VERTICAL FARMING. Solusi Pertanian Indonesia Tahun PL4002 Seminar Studi Futuristik. Abstrak
|
|
- Ari Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VERTICAL FARMING Solusi Pertanian Indonesia Tahun 2040 PL4002 Seminar Studi Futuristik Oleh : Asyrafinafilah Hasanawi filah@students.itb.ac.id Raniasih Sasmitari raniasih.sasmitari@students.itb.ac.id Abstrak Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya dan diperkirakan 6 dari 10 manusia akan hidup di perkotaan pada tahun Perkiraan ini mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat perkotaan akan lebih besar dibandingkan masyarakat perdesaan di masa yang akan datang. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat perkotaan akan konsumsi bahan makanan pokok, diperkirakan beberapa tahun mendatang, permintaan akan bahan makanan pokok akan terus meningkat. Mengantisipasi hal tersebut, kota harus mampu menjadi kawasan yang mandiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kota tidak dapat lagi bergantung pada desa, karena sebagian besar desa diperkirakan akan tumbuh berkembang menjadi kawasan perkotaan di masa yang akan datang. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan tersebut juga menghadapi kendala terbesar yakni lahan. Jumlah lahan yang terbatas sudah secara maksimal dimanfaatkan untuk membangun gedung-gedung/ kawasan terbangun. Untuk mengatasi hal tersebut diciptakanlah sebuah konsep vertical farming, yaitu sebuah konsep bertani dengan menggunakan teknologi khusus di gedung-gedung bertingkat. Penerapan vertical farming ini diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan akan bahan makanan sehat. Lebih jauh, konsep vertical farming ini akan mampu meningkatkan efisiensi kerja manusia penggunaan melibatkan robot dalam pelaksanaannya. Kata kunci: vertical farming, gedung, kota, bahan makanan pokok Halaman 1
2 I. PENDAHULUAN Perbincangan mengenai pemenuhan kecukupan kebutuhan pangan Indonesia untuk masa mendatang cukup menjadi sorotan, terutama pada kalangan masyarakat perkotaan. Hal ini diprediksi masih akan terus berlanjur di tahun-tahun yang akan datang. Manusia makin sadar akan pentingnya pemenuhan kebutuhan pangan khususnya makanan pokok. Namun, bukan hal yang mudah untuk memecahkan masalah tersebut. Sifat perkotaan yang aktivitas dominan bukan kegiatan pertanian menyebabkan tidak cukupnya ketersediaan lahan pertanian di perkotaan. Hal ini menyebabkan perkotaan tidak mampu melakukan produksi makanan pokok sendiri, seperti misal beras, jagung dan lainlain. Oleh sebab itu, sebagian besar bahan pangan tersebut harus didatangkan dari perdesaan. Melihat hal tersebut untuk mencapai efisiensi dan pemenuhan kebutuhan bahan pangan serta distribusi makanan agar tetap baik, maka pengembangan lahan pertanian dinilai perlu dilakukan. Apalagi diprediksikan 6 dari 10 orang pada tahun 2040 (sumber: Analisis Time Series data Kependudukan BPS, 2016) akan tinggal di kota. Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi permintaan makanan yang tinggi di tahun Namun, kendala utama dalam upaya pengembangan pertanian di perkotaan adalah lahan. Sifatnya yang bukan diperuntukan untuk kegiatan pertanian menyebabkan lahan perkotaan dibangun untuk gedung-gedung dan bangunan pemerintahan, pusat perdagangan, jasa, perindustrian, perumahan dan pendidikan. Untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian, maka dibutuhkan suatu cara atau metode. Salah satu cara untuk mengembangkan pertanian di perkotaan adalah dengan menggunakan metode vertical farming. Halaman 2
3 II. LATAR BELAKANG Berikut analisis proyeksi untuk meramalkan prediksi jumlah penduduk Indonesia serta kebutuhan pangan masyarakat Indonesia di tahun Metode analisis peramalan time series merupakan suatu metode analisis yang membantu untuk meramalkan pola suatu data sehingga bisa memperkirakan data tersebut di masa depan. Data variabel jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan pangan (beras) masyarakat Indonesia akan diolah dan menjadi bahan analisis kecukupan kebutuhan pangan di Indonesia tahun Kebutuhan Pangan Pokok Tabel I. Tabel Output Data Jumlah Kebutuhan Pangan S(Nilai S (MA S (MA kedua e 2 e 2 Pengamatan) pertama dengan periode dengan Dalam Ton N=2) (Single Moving Aveage) (Double Moving Average) periode M=3) SSE MSE Sumber: Data BPS 2015, diolah dengan PSAW SPSS dan Microsoft Excel, 2016 Tabel I menjelaskan mengenai nilai-nilai variabel yang telah diolah dengan metode single moving average dan double moving average. Pada akhirnya akan didapatkan SSE (Sum of Square Error) dan MSE (Squared Error) dari masing-masing metode. Halaman 3
4 a. Metode Single Moving Average SSE = ton MSE = ton b. MetodeDouble Moving Average SSE = ton MSE = ton Kebutuhan Pangan Pokok Tabel II. Tabel Output Uji Theils-U Statistic S(Nilai S (MA kedua Pengamatan) dengan periode Dalam Ton N=2) , , , , , , , , , , , , , , , , U 0, Sumber: Data BPS 2015, diolah dengan PSAW SPSS dan Microsoft Excel, 2016 Tabel II menjelaskan mengenai hasil perhitungan Uji Theils-U Statistic. Dengan rumus: U = n 1 i 1 n 1 i 1 Fi 1 X ( ) X i X i 1 X i 2 ) X i i 1 2 Halaman 4
5 Dimana jika : U = 1, artinya metode naif sama baiknya dengan metode peramalan yang digunakan U < 1, artinya metode peramalan yang digunakan lebih baik dari metode naif (makin kecil nilai U makin baik) U > 1, artinya metode naif (peramalan intuitif) lebih baik daripada metode peramalan yang digunakan Tabel III. Tabel Output Perhitungan at dan bt Kebutuhan A b a+b(m) Pangan Pokok s' s'' (2S -S ) ; n=2 (dengan m=1) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Sumber: Data BPS 2015, diolah dengan PSAW SPSS dan Microsoft Excel, 2016 Tabel III menjelaskan mengenai hasil perhitungan at dan bt yang digunakan dalam membuat persamaan moving average linier dengan rumus: F t+m = a t+b t*m. Dalam meramalkan dengan metodedouble moving average memiliki ciri bahwa lamanya suatu data akan mempengaruhi pengaruh dalam nilai data tersebut (semakin lama suatu data maka akan semakin mengecil nilainya dibandingkan dengan data yan lebih baru). Dalam meramalkan kebutuhan bahan pangan pokok beberapa tahun mendatang. Halaman 5
6 Sehingga didapatkan bentuk persamaan linier dari Kebutuhan Pangan Makanan Pokok (Beras) untuk setiap tahun sebagai berikut: Ft+m = * m (dalam ton) Berikut hasil ramalan Jumlah Kebutuhan Pangan Makanan Pokok (beras) pada tahun 2040 (m = = 25) adalah ton, sedangkan kebutuhan pangan yang hingga saat ini dapat dipenuhi adalah sebesar ton saja. Tentu saja ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pangan masa depan Indonesia akan sangat banyak (demand sangat banyak), sedangkan penyediaan kebutuhan pangan masih sangat kurang (supply masih sangat kurang). III. ANALISIS Vertical Farming, Inovasi Pemenuhan Lahan Pertanian di Masa Depan Di masa sekarang vertical garden mungkin sudah mulai diterapkan di beberapa kota yang menyadari pentingnya penghijauan kota ditengah-tengah keterbatasan lahan. Namun vertical farming menjadi hal yang baru dan belum pernah dilakukan di kota manapun saat ini. Vertical farming dinilai menjadi solusi di masa depan untuk menjawab kebutuhan masyarakat perkotaan akan pangan makanan. Seperti namanya, vertical farming memiliki arti pertanian vertikal atau jika dijelaskan lebih jauh berarti melakukan pertanian ke atas menggunakan gedung-gedung. Cara kerja vertical farming secara keseluruhan hampir sama dengan rumah kaca yang disusun bertingkat ke atas. Vertical farming dilakukan di gedung-gedung bertingkat di tengah kota dengan menggunakan dinding yang terbuat dari plastic transparan atau panel Ethylene Tetraflouroethylene (ETFE) untuk menggantikan kaca. Hal ini dikarenakan EFTE memiliki sifat transparan seperti air sehingga tidak meneruskan cahaya matahari menjadi berwarna kuning. Selain itu EFTE lebih ringan dari pada kaca, meneruskan lebih banyak cahaya serta dapat didaur ulang. Penggunaan EFTE pada dinding gedung sangat membantu tumbuhan dalam melakukan fotosintesis. Gambar 1. Desain rumah kaca bertingkat Sumber : Halaman 6
7 Gambar 2. Desain gedung Cylindrical Tower Sumber : Gambar 3. Desain gedung Sky Farm Sumber : Gambar 4. Desain gedung Pyramid Farm Sumber : Gambar 5. Turbin Angin Sumber: Fotosintesis merupakan hal paling penting bagi tumbuhan, maka dari itu intensitas cahaya matahari menjadi salah satu hal yang harus diperhitungkan matang- matang dalam membangun gedung untuk vertical farming. Untuk negara di dekat garis khatulistiwa seperti Indonesia, penanaman tumbuhan dapat dilakukan di sisi manapun dari gedung karena dapat terjadi penyerapan cahaya matahari yang maksimal. Penyerapan cahaya matahari dari bagian samping gedung menjadi mudah dengan adanya EFTE sebagai dinding gedung. Sedangkan untuk bagian tengah gedung digunakan teknologi manipulasi cahaya matahari dengan menggunakan Led Emitting Diodes (LED). Halaman 7
8 LED dipasang dibagian tengah gedung sebagai pencahayaan interior. LED akan memancarkan cahaya yang alami dengan intensitas cahaya yang dapat dibuat sedemikian rupa sehingga menyamai cahaya matahari. Dengan demikian tumbuhan di tengah gedung dapat melakukan fotosintesis juga. Di bagian atap gedung di pasang turbin angin sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan untuk menyalakan LED dan memompa air dari bawah tanah. Selain dari turbin angin, sumber tenaga listrik dapat diperoleh dari panel surya yang dapat dimodifikasi untuk diletakkan di sisi gedung. Selain itu sumber tenaga juga memungkinkan didapat dari hasil pengolahan sampah organik. Sampah organic ini dapat berasal dari sampah tumbuhan yang telah membusuk. Sampah organic dimasukkan ke dalam ruang baja setelah itu dilakuakn pengaturan terhadap kadar oksigen didalamnya. Dengan teknologi obor plasma, sampah-sampah organic akan berubah menjadi gas. Gas dapat digunakan untuk menghangatkan air untuk menghasilkan uap dan uap dapat menghasilkan listrik. Berbeda dengan rumah kaca pada umunya, media tanam yang digunakan dalam vertical farming adalah air. Sehingga tumbuhan ditanam dengan metode hidroponik. Gambar 6. Paner Surya Sumber : Gambar 7. Hidroponik Sumber : Hal ini disebabkan berat jenis tanah yang jauh lebih besar daripda berat jenis air. Penggunaan tanah sebagai media tanam pada gedung bertingkat tentunya akan memberi tekanan yang sangat berat pada tanah untuk menopang gedung tersebut. Untuk mengurangi tekanan tersebut, maka digunakan air sebagai media tanam karena berat jenisnya lebih ringan. Pengunaan air juga dinilai lebih efisien karena air dapat didaur ulang. Air limbah dapat didaur ulang dan digunakan kembali sebagai media tanam. Daur ulang air dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah gedung ke bawah tanah menuju tanki dengan kadar oksigen yang rendah. Air limbah akan disaring menggunakan membrane yang akan memisahkan air dari plastik dan bahan- bahan padat. Selanjutnya air akan dipompa ke atas menuju penyaringan dengan menggunakan media kerikil dan tanaman. Polutan pada air limbah akan menempel pada akar tanaman dan kerikil. Halaman 8
9 Air limbah yang sudah bebas polutan ini akan mengisi tanki penyimpanan untuk disaring lagi menggunakan filter berteknologi yang akan mengkonversi mikroorganisme pada air menjadi nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman. Air bernutrisi ini akan dipompa ke atas sebagai media tanam hidroponik. Sementara air limbah yang masih mengandung polutan akan digunakan sebagai air penyiram toilet. Dengan menggunakan sistem tersebut tentu saja gedung ini menjadi gedung yang mandiri. Selain menjadi gedung yang mandiri, gedung inipun dapat menjadi gedung yang bersifat mix used karena pada pada bagian lantai bawah gedung dapat dikembangkan sebagai pusat perbelanjaan hasil pertanian. Selain hasil pertanian yang dijual dipastikan segar dan alami, adanya pusat perbelanjaan tepat di lantai bawah gedung berarti menghemat biaya transportasi. Penerapan konsep vertical farming tentu saja akan memberi banyak keuntungan. Di antaranya yaitu dapat memenuhi kebutuhan makan sehat pada masyarakat perkotaan di masa yang akan datang, meningkatkan hasil produksi pertanian, serta melindungi tumbuhan dari hama. Selain itu dengan adanya vertical farming di gedung maka penanaman dan panen dapat dilakukan di waktu kapanpun karena tidak tergantung pada musim dan cuaca. Manusia menjadi pihak yang diuntungkan dengan adanya vertical farming ini, namun manusia akan jauh diuntungkan jika seluruh proses bertani dalam vertical farming ini dilakukan oleh robot. Robot dapat diciptakan untuk menggantikan kerja manusia. Robot akan menggantikan kerja manusia mulai dari menanam biji, dengan mendeteksi biji tumbuhan, memisahkan antara yang baik dan yang buruk, hingga menanamnya. Robot akan melakukan pengawasan terhadap tumbuhan dengan sensor yang dimiliki. Sensor tersebut akan merekam tumbuhan mana yang sakit serta merekam tingkat kematangan dan kesiapan panen tumbuhan. Sensor tersebut kemudian akan mengirim informasi tumbuhan mana yang sakit dan harus dibuang serta tumbuhan mana yang telah matang dan siap panen. Robot selanjutnya juga dimanfaatkan dalam proses panen, mulai dari memetik, hingga mengemas dan mendistribusikan hasil panen untuk dijual di pusat perbelanjaan di lantai bawah. Gambar 6. Robot dan Manusia Bekerjasama Menanam Tanaman Sumber : Halaman 9
10 IV. SIMPULAN Berikut hasil ramalan Jumlah Kebutuhan Pangan Makanan Pokok (beras) pada tahun 2040 (m = = 25) adalah ton, sedangkan kebutuhan pangan yang hingga saat ini dapat dipenuhi adalah sebesar ton saja. Tentu saja ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pangan masa depan Indonesia akan sangat banyak (demand sangat banyak), sedangkan penyediaan kebutuhan pangan masih sangat kurang (supply masih sangat kurang). Dengan perpaduan antara vertical farming dan robot, selain menyelesaikan masalah keterbatasan lahan juga menciptakan efisiensi kerja manusia. Di masa yang akan datang kedua kombinasi ini tentu saja akan menguntungkan jika dikembangkan. Ditengah padatnya aktivitas dan kehidupan perkotaan di masa yang akan datang, manusia akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama pangan. Jadi, vertical farming menjadi pilihan yang tepat untuk di kembangkan di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA DkLVTDeU diakses pada 13 Maret 2016, pukul WIB diakses pada 12 Maret 2016, pukul WIB diakses pada 15 Maret 2016, pukul WIB Rougie, Jacques. Prix 2012 de la Fondation, Generation Espace Mer, Institute de France, Lady Landfill. Halaman 10
VERTICAL FARMING KONSEP PERTANIAN MASA DEPAN
VERTICAL FARMING KONSEP PERTANIAN MASA DEPAN Ivanie Destila Sari 15411016 Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung, Bandung ivanie.destila@students.itb.ac.id Abstrak Pertumbuhan jumlah
Lebih terperinciDIES NATALIS HIMAMIA FMIPA UNS 20 th Karya Inovatif, Kreatif dan Aplikatif dibidang Sains dan Ekologi untuk
Ticouse Planet : Verticulture House Pemanfaatan Dinding Rumah sebagai Lahan Pertanian guna Pencapaian Pertanian Mandiri di Daerah Perumahan NATIONAL SCIENTIFIC ESSAY COMPETITION DIES NATALIS HIMAMIA FMIPA
Lebih terperinciHIDUP DENGAN SAMPAH. Masalah Kebersihan. Oleh : Vylda Riezka Febbyana Studi Futuristik
HIDUP DENGAN SAMPAH Seminar Studi Futuristik Oleh : Vylda Riezka Febbyana 15411093 Masalah Kebersihan Kebersihan menjadi hal yang tidak lagi diperbincangkan. Tidak ada lagi yang mempermasalahkan kebersihan
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2 1. Peningkatan penduduk mengakibatkan pembukaan hutan meningkat seiring naiknya kebutuhan akan pemukiman, hal
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, seperti padi, jagung, kopi, teh, cengkeh dan lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA
BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,
Lebih terperinciP r o s i d i n g 233
P r o s i d i n g 233 BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) MENGGUNAKAN WIREMESH TOWER GARDEN UNTUK PEMANFAATAN PEKARANGAN BERUPA PERKERASAN Warid (1), Mutiara Dewi Puspitawati (2) (1) Staf Pengajar Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam merupakan komoditas sederhana, dalam pengertian mudah didapat setiap saat, harga murah dan dapat diolah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang
Lebih terperinciPERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I
Lebih terperinci6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung
89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara (1991-2005) Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1991 10454686 1992 10685200 1993 10813400 1994 10981100 1995 11145300 1996 11306300 1997 11463400 1998 11754100 1999
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, semua aspek kehidupan menjadi sangat terbantu. Di mulai dari sistem penyampaian informasi, sistem pertahanan, hingga sektor pertanian
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN
Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN Rudy Ariyanto 1, Dwi Puspitasari 2, Fifi Ericawati 3 1,2,3 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern
Lebih terperinciTimbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)
Pengelolaan Sampah Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) perubahan populasi, 2) perubahan
Lebih terperinciGAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN
GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN Kenapa PEDULI LINGKUNGAN? Kelangsungan hidup manusia bergantung pada keutuhan lingkungannya. Keutuhan lingkungan ergantung pada kearifan manusia dalam mengelolanya. Maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat perekonomian Indonesia. Jakarta sebagai ibukota dan pusat perekonomian berperan dalam pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR
PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR VISI DAN MISI VISI Meningkatkan Kebersihan dan Keindahan Kota Denpasar Yang Kreatif dan Berwawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidroponik menjadi salah satu alternatif yang bagus untuk menanam sayuran di daerah perkotaan yang umumnya kekurangan lahan untuk pertanian. Hidroponik adalah budidaya
Lebih terperinciBAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, didapatkan jumlah pelaku kegiatan di Sekolah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua
Lebih terperinciSISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING
SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Afni Sahara (0911011) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,
Lebih terperinciUJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!
UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan
Lebih terperinciPeramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model
Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan
Lebih terperinciGambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi Indonesia Tahun dan Prediksi Untuk Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksploitasi energi skala besar berakibat menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam. Bahan bakar fosil merupakan energi non-konveksional
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap
Lebih terperinciVisi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %
Mesin Pembakar Sampah Teknologi Ramah Lingkungan dan Efisiensi Bahan Bakar Karya anak bangsa dan produksi dalam negeri Visi dan Misi Visi : Usaha penanggulangan semua jenis sampah sampai tuntas Misi :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki keanekaragaman tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia berprofesi sebagai
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL)
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) Disusun Oleh : Nama : Sasanti Setianingsih Nim : 11.01.2937 Kelas : 11.D3TI.02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Bisnis tanaman hias
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu. Materi
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20%
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat mendukung nilai pendapatan. Produk hasil pertanian mampu menyumbangkan sebagian besar nilai pendapatan yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di
Lebih terperinciTransportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan
Transportasi Masa Depan Straddling Bus Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Tessa Talitha 15410072 PL4008 Seminar Studi Futuristik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pada kota-kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maha suci Allah yang telah menjadikan dalam alam ini gugusan bintang (galaksi) dan Dia jadikan pula padanya siraaja (Matahari) dan bulan yang bercahaya. (QS. Al-Furqan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan di bumi pada saat sekarang ini semakin sempit apabila manusia tidak mengelola dengan optimal dan efisien. Banyak penduduk perkotaan yang membuat komunitas penghijauan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab
Lebih terperinciOPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI
OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah
Lebih terperinciMARI BERKEBUN HORTIKULTURA DI LAHAN PEKARANGAN SEMPIT
MARI BERKEBUN HORTIKULTURA DI LAHAN PEKARANGAN SEMPIT Nitisapto M. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia Email: mulyono.nitisapto@yahoo.com
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi listrik memegang peran penting dalam kehidupan manusia pada saat ini. Hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan energi listrik. Seperti yang ditunjukkan
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1
Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya persaingan yang terjadi antar greenhouse bukan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya persaingan yang terjadi antar greenhouse bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas greenhouse dalam berproduksi dan seberapa rendahnya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciMETODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN
METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
18 BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengumpulan Data Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara di Jln. Asrama No. 179 Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing
Lebih terperinci1 Petunjuk Umum Bacalah petunjuk berikut dengan teliti! 1) Jumlah percobaan ada dua buah, masing-masing satu percobaan biologi dan satu percobaan fisika. 2) Jangan lupa menulis nama dan propinsi asal pada
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciPerancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet
Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet Muhammad Agam Syaifur Rizal 1, Widjonarko 2, Satryo Budi Utomo 3 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik telah menjadi bagian penting dalam hidup manusia dan pemakaiannya telah meningkat tajam sejak 25 tahun terakhir (Felixon, 2011). Plastik digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinci