4/25/2013. Arus Utama Dunia. Arus Utama Dunia. Sirkulasi Umum Lautan(satellite) Gulf Stream. Gulf Stream. California Current

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4/25/2013. Arus Utama Dunia. Arus Utama Dunia. Sirkulasi Umum Lautan(satellite) Gulf Stream. Gulf Stream. California Current"

Transkripsi

1 Sirkulasi Umum Lautan(satellite) Arus Utama Dunia Gulf Stream Arus Utama Dunia Gulf Stream California Current 1

2 Peta Salinitas rerata tahunan Dissolved Oxygen Permukaan Kedalaman 500 m Gulf Stream, Plankton Bloom

3 Gulf Stream Spiral Eddies Mediterranean Sea, Shear Wall Spiral Eddies Tropical Atlantic, Spiral Eddy 3

4 Greek Island, Spiral Eddies and Wakes Strait of Gibralter, Solitons Eastern Pacific Internal Waves 4

5 Kelvin Waves, from Ships Dinamika Pantai California Filaments and Phytoplankton Hawaiian Island Wakes Sirkulasi Lautan yang dibangkitkan angin Tujuan Pembelajaran Bagaimana angin menggerakkan arus permukaan gyres Arus dan transpor Ekman Upwelling and Downwelling Western and Eastern Boundary currents Inertial currents 5

6 Perbedaan penting antara lautan dan atmosfer Lautan dipanaskan dari atas Yang dirasakan keduanya Penggerak mekanik oleh angin Pembangkit panas dari matahari Lautan lebih padat dari atmosfer Pasang Surut Salinitas Atmosfer memiliki awan dan udara (moisture) Bagaimana energi angin di transfer ke lautan? Teori Ekman 6

7 3.3 Sirkulasi Dorongan Angin (WIND GRIVEN CIRCULATION) Angin secara langsung telah dianggap yg membangkitkan sirkulasi (arus) lautan. Tetapi kadang ada ketidak-cocokan. Ada arus kuat seperti arus sakal (counter-current) di ekuator yg melawan arah angin. Ada juga arus yg kuat dan menyempit di sisi barat samudera tidak berkaitan dgn agin secara langsung. Alasannya ini terdapat pada 3 publikasi: Sverdrup (1947); Stommel (1948) dan Munk (1950). (1) Teori Sverdrup: wind-driven circulation Terinspirasi untuk menjelaskan hasil observasi arus di ekuator timur Pasifik Asumsi: - aliran stasioner, friksi lateral dan viskositas molekuler kecil. - aliran bersifat baroclinic (velositas tgt ked; isobar berpot dgn perm geopot) (arus geostropik tdk tgt ked dan disebut bersifat barotropik) - Sirkulasi akibat dorongan angin hilang pada kedalaman yg disebut no motion pada ked ~ 1000 m. 1 p u 1 p v Dgn asumsi fv ini, komp ( A horz ); pers gerak (mom): fu ( A ) x z y z (Sv-1) Lalu pers (Sv-1) diintegralkan dari perm (z = 0) sampai ked (z = -D) dimana tdk a aliran akibat dorongan angin (grad tek = 0) Pengintegralan komponen velositas dari perm sampai ked D Transpor (M) 0 D u( z) dz M x ; 0 D v( z) dz Gesekan turbulen pada permukaan = gesekan angin dan pada ked D = nol u u v v x: ( Az ) 0 x; ( A z ) D 0 y: ( Az ) 0 y; ( Az ) 0 (Sv-3) D Pers kontinuitas untuk transpor massa air: M M x y 0 (Sv-4) x Setelah melalui bbrp manipulasi mat thd pers (Sv-1 s/d Sv-4) Pers Sverdrup : y x f cos M y curl z ( ); θ = lintang x R R = jari bumi y Karena pada sebagian besar lautan terbuka, terutama di daerah tropis kecil 1 x Maka transpor arah U S : M y Dengan menggunakan pers kontinuitas transpor (Sv-4), maka transpor arah T B M y x x x M R x tan cos (Sv-) Batas U S pada sisi timur samudera merupakan x = 0: Secara kualitatif, solusi pers Sverdrup menjelaskan terdapatnya sistem arus ekuator, yakni: (1) ke utara 15 o N dan ke selatan o N, M x negatip aliran ke barat arus ekuator utara (NEC = North Equotor Current) dan arus ekuator selatan (SEC = South Equator Current) () Antara 15 o N o N, M x positip aliran ke timur arus sakal (NECC = North Equator Counter Current) 7

8 () Teori Stommel : Western Boundary Current (Western Intensification) Adanya fenomena western intensification (aliran menyempit dan kuat pada sisi barat Samudera di BBU) dijelaskan pertama kali secara memadai oleh Stommel (1948). Teori Stommel di aplikasikan di Atlantik Utara. Pada dasarnya Stommel menggunakan pers Sverdrup, tetapi ditambahkan u u v v x : friksi ( Az ) 0 x; ( Az ) D Ku y : ( Az ) 0 0 ; ( A y z ) D Kv dasar yg besarnya z proporsional dgn velositas: dimana K adalah konstanta. Stommel menentukan solusi steady-state utk aliran pada basin persegi empat, dgn dimensi: 0 y b; 0 x ; kedalaman D konstan dan ρ (densitas) konstan. Solusi 1: bumi tidak berputar solusi berupa aliran yg simetiris dgn pola tidak ada western intentensification Solusi : bumi berputar dgn Gaya Coriolis konstan aliran simetris dgn pola tidak ada western intentensification Solusi 3: bumi berputar dgn Gaya Corilis bervariasi dgn lintang aliran tidak simetris dgn pola terdapat western intentensification Stommel berpendapat akibat variasi Gaya Coriolis dengan lintang dapat Stream function for flow in a basin as calculated by Stommel (1948). Flow for non-rotating basin or flow for a basin with constant rotation Flow when rotation varies linearly with y (3) Solusi Munk Munk menggabungkan basic features berupa kontribusi dari Ekman, Sverdrup dan Stommel menghasilkan solusi utk aliran (sirkulsi) dorongan angin yg mencakup seluruh basin lautan. Kontribusi utama Munk adalah menambahkan gesekan turbulen lateral shg sirkuasi lautan tetap dalam kondisi steady state. Gesekan vertikal tetap digunakan utk mentrasfer energi angin ke aliran di lapisan Ekman. Ide Sverdrup utk mendapat transfor dgn mengintegralkan dari permukaan sampai kedalaman D dimana tidak ada aliran akibat dorongan angin. Dengan demikian aliran pada lapisan atas 1000 m adalah boroklinik dan tgt kedalaman. Munk menggunakan eddy koef lateral (A H = A x = A y ) yg konstan 8

9 Left: Mean annual wind stress ( y ) over the Pacific and the curl of the wind stress. Right: The mass transport stream function for a rectangular basin calculated by Munk (1950) using observed wind stress for the Pacific. Contour interval is m3/s = 10 Sverdrups. The total transport between the coast and any point x, y is ψ(x, y).the transport in the relatively narrow northern section is greatly exaggerated. Lower : North-South component of the mass transport. The solution for a triangular basin. (From Munk, 1950). Pers gerak Munk: 1 p u u 1 p v v fv ( Az ) AH ; fu ( Az ) AH x x Pers ini dimanipulasi dgn mencari fungsi stream dari transpor massa ( ): AH curl z, dimana 4 4 x x x friksi Pers Sverdrup Friksi besar dekat batas lateral, tetapi kecil di interior lautan. Solusi diterapkan pada basin dgn dimensi dari x = 0 sampai x = r dan y = - s sampai y = + s. Selain itu angin bersifat zonal. Solusi Munk: feature yg dominan berupa sirkulasi skala gyre yg mencakup semua b - Ada kesamaan dgn solusi Sverdrup pd bagian timur basin lautan dan arus tepi bar (western intensification) yg kuat. - Dgn menggunakan A H = 5 x 10 3 m /det, maka lebar arus tepi barat ~ 5 km; dgn bentuk mirip dgn Gulf Stream dan Kuroshio Sirkulasi Dorongan Angin menghasilkan: Sirkulasi Arus Permukaan Global (Gyre): Ada 5 gyre: - S. Atlantik : Atl. Utara dan Selatan - S. Pasifik : Pas. Utara dan Pas. Selatan - S. India : 1 India Selatan Karakter umum sirkulasi Atl. Utara dan Pas. Utara: sisi barat pemusatan aliran (western intensification). Arus ke utara lebih cepat dan lebih terkonsentarsi pada zona yg sempit Penyebab: (i) pengaruh Gaya Coriolis makin kuat ke lintang tinggi (ii) variasi arah dan kekuatan angin (trade dan westerlies) (iii) friksi antara arus laut dengan batas (boundary) basin lautan Akibatnya: aliran (arus) terdesak (kompres) ke arah sisi barat lautan, shg kec aliran hrs lebih tinggi agar mampu mengangkut volume air yg diperlukan dalam gyre dari ekuator ke lintang tinggi. Juga berperan transfer bahang ke lintang tinggi. Nama aliran : Gulf Stream (Atl Utara) dan Kuroshio (Pas Utara) sisi timur arus tersebar pada zona yg lebih luas, arus lemah dan juga menyebar ke lapisan dalam. Aliran dari lintang tingi ke ekuator. Untuk memenuhi hukum kontinuitas transfor massa air maka harus tetap memindahkan volume air yang sama ke arah ekuator 9

10 Sirkulasi (gyre) di Sam. Atlantik: Surface currents of the Atlantic Ocean. Abbreviations are used for the East Iceland (EIC), Irminger (IC), West Greenland (WGC), and Antilles (AC) Currents and the Caribbean Countercurrent (CCC). Other abbreviations refer to fronts: JMF: Jan Mayen Front, NCF: Norwegian Current Front, IFF: Iceland - Faroe Front, SAF: Subarctic Front, AF: Azores Front, ABF: Angola - Benguela Front, BCF: Brazil Current Front, STF: Subtropical Front, SAF: Subantarctic Front, PF: Polar Front, CWB/WGB: Continental Water Boundary/Weddell Gyre Boundary. Sirkulasi di S. Atlantik: Pada bagian utara dan selatan, terdapat masing-masing subtropical gyres yang sangat cocok dgn Sverdrup relation Atlantik Utara paling banyak di teliti Ada sirkulasi: Sub-tropical gyre yang sangat kuat dan subpolar gyre yang lemah Seperti terlihat pd Gambar: subtropical gyre terdiri dari North Equatorial Current dgn pusat dekat 15 U, the Antilles Current, dan Caribbean Current melintasi American Mediterranean Sea, the Florida Current, the Gulf Stream, the Azores Current, serta the Portugal dan Canary Currents. Atlantik selatan, hanya ada 1 gyre yakni subtropical gyre yang terdiri dari the South Equatorial Current yang terpusat di southern hemisphere, tetapi meluas memotong ekuator, lalu ada the Brazil Current, the South Atlantic Current, dan thebenguela Current. The Sverdrup relation secara khusus terbentuk sangat baik di dekat ekuator, dimana gradien arus geostrofik sangat kecil. Juga memperlihatkan adanya equatorial countercurrent (arus sakal) antara the North and South Equatorial Currents. Seperti di Pasifik, arus sakal bergerak ke timur, tetapi lebih lebar dan intensitas lebih kecil. 10

11 Arus Permukaan S. Pasifik Ocean: Singkatan: the Mindanao Eddy (ME), the Halmahera Eddy (HE), the New Guinea Coastal (NGCC), the North Pacific (NPC), and the Kamchatka Current (KC). Singkatan lain untuk fronts: NPC: North Pacific Current, STF: Subtropical Front, SAF: Subantarctic Front, PF: Polar Front, CWB/WGB: Continental Water Boundary / Weddell Gyre Boundary. Daerah bergaris (shaded) adalah Subtropical Countercurrents. Pada bagian barat S.Pasifik Selatan, arus yg terlihat adalah utk bln April - November dimana angin yg dominan: the Trades (passat). Pada bln Desember - Maret daerah ini dipengruhi the northwest monsoon (muson barat daya), bertiup sepanjang pantai utara Australia di utara lintang 18 S dan sepanjang Papua terjadi pembalikan aliran, Halmahera Eddy berubah arah rotasinya dan the South Equatorial Current bergabung dgn the North Equatorial Countercurrent disebelah timur dari eddy. Aliran sepanjang STF (Subtropical Front) sekarang disebut the South Pacific Current. Secara umum, sirkulasi permukaan yang diperkirakan tiupan angin sangat sesuai dengan aliran yg dihasilkan dari data pengukuran lautan. Fenomena yg dominan di S. Pasifik Utara: the strong subtropical gyre yg terdiri dari the North Equatorial Current dgn aliran terkuat sekitar 15 N, the Philippines Current, the Kuroshio, the North Pacific Current, dan the California Current. Sirkulasi pada subtropik di S. Pasifik Selatan lebih lemah, tetapi sirkulasi sangat sesuai juga antara perkiraan dari angin dan hasil pengukuran di laut. Subtropikal gyre terdiri dari the South Equatorial Current, terpusat sekitar 15 S, dan the Peru/Chile Current sebagai komponen utama dari southern subtropical gyre serta mengindikasikan adanya western boundary currents sepanjang pantai Australia dan New Zealand. Adanya pemisahan (split) dekat 18 S menjadi ke selatan sbg East Australian Current dan aliran ke utara melalui the Coral Sea serta transpor ke utara melintasi ekuator di timur Papua New Guinea telah dikonfirmasi dgn pengamatan lapangan belakangan. Indikasi subpolar gyre di Pasifik utara terlihat utara 50 N. Transpor ke timur oleh North Pacific Current; sirkulasi menjadi lengkap oleh aliran kekutub dan aliran kebarat Alaska Current, the Alaskan Stream, the southern part of the East Kamchatka Current, and the Oyashio. Sebagai ringkasan, aliran terintegrasi mengindikasikan adanya 6 western boundary currents: (1) Oyashio ke selatan antara 60 N dan 45 N; () aliran ke utara Kuroshio antara 1 N dan 45 N; (3) sisi pantai dari Mindanao Eddy yg mengalir ke selatan antara 1 N sampai 5 N; (4) aliran ke utara dari arus yg tak bernama antara 18 S and 5 N; (5) aliran ke selatan East Australian Current antara 18 S dan Tasmania; (6) serta aliran ke selatan lainnya sepanjang pantai timur New Zealand. Sirkulasi S. India Sistem Muson mendominasi S. India Utara dan pengaruhnya terasa sampai daerah subtropik S. India selatan. Ringkasan siklus muson disajikan pada Fig The Northeast or Winter Monsoon (Muson timur laut) menetukan iklim S. India Utara saat musim dingin di BBU (Desember - Maret). Musim ini dikenali dengan karakter tekanan tinggi di Benua Asia dan angin timur laut bertiup di daerah tropis dan subtropis. Angin diatas S. India Utara mewakili Passat (the Trades), tetapi karena bersifat musiman maka dikenal sebagai Muson Timur Laut (the Northeast Monsoon). (Kata Muson (monsoon) berasal dari Bahasa Arab yang berarti angin berbalik arah secara musiman). Iklim di S. India Selatan didominasi perbedaan tekanan udara antara tek rendah di tropis (sekitar 10 S) dan tek tingggi di subtropis. Hal ini menghasilkan Passat Tenggara (Southeast Trades) yang hampir uniform dan sedikit lebih kuat dari di Pasifik Selatan. The Southwest or Summer Monsoon (Muson Barat Daya) menentukan iklim di S. India Utara saat musim panas di BBU (northern hemisphere summer) yg terjadi pada bulan (Juni - September). Pusat tek rendah terbentuk utara Arab dan Pakistan dan pusat tek udara tinggi terbentuk di Australia dan bagian selatan Afrika. 11

12 Fig Skema ringkasan sistem muson di S. India. Bagian atas menjelaskan siklus angin, sedangkan bagian bawah memperlihatkan arus utama yang terbentuk sebagai respons terhadap angin yang bertiup. Sebagai akibatnya angin S. India berbalik arah dan trades (passat) tidak terlihat lagi. Angin dgn kecepatan Beaufort 6 atau lebih bertiup di seluruh barat S. India Utara. Ke bagian timur, angin lebih lemah. Muson Barat Daya (namanya di BBU) merupakan lanjutan dari Angin Passat Tenggara dari S. India selatan, dimana antara 10 dan 0 S mempunyai kecepatan terkuat pada saat musim ini dibanding wilayah lain di dunia. Karena arah angin di ekuator hampir berorientasi utaraselatan (meridional) maka transpor Ekman yang akan mengakibatkan adanya divergence tidak terbentuk di ekuator sehingga upwelling di ekuator S. India juga tidak terbentuk. Downwelling yang kuat justru terbentuk pada bulan transisi (Mei dan November) ketika angin bertiup ke timur di ekuator yang menghasilkan transpor Ekman yang diikuti convergence. Kondisi untuk terjadinya coastal upwelling juga terlihat perbedaannya di S. India. Sepanjang pantai timur Samudea, dimana daerah upwelling terpenting terdapat di Pasifik dan Atlantik, angin yang menimbulkan upwelling sangat lemah sepanjang pantai barat Australia saat Muson Timur Laut (Northeast Monsoon) dan sama sekali tidak angin saat Muson Barat Daya (Southwest Monsoon) season. Daerah upwelling kecil terdapat pada Muson Barat Daya sepanjang pantai Jawa. Tetapi upwelling terkuat terjadi sepanjang pantai barat S. India saat Muson Barat Daya (Southwest Monsoon) menghasilkan transpor Ekman yang kuat menjauhi pantai Somalia dan semenanjung Arab. 1

13 Arus permukaan di S. India Akhir Muson Timur Laut (Maret - April) Akhir Muson Barat Daya (September - Oktober; sirkulasi di selatan 0 S tidak berubah). East Arabian (EAC), South Java (SJC), Zanzibar (ZC), East Madagascar (EMC), and Somali (SC) Currents. STF: Subtropical Front, SAF: Subantarctic Front, PF: Antarctic Polar Front, WGB: Weddell Gyre Boundary. Sirkulasi permukaan di S. India Selatan. S. India Selatan yang tidak mengalami angin muson memperlihatkan subtropis gyre yang kuat sesuai dengan perkiraan Sverdrup relation. Ke selatan lintang 10 S dan jauh dari pantai Australia, pola sirkulasi sangat cocok dengan observasi. Keduanya memperlihatkan Arus Ekuator selatan (the South Equatorial Current) yang dipasok oleh Arlindo (throughflow) berupa massa air Pasifik yang melintasi perairan Indonesia sehingga aliran ke barat makin kuat. Pemisahan (bifurcation) di timur Madagascar dan lagi di dekat pantai Afrika juga terlihat pada aliran Sverdrup, juga pertemuan kembali arus Mozambique and East Madagascar menjadi arus Agulhas. Lebih jauh, Sverdrup relation mengimplikasikan net aliran ke selatan melintasi lintang 10 S sebagai respons terhadap curl gesekan angin negatip yang kuat yang membangkitkan arus sakal (Equatorial Countercurrent) ke timur di utara dari lintang 10 S. Secara kontras, rata-rata aliran tahunan di S. India Utara tidak terlalu jelas baik menurut sirkulasi Sverdrup maupun observasi. Sekarang akan dideskripsikan sirkaluasi berdasarkan observasi. Saat musim Muson Timur Laut, sistem arus mirip sekali dgn arus di Pasifik dan Atlantik. Subtropical gyre mendominasi S. India Selatan. Subtropical gyre di S. India Utara tidak terlalu jelas; sebagian besar massa air yang dibawa Arus Katulistiwa Utara (North Equatorial Current) kembali ke timur dengan Arus Sakal dekat 5 S, menyisakan sedikit net transpor untuk arus yang lemah ke S. India bagian utara. Arus sakal bersambung ke dalam Arus Pantai Jawa (South Java Current) yang saat musim muson timur laut ini, memasok air ke perairan Indonesia dan sebagian ke selatan masuk ke Arus Katulistiwa Selatan. Pada saat Musim Muson Barat Daya, arus mengalir ke arah yang berlawanan di utara lintang 10 S, saat mana AKS menguat dan memasok sebagian airnya bergabung ke Arus Somali, yang merupakan western boundary current dari sirkulasi anticyclonic yang berkembang di S. India Utara. AKU menghilang dan Arus Sakal menyatu atau terserap kedalam Arus Muson Barat Daya (Southwest Monsoon Current). Aliran ke timur yang cukup lebar mendominasi aliran di S. India Utara. 13

14 Bagaimana energi angin di transfer ke lautan? Teori Ekman Bagaimana gaya angin membangkitkan lautan ocean? surface Keseimbangan antara friksi dan rotasi Kedalaman 100 m 1 14

4/25/2013. Teori ekman dan adveksi vertikal di lautan. COASTAL UPWELLING and DOWNWELLING OPEN OCEAN EKMAN PUMPING. Figure 8.11A. Figure 8.

4/25/2013. Teori ekman dan adveksi vertikal di lautan. COASTAL UPWELLING and DOWNWELLING OPEN OCEAN EKMAN PUMPING. Figure 8.11A. Figure 8. Teori ekman dan adveksi vertikal di lautan COASTAL UPWELLING and DOWNWELLING OPEN OCEAN EKMAN PUMPING Figure 8.11A Figure 8.11B 1 akibat gesekan angin, maka transfor bersih (net transport) adalah 90 o

Lebih terperinci

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com)

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com) Arus Geostropik Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah gerak partikel akan sejajar

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Permukaan Laut (SPL) Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Daerah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Eddy Keberadaan arus eddies sebenarnya sudah mendapat perhatian dari para pelaut lebih dari satu abad yang lalu. Meskipun demikian penelitian mengenai arus eddies sendiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim global sekitar 3 4 juta tahun yang lalu telah mempengaruhi evolusi hominidis melalui pengeringan di Afrika dan mungkin pertanda zaman es pleistosin kira-kira

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Verifikasi Hasil simulasi model meliputi sirkulasi arus permukaan rata-rata bulanan dengan periode waktu dari tahun 1996, 1997, dan 1998. Sebelum dianalisis lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daerah Kajian Daerah yang akan dikaji dalam penelitian adalah perairan Jawa bagian selatan yang ditetapkan berada di antara 6,5º 12º LS dan 102º 114,5º BT, seperti dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

ILMU & TEKNOLOGI KELAUTAN (ITK 502)

ILMU & TEKNOLOGI KELAUTAN (ITK 502) ILMU & TEKNOLOGI KELAUTAN (ITK 502) Kuliah-7 Fenomena Di Laut & Perannya Dalam Kehidupan 11/9/09 J. I. Pariwono 1 Dinamika Laut Dalam 1. Dinamika di lautan disebabkan oleh banyak gaya yang bekerja di dalamnya

Lebih terperinci

SIRKULASI UMUM ATMOSFER

SIRKULASI UMUM ATMOSFER SIRKULASI UMUM ATMOSFER www.pelatihan-osn.com SIRKULASI UMUM ATMOSFER By : Asri Oktaviani Tekanan Udara Tekanan Udara (TU): tekanan yg diberikan udara krn beratnya pada tiap 1 cm2 bidang mendatar dari

Lebih terperinci

Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik di Perairan Utara Papua pada Bulan Desember 1991

Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik di Perairan Utara Papua pada Bulan Desember 1991 Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik di Perairan Utara Papua pada Bulan Desember 1991 Adi Purwandana Laboratorium Oseanografi Fisika dan Iklim Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu

Lebih terperinci

SIRKULASI UMUM ATMOSFER

SIRKULASI UMUM ATMOSFER www.pelatihan-osn.com SIRKULASI UMUM ATMOSFER By : Asri Oktaviani Tekanan Udara Tekanan Udara (TU): tekanan yg diberikan udara krn beratnya pada tiap 1 cm 2 bidang mendatar dari permukaan bumi. Diukur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Umum Perairan Selatan Jawa Perairan Selatan Jawa merupakan perairan Indonesia yang terletak di selatan Pulau Jawa yang berhubungan secara langsung dengan Samudera Hindia.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Indonesia merupakan area yang mendapatkan pengaruh Angin Muson dari tenggara pada saat musim dingin di wilayah Australia, dan dari barat laut pada saat musim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Verifikasi Model Visualisasi Klimatologi Suhu Permukaan Laut (SPL) model SODA versi 2.1.6 diambil dari lapisan permukaan (Z=1) dengan kedalaman 0,5 meter (Lampiran 1). Begitu

Lebih terperinci

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS Martono Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPANInstitusi Penulis Email: mar_lapan@yahoo.com Abstract Indian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: 157-162 KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Martono Bidang Pemodelan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Lebih terperinci

Oseanografi Fisis. Massa Air dan Proses Percampuran

Oseanografi Fisis. Massa Air dan Proses Percampuran Oseanografi Fisis 4 Massa Air dan Proses Percampuran Karakteristik Massa Air Pemanasan Pendinginan Pembentukan Es Penguapan Pengenceran Permukaan Laut Massa Air Paling Berat dan Paling Dalam Terbentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konsentrasi klorofil-a suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan nutrien dan intensitas cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas cahaya matahari cukup tersedia,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MASSA AIR DI PERCABANGAN ARUS LINTAS INDONESIA PERAIRAN SANGIHE TALAUD MENGGUNAKAN DATA INDEX SATAL 2010

KARAKTERISTIK MASSA AIR DI PERCABANGAN ARUS LINTAS INDONESIA PERAIRAN SANGIHE TALAUD MENGGUNAKAN DATA INDEX SATAL 2010 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Hlm.525-536, Desember 2014 KARAKTERISTIK MASSA AIR DI PERCABANGAN ARUS LINTAS INDONESIA PERAIRAN SANGIHE TALAUD MENGGUNAKAN DATA INDEX SATAL 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Samudera Hindia mempunyai sifat yang unik dan kompleks karena dinamika perairan ini sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim dan sistem angin pasat yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Angin Di perairan barat Sumatera, khususnya pada daerah sekitar 2, o LS hampir sepanjang tahun kecepatan angin bulanan rata-rata terlihat lemah dan berada pada kisaran,76 4,1

Lebih terperinci

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Oleh : Martono, Halimurrahman, Rudy Komarudin, Syarief, Slamet Priyanto dan Dita Nugraha Interaksi laut-atmosfer mempunyai peranan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN : ANGIN

POKOK BAHASAN : ANGIN POKOK BAHASAN : ANGIN ANGIN ANGIN Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR Oleh : Agus Dwi Jayanti Diah Cahyaningrum C64104051 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Arus Lintas Indonesia ( Indonesian Seas Throughflow

TINJAUAN PUSTAKA Arus Lintas Indonesia ( Indonesian Seas Throughflow TINJAUAN PUSTAKA Arus Lintas Indonesia (Indonesian Seas Throughflow) Broecker (1997) dan Gordon (1987) menyebutkan bahwa tiga samudera di permukaan bumi memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan

Lebih terperinci

Laut dan Atmosfir. Laut mempengaruhi Atmosfir atau Atmosfir mempengaruhi Laut?

Laut dan Atmosfir. Laut mempengaruhi Atmosfir atau Atmosfir mempengaruhi Laut? Laut dan Atmosfir Laut mempengaruhi Atmosfir atau Atmosfir mempengaruhi Laut? Outline Pengantar Greenhouse effect. Intensitas radiasi matahari dan garis lintang. Pola distribusi panas antara daratan dan

Lebih terperinci

Definisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab

Definisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab Definisi Arus Pergerakkan horizontal massa air Penyebab Fakfor Penggerak (Angin) Perbedaan Gradien Tekanan Perubahan Densitas Pengaruh Pasang Surut Air Laut Karakteristik Arus Aliran putaran yang besar

Lebih terperinci

Musim Hujan. Musim Kemarau

Musim Hujan. Musim Kemarau mm IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data Curah hujan Data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini adalah wilayah Lampung, Pontianak, Banjarbaru dan Indramayu. Selanjutnya pada masing-masing wilayah

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami proses terjadinya angin dan memahami jenis-jenis angin tetap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1 Pada bulan Desember 1996 Februari 1997 yang merupakan puncak musim barat

Lebih terperinci

2. Perhatikan tabel tentang kemungkinan kondisi Samudera Pasifik berikut!

2. Perhatikan tabel tentang kemungkinan kondisi Samudera Pasifik berikut! Bidang Studi Kode Berkas : GEOGRAFI : GEO-T01 (soal) Petunjuk Soal 1) Jumlah soal yang diberikan sebanyak 30 soal pilihan ganda 2) Waktu pengerjaan adalah selama 90 menit 3) Penilaian bagi siswa yang menjawab

Lebih terperinci

POLA ARUS LAUT, PENGARUH DAN PEMANFAATANNYA oleh : (Adli Muhammad Adzan, Zahra Imma Ratu S., Sona Yudha Diliana) Perikanan C

POLA ARUS LAUT, PENGARUH DAN PEMANFAATANNYA oleh : (Adli Muhammad Adzan, Zahra Imma Ratu S., Sona Yudha Diliana) Perikanan C POLA ARUS LAUT, PENGARUH DAN PEMANFAATANNYA oleh : (Adli Muhammad Adzan, Zahra Imma Ratu S., Sona Yudha Diliana) Perikanan C Arus laut merupakan pergerakan sebagian massa air dalam suatu lapisan perairan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu, Cahaya dan Warna Laut Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu Bersama dengan salinitas dan densitas, suhu merupakan sifat air laut yang penting dan mempengaruhi pergerakan masa air di laut

Lebih terperinci

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (1) 58-63 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado Farid Mufti

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar Matsumoto dan Yamagata (1996) dalam penelitiannya berdasarkan Ocean Circulation General Model (OGCM) menunjukkan adanya variabilitas

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Meteorology for better life KLIMATOLOGI

Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Meteorology for better life KLIMATOLOGI Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor KLIMATOLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengertian Persamaan Hidrostatika Hukum-hukum Gas Variasi Tekanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina ENSO (EL-NINO SOUTERN OSCILLATION) ENSO (El Nino Southern Oscillation) ENSO adalah peristiwa naiknya suhu di Samudra Pasifik yang menyebabkan perubahan pola angin dan curah hujan serta mempengaruhi perubahan

Lebih terperinci

MAKALAH KLIMATOLOGI ANGIN

MAKALAH KLIMATOLOGI ANGIN MAKALAH KLIMATOLOGI ANGIN DISUSUN OLEH: 1. A 2. S 3. S 4. S 5. S 6. S 7. S 8. S PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com C. Siklus Wilson D. Palung samudera C. Campuran B. Salinitas air laut C. Rendah C. Menerima banyak cahaya matahari A.

Pelatihan-osn.com C. Siklus Wilson D. Palung samudera C. Campuran B. Salinitas air laut C. Rendah C. Menerima banyak cahaya matahari A. Bidang Studi Kode Berkas : GEOGRAFI : GEO-L01 (solusi) 1. B. Terjadinya efek Ekman menyebabkan massa air umumnya bergerak menjauhi daratan ke arah barat sehingga menyebabkan terjadinya upwelling di Cape

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES Abstrak Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian, pola angin (angin pasat dan monsun),

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Spasial Arus Eddy di Perairan Selatan Jawa-Bali Berdasarkan hasil visualisasi data arus geostropik (Lampiran 3) dan tinggi paras laut (Lampiran 4) dalam skala

Lebih terperinci

GERAK AIR DILAUT Oleh M. Furqon Azis 1)

GERAK AIR DILAUT Oleh M. Furqon Azis 1) Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 9-21 ISSN 0216-1877 GERAK AIR DILAUT Oleh M. Furqon Azis 1) ABSTRACT WATER MOTION IN THE OCEAN. There are three water motions in the ocean, which are ocean currents,

Lebih terperinci

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa Dinamika Maritim Coastal and Marine Resources Research Center, Raja Ali Haji Maritime University Tanjungpinang-Indonesia Volume 6 Number 2, February 2018 Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan

Lebih terperinci

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (1) 20-24 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 d) phase spectrum, dengan persamaan matematis: e) coherency, dengan persamaan matematis: f) gain spektrum, dengan persamaan matematis: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis dan Cuaca Kototabang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan METODE PENELITIAN Lokasi Penelitan Penelitian ini dilakukan pada perairan barat Sumatera dan selatan Jawa - Sumbawa yang merupakan bagian dari perairan timur laut Samudera Hindia. Batas perairan yang diamati

Lebih terperinci

ARUS PANTAI JAWA PADA MUSON BARAT LAUT DAN TENGGARA DI BARAT DAYA SUMATRA JAVA COASTAL CURRENT AT NORTHWEST AND SOUTHEAST MONSOON IN SOUTHWEST SUMATRA

ARUS PANTAI JAWA PADA MUSON BARAT LAUT DAN TENGGARA DI BARAT DAYA SUMATRA JAVA COASTAL CURRENT AT NORTHWEST AND SOUTHEAST MONSOON IN SOUTHWEST SUMATRA ARUS PANTAI JAWA PADA MUSON BARAT LAUT DAN TENGGARA DI BARAT DAYA SUMATRA JAVA COASTAL CURRENT AT NORTHWEST AND SOUTHEAST MONSOON IN SOUTHWEST SUMATRA La Ode Nurman Mbay *) dan I Wayan Nurjaya **) *) Pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Monsun di Indonesia Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki karakteristik yang unik, yaitu terletak di antara benua Australia dan Asia dan dua samudera, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Martono Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Jl.dr.Djundjunan 133, Bandung, 40173 E-mail :

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas

RINGKASAN EKSEKUTIF. The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas RINGKASAN EKSEKUTIF The development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas Sebagai negara penghasil ikan yang cukup besar, Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran A. Hasil pengolahan data arus polar current rose disajikan pada Lampiran B. Hasil pengolahan data komponen arus setelah

Lebih terperinci

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA OPTIK GEJALA KLIMATIK Gejala-gejala Optik Pelangi, yaitu spektrum matahari yang dibiaskan oleh air hujan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,

Lebih terperinci

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad METEOROLOGI LAUT Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin M. Arif Zainul Fuad Cuaca berubah oleh gerak udara, gerak udara disebabkan oleh berbagai gaya yang bekerja pada partikel udarayg berasal dari energi matahari

Lebih terperinci

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura, b Jurusan

Lebih terperinci

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM :

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM : Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai ARUS LAUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 Modul 3. Arus TUJUAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA AKTUALITA DEPRESI DAN SIKLON INDERAJA TROPIS PENGARUHI CUACA INDONESIA DEPRESI DAN SIKLON TROPIS PENGARUHI CUACA INDONESIA Davit Putra, M.Rokhis Khomarudin (Pusbangja ) Cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012 KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012 Trie Lany Putri Yuliananingrum dan Mutiara R. Putri Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabilitas Kesuburan Perairan dan Oseanografi Fisika 4.1.1. Sebaran Ruang (Spasial) Suhu Permukaan Laut (SPL) Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di perairan Selat Lombok dipengaruhi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2017 Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 99 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Data Asimilasi GFDL 4.1.1 TRITON Stasiun pengamatan data TRITON yang digunakan untuk melakukan validasi data asimilasi GFDL sebanyak 13 stasiun dengan 12 TRITON berada

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kestabilan Massa Air Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa dalam kolom air massa air terbagi secara vertikal kedalam beberapa lapisan. Pelapisan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018 1 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Hujan Tahun Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelapisan Massa Air di Perairan Raja Ampat Pelapisan massa air dapat dilihat melalui sebaran vertikal dari suhu, salinitas dan densitas di laut. Gambar 4 merupakan sebaran menegak

Lebih terperinci

Kajian Lapisan Termoklin Di Perairan Utara Jayapura Herni Cahayani Sidabutar, Azis Rifai, Elis Indrayanti*)

Kajian Lapisan Termoklin Di Perairan Utara Jayapura Herni Cahayani Sidabutar, Azis Rifai, Elis Indrayanti*) JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 135-141 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Kajian Lapisan Termoklin Di Perairan Utara Jayapura Herni Cahayani Sidabutar,

Lebih terperinci

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Pengaruh Dipole Mode Terhadap Curah Hujan di Indonesia (Mulyana) 39 PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Erwin Mulyana 1 Intisari Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra

Lebih terperinci

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *) Musiman dan Non Musiman di Indonesia *) oleh : Bayong Tjasyono HK. Kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Abstrak Beda pemanasan musiman antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) Oleh : HOLILUDIN C64104069 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR. Riza Rahman Hakim, S.Pi

DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR. Riza Rahman Hakim, S.Pi DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR Riza Rahman Hakim, S.Pi Ciri-ciri daerah perairan yang subur 1. Daerah konvergensi - Daerah perairan tempat pertemuan dua masa air berupa pertemuan dua arus yang kuat. - Perbedaan

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 661-669 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A KAITANNYA DENGAN EL NINO SOUTHERN

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE) Oleh : HOLILUDIN C64104069 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Bone Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Barat dan Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara di

Lebih terperinci

ARUS LlNTAS INDONESIA (ARLINDO)

ARUS LlNTAS INDONESIA (ARLINDO) Oseana, Volume XXIII, Nomor 2, 1998 : 1 9 ISSN 0216 1877 ARUS LlNTAS INDONESIA (ARLINDO) Oleh M. Hasanudin 1) ABSTRACT The flow of water from Pacific to Indian Ocean through Indonesia or us we call The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shoji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan

Lebih terperinci

Dosen: Drs. Zadrach L. Dupe, Msi. Program Studi Meteorologi - ITB

Dosen: Drs. Zadrach L. Dupe, Msi. Program Studi Meteorologi - ITB Dosen: Drs. Zadrach L. Dupe, Msi. Program Studi Meteorologi - ITB KLASIFIKASI IKLIM» Jenis/Tipe Iklim» Ciri-ciri CUACA & IKLIM Skala Iklim Iklim diterjemahkan secara bebas sebagai rata-rata cuaca Perbedaan

Lebih terperinci

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 429-437 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan

Lebih terperinci

Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total

Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total 8 Frekuensi siklon 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total Gambar 6 Frekuensi siklon tropis di perairan sekitar Indonesia (Pasifik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WILAYAH UPWELLING BERDASARKAN VORTISITAS DAN DIVERGENSI DI PERAIRAN SELATAN JAWA HINGGA NUSA TENGGARA BARAT

IDENTIFIKASI WILAYAH UPWELLING BERDASARKAN VORTISITAS DAN DIVERGENSI DI PERAIRAN SELATAN JAWA HINGGA NUSA TENGGARA BARAT IDENTIFIKASI WILAYAH UPWELLING BERDASARKAN VORTISITAS DAN DIVERGENSI DI PERAIRAN SELATAN JAWA HINGGA NUSA TENGGARA BARAT Lizalidiawati Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, Jl. W.R. Supratman Kandang Limun,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok Pada sub bab ini dipaparkan mengenai keadaan di kawasan Selat Lombok yang menjadi daerah kajian dalam tugas akhir

Lebih terperinci

VARIABILITAS THERMOHALINE DAN ARUS LAUT DI JALUR ARLINDO DAN HUBUNGANNYA DENGAN EL-NIÑO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) JON ARIFIAN

VARIABILITAS THERMOHALINE DAN ARUS LAUT DI JALUR ARLINDO DAN HUBUNGANNYA DENGAN EL-NIÑO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) JON ARIFIAN VARIABILITAS THERMOHALINE DAN ARUS LAUT DI JALUR ARLINDO DAN HUBUNGANNYA DENGAN EL-NIÑO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) JON ARIFIAN 6305080045 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki laut yang lebih luas daripada daratan, untuk itu pengetahuan mengenai kelautan menjadi sangat penting

Lebih terperinci

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh MARTONO NIM : 22405001 Program Studi Sains Kebumian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. i REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. Kom Editor : Idrus, SE Staf Redaksi : 1. Fanni Aditya, S. Si 2. M.

Lebih terperinci