG KHAS Pemilik Laba atas investasi; pertumbuhan income Pegawai Kompensasi; tunjangan tambahan;kepuasan kondisi kerja Pelanggan Kepuasan thd harga; kualitas; pelayanan Pemasok Kepuasan thd pembayaran; potensi penjualan masa y.a.d. Kreditur Kemampuan membayar hutang Serikat Buruh Upah dan tunjangan tambahan yang bersaing; kondisi kerja yang memuaskan ; kesedian bargaining yang fair Tokoh Masyarakat Kontribusi orgns dalam masalah masyarakat; tidak ada kerusakan di lingkungan masyarakat Lembaga Pemerintah Tunduk pad hukum; menghindari denda / tuntutan dan teguran Sumber: Stephen P Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. 1994, hal. 73, yang diolah 19

22 3.4. Operasionalisasi Pendekatan Nilai-Nilai Bersaing Ada tiga kumpulan dasar tentang nilai-nilai bersaing yang dihasilkan dari pengolahan tiga puluh kriteria EO seperti yang tercantum dalam Tabel 1.1 sebelumnya. Kumpulan pertama adalah fleksibiltas versus kontrol, yang pada dasarnya keduanya saling bertentangan. Fleksibilitas menghargai inovasi, penyesuaian dan perubahan namun sebaliknya kontrol lebih menyukai stabilitas, ketentraman, serta prediksi kemungkinan. Kumpulan kedua adalah manusia versus organisasi, yang keduanya saling bertentangan dimana yang satu lebih menekankan perhatian pada perasaan atau kebutuhan manusia dalam organisasi, dan yang lainnya lebih perhatian pada pencapaian produktivitas dan tugas. Kumpulan ketiga adalah cara versus tujuan yang merupakan dikotomi dan telah dibahas dalam pendekatan tujuan dan pendekatan sistem sebelumnya. Kombinasi nilai-nilai tersebut dapat menjadi delapan sel atau kumpulan kriteria EO meliputi kombinasi dari : Organization, Flexibility & Means (OFM); Organization Flexibility & Ends (OFE); Organization,Control & Means (OCM); Organization, Control & Ends (OCM); People,Control & Means (PCM); People,Control & Ends (PCE); People,Flexibility & Means (PFM); dan People, Flexibility & Ends (PFE) Tabel 3.3 : Delapan Sel Kriteria EO SEL DESKRIPSI DEFINISI OFM Fleksibilitas Penyesuaian diri yg baik thd perubahan & kondisi dari luar OFE Perolehan Sumber Peningkatan dukungan dr luar & menambah jmlh naker OCM Perencanaan Tujuan jelas & dipahami dgn benar OCE Produktivitas & Volume keluaran tinggi; rasio O/I juga tinggi efisiensi PCM Tersedianya Informasi Saluran komuikasi membantu pemahaman thd info yg mempengaruhi pekerjaan mereka PCE Stabilitas Perasaan tenteram, kontinuitas, kegiatan berjalan scr benar 20

23 PFM Naker yang Saling percaya, menghormati dan dapat bekerja sama kohesif PFE Naker yang terampil Mendapat pelatihan, punya ketrampilan & kapasitas utk bekerja secara baik Sumber : Stephen P Robbins, Teori Organisasi : Struktur, Desain & Aplikasi, 1994, hal. 78, yang diolah Ke-delapan sel kriteria EO tersebut kemudian dapat dikombinasi lagi menjadi empat model atau definisi keefektifan yaitu meliputi : Human relation model : mendefinisikan EO sebagai adanya tenaga kerja yang terpadu/ kohesif (sebagai cara/pfm) dan terampil (tujuan/pfe) Open-system model : mendefinisikan EO dengan adanya fleksibilitas (cara/ofm) dan kemampuan untuk mendapatkan sumber daya (tujuan/ OFE). Rational-goal model : mendefinisikan EO dengan adanya rencana-rencana atau tujuan tertentu (cara/ocm) serta produktifitas dan efisiensi yang tinggi (tujuan/oce) Internal-process model : menekankan pada manusia dan kontrol serta penyebaran informasi (cara/pcm) dan stabilitas serta ketentraman (tujuan/pce) dalam menilai EO. GAMBAR 3.1 : Human Relation Model EMPAT MODEL TENTANG NILAI KEEFEKTIFAN PFE F OFM Open Systems Model PFM OFE P O PCM Internal Process Model PCE OCM OCE Rational - Goal Model C Sumber : Stephen P Robbins, Teori Organisasi : Struktur, Desain & Aplikasi, 1994, hal. 79 dan 81, yang diolah 21

24 IV. PERBANDINGKAN KEEMPAT PENDEKATAN Setelah membahas empat pendekatan yang berbeda untuk menilai keefektifan organisasi yang masing-masing mempunyai cara tersendiri serta dapat menjadi model yang bermanfaat. Untuk menentukan dalam kondisi bagaimana dari masing-masing pendektan itu agar dapat dicapai hasil yang optimal, berikut ini dalam tabel 3.1 akan diikhtisarkan setiap pendekatan tersebut dengan cara mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan dalam menetapkan keefektifan beserta kondisi-kondisi yang diperlukan. Tabel 4.1. Perbandingan Keempat Pendekatan bagi Keefektifan Organisasi PENDEKATAN DEFINISI BERGUNA PADA SAAT Organisasi efektif sampai Pendekatan lebih disukai pada sejauh. saat. Pencapaian Organisasi dapat mencapai Tujuan jelas, dibatasi waktu, tujuan tujuan yang telah ditetapkan. dan dapat diukur. Sistem Organisasi memperoleh sumber Ada hubungan yang jelas yang dibutuhkan. antara masukan dan keluaran. Konstituensi Semua konstituensi strategis Konstituensi mempunyai strategis paling tidak dipenuhi. pengaruh yang kuat terhadap organisasi, dan organisasi harus menanggapi tuntutantuntutan. Nilai-nilai bersaing Penekanan organisasi di keempat bidang utama sesuai dengan Organisasi sendiri tidak jelas mengenai apa yang menjadi preferensi dari konstituen. penekanannya, atau mengenai minat dalam perubahan kriteria dalam jangka waktu tertentu. Diadaptasi dari Kim S. Cameron, The Effectiveness of Ineffectiveness, dalam B.M. Staw dan L.L. Cummings, ed., Research in Organizational Behavior, vol.6 (Greenwich, Conn: JAI Press, 1984), hlm Dengan izin. 22

25 Study Kasus Efektifitas Organisasi Dalam Institusi Pendidikan Didalam makalah ini sengaja mengangkat kasus Efektifitas Organisasi dalam Institusi Pendidikan, mengapa demikian, karena menurut kami hal ini sangat menarik karena kita tahu bahwa institusi Pendidikan umumnya adalah sebuah organisasi non-profit/nirlaba, dimana karakter organisasi tersebut tidak semata-mata mencari keuntungan, namun demikian evaluasi keefektifan organisasi tersebut tetap harus dilakukan dalam rangka untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup organisasi dengan cara efisien dan efektif. Efektif dalam arti dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu memberikan pelayanan baik kepada masyarakat luas maupun kepada pihak-pihak internal organisasi yaitu karyawan dan dosen. Efisien berarti mampu menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk dapat menghasilkan output yang maksimal. Sama seperti organisasi-organisasi profit yang lain dalam evaluasinya, hanya saja yang berbeda tentunya variable-variabelnya, dalam penelitian ini variable-variabel yang digunakan adalah : a. Variabel Indeppenden : yang terdiri dari budaya, yang diukur dengan : Struktur Organisasi : Sentralisasi/Desentralisasi Sistem Monitoring : Simpel/Komplek Sistem Evalusi : Untuk kepentingan individu atau organisasi Sistem Penghargaan : Finansial/non Finansial b. Variabel Intervening, yaitu : Motivasi : diukur dengan tingkat kehadiran Kepuasan kerja c. Variabel Dependen : Indikator efektifitas organisasi yaitu indikator yang dapat diambil dari elemen-elemen penilaian seperti BAN (Badan Akreditasi Nasional) dan indikator internal yang dirasa perlu, seperti : Tingkat kelulusan 23

26 Ratio Tingkat Pendidikan Dosen Ratio Penelitian yang dihasilkan Internal Proses : Waktu melayani mahasiswa Inovasi : Perkembangan program studi Komentar Terhadap Jurnal Jurnal ini membahas pengaruh budaya (dengan menggunakan dimensi budaya Hofstede) terhadap efektivitas organisasi dalam penerapannya di dunia pendidikan. Kebudayaan merupakan suatu system nilai yang dianut oleh suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, samapi pada lingkungan masyarakat luas. Budaya adalah sesuatu yang dapat dipelajari bukan merupakan suatu gen tetapi diturunkan dari lingkungan social, organisasi ataupun kelompok lain, budaya ini dibedakan antara sifat manusia dan dari kepribadian individu. Dalam jurnal ini dibahas pendekatan budaya terhadap organisasi lebih kofrehensif sehingga isi dari jurnal ini dapat menggambarkan secara lebih terarah tentang budaya yang memang memiliki pengaruh besar terhadap keefektifan organisasi, dimana budaya itu sendiri seperti yang dijelaskan diatas dapat dipelajari sehingga dengan mengevaluasi setiap individu dalam kelompok baik individu atau kelompok internal maupun eksternal maka akan didapat suatu tolok ukur yang dapat menjadi indikator terhadap keefektifan organisasi tentunya tetap mengacu pada definisi tujuan dari efektifitas organisasi. Dimensi budaya dan struktur organisasi dalam jurnal ini meliputi, Power distance dan struktur hirarki yaitu bagaimana kekuasaan didistribusikan secara tidak sama, Uncertainty Aviodance dan sistem monitoring yaitu berhubungan dengan kenyataan dalam menghadapi ketidak pastian dimasa yang akan datang dan bagaimana tingkat reaksi mengahdapinya, Individualism/Collectivism dan sistem evaluasi yaitu hubungan antara individu dengan kelompok, 24

27 Masculinity/Femininity dan System reward yaitu merupakan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kelompok, motivasi dan kepuasan kerja. Kesimpulan : Indikator untuk mengukur Efektifitas Organisasi yang digunakan disesuaikan dengan jenis organisasi yaitu organisasi non profit tetapi tetap mengacu pada pencapaian hasil finansial akan tetapi tetap lebih mementingkan atau menekankan pada peningkatan kualitas pendidikan. 25

28 V. PENUTUP Ringkasan Membuat definisi tentang keefektifan organisasi memang terbukti sulit dan kompleks, dengan menggunakan empat pendekatan dalam menilai keefektifan yang meliputi : (1) Pendekatan Pencapaian Tujuan menetapkan bahwa EO sebagai pencapaian tujuan akhir; (2) Pendekatn Sistem memfokuskan pada cara-cara dan kemampuan organisasi memeperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan dalam sistem; (3) Pendekatan Konstituensi-strategis yang mendefinisikan EO sebagai sesuatu yang dapat memenuhi tuntutan dari konstituen di dalam lingkungan organisasi disebabkan organisasi memerlukan dukungan terus menerus, sehingga keberhasilannya diukur dari kemampuan untuk memuaskan individu, kelompok, serta lembaga yang menjadi tempat bergantung bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut; (4) Perspektif terakhir adalah pendekatan yang berdasarkan pada nilai-nilai bersaing, yang mencoba mempersatukan sejumlah besar kriteria tentang EO kedalam empat model, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai serta dalam tahap mana organisasi tersebut berada di daur hidupnya. Secara konseptual EO memang kompleks begitu juga upaya untuk mendefisnikan, bahwa Keefektifan Organisasi secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara. Pemilihan itu mencerminkan konstituen strategis, minat pengevaluasi, dan tingkat kehidupan organisasi 26

29 DAFTAR PUSTAKA 1. James L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr., Djoerban Wahid SH (Translator), Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Proses, 1984 by Erlangga 2. Ricard L. Daft, Organization Theory and Design, eighth edition, Vanderbilt University 3. Stephen P. Robbins, Jusuf Udaya, Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi, Edisi 3, Arcan, Jakarta, 1994, hal

30 PENGARUH BUDAYA TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI: Dimensi Budaya Hofstede Chairuman Armia *) Abstract This paper uses Hofstede s (1980) cultural dimension of power distance, uncertainty avoidance, individualism/collectivism, and masculinity/femininity to examine the relative influence of culure on the uses of performance evaluation system in measuring the organizational effectiveness Key word :Organisasi budaya, power distance, uncertainty avoidance, individualism/collectivism, and masculinity/femininity PENDAHULUAN Beberapa artikel yang menjelaskan tentang pengujian efektivitas organisasi antara lain Smith (1998); Cameron (1980); dan Sekaran dan Snodgrass (1986). Dua artikel pertama menjelaskan tentang bagaimana pengukuran efektivitas organisasi dan indikatorindikator apa yang digunakan untuk mengujinya. Sedangkan artikel Sekaran dan Snodgrass (1986) memberikan kerangka pengujian efektivitas organisasi dan secara eksplisit menghubungkannya dengan faktor budaya. Artikel-artikel tersebut sepakat bahwa efektivitas organisasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor lingkungan yang membentuk organisasi tersebut. O Connor (1995) melakukan pengujian terhadap faktor budaya dan nonbudaya dan pengaruhnya terhadap penggunaan sistem evaluasi kinerja. Penelitian O Connor tersebut menemukan bahwa tingkat individualism dan uncertainty avoidance memoderasi pengaruh dari task difficulty pada hubungan antara penekanan anggaran dengan job related tension dan kinerja. Tujuan artikel adalah untuk memberikan suatu kerangka pemikiran mengenai pengaruh budaya (dengan menggunakan dimensi budaya Hofstede) terhadap efektivitas organisasi dengan memasukkan beberapa faktor intervening yang secara tidak langsung menjembatani hubungan antara keduanya. Artikel ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi peneliti maupun disiplin lainnya, terutama yang berkaitan dengan penerapannya dalam dunia pendidikan. Setelah pendahuluan, artikel ini dibagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti JAAI VOLUME 6 NO. 1, JUNI

31 ISSN: Chairumam Armia, Pengaruh Budaya terhadap Efektifitas Organisasi: Dimensi Budaya BUDAYA DAN ORGANISASI akan menjelaskan tentang budaya dan organisasi, kemudian akan dijelaskan tentang faktor-faktor yang dianggap sebagai intervening variabel yaitu motivasi dan kepuasan kerja. Selanjutnya dijelaskan tentang efektivitas organisasi dan pengukuran-pengukurannya. Akhir dari artikel ini akan membahas aplikasinya dalam dunia pendidikan untuk menguji kerangka pemikiran yang diajukan dalam artikel ini. Pengertian Budaya Hofstede menurunkan konsep budaya dari program mental yang dibedakan dalam tiga tingkatan (Hofstede 1980: 15), yaitu: 1) tingkat universal, yaitu program mental yang dimiliki oleh seluruh manusia. Pada tingkatan ini program mental seluruhnya melekat pada diri manusia, 2) tingkat collective, yaitu program mental yang dimiliki oleh beberapa, tidak seluruh manusia. Pada tingkatan ini program mental khusus pada kelompok atau kategori dan dapat dipelajari. 3) tingkat individual, yaitu program mental yang unik yang dimiliki oleh hanya seorang, dua orang tidak akan memiliki program mental yang persis sama. Pada tingkatan ini program mental sebagian kecil melekat pada diri manusia, dan lainnya dapat dipelajari dari masyarakat, organisasi atau kelompok lain. Dalam ilmu sosial, pada umumnya tidak dapat dilakukan pengukuran suatu konstruk secara langsung, sehingga paling tidak harus digunakan 2 pengukuran yang berbeda. Program mental ini oleh Hofstede dijelaskan dengan dua konstruk yaitu value (nilai) dan culture (budaya). Nilai didefinisikan sebagai suatu tendensi yang luas untuk menunjukkan state of affairs tertentu atas lainnya, yang pengukurannya menggunakan belief, attitudes, dan personality. Sedangkan culture didefinisikan oleh Hofstede (1991: 4) sebagai program mental yang berpola pikiran (thinking), perasaan (feeling), dan tindakan (action) atau disebut dengan software of the mind. Pemrograman ini dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan tetangga, sekolah, kelompok remaja, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu sistem nilai yang dianut oleh suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, sampai pada lingkungan masyarakat luas. Pemrograman mental atau budaya ini dikembangkan melalui suatu sistem nilai yang berkembang dalam masyarakat, kemudian sistem nilai ini akan menjadi norma-norma sosial yang mempengaruhi perilaku sosial. Hofstede (1980:27) menggambarkan pola budaya seperti pada gambar JAAI VOLUME 6 NO. 1, JUNI 2002

32 Chairumam Armia, Pengaruh Budaya terhadap Efektifitas Organisasi: Dimensi Budaya ISSN: OUTSIDE INFLUENCES: Forces of nature, Force of man: Trade, Conquest Scientific discovery Gambar 1. Pola Budaya ORIGIN Ecological factors: Geographic Economic Demographic Genetic/hygienic Historical Technological Urbanization SOCIETAL NORMS Value system Of major groups Of population CONSEQUENCES Structure and functioning of instituions: Family patterns Role of differentiation Social stratification Socialization Emphases Education Religion Reinforcement Tingkatan Budaya Dengan mengacu pada tingkatan program mental tersebut Hofstede menurunkan budaya dari tingkatan yang kedua (collective) sehingga budaya adalah sesuatu yang dapat dipelajari bukan merupakan suatu gen tetapi diturunkan dari lingkungan sosial, organisasi ataupun kelompok lain. Budaya ini dibedakan antara sifat manusia dan dari kepribadian individu. Sifat manusia adalah segala yang dimiliki oleh manusia misalnya sifat cinta, sedih, sifat membutuhkan orang lain, dan sebagainya, ekspresi sifat ini dipengaruhi oleh budaya yang dianut pada masyarakat tersebut. Sedangkan kepribadian (personality) seorang individu adalah seperangkat program mental personal yang unik yang tidak dapat dibagikan dengan orang lain. Hofstede (1991:10) mengkategorikan lapisan budaya untuk mengelompokkan kebiasaan orang sesuai dengan lingkungannya: Tingkatan nasional (national level), berdasarkan suatu negara. Tingkatan daerah (regional), dan/atau suku (ethnic), dan atau agama (religion), dan atau bahasa (lingistic). Tingkatan perbedaan jenis kelamin (gender). Tingkatan generasi, misalnya orang tua dengan anak-anak. Tingkatan sosial, dihubungkan dengan pendidikan, dan pekerjaan atau profesi. Tingkatan organisasi atau perusahaan. JAAI VOLUME 6 NO. 1, JUNI

33 ISSN: Chairumam Armia, Pengaruh Budaya terhadap Efektifitas Organisasi: Dimensi Budaya Budaya berdasarkan tingkatan-tingkatan tersebut, dalam kenyataannya sering terjadi ketidak harmonisan, misalnya adanya konflik dalam tingkatan-tingkatan jender dalam budaya organisasi, konflik antara tingkatan-tingkatan generasi dalam budaya daerah. Dimensi Budaya Seperti yang dinyatakan oleh Hofstede (1991) bahwa budaya adalah daerah program mental yang mempengaruhi cara berfikir dan perilaku manusia, secara kolektif program mental sekelompok orang dalam suatu negara disebut dengan kebudayaan nasional. Beberapa teori yang mendasari penemuan dimensi budaya Hofstede, antara lain Kluckhon s (1952) menjelaskan tentang dimensi budaya dalam 10 Primary Message Systems yaitu: interaction, association (with others), subsistence, isexuality, teritorality, temporality, learning, play, defense, dan exploitation. Sedangkan Parsons dan Shils (1951) mengklasifikasikan multimensional dalam General Theory of Action. Parsons dan Shils menyatakan bahwa seluruh tindakan manusia ditentukan oleh lima variabel, yaitu: Affectivity versus affectivity neutrality Self-orientation versus Collectivity-orientation Universalism versus particularism Ascription versus achievement Specificity versus Diffuseness. Kluckhohn dan Strodbeck (1961) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa masyarakat dibedakan dalam orientasi nilai sebagai berikut: Suatu evaluasi sifat manusia Hubungan manusia dengan lingkungannya Orientasi pada aktivitas Hubungan antar manusia Berdasarkan analisis faktor, Hofstede (1980) secara empiris menemukan ada empat dimensi program mental, yaitu: a. Perbedaan kekuasaan (power distance), merupakan dimensi budaya yang menunjukkan adanya ketidak sejajaran (inequality) bagi anggota yang tidak mempunyai kekuatan dalam suatu institusi (keluarga, sekolah, dan masyarakat) atau organisasi (tempat bekerja). Perbedaan kekuasaan ini berbeda-beda tergantung dari tingkatan sosial, tingkat pendidikan, dan jabatan. Misalnya politisi dapat menyukai status dan kekuasaan, pebisnis menyukai kesejahteraan dan kekuasaan, dan sebagainya. Ketidak sejajaran ini dapat terjadi dalam masyarakat (perbedaan dalam karakteristik mental dan phisik, status sosial, kesejahteraan, kekuasaan, aturan, hukum, dan 106 JAAI VOLUME 6 NO. 1, JUNI 2002

PENDEKATAN EFEKTIFITAS ORGANISASI (EO) School of Communication &

PENDEKATAN EFEKTIFITAS ORGANISASI (EO) School of Communication & PENDEKATAN EFEKTIFITAS ORGANISASI (EO) (Week-4,) Ida Nurnida PENDEKATAN EFEKTIFITAS ORGANISASI (EO) Pendekatan Pencapaian Tujuan Pendekatan Sistem Pendekatan Konstituensi (Unsur) Strategis Pendekatan Nilai-Nilai

Lebih terperinci

PENDEKATAN EFEKTIVITAS ORGANISASI

PENDEKATAN EFEKTIVITAS ORGANISASI PENDEKATAN EFEKTIVITAS ORGANISASI MENCARI DEFINISI KEEFEKTIFAN ORGANISASI Pendekatan awal terhadap Efektifitas Organisasi sampai th 1950 sangat sederhana dimana keefektifan didefinisikan sebagai sejauh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI

EFEKTIVITAS ORGANISASI EFEKTIVITAS ORGANISASI { Mindmap Ñ PKM Ñ keefektifan didefinisikan sebagai sejauh mana organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya. DEFINISI kondisi yg penting bagi keberhasilan organisasi yaitu kelangsungan

Lebih terperinci

HERU HARMAWAN ( ) M. CHUSNUL SYAICHUDIN ( )

HERU HARMAWAN ( ) M. CHUSNUL SYAICHUDIN ( ) HERU HARMAWAN (55108120004) M. CHUSNUL SYAICHUDIN (55108120016) EFEKTIVITAS ORGANISASI Pengertian : Tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya.??? Tujuannya siapa?

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN EFEKTIFITAS ORGANISASI Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar Isi

Lebih terperinci

Kompensasi Finansial Langsung

Kompensasi Finansial Langsung Kompensasi Finansial Langsung Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka. Tujuan umum pemberian kompensasi adalah

Lebih terperinci

Kompensasi Finansial Langsung

Kompensasi Finansial Langsung MSDM Materi 10 Kompensasi Finansial Langsung http://deden08m.com 1 Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Budaya Organisasi Organisasi telah ada sejak ratusan tahun lalu dimuka bumi, tidak ada literatur yang secara jelas menjelaskan asal muasal terjadinya organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB V SASARAN DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI. Bab V. Sasaran dan efektivitas Organisasi 1

BAB V SASARAN DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI. Bab V. Sasaran dan efektivitas Organisasi 1 BAB V SASARAN DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI Bab V. Sasaran dan efektivitas Organisasi 1 SASARAN ORGANISASI Etzioni (1985:8) Sasaran atau tujuan organisasi ialah keadaan yg dikehendaki pada masa yang akan

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: Fakultas Pasca Sarjana Definisi efktivitas organisasi Ukuran-ukuran efektivitas organisasi Pentingnya efektivitas organisasi Efektivitas organisasi dan pemuasan

Lebih terperinci

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Modul ke: Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI: Dimensi Budaya Hofstede

PENGARUH BUDAYA TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI: Dimensi Budaya Hofstede PENGARUH BUDAYA TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI: Dimensi Budaya Hofstede Chairuman Armia *) Abstract This paper uses Hofstede s (1980) cultural dimension of power distance, uncertainty avoidance, individualism/collectivism,

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59 BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS ISNIAR BUDIARTI

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan 1 UKURAN KINERJA Laporan kinerja keuangan meskipun penting tetapi hanya merupakan salah satu aspek dari kinerja suatu organisasi. Ada aspek-aspek lain yang juga merupakan ukuran kinerja suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil atau prestasi kerja suatu perusahaan selama periode waktu tertentu yang dipengaruhi oleh proses operasional perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Pertanggungjawaban 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban Ada beberapa definisi akuntansi pertanggungjawaban oleh para ahli antara lain oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai dengan tajamnya persaingan di dalam menghasilkan produksi, badan usaha pasti menginginkan hasil produksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Di tahun 1997, Indonesia dan beberapa

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh perbankan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh perbankan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Penelitian Peranan teknologi dalam dunia perbankan sudah semakin penting. Kemajuan dan perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh perbankan dalam menghadirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (financial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Kehadiran struktur organisasi mutlak ada didalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Ia bersifat sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Indah Pratiwi, Herrizqi Shinta, Dessy Riyasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dari pelaksanaan suatu program/kegiatan/kebijakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk pencapaian suatu target tertentu. Sehingga pengukuran kinerja merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Balanced Scorecard Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian Kinerja Melihat aktifitas perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya sehari - hari maka akan menghasilkan penilaian yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rias Andriati dalam artikel majalah SWA,16 Agustus 2010 menyatakan bahwa seringkali perusahaan hanya berorientasi pada laba, yaitu keuntungan yang didapat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, sehingga

Lebih terperinci

Strategic Human Resource Management

Strategic Human Resource Management Modul ke: Strategic Human Resource Management Pengertian Strategic Human Resource Management (HRM) dan Perkembangan Pemikiran tentang HRM Fakultas Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis,

Lebih terperinci

STRATEGI ORGANISASI IKA RUHANA

STRATEGI ORGANISASI IKA RUHANA STRATEGI ORGANISASI IKA RUHANA PENGERTIAN (Chandler Jr) Penetapan tujuan-tujuan dan sasaransasaran jangka panjang yang bersifat mendasar bagi sebuah organisasi, yang dilanjutkan dengan penetapan rencana

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 atar Belakang Masalah Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan Era globalisasi yang telah berjalan selama beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan Era globalisasi yang telah berjalan selama beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sehubungan dengan Era globalisasi yang telah berjalan selama beberapa tahun lalu, kita selalu dihadapkan kepada perdagangan bebas yang menimbulkan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa kini dan di masa depan, organisasi pasti mengalami lingkungan bisnis yang sangat komplek. Organisasi dituntut untuk saling berkompetisi, tidak hanya mempertahankan

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi semua manusia karena setiap aktivitas manusia pasti memerlukan air bersih. Tersedianya air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dalam dunia usaha di negara Indonesia mengalami situasi perekonomian yang tidak menentu. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, antar lembaga atau organisasi saling berkompetisi

Lebih terperinci

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim :

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim : Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 A. Pengertian Manajemen Bisnis memliki arti luas, bisa diartikan menjadi beberapa arti, antara lain 1) Manajemen sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada masyarakat belum memiliki indikator kinerja memadai, sehingga sulit untuk menentukan efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari Strategi E-Commerce 1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Yaitu metode yang meninjau peluang dan ancaman dari luar dan menghubungkannya dengan kekuatan dan kelemahan internal. Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian-penelitian yang khusus mengenai Perusahaan Daerah Air

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian-penelitian yang khusus mengenai Perusahaan Daerah Air II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang khusus mengenai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang mempunyai status sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masih sangat sedikit, tetapi BUMD mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK 3 ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK strategik Visi Misi Corporate Strategy Tujuan tujuan yang ingin dicapai di masa depan jalan pilihan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan seperangkat

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia Terdapat beberapa pengertian sumber daya manusia menurut para ahli, antara lain: 1. Ike Kusdyah Rachmawati (2008:1) Sumber daya manusia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan perdagangan di Indonesia semakin pesat. Baik perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Perencanaan merupakan perumusan awal segala sesuatu yang akan dicapai. Perencanaan melibatkan evaluasi mendalam dan cermat serangkaian tindakan terpilih dan penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan dunia informasi, teknologi, dan industri telah mendorong setiap organisasi perusahaan untuk memasuki babak baru. Persaingan yang kompleks.

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

TUJUAN DAN STRATEGI : SEBUAH PANDANGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN

TUJUAN DAN STRATEGI : SEBUAH PANDANGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN TUJUAN DAN STRATEGI : SEBUAH PANDANGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN Untuk mengordinasi kegiatan-kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, organisasi mengembangkan strategi-strategi guna menunjukan jalan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk melipatgandakan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk melipatgandakan kekayaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk melipatgandakan kekayaan pemiliknya. Sebagai institusi pencipta kekayaan (wealth creating institution), perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Budaya Organisasi Davis (Moeljono,2005) mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola yang terdiri atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam

Lebih terperinci

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI 9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Manajer senatiasa mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi diwaktu yang akan datang.

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial). 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA Kinerja merupakan kontribusi yang dapat diberikan oleh seseorang atau devisi untuk pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja dapat

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran:

Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran: 1. Mengidentifikasi konsep-konsep teori manajemen dan memahami bagaimana konsep-konsep dapat membantu pemimpin dan manajer menjadi lebih baik 2. Mengelola olahraga, mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dewasa ini menyebabkan timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dewasa ini menyebabkan timbulnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat dewasa ini menyebabkan timbulnya persaingan yang amat ketat. Perusahaan harus dapat mempertahankan eksistensi usahanya. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap pengukuran kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Efektivitas Pendanaan Usaha Agribisnis. telah ditentukan maka pekerjaan itu dinyatakan tidak efektiv.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Efektivitas Pendanaan Usaha Agribisnis. telah ditentukan maka pekerjaan itu dinyatakan tidak efektiv. BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas Pendanaan Usaha Agribisnis 1. Pengertian efektivitas Soewarno Handayaningrat, mengemukakan efektivitas adalah bila sasaran atau tujuan telah tercapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha saat ini begitu ketat dan kompetitif. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Pekerjaan. diukur dari biayanya. Modal

Pekerjaan. diukur dari biayanya. Modal 1 PUSAT PENDAPATAN dan BEBAN A. Pusat Tanggung Jawab Pusat tanggung jawab merupakan struktur sistem pengendalian dan pemberian tanggung jawab pada sub-unit organisasi yang mencerminkan strategi organisasi.

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

Bab IV ANALISIS DAN HASIL Bab IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian

Lebih terperinci