Polimorfisme DNA Gen Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Polimorfisme DNA Gen Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit"

Transkripsi

1 B i o S M A R T ISSN: X Volume 2, Nomor 2 Oktober 2000 Halaman: Polimorfisme DNA Gen Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit SUTARNO Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta ABSTRAK The objective of the study was to know the association between genetic variation at growth hormone loci and production traits of Composite breed of beef cattle. The composite breed comprising approximately 1/4 Brahman, Charolais and Friesian, and 1/8 Angus and Hereford. PCR-RFLPs were applied for the detection of DNA polymorphism at locus I and II of growth hormone gene, and the result indicated that polymorphisms were found at both loci using AluI and MspI enzymes. Sequence analysis indicated that the polymorphism at AluI restriction site was due to substitution of Leucine/Valine at position 127, while MspI polymorphic site was caused by transition of C to T at position Association between genotype variations and quantitative production traits (birth weight, daily gain, milk production and calving rate) was analysed using two mode Anova implemented in a program of JMP and PEST. The analysis indicated that the MspI genotypes at locus II of the gene was significantly correlated birth weight, but not for locus I detected using AluI. Key words: DNA polymorphism, growth hormone, production traits, beef cattle PENDAHULUAN Hormon pertumbuhan merupakan hormon alami yang disekresikan oleh glandula pituitoria anterior semua mammalia. Struktur hormon ini berbedabeda antara spesies satu dengan yang lain dan pada umumnya memiliki pengaruh spesifik yaitu pengaturan pertumbuhan. Sintesis dan sekresi hormon ini dikendalikan somatostatin yang menghambat sekresi dan growth hormone-releasing factor yang menstimuli sintesis maupun sekresi (Kopchick & Cioffi, 1991). Mekanisme kerja secara langsung hormon ini terjadi melalui mobilisasi nutrien, termasuk penghambatan penggunaan glukosa, lipogenesis dan masukan asam amino, sedangkan kerja secara tidak langsung melalui perantaraan insulin like growth factors (IGFI). Mekanisme secara tidak langsung merupakan akibat dari peningkatan glukosa dan masukan asam amino, sintesis protein, proliferasi sel dan kemungkinan besar penghambatan pemecahan protein (Ballard et al., 1993) (Gambar 1). Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Gen hormon pertumbuhan pada sapi telah diklon dan disekuen secara keseluruhan (Gordon et al., 1983; Woychik et al., 1982). Panjang gen hormon pertumbuhan ini 1793bp, terdiri dari 5 ekson (daerah pengkode) yang dipisahkan oleh 4 intron (intervening sequence) yang terdiri dari 248 bp (intron A), 227 bp (intron B), 227 bp (intron C) dan 274 bp (intron D) (Gordon et al., 1983). Lokus gen hormon pertumbuhan pada sapi telah ditemukan terletak pada kromosom 19 dengan lokasi 19q26-qtr (Hediger et al., 1990). Pada sapi perah, Lucy et al. (1993) melaporkan adanya variasi situs restriksi AluI pada ekson V karena substitusi asam amino pada posisi 127. Variasi ini mempengaruhi produksi susu pada sapi perah jenis Holstein (Lucy et al., 1993). Pada percobaannya, sapi-sapi dengan allel homozigot untuk leusin 127 (L) memilki superioritas dalam produksi susu, meskipun hasil penemuan ini tidak cocok dengan penelitian menggunakan rekombinan somatotropin sapi, dimana allel rekombinan valin 127 (V) lebih efektif meningkatkan produksi susu ketika diinjeksikan pada sapi perah (Eppard et al., 1992). Penelitian lebih jauh oleh Schlee et al. (1994a) menunjukkan bahwa genotipe AluI tidak mempengaruhi produksi susu, tetapi secara signifikan mempengaruhi sifat produksi daging, dimana genotip heterozigot LV bersifat superior baik pada pencapaian karkas maupun kualitas daging pada sapi jenis Simmental. Polimorfisme pada gen hormon pertumbuhan yang teridentifikasi dengan enzim restriksi TaqI berhubungan dengan pertumbuhan sapi-sapi Korea (Choi et al., 1997), dan sapi jenis Brahman 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

2 44 BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm ACTIONS OF GROWTH HORMONE FUEL REGULATION Direct GROWTH PROMOTION Indirect IGF-I (+) Glucose utilization (-) Lipolysis (+) Lipogenesis (-) Amino acid uptake (-) Glucose utilization (+) Amino acid uptake (+) Protein synthesis (+) Protein breakdown (-)? Cell proliferation (+) M obilization of fuel Growth Gambar 1. Skema menunjukkan pengaruh hormon pertumbuhan pada mobilisasi bahan untuk energi dan pertumbuhan (Ballard, 1993). (Rocha et al., 1991). Polimorfisme pada intron ketiga yang terdeteksi dengan RFLP menggunakan MspI akibat adanya insersi atau transisi pada posisi 837/838 gen hormon pertumbuhan dilaporkan berhubungan dengan lemak susu, dimana frekwensi D-MspI (-) secara signifikan lebih tinggi pada individu-individu jenis Red Dannish yang terseleksi untuk lemak susu yang tinggi daripada yang lemak susunya rendah (Hoj et al., 1993a). BAHAN DAN METODE Sapi Percobaan Penelitian ini menggunakan sapi Komposit sebanyak 176 (terseleksi) dan 51 (kontrol) di pusat penelitian sapi Wokalup, Australia Barat. Sapi Komposit tersebut merupakan hasil perkawinan silang yang komposisinya terdiri dari 1/4 Brahman, Charolais dan Friesian, serta 1/8 Angus dan Hereford. Pengambilan Sampel Darah Sampel darah diambil secara venepuncture, menggunakan venoject. Darah yang diperoleh dimasukkan dalam 50 ml tabung reaksi yang berisi 2,5 ml EDTA 200 mm sebagai antikoagulan. Sebanyak 10 ml dari darah ini diambil dan disimpan pada suhu 70 o C untuk referensi di kemudian hari, sedangkan sisanya digunakan langsung dalam penelitian ini untuk diekstrak sel darah putihnya. Pemisahan Sel Darah Putih dari Sampel Darah Sel darah putih diekstrak dengan teknik Buffy coat. Total darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan disentrifugasi pada kecepatan 1500g selama menit. Buffy coat yang diperoleh diambil dengan pipet, dipindahkan ke dalam 20 ml tabung sentrifus, dipenuhi dengan larutan buffer TE1 dan disentrifugasi lagi pada kecepatan 2000g selama menit. Pelet yang diperoleh diresuspensikan dalam 1 ml bufer TE2 dan dipindahkan ke dalam tabung penyimpan (Nunc) dan disimpan pada suhu 80 o C sampai saat dibutuhkan. Ekstraksi DNA DNA diekstraksi dari sel darah putih dengan menggunakan Wizard Genomic Purification System (Promega, Madison USA) sesuai dengan petunjuk dari perusahaan. PCR-RFLP DNA yang diperoleh langsung digunakan untuk reaksi PCR dengan mesin PCR (thermocycler Omnigene). Reaksi ini bertujuan mengamplifikasi fragmen DNA yang diinginkan, yaitu lokus 1 dan 2 dari gen hormon pertumbuhan. Reaksi dilakukan dalam suatu volume campuran sebanyak 50µL yang berisi 200µM dari masing-masing dntps, 2 mm MgCl 2, 10x bufer dan 1,5 unit Taq DNA polymerase dalam 0,6 ml tabung PCR. Dua fragmen gen hormon pertumbuhan diamplifikasi dengan PCR. Lokus 1 gen hormon pertumbuhan (GH-L1) yang terdiri dari 223 bp meliputi ekson IV dan V, serta lokus 2 gen hormon pertumbuhan (GH-L2) yang terdiri dari 329bp meliputi ekson III dan IV, diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer berturut-turut GH1/GH2 dan GH3/GH4. Primer GH1/GH2 digunakan untuk mengamplifikasi sebagian fragmen intron D dan ekson V, sedangkan GH3/GH4 untuk mengamplifikasi fragmen antara intron III dan intron IV. Primer yang digunakan untuk mengamplifikasi fragmen ini adalah:

3 SUTARNO Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit 45 GH1: 5 -GCTGCTCCTGAGGGCCCTTCG-3 GH2: 5 -GCGGCGGCACTTCATGACCCT-3 GH5: 5 -CCCACGGGCAAGAATGAGGC-3 GH6: 5 -TGAGGAACTGCAGGGGCCCA-3 Semua reaksi amplifikasi dilakukan dalam kondisi yang sama. Dyna wax (Finnzyme Oy) selalu ditambahkan untuk menghasilkan suatu hot start PCR, sehingga diperoleh hasil yang spesifik. Semua reaksi amplifikasi dilakukan dalam volume 50µL campuran reaksi yang terdiri dari: 200 ng DNA template, 0.15 µm dari masing-masing oligonukleotida primer, 200 µm dari masingmasing dntps, 2 mm MgCl 2, 10x bufer dan 1,5 unit Taq DNA polymerase dalam 0,6 ml tabung effendorf. Kontrol negatif (tanpa DNA template) selalu disertakan dalam semua reaksi dan semuanya tidak menghasilkan suatu produk. Kondisi reaksi amplifikasi PCR untuk gen hormon pertumbuhan adalah sebagai berikut: reaksi denaturasi awal pada suhu 94 o C selama 5 menit, diikuti dengan 30 siklus amplifikasi yang masingmasing siklus terdiri dari: denaturasi pada 94 o C selama 45 detik, annealing pada 60 o C selama 45 detik dan extension pada 72 o C selama 1 menit; diikuti dengan satu tahap polimerasi final pada 72 o C selama 5 menit. Hasil amplifikasi PCR langsung digunakan dalam reaksi digesti menggunakan enzim AluI untuk mengidentifikasi situs polimorfisme AluI, sedangkan lokus 2 menggunakan enzim MspI. Aliquot yang terdiri dari 7 µl (hasil amplifikasi gen hormon pertumbuhan) dimasukkan ke dalam tabung effendorf steril. Master mix yang terdiri dari campuran enzim, bufer dan air ditambahkan ke dalam tabung yang berisi sampel DNA dan diinkubasi sesuai dengan petunjuk dari produsen enzim tersebut. Hasil digesti dielektroforesis pada bak elektroforesis horizontal dengan menggunakan gel yang terbuat dari 1-2% agarose dalam bufer TAE. Elektroforesis dilakukan selama 90 menit pada 55 volt. Hal ini sangat tergantung konsentrasi gel dan voltase. Agar hasil elektroforesis dapat divisualisasi, disertakan ethidium bromida pada saat pembuatan gel dengan konsentrasi final 0,12 µg/ml. Setelah selesai elektroforesis, DNA divisualisasi di bawah sinar ultra violet dalam ruang gelap dan difoto menggunakan film Polaroid ukuran 57 dengan filter merah. Analisis Data Hubungan antara variasi genotipe pada lokus I dan II gen hormon pertumbuhan terhadap sifat kuantitatif (berat lahir, pencapaian berat harian, produksi susu dan sifat reproduksi) dianalisis menggunakan dua model ANOVA yaitu model I menggunakan program JMP (SAS, 1989) dan model II menggunakan program PEST (Groeneveld, 1990; Groeneveld & Kovac, 1990). Model I: Y ijklmn = + B i + S j + L k + D l + Y m + G n + e ijklmn Model II: Y ijklmno = + B i + S j + L k + D l + Y m + G n + A ijklmno + e ijklmno Dimana µ = nilai mean terkecil, B i = jenis sapi, S j = jenis kelamin, L k = kelompok (terseleksi atau kontrol), D l = umur setiap individu, Y m = tahun lahir, G n = genotipe, A ijklmno = pengambilan hewan secara random, ditentukan berdasarkan hubungan matriks, dan e ijklmno = tingkat kesalahan. HASIL Polimorfisme pada Situs Restriksi Analisis RFLP terhadap fragmen yang diamplifikasi dengan PCR menunjukkan adanya polimorfisme baik pada lokus I maupun lokus II gen hormon pertumbuhan dengan menggunakan enzim restriksi AluI dan MspI. Contoh fotograf dari gel agarose hasil digesti menggunakan enzim MspI ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada lokus 2 gen hormon pertumbuhan yang dideteksi dengan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim MspI. Lane (baris) 1 = Uncut (tanpa pemotongan), 2 = MspI (++), 3 = MspI (--), 4 = MspI (+-).

4 46 BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm Tabel 1. Perbandingan diversitas genetik antara kelompok terseleksi dan kontrol pada sapi jenis Komposit. NS = Tidak signifikan. Jenis Kelompok N Heterozigositas teramati (observed) Rerata allel per lokus Heterozigositas diharapkan (expected) Komposit Terseleksi NS Kontrol t P Tabel 2. Perbandingan frekwensi allel antara kelompok terseleksi dan kontrol pada sapi pedaging jenis Komposit. NS = Tidak signifikan, *= signifikan pada 0,05. Locus 1 Locus 2 Jenis Kelompok N Allel X 2 P Allel X 2 P L V MspI (+) MspI (-) Komposit Terseleksi NS * Kontrol Data fenotip Sifat fenotip yang digunakan dalam analisis ini adalah berat sewaktu lahir, pertumbuhan harian sejak lahir sampai saat disapih, produksi susu dan rata-rata tingkat melahirkan selama 4 tahun (reproduksi) (data tidak ditunjukkan). Perbandingan diversitas genetik antara kelompok terseleksi dan kontrol pada sapi Komposit ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan Tabel 2 memperlihatkan perbandingan frekwensi allel dari kelompok terseleksi dan kontrol pada sapi Komposit. Perbedaan frekwensi allel kedua kelompok ini adalah signifikan pada lokus II. Pengaruh genotipe AluI Tabel 3 menunjukkan nilai masing-masing genotipe (AluI) pada gen hormon pertumbuhan lokus I untuk sifat fenotip berat lahir, pertumbuhan harian, produksi susu (selama 3 tahun) dan reproduksi (calving rate selama 4 tahun). Sedangkan Tabel 4 menunjukkan probabilitas perbedaan mean antar genotipe dari Anova model I dan II. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara genotipe satu dengan yang lain. Tabel 3. Mean kuadrat terkecil + S.E. dari berat lahir (BW), pertumbuhan harian (DG), produksi susu (Milk) dan mean calving rate/reproduksi (CR) sapi Komposit dari genotipe AluI yang berbeda. Sifat LL LV VV BW DG Milk CR Tabel 4. Probabilitas perbedaan mean antar genotipe dari Anova model I dan II. BW = birth weight (berat lahir), DG = daily gain (pencapaian pertumbuhan harian), Milk = milk production (produksi susu), CR = calving rate (reproduksi). Sifat Nilai P Model I Model II BW DG Milk CR Pengaruh MspI Tabel 5 menunjukkan nilai dari masing-masing genotipe (MspI) pada gen hormon pertumbuhan lokus I untuk sifat fenotip berat lahir, tambahan berat harian (pertumbuhan), produksi susu (selama 3 tahun) dan reproduksi (calving rate selama 4 th). Sedangkan Tabel 6 menunjukkan probabilitas perbedaan mean antar genotipe dari Anova model I dan II. Perbedaan berat lahir adalah signifikan baik pada Anova model I maupun II, sedangkan pertumbuhan harian signifikan pada level 8%. Tabel 5. Mean kuadrat terkecil + S.E. dari berat lahir (BW), pertumbuhan harian (DG), produksi susu (Milk) dan mean calving rate/ reproduksi (CR) sapi Komposit dari genotipe MspI yang berbeda. Sifat BW DG Milk CR

5 SUTARNO Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit 47 Tabel 6. Probabilitas perbedaan mean antar genotipe dari Anova model I dan II. Berat lahir (BW), pertumbuhan harian (DG), produksi susu (Milk) dan mean calving rate/reproduksi (CR), ***, **, * signifikan berturut-turut pada level 0.01, 0.05 dan 0.1. Sifat Nilai P Model I Model II BW 0.01*** 0.05** DG 0.09* 0.08* Milk CR PEMBAHASAN Beberapa gen utama (major) yang mempengaruhi sifat-sifat bernilai ekonomi tinggi, khususnya pada hewan yang digunakan dalam produksi daging, telah diidentifikasi misalnya: double muscling gene (gen mh) pada sapi (Hanset & Michaux, 1985), acid meat gene (gen RN) yang mempengaruhi kualitas daging babi (Le Roy et al., 1990) dan gen Boorola yang mempengaruhi ovulasi dan ukuran tubuh domba (Piper et al., 1985). Namun demikian, kebanyakan sifat yang memiliki nilai ekonomi tinggi pada hewan ternak secara alami dikontrol oleh banyak gen yang masing-masing memilki pengaruh, sehingga untuk mendekteksi kualitas semacam ini dan menjadikannya sebagai marker gen menjadi sulit. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang mengatakan bahwa perbedaan genotipe gen hormon pertumbuhan berhubungan dengan parameterparameter produksi. Pada hewan-hewan percobaan di laboratorium, Winkelmann et al. (1992; 1990) misalnya, menemukan bahwa RFLPs pada gen hormon pertumbuhan berhubungan secara signifikan dengan berat pada 42-hari. Pada penelitian ini, tampak bahwa genotipe AluI gen hormon pertumbuhan tidak berpengaruh secara signifikan pada beberapa parameter produksi, meskipun percobaan sebelumnya oleh Eppard et al. (1992) menunjukkan bahwa rekombinan valin 127bST lebih efektif dibanding dengan leusin 127bST dalam meningkatkan produksi susu bila diinjeksikan pada sapi perah. Terjadinya substitusi asam amino ini mempengaruhi konsentrasi sirkulasi hormon pertumbuhan dan insulin-like growth factor I (IGF-I) (Schlee et al., 1994b). Di samping itu, penelitian sebelumnya juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap produksi susu pada sapi jenis Holstein (Lucy et al., 1993) dan pertumbuhan serta produksi daging (Schlee et al., 1994a). Pada Tabel 6 diperlihatkan bahwa meskipun polimorfisme MspI gen hormon pertumbuhan tidak menunjukkan efek yang signifikan baik pada produksi susu maupun fertilitas, polimorfisme MspI ini mempunyai pengaruh yang signifikan pada berat lahir dan rata-rata pertumbuhan harian. Analisis lebih jauh menunjukkan bahwa hanya berat lahir yang secara signifikan (0,02) dipengaruhi oleh polimorfisme MspI (Tabel 7). Hal ini ditunjukkan pula oleh adanya kecenderungan (signifikan) meningkatnya frekwensi allel MspI (-) yang mungkin disebabkan terjadinya proses seleksi untuk meningkatkan pertumbuhan dari jenis ini (Tabel 2). Tabel 7. Probabilitas perbedaan mean berat lahir (BW) dan rata-rata pertumbuhan (DG) dari analisis dengan menggunakan Anova model I. Jenis Kelompok Probabilitas BW DG Komposit Terseleksi 0.02** 0.55 Kontrol Analisis data di atas menunjukkan bahwa polimorfisme DNA pada gen hormon pertumbuhan mempengaruhi secara signifikan berat lahir pada sapi jenis Komposit, sedangkan polimorfisme DNA yang dideteksi dengan AluI tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada sifat-sifat produksi, meskipun laporan terdahulu menunjukkan adanya pengaruh polimorfisme AluI terhadap sifat produksi susu. Eppard et al. (1992) menunjukkan bahwa rekombinan valin 127 bst lebih efektif dari pada leusin 127 bst dalam meningkatkan produksi susu bila diinjeksikan pada sapi perah. Kazmer et al. (1986) dan Klemetsdal et al. (1991) menunjukkan adanya pelipatgandaan konsentrasi hormon pertumbuhan pada sapi yang terseleksi untuk penghasil susu yang tinggi dibandingkan dengan yang rendah maupun kontrol. Peningkatan ini mungkin terjadi secara langsung melalui peningkatan ketersediaan nutrien untuk kelenjar susu atau secara tidak langsung dengan meningkatkan aktifitas kelenjar susu melalui peningkatan kadar IGF-I (Bauman & Vernon, 1993; Burton et al., 1994). Pemberian hormon pertumbuhan juga diketahui meningkatkan rata-rata pertumbuhan sapi (Groenewegen et al., 1990), meningkatkan efisiensi pakan serta meningkatkan komposisi karkas, yaitu mengurangi lemak karkas (Peters, 1986) dan protein karkas (Peters, 1986). Efek yang sama diperlihatkan juga pada domba (Pell et al., 1990; Zainur et al., 1989). Pemberian hormon pertumbuhan diperkirakan mempengaruhi reseptor hormon pertumbuhan. Meningkatnya jumlah dan afinitas reseptor hormon pertumbuhan

6 48 BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm telah ditunjukkan pada babi (Chung & Etherton, 1986) dengan pgh yang dilabel dengan 125 I. Pengaruh genotipe gen hormon pertumbuhan terhadap sifat produksi mungkin berbeda antara penelitian satu dengan yang lain, karena kompleksnya proses fisiologi yang melibatkan berbagai mekanisme aksi, dan pengaruh dari setiap gen tunggal dimediasi oleh sifat genetik pada aksis hormon pertumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Ballard, F. J., Francis, G. L., Walton, P. E., Knowles, S. E., Owens, P. C., et al Modification of animal growth with growth hormone and insulin-like growth factors. Australian Journal of Agricultural Research 44: Bauman, D. E., Vernon, R. G Effects of exogenous bovine somatotropin on lactation. Annual Review of Nutrition 13: Burton, J. L., McBride, B. W., Block, E., Glimm, D. R., Kennelly, J. J A review of bovine growth hormone. Canadian Journal of Animal Science 74: Choi, Y. J., Yim, D. S., Cho, J. S., Cho, B. D., Na, K. J., Balk, M. G Analysis of Restriction Fragment Length Polymorphism in the Bovine Growth Hormone Gene Related to Growth Performance and Carcass Quality of Korean Native Cattle. Meat Science 45: Chung, S. C., Etherton, T. D Characterization of porcine growth hormone (pgh) binding to porcine liver microsomes: chronic administration of pgh induces pgh binding. Endocrinology 119: Eppard, P. J., Bentle, L. A., Violand, B. N., Ganguli, S., Hintz, R. L., et al Comparison of the galactopoietic response to pituitary-derived and recombinant-derived variants of bovine growth hormone. Journal of Endocrinology 132:47-56 Gordon, D. F., Quick, D. P., Erwin, C. R., Donelson, J. E., Maure, R. A Nucleotide sequence of the bovine growth hormone chromosomal gene. Molecular and Cellular Endocrinology 33:81-95 Groeneveld, E PEST User Manuals Newstad - Germany: Institute of Animal Husbandary & Animal Behaviour, Federal Agricultural Research Centre. Groeneveld, E., Kovac, M A generalized computing procedure for setting up and solving mixed linear models. Journal of Dairy Science 73: Groenewegen, P. P., McBride, B. W., Burton, J. H., Elsasser, T. H Bioactivity of milk from bst-treated cows. Journal of Nutrition 120:514 Hanset, R., Michaux, C On the genetic determinism of muscular hypertrophy in the Belgian White and Blue cattle breed. I. Experimental data. Genetics, Selection and Evolution 17: Hediger, R., Johnson, S. E., Barendse, W., Drinkwater, R. D., Moore, S. S., Hetzel, J Assignment of the growth hormone gene locus to 19q26-qter in cattle and to 11q25- qter in sheep by in situ hybridization. Genomics 8: Hoj, S., Fredholm, M., Larsen, N. J., Nielsen, V. H. 1993a. Growth hormone gene polymorphism associated with selection for milk fat production in lines of cattle. Animal Genetics 24:91-96 Kazmer, G. W., Barnes, M. A., Akers, R. M., Pearson, R. E Effect of genetic selection for milk yield and increased milking frequency on plasma growth hormone and prolactin concentration in Holstein cows. Journal of Animal Science 63: Klemetsdal, G., Tveit, B., Vingelen, M., Starova, J., Sejrsen, K The plasma level of growth hormone in two genetic lines of dairy cattle selected for high and low milk yield. In 42 nd Annual Meeting EAAP. pp. G5b7. Berlin: Kopchick, J. J., Cioffi, J. A Exogenous and endogenous effects of growth hormone in animals. Livestock Production Science 27:61-75 Le Roy, P., Naveau, J., Elsen, J. M., Sellier, P Evidence for a new major gene influencing meat quality in pigs. Genetical Research 55:33-40 Lucy, M. C., Hauser, S. D., Eppard, P. J., Krivi, G. G., Clark, J. H., et al Variants of Somatotropin in Cattle - Gene Frequencies in Major Dairy Breeds and Associated Milk Production. Domestic Animal Endocrinology 10: Pell, J. M., Elcock, C., Harding, R. L., Morrell, D. J., Simmonds, A. D., Wallis, M Growth, Body composition, hormonal and metabolic status in lambs treated long-term with growth hormone. British Journal of Nutrition 63: Peters, J. P Consequences of accelerated gain and growth hormone administration for lipid metabolism in growing beef steers. Journal of Nutrition 116: Piper, L. R., Bindon, B. M., Davis, G. H The single gene inheritance of the high litter size of the Booroola merino. In Genetics of Reproduction in Sheep, ed. R. B. Land, D. W. Robson. pp London: Butterworths Rocha, J. L., Baker, J. F., Womack, J. E., Sanders, J. O., Taylor, J. F Associations between RFLPs and quantitative sifat in beef cattle. Journal of Animal Science 69 (suppl 1):201 SAS JMP User's Guide, Version 2 of JMP Cary, NC, USA: SAS Institute Inc. Schlee, P., Graml, R., Rottmann, O., Pirchner, F. 1994a. Influence of Growth-Hormone Genotypes On Breeding Values of Simmental Bulls. Journal of Animal Breeding & Genetics Zeitschrift fur Tierzuchtung und Zuchtungsbiologie 111: Schlee, P., Graml, R., Schallenberger, E., Schams, D., Rottmann, O., et al. 1994b. Growth Hormone and Insulin Like Growth Factor I Concentrations in Bulls of Various Growth Hormone Genotypes. Theoretical & Applied Genetics 88: Winkelmann, D. C., Hodgetts, R. B RFLPs for somatotropic genes identify quantitative trait loci for growth in mice. Genetics 131: Winkelmann, D. C., Querengesser, L. D., Hodgetts, R. B Growth hormone restriction fragment length polymorphisms that segregate with 42-day live weight of mice. Genome 33: Woychik, R. P., Camper, S. A., Lyons, R. H., Horowitz, S., Goodwin, E. C., Rottman, F. M Cloning and nucleotide sequencing of the bovine growth hormone gene. Nucleic Acid Research 10: Zainur, A. S., Tassel, R., Kellaway, R. C., Dodemaide, W. R Recombinant growth hormone in growing lambs: effects on growth, feed utilization, body and carcass characteristics and on wool growth. Australian Journal of Agricultural Research 40:

Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala

Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 169-173 Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala

Lebih terperinci

Polimorfisme MspI pada Lokus 2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi PO dan Pengaruhnya terhadap Capaian Berat Badan Harian

Polimorfisme MspI pada Lokus 2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi PO dan Pengaruhnya terhadap Capaian Berat Badan Harian B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 2 April 2005 Halaman: 77-81 Polimorfisme MspI pada Lokus 2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi PO dan Pengaruhnya terhadap Capaian Berat Badan Harian MspI

Lebih terperinci

Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura

Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 4, Nomor 1 Januari 2003 Halaman: 7-11 Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura DNA polymorphism at locus-2 of growth hormone gene

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA SAPI SIMMENTAL. Disertasi HARY SUHADA

KERAGAMAN GENETIK GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA SAPI SIMMENTAL. Disertasi HARY SUHADA KERAGAMAN GENETIK GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA SAPI SIMMENTAL Disertasi HARY SUHADA 1231212601 Pembimbing: Dr. Ir. Sarbaini Anwar, MSc Prof. Dr. Ir. Hj. Arnim,

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

Evaluasi Polimorfisme Leu/Val pada Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden

Evaluasi Polimorfisme Leu/Val pada Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden Evaluasi Polimorfisme Leu/Val pada Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden (Evaluation of Polymorphism of Leu/Val of Growth Hormone Gene in

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... v vi viii ix x xiii

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Hormon Pertumbuhan (GH) Amplifikasi gen hormon pertumbuhan pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, dan BET Cipelang; serta sapi pedaging (sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Abstrak Thesis Mochamad Syaiful Rijal Hasan G

Abstrak Thesis Mochamad Syaiful Rijal Hasan G Abstrak Thesis Mochamad Syaiful Rijal Hasan G352090161 Mochamad Syaiful Rijal Hasan. Achmad Farajallah, dan Dyah Perwitasari. 2011. Polymorphism of fecundities genes (BMPR1B and BMP15) on Kacang, Samosir

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

Asosiasi Marka Genetik dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Madura di Pamekasan

Asosiasi Marka Genetik dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Madura di Pamekasan Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: 42-48 ISSN 1693-8828 Asosiasi Marka Genetik dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Madura di Pamekasan Suyadi 1, Isnaini N 1, Rahayu S. 2 dan Y. Nurpah 3 1 Staff Member

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein merupakan bangsa sapi perah yang banyak terdapat di Amerika Serikat dengan jumlah sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang ada. Sapi ini

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo Nama : Rohmat Diyono D151070051 Pembimbing : Cece Sumantri Achmad Farajallah Tanggal Lulus : 2009 Judul : Karakteristik Ukuran Tubuh dan Polimorfisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Sapi Bali Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil domestikasi banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak

Lebih terperinci

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 4, Nomor 1 Januari 2003 Halaman: 1-6 Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP Identification

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi memiliki peran utama dalam evolusi kebudayaan manusia dan penting dalam segi ekonomi. Semua ternak sapi saat ini diperkirakan telah di domestikasi dari Bos

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA SKRIPSI IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN Growth Hormone PADA DOMBA EKOR TIPIS SUMATERA Oleh: Astri Muliani 11081201226 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP (Exon 3 Growth Hormone Gene Exploration in Etawah Grade, Saanen and Pesa by PCR-SSCP Method)

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas Pendahuluan: Timbulnya keragaman berbagai sifat kuantitatif Derajat keragaman yang dihitung ( Rataan, varians dan SD) BERAPA BAGIAN DARI PERBEDAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

ANIMAL AND AGRICULTURAL TECHNOLOGY

ANIMAL AND AGRICULTURAL TECHNOLOGY BIOLOGY UNIVERSITY OF BRAWIJAYA 2012 ANIMAL AND AGRICULTURAL TECHNOLOGY ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP outline 1 INTRODUCTION 4 ANEKA TERNAK 3 TERNAK POTONG 2 TERNAK PERAH ANIMAL-AGRiCULTURAL PRODUCT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Sapi Friesian Holstein (FH) Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Sapi Friesian Holstein (FH) Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2009) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) menduduki populasi terbesar hampir di seluruh dunia. Sapi FH berasal dari nenek moyang sapi liar Bos taurus, Typicus primigenius yang

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

3. POLIMORFISME GEN Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-1) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM LOKAL DI INDONESIA ABSTRAK

3. POLIMORFISME GEN Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-1) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM LOKAL DI INDONESIA ABSTRAK 16 3. POLIMORFISME GEN Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-1) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM LOKAL DI INDONESIA ABSTRAK Pertumbuhan dikontrol oleh multi gen, diantaranya gen Insulin-Like Growth

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU GENETIK INDUK DAN CALON INDUK KAMBING PE PROLIFIK MELALUI PEMANFAATAN PAKAN KULIT BUAH KAKAO

PENINGKATAN MUTU GENETIK INDUK DAN CALON INDUK KAMBING PE PROLIFIK MELALUI PEMANFAATAN PAKAN KULIT BUAH KAKAO PENINGKATAN MUTU GENETIK INDUK DAN CALON INDUK KAMBING PE PROLIFIK MELALUI PEMANFAATAN PAKAN KULIT BUAH KAKAO Zulkharnaim, Jasmal A Syamsu, Muhammad Ihsan A Dagong, Sahiruddin Sabile Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

PENANDA KODOMINAN B11 BERDASARKAN CAPS SEBAGAI ALAT SELEKSI TOLERANSI TANAMAN PADI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM

PENANDA KODOMINAN B11 BERDASARKAN CAPS SEBAGAI ALAT SELEKSI TOLERANSI TANAMAN PADI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM PENANDA KODOMINAN B11 BERDASARKAN CAPS SEBAGAI ALAT SELEKSI TOLERANSI TANAMAN PADI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM (CAPS Based Codominant Marker Of B11 as Selective Tool for Rice Aluminum Tolerance Trait) Abstrak

Lebih terperinci

Evaluasi Keragaman Genetik Gen Hormon Pertumbuhan (GH) pada Sapi Pesisir Sumatera Barat Menggunakan Penciri PCR-RFLP

Evaluasi Keragaman Genetik Gen Hormon Pertumbuhan (GH) pada Sapi Pesisir Sumatera Barat Menggunakan Penciri PCR-RFLP Media Peternakan, April 007, hlm. 1-10 ISSN 016-047 Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/005 Vol. 30 No. 1 Evaluasi Keragaman Genetik Gen Hormon Pertumbuhan (GH) pada Sapi Pesisir Sumatera Barat Menggunakan

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

ANALISIS POLIMORFISME GEN BOVINE GROWTH HORMONE (BGH) EXON III-IV PADA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI BPTU BATURRADEN

ANALISIS POLIMORFISME GEN BOVINE GROWTH HORMONE (BGH) EXON III-IV PADA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI BPTU BATURRADEN ANALISIS POLIMORFISME GEN BOVINE GROWTH HORMONE (BGH) EXON III-IV PADA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI BPTU BATURRADEN (Polymorphisms Analysis of Bovine Growth Hormone (bgh) Gene Exon III- IV in BPTU Baturraden

Lebih terperinci

BAB 5. Deteksi Pewarisan Gen GHKaitan Teori Mendel Pada Populasi Sapi PO

BAB 5. Deteksi Pewarisan Gen GHKaitan Teori Mendel Pada Populasi Sapi PO BAB 5 Deteksi Pewarisan Gen GHKaitan Teori Mendel Pada Populasi Sapi PO Hormon pertumbuhan (Growth hormone, GH) merupakan hormone anabolic yang disintesis dan disekresikan oleh sel somatotrof pada lobus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK MOLEKULER UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT PRODUKSI HEWAN TERNAK

PENGGUNAAN TEKNIK MOLEKULER UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT PRODUKSI HEWAN TERNAK PENGGUNAAN TEKNIK MOLEKULER UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT PRODUKSI HEWAN TERNAK PENGGUNAAN TEKNIK MOLEKULER UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT PRODUKSI HEWAN TERNAK Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Genetika Molekuler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK ISSN: 1412033X THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK PENERBIT: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, Puslitbang Bioteknologi dan Biodiversitas Universitas Sebelas Maret Surakarta ALAMAT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA

POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA TESIS POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA NI LUH MADE IKA YULITA SARI HADIPRATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS POLIMORFISME

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN MEAT TENDERNESS PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DENGAN METODE PCR-RFLP

IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN MEAT TENDERNESS PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DENGAN METODE PCR-RFLP IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN MEAT TENDERNESS PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DENGAN METODE PCR-RFLP (Identification of Gene Polymorphism for Meat Tenderness in Ongole Cattle by PCR-RFLP) SRI RAHAYU 1,

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia MacHugh (1996) menyatakan jika terdapat dua spesies sapi yang tersebar diseluruh dunia yaitu spesies tidak berpunuk dari Eropa, Afrika Barat, dan Asia Utara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN GH (GROWTH HORMONE) SAPI BALI DENGAN METODE PCR-RFLP

IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN GH (GROWTH HORMONE) SAPI BALI DENGAN METODE PCR-RFLP Berk. Penel. Hayati: 12 (7 11), 2006 IDENTIFIKASI POLIMORFISME GEN GH (GROWTH HORMONE) SAPI BALI DENGAN METODE PCR-RFLP Sri Rahayu*, SB Sumitro*, T Susilawati**, dan Soemarno*** * Jurusan Biologi, FMIPA,

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS SIDIK DNA (DNA Fingerprinting) RFLP (Restriction Fragmen Length Polymorphism)

ANALISIS SIDIK DNA (DNA Fingerprinting) RFLP (Restriction Fragmen Length Polymorphism) ANALISIS SIDIK DNA (DNA Fingerprinting) RFLP (Restriction Fragmen Length Polymorphism) Laurencius Sihotang I. Tujuan Mempelajari cara teknik RFLP(Restriction Fragmen Length Polymorphism) Menganalisis pola

Lebih terperinci