PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL"

Transkripsi

1 PROPOSAL PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus Bidang Prioritas : 2. Teknologi Kesehatan dan Obat Kode Produk Target : 2.04 Obat herbal dari Temulawak,Jahe, Kencur, Pegagan dan Sambiloto untuk pengobatansindrom metabolit dan penyakit lainnya. Kode Kegiatan : Uji coba SOP pasca panen tanaman obat (temulawak, jahe, kencur, pegagan dan sambiloto) pada industri dan industri kecil obat tradisional Peneliti Utama : Ir. Mariyam Januwati, MS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN Jalan Tentara Pelajar No. 1, Bogor TELP: , HP: Fax: , criec@indo.net.id 15 Januari 2011

2 Judul Penelitian Bidang Fokus Kode Produk Target Kode Kegiatan Lokasi Penelitian Penelitian tahun ke LEMBAR PENGESAHAN : Penanganan pasca panen simplisia untuk menghasilkan bahan baku terstandar mendukung industri minuman fungsional : Teknologi Kesehatan dan Obat : Obat Herbal dari tanaman temulawak, jahe, kencur, pegagan dan sambiloto untuk pengobatan sindrom, metabolit dan penyakit lainnya. : Uji coba SOP pasca panen tanaman obat (temulawak, jahe, kencur, pegagan dan sambiloto) pada industri dan industri kecil obat tradisional : Bogor, Jawa Barat dan Jawa Tengah : 1 (satu) Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Ir. M. Januwati, MS. Nama Lembaga /Institusi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Unit Organisasi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Alamat Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor Telepon/HP/Faksimile/ / / criec@indo.net.id B. Lembaga lain yang terlibat - 1. Nama Koordinator Nama Lembaga Alamat Telepon/Faksimile/ Jangka Waktu Kegiatan : 3 (tiga) tahun Biaya Tahun 1 : Rp. 250,000,000,- Biaya Tahun 2 : Rp. 250,000,000,- Biaya Tahun 3 : Rp. 250,000,000,- Total Biaya : Rp. 750,000,000,- Kegiatan (baru/lanjutan) : Baru Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Belanja Gaji dan Upah 106,790, Belanja Bahan 69,330, Belanja Perjalanan 46,900, Belanja Lain-lain 26,980,000 Jumlah biaya tahun yang diusulkan Menyetujui Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Koordinator/Peneliti Utama Dr. Ir. Agus Wahyudi, MS. NIP Ir. Mariyam Januwati, MS NIP Menyetujui/Mengetahui Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Dr. Ir. M. Syakir, MS. NIP

3 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH METODOLOGI RANCANGAN RISET HASIL YANG DIHARAPKAN PERSONIL PELAKSANA PENELITIAN JADWAL PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA

4 2. ABSTRAK KEGIATAN Pemanfaatan herbal sebagai Obat Bahan Alam (OBA) di dunia medis meningkat tajam di seluruh dunia. Kesadaran dalam menempuh upaya kesehatan preventif dan pencarian obat yang aman dan sedikit mungkin memberi efek samping, mendorong untuk "kembali ke alam". Oleh karena itu, manusia semakin menginginkan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia pada tahun 2008 memiliki data menarik, bahwa persentase pertumbuhan obat herbal dari tahun ke tahun meningkat terus dan berada di atas rata-rata pertumbuhan obat modern. Kemanjuran obat herbal ternyata setara obat sintetis. Dalam keamanan, obat herbal dipersepsikan lebih baik dari "obat sintetis" dan ada peningkatan produk yang dijual bebas over the counter (OTC). Hasil survei Omnibus menunjukkan saat ini kata "herbal" ternyata sangat ampuh, daya tarik herbal cukup tinggi. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa obat herba lebih aman bagi kesehatan dan lebih manjur dibanding jamu dan obat sintetis. Contoh pasar produk (jahe sebagai bahan baku) untuk masuk angin, tahun 1990 sekitar 3 juta sachet, tahun 2008 mencapai juta. Dua tahun ke depan diperkirakan bisa mencapai 120 juta. Temulawak, kencur, jahe, sambiloto dan pegagan, menjadi andalan Indonesia yang diketahui berkhasiat meningkatkan nafsu makan dan stamina serta membantu menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit hati, reumatik dan radang, juga menurunkan koleterol. Krisis ekonomi 1997 telah membuat biaya produksi farmasi meningkat dan harga obat menjadi mahal. Situasi ini mendorong masyarakat menggunakan bahan alami. Budaya bangsa Indonesia telah mewariskan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta rehabilitasi kesehatan. Guna meningkatkan pangsa pasar obat tradisional (Obat Asli Indonesia) dalam negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 211 juta jiwa, dan adanya ancaman dari produk impor mendorong keinginan di tingkat regional menuju harmonisasi di bidang standar dan mutu obat tradisional, maka langkah untuk antisipasi standarisasi bahan baku harus diupayakan secara maksimal. Standarisasi simplisia diperlukan untuk mendapat efek yang terulangkan (reproducable). Mutu sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan, oleh karena itu sumber simplisia, cara pengolahan dan penyimpanan harus dilakukan dengan cara yang baik, berpedoman pada GAP (Good Agriculture Practices). Peranan SOP budidaya untuk menjadikan bahan baku menjadi lebih bermutu dari sumber bahan tanaman merupakan aspek penting, karena kualitas bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh faktor intrinsik (genetik) dan ekstrinsik (lingkungan, budidaya, cara panen, proses pasca panen dan lain-lain). Melalui GAP, yang merupakan tahapan menuju bahan baku terstandar, variasi mutu yang besar dalam tanaman dikurangi melalui modifikasi teknologi dan fitofarmasi sehingga mutu produk lebih stabil. Kandungan kimia yang merupakan metabolit sekunder, digunakan sebagai standar petanda (marker). Dengan demikian diharapkan dapat memenuhi tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu- Aman-Khasiat). Bahan baku yang sudah distandarisasi tersebut, mempunyai perbedaan zat aktif sangat kecil, demikian juga yang terdapat dalam setiap sediaan (tablet, kapsul, sirup). Dengan standarisasi ini, diharapkan ada korelasi kuat antara dosis dan efek obat dapat dicapai. Komoditas pegagan Centella asiatica L. Urbandan kumis kucing ), (Orthosipon aristatus Miq), mempunyai potensi yang dapat diandalkan karena dapat dibudidayakan, dengan produktivitas sesui yang diharapkan. Mutu distandarisasi BPOM berdasar kadar asiatikosida dan sinesitin. Pegagan dan kumis kucing merupakan komoditas yang bersifat multi guna, dikenal juga dapat menjadi bahan minuman fungsional yang menyehatkan, bahkan akhir-akhir ini telah menjadi fitofarmaka. Beberapa produk yang menggunakan pegagan dan kumis kucing adalah anti stroke, anti kembung, anti asma, anti kolesterol, anti hipertensi, anti inflamasi, antitusive, anti migrain, penurun kadar asam urat, fungsi analgesik, dan lain-lain. 3

5 Sop pasca panen telah dimilki, tetapi belum banyak diterapkan, sehingga mutu simplisia belum seperti yang diharapkan, industri minuman fungsional kesulitan dapat memperoleh bahan baku secara kontinu, kualitas dan kuantitasnya. Sehingga harga jual produksi dari petani menjadi rendah. Tujuan dan signifikansi : Kegiatan penanganan pasca panen simplisia ini dimaksudkan untuk menghasilkan SOP pasca panen simplisia dari pegagan dan kumis kucing untuk memudahkan standarisasi bahan baku, dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, dan membantu pelestarian industri minuman fungsional. Tahap-tahap penelitian : Penelitian SOP pasca panen ini merupakan kegiatan lapang yang akan dilaksanakan di dua lokasi sentra produksi pegagan dan kumis kucing (Kabupaten Bogor dan Sukabumi). Penelitian akan dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun, hal ini diperlukan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi yang dihasilkan. Pada tahun pertama (2012) dilakukan pendampingan pelaksaan mulai bididaya sampai pasca panen. Pengamatan produktivitas, dan analisa mutu serta akan dilakukan kajian usaha tani. Kemudian dilakukan evaluasi pelaksanaan serapan teknologi yang dianjurkan. Pada tahun ke-dua dan ke-tiga dilakukan kegiatan untuk melihat kontinuitas serapan teknologi, melalui parameter produksi dan mutu penerapan SOP pasca panen. Hipotesis yang akan dibuktikan : SOP pasca panen akan memperbaiki mutu bahan baku, memudahkan melakukan standarisasi sehingga mutu produk akan meningkat juga. Kegiatan dilakukan di lahan petani kooperator di sentra produksi, sehingga diharapkan teknologi pasca panen akan dipercepat adopsinya. Teknologi yang dihasilkan dapat meningkatkan mutu produk, dan dapat memperluas peluang usaha baru "industri pembuatan produk minuman fungsional berbasis pegagan dan kumis kucing". Metodologi yang digunakan : Metode Demplot dan Pelatihan digunakan untuk melakukan sosialisasi SOP budidaya sampai pasca panen di sentra produksi pegagan dan kumis kucing, disertai melaksanakan kajian usahatani untuk melihat dampak ekonomi dari pemanfaatan teknologi. Pada tahun kedua (2013) dan ketiga (2014) akan dilakukan pengamatan terhadap peubah produksi dan peubah mutu tanaman pegagan dan kumis kucing. Pengamatan mutu produk dilakukan berdasar standar mutu MMI dan marker kadar asiatikosida dan sinesitin. Keluaran : Penerapan SOP pasca panen untuk pegagan dan kumiskucing, serta kajian ekonomi dari penerapan teknologi Kata Kunci : SOP pasca panen, Centella asiatica L. Urban, (Orthosipon aristatus Miq), quality standardization, industry minuman fungsional. ABSTRACT The use of natural herbal medicines tend to increase. Nowadays the people are more aware to avoid the use of synthetic medicines which is believed have negative side effect induce the people to back to nature. Indonesia Pharmaceutical Association mentioned that during 2008 the production of natural herbal medicines increased significantly higher than synthetic medicines. This is due to thet fact that natural herbal medicines is function as effective as synthetic medicines especially in improving people health. In some cases natural herbal medicines was better than synthetic medicines, especially the fact that herbal medicines has no negative effect. Some people prefere to use natural medicines than synthetic medicines. Natural medicine market also tend to increase. The use of natural medicine product, such as flu medicine, increased significantly during the last two decades. In 1990 only 3 million sachet have been marketted, increased to million in 2008, in it is predicted to 4

6 increase to 120 million in Java turmeric, indian galangae, ginger, andrographis and centella are claimed can be used to increase body immunity and for curing lever problems, rheumatic, and to reduce blood cholesterol content. Economic crisis in 1997 increased pharmaceutical production cost and increas medicinal prices. This condition encourage the people to use natural herbal products. Natural herbal medicines has been widely used by Indonesian people. With population of about 211 million, Indonesia is a potential market for herbal medicinal products. Therefore, Indonesian government has been set up a national program to prompt the use of natural herbal medicines on people daily life. This program must be supported by the effort to produce standardized raw materials, as well as its quality. The quality of herbal product significantly influenced by raw materials, processing techniques, and also Good Agriculture Practice (GAP). The application of cultivation Standard Operational Procedures (SOP) will assure quality of raw materials. By applying GAP and SOP, variation of raw material quality can be minimized, in order to produce standardized raw materials. This is an important aspect in producing medicinal product that meet medicinal industrial standard, including Quality-Safety-Efficacy. Centella and Orthosiphon is a multiple uses crop. It can be used to produce supplement food products, and also pharmaceutical products. Centella and Orthosiphon is used as a raw materials for some natural medicinal products, such as for flu, stomach ache, antiasthma, anti-diarrhea, anti-cholesterol, anti-hypertency, anti-inflamation, anti-tusive, anti-migraine, to reduce uric acid content, analgesic function, repellant, supplement food, etc. Objective and Significancy : This post harvest research is proposed to obtain post harvest Standard Operational Procedures to produce standardized raw materials. This research also aim to improve post harvest Centella and Orthosiphon and economic efficiency, as well as to reduce environmental damage. Research Stage : SOP Centella and Orthosiphon research is a field experiment and will be conducted at Centella and Orthosiphon growing area ( Sukabumi). Hypothesis : Application of standard operational procedures will improve quality of Centella and Orthosiphon, and make standardization more simple, which in turn to improve product quality. The experiment will be done at farmer field, and so to accelerate technology adoption. The improved technology may increase quality of product, and to broad new opportunity of Centella and Orthosiphon base industry. Methodology : Demonstration Plot and Training Methods used to disseminate SOP of post-harvest cultivation on the production center of centella and orthosiphon, accompanied by farm implement studies to look at the economic impact of the use of technology. In the second year (2013) and third (2014) will be carried out observations of the variable production and variable quality of centella and orthosiphon. Observations made on the basis of product quality standards and quality of MMI and sinecitine asiaticoside marker levels Output : Sosialitation Post harvest Standard Operational Procedures for Centella and Orthosiphon. Keywords : Standard Operational Procedure, post harvest, Centella asiatica L. Urban, Orthosipon aristatus Miq., Centella asiatica L. Urban, quality standardization, fuctinal drink industry. 5

7 3. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan herbal Bahan Alam (OBA) di dunia medis telah meningkat di seluruh dunia. Kesadaran dalam menempuh upaya kesehatan preventif dan pencarian obat yang bersifat aman dan sedikit mungkin memberi efek samping, suatu efek-efek yang banyak dimiliki oleh kebanyakan obat-obat sintetik, mendorong untuk "kembali ke alam" sehingga dalam pengobatan orang semakin menginginkan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia pada tahun 2008 memiliki data menarik, bahwa persentase pertumbuhanan obat herbal dari tahun ke tahun meningkat terus dan berada di atas rata-rata pertumbuhan obat modern. Banyak alasan mengapa obat herbal cenderung tumbuh subur. Pertama, diyakini lebih aman. Tradisi minum jamu membuat konsumen lebih "cocok" dengan obat herbal ketimbang obat modern. Kedua, bahan baku obat herbal melimpah, sehingga makin banyak perusahaan farmasi terdorong ikut masuk pasar. Apalagi, dari sisi produk dan kompetensi tersedia cukup banyak. Dari sisi investasi juga tidak terlalu tinggi. Sehingga bagi perusahaan farmasi merupakan potensi pasar sangat menjanjikan, baik domestik maupun ekspor. Kemanjuran obat herbal setara obat biasa, dalam keamanan, obat herbal dipersepsikan lebih baik dari "obat biasa" dan ada peningkatan aktivitas produk yang dijual bebas over the counter/otc (Marbun, 2008). Hasil survei Omnibus menunjukkan saat ini kata "herbal" ternyata sangat kuat. Daya tarik herbal cukup tinggi, persepsi masyarakat obat herba lebih aman bagi kesehatan dan lebih manjur dibanding jamu dan obat biasa. Adanya krisis ekonomi 1997 telah membuat biaya produksi farmasi meningkat dan harga obat menjadi mahal, sehingga situasi ini mendorong masyarakat menggunakan bahan alami (Suryadi dan Mubarak, 2008). Budaya bangsa Indonesia telah mewariskan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta rehabilitasi kesehatan. Guna meningkatkan pangsa pasar minuman fungsional dalam negeri Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari jiwa, dan adanya ancaman dari produk impor mendorong keinginan di tingkat regional menuju harmonisasi di bidang standar dan mutu minuman fungsional, maka langkah untuk antisipasi standarisasi bahan baku harus diupayakan secara maksimal. Standarisasi simplisia diperlukan untuk mendapat efek yang terulangkan (reproducible). Mutu sediaan minuman fungsional sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan, oleh karena itu sumber simplisia, cara pengolahan dan penyimpanan harus dilakukan dengan cara yang baik, berpedoman pada GAP (Good Agriculture Practices). Peranan SOP 6

8 penanganan pasca panen untuk menjadikan bahan baku menjadi lebih bermutu dari sumber bahan tanaman merupakan aspek penting, karena kualitas bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh faktor internal genetik dan eksternal meliputi lingkungan, budidaya, cara panen, proses pasca panen, pengakutan dan cara penyimpanan (WHO, 2003). Mutu tanaman obat sangat berkaitan erat dengan kompleksibilitas komposisi kandungan kimia didalamnya. Hal ini disebabkan oleh sifat alami konstituen dalam tanaman obat yang merupakan campuran berbagai metabolit sekunder yang secara kuantitatif dan kualitatif dapat berubah karena berbagai faktor baik genetik maupun lingkungan (Sinambela, 2003). Standarisasi simplisia yang digunakan sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi dari pemerintah sebagai pembina dan pengawasan (Dyatmiko et al., 2000) dan mengikuti acuan sediaan herbal yang telah ada (BPOM, 2006), sehingga dapat memenuhi tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-Khasiat). Bahan baku yang sudah distandarisasi tersebut, mempunyai perbedaan zat aktif sangat kecil, demikian juga yang terdapat dalam setiap sediaan minuman fungsional (tablet, kapsul, sirup). Dengan standarisasi ini, diharapkan adanya korelasi kuat antara manfaat dan kandungan aktif dapat dicapai. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan program Saintifikasi Jamu, untuk program jangka pendek, tahun 2011 telah ditetapkan 15 jenis tanaman obat yang sangat dibutuhkan, yakni temulawak, kunyit, pegagan, tempuyung, secang, kumis kucing, seledri, sembung, meniran, timi, adas, brotowali, sambiloto, jati belanda dan kepel. Dalam program jangka panjang, bahkan telah ditentukan ada 55 jenis tanaman obat yang akan dipergunakan dalam layanan kesehatan Saintifikasi Jamu. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinis Kementerian Kesehatan telah melakukan uji klinis formula jamu untuk obat hipertensi. Hasil sementara menunjukkan, terdapat dua komponen yang terkandung di dalam formula yang telah diuji yaitu terdiri dari bahan baku jamu dasar dan bahan baku jamu berkhasiat. Untuk jamu dasar, mengandung bahan meniran, temulawak, dan kunyit dengan fungsi sebagai penyegar. Sebagai bahan jamu berkhasiat kandungannya untuk formula antihipertensi (anti darah tinggi), campuran jamu terdiri dari daun seledri, kumis kucing, dan pegagan. Untuk hipertensi ramuan tersebut dapat menurunkan tekanan darah 20 persen, setelah menjalani terapi selama satu bulan. Selanjutnya akan dilakukan uji klinik formula ini supaya dapat digunakan sebagai resep dokter com/read/ 2011 /10/22/ /4. FormulaJamu.dalam.Tahap.Uji.Klinis Dalam kebijakan nasional, telah ditetapkan unggulan Tanaman Obat, dan pegagan menjadi salah satu tanaman obat unggulan (Sampurna, 2003) Secara nasional standarisasi 7

9 mutu pegagan dilakukan berdasar kadar asiatikosida (BPOM, 2003). Sejak dahulu pegagan telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dari bahan segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan, sebagai olahan seperti halnya dalam bentuk jamu. Di Australia telah dibuat obat dengan nama Gotu Kola yang bermanfaat sebagai anti pikun dan juga sebagai anti stress. Dalam pengobatan di Indonesia telah banyak yang memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat yang cukup mujarab antara lain diketahui bahwa pegagan ini berpeluang untuk penyembuhan penyakit HIV terutama untuk mempertahankan ketahanan tubuh pasien. Selain itu pula dari hasil penelitian di Cina ternyata pegagan ini bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan lebih bermanfaat dibandingkan dengan ginko biloba atau ginseng yang berasal dari Korea. Di Indonesia diperoleh pegagan yang mengandung triterpen glikosida yaitu asiatikosida, madekakosida, asam asiatikat dan asam edekasat. Pada daun pegagan unsur K relatif banyak ditemukan dibanding unsur lainnya, dalam bentuk garam kalium. Adanya kandungan kalium yang relatif tinggi ini memberikan sifat yang khas dari daun pegagan yang mempunyai efek diuretik. (Januwati dan Yusron, 2004). Salah satu pabrik jamu bahkan memerlukan paling tidak 100 ton pegagan setiap tahun untuk keperluan produknya. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di pasaran terdapat pegagan dalam ramuan produk tersebut, dengan kadar simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya %. Banyaknya manfaat dari tanaman ini nampaknya karena ditemukan berbagai komponen minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral, menthol, dan linalil asetat. Dengan adanya minyak atsiri pada pegagan maka sangat mungkin memiliki potensi sebagai sumber bahan pengobatan terhadap anti penyakit yang disebabkan tujuh jenis bakteri Rhizobacter spharoides, Escherichia coli, Plasmodium vulgaris, Micrococcus luteus, Baccillus subtilis, Entero aerogenes dan Staphyllococcus aureus. Namun, walaupun pegagan obat mujarab bagi berbagai penyakit dan memiliki kemampuan menyegarkan mental, tapi pegagan dapat bersifat narkotis sehingga dalam pemakaiannya harus sangat hati-hati. Dosis yang tinggi menyebabkan pasien menjadi pening. (Januwati dan Yusron, 2004). Demikian juga kumis kucing (Orthosipon aristatus Miq.) menjadi tanaman utama pada program Saintifikasi Jamu, karena tanaman ini dimanfaatkan sebagai produk minuman fungsional bagi penderita penyakit degeneratif karena dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal. Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis kucing antara lain adalah garam kalium, senyawa saponin, alkaloid, minyak atsiri, glikosida orthosiponin dan tanin. Kandungan bahan aktif utama yang paling stabil dalam daun kumis kucing adalah komponen senyawa sinensetin yang bersifat anti bakteri dan sinensetin telah dijadikan zat identitas simplisia kumis kucing (Rosita dan Nurhayati, 2004) 8

10 Dari semua jenis tanaman obat tersebut, beberapa diantaranya telah diteliti dan dihasilkan teknologi budidaya sampai pasca panen secara lengkap, tetapi sebagian belum banyak dilakukan penelitian. Untuk itu sosialisasi dan pelatihan teknologi pasca panen yang telah dihasilkan Balitbang perlu dilakukan, guna memperoleh produksi dan mutu tanaman obat, sehingga sesuai dengan Vademikum Saintifikasi Jamu atau Farmakope Herbal Indonesia. Sebagai indikator mutu adalah kandungan komponen kimia utama atau kandungan bahan aktifnya (MMI, 1990). SOP pasca panen untuk pegagan dan kumis kucing, diawali dengan pencucian daun dan ditiriskan, kemudian dikeringkan di bawah sinar mata hari dengan ditutup kain hitam dengan tujuan mencegah kerusakan fisik dan kandungan bahan aktif daun. Bila cuaca tidak memungkinkan proses pengeringan dapat menggunakan alat pengering (oven) dengan suhu berkisar C. Peranan SOP pasca panen untuk menjadikan bahan baku menjadi lebih bermutu dari sumber bahan tanaman merupakan aspek penting, karena kualitas bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh faktor cara panen, proses pasca panen dan lain-lain. Melalui GAP, yang merupakan tahapan menuju bahan baku terstandar, varias mutu yang besar dalam tanaman dikurangi melalui modifikasi teknologi dan fitofarmasi sehingga mutu produk lebih stabil. Kandungan kimia yang merupakan metabolit sekunder, digunakan sebagai standar petanda (marker). Dengan demikian diharapkan dapat memenuhi tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-Khasiat). Bahan baku yang sudah ditangani sesuai SOP pasca panen akan memenuhi standarisasi, mempunyai perbedaan zat aktif sangat kecil, demikian juga yang terdapat dalam setiap sediaan minuman fungsional. Dengan standarisasi ini, diharapkan ada korelasi kuat antara dosis dan efek obat dapat dicapai. Oleh karena itu, penerapan SOP penanganan pasca panen dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan pengembangan usahatani tanaman obat ini, agar memberi manfaat sebesar-besarnya kepada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat khususnya di daerah sentra produksi (Januwati, 2004). Tujuan Kegiatan : Tujuan kegiatan penanganan pasca panen simplisia ini dimaksudkan untuk menerapkan SOP pasca panen simplisia dari pegagan dan kumis kucing melalui sosialisasi teknologi yang telah dihasilkan dalam bentuk pendampingan teknologi berupa demplot dan pelatihan dalam mendukung pelestarian pengadaan bahan baku untuk industri minuman fungsional,. 9

11 Hipotesis yang akan dibuktikan : SOP pasca panen yang diterapkan akan memperbaiki mutu bahan baku, memudahkan melakukan standarisasi sehingga mutu produk akan meningkat juga. 4. PERMASALAHAN Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu : 1. Penyediaan bahan baku industri yang berkualitas dan terstandar secara kontinyu, melalui aplikasi teknologi pasca panen. 2. Bahan baku yang memenuhi standar lebih diminati. Saat ini petani belum menerapkan teknologi pasca panen yang terstandar sehingga mutu simplisia yang dihasilkan rendah baik fisik maupun mutunya. 3. Petani belum menerapkan teknologi pasca panen yang terstandar karena terbatasnya institusi yang melakukan sosialisasi kegiatan tersebut. 4. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut dilakukan sosialisasi SOP pasca panen dengan melibatkan petani, dimasudkan untuk mempercepat penyerapan teknologi pasca panen yang telah dihasilkan. 5. Pengamatan yang dilakukan meliputi produktivitas dan mutu berdasar kandungan asiatikosida dan sinesiten. 6. Kajian ekonomi dan sosial dilakukan untuk mengetahui respon petani terhadap perubahan SOP pasca panen 7. Pengukuran efisiensi teknis dan ekonomi teknologi pasca panen yang disosialisaikan dibandingkan dengan teknologi pasca panen yang dilakukan oleh petani. 5. METODOLOGI DAN MEKANISME PEMANFAATAN HASIL LITBANG Ruang lingkup dan batas-batas penelitian : Penelitian penanganan pasca panen simplisia ini merupakan kegiatan lapang yang akan dilaksanakan di lokasi sentra produksi pada ekosistem Sukabumi. Lokasi ini diharapkan dapat mewakili kondisi sentra produksi pegagan dan kumis kucing. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun. Pada tahun pertama (2012 di awal musim hujan), dilakukan penanaman pegagan dan kumis kucing, masing-masing menggunakan SOP budidaya dan pasca panen pegagan dan kumis kucing dari Balittro (Januwati dan Yusron, 2004 dan Rosita dan Nurhayati, 2004), dan kemudian dibandingkan dengan SOP cara petani di sentra produksi (in situ). Pada tahun pertama akan dilakukan pengamatan terhadap peubah mutu berdasar marker asiatikosida dan sinesitin. Pada tahun kedua (2013) dilakukan 10

12 penanaman kedua. Hal ini dilakukan untuk melihat stabilitas produksi dan mutu, serta tanggap petani terhadap teknologi yang diadopsikan. Perlakuan penanaman kedua dilakukan sama dengan pada tahun pertama. Pada tahun ketiga (2012) dilakukan pemanenan dan pengamatan terhadap peubah pertumbuhan, produksi dan mutu. Kerangka Teoritis Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang termasuk pertanian. Simamora (2003) mendefinisikan inovasi adalah suatu ide, praktek atau produk yang dianggap baru oleh individu atau group yang relevan. Untuk dapat disebut inovasi, ke-tiga komponen tersebut harus mempunyai sifat baru, sifat tersebut tidak selalu berasal dari penelitian mutakhir. Hasil penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi, apabila diintroduksikan kepada masyarakat tani yang belum mengenal sebelumnya. Suatu inovasi teknologi akan mudah diterima oleh pengguna bila : (1) dibutuhkan oleh pengguna, (2) memberi keuntungan kepada kepada pengguna (efisien), (3) selaras dengan teknologi yang telah ada sebelumnya, pola pertanian yang berlaku, nilai sosial dan budaya petani, serta keperluan petani, (4) mengatasi faktorfaktor pembatas, (5) mendayagunakan sumberdaya yang ada, (6) terjangkau oleh kemampuan finansial petani, (7) harus sederhana dan mudah dicoba, serta (8) harus mudah diamati perubahannya (Musyafak dan Ibrahim, 2005). Dalam mengintroduksikan SOP pasca panen di tingkat petani, kriteria yang diuraikan di atas akan digunakan untuk menganalisa tanggap petani terhadap inovasi teknologi pasca panen yang dihasilkan dibandingkan penerapan pasca panen yang biasa dilakukan petani. Parameter yang diamati meliputi; data asupan (input) berupa penggunaan sarana produksi sampai pasca panen pegagan dan kumis kucing, penggunaan tenaga kerja dan peralatan, serta data keluaran (output) berupa produktivitas dan mutu. Harga masukan dan keluaran yang digunakan mengacu pada harga standard/pasar yang berlaku pada saat penelitian dilakukan, serta tanggap petani terhadap inovasi teknologi yang dianjurkan. Metodologi dan mekanisme pemanfaatan hasil Litbang Metode Demplot dan Pelatihan digunakan pada kegiatan ini, merupakan pendampingan dalam melakukan SOP pasca panen di sentra produksi pegagan dan kumis kucing. Pengamatan mutu produk dilakukan berdasar standar mutu MMI dan marker kadar asiatikosida dan sinesitin. Untuk menentukan tingkat efisiensi teknologi pasca panen pegagan dan kumis kucing digunakan 2 pendekatan yaitu dengan mengukur tingkat efiisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur berdasarkan hasil dan mutu simplisia yang 11

13 dihasilkan per satuan luas dan proses pasca panen dan efisiensi ekonomi diukur berdasarkan (Kay dan Edward, 1999): (1) pendapatan per satuan luas dan proses pasca panen (Crop Value per Acre) yang diukur dari nilai total produksi simplisia per satuan luas areal penanaman, serta total produksi simplisia per proses pasca panen, (2) Operating Expense Ratio (OER) yaitu rasio antara biaya operasional (C v ) dan pendapatan kotor (GR), makin kecil persentase OER makin efisien teknologi pasca panen yang dilakukan. C V OER = x 100%... (1) GR (3) Net Farm Income from Operation Ratio (NFIO) yaitu rasio antara pendapatan kotor (GR) dikurangi biaya operasional proses pasca panen (C V ) dan pendapatan kotor (GR), nilai ini menunjukkan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi dengan biaya operasional. Makin besar persentase NFIO maka perlakuan mempunyai efsisiensi ekonomi semakin tinggi. (GR- C V ) NFIO = x 100%... (1) GR (4) efisiensi ekonomi masing-masing perlakuan pasca panen (E k ) dibandingkan dengan perlakuan pasca panen yang dilakukan oleh petani (kontrol), diformulasikan sebagai selisih antara Q t (nilai produksi dengan perlakuan pasca panen ke-t) dan Q 0 (nilai produksi dengan perlakuan pasca panen yang dilakukan oleh petani/kontrol), dibagi dengan selisih antara C t (total biaya yang digunakan pada usahatani atau pasca panen perlakuan ke-t), dan C 0 (total biaya yang digunakan untuk pada usahatani atau pasca panen yang dilakukan oleh petani/kontrol) Q t Q 0 E t =... (3) C t C 0 6. PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI. Penerapan SOP pasca panen oleh petani untuk meningkat mutu produk dan pendapatan. 7. BENTUK KEGIATAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG Penelitian dilakukan di lahan petani kooperator di sentra produksi. Diharapkan teknologi yang dihasilkan segera dapat diadopsi petani, sehingga dapat meningkatkan mutu produk dan memperluas peluang usaha baru "industri pembuatan produk berbasis pegagan dan kumis kucing". 12

14 Tahapan pemanfaatan inovasi teknologi pasca panen, meliputi a. Sosialisasi inovasi teknologi pasca panen, dengan cara melakukan Demoplot di sentra produksi, berupa pendampingan yang dimulai dari menerapkan SOP budidaya sampai SOP pasca panen. b. Pelatihan teknologi pasca panen. Untuk lebih memantapkan dan meyakinkan inovasi teknologi pasca panen, maka dilakukan pelatihan agar petani menjadi terampil dalam melakukan SOP pasca panen, meliputi : b) Pasca Panen simplisia (pegagan dan Kumis kucing) dengan perlakuan cara pengeringan, menggunakan alat pengering dan matahari, dan c) Penyimpanan simplisia (Pegagan dan Kumis kucing) menggunakan perlakuan lama, tempat dan wadah penyimpanan tanaman obat. 8. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN Nama Ir. M. Januwati, MS NIP Dr. M. Rizal NIP Ir. Bagem Sofiana Sembiring NIP. Dr. Ireng Darwati NIP Ir. Ekwasita Rini Pribadi NIP. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Unit Kerja Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Bidang Keahlian Ekofisiologi Hama Tanaman Pasca Panen Fisiologi Tanaman Management usahatani Tugas dalam Penelitian Peneliti, membantu merancang, melaksanakan dan membuat laporan penelitian Peneliti, membantu merancang, melaksanakan dan membuat laporan penelitian Peneliti, membantu merancang, melaksanakan dan membuat laporan penelitian Peneliti, membantu merancang, melaksanakan dan membuat laporan penelitian Peneliti, membantu merancang, melaksanakan Pendidi kan Akhir Alokasi Waktu/ minggu Lembaga S2 9 Badan Litbang Pertanian S3 9 Badan Litbang Pertanian S1 9 Badan Litbang Pertanian S3 9 Badan Litbang Pertanian S2 9 Badan Litbang Pertanian 13

15 Ma mun, Ssi Laki-laki Puslitbang Perkebunan Ir. Sinta Suhirman PM PM Perempuan Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Puslitbang Perkebunan Pasca panen Pasca panen dan membuat laporan penelitian membantu melaksanakan penelitian membantu melaksanakan penelitian S1 4 Badan Litbang Pertanian S1 4 Badan Litbang Pertanian Pasca panen Teknisi 4 Badan Litbang Pertanian Budidaya Teknisi 4 Badan Litbang Pertanian 8. JADUAL KEGIATAN Kegiatan Bulan ke Persiapan PS x Persiapan demplot x Pelaksanaan demplot x x x x x x x Pendampingan demplot x x x x x x x Pengamatan x x x x x x x Persiapan bahan pelatihan x x Pelaksanaan pelatihan x x x x Pelaporan x x x x x x x x 10. PROFIL POTENSI MITRA INDUSTRI : tidak ada 11. DAFTAR PUSTAKA BALITTRO Standar Prosedur Operasional budidaya sambiloto, pegagan dan kumiskucing. Sirkular No h. BPOM Pedoman penelitian budidaya, pascapanen dan produksi sediaan herbal. Pusat Riset Obat dan Makanan. Tidak dipublikasi. 129 h. BPOM Penyiapan Simplisia Untuk Sediaan Herbal. 29 h. BPOM Pokok Pemikiran Menuju Integrasi Obat Asli/Obat Bahan Alam Indonesia ke Dalam Pelayanan Kesehatan. 27 h. BPOM Acuan Sediaan Herbal. 96 h. Dyatmiko, W., Achmad Fuad dan Mulja Hadi Santosa Konsep standarisasi pada bahan dan produk obat dari alam. Prosiding Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia (Simposium Penelitian Bahan Obat Alami X). Surabaya, 14

16 20-22 Nopember 2000 : Klinis Hidayat dan Ruslina Formula bisnis sang jawara. Majalah SWA 19/XXIV: I.S.F.I. dan GP. JAMU dan Obat Tradisional Daftar Obat Alam (DOA). Edisi III. Himpunan Seminar Apoteker Industri Obat Tradisional PD. ISFI. Jawa Tengah. 201 h. Januwati, M Potensi, aktivitas dan GAP tanaman rimpang dan sambiloto. Pros. Fasilitas Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Yogyakarta Juli Makalah Utama. Hal Januwati, M. dan M. Yusron SOP budidaya pegagan (Centella asiatica L. Urban.). Balittro. 47 h. Kay, R.D. dan W. M. Edwards Farm Management. Mc Graw-Hill Companies. 489 hal. Materia Medika Indonesia Departemen Kesehatan. Muhadi dan Siswanto, Akutansi Biaya 2. PT. Kanisius Yogyakarta.104. Hal. Musyafak, A. Dan T.M. Ibrahim Strategi percepatan adopsi dan difusi inovasi pertanian mendukung prima tani. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 3 (1) Rosita, SMD dan Hera Nurhayati SOP budidaya kumis kucing (Orthosiphon aristatus Miq.) Sinambela, J Standarisasi sediaan obat herba. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXII. Jakarta. Pp.10 Simamora, B Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT. Gramedia. Jakarta. Suryadi, D. dan Mubarak Grup orang tua : Kiranti, cikal bakal rintisan jalur herbal. Majalah SWA 19/XXIV: Sudarmadi Strategi dan peluang obat herbal. Majalah SWA 19/XXIV: WHO WHO guidelines on good agricultural and collection practices (GACP) for medicinal plants. 72P. 15

17 Uraian PROPOSAL BIAYA PENELITIAN Volume satuan Jumlah (Rp) 1. Belanja Gaji Upah Jam 106,790, Belanja Bahan Paket 69,330, Belanja Perjalanan OP 46,900, Belanja Barang Operasional lainnya Paket 26,980,000 TOTAL BIAYA Rincian Anggaran A1. Belanja Gaji dan Upah No Nama lengkap dan gelar Jabatan Kedinasan Posisi dalam Kegiatan Jumlah jam /minggu Jumlah minggu/ bulan Honor/ Jam (Rp.) Jml bulan Biaya + pajak (Rp. 000) Biaya Bersih (Rp.000) Ir.M.Januwati, MS Peneliti Ketua Tim ,280,000 14,688,000 Dr. Ireng Darwati Peneliti Anggota ,400,000 12,240,000 3 Dr.Molide Rizal Peneliti Anggota ,400,000 12,240,000 4 Ir.Rini P. Peneliti Anggota ,400,000 12,240,000 5 Ir. Bagem S. Sembiring Peneliti Anggota ,520,000 9,792, Ir. Sinta Suhirman Peneliti Teknisi ,120,000 4,352, Ma mun Msi Peneliti Teknisi ,120,000 4,352,000 Jumlah Biaya 82,240,000 69,904,000 A2. Honorarium tidak tetap No Pelaksana Jumlah pelaksana Jumlah hari Honor/hari Biaya setelah pajak (HOK) (Rp.) (Rp.) 1 Penyiapan lahan ,000 1,350,000 2 Penanaman ,000 1,350,000 4 Pemanenan , ,000 5 Penyortiran , ,000 6 Pencucian , ,000 7 Perajangan ,000 3,000,000 8 Pengeringan ,000 1,050,000 9 Penimbangan , , Pengemasan , , Penggilingan , , Pengolahan data , , Pemeliharaan dan pengamatan ,000 12,000, Administrasi 1 8 bln 300, ,000 Jumlah Biaya 24,550,000 16

18 B. Bahan Bahan B1. Bahan baku No Nama Bahan Volume Biaya satuan Biaya (Rp.) 1 Bibit pegagan phn ,000,000 2 Bibit kumis kucing phn ,500,000 Jumlah Biaya 47,500,00 B2. Bahan Pembantu No Nama Bahan Volume Biaya satuan Biaya 1 Kantong plastik besar ukuran 5 kg 5 Pak 50, ,000 2 Tampah kecil 40 Buah 15, ,000 3 Pisau stainless 15 Buah 25, ,000 4 Plastik jenis PP 6 Pak 15,000 90,000 5 Karung goni 15 Buah 15, ,000 6 Serbet 4 Buah 5,000 20,000 7 Kain hitam 60 M 20,000 1,200,000 8 Sarung tangan 10 Psg 15, ,000 9 Masker kain 1 Pak 100, , Cangkol 2 Bh 150, , Garpu/sekop 2 Bh 150, , Tali rapia 1 Gulung 25,000 25, Pupuk kandang 30 ton 500,000 15,000, Pupuk SP kg 1, , Pupuk KCl 200 kg 2, , Pupuk urea 200 kg 1, ,000 Jumlah Biaya 19,960,000 ATK 1 Kertas HVS A4 80 gr 6 Rim 45, ,000 2 Pulpen Boxy 1 Box 85,000 85,000 3 Stop map karton 40 Lembar ,000 4 Map plastic 10 Buah 4,700 47,000 5 Map snel buffalo 10 Buah 2,000 20,000 6 Tinta hp 21 black 1 Buah 250, ,000 7 Tinta hp 22 color 1 Buah 320, ,000 8 Spidol permanen 5 Buah 10,000 50,000 9 ATK untuk kegiatan administrasi penelitian 1 Paket 800, ,000 Jumlah Biaya 1,870,000 17

19 C. Belanja perjalanan No Kota/Tempat Tujuan Volume Biaya Biaya (Rp) Satuan (Rp) 1 Bogor-Sukabumi (penanaman, pengamatan, pemanenan) 7 Oj x ,000 24,500,000 2 Bogor Bandung (mengambil bahan baku) 7 Oj x 3 350,000 7,350,000 3 Bogor Cipanas (mengambil bahan baku) 7Oj x 2 350,000 4,900,000 4 Bogor-Jakarta (seminar, Studi litertur, studi banding) 7 Oj X 2 450,000 6,300,000 5 Koordinasi penelitian 11 OJ 350,000 3,850,000 Jumlah Biaya 46,900,000 D. Belanja Barang Operasional Lainnya No Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan Biaya 1 Laporan kemajuan tahunan 10 bh 20, ,000 2 Penjilidan 20 bh 20, ,000 3 Rapat koordinasi penelitian(akomodasi dan konsumsi rapat) 6 kali pertemuan 350,000 2,100,000 4 Foto copy 2000 lembar ,000 5 Liflet SOP 50 lbr 10, ,000 6 Poster 3 lembar 900,000 2,700,000 7 Rapat koordinasi dengan petani (konsumsi + transport) 50 x 2 kali 100,000 10,000,000 8 Analisis mutu kumis kucing dan pegagan 24 sampel 110,000 2,640,000 9 Analisis bahan aktif pegagan dan kumis kucing 24 sampel 350,000 8,400,000 Jumlah Biaya 26,980,000 18

20 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. N a m a : Ir. Mariyam Januwati, MS. 2. Tempat dan tanggal lahir : Madiun, 1 Januari Alamat Kantor : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jl. Tentara Pelajar No.3 Bogor Tilp , Fax Alamat Rumah/Tilp.genggam : Jl. Villa Duta Raya No.7. Bogor Tilp / Alamat nunukmjanuwati@gmail.com 6. Riwayat Pendidikan : Sarjana Pertanian, Agronomi UniBra : Riwayat Kerja : 8. Editor Majalah : Peneliti Pemuliaan : Peneliti Ekofisiologi Master - IPB, Ekologi Tanaman : : Mengajar Mata Kuliah Tanaman Obat, di Dept. Agronomi-IPB 1995 : Unido, Indonesian Team To Establish Research & Development Facility. A Pilot Plant And A Training Centre For Improvement Of Process Technologies For Herbal Medicine. 1 Februari 2003 : Ahli Peneliti Utama 1. Tim Redaksi Warta Tumbuhan Obat Indonesia Mitra Bestari Buletin Agronomi IPB Anggauta P2JP Puslitbun 2008-sekarang 4. Tim Penyusun Buku Jamu, Brand Indonesia, Penasehat Ahli, Buku Serial Tanaman Herbal Indonesia, Meniran, Temulawak. PT. Dexa Medika Anggauta Redaksi Jurnal Puslitbangtri mulai Penanggung jawab Penyusunan Modul Pedoman penerapan GAP (Good Agriculture Practices) pada Tanaman Rimpang. Kerja sama Dengan Direktorat OAI. BPOM Tim Penyusun Buku Vademekum Tanaman Obat untuk Saintifikasi Jamu, Balitbangkes ( ) 9. Ketua Dewan Redaksi Buletin Perkembangan Tanaman Rempah dan Obat. Balittro Anggauta Redaksi Buletin Tanaman Rempah dan Obat, Balittro, Riwayat Penelitian 1. Formulasi jamu berbasis jahe merah (gingerol) dan sambiloto (andrographolid) efektif mengendalikan ookiste Eimeria tenella penyebab penyakit coccidiosis ayam sebesar >70% ( ) 19

21 2. Formulasi jami ternak (xanthorrhizol, mycene dan limonen) untuk meningkatkan fertilitas sapi jantan ( ) 3. Respon pegagan (C. asiatica) yang dibudidayakan secara ratoon terhadap waktu dan dosis pemupukan N dan K Pengaruh sistim panen dan dosis pupuk N terhadap produksi tanaman pegagan (C. asiatica) Pengaruh tingkat kebutuhan air terhadap produksi dan mutu Sambiloto Pengaruh pupuk bio terhadap pertumbuhan dan produksi jahe,temulawak Teknologi penyiapan bahan baku tanaman obat terstandar untuk produk obat bahan alam Karakterisasi mutu simplisia untuk produksi ekstrak terstandar sambiloto sebagai penurun kadar lipid darah Publikasi Ilmiah : 1. Januwati, M., Elza Surmiani dan Taryono Pengaruh jenis Alas tanam dan tinggi bedengan terhadap pertumbuhan tanaman jahe. Laporan Teknis Balittro 1998/ Januwati, M, Joko Pitono dan Momo Iskandar Pengaruh panjang setek dan dosis pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman katuk. Warta Tumbuhan Obat Indon 3/3 : Joko Pitono, M. Januwati dan M. Iskandar Tanggap tanaman katuk pada berbagai dosis NPK dan tingkat naungan. Warta Tumbuhan Obat Indon. 3/3 : M. Januwati dan Joko Pitono, Pengaruh pupuk P dan K terhadap pertumbuhan tanaman adas (Finiculum vulgare L.). Warta Tumbuhan Obat Indon. 4 (1): Elza Surmaini, Januwati, M., dan Joko Pitono Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap bibit tanaman secang. Warta Tumbuhan Obat Indon. 10/1 : Januwati, M., Elza Surmaini dan Taryono Pengaruh perlakuan rimpang dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan lempuyang wangi. Warta Tumbuhan Obat Indon. 10/1 : Januwati, M. dan M. Yusron Pertumbuhan dan produksi pegagan ( C. asiatica L. Urban ) di bawah kelapa. Pros. Konperensi Nasional Kelapa IV di Bandar Lampung : Januwati, M., S. Sudiatso dan R.S. Fatimah Pengaruh pemberian air dan kepadatan gulma goletrak terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (C. ctsiatica). Jurnal. Penel. Tan. Industri. 4/2 : Januwati, M., S. Sudiatso dan Andri Kurniawati Pertumbuhan dan produksi pegagan (C. asiatica) pada berbagai populasi jagung (Zea mays L.). Bull. Gakuryoku 4/1 : Elza Surmaini, M. Januwati dan Joko Pitono Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap bibit tanaman secang. Warta Tumbuhan Obat. 11. Sri Yuliani, M. Januwati dan Tritianingsih Pengaruh penyimpanan lempuyang wangi segar terhadap kandungan minyak atsiri dan pati. Warta 20

22 Tumbuhan Obat Indon. 5/1 : Hermanto, H. Muhammad dan M. Januwati Studi aplikasi pupuk daun dan pemangkasan terhadap pertumbuhan daun salam (Eugenia polyanta Wight). Warta Tumbuhan Obat Indon. 5/3 : Januwati., M. dan Elza Surmaini Manipulasi permukaan tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara, produktifitas dan mutu rimpang jahe. Lap. Tek. BALLITRO. 1997/1998 : Januwati, M. dan M.Yusron Usahatani temu-temuan di bawah tegakan hutan rakyat di sentra produksi tanaman obat di Jawa Tengah. Prosiding Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya, Nopembar Januwati, M., S. Sudiatso dan Azima Napitupulu Tanggap tanaman pegagan (C. asiatica ) terhadap beberapa jarak tanam dan dosis pupuk N di bawah tegakan kelapa...prosiding Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya, Nopembar Januwati, M., S. Sudiatso dan S.W. Andriani Pengaruh dosis pupuk kandang dan tingkat populasi terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan ( C. asiatica ) di bawah tegakan kelapa (Cocos nucifera L. ). Jurnal Bahan Alam Indonesia: 1 (2): M. Januwati, Hoerudin dan Taryono Respon tanaman temu kunci (Kampferia angustifolia L.)pada berbagai taraf pemberian nitrogen dan pupuk kandang. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XVII, Bandung,28-29 Maret h: M. Januwati, Didy Sopandie dan Nurlia Ismatika Pengaruh frekuensi pembarian air dan dosis kalium terhadap pertumbuhan dan produksi Som Jawa (Talinum triangulare Wild). Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. Bogor, 8-10 Agustus h: M. Januwati, Didy Sopandie dan Rahayu Y Pengaruh jenis pupuk kandang dan dosis pupuk bio terhadap produksi temu giring (Curcuma heyneana Val. Et v. Zijp.). Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, Surabaya, Maret 2002 h: Bermawie, N., M. Januwati and Sudiarto Conservation and cultivation of herbal and medicinal plants. A country repot on workshop on conservation of herbal and medicinal plants December Bogor. Indonesia. 8p. 21. M. Januwati dan M. Yusron Uji produksi untuk penentuan kesesuaian lahan dringo (Acorus calamus L.). Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII, Jakarta, Maret 2003 h: Yusron, M. dan M. Januwati Pemanfaatan lahan pada kelapa sawit muda dengan temu-temuan sebagai tanaman sela. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi kelapa sawit. Bengkulu, 9-10 September h: Yusron, M. dan M. Januwati Pengaruh P-alam, pupuk bio dan zeolit terhadap produksi jahe ( Zingiber officinale Rosc ). Jurnal. Gakuryoku 9 (2): Ekwasita Rini, P. dan M. Januwati Usahatani kencur dan palawija di bawah tegakan hutan rakyat. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional TOI XXIII. Jakarta, Maret 2003.h: Ekwasita Rini, P.,M. Januwati, Joko Pramono dan JT Yuhono Polatanam jahe gajah dan palawija di bawah tegakan hutan rakyat. Jurnal Gakuryoku. 9 (2):

23 26. M. Yusron dan M. Januwati Produktivitas dan mutu kencur (Kaempferia galanga L.) pada kondisi agroekologi yang berbeda. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional TOI XXIII. Jakarta, Maret h: M. Januwati dan M. Yusron, M Improvement phosphate use efficiency on east Indian galangal production. Procidings of International Symposium on biomedicines. Bogor, September p: M. Januwati Potensi, Akifitas dan GAP tanaman rimpang dan sambiloto. Prosiding Fasilitas Forum Kerjasama Pengembangan Bofarmaka. Jogyakarta, Juli Makalah Utama. H: M. Januwati dan Hermanto Pengaruh sistem panen dan dosis pupuk N terhadap produksi tanaman pegagan. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIV, Bogor September 2003 h: M. Januwati dan M. Yusron Keragaman mutu simplisia sambiloto (Andrographis paniculata ) pada beberapa kondisi agroekologi. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXV, Tawangmangu, April h: M. Yusron dan M. Januwati Pengaruh pupuk P dan K terhadap produksi dan mutu sambiloto (Andrographis paniculata Nees.).. Prosiding Fasilitas Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Jogyakarta, Juli Makalah Utama. h: M. Yusron dan M. Januwati Perbaikan efisiensi pemupukan P pada jahe emprit Prosiding Fasilitas Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Jogyakarta, Juli h: Hermanto dan M. Januwati Pengaruh dosis pupuk terhadap produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.). Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIV, Bogor September 2003 h: Hilman Hidayat, M.A. Chozin dan M. Januwati Respon pegagan ( Centella asiatica) yang dibudidayakan secara ratoon terhadap waktu dan dosis pemupukan N dan K. Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Ke-3. Bandar Lampung, 29 April 2004.h : M. Yusron, D. S. Effendi dan M. Januwati Peluang pengembangan wanafarma di hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan. Prosiding Simposium IV Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor, Septembar Buku -2. h: Maharani, H. Sukarman, Supriadi, M. Januwati dan R. Balfas Keragaan perbenihan jahe di Jawa Barat. Jurnal Littri 10 (3) : Januwati, S. Susanto dan R. Ismidah Pengaruh kompos azolla (Azolla microphylla Kaulfuss) dan pemupukan N-Urea terhadap pertumbuhan tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). Gakuryoku XI(1) : M. Yusron dan M. Januwati Pengaruh pupuk bio terhadap pertumbuhan dan produksi kunyit (Curcuma domestica Vahl.) di bawah hutan rakyat sengon. Gakuryoku XI(1) : Ekwasita R.Pribadi, M. Januwati dan M. Yusron Peningkatan pendapatan usahatani temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) di bawah tegakan hutan rakyat melalui penggunaan pupuk bio. Gakuryoku XI(1) : M. Januwati dan M. Yusron Produksi dan mutu sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) pada beberapa tingkat naungan. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVI. Padang, 7-8 September h:

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KODE JUDUL: X.43 RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. : Penanganan pasca panen simplisia untuk menghasilkan bahan baku terstandar mendukung industri minuman fungsional

LEMBAR PENGESAHAN. : Penanganan pasca panen simplisia untuk menghasilkan bahan baku terstandar mendukung industri minuman fungsional LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Penanganan pasca panen simplisia untuk menghasilkan bahan baku terstandar mendukung industri minuman fungsional Bidang Fokus : Teknologi Kesehatan dan Obat Kode Produk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS TANAMAN OBAT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang dan menyejukkan yang diberikan alam dirindukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) V GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) 5.1 Sejarah Perusahaan Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kepentingan yang besar terhadap sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk indonesia banyak

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1)

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1) PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1) Sandra Arifin Aziz 2) Tanaman obat adalah tanaman hasil budidaya yang dikonsumsi langsung yang disebut sebagai herbal atau sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH POLATANAM SAMBILOTO - JAGUNG SERTA DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ALAM TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)

PENGARUH POLATANAM SAMBILOTO - JAGUNG SERTA DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ALAM TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) Jurnal MUCHAMAD Littri 13(4), YUSRON Desember et 2007. al. : Pengaruh Hlm. 147 polatanam 154 sambiloto jagung serta dosis pupuk organik dan alam terhadap produksi dan mutu sambiloto ISSN 0853-8212 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai faktor risiko global penyebab kematian nomor satu pada tahun 2009

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi, hingga

Lebih terperinci

Intisari Roadmap Jamu Nasional dan Perkembangan Riset Jamu

Intisari Roadmap Jamu Nasional dan Perkembangan Riset Jamu Intisari Roadmap Jamu Nasional dan Perkembangan Riset Jamu Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB Seminar Nasional 4 Tahun Jamu Brand Indonesia Sukoharjo, 22 Nopember 2012

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SIMPLISIA KERING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PETANI JAHE DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KERJO, KABUPATEN KARANGANYAR BIDANG

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KODE JUDUL: X.43 EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT UNTUK MENINGKATKAN KADAR BAHAN AKTIF

BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT UNTUK MENINGKATKAN KADAR BAHAN AKTIF BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT UNTUK MENINGKATKAN KADAR BAHAN AKTIF H. Dediwan Komarawinata Unit Riset dan Pengembangan, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. ABSTRAK Tindakan budidaya suatu jenis tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi dan tercatat 7.000 spesies

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB Pemanfaatan Herbal untuk Meningkatkan Daya Tahan V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB A. Latar belakang dan dasar pertimbangan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL Irwan Hidayat dan Bambang Supartoko PT. Sido Muncul E-mail: info@sidomuncul.com ABSTRAK Bahan baku industri jamu sebagian

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

STANDARISASI BAHAN BAKU HERBAL DENGAN DUKUNGAN LABORATORIUM TERAKREDITASI

STANDARISASI BAHAN BAKU HERBAL DENGAN DUKUNGAN LABORATORIUM TERAKREDITASI STANDARISASI BAHAN BAKU HERBAL DENGAN DUKUNGAN LABORATORIUM TERAKREDITASI Disampaikan oleh: Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Bogor, 12 Juni 2012 KEBIJAKAN

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN JAHE MERAH UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA PETANI DI KELURAHAN TALANG BABAT KECAMATAN MUARA SABAK BARAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR 1 Madyawati Latief,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Redaksi Pelaksana Rudi Heryanto. Antonio Kautsar. Laela Wulansari. Dewi Anggraini. Yaya Rukayadi. Ninuk Purnaningsih. Eka Intan Kumala Putri

Redaksi Pelaksana Rudi Heryanto. Antonio Kautsar. Laela Wulansari. Dewi Anggraini. Yaya Rukayadi. Ninuk Purnaningsih. Eka Intan Kumala Putri Ketua Dewan Redaksi Latifah K. Darusman Wakil Ketua Dewan Redaksi Mohamad Rafi Redaksi Pelaksana Rudi Heryanto Antonio Kautsar Laela Wulansari Dewi Anggraini E-Mail : jurnaljamuindonesia@gmail.com Penerbit

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 2011 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 2011 ISSN AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 2011 ISSN 1979 5777 99 HUBUNGAN SIFAT TANAH MADURA DENGAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DAN TINGKAT KELARUTANNYA PADA JAHE (Zingiber offocinale L.) Sinar Suryawati dan Eko

Lebih terperinci

KAJIAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN ASIATIKOSIDA PADA TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.)

KAJIAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN ASIATIKOSIDA PADA TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) KAJIAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN ASIATIKOSIDA PADA TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) Fauzi, Sutarmin, Endang Broto Joyo Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 172 Vol. 1, No. 2: 172 178, Mei 2013 PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) Mutiara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat.

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KODE JUDUL: X.43 RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN, EUGENOL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb. 8 PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) NURLAILA 0910212163 Ringkasan hasil penelitian S1 Program

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor) ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor) Oleh: NADIA LARASATI UTAMI A14104085 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Latifah K Darusman Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Bahan Baku Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern

Latifah K Darusman Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Bahan Baku Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern Simposium Nasional PERHIPBA 2011 dan Kongres Nasional IV Obat Tradisional Indonesia (OTI) Latifah K Darusman Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Bahan Baku Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern Pusat Studi

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU SIMPLISIA SAMBILOTO

PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU SIMPLISIA SAMBILOTO PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP MUTU SIMPLISIA SAMBILOTO Feri Manoi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Penelitian mengenai pengaruh cara pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL SEMINAR NASIONAL PELESTARIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT * ME1 1990, BOGOR

RUMUSAN HASIL SEMINAR NASIONAL PELESTARIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT * ME1 1990, BOGOR Media Konservasi Vol. 111 (I), September 1990 : 59-63 RUMUSAN HASIL SEMINAR NASIONAL PELESTARIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT * 30-31 ME1 1990, BOGOR Seminar Nasional Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN PADA KUALITAS SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DI KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGARUH PEMUPUKAN PADA KUALITAS SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DI KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENGARUH PEMUPUKAN PADA KUALITAS SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DI KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Fibrianty dan Retno Utami Hatmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang pesat. Menurut Dewoto (2007), jumlah industri obat tradisional yang terdaftar di Badan Pengawas

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 1 Pendahuluan Tujuan, Output, Prakiraan Manfaat & Dampak Metodologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) Retno Utami H. dan Eko Srihartanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Keuntungan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL KUNYIT CURDONIA 1 TOLERAN NAUNGAN

VARIETAS UNGGUL KUNYIT CURDONIA 1 TOLERAN NAUNGAN VARIETAS UNGGUL KUNYIT CURDONIA 1 TOLERAN NAUNGAN Dalam rangka mendukung program nasional pemerintah untuk peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, khususnya pengembangan industri

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT Sirkuler No. 11, 2005 BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika Jl. Tentara Pelajar No. 3 Telp. (0251)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb)

KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb) KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb) Ekwasita Rini Pribadi dan Mono Rahardjo Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Semua

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taiwan, Hongkong, Korea dan negara-negara Timur lain. peduli untuk melakukan konservasi tanaman obat. Jepang memberi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Taiwan, Hongkong, Korea dan negara-negara Timur lain. peduli untuk melakukan konservasi tanaman obat. Jepang memberi perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan tentang tanaman obat yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan

Lebih terperinci

semua masalah kesehatan dapat diatasi oleh pelayanan pengobatan modern (BPOM, 2005). Tumbuhan obat Indonesia atau yang saat ini lebih dikenal dengan

semua masalah kesehatan dapat diatasi oleh pelayanan pengobatan modern (BPOM, 2005). Tumbuhan obat Indonesia atau yang saat ini lebih dikenal dengan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk Indonesia banyak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kencur merupakan tanaman tropis yang cocok untuk dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia. Rimpang tanaman kencur dapat digunakan sebagai ramuan obat tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 137-143 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Analysis

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe adalah tanaman berjuta khasiat yang berada di sekitar kita yang sudah banyak dimanfaatkan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

PERMEN EKSTRAK PEGAGAN; NIKMAT, SEHAT, KAYA MANFAAT

PERMEN EKSTRAK PEGAGAN; NIKMAT, SEHAT, KAYA MANFAAT A. JUDUL PROGRAM PERMEN EKSTRAK PEGAGAN; NIKMAT, SEHAT, KAYA MANFAAT B. LATAR BELAKANG Pegagan merupakan tanaman liar merambat di tanah yang biasa hidup di pekarangan. Berdasarkan pengalaman dan penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

Pengaruh Cara Pengeringan dan Teknik Ekstraksi Terhadap Kualitas Simplisia dan Ekstrak Meniran

Pengaruh Cara Pengeringan dan Teknik Ekstraksi Terhadap Kualitas Simplisia dan Ekstrak Meniran Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 24 ISBN 8-2-3-- halaman -3 Pengaruh Cara Pengeringan dan Teknik Ekstraksi Terhadap Kualitas Simplisia dan Ekstrak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci