HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Milka Pratiwi Ayuba NIM : Pembimbing I Ibu Dra. Rena L. Madina, M.Pd Pembimbing II Bapak Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi di SMK Negeri 1 Limboto adalah masih ada siswa yang memiliki konsep diri akademik negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Anggota populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto yang berjumlah 352 orang, sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah 15% dari jumlah populasi yaitu 53 orang siswa. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Ŷ = 44,79+0,58x, hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X (pola asuh orang tua) akan berakibat terjadinya peningkatan rata-rata 0,58 unit pada variabel Y (konsep diri akademik siswa). Dengan kata lain semakin baik pola asuh orang tua, semakin positif konsep diri akademik siswa. Sebaliknya semakin buruk pola asuh orang tua, semakin negatif konsep diri akademik siswa. Selanjutnya dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,57 dengan koefisien determinasi r 2 = 0,3249. Hal ini berarti bahwa sekitar 32,49% variasi yang terjadi pada variabel Y (konsep diri akademik siswa) dapat dijelaskan oleh variabel X (pola asuh orang tua). Selanjutnya dari uji keberartian koefisien korelasi diperoleh t hitung = 4,95 dan t (0,975)(51) = 2,00. Ternyata harga t hitung > t tabel, atau harga t hitung berada diluar penerimaan H 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan menerima H 1. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo dapat diterima. Selanjutnya dikemukakan saran kepada (a) orang tua agar menerapkan pola asuh yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, agar dapat terbentuk konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa (b) saran bagi guru pembimbing agar memberikan layanan konseling kepada siswa yang masih memiliki konsep diri akademik negatif dengan maksud untuk menggali permasalahan yang dialami siswa terutama yang berkaitan dengan masalah akademiknya. Kata kunci : Pola Osuh Orang Tua, Konsep Diri Akademik Siswa 1

2 Pembentukan konsep diri (self concept) yang positif pada siswa tidak dapat ditinggalkan dan harus dilakukan secara terus menerus serta menyeluruh pada setiap tahapan perkembangannya. Menurut Gage dan Berliner (Machmud, 2009:17) untuk membantu siswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki, maka siswa perlu memiliki konsep diri yang positif, kuhususnya dala konsep diri akademik. Kusmono (Choerunnisa, 2010:21) berpendapat bahwa konsep diri akademik merupakan gambaran diri yang dimiliki siswa mencakup pikiran-pikiran dan perasaan mengenai penampilan diri, kepercayaan diri, kemandirian, keberanian diri, rasa bangga dan malu yang berkaitan dengan masalah akademik. Menurut Naurah (Machmud, 2009:22) konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan membuat siswa menggunakan segala potensi dan kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat yang dapat menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik yang positif sangat penting dimiliki oleh siswa dalam proses pendidikan, terutama berkaitan dengan kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Dalam melaksanakan tugasnya, SMK Negeri 1 Limboto tentunya mengaharapkan agar seluruh siswanya memiliki konsep diri akademik yang positif. Namun pada kenyataannya, masih dijumpai siswa-siswa yang memiliki konsep diri akademik yang negatif. Hal ini ditandai dengan adanya siswa yang tidak berani tampil mengeluarkan pendapat di depan kelas, bolos pada jam pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak tuntas pada beberapa mata pelajaran, bahkan ada siswa yang tidak naik kelas dan terpaksa dipindahkan ke sekolah lain. Data awal yang diperoleh peneliti selama kurang lebih tiga bulan melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) bahwa kurang lebih 25 % dari siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto cenderung memiliki konsep diri akademik yang negatif, disebabkan 2

3 oleh kurangnya kontrol dari orang tua, orang tua yang broken home, serta orang tua yang terlalu memanjakan anaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh orang tua yang dibangun dengan anak sangatlah penting. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. Penelitian ini dikhususkan pada seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Sehingga judul penelitian ini adalah Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Akademik Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan uraian di atas dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu : a. Masih terdapat siswa yang memiliki konsep diri akademik yang negatif b. Masih terdapat orang tua siswa yang menerapkan pola asuh yang tidak baik c. Diduga terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik. Secara praktis hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi lingkungan akademis dan peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Kajian Teori Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. William D. Brooks (Rakhmat, 2005:99) mendefinisikan konsep diri sebagai those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have drived from 3

4 experiences and our interaction with others. Artinya, konsep diri adalah pandangan dan perasaaan individu tentang diri sendiri. Menurut Hardy dan Hayes (Saam dan Sri, 2012:85) konsep diri tersusun atas dua aspek, yaitu citra diri (selfimage) dan harga diri (self-esteem) dilukiskan secara sederhana, misalanya : saya seorangg mahasiswa, tinggi badan 160 cm ; sedangkan harga diri merupakan deskripsi diri secara lebih mendalam karena sudah terdapat penilaian terhadap diri sendiri. Misalnya : saya adalah mahasiswa yang berprestasi baik, ulet dan keluarga saya menghargai prestatsi yang saya capai. Menurut Shavelson (Saam dan Sri, 2012:88), struktur konsep diri secara hirarki terdiri dari empat peringkat yaitu : a. Pada peringkat pertama disebut konsep diri umum yang merupakan cara individu dalam memahami dirinya secara keseluruhan. b. Pada peringkat kedua adalah konsep diri akademik dan non akademik. c. Pada perigkat ketiga adalah sub area dari konsep diri akademik dan non akademik d. Peringkat keempat dari struktur konsep diri adalah penilaian tingkah laku dalam situasi spesifik pada masing-masing sub area dari konsep diri. Gage dan Berlinger (Saam dan Sri, 2012:88) mengatakan bahwa secara hirarki konsep diri terdiri dari tiga peringkat, yaitu : a. Peringkat pertama adalah konsep diri general (global). Konsep diri global merupakan sikap dan keyakinan individu dalam memahami keseluruhan dirinya yang sudah melekat dalam dirinya dan sudah menjadi inti kepribadian bagi tiap individu. b. Peringkat kedua adalah konsep diri mayor, merupakan cara individu memahami aspek sosial, fisik, dan akademis dirinya. c. Peringkat ketiga adalah konsep diri spesifik. Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya terhadap setiap jenis kegiatan dalam ketiga aspek konsep diri mayor. Konsep diri mayaor dan konsep diri spesifik lebih mudah diubah, karena merupakan tanggapan individu terhadap dirinya sendiri dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. 4

5 Jadi dapat disimpulkan bahwa, konsep diri merupakan pandangan atau persepsi individu terhadap diri sendiri. Konsep diri diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang berarti dalam kehidupan seseorang, seperti orang tua. Konsep diri bersegi banyak, terdiri dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan akademik. Konsep diri yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai konsep diri akademik Menurut Deaux (Machmud, 2009:18) konsep diri akademik adalah salah satu komponen konsep diri yang secara khusus berkaitan dengan masalah akademik. konsep diri akademik bukan merupakan sesuatu yang dibawa individu sejak lahir, namun konsep diri akademik terbentuk bersamaan dengan kematangan yang dicapai, baik dalam kognitif, emosi, maupun sosial. Skaalvik (Machmud, 2009:17) merumuskan bahwa konsep diri akademik merupakan perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh. Menurut Naurah (Machmud, 2009:22) konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan membuat siswa menggunakan segala potensi dan kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat yang dapat menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik adalah seluruh gambaran yang dimiliki siswa mengenai kemampuannya dalam bidang akademik. Konsep diri akademik tdak dibawa individu sejak lahir, namun terbentuk bersamaan dengan kematangan yang dicapai oleh individu. Konsep diri akademik juga turut mempengaruhi prestasi akademik. Menurut Jersild (Choerunnisa, 2010:47) komponen konsep diri akademik mencakup tiga hal yang dapat dijelaskan sebagai beikut : a. Perseptual component Perseptual component, merupakan gambaran individu tentang penampilan serta konsep yang ia berikan kepada orang lain yang meliputi kemampuan 5

6 tampil atau berbicara di depan kelas serta memperoleh perhatian dari temanteman atau guru sehubungan dengan penampilan dirinya. b. Conceptual component Conceptual component adalah gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya yang berbeda meliputi pandangan dirinya tentang kemampuan dan ketidakmampuan, kepercayaan diri dan kemandirian. c. Attitudinal component, adalah sikap-sikap yang dimiliki individu mengenai dirinya terhadap keberartian diri dan bagaimana ia memandang dirinya dengan rasa bangga dan malu terhadap prestasi akademiknya. Konsep diri akademik juga terdiri dari beberapa aspek, menurut Frey dan Carlock (Machmud, 2009:19) aspek-aspek konsep diri akademik terdiri dari pengetahuan, harapan, serta penilaian individu. Aspek-apek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengetahuan Pengetahuan yang dimaksud meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademik, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai dan sebagainya. Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya b. Harapan Ketika individu memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di masa yang akan datang. c. Penilaian individu Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari, misalnya saya lamban, tidak menarik, dan sebagainya, sehingga akan timbul perasaanperasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Saam dan Sri faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut (2012 : 96-98) : 6

7 a. Peranan keluarga Dalam pembentukan konsep diri peranan orang tua sangat penting. Cara orang tua mengasuh anaknya akan berpengaruh terhadap anak dalam menilai dirinya. Jika anak dapat pengalaman baik dalam keluarga, maka ia akan dapat mengembangkan dan menilai dirinya secara baik pula. Kehangatan dalam keluarga berperanan penting bagi perkembangan konsep diri anak. b. Peranan kelompok teman sebaya Kelompok teman sebaya merupakan arena bagi anak untuk belajar menerima dan diterima teman-temannya. Anak yang ditolak cenderung untuk mengekspresikan perasaan yang kurang positif terhadap orang lain, hal ini merupakan salah satu tanda mentalnya tidak sehat. Respon anak terhadap teman-teman dalam kelompoknya bermacam-macam, sebagian besar tergantung pada pengalaman masa kecil yang diperoleh di rumah. Orang tua yang dapat menciptakan rasa kehangatan bersama anaknya memungkinkan anak mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang menyenangkan dan dapat meningkatkan interaksi yang berhasil dengan teman-temannya. c. Peranan harga diri Sifat-sifat tertentu yang dihasilkan oleh harga diri akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Apabila seseorang memiliki taraf harga diri yang tinggi, maka ia akan dapat menyusun konsep diri yang positif yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Jadi dapat dikatakan bahwa harga diri yang tinggi akan menimbulkan pertumbuhan konsep diri yang positif. Selanjutnya menurut Marsh (Machmud, 2009:20) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri akademik yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Internal, yaitu meliputi keyakinan, kompetensi personal, dan keberhasilan personal. b. Faktor ekstrenal, yaitu lingkungan keluarga ; ada kaitan yang positif antara keyakinan orang tua dengan keyakinan anak terhadap kemampuannya, iklim kelas ; konsep diri akademik yang positif lebih ditemukan pada siswa-siswa yang menekankan kerjasama dan saling tergantung diantara mereka 7

8 dibandingkan dengan siswa-siswa dalam kelas yang lebih menekankan kompetesi, guru ; dorongan dari guru dan pemberian otonomi yang lebih besar terhadap siswa berhubungan dengan konsep diri akademik yang positif, teman sebaya, dan kurikulum. Menurut Wahyuning, dkk (2003:162) pola asuh dapat di artikan sebagai seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan kepada anak. Pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh terhadap anak, yaitu berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan, melindungi, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat. Menurut Diana Baumrind (Desmita, 2008: ) terdapat tiga tipe pengasuhan orang tua pada anak yaitu pola asuh otoritatif atau demokratis, otoriter, dan permisif yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pola asuh otoritatif (authoritative parenting) Pola asuh otoritatif juga sering disebut pola asuh demokratis adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan dasar harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial. b. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) Pola asuh otoriter merupakan suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batasan-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter juga cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan-keputusan, memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang 8

9 menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. c. Pola asuh permisif (permissive parenting) Gaya pengasuhan ini dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu : pertama, pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Kedua, pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anakanak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive-indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah. Gunarsa dan Yulia (2008:144) juga mengungkapkan faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu : a. Pengalaman masa lalu dengan pola asuh atau sikap orang tua mereka. Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung mengulangi pola asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya. Namun sebaliknya, orang tua cenderung pula tidak mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan manfaatnya. b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Contohnya, orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam kehidupan mereka atau segi rohani. Hal ini tentunya akan berpengaruh dalam usaha orang tua dalam mendidik anaknya. c. Tipe kepribadian orang tua. Contohnya, orang tua yang selalu cemas dapat mengakibatkan sikap yang terlalu melindungi terhadap anak. Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal, sedangkan konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan dirinya dan mengatasi masalahnya, melalui hubungan face to face atau melalui media, baik secara perorangan maupun 9

10 kelompok (Yusuf dan Juntika, 2009:82). Peranan bimbingan dan konseling sangat tepat untuk membantu pembentukan konsep diri akademik yang positif di dalam diri siswa, sebab melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dapat dibantu dalam mengembangkan diri dan mengatasi masalahnya, baik dalam bidang akademik, sosial-pribadi, karir, maupun keluarga. Alur kerangka berpikir secara praktis mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Indikator : 1. Sulit mengeluarkan pendapat 2. Bolos pada jam pelajaran tertentu 3. Tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru 4. Tidak naik kelas Konsep Diri Akademik Positif Permasalahan: Konsep Diri Akademik Negatif Pola Asuh Orang Tua Konsep Diri Akademik Penyebab : 1. Kurangnya kontrol dari orang tua 2. Orang tua yang terlalu memanjakan anaknya 3. Ada orang tua yang broken home Konsep Diri Akademik Negatif 10

11 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu suatu metode yang secara sistematis menggambarkan tentang hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan yakni dari bulan April sampai bulan Juni Tempat penelitian yaitu di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Variabel X peneletian ini adalah pola asuh orang tua dan variabel Y adalah konsep diri akademik siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto yang berjumlah 352 orang, sedangkan sampel penelitian berjumlah 53 orang, yaitu 15% dari jumlah populasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket. Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang pola asuh orang tua dan konsep diri akademik siswa kelas X SMK Negeri 1 Limboto kabupaten Gorontalo. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu di uji validitas dan reliablitas. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas data dan uji hipotesis. Hasil Penelitian Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel X (pola asuh orang tua) diperoleh skor tertinggi sebesar 152 dan skor terendah 85. Sedangkan skor rata-rata X = 119,12 dan standar deviasi sebesar 16,17. Untuk variabel Y (konsep diri akademik siswa) diperoleh skor tertinggi sebesar 154 dan skor terendah 82. Sedangkan skor rata-rata X =112,94 dengan standar deviasi sebesar 16,30. Untuk pengujian normalitas data Berdasarkan kriteria pengujian tersebut ternyata dipeuntuk variabel X diperoleh ² hitung < ² tabel yaitu -82,27 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X (pola asuh orang tua) berdistribusi normal. Untuk variabel Y (konsep diri akademik) diperoleh ² hitung < ² tabel yaitu -42 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel Y (konsep diri akademik) berdistribusi normal. 11

12 Berdasarkan analisis regresi yang telah dilakukan peneliti diperoleh persamaan regresi Ŷ = 44,79 + 0,58x. Hasil perhitungan persamaan regresi ini mengandung makna bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada variabel pola asuh orang tua maka akan diikuti oleh peningkatan pada variabel konsep diri akademik siswa. Untuk uji linier adalah sebesar 0,49 dan harga F hitung uji keberartian sebesar 24,83. Berdasarkan kriteria pengujian untuk uji linearitas Fdaftar diperoleh dari F² F² (1 - )(k - 2), (n - k). Jika digunakan taraf nyata = 0,05 maka F daftar (1-0,05) (35-2) (53-35) = (0,95) (33,18) = 1,89. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari F daftar yaitu 0,49 < 1,89 sehingga dapat disimpulkan bahhwa persamaan regresi ini benar-benar linier. Untuk uji keberartian persaam regresi, harga F daftar diperoleh dari F² F² (1- )(1, n - k) dengan taraf nyata = 0,05 maka F daftar (1 0,05) (1, 53-35) = (0,95) (1, 18) = 4,41. Ternyata harga F hitung lebih besar dari F daftar yakni 24,83 > 4,41 sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan regresi ini benar-benar linier dan berarti. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,57 dengan koefisian determinasi sebesar r² = 0,3249. Selanjutnya dari perhitungan keberartian koefisien korelasi diperoleh harga t hitung sebesar 4,95. Pada taraf kepercayaan = 0,01 dari daftar distrbusi t diperoleh t (0,995)(51) = 2,66 dan pada taraf kepercayaan = 0,05 diperoleh t (0,975)(51) = 2,00. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar, atau harga t hitung berada diluar penerimaan H 0. Pembahasan Dengan memperhatikan hasil analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa. hasil perhitungan persamaan regresi diperoleh suatu hubungan regresi yaitu Ŷ = 44,79 + 0,58x hal ni mengandung makna bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Dengan kata lain 12

13 semakin baik pola asuh orang tua, maka pembentukan konsep diri akademik pada siswa akan semakin positif. Sebaliknya makin buruk pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap anak, maka akan semakin negatif pembentukan konsep diri akademik pada siswa. Konsep diri akademik yang positif akan membuat siswa mampu menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya konsep diri akademik negatif tidak akan membuat siswa menggunakan segala potensi dan kemampuannya dengan optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya, sehingga menimbulkan sifat yang dapat menyebabkan proses pembelajaran terganggu, Naurah (Machmud, 2009:22). Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri akademik yaitu pola asuh orang tua. Pola asuh yang ditearpkan orang tua terhadap anak berbeda-beda, ada orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif namun dari ketiga pola asuh tersebut, pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling baik diterapkan terhadap anak. Anak yang di asuh dengan pola asuh demokratis harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial. Berbeda dengan anak yang di asuh dengan pola asuh yang kurang baik seperti pola asuh permisif dan otoriter. Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anakanak lain. Peranan bimbingan dan konseling di sekolah sangat tepat untuk membantu pembentukan konsep diri akademik yang positif pada siswa. Layanan bimbingan dan konseling ini, siswa dapat membantu siswa untuk mengatasi masalah yang dialami sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. 13

14 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri akademik siswa kelas X di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo dapat diterima. Dengan persamaan regresi Ŷ = 44,79 + 0,58x, hal ini berarti bahwa, setiap terjadi peningkatan sebesar satu unit pada variabel X, maka akan diikuti oleh peningkatan sebesar 0,58 unit variabel Y. Dengan memperhatikan tingkat kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 32,49%, hal ini menunjukkan bahwa masih 67,51% variasi yang terjadi pada konsep diri akademik siswa dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran kepada orang tua agar menerapkan pola asuh yang baik terhadap anaknya. Pola asuh yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan anak, dalam hal ini orang tua harus memahami kapan seorang anak diperlakukan secara otoriter, demokratis, maupun permisif agar dapat terbentuk konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa. Selanjutnya saran kepada guru agar mengarahkan dan membimbing siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan potensinya seoptimal mungkin sehingga konsep diri akademik yang positif dalam diri siswa dapat terwujud. Bagi siswa yang masih memiliki konsep diri akademik negatif, perlu diberikan layanan konseling dengan maksud untuk menggali permasalahan yang dialami siswa terutama yang berkaitan dengan masalah akademiknya. DAFTAR PUSTAKA Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Frisca, Choerunnisa Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa SMKN 8 Bandung. Skrispsi. Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. 14

15 Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih D.Gunarsa Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia. Gunawan, Adi W Hypnotherapy For Children Cara Mudah dan Efektif Untuk Menerapi Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Machmud, Renny Perbedaan Konsep Diri Akademis Ditinjau Dari Gaya Kelekatan Siswa. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Maurice Cara-cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ. Bandung : Kaifa. Munjidah Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kreatifitas Verbal Siswa SMAN 05 Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni Psikologi Keperawatan. Jakarta : Rajawali Press. Shochib, Moh Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Wahyuning, Wiwit, Jash, Metta Rachamdiana Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 15

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. William D.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. William D. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Konsep Diri Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. William D. Brooks (Rakhmat, 2005:99) mendefinisikan konsep diri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keahlian tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing. SMK menyiapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. keahlian tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing. SMK menyiapkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah dari pendidikan umum. Sebagai satuan pendidikan, SMK selain memberi pengetahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang hubungan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan antara atmosfir sekolah dengan kecerdasan

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan antara atmosfir sekolah dengan kecerdasan 27 BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Gorontalo b. Waktu Penelitian Waktu dalam melakukan penelitian ini yang mana sudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG JURNAL

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG JURNAL HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 GUNUNG TALANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata-1) Oleh: DIANA HARIYASTI.M

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. Teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI

JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR PEMASANGAN DASAR INSTALASI LISTRIK SISWA KELAS X TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 1 SEDAYU Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah menjadi tanggung jawab orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa globalisasi sa at ini, anak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Oleh : AMONG GALIH PRASOJO NPM :

Oleh : AMONG GALIH PRASOJO NPM : PENGARUH KEHIDUPAN SOSIAL DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KEMANDIRIAN SISWA SMK NEGERI 1 DONOROJO KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) TAHUN PELAJARAN 2014/2015. SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami BAB V PEMBAHASAN A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami kecenderungan pola asuh otoriter sebanyak 16 orang diperoleh hasil skor minimum

Lebih terperinci

: FATMAH DALUNGGU : S1 PENDIDIKAN EKONOMI ABSTRAK

: FATMAH DALUNGGU : S1 PENDIDIKAN EKONOMI ABSTRAK PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIA (IPS) KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN (Pada SMK Negeri 1 Limboto, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erikson (Hurlock, 1980:208) berpendapat, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak merupakan bagian dari perjalanan panjang setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak merupakan bagian dari perjalanan panjang setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan bagian dari perjalanan panjang setiap individu yang meletakan dasar bagi kehidupannya dimasa dewasa. Masa anak-anak ini pula yang menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

JURNAL PTM VOLUME 9, NO. 1, JUNI

JURNAL PTM VOLUME 9, NO. 1, JUNI PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK TEXMACO PEMALANG Aditya Indra Putra Prodi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Melisa R. Hasanati Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Orang Tua Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yusliana 1) Sardi Yusuf 2) Zulfan Saam 3) ABSTRACT The purpose of this study is to describe students

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses menemukan jati diri (Kartono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. A. Latar Belakang Masalah Sebagai lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 39 BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi hasil penelitian Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan observasi pada sekolah yang ambil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah sendiri. 1 Percaya diri merupakan salah satu pangkal dari sikap dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perkembangan anak, merupakan suatu proses yang kompleks, tidak dapat terbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II) PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial juga seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam rentang kehidupannya setiap individu akan melalui tahapan perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, dan

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 THE EFFECT OF PARENTING PARENTS OF STUDENTS DISCIPLINE IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: NINING DEWI RATIH NPM. 12.1.01.01.0149 Dibimbing oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) Pertemuan Orang Tua Masa perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan kesadaran beragama. REMAJA Batasan Usia Remaja

Lebih terperinci

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya, Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-nya, Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah : 1. 6,1% (5 orang) siswa kelas X SMA Laboratorium Bandung September 2010 memiliki profil pola asuh otoriter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang hubungan kematangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh: IRUWANTI NPM.12144200005 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA Hubungan Persepsi Siswa...(Dian Septika Rini) 585 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA THE CORRELATION OF STUDENTS PERCEPTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Siti Ma rifah Setiawati Guru BK MTs Negeri III Surabaya marifah0404@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi sampai dengan akhir hayat. Selama rentang waktu itu sterjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi sampai dengan akhir hayat. Selama rentang waktu itu sterjadi berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkup pendidikan telah di akui proses belajar dimulai sejak masa konsepsi sampai dengan akhir hayat. Selama rentang waktu itu sterjadi berbagai fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO OLEH : Asni Eksan, Wenny Hulukati, Irvan Usman

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO OLEH : Asni Eksan, Wenny Hulukati, Irvan Usman HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO OLEH : Asni Eksan, Wenny Hulukati, Irvan Usman Abstrak Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKODONO TAHUN AJARAN 2013/2014. JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.

This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message. PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO Jefri Iloponu 1, Hamzah Yunus 2, Irawati Abdul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI SMA NEGERI 1 SUWAWA.

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI SMA NEGERI 1 SUWAWA. PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI SMA NEGERI 1 SUWAWA Oleh WATIMAN Pembimbing 1 : Salma Bowtha Pembimbing 2 : Robiyati Podungge Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan status sosial dengan interaksi sosial siswa di SMP Negeri 9 Kota Gorontalo.

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan status sosial dengan interaksi sosial siswa di SMP Negeri 9 Kota Gorontalo. BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS X AK 1 SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Sofyawati Usman Jurusan Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah swt kepada para orang tua. Tumbuh dan kembang anak tergantung dari sesuatu yang diberikan atau diajarkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK KELOMPOK B DI RA KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Risni m. lateka 1, Hamzah Yunus 2, Fitri Hadi Yulia Akib

Lebih terperinci

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016,

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016, P-ISSN: 2528-5688 E-ISSN: 2528-5696 VOLT Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016, 108-114 KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN

Lebih terperinci